(SKK Migas)
Nomor: PTK-062/SKKO0000/2016/S0
TENTANG
MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI
MINYAK DAN GAS BUMI
JAKARTA
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman i
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I : UMUM 1
2. Ruang Lingkup 1
3. Dasar Hukum 1
4. Referensi Hukum 2
5. Pengertian Istilah 4
1. Lingkup Kegiatan 10
1. Lingkup 17
5. Dokumen Pelaporan 24
6. Pelaporan 28
1. Ruang Lingkup 30
1. Ruang Lingkup 33
6. Dokumen Pelaporan 46
1. Ruang Lingkup 48
2. Prosedur Penyelesaian 49
BAB IX : PENUTUP 55
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
UMUM
2. Ruang Lingkup
PTK Manajemen Operasi Produksi ini berlaku untuk pengelolaan Operasi Produksi yang
meliputi:
2.1. Ketentuan umum pengawasan kegiatan Operasi Produksi Minyak dan Gas Bumi;
2.2. Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.3. Pengukuran dan perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.4. Penyediaan dan penggunaan sistem Alat Ukur legal untuk penyerahan Minyak
Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi;
2.5. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi
2.6. Penyelesaian klaim Discrepancy dalam penyerahan Minyak Bumi atau Kondensat
bagian Pemerintah dari KKKS kepada PT. Pertamina (Persero); dan
2.7. Mekanisme penyelesaian sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPF atau limbah
berminyak dari fasilitas KKKS yang sudah selesai digunakan.
3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Nomor
22 Tahun 2001).
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah
4. Referensi Hukum
4.1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
4.2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib Tera.
4.3. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/075/MPE Tahun 1992
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak
dan Gas Bumi.
4.4. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/34/M.PE/1994 Tentang
Kewajiban untuk melakukan Evaluasi Mutu Minyak Bumi.
4.5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan
Pertambangan Minyak Bumi Pada Sumur Tua.
4.6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
4.7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas
Bumi.
4.8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/10 Tahun 2014 tentang
Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya.
4.9. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.
4.10. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri
Perdagangan Nomor 0233K/096/MPE/1988 dan Nomor 63A/Kbb/11/1988 tentang
Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang Dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Indonesia.
4.11. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri
Perdagangan Nomor 0233K/096/MPE/1988 dan Nomor 63A/Kbb/11/1988
tentang Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang Dalam Operasi Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi Indonesia.
4.12. Surat Edaran Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas No.
0202/SKKB0000/2015/S5 tentang Program Kerja Lingkungan Hidup Bagi
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
4.13. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
61/MPP/KEP/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian dan Nomor
251/MPP/Kep/6/99 tentang perubahan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 61/MPP/KEP/2/1998 tentang Penyelenggaraan
Kemetrologian.
4.14. Perjanjian Penunjukan Penjual Seluruh Minyak Bumi dan/atau Kondensat Bagian
Negara antara SKK Migas dan Pertamina tanggal 18 September 2015 dan
perubahannya (Sales Appointment Agreement).
4.15. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 37K/70/DDJM Tahun
1990 tentang Standar Dalam Operasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.
4.16. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 107 K/34/DJM Tahun
2000 tentang Ketentuan Pelaksanaan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi.
4.17. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 39K/38/DJM Tahun
2002 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksanaan Keselamatan Kerja atas
Tangki Penimbunan Minyak dan Gas Bumi.
4.18. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 107.K/34/DJM/2000
tentang Ketentuan Pelaksanaan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi.
4.19. Surat Edaran Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 8631/18.6/DJM.T
Tahun 2008 Tentang Penggunaan Sistem Alat Ukur Pada Kegiatan Usaha Migas
di Indonesia
4.20. Surat Edaran Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor
3765/18.06/DMT Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Operasi Serah Terima Minyak
dan Gas Bumi di Titik Penyerahan.
4.21. Pedoman Tata Kerja Nomor 023/PTK/III/2009 tentang Pengusahaan
Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua dan perubahannya.
4.22. Pedoman Tata Kerja Nomor 12/PTK/II/2007 tentang Pengoperasian Tangki
Penyimpan Minyak Bumi dan perubahannya.
4.23. Pedoman Tata Kerja Nomor 13/PTK/II/2007 tentang Pengoperasian Pipa Penyalur
Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya.
4.24. Pedoman Tata Kerja Nomor 047/PTK/VII/2011 tentang Komitmen Kontrak Kerja
Sama dan perubahannya.
4.25. Pedoman Tata Kerja Nomor 009/SKO0000/2013/S0 tentang Sistem Operasi
Terpadu dan perubahannya (PTK SOT).
4.26. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-033/SKKO0000/2015/S0 tentang Placed Into
Service Revisi 02 dan perubahannya.
4.27. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-039/SKKO0000/2015/S0 tentang Authorization
For Expenditure Revisi 01 Buku Kesatu tentang Pelaksanaan Persetujuan AFE
dan perubahannya (PTK AFE Buku Kesatu).
4.28. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-041/SKKO0000/2015/S0 tentang Pemeliharaan
Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya.
4.29. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-059/SKKO0000/2015/S0 tentang Kebijakan
Akuntansi Kontrak Kerja Sama Untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
dan perubahannya (PTK Kebijakan Akuntansi KKS).
4.30. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-060/SKKO0000/2015/S0 tentang Persetujuan
Penyelesaian Pekerjaan dan perubahannya.
5.14. Fasilitas Produksi adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK Placed Into
Service.
5.15. Fasilitas Produksi Lapangan adalah Stasiun Pengumpul (SP)/Block Station
(BS)/Gathering Station (GS)/Processing Area (PA) yang berfungsi melakukan
proses pemisahan produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan air dari beberapa sumur.
5.16. Fasilitas Terminal adalah Stasiun Pengumpul Utama (SPU)/Terminal yang
berfungsi sebagai penampungan, Pengukuran dan pemompaan produksi Minyak
Bumi hasil pengiriman dari Fasilitas Produksi Lapangan untuk dipisahkan dari air
yang masih terlarut (suspensi) dalam Minyak Bumi sehingga memenuhi
persyaratan untuk ditransaksikan ke pihak lain.
5.17. Gain/Loss adalah tambah/susut atau selisih lebih/kurang yang terjadi pada proses
pemindahan minyak dan gas bumi, LPG maupun LNG dari satu tempat ke tempat
yang lain.
5.18. Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Kontrak Kerja Sama (KKS), Minyak Bumi,
Minyak dan Gas Bumi, Titik Serah (Titik Penyerahan) dan Wilayah Kerja (WK)
adalah sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 Tahun 2001.
5.19. Joint Report adalah laporan yang dibuat bersama oleh pihak pemakai Aset
bersama mengenai jumlah Minyak Bumi atau Gas Bumi yang dikirimkan ke
pembeli melalui fasilitas pengiriman yang digunakan secara bersama.
5.20. Kepala Sumur merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan yang
berfungsi sebagai suatu sistem seal/penyekat untuk menahan semburan atau
kebocoran cairan sumur ke permukaan yang tersusun atas casing head (casing
hanger) dan tubing head (tubing hanger).
5.21. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah sebagaimana dimaksud dalam
PP Nomor 35 Tahun 2004.
5.22. Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan
tekanan untuk memudahkan Penyimpanan, Pengangkutan, dan penanganannya.
5.23. MMSCF berarti 1.000.000 (satu juta) SCF.
5.24. MMBTU berarti 1.000.000 (satu juta) BTU.
5.25. MMBTUD berarti 1.000.000 (satu juta) BTU perhari.
5.26. Off Hire adalah tanggal berakhirnya periode kontrak sewa kapal.
5.27. On Hire adalah tanggal berlakunya periode kontrak sewa kapal.
5.28. Operasi Produksi adalah bentuk kegiatan yang meliputi produksi sumur, proses
pemisahan Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi, proses pengelolaan LPG atau
LNG, proses penyaluran, penyerahan/pengapalan, pelaporan pemakaian sendiri,
susut/tambah dan Stok Minyak Bumi/Kondensat dalam pelaksanaan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.29. Operator, Kondensat, Plan of Development (POD) dan Work Program &
Budget (WP&B) adalah sebagaimana dimaksud di dalam KKS.
5.30. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG
dan Gas Bumi dari satu tempat ke tempat lain untuk proses lebih lanjut ataupun
komersial.
5.31. Penghitungan adalah kegiatan penentuan jumlah volume dari Minyak Bumi,
Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi baik dalam tangki maupun yang dialirkan
melalui pipa berdasarkan data hasil Pengukuran.
5.32. Pengukuran adalah kegiatan pengelolaan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG
dan Gas Bumi yang meliputi penentuan antara lain: ketinggian cairan dalam tangki,
temperatur, laju alir, tekanan, pengambilan contoh dan analisa kualitas Minyak
Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi di laboratorium maupun analisa
kualitas Gas Bumi secara online.
5.33. Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan untuk
Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG di darat maupun lepas pantai.
5.34. Pipa Penyalur adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan atau
mendistribusikan Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi.
5.35. Pemeliharaan, Planned Shutdown, Unplanned Shutdown adalah sebagaimana
terdapat dalam PTK Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi.
5.36. Pertamina dan Sales Appointment Agreement (SAA) adalah sebagaimana
dimaksud dalam SAA.
5.37. Proving adalah prosedur untuk menentukan faktor pengali Alat Ukur.
5.38. Prolong Test adalah tes sumur untuk mengetahui/mendapatkan data tambahan
dalam menghitung jumlah cadangan Minyak Bumi yang tersedia di Reservoir.
5.39. Proration adalah pembagian secara prorata Minyak Bumi yang diolah dan
diterima di Fasilitas Produksi Lapangan terhadap produksi sumur yang diukur
berdasarkan uji sumur produksi.
5.40. Proration Factor adalah hasil bagi dari Minyak Bumi yang diterima di Fasilitas
Produksi Lapangan dengan jumlah produksi sumur berdasarkan hasil tes.
5.41. Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi (PUPO) adalah dokumen referensi SKK
Migas terkait pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.42. R1 adalah penerimaan Minyak Bumi dan/atau Kondensat Bagian Negara di kapal
lebih kecil dari volume yang diserahkan oleh Terminal KKKS.
5.43. Sediment and Water (S&W) adalah kandungan air dan endapan yang terbawa
dari Reservoir dan masih bersuspensi di dalam Minyak Bumi atau Kondensat
dalam persen volume.
5.44. Shrinkage Factor, Koreksi Emulsi dan Evaporasi adalah faktor koreksi akibat
pencampuran dua atau lebih jenis Minyak Bumi dan/atau kondensat berdasarkan
hasil evaluasi pihak ketiga yang digunakan dalam perhitungan Back Allocation.
5.45. Sistem Operasi Terpadu (SOT) adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK SOT.
5.46. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) adalah sebagaimana dimaksud dalam Perpres Nomor 9 Tahun 2013.
5.47. SCF atau Standard Cubic Foot berarti volume gas yang diperlukan untuk mengisi
1 (satu) kaki kubik ruangan pada tekana 14.73 (empatbelas poin tujuh tiga) PSIA
dan pada suhu 60 (enam puluh) derajat Fahrenheit pada keadaan kering.
5.48. Stok adalah kuantitas Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG, atau Gas Bumi yang
terdapat di fasilitas penampungan (tangki penyimpan dan pipa penyalur) yang
dinyatakan dalam satuan standar volume atau observed volume.
5.49. Tangki Penyimpan (Storage) adalah fasilitas yang digunakan untuk menampung
Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG Fasilitas Produksi Lapangan atau
Fasilitas Terminal sebelum diserahkan ke pihak lain atau untuk pemakaian sendiri.
5.50. Titik Penyerahan adalah titik penyerahan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNT,
atau Gas Bumi dimana hak dan tanggung jawab atas migas beralih dari Penjual
kepada Pembeli, pada flensa kerangan terakhir.
5.51. Uji Produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi
suatu sumur dengan menggunakan fasilitas uji sumur untuk mengetahui tingkat
produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan air.
5.52. Volume Correction Factor adalah faktor yang digunakan untuk melakukan
koreksi dari volume kondisi observasi menjadi volume standar.
5.53. Well Test (Uji Produksi sumur) adalah Pengukuran kemampuan produksi
Reservoir.
BAB II
PENGAWASAN OPERASI PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
1. Lingkup Kegiatan
1.1. Kegiatan Operasi Produksi dilakukan di tahap Eksplorasi dan Eksploitasi suatu
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
1.2. Lingkup kegiatan Operasi Produksi di tahap Eksplorasi sebagaimana terdapat dalam
Lampiran I.
1.3. Tahapan kegiatan Operasi Produksi di tahap Eksploitasi tergambar berikut:
PTK Pengawasan dan Pengendalian kinerja sumur, custody transfer dan lifting; pelaksanaan
WP&B pengendaliandan pengawasan kegiatan operasional Pengangkutan dan Penyimpanan; dan PTK
evaluasi penyelesaian pekerjaan artifial lift dan peralatan custody transfer AFE
PTK
Plan of Sumur Fas. Prod. Fas.Prod. Konsumen Place Into
PTK Development Produksi Lapangan Terminal Service
MPROD
BAB III
PELAPORAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI
Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi mencakup pelaporan Produksi, Stok dan Lifting yang
dilakukan di Sumur, Fasilitas Produksi Lapangan, Fasilitas Terminal dan Titik Penyerahan.
2.2.4.3. Pelaporan rekonsiliasi bulanan Produksi, Lifting dan Stok batas waktu
tidak melewati tanggal 10 atau tanggal lain yang ditentukan pada setiap
bulan berikutnya.
BAB IV
PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI
1. Lingkup
Pengukuran dan perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk:
1.1. Mengukur, mengambil sample, menganalisa dan melakukan perhitungan serta
melaporkan secara benar dan akurat jumlah produksi, Lifting, Gain/Loss dan Stok
Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi;
1.2. Memberikan kepastian akuntabilitas dan auditabilitas data yang dilaporkan;
1.3. Memperoleh data untuk perhitungan jumlah cadangan tersisa Minyak dan Gas Bumi
dalam Reservoir berdasarkan produksi yang dihasilkan; dan
1.4. Menjadi dasar untuk data konsolidasi dan rekonsiliasi.
2.2 Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki Penyimpan
2.2.1 Ketentuan
2.2.1.1 Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki
2.3. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG Dengan
Sistem Meter Di Titik Alokasi dan Titik Penyerahan
2.3.1. Ketentuan
2.3.1.1. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG di
titik alokasi menggunakan sistem meter.
2.3.1.2. Hasil Pengukuran dengan sistem meter berupa laporan harian
volume/berat/energi pada kondisi standar dan sesuai ketentuan
atau kebutuhan pelaporan.
2.3.1.3. Sistem meter yang digunakan wajib mempunyai Izin Penggunaan
yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas dan Keterangan Hasil
Pengujian yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi setelah
dilakukan tera/tera ulang.
2.3.2. Prosedur Pengukuran
2.3.2.1. Pengukuran Minyak Bumi dan Kondensat Dengan Menggunakan
Flow Meter.
2.3.2.1.1. Pengukuran dengan sistem meter adalah Pengukuran
secara dinamik, yaitu dilakukan terhadap Minyak
Bumi/Kondensat yang sedang mengalir.
2.3.2.1.2. Pengukuran Minyak dan Kondensat dengan meter
dikoreksi ke kondisi standar yaitu 60 0F dan 14,696 PSIA
untuk satuan imperial.
2.3.2.1.3. Pengukuran di Titik Serah wajib menggunakan sistem
meter yang disyaratkan sesuai API MPMS Chapter 12
untuk perhitungan dan API MPMS Chapter 4 revisi
terakhir untuk Proving.
2.3.2.1.4. Alat Ukur semi Custody Transfer dengan spesifikasi
setara meter Custody Transfer wajib digunakan sebagai
4. Referensi Teknis dan Standar Dalam Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas
Bumi, LPG Dan LNG
4.1. Perhitungan kuantitas Minyak Bumi, Kondensat, LPG, dan LNG menggunakan
ukuran volume atau berat, dalam satuan metrik atau satuan
Amerika/British/Imperial. Penggunaan volume correction factor (VCF) sebagai faktor
konversi dari kondisi observasi ke kondisi standar menggunakan ASTM-IP
Petroleum Measurement Tables (ASTM D-1250 IP D-200). Kuantitas Gas Bumi
diukur dalam ukuran volume/berat/energi, dalam satuan metrik atau satuan
Amerika/British/Imperial.
4.2. Referensi teknis terkait pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG Dan
LNG merujuk kepada PUPO mengenai Pengukuran tangki di Fasilitas Produksi
Lapangan dan Fasilitas Terminal, bongkar/muat (loading/discharging) dengan
menggunakan kapal (barge/tanker), penyerahan/pemuatan (loading) dari Fasilitas
Terminal ke tanker dan Penghitungan Minyak Bumi, kondensat, LPG, LNG dan Gas
Bumi.
4.3. Standar lainnya yang digunakan dalam kegiatan ini terdapat dalam Lampiran II –
Acuan Standar Pengukuran.
5. Dokumen Pelaporan
5.1. Dokumen Lifting
Dokumen pelaporan terkait Lifting terdapat dalam Lampiran III – Dokumen Lifting.
5.4. Dokumen Pelaporan Stok Minyak Bumi dan Kondensat, LPG dan LNG
KKKS melaporkan Stok Minyak Bumi dan Kondensat, LPG dan LNG kepada SKK
Migas yang terdiri dari:
5.4.1. Berita Acara Verifikasi Inventory Stock;
5.4.2. Data teknis tangki Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG;
5.4.3. Shore atau Storage Measurement Report;
5.4.4. Hasil analisa laboratorium; dan
5.4.5. Tank Ticket.
BAB V
1. Ruang Lingkup Penyediaan dan Penggunaan Sistem Alat Ukur Legal Untuk
Penyerahan Minyak Bumi
1.1. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan ini terdiri dari penyediaan Alat Ukur legal; penggunaan Alat Ukur
legal; modifikasi, relokasi dan penghapusan Alat Ukur legal; pemutusan tanda tera
dan pelaksanaan tera ulang.
1.2.2 Alat Ukur Statis yang terdiri dari antara lain Alat Ukur tangki tegak, tangki bola,
tangki silindris datar, dan tangki ukur terapung beserta Alat Ukur ketinggian
yang melengkapinya.
1.2.3 Alat Ukur dinamis terdiri dari antara lain orifice meter, positive displacement
meter, turbine meter, coriolis meter, dan ultrasonic meter serta peralatan
kelengkapannya.
2.1 Alat Ukur Legal statis dan dinamis wajib disediakan oleh KKKS untuk serah terima
Minyak Bumi, LPG, LNG, dan Gas Bumi di titik penyerahan.
2.2 Alat Ukur wajib dirancang dengan baik oleh KKKS dan/atau perakit perekayasa
yang ditunjuk untuk memenuhi ketentuan yang berlaku dan good engineering
practices, dengan:
Mendapatkan persetujuan rancangan sistem Alat Ukur dari SKK Migas;
Mendapatkan izin tipe yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi;
2.3. Mengawasi pengujian rancangan Alat Ukur yang sudah disetujui bersama dengan
SKK Migas dalam tahapan:
4.2.1. Relokasi sistem Alat Ukur adalah pemindahan suatu sistem Alat Ukur dari satu
lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemanfaatan peralatan/Aset yang ada.
4.2.2. KKKS wajib mengajukan perencanaan relokasi sistem Alat Ukur ke SKK
Migas untuk persetujuan sebelum relokasi dimulai.
4.2.3. Hasil pengujian dan Keterangan Hasil Pengujian dari Direktorat Metrologi
terhadap Alat Ukur yang sudah direlokasi akan digunakan oleh Ditjen Migas
sebagai dasar penerbitan Izin Penggunaan Sistem.
6. Pelaporan
6.1. Kegiatan Penyediaan/Modifikasi/Relokasi Alat Ukur
6.1.1. KKKS menyampaikan dokumen yang terdiri dari:
6.1.1.2. Latar Belakang dan justifikasi penyediaan/modifikasi/relokasi/
penghapusan Alat Ukur;
6.1.1.3. Persetujuan AFE;
6.1.1.4. Spesifikasi Alat Ukur yang dipersyaratkan dalam perjanjian jual beli/
perjanjian transportasi/perjanjian penggunaan peralatan bersama;
6.1.1.5. Dokumen teknis antara lain:
BAB VI
EVALUASI MUTU MINYAK DAN GAS BUMI
1. Ruang Lingkup
1.1. Evaluasi contoh Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk menentukan
mutu/karakteristik Minyak dan Gas Bumi yang dihasilkan oleh sumur produksi
maupun sumur yang baru ditemukan. Hasil analisa mutu/karakteristik Minyak dan
Gas Bumi dapat digunakan:
1.1.1. Sebagai data nasional untuk kepentingan strategis Pemerintah dalam
menentukan kebi jakan;
1.1.2. Strategi pengembangan dan pemanfaatan Minyak Bumi dan Gas Bumi; dan
1.1.3. Menentukan harga Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi.
1.2. Kegiatan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi mencakup penjadwalan
pengambilan contoh Minyak dan Gas Bumi, mekanisme pengusulan, pengambilan
contoh sesuai dengan jadwal produksi dan jadwal kegiatan produksi KKKS,
pengiriman contoh dan analisis laboratorium atas contoh yang dikirimkan serta
penagihan biaya dari pihak yang ditunjuk sebagai pelaksana evaluasi mutu kepada
KKKS, pembuatan laporan hasil analisa dan penggunaan hasil analisis untuk
kepentingan pemerintah.
memungkinkan; dan
2.2.1.2. Saat Uji Produksi (UP) dan Uji Kandungan Lapisan (UKL) pertama
sumur penemu yang bersangkutan dan apabila terjadi perubahan
lapisan Produksi.
2.2.2. Untuk Evaluasi Mutu Gas Bumi, pengambilan contoh Gas Bumi dilakukan
pada saat UP dan UKL pertama sumur penemu yang bersangkutan dan
apabila terjadi perubahan lapisan produksi.
3.2. Instansi terkait mengeluarkan hasil analisa yang meliputi analisa properties dan
karakteristik Minyak dan Gas Bumi.
3.3. Alur dari proses Evaluasi Mutu Minyak Bumi dan G a s B u m i dapat dilihat pada
gambar 6.1 halaman berikut.
Prosedur Evaluasi Mutu Minyak Mentah dan Gas Bumi
Institusi Pelaksana
KKKS SKK Migas MIGAS
EMGB
Pembentukan Tim Bers ama dan Peny aksian Pengambilan Co ntoh Minyak
dan Gas Bumi
Analisa Co ntoh
Analis a Co ntoh dari Institusi Pelaksana Evaluasi Mutu Minyak d an Gas Bumi
BAB VII
PENYELESAIAN KLAIM DISCREPANCY DALAM
PENYERAHAN MINYAK BUMI ATAU KONDENSAT BAGIAN PEMERINTAH
DARI KKKS KEPADA PT. PERTAMINA (PERSERO)
1. Ruang Lingkup
1.1. Discrepancy ini terkait perbedaan figure Fasilitas Terminal dengan kapal (R1), adanya
air bebas setelah Lifting serta perbedaan kandungan Sediment & Water (S&W).
1.2. Penerimaan MMKBN di kapal lebih kecil atau Discrepancy melebihi 0,5% (R1>0,5%)
dari volume yang diserahkan oleh KKKS Operator dimana Ship Figures After
Loading(SFAL)<Bill of Lading (B/L), dengan kondisi dimana:
1.2.1. KKKS Operator menggunakan meter sebagai Alat Ukur untuk menentukan
volume MMKBN yang diserahkan;
1.2.2. Sistem meter tidak bekerja sebagaimana mestinya, atau belum tersedia di
Fasilitas Terminal KKKS sehingga KKKS Operator menggunakan sistem
tangki ukur (manual ullage) sebagai Alat Ukur.
1.3. Ditemukan air bebas di kapal sesaat sesudah muat (after loading), dengan kondisi
dimana:
1.3.1. KKKS Operator mengakui bahwa akan ada sejumlah air bebas yang akan
terkirim ke kapal tetapi volumenya tidak diketahui secara pasti, misalnya
terkait pekerjaan sea water flushing ke Pipa Penyalur atau floating hose
sebelumnya;
1.3.2. Volume air bebas di kapal melebihi perhitungan KKKS Operator;
1.3.3. Tidak ada indikasi adanya air bebas di Fasilitas Terminal KKKS yang
berpotensi terkirim ke kapal.
1.4. Perbedaan angka persentase S&W hasil analisis Master Sample dan angka yang
tercantum dalam B/L melebihi ketentuan sebagaimana diatur dalam toleransi
reproducibility analisis dalam ASTM D-4007.
1.5. Perhitungan prosentase (%) losses berdasarkan kesepakatan antara SKK Migas
dengan PT.Pertamina (Persero)adalah:
R1 = (SFAL-BL)/BL x 100%
2.2. Fasilitas Terminal KKKS yang Menggunakan Sistem Meter bila Discrepancy
R1>0.5% Volume
2.2.1. KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas, dan PERTAMINA atau
Independent Surveyor segera melakukan verifikasi di Fasilitas Terminal
KKKS sebagai berikut :
2.2.1.1. Melakukan pemeriksaan kembali terhadap Prosedur Teknis
Operasi Penyerahan MMKBN termasuk pemeriksaan pipa transfer
terisi penuh dengan Minyak Bumi atau Kondensat atau Kondensat,
kerangan percabangan pipa transfer tertutup dan telah dilakukan
penyegelan;
2.2.1.2. Melakukan pemeriksaan terhadap kinerja peralatan sistem meter
dengan memperhatikan hasil Repeatability pengujian meter tidak
melebihi 0,02% dan/atau deviasi meter factor (MF) yang diperoleh
dan MF sebelumnya tidak melebihi 0,2%;.
2.2.1.3. Melakukan verifikasi perhitungan kembali terhadap hasil print out
dari flow comp yaitu perhitungan MF dalam meter Proving report
dan perhitungan volume dalam batch/delivery report;
2.2.1.4. Data pendukung lainnya sebagai masukan antara lain:
2.2.1.4.1. Pemeriksaan kinerja Fasilitas Terminal (Terminal
Performance) berupa data historical perbandingan antara
perhitungan sistem meter dengan perhitungan sistem
tangki ukur (manual ullage) dari beberapa kegiatan
penyerahan MMKBN di Fasilitas Terminal KKKS tersebut,
dibandingkan dengan baseline atau rata-rata perbedaan
sebelumnya;
2.2.1.4.2. Pemeriksaankinerja kapal (Vessel Experience Factor /
VEF) dari kapal tersebut saat melakukan Penyerahan
Minyak di beberapa Fasilitas Terminal dan VEF
diaplikasikan ke dalam perhitungan penerimaan saat ini
(Ship Figures After Loading-SFAL applied VEF).
2.2.1.5. Hasil verifikasi dituangkan kedalam Berita Acara Verifikasi
Discrepancy R1 dan dilengkapi dengan Kronologis Penyerahan
MMKBN yang dibuat oleh KKKS Operator, dan ditandatangani
2.3. Fasilitas Terminal KKKS yang Menggunakan Sistem Tangki Ukur (Manual
Gauging) bila Discrepancy R1>0.5% Volume
2.3.1. KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas dan PERTAMINA atau
Independent Surveyor segera melakukan verifikasi di Fasilitas Terminal
KKKS sebagai berikut:
2.3.1.1. Melakukan pemeriksaan kembali Prosedur Teknis Operasi
Penyerahan Minyak Bumi atau Kondensat atau Kondensat yang
telah dilaksanakan antara lain:
2.3.1.1.1. Pipa transfer terisi penuh dengan Minyak Bumi atau
Kondensat atau Kondensat;
2.3.1.1.2. Kerangan percabangan pipa transfer tertutup dan jika
memungkinkan tersegel;
2.3.1.1.3. Pengambilan contoh dan Pengukuran temperature sudah
sesuai ketentuan
2.3.1.1.4. Melakukan Pengukuran ulang kembali pada seluruh
tangki baik tangki nominasi maupun non nominasi, dan
melakukan pemeriksaan tangki-tangki lain yang
berhubungan dengan tangki cargo. Hasil Pengukuran
tersebut dinyatakan pada dokumen yang ditandatangani
bersama KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas,
dan PERTAMINA atau Independent Surveyor.
2.3.1.2. Melakukan Pengukuran ulang kembali pada seluruh tangki baik
tangki nominasi dan tangki-tangki lain yang berhubungan dengan
3.3.2.4. Besarnya volume air bebas yang digunakan untuk flushing akan
digunakan sebagai dasar pengurangan jumlah MMKBN yang
diserahkan.
3.6.1.3. Jika contoh di Fasilitas Terminal KKKS tidak dapat diambil baik dari
tangki nominasi maupun non nominasi termasuk slop tank, maka
dilakukan pengambilan contoh air bebas di Fasilitas Terminal/
sejenisnya yaitu penampungan MMKBN sementara sebelum dikirim
Fasilitas Terminal.
3.6.2. Selanjutnya Petugas KKKS Operator, PERTAMINA atau Independent
Surveyor dan Pengawas Lifting SKK Migas melakukan verifikasi di kapal
sebagai berikut:
3.6.2.1. Menyaksikan Pengukuran ulang ketinggian level air bebas yang
dilakukan oleh pihak kapal setelah dinyatakan cukup waktu settling
di semua tangki dan dilakukan pendokumentasian terhadap indikasi
ketinggian air bebas tersebut;
3.6.2.2. Sounding stick yang sudah diolesi pasta air setelah dilakukan
Pengukuran air bebas jika memungkinkan diambil gambar/difoto;
3.6.2.3. Menyaksikan pengambilan contoh air bebas dari tiap-tiap tangki
oleh pihak kapa ldan contoh air bebas tersebut selanjutnya oleh
PERTAMINA atau Independent Surveyor diberi segel dan label
sesuai sumber contoh tersebut diambil serta jika memungkinkan
dilakukan pendokumentasian terhadap hasil contoh yang diambil
dengan melakukan pemotretan;
3.6.2.4. Peralatan sampling (bottom sampler) wajib disediakan oleh pihak
KKKS Operator untuk pengambilan contoh di Fasilitas Terminal dan
untuk pengambilan contoh dikapal disediakan oleh pihak
PERTAMINA;
3.6.2.5. Petugas KKKS Operator membuat Berita Acara Verifikasi air bebas
dengan ditandatangani oleh pihak kapal, KKKS Operator,
PERTAMINA atau IndependentSurveyor dan Pengawas Lifting SKK
Migas yang isinya mencakup contoh air bebasyang diambil pada
tangki Fasilitas Terminal KKKS dan tangki kapal, nomor segel serta
pendistribusian contoh air bebas.
3.6.3. Seluruh contoh air bebas yang telah diberi segel dan label yang berasal dari
Fasilitas Terminal dan kapal dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani
4. Discrepancy & air bebas Pada Proses Penyerahan Melalui Jalur Pipa
4.1. PERTAMINA berhak untuk menyaksikan proses penyerahan MMKBN pada
penyerahan melalui jalur pipa di fasilitas Custody Transfer;
4.2. Sebelum proses penyerahan wajib dilakukan identifikasi dan penanganan air bebas
sesuai butir 7.2.2.1;
4.3. Peralatan dan metode Pengukuran maupun sampling yang digunakan wajib
memenuhi standar API MPMS;
4.4. Apabila terjadi Discrepancy/freewater pada transfer pipeline maka para pihak
sepakat untuk melakukan verifikasi di fasilitas Custody Transfer, dimana apabila
terbukti adanya kesalahan pada fasilitas custody, maka angka penyerahan dapat
dikoreksi berdasarkan hasil verifikasi tersebut.
5.3. Jika ditemukan perbedaan angka yang tercantum dalam B/L lebih besar dari
toleransi reproducibility analisis dalam ASTM D-4007 dengan hasil pemeriksaan
Master Sample yang dibawa kapal dari Fasilitas Terminal KKKS, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
5.3.1. SKK Migas akan melakukan koordinasi untuk pelaksanaan pemeriksaan
Retained Sample setelah menerima surat dari PERTAMINAyang dilengkapi
dengan copy dokumen hasil analisis S&W Master Sample (paling lambat 30
hari dari tanggal B/L);
5.3.2. KKKS menyampaikan informasi waktu dan tempat untuk melaksanakan
pemeriksaan Retained Sample. Analisis Retained Sample dilakukan di
laboratorium yang disepakati SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator
serta sedapat mungkin dilakukan di laboratorium Fasilitas Terminal KKKS
dengan disaksikan oleh Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan
KKKS Operator. Namun apabila karena sesuatu hal tidak dapat
dilaksanakan di Laboratorium Fasilitas Terminal KKKS, maka dilakukan di
laboratorium PERTAMINA terdekat dengan disaksikan oleh Pengawas
Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator atau di laboratorium
independen. Penyerahan retained sample kepada laboratorium independen
disaksikan oleh Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS
Operator;
5.3.3. Hasil analisis dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh
Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator.
5.4. Koreksi B/L hanya dapat dilakukan apabila selisih angka persentase S&W hasil
analisis Retained Sample dengan persentase S&W pada B/L lebih besar daripada
ketentuan Reproducibility dalam ASTM D-4007 sesuai dengan grafik tersebut
diatas.
6. Dokumen Pelaporan
6.1. Surat Klaim dari Pertamina ditujukan ke SKK Migas, dilampiri dokumen terkait.
6.2. Surat perintah tindak lanjut dari SKK Migas.
6.3. Hasil tindak lanjut dan hasil analisa yang dilakukan dan dokumen terkait.
6.4. Berita Acara disetujui/tidak disetujui untuk dilakukan perubahan dokumen Bill of
Lading (Ammended Bill of Lading), yang disahkan para pihak dan fungsi terkait.
BAB VIII
MEKANISME PENYELESAIAN SISA MINYAK BUMI/KONDENSAT, LPG ATAU
LIMBAH BERMINYAK DARI FASILITAS KKKS YANG SUDAH SELESAI DIGUNAKAN
sudah memiliki izin untuk penanganan Limbah B3 dan bertanggung jawab atas
tindaklanjut yang diambil dengan mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku
termasuk kepatuhan atas K3LL termasuk kepatuhan pada PP Nomor 21 Tahun 2010
tentang Perlindungan Lingkungan Maritim.
1.5. Atas sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, KKKS dapat mengusulkan tindaklanjut
untuk mengoptimalkan pengurasan atau mengambil kembali Minyak Bumi/Kondensat
atau LPG sebelum dipindahkan dengan menggunakan Sludge Oil Recovery untuk
Minyak/Kondensat atau hanya dengan usaha sederhana seperti penggunaan
submersible pump atau usaha/fasilitas lainnya.
1.6. Jika sudah tidak ekonomis maka KKKS wajib mengusulkan untuk melepaskan Aset
tersebut dari penguasaan KKKS yang selama ini dicatat sebagai stock, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.06/2009 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Limbah
yang dimaksud disini adalah:
1.6.1. Sisa operasi perminyakan yang ada dalam tanggungjawab dan pengamanan
KKKS namun tidak tercatat dalam daftar Barang Milik Negara; dan/atau
1.6.2. Sisa produksi yang dihasilkan pada saat proses pemisahan crude oil and gas
sehingga seluruh sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak
yang tidak lagi dapat dipindahkan/ dipompakan secara ekonomis oleh KKKS
dikategorikan sesuai butir a.
2. Prosedur Penyelesaian
2.1. Penentuan Jumlah Sisa
2.1.1. Proses pemeriksaan dan perhitungan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat,
LPG atau limbah berminyak wajib dilakukan dengan melibatkan wakil dari SKK
Migas dan KKKS Operator.
2.1.2. Pengukuran dan perhitungan wajib dilakukan seakurat mungkin untuk
mengetahui jumlah yang akan diusulkan untuk dihapuskan dari Aset KKKS
dan pengurangan atas stock KKKS.
2.1.3. Pengukuran sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak
di Oil Barge/FSO/FPSO wajib mempertimbangkan kondisi draf, dan jika posisi
sisa Minyak Bumi/Kondensat atau limbah berminyak, LPG dan LNG tersebut
2.2. Prosedur Penyelesaian Sisa Minyak Bumi/Kondensat Atau LPG, Atau Limbah
Berminyak
2.2.1. Setelah mendapatkan persetujuan dalam WP&B tahun berjalan, KKKS
sebelum melakukan tank cleaning wajib menjelaskan kepada fungsi terkait
di SKK Migas dengan memastikan kehandalan ketersediaan kapasitas
Tangki untuk produksi dan/atau Lifting selama pelaksanaan kegiatan
cleaning dan mendapatkan persetujuan untuk melakukan tank cleaning dari
fungsi terkait di SKK Migas serta melaporkan pelaksanaan pekerjaan tank
cleaning ke SKK Migas. Sisa limbah berminyak dari pekerjaan tank cleaning
tersebut wajib diukur dan dihitung bersama SKK Migas atau dilaporkan oleh
KKKS sebelum diserahkan ke pihak lain.
2.2.2. Dalam rangka meminimalkan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG,
atau limbah berminyak setelah masa penggunaan Oil Barge/FSO/FPSO
selesai maka KKKS agar melakukan mitigasi yang dituangkan dalam kontrak
pengadaan Oil Barge/FSO/FPSO antara lain:
2.2.2.1. Pada saat On Hire wajib dilakukan Pengukuran sisa Minyak
Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak yang dicatatkan
sebagai On Board Quantity (OBQ) secara akurat;
2.2.2.2. Dalam Kontrak wajib dijelaskan bahwa pemilik/operator Oil
Barge/FSO/FPSO wajib mampu memindahkan seluruh Minyak
Bumi/Kondensat atau LPG yang disimpan dalam tangki tersebut atau
minimal hanya menyisakan sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG
dalam jumlah yang sama dengan OBQ;
2.2.2.3. Jika terdapat sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG yang tidak
dapat dipompakan lagi (unpumpable) melebihi OBQ maka akan
diperhitungkan sebagai pengurang biaya sewa;
2.2.2.4. KKKS tidak berkewajiban melakukan tank cleaning sesudah masa
sewa Oil Barge/FSO/FPSO berakhir (KKKS dapat melakukan
kegiatan Off Hire/redelivery sesuai kondisi terakhir saat
pemeriksaan).
2.2.3. Menjelang berakhirnya masa Kontrak, maka KKKS melakukan langkah-
langkah persiapan supaya pada saat pemeriksaan dan Pengukuran sisa
Usulan Pemusnahan /
Penentuan Jumlah sisa Minyak mentah / Penghapusan aset [KKKS]
kondensat, LPG atau Limbah Berminyak (ROB)
[Div OP – BA Pengukuran]
Apakah ada
ROB lebih pemusnahan ?
besar dari
OBQ ? Tidak Ya
Tidak Ya
ROB pengurang
biaya sewa ?
Tidak
Penghapusan sisa Pemusnahan oleh
minyak dalam Badan yang disetujui
Selesai
perhitungan stok (WMI, PPLI, dll)
Ya
Gambar 8.1 Diagram Alur Penyelesaian sisa Minyak Bumi/kondensat atau LPG
untuk Barge/FSO/FPSO
BAB IX
PENUTUP
1. PTK ini dibuat dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lampiran PTK dan formulir sehubungan dengan pelaksanaan PTK ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
3. Ketentuan yang belum tercakup dalam PTK ini akan dibuat kemudian sebagai ketentuan
tambahan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PTK ini.
4. Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan
ketentuan PTK ini, maka ketentuan PTK ini akan disesuaikan sebagaimana mestinya.
Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan perubahan peraturan perundang-
undangan tersebut akan tetap berlaku.
5. Jika terdapat dampak dari tidak terlaksananya proses pengolaan Manajemen Produksi
Minyak dan Gas Bumi sesuai dengan PTK ini, SKK Migas dan KKKS akan
melaksanakan tindak lanjut dengan merujuk ke Kontrak Kerja Sama, atau ke peraturan
perundangan yang berlaku.
6. Bila terbukti adanya pelanggaran oleh KKKS terhadap ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku atas proses pelaksanaan PTK ini maka KKKS bertanggung
jawab atas segala akibat hukum dan melepaskan, membebaskan, dan membela SKK
Migas dari dan terhadap setiap kerugian, tuntutan, dan gugatan hukum pihak ketiga
yang sebagai akibat dari kelalaian, kesalahan, pelanggaran kewajiban hukum KKKS
terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud. Akibat
yang terjadi dan timbul dari pelanggaran ini akan menjadi tanggung jawab KKKS yang
selanjutnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya operasi.
LAMPIRAN 1
RUANG LINGKUP
PTK Manajemen Produksi Minyak dan Gas Bumi berlaku untuk pengelolaan Operasi
Produksi yang meliputi:
1. Pengawasan dan pengendalian terhadap:
1.1. Uji produksi termasuk Prolong Test, meliputi pelaksanaan, pelaporan dan
penanganan produksi Minyak dan Gas Bumi hasil uji produksi. Prolong test
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atas rencana kerja dan metodologi
prolong test dari Fungsi Perencanaan SKK Migas;
1.2. Kinerja Sumur, meliputi pengawasan pelaksanaan dan evaluasi kinerja sumur;
1.3. Custody Transfer, meliputi perancangan, perizinan, pengujian dan pengoperasian
alat ukur untuk serah terima Minyak Mentah, Kondensat, LPG, LNG atau Gas Bumi;
1.4. Produksi dan Lifting serta utilisasi, meliputi pengawasan dan pelaporan produksi dan
utilisasinya dari kepala sumur sampai di Fasilitas Produksi Terminal atau titik
penyerahan serta pengawasan pelaksanaan dan pelaporan lifting termasuk
pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas Minyak Mentah, Kondensat, LPG, LNG
atau Gas Bumi sesuai persyaratan lifting;
1.5. Stock, meliputi pengawasan pengukuran dan pelaporan stock Minyak Mentah,
Kondensat, LPG, LNG di Fasilitas Produksi Lapangan dan Fasilitas Produksi
Terminal KKKS;
1.6. Pipa Penyalur, meliputi pengoperasian pipa penyalur minyak dan gas bumi merujuk
PTK 012 revisi terakhir;
1.7. Tangki Penyimpan, meliputi pengoperasian Tangki penyimpan minyak bumi
merujuk pada PTK 013 revisi terakhir;
1.8. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi, meliputi penjadwalan dan pelaksanaan
pengambilan serta pelaporan hasil analisa Minyak Mentah dan Gas Bumi yang
dilakukan secara periodik sesuai Peraturan Pemerintah;
1.9. Pemanfaatan Fasilitas Bersama berdasarkan Facility Sharing Agreement (FSA),
meliputi pembahasan teknis dan operasional serta kegiatan pengawasan
operasional pemakaian fasilitas bersama operasi produksi KKKS.
2. Evaluasi dan persetujuan terhadap penyelesaian pekerjaan berupa Place Into Service
(PIS) untuk peralatan pipa alir sumur, pipa injeksi sumur dan peralatan custody transfer
LAMPIRAN 2
ACUAN STANDAR PENGUKURAN
Pengukuran statis dengan menggunakan tangki ukur dan faktor konversi yang diperlukan,
menggunakan standar sebagai berikut:
o Level minyak/cairan ASTM D-1085 atau API-2545/API-3.1A; (API MPMS Chapter-
3).
o Suhu minyak/cairan ASTM D-1086 atau API-2543; (API MPMS Chapter- 7).
o Pengambilan contoh minyak dalam tangki ASTM D-270 atau API-2546;
o Analisa S&W ASTM D-4007 atau MPMS-Chapter 10.3 (By centrifuge);
o Analisa API Gravity ASTM D-1298 atau API-2547;
o Konversi API Gravity ke 60 0F tabel 5 ASTM D-1250 atau API-2540; tahun 1952.
o Volume corection factor ke 60 0F tabel 6 ASTM D-1250 atau API-2540.
Beberapa standar yang berlaku untuk pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi,
LPG dan LNG antara lain adalah sebagai berikut:
Minyak/kondensat:
1. API MPMS Chapter 5 Metering dan Chapter 6 Metering Assemblies
2. API MPMS 8.1 Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and
Petroleum Products
3. API MPMS 8.2 atau ASTM D 4177-82 Standard Practice for automatic sampling
of Petroleum dan Petroleum Products;
4. API MPMS Chapter 12.2 Calculation of Petroleum Quantities using Dynamic
Measurement Methods and Volumetric Correction Factor.
5. API MPMS 17.2 Measurement of cargoes on board Tank Vessels;
6. ASTM D-1085 atau API 2545 atau API MPMS 3.1A Standard practice for
manual gauging of petroleum and petroleum products;
7. ASTM D-1086 atau API 2543 atau API MPMS 7 static temperature
determination using portable electronic Thermometers (PETs);
8. ASTM D-270 atau API 2546 “Method of Sampling Petroleum and Petroleum
Product”;
9. ASTM D-4007 Standard Test Method for Water and Sediment in Crude Oil by
the Centrifuge Method untuk analisa S&W;
10. ASTM D-1298 atau API 2547 “Standard Test Method for Density, Relative
Density, or API Gravity of Crude Petroleum and Liquid Petroleum Products by
Hydrometer Method” untuk analisa Density, Specific Grafity atau API Grafity;
11. ASTM D 1250 atau API 2540 untuk perhitungan volume reduction ke suhu 60
⁰F di gunakan table 6 tahun 1952;
12. API MPMS 4.8 Operation of Proving Systems dalam setiap loading yaitu pada
saat laju alir/flowrate, temperatur dan tekanan stabil serta kondisi operasi
tersebut akan dipertahankan selama loading berlangsung;
13. API MPMS 13.2, merupakan acuan pada Control Chart Meter Factor yang
digunakan dalam penentuan MF sebelumnya pada tekanan, temperatur dan
flowrate yang paling mendekati.
Gas:
1. Perhitungan gross volume gas bumi untuk:
- Alat Ukur Gas Ultrasonic (USM) : AGA Report No.9 ” Measurement of Gas by
Multipath Ultrasonic Meter”
- Alat Ukur Gas Orifice: AGA Report No. 3 “Orifice Metering of Natural GAS and
Other Related Hydrocarbon Fluids"
- Alat Ukur Gas Turbin: AGA Report No. 7 "Turbine Gas Meter of Natural Gas
and Other Related Hydrocarbon Fluids"
LPG:
1. Analisa komposisi gas menggunakan ASTM D 2163;
2. Analisa density dan vapor Pressure ASTM D 2598;
3. Analisa free water menggunakan D 4176;
4. Analisa copper corrosion menggunakan ASTM D 1838;
5. Pengambilan contoh LPG menggunakan metode ASTM D 1265 ”Sampling
Liquefied Petroleum (LP) Gases (Manual Method)”.
LNG:
1. Penyerahan LNG mengacu pada:
ISO 13398 “Refrigerated light hydrocarbon fluids - Liquefied natural gas -
Procedure for custody transfer on board ship”;
2. Pengukuran level menggunakan:
ISO 18132 “Refrigerated light hydrocarbon fluids - General requirements for
automatic level gauges”;
3. Analisa gas chromatograph :
Gas Processors Association (GPA) 2261 – “Analyses for Natural Gas and Similar
Gaseous Mixtures by Gas Chromatography”;
4. Perhitungan GHV mengacu ke Gas Processors Association (GPA) 2145 – “Table
of Physical Constants for Hydrocarbons and Other Compounds of Interest to
Natural Gas Industry”;
5. Perhitungan volume LNG yang diserahkan mengikuti ketentuan dalam IP
Petroleum Measurement Manual, Part XII, “Static and Dynamic Measurement of
Light Hydrocarbon Liquids, Section 1, Calculation Procedures”.
LAMPIRAN III
DOKUMEN LIFTING
Standar minimal dokumen yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Minyak Bumi/ Kondensat
yang dialirkan ke kapal menggunakan sistem meter sebagai berikut:
a. Bill of Lading;
b. Tanker Ullage report;
c. Tanker Time and Loading Report;
d. Cargo manifest;
e. Certificate of Origin;
f. Certificate of Quality;
g. Certificate of Quantity;
h. Master Receipt of Shipping Document;
i. Notice of Readiness;
j. LaboratoryTest Report;
k. Ullage Before and After Off-loading;
l. Meter Proving Report dan Batch Report;
m. Delivery Ticket atau Tank Ticket.
Standar minimal dokumen yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Minyak Bumi, Kondensat
yang menggunakan pipa:
a. Berita Acara Penyerahan Minyak Bumi, Kondensat;
b. Meter proving Report dan Perhitungan Meter untuk sistem meter;
c. Ullage Before and After Off-loading untuk sistem tangki ukur
d. Delivery Ticket/Delivery Report atau Meter/Tank Ticket;
Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Gas
Bumi.
a. Berita Acara Penyerahan Gas Bumi;
b. Rekap penyerahan Gas Bumi harian;
c. Rekap penyerahan Gas Bumi selama satu bulan;
d. Hasil analisa komposisi gas dan perhitungan density & Btu/Scf.
Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting LPG:
a. Meter proving;
b. Delivery ticket;
c. Certificate of quantity;
d. Certificate of quality;
e. Radar gauge report;
f. Certificate of quantity by manual gauging.
Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting LNG:
a. CTMS before unloading;
b. CTMS after unloading;
c. COQ tranffer during loading.