Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH: PATOLOGI UMUM (KRP 341)

NEKROPSI PADA ANJING

Dosen:
Dr. Drh. Sri Estuningsih, MSi, APVet
Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi, APVet

Oleh:
Alfi Tafdil B04140003 ___
Masia Shintia Br B04140006 ___
Ulayya Ulfah B04140020 ___
Novdesari Mia Alstonia B04140024 ___
Shabrina Zakira Z B04140027 ___
Ratu Dinda Putri D B04140035 ___
Suria Hidayatullah S B04140052 ___
Dhea Rivinasari B04140057 ___
Dede Irwan B04140058 ___
Yeo Yann B04148024 ___

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
NEKROPSI ANJING

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara dan teknik nekropsi pada
anjing dan mengetahui perubahan-perubahan pada organ anjing agar dapat
melakukan diagnosa

ALAT DAN BAHAN

a. Alat
Pisau, gunting, pinset, kampak kecil, kampak besar, gergaji besi, dan
gunting tulang
b. Bahan
Anjing yang sudah mati

METODE PRAKTIKUM

1. Anjing yang sudah mati bagian punggungnya diletakkan melekat pada meja
dengan tujuan agar anjing tefiksir.
2. Setelah itu penampakan secara superficial dilihat (adanya ektoparasit, lesion,
sisa feses akibat diare, adanya sisa darah di lubang kumlah, dan kelainan
superficial lainnya).
3. Lalu setelah pemeriksaan superficial, agar lebih seimbang dan terfiksir,
bagian axilla dan femur disayat hingga persendian terkuakkan (pada bagian
femur terdapat bonggol, hingga bagian bonggol terkuakkan).
4. Selanjutnya, kulit di preparir, dimulai dari bagiian bawah dagu (midline)
mengikuti linea alba hingga ke abdomen, lalu subcutan dibuka dan diamati
kelainannya (apabila terdapat jaringan lemak, diamati kekonsistenannya)..
5. Langkah selanjutnya adalah pengamatan limfonodus, di bagian kepala (lnn.
Submandibularis dan lnn. retropharyngealis), daerah kaki depan (lnn.
Axilaris dan lnn. Prescapularis), dan daerah kaki belakang (lnn.
Prefemoralis dan lnn. Poplitea) dan diamati kondisinya. Selain limfonodus,
pada bagian kepala juga diamati kondisi kelenjar parotis, untuk
membedakan dengan limfonodus, bentuk kelenjar parotis memiliki lobus-
lobus dan berwarna lebih pucat dibandingkan limfonodus.
6. Selanjutnya bagian cavum abdomen dibuka dengan membuka otot-otot
perut yaitu m. obliqus abdominis externus, m. obliqus abdominis internus,
dan m. transversus abdominis. Kemudian diamati periteoneum pada rongga
perut.
7. Setelah itu, cavum thoraks dibuka dengan cara menemukan pertemuan
antara tulang rawan dan tulang sejati untuk mempermudah prepares, apabila
titik temu tersebut benar letaknya saat ditemukan, maka tulang-tulang yang
terpotong akan membentuk segitiga. Selanjutnya. Rongga thoraks diamati,
karena pada bagian ini memiliki tekanan negative (kedap udara) untuk
memungkinkan oksigen dapat masuk ke paru-paru.
8. Kemudian, jantung dan paru-paru dikeluarkan, apabila hewan tersebut
masih muda, thymus juga ikut dikeluarkan. Cara mengeluarkan organ
tersebut adalah harus dibuka dari bagian atas (lidah) lalu ditarik hingga ke
bagian esophagus dan trachea, selanjutnya bagian esophagus dipisahkan
untuk bersama-sama diperiksa dengan saluran pencernaan, sementara
trachea dipisahkan untuk diperiksa dengan saluran respirasi.
9. Setelah itu, saluran cerna mulai diperiksa, diawali dengan diikatnya bagian
esophagus atas dengan ikatan ganda, serta bagian usus belakang (rectum)
dengan ikatan ganda. Hal ini bertujuan untuk mencegah keluarnya isi
saluran cerna keluar.
10. Selanjutnya satu persatu organ pemcernaan diperiksa mulai dari limpa, hati,
usus, pankreas, dan ginjal, ditambahkan dengan satu organ ekskresi, yaitu
ginjal..
11. Lalu, setelah saluran pencernaan diperiksa, pemeriksaan dilanjutkan dengan
pemeriksaan saluran respirasi, pemeriksaan saluran respirasi dimulai dari
trachea, percabangan bronchus, paru-paru, serta jantung.
12. Tahap terakhir adalah pemeriksaan otak, dengan cara menggergaji daerah
belakang mata hingga secara transversal dan dilanjutkan dengan daerah
belakang telinga secara longitudinal dan otak diamati kondisinya.
13. Apabila organ akan dijadikan sample hstopatologi, organ tersebut harus
langsung direndam dengan formalin 10% untuk mencegah perubahan post
mortem lebih lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengamatan superficial
 Terdapat banyak caplak pada kulit hal ini menandakan bahwa anjing
tersebut kurang perawatan semasa hidupnya.
 Tidak terdapat sisa darah pada lubang kumlah
 Tidak ada sisa feses akibat diare pada bagian anus

2. Pengamatan subcutan
Di permukaan subcutan terdapat cukup banyak timbunan lemak
dengan konssitensi normal (tidak mencair), hal ini menandakan bahwa
anjing tersebut cukup makan saat masih hidup dan tidak menggunakan
timbunan lemak adipose untuk kebutuhan energinya (tidak ada degenerasi
lemak mencair).

Tabel Pengamatan Organ pada Anjing

Pengamatan
No Gambar Organ Keterangan Pengamatan
Organ
 Limfonodus terlihat sangat merah hal ini
menunjukkan bahwa terjadi vasodilatasi
pembuluh darah pada organ ini.
 Limfonodus memiliki eksudat
 Limfonodus mengalami pembengkakan,
karena saat dicoba direkatkan kembali ke
Limfonodus
posisi semula, tidak merekat sempurna
dan
1
Glandula  Konsistensinya lebih keras
Parotis  Hal di atas menunjukan bahwa limfonodus
anjing tersebut mengalami
PERADANGAN LIMFONODUS

 Glandula parotis pada anjing tersebut dalam


kedaan normal karena, berwarna bening dan
pucat dengan ukuran normal.
 Limpa mengandung banyak lemak
 Terdapat bagian kehitaman pada ujung
yang menempel di bagian lambung dan
usus, hal ini merupakan perubahan post
mortem yang umum terjadi, yaitu peristiwa
PSEUDOMELANOSIS LIMPA.
 Ketika dilakukan inspeksi, margo limpa
2 Limpa
dalam kondisi normal, yaitu lancip dan
pipih.
 Ketika dilakukan insisi, terdapat bagian
limpa (pulpa merah) yang menempel pada
pisau, hal ini menunjukan bahwa limpa
mengalami peradangan atau yang biasa
disebut SPLENITIS.
 Ketika dilakukan inspeksi, warna hati tidak
normal, warna hati pucat dan kekuningan,
hal ini menunjukkan adanya bilirubin
berlebih yang berada pada hati, sehingga
hati anjing tersebut mengalami
ICTERUS/JAUNDICE dan perubahan
post mortem berupa IMBIBISI EMPEDU.
 Selain itu, saat diinspeksi, terdapat warna
kehitaman pada bagian yang menempel di
usus, hal ini menunjukkan adanya
3 Hati
perubahan post mortem, yaitu
PSEUDOMELANOSIS HATI.
 Lalu, tepi margo hati lebih bulat, hal ini
menunjukkan bahwa terjadi
PEMBENGKAKAN HATI
(DEGENERASI).
 Pada permukaan dorsal hati, terdapat
bercak-bercak putih yang merupakan
jaringan ikat karena PERSEMBUHAN
RADANG HATI.
Pemeriksaan Saluran Cerna

Oesophagus Terdapat mucus (eksudat)


 Terdapat sisa makanan yang dicerna.
 Terlihat lebih merah pada suatu garis lurus
transversal, bercak-bercak cokelat hal ini
menunjukkan adanya extravasasi dan
emigrasi sel darah merah, vasodilatasi, dan
keluarnya leukosit dan PNF, sehingga organ
Lambung
ini mengalami peradangan lambung atau
disebut GASTRIRIS.
 Selain itu, terdapat eksudat kataral yang
bercampur dengan darah sehingga disebut
GASTRITIS KATARALIS ET
HAEMORAGHIKA.
Duodenum Terdapat eksudat kataral
Pankreas Normal
 Terdapat bagian usus yang
MENGGEMBUNG akibat perubahan post
mortem yang diakibatkan oleh
AKTIVITAS BAKTERI PEMBUSUK
YANG MENGHASILKAN GAS,
 Pada bagian belakang usus, warna terlihat
lebih merah, selain itu berisi eksudat kataral
yang bercampur darah, hal ini disebabkan
karena adanya vasodilatasi pembuluh darah,
emigrasi eritrosit, dan keluarnya leukosit
dan PNF akibat peristiwa
 PERADANGAN, pada organ ini sehingga
Usus terjadi peristiwa ENTERITIS
KATARALIS ET
HAEMMORAGHIKA.
 Pada bagian kolon juga terdapat kondisi
yang sama, sehingga disebut peristiwa
PROCTITIS KATARALIS ET
HAEMORAGHICA.

 Bentuk ginjal pada anjing tersebut normal


dan kapsula normal karena mudah
dilepaskan dan tidak melekat pada ginjal
(tidak nefritis).
5 Ginjal  Setelah di insisi pada ginjal 1 terdapat
kemerahan pada bagian antara medulla dan
korteks, pada hal ini terjadi
HAEMORHAGI, selain itu, ditemukan
adanya bercak putih yang berisi jaringan
ikat, yang disebut sebagai INFARCT yang
disebabkan karena kondisi hipoksia
terutama ISCHEMIC pada hewan sebelum
hewan mati. Serta ditemukan adanya
PSEUDOMELANOSIS karena terdapat
bagian ginjal yang lebih hitam.
 Pada ginjal 2 ditemukan kondisi yang
sama, namun, letak HAEMORHAGI
berada di medulla ginjal.
 Pada pemeriksaan pericaridium, hasil yang
didapatkan adalah normal, karena
pericardium masih terang tembus dan tidak
keruh-putih (tidak pericarditis).
 Bentuk jantung pada anjing tersebut tidak
normal, karena bagian ujung jantung
MEMBULAT sementara pada kondisi
normal seharusnya tumpul, sehingga
jantung mengalami PELEBARAN .
 Selanjutnya pemeriksaan pada ventrikel
kiri, terdapat adanya CLOTTING karena
perubahan post-mortem. Dinding jantung
6 Jantung
ventrikel kiri menjadi lebih tebal dari
ukuran normal HIPERTROPI , selain itu
ditemukan kondisi otot janutng berwarna
tidak homogeny yaitu berwarna putih pucat,
hal ini menunjukkan adanya CARDIO
MYOPATY yaitu kondisi dimana otot
jantung mengalami degenerasi.
 Sementara pada ventrikel kanan, otot
jantung menipis atau biasa disebut
DILATASI karena tingginya muatan dan
tertekan, sehingga menyebbakan otot
jantungnya menipis.
 Pada trachea ditemukan adanya cairan
berupa EKSUDAT KATARAL
TRAKHEA sehingga kondisi ini disebut
TRAKHEITIS KATARALIS.
 Warna organ ini coklat kemerahan, hal ini
terjadi karena adanya perubahan post
Trakhea dan
7 mortem.
Paru-paru
 Pada bronchus ditemukan adanya eksudat
dan berwarna lebih merah, akibat dari
adanya peristiwa PERADANGAN
BRONKHUS (BRONKITIS)
 Pada saat dilakukan palpasi, krepitasi masih
ada di dalam paru-paru.
 Pada saat dilakukan uji apung, paru-paru
masih mengapung.

 Ketika di palpasi konsistensi otak sudah


sangat lembek seperti bubur, hal ini karena
adanya perubahan post mortem pada otak
8 Otak yaitu AUTOLISIS. Hal ini terjadi karena
otak merupakan organ yang sangat mudah
terautolisis.

SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai