Anda di halaman 1dari 6

A.

Tentang Joy Paul Guilford

Joy Paul Guilford adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika. Guilford lahir di Marquette, Nebraska
pada tanggal 7 Maret 1897. Guilford banyak meneliti tentang inteligensi manusia, termasuk meneliti
perbedaan penting antara produksi divergen dan konvergen. Semasa masih kecil, Guilford memiliki
kebiasaan mengamati perbedaan kemampuan di antara anggota keluarganya sendiri. Dan pada saat Guilford
dewasa, dia belajar psikologi di University of Nebraska kemudian melanjutkan pascasarjananya di Cornell
University tahun 1919 sampai tahun 1921. Di Cornell University, Guilford belajar di bawah bimbingan
Edward Titchener. Selama di Cornell ini Guilford juga menjabat sebagai Direktur Klinik Psikologis
Universitas. Di sini ia banyak melakukan pengujian kecerdasan pada anak.

Pada tahun 1927 - 1928, Guilford bekerja di University of Kansas, setelah itu ia menjadi Presiden ketiga
Psychometric Society, mengikuti jejak pendirinya LL.Thurstone dan EL. Thorndike di University of
Nebraska. Pada tahun 1940 ia diangkat profesor psikologi di University of Southern California di mana ia
tinggal sampai 1967.

Selama Perang Dunia II , Guilford bekerja untuk Unit Penelitian Angkatan Udara Amerika Serikat, sebagai
Direktur Riset Psikologi di Pangkalan Tentara Santa Ana Air. Ia membentuk Proyek Aptitude di University
of Southern California, dan bekerja pada seleksi dan peringkat trainee aircrew. Di sana Guilford
menjalankan Staninies Project yang mengidentifikasikan delapan kemampuan intelektual spesifik yang
penting untuk menerbangkan pesawat. Guilford memaksimalkan penanganan delapan kemampuan ini
untuk memberikan solusi bagi permasalahan yang terjadi di sana. Dan selama Perang Dunia II, Guilford
dapat membuktikan bahwa solusinya tersebut dapat meningkatkan jumlah tingkat kelulusan peserta
pelatihan/trainee aircrew.

Seusai perang, Guilford bergabung pada Fakultas Pendidikan di University of Southern California. Di sana
Guilford memulai riset tentang faktor-faktor inteligensi. Guilford mempublikasikan secara luas hasil
risetnya yang diberinya nama Structure of Intellect Theory. Dan riset pasca perang ini mengidentifikasikan
kemampuan intelektual diskrit yang berjumlah 90 dan 30 kemampuan perilaku. Penelitian Guilford ini
menyebabkan pengembangan Tes klasifikasi yang dimodifikasi dalam cara yang berbeda, masuk dalam
berbagai assesmen personil yang dikelola oleh semua cabang US Armed Sevices. Dengan demikian secara
umum, semua ujian kualifikasi Militer AS pada tahun 1950an, 1960-an dan 1970-an dapat dikatakan telah
diturunkan menurut riset Guilford.

Guilford terus melakukan penelitian pada tes kecerdasan dengan fokus terutama pada berpikir divergen
dan kreativitas . Ia mendesain berbagai tes yang mengukur berpikir kreatif. Guilford pensiun dari mengajar
pada tahun 1967 tetapi terus menulis dan mempublikasikan. Guilford meninggal pada tanggal 26 November
1987 di Los Angeles.

B. Joy Paul Guilford dan Teori Inteligensi

Teori Guilford banyak membicarakan struktur intelegensi seseorang yang banyak mengarah pada
kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang kecerdasan ini dengan meneliti orang-orang genius pada
tahun 1869. Ia mencoba memahami cara kerja fungsi mental para pemimpin dan tokoh – tokoh
yang berhasil mengetengahkan ide-ide cemerlang. Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa
masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk
berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Konsepnya memang
kompleks, karena setiap masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Untuk itu diperlukan
perilaku cerdas/inteligen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku noncerdas/inteligen. Yang pertama
(perilaku cerdas/inteligen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan
memiliki motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya sebaliknya. Pengertian kebiasaan juga mengandung
arti kebiasaan kreatif, bukan kebiasaan pasif reaktif (mekanis) seperti pada pandangan kaum behavioris.

Guilford mengeluarkan satu model untuk menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya sebagai Model
Struktur Intelek (Structure of Intellect). Dalam model ini, Guilford menjelaskan bahwa kreativitas manusia
pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen. Konvergen adalah cara berfikir
untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar. Sedangkan berpikir divergen adalah proses berfikir
yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang beraneka ragam. Kemampuan berfikir divergen
dikaitkan dengan kreativitas ditunjukkan oleh beberapa karakteristik berikut:

1. Kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide-ide atau solusi masalah
dalam waktu singkat.

2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk secara bersamaan mengusulkan berbagai pendekatan untuk
masalah tertentu.

3. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk memproduksi hal baru, ide-ide asli.

4. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan sistematisasi dan mengatur rincian ide di kepala
dan membawanya keluar.

Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Guilford
meyakini bahwa standar tes inteligensi yang ada pada saat itu tidak mendukung proses berpikir divergen.
Tes inteligensi tidak dirancang untuk mengukur hal ini, tetapi tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau
kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan
tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau
kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

Model struktur intelektual (SI) diilustrasikan oleh Guilford dalam bentuk sebuah kubus dengan masing-
masing dimensi mewakili faktor-faktor intelektual yang bersesuaian satu sama lain. Dimensi-dimensi
tersebut ialah:

a. Dimensi Konten/Isi

Dimensi konten atau isi ini mencakup bidang atau tipe informasi dalam operasi yang diterapkan. Dimensi
konten atau isi dibagi menjadi empat kategori, namun dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi
lima, yaitu auditori dan visual dipisahkan. Kategori-kategori yang berada pada dimensi konten adalah
sebagai berikut:

1. Figural

Informasi yang berupa figur, non-verbal, atau bentuk yang menggambarkan keadaan suatu objek. Kategori
figural ini kemudian dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Auditory - Informasi dirasakan melalui pendengaran.

b. Visual - Informasi dirasakan melalui melihat.

2. Simbolik

Informasi yang diproses di sini dapat mempunyai bentuk yang sama seperti isi figural, akan tetapi arti yang
dikehendaki merupakan penggambaran objek lain, jadi memiliki maksud selain objek itu sendiri.

3. Semantik

Informasi yang harus diproses berupa input yang disajikan secara lisan.

4. Perilaku

Informasi berupa tindakan individu. Isi kemampuan inilah yang dapat disamakan dengan konsep
inteligensi sosial menurut teori Thorndike.
b. Dimensi Produk

Seperti namanya dimensi ini berisi hasil penerapan operasi tertentu untuk isi tertentu. Menurut tingkatan
kompleksitasnya terdapat enam jenis produk yaitu:

1.Unit/satuan, merupakan satu item informasi

2.Kelas, merupakan satu set item yang berbagi beberapa atribut atau produk kelas berupa respon dalam
bentuk kelompok kelas.

3.Hubungan, merupakan produk yang di dalamnya terdapat koneksi antara item atau variabel, kemungkinan
terkait sebagai bertentangan atau dalam asosiasi, urutan, atau analogi.

4.Sistem , merupakan sebuah organisasi item atau jaringan dengan bagian-bagian yang berinteraksi, jadi
strukturnya terorganisasikan secara keseluruhan.

5.Transformasi, merupakan perubahan perspektif, konversi, atau mutasi ke pengetahuan; seperti membalik
urutan huruf dalam sebuah kata.

6.Implikasi, merupakan prediksi, kesimpulan, konsekuensi, atau antisipasi pengetahuan.

c. Dimensi Operasi

Terdiri dari 5 jenis yaitu :

1.Kognisi, merupakan proses penemuan suatu informasi yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami,
menemukan, dan menjadi sadar.

2.Memori, merupakan kemampuan untuk mengkodekan informasi dan mengingat kembali informasi yang
pernah diterima. Kategori memori ini dibagi menjadi:

· Memori retensi, yaitu kemampuan untukmenahan atau mengingat informasi.

· Memori reproduksi - Kemampuan untuk memproduksi kembali informasi.

3.Pemikiran divergen, merupakan proses pikiran terhadap arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari
informasi yang telah ada.

4.Pemikiran konvergen, merupakan proses menyimpulkan solusi tunggal untuk masalah.

5. Evaluasi, merupakan proses menilai apakah jawaban yang akurat, konsisten, atau valid.
C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Inteligensi Guilford

Joy Paul Guilford memberikan distribusi yang signifikan dalam ikut mengembangkan teori kemampuan
mental, terutama yang berkaitan dengan teori inteligensi. Dalam model struktur yang disebutnya
sebagai Structure of Intellect (SOI) ini, Guilford berseberangan dengan konsep general factor yang
dikemukakan oleh Spearman. Seperti teori inteligensi lainnya, teori Guilford ini pun tidak luput dari
kontroversi dan kritikan dari beberapa pihak. Berikut ini akan diungkapkan beberapa kelebihan dan
kelemahan dari teori inteligensi Guilford.

Kelebihan-kelebihan teori inteligensi Guilford:

1. Teori ini memberikan implikasi yang penting bagi teori psikologi umumnya, terutama apabila dapat
meletakkannya sebagai suatu kerangka pemikiran guna memperoleh pandangan baru terhadap
konsep-konsep psikologi, seperti proses belajar, pemecahan masalah dan kreativitas.

2. Dalam pembelajaran, teori ini memberikan implikasi positif berupa pembelajaran yang kreatif.

3. Model Guilford ini memberikan suatu jalan untuk mengorganisasikan kemampuan-kemampuan


dalam kurikulum, terutama pada penentuan kemampuan-kemampuan mana yang perlu mendapat
perhatian.

4. Teori ini merupakan mata rantai studi inteligensi dengan menggunakan pengetahuan tentang
belajar, psikolinguistik, pikiran dan sebagainya sebagai pembagian tugas intelektual.

5. Teori ini meliputi bidang-bidang fungsi intelektual yang terlokalisasi dengan sedikit sekali
terwakili oleh tes-tes inteligensi standar. Sebagai contoh, banyak tes-tes inteligensi yang hanya
mengukur pemikiran konvergen yang hanya memiliki jawaban yang benar.

6. Teori ini mendapatkan penerimaan luas dari para pendidik dan beberapa pihak yang memiliki
pandangan kurang menyenangkan terhadap faktor ‘g’ Spearman.

Kelemahan-kelemahan teori inteligensi Guilford:

1. Teori ini dianggap terlalu berlebihan/kompleks dan melanggar aturan parsimony.

2. Kemampuan-kemampuan inteligensi dalam teori ini belum seluruhnya dapat dibuktikan secara
empiris.

3. Guilford menggunakan metode rotasi ortogonal, meskipun data dan penelitian sebelumnya jelas
menuntut rotasi miring (oblique)
4. Beberapa ahli tidak dapat mereplikasi hasil Guilford pada analisis ulang, mendorong
mereka mempertanyakan reliabilitas instrumen itu. Meskipun pada tahun 1985 Guilford merevisi
model SOI untuk mengatasi kekurangan ini.

Sumber :

Azwar, Saifuddin MA. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Kane, Harrison and Brand, Chris. 2003. The Importance of Spearman’s g. As a Psychometric, Social, and
Educational Construct. USA. Woodhill Foundation.

Santrock, John W.2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Kencana. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai