Laporan Patum 1
Laporan Patum 1
Dosen:
Dr. Drh. Sri Estuningsih, MSi, APVet
Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi, APVet
Oleh:
Alfi Tafdil B04140003 ___
Masia Shintia Br B04140006 ___
Ulayya Ulfah B04140020 ___
Novdesari Mia Alstonia B04140024 ___
Shabrina Zakira Z B04140027 ___
Ratu Dinda Putri D B04140035 ___
Suria Hidayatullah S B04140052 ___
Dhea Rivinasari B04140057 ___
Dede Irwan B04140058 ___
Yeo Yann B04148024 ___
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara dan teknik nekropsi pada
anjing dan mengetahui perubahan-perubahan pada organ anjing agar dapat
melakukan diagnosa
a. Alat
Pisau, gunting, pinset, kampak kecil, kampak besar, gergaji besi, dan
gunting tulang
b. Bahan
Anjing yang sudah mati
METODE PRAKTIKUM
1. Anjing yang sudah mati bagian punggungnya diletakkan melekat pada meja
dengan tujuan agar anjing tefiksir.
2. Setelah itu penampakan secara superficial dilihat (adanya ektoparasit, lesion,
sisa feses akibat diare, adanya sisa darah di lubang kumlah, dan kelainan
superficial lainnya).
3. Lalu setelah pemeriksaan superficial, agar lebih seimbang dan terfiksir,
bagian axilla dan femur disayat hingga persendian terkuakkan (pada bagian
femur terdapat bonggol, hingga bagian bonggol terkuakkan).
4. Selanjutnya, kulit di preparir, dimulai dari bagiian bawah dagu (midline)
mengikuti linea alba hingga ke abdomen, lalu subcutan dibuka dan diamati
kelainannya (apabila terdapat jaringan lemak, diamati kekonsistenannya)..
5. Langkah selanjutnya adalah pengamatan limfonodus, di bagian kepala (lnn.
Submandibularis dan lnn. retropharyngealis), daerah kaki depan (lnn.
Axilaris dan lnn. Prescapularis), dan daerah kaki belakang (lnn.
Prefemoralis dan lnn. Poplitea) dan diamati kondisinya. Selain limfonodus,
pada bagian kepala juga diamati kondisi kelenjar parotis, untuk
membedakan dengan limfonodus, bentuk kelenjar parotis memiliki lobus-
lobus dan berwarna lebih pucat dibandingkan limfonodus.
6. Selanjutnya bagian cavum abdomen dibuka dengan membuka otot-otot
perut yaitu m. obliqus abdominis externus, m. obliqus abdominis internus,
dan m. transversus abdominis. Kemudian diamati periteoneum pada rongga
perut.
7. Setelah itu, cavum thoraks dibuka dengan cara menemukan pertemuan
antara tulang rawan dan tulang sejati untuk mempermudah prepares, apabila
titik temu tersebut benar letaknya saat ditemukan, maka tulang-tulang yang
terpotong akan membentuk segitiga. Selanjutnya. Rongga thoraks diamati,
karena pada bagian ini memiliki tekanan negative (kedap udara) untuk
memungkinkan oksigen dapat masuk ke paru-paru.
8. Kemudian, jantung dan paru-paru dikeluarkan, apabila hewan tersebut
masih muda, thymus juga ikut dikeluarkan. Cara mengeluarkan organ
tersebut adalah harus dibuka dari bagian atas (lidah) lalu ditarik hingga ke
bagian esophagus dan trachea, selanjutnya bagian esophagus dipisahkan
untuk bersama-sama diperiksa dengan saluran pencernaan, sementara
trachea dipisahkan untuk diperiksa dengan saluran respirasi.
9. Setelah itu, saluran cerna mulai diperiksa, diawali dengan diikatnya bagian
esophagus atas dengan ikatan ganda, serta bagian usus belakang (rectum)
dengan ikatan ganda. Hal ini bertujuan untuk mencegah keluarnya isi
saluran cerna keluar.
10. Selanjutnya satu persatu organ pemcernaan diperiksa mulai dari limpa, hati,
usus, pankreas, dan ginjal, ditambahkan dengan satu organ ekskresi, yaitu
ginjal..
11. Lalu, setelah saluran pencernaan diperiksa, pemeriksaan dilanjutkan dengan
pemeriksaan saluran respirasi, pemeriksaan saluran respirasi dimulai dari
trachea, percabangan bronchus, paru-paru, serta jantung.
12. Tahap terakhir adalah pemeriksaan otak, dengan cara menggergaji daerah
belakang mata hingga secara transversal dan dilanjutkan dengan daerah
belakang telinga secara longitudinal dan otak diamati kondisinya.
13. Apabila organ akan dijadikan sample hstopatologi, organ tersebut harus
langsung direndam dengan formalin 10% untuk mencegah perubahan post
mortem lebih lanjut.
1. Pengamatan superficial
Terdapat banyak caplak pada kulit hal ini menandakan bahwa anjing
tersebut kurang perawatan semasa hidupnya.
Tidak terdapat sisa darah pada lubang kumlah
Tidak ada sisa feses akibat diare pada bagian anus
2. Pengamatan subcutan
Di permukaan subcutan terdapat cukup banyak timbunan lemak
dengan konssitensi normal (tidak mencair), hal ini menandakan bahwa
anjing tersebut cukup makan saat masih hidup dan tidak menggunakan
timbunan lemak adipose untuk kebutuhan energinya (tidak ada degenerasi
lemak mencair).
Pengamatan
No Gambar Organ Keterangan Pengamatan
Organ
Limfonodus terlihat sangat merah hal ini
menunjukkan bahwa terjadi vasodilatasi
pembuluh darah pada organ ini.
Limfonodus memiliki eksudat
Limfonodus mengalami pembengkakan,
karena saat dicoba direkatkan kembali ke
Limfonodus
posisi semula, tidak merekat sempurna
dan
1
Glandula Konsistensinya lebih keras
Parotis Hal di atas menunjukan bahwa limfonodus
anjing tersebut mengalami
PERADANGAN LIMFONODUS
SIMPULAN