Anda di halaman 1dari 69

SATUAN KERJA KHUSUS

PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

(SKK Migas)

PEDOMAN TATA KERJA

Nomor: PTK-062/SKKO0000/2016/S0

TENTANG
MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI
MINYAK DAN GAS BUMI

JAKARTA
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman i
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR LAMPIRAN iv

BAB I : UMUM 1

1. Maksud dan Tujuan 1

2. Ruang Lingkup 1

3. Dasar Hukum 1

4. Referensi Hukum 2

5. Pengertian Istilah 4

BAB II : PENGAWASAN OPERASI PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI 10

1. Lingkup Kegiatan 10

2. Proses Terkait Pengawasan Kegiatan Operasi Produksi 11

BAB III : PELAPORAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI 12

1. Ketentuan Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi 12

2. Tata Cara Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi 13

PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN ARUS MINYAK DAN GAS


BAB IV : 17
BUMI

1. Lingkup 17

2. Tata Cara Pengukuran 17

3. Mekanisme Penghitungan Proration, Back Allocation Dan/ Atau


21
Joint Report

4. Referensi Teknis dan Standar dalam Pengukuran Minyak Bumi,


24
Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG

5. Dokumen Pelaporan 24

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman ii
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB V : PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN SISTEM ALAT UKUR LEGAL


UNTUK PENYERAHAN MINYAK BUMI, KONDENSAT, LPG, LNG 26
DAN GAS BUMI

1. Ruang Lingkup Penyediaan dan Penggunaan Sistem Alat Ukur


26
Legal untuk Penyerahan Minyak Bumi

2. Penyediaan Alat Ukur Legal 26

3. Penggunaan Alat Ukur Legal 27

4. Modifikasi, Relokasi dan Penghapusan Alat Ukur Legal 27

5. Pemutusan Tanda Tera 28

6. Pelaporan 28

BAB VI : EVALUASI MUTU MINYAK DAN GAS BUMI 30

1. Ruang Lingkup 30

2. Pengusulan Pengambilan Contoh Minyak dan Gas Bumi 30

3. Prosedur Evaluasi Mutu Minyak Bumi dan Gas Bumi 31

BAB VII : PENYELESAIAN KLAIM DISCREPANCY DALAM PENYERAHAN


MINYAK BUMI ATAU KONDENSAT BAGIAN PEMERINTAH DARI 33
KKKS KEPADA PT. PERTAMINA (PERSERO)

1. Ruang Lingkup 33

2. Prosedur Penyelesaian Klaim Discrepancy 34

3. Air Bebas Ditemukan di Kapal 39

4. Discrepancy dan Air Bebas Pada Proses Penyerahan Melalui Jalur


45
Pipa

5. Perbedaan Kandungan Sediment & Water (S&W) 45

6. Dokumen Pelaporan 46

BAB VIII : MEKANISME PENYELESAIAN SISA MINYAK BUMI/KONDENSAT,


LPG ATAU LIMBAH BERMINYAK DARI FASILITAS KKKS YANG 48
SUDAH SELESAI DIGUNAKAN

1. Ruang Lingkup 48

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman iii
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2. Prosedur Penyelesaian 49

BAB IX : PENUTUP 55

LAMPIRAN

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman iv
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RUANG LINGKUP

Lampiran 2 ACUAN STANDAR PENGUKURAN

Lampiran 3 DOKUMEN LIFTING

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 1 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB I
UMUM

1. Maksud dan Tujuan


1.1. Pedoman Tata Kerja Manajemen Operasi Produksi Minyak dan Gas Bumi
dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
dalam melaksanakan kegiatan Operasi Produksi Minyak Bumi, Kondensat,
Liquefied Petroleum Gas (LPG), Liquefied Natural Gas (LNG) dan Gas Bumi.
1.2. Tujuan
1.2.1. Memberikan pedoman dalam pengawasan dan pengendalian kegiatan
pengelolaan produksi dan Lifting.
1.2.2. Memberikan pedoman bagi KKKS dalam melaporkan pelaksanaan
Operasi Produksi dan Lifting kepada SKK Migas.

2. Ruang Lingkup
PTK Manajemen Operasi Produksi ini berlaku untuk pengelolaan Operasi Produksi yang
meliputi:
2.1. Ketentuan umum pengawasan kegiatan Operasi Produksi Minyak dan Gas Bumi;
2.2. Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.3. Pengukuran dan perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.4. Penyediaan dan penggunaan sistem Alat Ukur legal untuk penyerahan Minyak
Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi;
2.5. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi
2.6. Penyelesaian klaim Discrepancy dalam penyerahan Minyak Bumi atau Kondensat
bagian Pemerintah dari KKKS kepada PT. Pertamina (Persero); dan
2.7. Mekanisme penyelesaian sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPF atau limbah
berminyak dari fasilitas KKKS yang sudah selesai digunakan.

3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Nomor
22 Tahun 2001).
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 2 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah


Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (PP
Nomor 35 Tahun 2004).
3.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2012 Tentang
Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi.
3.4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Perpres Nomor 9 Tahun 2013).
3.5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 9 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.6. Kontrak Kerja Sama.

4. Referensi Hukum
4.1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
4.2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib Tera.
4.3. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/075/MPE Tahun 1992
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak
dan Gas Bumi.
4.4. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/34/M.PE/1994 Tentang
Kewajiban untuk melakukan Evaluasi Mutu Minyak Bumi.
4.5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan
Pertambangan Minyak Bumi Pada Sumur Tua.
4.6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
4.7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas
Bumi.
4.8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/10 Tahun 2014 tentang
Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya.
4.9. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 3 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

4.10. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri
Perdagangan Nomor 0233K/096/MPE/1988 dan Nomor 63A/Kbb/11/1988 tentang
Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang Dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Indonesia.
4.11. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri
Perdagangan Nomor 0233K/096/MPE/1988 dan Nomor 63A/Kbb/11/1988
tentang Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang Dalam Operasi Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi Indonesia.
4.12. Surat Edaran Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas No.
0202/SKKB0000/2015/S5 tentang Program Kerja Lingkungan Hidup Bagi
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
4.13. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
61/MPP/KEP/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian dan Nomor
251/MPP/Kep/6/99 tentang perubahan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 61/MPP/KEP/2/1998 tentang Penyelenggaraan
Kemetrologian.
4.14. Perjanjian Penunjukan Penjual Seluruh Minyak Bumi dan/atau Kondensat Bagian
Negara antara SKK Migas dan Pertamina tanggal 18 September 2015 dan
perubahannya (Sales Appointment Agreement).
4.15. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 37K/70/DDJM Tahun
1990 tentang Standar Dalam Operasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.
4.16. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 107 K/34/DJM Tahun
2000 tentang Ketentuan Pelaksanaan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi.
4.17. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 39K/38/DJM Tahun
2002 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksanaan Keselamatan Kerja atas
Tangki Penimbunan Minyak dan Gas Bumi.
4.18. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 107.K/34/DJM/2000
tentang Ketentuan Pelaksanaan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi.
4.19. Surat Edaran Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 8631/18.6/DJM.T
Tahun 2008 Tentang Penggunaan Sistem Alat Ukur Pada Kegiatan Usaha Migas
di Indonesia

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 4 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

4.20. Surat Edaran Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor
3765/18.06/DMT Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Operasi Serah Terima Minyak
dan Gas Bumi di Titik Penyerahan.
4.21. Pedoman Tata Kerja Nomor 023/PTK/III/2009 tentang Pengusahaan
Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua dan perubahannya.
4.22. Pedoman Tata Kerja Nomor 12/PTK/II/2007 tentang Pengoperasian Tangki
Penyimpan Minyak Bumi dan perubahannya.
4.23. Pedoman Tata Kerja Nomor 13/PTK/II/2007 tentang Pengoperasian Pipa Penyalur
Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya.
4.24. Pedoman Tata Kerja Nomor 047/PTK/VII/2011 tentang Komitmen Kontrak Kerja
Sama dan perubahannya.
4.25. Pedoman Tata Kerja Nomor 009/SKO0000/2013/S0 tentang Sistem Operasi
Terpadu dan perubahannya (PTK SOT).
4.26. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-033/SKKO0000/2015/S0 tentang Placed Into
Service Revisi 02 dan perubahannya.
4.27. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-039/SKKO0000/2015/S0 tentang Authorization
For Expenditure Revisi 01 Buku Kesatu tentang Pelaksanaan Persetujuan AFE
dan perubahannya (PTK AFE Buku Kesatu).
4.28. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-041/SKKO0000/2015/S0 tentang Pemeliharaan
Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya.
4.29. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-059/SKKO0000/2015/S0 tentang Kebijakan
Akuntansi Kontrak Kerja Sama Untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
dan perubahannya (PTK Kebijakan Akuntansi KKS).
4.30. Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-060/SKKO0000/2015/S0 tentang Persetujuan
Penyelesaian Pekerjaan dan perubahannya.

5. Pengertian dan Istilah


5.1. Alat Ukur adalah peralatan yang berdiri sendiri dan atau terangkai dalam suatu
sistem yang berfungsi untuk mengukur kuantitas dan kualitas Minyak Bumi,
Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi.
5.2. American Petroleum Institute (API) dan American Standard for Testing and
Material (ASTM) adalah organisasi internasional yang menerbitkan standar di
bidang Minyak dan Gas Bumi.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 5 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.3. API Manual of Petroleum Measurement Standards (API MPMS) adalah


standar Pengukuran Minyak dan Gas Bumi yang dipublikasi oleh API.
5.4. API Gravity adalah ukuran berat jenis cairan Minyak Bumi bila dibandingkan
dengan air; di mana jika API Gravity lebih besar dari 10 maka berat jenis cairan
lebih ringan dari air.
5.5. Artificial Lift, Perawatan Sumur (Well Service) adalah sebagaimana dimaksud
dalam PTK Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan.
5.6. Arus Minyak Bumi adalah Pergerakan Minyak Bumi dari Kepala Sumur sampai
dengan Titik Serah.
5.7. Aset, Exploratory Well (Sumur Eksplorasi), Indonesian Crude Price (ICP),
Lapangan, Lifting, Liquefied Natural Gas (LNG) dan Reservoir adalah
sebagaimana dimaksud dalam PTK Kebijakan Akuntansi KKKS.
5.8. Authorization For Expenditure (AFE) adalah sebagaimana dimaksud dalam
PTK AFE.
5.9. Back Allocation adalah perhitungan alokasi volume produksi dan Lifting Minyak
Bumi atau Gas Bumi dari Fasilitas Terminal ke Fasilitas Produksi Lapangan
sampai ke setiap sumur.
5.10. BTU atau British Thermal Unit berarti jumlah panas setara dengan 1.055,06
(seribu lima puluh lima koma nol enam) Joules (sebagaimana definisi Joule
dalam International Standard Organization .
5.11. Custody Transfer adalah sistem Alat Ukur yang menyediakan dan memberikan
informasi tentang kuantitas dan kualitas yang digunakan untuk keperluan serah
terima Minyak dan Gas Bumi, dokumentasi perubahan kepemilikan dan/atau
tanggung jawab serta dokumentasi fiskal atas komoditas Minyak Bumi, Kondensat,
LPG, LNG dan Gas Bumi.
5.12. Discrepancy adalah perbedaan antara dua hasil Pengukuran dan perhitungan
yang sewajibnya sama pada suatu obyek ukur tertentu (Minyak Bumi atau Gas
Bumi), dan dilakukan pada tempat berbeda yang masing masing menggunakan
Alat Ukur dan tata cara Pengukuran dan perhitungan yang standar.
5.13. Evaluasi Mutu adalah evaluasi yang dilakukan terhadap Minyak dan Gas
Bumi melalui pengujian ciri-ciri umum dan analisis komposisi kimia, geokoimia dan
fisika dari Minyak dan Gas Bumi.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 6 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.14. Fasilitas Produksi adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK Placed Into
Service.
5.15. Fasilitas Produksi Lapangan adalah Stasiun Pengumpul (SP)/Block Station
(BS)/Gathering Station (GS)/Processing Area (PA) yang berfungsi melakukan
proses pemisahan produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan air dari beberapa sumur.
5.16. Fasilitas Terminal adalah Stasiun Pengumpul Utama (SPU)/Terminal yang
berfungsi sebagai penampungan, Pengukuran dan pemompaan produksi Minyak
Bumi hasil pengiriman dari Fasilitas Produksi Lapangan untuk dipisahkan dari air
yang masih terlarut (suspensi) dalam Minyak Bumi sehingga memenuhi
persyaratan untuk ditransaksikan ke pihak lain.
5.17. Gain/Loss adalah tambah/susut atau selisih lebih/kurang yang terjadi pada proses
pemindahan minyak dan gas bumi, LPG maupun LNG dari satu tempat ke tempat
yang lain.
5.18. Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Kontrak Kerja Sama (KKS), Minyak Bumi,
Minyak dan Gas Bumi, Titik Serah (Titik Penyerahan) dan Wilayah Kerja (WK)
adalah sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 Tahun 2001.
5.19. Joint Report adalah laporan yang dibuat bersama oleh pihak pemakai Aset
bersama mengenai jumlah Minyak Bumi atau Gas Bumi yang dikirimkan ke
pembeli melalui fasilitas pengiriman yang digunakan secara bersama.
5.20. Kepala Sumur merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan yang
berfungsi sebagai suatu sistem seal/penyekat untuk menahan semburan atau
kebocoran cairan sumur ke permukaan yang tersusun atas casing head (casing
hanger) dan tubing head (tubing hanger).
5.21. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah sebagaimana dimaksud dalam
PP Nomor 35 Tahun 2004.
5.22. Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan
tekanan untuk memudahkan Penyimpanan, Pengangkutan, dan penanganannya.
5.23. MMSCF berarti 1.000.000 (satu juta) SCF.
5.24. MMBTU berarti 1.000.000 (satu juta) BTU.
5.25. MMBTUD berarti 1.000.000 (satu juta) BTU perhari.
5.26. Off Hire adalah tanggal berakhirnya periode kontrak sewa kapal.
5.27. On Hire adalah tanggal berlakunya periode kontrak sewa kapal.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 7 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.28. Operasi Produksi adalah bentuk kegiatan yang meliputi produksi sumur, proses
pemisahan Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi, proses pengelolaan LPG atau
LNG, proses penyaluran, penyerahan/pengapalan, pelaporan pemakaian sendiri,
susut/tambah dan Stok Minyak Bumi/Kondensat dalam pelaksanaan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.29. Operator, Kondensat, Plan of Development (POD) dan Work Program &
Budget (WP&B) adalah sebagaimana dimaksud di dalam KKS.
5.30. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG
dan Gas Bumi dari satu tempat ke tempat lain untuk proses lebih lanjut ataupun
komersial.
5.31. Penghitungan adalah kegiatan penentuan jumlah volume dari Minyak Bumi,
Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi baik dalam tangki maupun yang dialirkan
melalui pipa berdasarkan data hasil Pengukuran.
5.32. Pengukuran adalah kegiatan pengelolaan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG
dan Gas Bumi yang meliputi penentuan antara lain: ketinggian cairan dalam tangki,
temperatur, laju alir, tekanan, pengambilan contoh dan analisa kualitas Minyak
Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi di laboratorium maupun analisa
kualitas Gas Bumi secara online.
5.33. Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan untuk
Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG di darat maupun lepas pantai.
5.34. Pipa Penyalur adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan atau
mendistribusikan Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi.
5.35. Pemeliharaan, Planned Shutdown, Unplanned Shutdown adalah sebagaimana
terdapat dalam PTK Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi.
5.36. Pertamina dan Sales Appointment Agreement (SAA) adalah sebagaimana
dimaksud dalam SAA.
5.37. Proving adalah prosedur untuk menentukan faktor pengali Alat Ukur.
5.38. Prolong Test adalah tes sumur untuk mengetahui/mendapatkan data tambahan
dalam menghitung jumlah cadangan Minyak Bumi yang tersedia di Reservoir.
5.39. Proration adalah pembagian secara prorata Minyak Bumi yang diolah dan
diterima di Fasilitas Produksi Lapangan terhadap produksi sumur yang diukur
berdasarkan uji sumur produksi.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 8 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.40. Proration Factor adalah hasil bagi dari Minyak Bumi yang diterima di Fasilitas
Produksi Lapangan dengan jumlah produksi sumur berdasarkan hasil tes.
5.41. Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi (PUPO) adalah dokumen referensi SKK
Migas terkait pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.42. R1 adalah penerimaan Minyak Bumi dan/atau Kondensat Bagian Negara di kapal
lebih kecil dari volume yang diserahkan oleh Terminal KKKS.
5.43. Sediment and Water (S&W) adalah kandungan air dan endapan yang terbawa
dari Reservoir dan masih bersuspensi di dalam Minyak Bumi atau Kondensat
dalam persen volume.
5.44. Shrinkage Factor, Koreksi Emulsi dan Evaporasi adalah faktor koreksi akibat
pencampuran dua atau lebih jenis Minyak Bumi dan/atau kondensat berdasarkan
hasil evaluasi pihak ketiga yang digunakan dalam perhitungan Back Allocation.
5.45. Sistem Operasi Terpadu (SOT) adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK SOT.
5.46. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) adalah sebagaimana dimaksud dalam Perpres Nomor 9 Tahun 2013.
5.47. SCF atau Standard Cubic Foot berarti volume gas yang diperlukan untuk mengisi
1 (satu) kaki kubik ruangan pada tekana 14.73 (empatbelas poin tujuh tiga) PSIA
dan pada suhu 60 (enam puluh) derajat Fahrenheit pada keadaan kering.
5.48. Stok adalah kuantitas Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG, atau Gas Bumi yang
terdapat di fasilitas penampungan (tangki penyimpan dan pipa penyalur) yang
dinyatakan dalam satuan standar volume atau observed volume.
5.49. Tangki Penyimpan (Storage) adalah fasilitas yang digunakan untuk menampung
Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG Fasilitas Produksi Lapangan atau
Fasilitas Terminal sebelum diserahkan ke pihak lain atau untuk pemakaian sendiri.
5.50. Titik Penyerahan adalah titik penyerahan Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNT,
atau Gas Bumi dimana hak dan tanggung jawab atas migas beralih dari Penjual
kepada Pembeli, pada flensa kerangan terakhir.
5.51. Uji Produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi
suatu sumur dengan menggunakan fasilitas uji sumur untuk mengetahui tingkat
produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan air.
5.52. Volume Correction Factor adalah faktor yang digunakan untuk melakukan
koreksi dari volume kondisi observasi menjadi volume standar.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 9 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.53. Well Test (Uji Produksi sumur) adalah Pengukuran kemampuan produksi
Reservoir.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 10 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB II
PENGAWASAN OPERASI PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

1. Lingkup Kegiatan
1.1. Kegiatan Operasi Produksi dilakukan di tahap Eksplorasi dan Eksploitasi suatu
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
1.2. Lingkup kegiatan Operasi Produksi di tahap Eksplorasi sebagaimana terdapat dalam
Lampiran I.
1.3. Tahapan kegiatan Operasi Produksi di tahap Eksploitasi tergambar berikut:

Pedoman Tata Kerja Manajemen Produksi Minyak dan Gas Bumi

PTK Pengawasan dan Pengendalian kinerja sumur, custody transfer dan lifting; pelaksanaan
WP&B pengendaliandan pengawasan kegiatan operasional Pengangkutan dan Penyimpanan; dan PTK
evaluasi penyelesaian pekerjaan artifial lift dan peralatan custody transfer AFE

PTK
Plan of Sumur Fas. Prod. Fas.Prod. Konsumen Place Into
PTK Development Produksi Lapangan Terminal Service
MPROD

Uji/Test  Monitoring  Memisahkan  Pengukuran Kegiatan:


Produksi Kinerja produksi dan
Sumur minyak, gas penghitungan  Buyer
 Memproduk dan air. penerimaan  Kilang
sikan sumur  Menampung minyak dari  Shipping
 Mengetes minyak dan fasilitas  Pipeline
produksi mengirim ke produksi
minyak, gas, fasilitas lapangan
air. produksi  Penampungan
Terminal minyak dari
 Menyalurkan fasilitas
gas ke gas produksi
proses/ lapangan untuk
pembeli penjualan.
 Memompa  Penghitungan
air ke stok minyak.
disposal  Pelaksanaan
 Mengukur, Lifting:
menghitung Pengukuran,
melaporkan: Pemompaan,
stok minyak/ Dokumentasi
kondensat, lifting.
produksi  Mitigasi dispute
minyak/
kondensat,
gas,

PTK PTK PTK PTK PTK


SOT Sumur Pengoperasian dan Pengoperasian dan Pengelolaan Rantai
Tua Pemeliharaan Tangki Pemeliharaan Pipa Suplai
Migas. Penyalur Migas.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 11 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2. Proses Terkait Pengawasan Kegiatan Operasi Produksi


2.1. Prosedur pengajuan usulan kegiatan merujuk kepada PTK POD, PTK WP&B dan
PTK AFE Buku Kesatu.
2.2. Prosedur pertanggungjawaban kegiatan merujuk kepada PTK AFE Buku Kedua,
PTK PIS dan PTK PPP.
2.3. Proses pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan merujuk kepada good
engineering practices, peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian
Pengangkutan dan/atau penjualan terkait, PTK Pipa Penyalur, PTK Tangki
Penyimpan, PTK Sumur Tua, PTK ini dan PTK SKK Migas lainnya yang terkait.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 12 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB III
PELAPORAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI

Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi mencakup pelaporan Produksi, Stok dan Lifting yang
dilakukan di Sumur, Fasilitas Produksi Lapangan, Fasilitas Terminal dan Titik Penyerahan.

1. Ketentuan Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi


1.1. KKKS menggunakan sistem yang sesuai dengan keperluan KKKS dengan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
1.2. Laporan yang disampaikan KKKS kepada SKK Migas terdiri dari sekurang-
kurangnya:
1.2.1. Produksi termasuk utilisasi di Sumur, Fasilitas Produksi Lapangan dan
Fasilitas Terminal Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi;
1.2.2. Uji sumur dan status produksi tiap sumur, database setiap sumur (well
history and well database);
1.2.3. Kualitas Minyak dan Gas Bumi;
1.2.4. Hasil Pengukuran dan perhitungan Stok dan Lifting;
1.2.5. Rincian/catatan operasi dan kemajuan kegiatan Pemeliharaan peralatan
produksi;
1.2.6. Perkiraan potensi kehilangan produksi akibat Planned Shutdown dengan
mengacu kepada PTK Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas
Bumi;
1.2.7. Perkiraan potensi penambahan produksi, maupun produksi nyata dari
optimasi operasi maupun kegiatan Well Service;
1.2.8. Kegiatan perancangan, perizinan, pengujian dan Alat Ukur di Titik
Penyerahan;
1.2.9. Laporan kejadian, seperti kehilangan akibat kebakaran,kebocoran,
pencurian, Penyimpanan, transportasi, kecelakaan dan lain-lain; dan
1.2.10. Pelaksanaan penyiapan laporan-laporan dan hal-hal yang lebih rinci dengan
merujuk kepada PUPO yang berlaku.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 13 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2. Tata Cara Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi


Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi dilakukan secara harian, bulanan dan dilakukan
melalui SOT.
2.1. Pelaporan Harian
2.1.1. Pelaporan harian adalah pelaporan mengenai data operasional harian dari
kegiatan Operasi Produksi KKKS yang sudah difinalisasi melalui
pembahasan internal KKKS, yang meliputi laporan:
2.1.1.1. Produksi Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG;
2.1.1.2. Data uji sumur;
2.1.1.3. Status sumur, yang meliputi:
2.1.1.3.1. Sumur produksi (sembur alam/Artificial Lift);
2.1.1.3.2. Sumur non produksi (sumur injeksi/dry hole/sembur
liar);
2.1.1.3.3. Sumur sedang ditutup (perawatan, observasi, power
trip,dll);
2.1.1.3.4. Sumur abandoned; dan
2.1.1.3.5. Jumlah sumur keseluruhan.
2.1.1.4. Stok di Fasilitas Produksi Lapangan, Fasilitas Terminal, stock
available for Lifting, Stok di dalam pipa, unpumpable stock dan
dead stock;
2.1.1.5. Lifting;
2.1.1.6. Gain/Loss;
2.1.1.7. Gas injeksi
2.1.1.8. Gas flare; dan
2.1.1.9. Own use/fuel.
2.1.2. Pelaporan harian produksi, Lifting dan stock merupakan data satu hari
terhitung mulai pukul 00.00 s.d 24.00 pada hari sebelumnya. Satuan yang
digunakan adalah net standard barrel untuk Minyak Bumi/Kondensat,
MMSCF dan BTU untuk Gas Bumi, Metrik Ton (MT) dan net standard
barrel untuk LPG, serta Meter Kubik (M3) dan BTU untuk LNG.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 14 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.2. Pelaporan Bulanan (Rekonsiliasi Bulanan)


Pelaporan Bulanan adalah pelaporan hasil rekonsiliasi bulanan terhadap Arus
Minyak dan Gas Bumi yang terdapat dalam Tangki Penyimpan, saat penyaluran
dan Lifting. Hal-hal yang dilaporkan dalam pelaporan bulanan merujuk kepada
pelaporan harian.
2.2.1. Perbedaan Penghitungan jumlah (Discrepancy) dapat terjadi dalam
penanganan Arus Minyak dan Gas Bumi sebagai akibat dari antara lain:
2.2.1.1. Tank evaporation;
2.2.1.2. Water draining;
2.2.1.3. Sampling and analysis;
2.2.1.4. Separator evaporation;
2.2.1.5. Separator effluent;
2.2.1.6. Leaked pump;
2.2.1.7. Tank cleaning;
2.2.1.8. Percampuran lebih dari satu jenis Minyak Bumi dan/atau
Kondensat; dan
2.2.1.9. Jenis Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG yang dioperasikan.
2.2.2. Identifikasi Discrepancy atau Gain/Loss
2.2.2.1. Untuk memperkecil terjadinya Discrepancy atau Gain/Loss
diperlukan identifikasi penyebab terjadinya Discrepancy atau
Gain/Loss dan mitigasi.
2.2.2.2. Pada sistem Pipa Penyalur yang digunakan bersama dengan
KKKS lain, dilakukan evaluasi Shrinkage dan Evaporasi serta
penyeragaman tingkat keakuratan Alat Ukur, pengaturan melalui
standard operating procedure pengoperasian dan pemompaan
serta peningkatan kompetensi operator.
2.2.3. Penghitungan Discrepancy atau Gain/Loss dalam Arus Minyak dan Gas
Bumi dilaporkan melalui tahapan:
2.2.3.1. Pengukuran dan perhitungan Stok awal Minyak Bumi atau
Kondensat atau menggunakan angka Stok akhir periode
sebelumnya;
2.2.3.2. Pengukuran dan perhitungan penerimaan aktual Minyak Bumi
atau Kondensat;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 15 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.2.3.3. Pengukuran dan perhitungan pengiriman/penyerahan aktual


Minyak Bumi atau Kondensat;
2.2.3.4. Pengukuran dan perhitungan pemakaian sendiri (own use) dan
penggunaan lainnya; dan
2.2.3.5. Pengukuran dan perhitungan persediaan akhir Minyak Bumi atau
Kondensat, dengan ketentuan:
2.2.3.5.1. Jumlah Stok akhir Minyak Bumi atau Kondensat
menurut perhitungan (theoritical closing stock):
e = a + b – (c + d )

2.2.3.5.2. Besarnya Discrepancy atau Gain/Loss Penyimpanan


dan penanganan secara kuantitas adalah:
g = (f - e)

2.2.3.5.3. Secara persentase perhitungan Discrepancy atau


Gain/Loss Penyimpanan/penimbunan Minyak Bumi
atau Kondensat adalah:
𝑔
𝑋 100 %
(𝑎 + 𝑏)

2.2.4. Ketentuan Rekonsiliasi Bulanan


2.2.4.1. Rekonsiliasi bulanan untuk satu Lapangan merupakan perhitungan
volume balance atas opening stock, closing stock, transfer/Lifting dan
produksi seluruh kegiatan di satu Lapangan (satu Lapangan dianggap
satu sistem dalam volume balance).
2.2.4.2. Rekonsiliasi bulanan untuk satu KKKS merupakan perhitungan volume
balance atas opening stock, closing stock, transfer/Lifting/utilisasi dan
produksi seluruh kegiatan di satu KKKS tersebut (satu KKKS dianggap
satu sistem dalam volume balance). Produksi yang dihitung
berdasarkan rekonsiliasi merupakan produksi nyata bersih (produksi
pada kondisi net standard barrel yang diterima di Fasilitas Terminal)
dari satu Lapangan ataupun KKKS.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 16 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.2.4.3. Pelaporan rekonsiliasi bulanan Produksi, Lifting dan Stok batas waktu
tidak melewati tanggal 10 atau tanggal lain yang ditentukan pada setiap
bulan berikutnya.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 17 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB IV
PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI

1. Lingkup
Pengukuran dan perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk:
1.1. Mengukur, mengambil sample, menganalisa dan melakukan perhitungan serta
melaporkan secara benar dan akurat jumlah produksi, Lifting, Gain/Loss dan Stok
Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG dan Gas Bumi;
1.2. Memberikan kepastian akuntabilitas dan auditabilitas data yang dilaporkan;
1.3. Memperoleh data untuk perhitungan jumlah cadangan tersisa Minyak dan Gas Bumi
dalam Reservoir berdasarkan produksi yang dihasilkan; dan
1.4. Menjadi dasar untuk data konsolidasi dan rekonsiliasi.

2. Tata Cara Pengukuran


2.1. Pengukuran Produksi di Sumur (Well Test)
2.1.1. Ketentuan
2.1.1.1. Setiap sumur diuji dengan Well Test.
2.1.1.2. Pelaksanaan Well Test dan periode Well Test disesuaikan dengan
karakteristik sumur. Sumur yang diklasifikasikan low atau off
dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengembalikan kinerja sumur
tersebut.
2.1.1.3. Evaluasi kinerja sumur dilakukan dengan membandingkan data
Well Test terhadap kemampuan produksi sumur secara teoritis,
seperti analisa kurva inflow performance relationship (IPR);
sehingga tekanan dan temperatur di Kepala Sumur, casing dan
pipa saluran dimonitor setiap hari.
2.1.1.4. Pengukuran produksi di sumur dapat memberikan informasi umum
mengenai volume produksi liquid; Minyak Bumi, air dan Gas Bumi
terproduksi; tekanan; temperatur, dan data properties lainnya.
2.1.2 Prosedur Pengukuran
2.1.2.1 Pengukuran yang dilakukan di sumur produksi dilakukan secara
khusus dengan menggunakan fasilitas Well Test.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 18 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.1.2.2 Pengawasan Sumur Secara Harian


2.1.2.2.1 Pengawasan tekanan dan suhu: tubing, flow line,
casing, header; kandungan water cut, ukuran jepitan
dan pemeriksaan kinerja Artificial Lift yang digunakan;
dan
2.1.2.2.2 Pelaksanaan evaluasi dan tes apabila terjadi perubahan
terhadap kinerja sumur.
2.1.2.3 Pelaksanaan Pengukuran Produksi Di Sumur
2.1.2.3.1 Multi phase flow meter dipasang di flow line setiap sumur
bila memungkinkan, untuk monitoring produksi Minyak
Bumi, Kondensat, Gas Bumi dan Air.
2.1.2.3.2 Pengukuran Minyak Bumi, Gas Bumi dan air
menggunakan three phase separator di masing-masing
out line separator.
2.1.2.3.3 Pengukuran Gas Bumi dilakukan di outlet separator,
sedangkan Minyak Bumi dan air di ukur di tank test.
2.1.2.3.4 Pengukuran Gas Bumi dilakukan di outlet separator,
sedangkan Minyak Bumi dan air diukur di outlet cairan
dan diambil contoh S&W untuk mengetahui Minyak Bumi
dan produksi air.
2.1.2.3.5 Keekonomian sumur untuk produksi atau Well Service
ditentukan dari evaluasi hasil tes.
2.1.2.3.6 Perekaman secara statistik data hasil monitoring
dilakukan dan disusun dalam “well database” setelah
Well Service maupun work over, dan dicatat dengan baik
untuk mendapatkan “well history” yang lengkap.
2.1.2.3.7 “Well database” dan “well history” sangat diperlukan pada
saat dilakukan perawatan baik work over dan Well
Service lebih lanjut.

2.2 Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki Penyimpan
2.2.1 Ketentuan
2.2.1.1 Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 19 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

Penyimpan diperlukan untuk mengetahui volume harian atau


bulanan.
2.2.1.2 Beberapa jenis tangki ukur yang lazim digunakan antara lain:
2.2.1.2.1 Tangki timbun dengan atap tetap (fixed roof);
2.2.1.2.2 Tangki timbun dengan atap terapung (floating roof);
2.2.1.2.3 Tangki ukur/tangki timbun terapung (floating Storage);
dan
2.2.1.2.4 Tangki timbun dengan bentuk spherical yang pada
umumnya digunakan untuk Penyimpanan cairan yang
bertekanan, seperti LPG dan LNG.
2.2.1.3 Tangki ukur dan Alat Ukur ketinggian permukaan cairan wajib
mempunyai Izin Penggunaan yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas
dan Keterangan Hasil Pengujian yang dikeluarkan oleh Direktorat
Metrologi setelah dilakukan tera/tera ulang.
2.2.2 Prosedur Pengukuran
2.2.2.1 Pengukuran di Tangki Penyimpan dilakukan setiap pukul 24.00
waktu setempat atau setiap terdapat pergerakan Arus Minyak Bumi
untuk keperluan transfer atau Lifting pada saat:
2.2.2.1.1 Sebelum dimulai transfer dengan Pengukuran Stok awal;
dan
2.2.2.1.2 Selesai transfer dilakukan Pengukuran Stok akhir.
2.2.2.2 Kegiatan Pengukuran volume Minyak Bumi, Kondensat, LPG atau
LNG mencakup:
2.2.2.2.1. Pengukuran level cairan;
2.2.2.2.2. Temperatur cairan;
2.2.2.2.3. Pengambilan contoh Minyak Bumi, Kondensat, LPG atau
LNG dalam tangki;
2.2.2.2.4. Analisa S&W untuk Minyak Bumi dan Kondensat; dan
2.2.2.2.5. Analisa API Gravity atau Density.
2.2.2.3. Jumlah Minyak Bumi, Kondensat, LPG atau LNG yang diterima,
transfer/Lifting maupun Stok harian dihitung berdasarkan data di
butir 2.2.2.2 bab ini.
2.2.2.4. Pengukuran statis dengan menggunakan tangki ukur dan faktor

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 20 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

konversi yang diperlukan merujuk kepada standar sebagaimana


terdapat dalam Lampiran II – Acuan Standar Pengukuran; untuk
mendapatkan volume Stok Minyak Bumi di dalam tangki pada
kondisi net standar.

2.3. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG Dengan
Sistem Meter Di Titik Alokasi dan Titik Penyerahan
2.3.1. Ketentuan
2.3.1.1. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG di
titik alokasi menggunakan sistem meter.
2.3.1.2. Hasil Pengukuran dengan sistem meter berupa laporan harian
volume/berat/energi pada kondisi standar dan sesuai ketentuan
atau kebutuhan pelaporan.
2.3.1.3. Sistem meter yang digunakan wajib mempunyai Izin Penggunaan
yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas dan Keterangan Hasil
Pengujian yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi setelah
dilakukan tera/tera ulang.
2.3.2. Prosedur Pengukuran
2.3.2.1. Pengukuran Minyak Bumi dan Kondensat Dengan Menggunakan
Flow Meter.
2.3.2.1.1. Pengukuran dengan sistem meter adalah Pengukuran
secara dinamik, yaitu dilakukan terhadap Minyak
Bumi/Kondensat yang sedang mengalir.
2.3.2.1.2. Pengukuran Minyak dan Kondensat dengan meter
dikoreksi ke kondisi standar yaitu 60 0F dan 14,696 PSIA
untuk satuan imperial.
2.3.2.1.3. Pengukuran di Titik Serah wajib menggunakan sistem
meter yang disyaratkan sesuai API MPMS Chapter 12
untuk perhitungan dan API MPMS Chapter 4 revisi
terakhir untuk Proving.
2.3.2.1.4. Alat Ukur semi Custody Transfer dengan spesifikasi
setara meter Custody Transfer wajib digunakan sebagai

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 21 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

meter serah terima untuk meter alokasi pada jaringan


pipa yang digunakan bersama antara beberapa KKKS.
2.3.2.1.5. Proving wajib dilakukan untuk setiap transaksi secara
batch dan untuk penyerahan yang kontinu atau terus
menerus Proving dilakukan sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan.
2.3.2.2. Pengukuran Aliran Gas Bumi
2.3.2.2.1. Volume Gas Bumi sangat dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan, oleh karena itu dalam Pengukuran Gas Bumi
yang dilakukan bukan pada kondisi standar namun wajib
dikoreksi menjadi kondisi “volume standard cubic feet”
yaitu cubic feet pada suhu 60 0F dan tekanan 14,73 PSIA
atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.3.2.2.2. Beberapa jenis sistem meter Gas Bumi yang digunakan
di Indonesia yaitu:
2.3.2.2.2.1. Orifice meter;
2.3.2.2.2.2. Coriolis meter;
2.3.2.2.2.3. Turbine meter;
2.3.2.2.2.4. Ultra sonic meter,atau
2.3.2.2.2.5. Jenis-jenis lain yang telah mendapatkan izin
tipe dari Direktorat Metrologi.
2.3.2.2.3. Laju alir Gas Bumi dalam standard cubic feet per hari
akan didapat berdasarkan hasil perhitungan.
2.3.2.2.4. Setelah mendapatkan nilai gross heating value (GHV)
dalam satuan BTU/SCF, dapat dihitung jumlah Gas Bumi
yang diserahkan dalam satuan MMBTUD yang
dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Bulanan
yang ditandatangani oleh KKKS, SKK Migas dan
konsumen.

3. Mekanisme Perhitungan Proration, Back Allocation Dan/Atau Joint Report


3.1. Ketentuan
3.1.1. Perhitungan dilakukan dengan melakukan perhitungan balik jumlah produksi

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 22 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

dan Lifting yang ada di Fasilitas Terminal dan dialokasikan secara


proporsional dan berjenjang ke titik alokasi Fasilitas Produksi Lapangan di
belakangnya dengan memperhitungkan faktor Shrinkage, Evaporasi,
Emulsi dan losses yang dibagi secara proporsional dan berjenjang.
Gain/Loss dibagi secara proporsional berdasarkan pengiriman produksi dari
Fasilitas Produksi Lapangan.
3.1.2. Pada umumnya masing-masing shipper atau KKKS mempunyai Minyak
Bumi atau Kondensat dengan kondisi API Gravity, kondisi operasi, dan
emulsi yang berbeda, sehingga masing-masing shipper atau KKKS
mempunyai kontribusi pembebanan penyusutan yang berbeda yang wajib
dibebankan ke masing-masing KKKS.
3.1.3. Alokasi pembebanan Shrinkage, Evaporasi, Emulsi dan losses tersebut
dari satu atau lebih shipper atau KKKS pengirim terhadap penerimaan di
fasilitas yang digunakan bersama, dituangkan dalam Joint Report yang
ditandatangani bersama, sesuai dengan kesepakatan hasil perhitungan
Back Allocation atau Proration.

3.2. Proration Factor


3.2.1. Proration Factor digunakan untuk keperluan operasi internal KKKS, seperti
Proration antara Pengukuran Sumur dan Fasilitas Produksi Lapangan.
3.2.2. Proration Factor merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan
minyak nyata di titik penerima dibanding dengan jumlah minyak yang dikirim
dari beberapa titik kirim, dimana masing-masing titik kirim menggunakan
cara Pengukuran dan perhitungan yang seragam serta mempunyai bobot
akurasi yang sama, sedangkan titik penerima menggunakan Pengukuran
dan perhitungan yang standar.
3.2.3. Data ini sebagai indikasi apabila “Field Factor” jauh lebih besar dari
biasanya, diindikasikan adanya penurunan dari salah satu atau beberapa
sumur produksi, atau kehilangan selama pengiriman, yang wajib
ditindaklanjuti dengan identifikasi sumur yang mengalami penurunan atau
penyebab nyata yang terjadi selama pengiriman.

3.3. Back Allocation

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 23 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

3.3.1. Back Allocation Factor dihitung berdasarkan jumlah penerimaan dibagi


dengan total pengiriman.
3.3.2. Pengukuran masing-masing di titik pengiriman dan penerima dilakukan pada
kondisi net standard volume.
3.3.3. Back Allocation digunakan untuk keperluan:
3.3.1.1. Operasi internal KKKS, seperti Back Allocation antara Pengukuran
dari beberapa titik kirim seperti dari Proses Produksi Lapangan ke
Proses Produksi Terminal atau Terminal. Untuk keperluan ini Back
Allocation merupakan perbandingan antara penerimaan di titik
terima dibandingkan dengan total pengiriman. Sehingga masing-
masing pengirim dapat menghitung jumlah yang diterima di titik
terima dengan mengalikan pengiriman masing-masing dengan
Back Allocation Factor.
3.3.1.2. Penggunaan bersama pada Fasilitas Produksi salah satu KKKS
dengan beberapa KKKS lainnya sesuai dengan standar keteknisan,
prinsip keadilan dan saling menguntungkan.

3.4. Joint Report


3.1.1. Joint Report dibuat apabila beberapa KKKS menggunakan fasilitas bersama,
sehingga diperlukan mekanisme pembebanan Shrinkage, Evaporasi, Emulsi
dan Gain/Loss proporsional terhadap jumlah Minyak Bumi atau Kondensat
yang dikirim dan dituangkan dalam Joint Report.
3.1.2. Pembebanan losses yang terjadi dengan mengalikan masing-masing angka
pengiriman setelah koreksi Shrinkage Factor, Evaporation Factor, Emulsion
Factor atau faktor lain yang mempengaruhi dengan allocation factor.
3.1.3. Untuk pembebanan secara wajar dari masing-masing KKKS pengirim
terhadap penerimaan di Fasilitas bersama, diperlukan skematik penyaluran
sesuai kondisi aktual untuk menggambarkan pola aliran Minyak Bumi atau
Kondensat, sehingga penerapan Shrinkage Factor, Evaporation Factor,
Emulsion Fator atau faktor lain yang mempengaruhi dilakukan berdasarkan
pola alir tersebut.
3.1.4. Tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaan penentuan losses masing-
masing KKKS yang mengalami pencampuran bertahap, akan mendapatkan

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 24 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

losses yang lebih besar akibat pembenanan Shrinkage Factor, Evaporation


Factor, Emulsion Factor yang bertahap.

4. Referensi Teknis dan Standar Dalam Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas
Bumi, LPG Dan LNG

4.1. Perhitungan kuantitas Minyak Bumi, Kondensat, LPG, dan LNG menggunakan
ukuran volume atau berat, dalam satuan metrik atau satuan
Amerika/British/Imperial. Penggunaan volume correction factor (VCF) sebagai faktor
konversi dari kondisi observasi ke kondisi standar menggunakan ASTM-IP
Petroleum Measurement Tables (ASTM D-1250 IP D-200). Kuantitas Gas Bumi
diukur dalam ukuran volume/berat/energi, dalam satuan metrik atau satuan
Amerika/British/Imperial.
4.2. Referensi teknis terkait pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG Dan
LNG merujuk kepada PUPO mengenai Pengukuran tangki di Fasilitas Produksi
Lapangan dan Fasilitas Terminal, bongkar/muat (loading/discharging) dengan
menggunakan kapal (barge/tanker), penyerahan/pemuatan (loading) dari Fasilitas
Terminal ke tanker dan Penghitungan Minyak Bumi, kondensat, LPG, LNG dan Gas
Bumi.
4.3. Standar lainnya yang digunakan dalam kegiatan ini terdapat dalam Lampiran II –
Acuan Standar Pengukuran.

5. Dokumen Pelaporan
5.1. Dokumen Lifting
Dokumen pelaporan terkait Lifting terdapat dalam Lampiran III – Dokumen Lifting.

5.2. Dokumen Joint Report


5.2.1. Dokumen Joint Report menyatakan jumlah Minyak Bumi, Kondensat dalam
Net Standard Barrels dan Gas Bumi dalam MMSCF atau MMBTU dengan
memperhitungkan pembebanan Gain/Losses dan faktor koreksi lain. Hasil
Pengukuran tersebut dicatat dan dilaporkan secara harian selama 1 (satu)
bulan dan ditandatangani bersama.
5.2.2. KKKS wajib melaporkan Dokumen Joint Report dengan dokumen aktual
penerimaan di Fasilitas Terminal dan di Fasilitas Produksi Lapangan, dan
perhitungan alokasi untuk persetujuan SKK Migas.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 25 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.2.3. Dokumen pendukung Joint Report harian/bulanan:


5.2.3.1. Berita Acara Penyerahan Minyak Bumi, Kondensat;
5.2.3.2. Berita Acara Pengukuran Stock; dan
5.2.3.3. Berita Acara Penerimaan Produksi.

5.3. Well Test Report


Format Well Test report sekurang-kurangnya memuat data:
5.3.1. Nomor sumur;
5.3.2. Jenis sumur (flowing, gas lift, pumping);
5.3.3. Tujuan tes (Potensi sumur, evaluasi selesai WO/WS, evaluasi masalah
produksi);
5.3.4. Waktu tes dilakukan (tanggal, bulan, tahun);
5.3.5. Lama pengetesan (ketelitian dalam menit);
5.3.6. Record data test (tekanan dan suhu: Kepala Sumur, flow line/header,
separator, produksi minyak observed per jam, produksi air atau kandungan
S&W, gas orifice chart, data lain yang diperlukan;
5.3.7. Hasil tes (produksi Minyak Bumi net standar (BOPD), produksi Gas Bumi
MSCFD), produksi air (BWPD); dan
5.3.8. Hasil tes yang dicatat dalam daily well test data dan pada well database.

5.4. Dokumen Pelaporan Stok Minyak Bumi dan Kondensat, LPG dan LNG
KKKS melaporkan Stok Minyak Bumi dan Kondensat, LPG dan LNG kepada SKK
Migas yang terdiri dari:
5.4.1. Berita Acara Verifikasi Inventory Stock;
5.4.2. Data teknis tangki Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG;
5.4.3. Shore atau Storage Measurement Report;
5.4.4. Hasil analisa laboratorium; dan
5.4.5. Tank Ticket.

BAB V

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 26 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN SISTEM ALAT UKUR LEGAL UNTUK


PENYERAHAN MINYAK BUMI, KONDENSAT, LPG, LNG DAN GAS BUMI

1. Ruang Lingkup Penyediaan dan Penggunaan Sistem Alat Ukur Legal Untuk
Penyerahan Minyak Bumi
1.1. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan ini terdiri dari penyediaan Alat Ukur legal; penggunaan Alat Ukur
legal; modifikasi, relokasi dan penghapusan Alat Ukur legal; pemutusan tanda tera
dan pelaksanaan tera ulang.

1.2. Jenis Alat Ukur


1.2.1 Alat Ukur legal terdiri dari Alat Ukur Minyak Bumi, Kondensat, LPG, LNG, Gas
Bumi dan Alat Ukur produk sampingan lainnya.

1.2.2 Alat Ukur Statis yang terdiri dari antara lain Alat Ukur tangki tegak, tangki bola,
tangki silindris datar, dan tangki ukur terapung beserta Alat Ukur ketinggian
yang melengkapinya.

1.2.3 Alat Ukur dinamis terdiri dari antara lain orifice meter, positive displacement
meter, turbine meter, coriolis meter, dan ultrasonic meter serta peralatan
kelengkapannya.

2. Penyediaan Alat Ukur Legal

2.1 Alat Ukur Legal statis dan dinamis wajib disediakan oleh KKKS untuk serah terima
Minyak Bumi, LPG, LNG, dan Gas Bumi di titik penyerahan.
2.2 Alat Ukur wajib dirancang dengan baik oleh KKKS dan/atau perakit perekayasa
yang ditunjuk untuk memenuhi ketentuan yang berlaku dan good engineering
practices, dengan:
 Mendapatkan persetujuan rancangan sistem Alat Ukur dari SKK Migas;
 Mendapatkan izin tipe yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi;
2.3. Mengawasi pengujian rancangan Alat Ukur yang sudah disetujui bersama dengan
SKK Migas dalam tahapan:

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 27 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.1.1 Factory acceptance test, untuk menguji kesesuaian peralatan terhadap


spesifikasi dan rancangan yang dikehendaki;
2.1.2 Sistem integration test, untuk menguji fungsi dan kinerja Alat Ukur sebagai
satu kesatuan dari berbagai peralatan utama dan penunjang;
2.1.3 Kalibrasi/tera Alat Ukur sebelum dilakukan commissioning yang oleh
Direktorat Metrologi dan disaksikan oleh Ditjen Migas dan pihak-pihak
terkait dalam rangka penerbitan Keterangan Hasil Pengujian Alat Ukur;
dan
2.1.4 Site acceptance test/commissioning, untuk menguji unjuk kerja sistem Alat
Ukur yang telah dirangkai dengan aliran fluida seperti kondisi operasi
aktual.
2.4. Mendapatkan Izin Penggunaan Sistem Alat Ukur berdasarkan Keterangan Hasil
Pengujian dan hasil Site Acceptance Test / Commissioning dari Ditjen Migas.

3. Penggunaan Alat Ukur Legal


3.1. Alat Ukur legal wajib ditera ulang dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
3.2. Setiap Alat Ukur legal disertai dengan Prosedur Operasi Serah Terima Minyak dan
Gas Bumi di setiap Titik Penyerahan yang disetujui oleh SKK Migas dan instansi
terkait lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Modifikasi, Relokasi dan Penghapusan Alat Ukur Legal


4.1. Modifikasi Sistem Alat Ukur
4.1.1. Modifikasi sistem Alat Ukur adalah penggantian maupun
penambahan/upgrade yang dilakukan tanpa mengubah sistem secara
keseluruhan untuk meningkatkan, mempertahankan akurasi dan
kehahandalan Pengukuran.
4.1.2. KKKS wajib mengajukan perencanaan modifikasi sistem Alat Ukur ke SKK
Migas untuk persetujuan sebelum modifikasi dimulai.
4.1.3. Hasil pengujian dan Keterangan Hasil Pengujian dari Direktorat Metrologi
terhadap Alat Ukur yang sudah dimodifikasi akan digunakan oleh Ditjen Migas
sebagai dasar penerbitan Izin Penggunaan Sistem.

4.2. Relokasi Sistem Alat Ukur

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 28 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

4.2.1. Relokasi sistem Alat Ukur adalah pemindahan suatu sistem Alat Ukur dari satu
lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemanfaatan peralatan/Aset yang ada.
4.2.2. KKKS wajib mengajukan perencanaan relokasi sistem Alat Ukur ke SKK
Migas untuk persetujuan sebelum relokasi dimulai.
4.2.3. Hasil pengujian dan Keterangan Hasil Pengujian dari Direktorat Metrologi
terhadap Alat Ukur yang sudah direlokasi akan digunakan oleh Ditjen Migas
sebagai dasar penerbitan Izin Penggunaan Sistem.

4.3. Penghapusan Alat Ukur


4.3.1. Alat Ukur dapat diusulkan untuk dihapuskan sehingga bebas tera atau tera
ulang jika sudah tidak digunakan lagi.
4.3.2. KKKS wajib mengajukan usulan penghapusan ke SKK Migas untuk
persetujuan.

5. Pemutusan Tanda Tera


5.1. Alat Ukur legal yang sudah dilakukan peneraan dan dinyatakan sah dan memenuhi
ketentuan akan mendapatkan tanda tera dari instansi terkait.
5.2. Dalam hal suatu Alat Ukur mengalami kerusakan yang mengakibatkan pemutusan
tanda tera atau kerusakan pada tanda tera itu sendiri, KKKS melaporkan hal tersebut
kepada SKK Migas dan Direktorat Metrologi dengan melampirkan berita acara
pemutusan/kerusakan tanda tera yang ditandatangani oleh pimpinan operasi tertinggi
di daerah operasi.
5.3. KKKS segera melakukan tera ulang peralatan dimaksud.

6. Pelaporan
6.1. Kegiatan Penyediaan/Modifikasi/Relokasi Alat Ukur
6.1.1. KKKS menyampaikan dokumen yang terdiri dari:
6.1.1.2. Latar Belakang dan justifikasi penyediaan/modifikasi/relokasi/
penghapusan Alat Ukur;
6.1.1.3. Persetujuan AFE;
6.1.1.4. Spesifikasi Alat Ukur yang dipersyaratkan dalam perjanjian jual beli/
perjanjian transportasi/perjanjian penggunaan peralatan bersama;
6.1.1.5. Dokumen teknis antara lain:

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 29 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

6.1.1.5.1. Design basis;


6.1.1.5.2. Piping and instrumentation diagram;
6.1.1.5.3. Process flow diagram;
6.1.1.5.4. Sizing calculation;
6.1.1.5.5. Data sheet Alat Ukur dan komponen pendukungnya;
6.1.1.5.6. Izin tipe Alat Ukur yang digunakan;
6.1.1.5.7. General arrangement drawing;
6.1.1.5.8. Inspection test plan; dan
6.1.1.5.9. Data lainnya yang terkait.
6.1.2. KKKS wajib menyampaikan Berita Acara Pemeriksaan dan Keterangan
Hasil Pengujian dan Ijin Penggunaan Alat Ukur kepada SKK Migas yang
didapatkan dari instansi terkait untuk digunakan dalam database Alat Ukur.

6.2. Penggunaan Alat Ukur


Keterangan Hasil Pengujian dan Ijin Penggunaan suatu Alat Ukur mempunyai masa
berlaku sesuai dengan ketentuan dari Direktorat Metrologi dan Ditjen Migas. Untuk
keperluan pembaharuan masa berlaku Keterangan Hasil Pengujian dan Ijin
Penggunaan, KKKS wajib mengirimkan surat rencana pelaksanaan tera ulang Alat
Ukur kepada SKK Migas 1 (satu) bulan sebelum masa berlakunya habis.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 30 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB VI
EVALUASI MUTU MINYAK DAN GAS BUMI

1. Ruang Lingkup
1.1. Evaluasi contoh Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk menentukan
mutu/karakteristik Minyak dan Gas Bumi yang dihasilkan oleh sumur produksi
maupun sumur yang baru ditemukan. Hasil analisa mutu/karakteristik Minyak dan
Gas Bumi dapat digunakan:
1.1.1. Sebagai data nasional untuk kepentingan strategis Pemerintah dalam
menentukan kebi jakan;
1.1.2. Strategi pengembangan dan pemanfaatan Minyak Bumi dan Gas Bumi; dan
1.1.3. Menentukan harga Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi.

1.2. Kegiatan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi mencakup penjadwalan
pengambilan contoh Minyak dan Gas Bumi, mekanisme pengusulan, pengambilan
contoh sesuai dengan jadwal produksi dan jadwal kegiatan produksi KKKS,
pengiriman contoh dan analisis laboratorium atas contoh yang dikirimkan serta
penagihan biaya dari pihak yang ditunjuk sebagai pelaksana evaluasi mutu kepada
KKKS, pembuatan laporan hasil analisa dan penggunaan hasil analisis untuk
kepentingan pemerintah.

2. Pengusulan Pengambilan Contoh Minyak dan Gas Bumi


2.1. KKKS mengusulkan jadwal, jenis, dan lokasi atau titik pengambilan contoh
Minyak dan Gas Bumi untuk pelaksanaan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi
kepada SKK Migas untuk proses persetujuan kepada instansi terkait. Jadwal yang
telah disetujui akan dikirimkan oleh Ditjen Migas, didistribusikan kepada KKKS
melalui SKK Migas untuk dilaksanakan sesuai dengan jadwal atau disesuaikan
dengan kesiapan pelaksanaan masing-masing KKKS.

2.2. Periode Pengambilan Oleh KKKS dan Instansi Terkait


2.2.1. Untuk Evaluasi Mutu Minyak Bumi singkat, pengambilan contoh Minyak
Bumi dilakukan:
2.2.1.1. Di block station pada pipa keluar (outlet) atau pada outlet lain yang

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 31 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

memungkinkan; dan
2.2.1.2. Saat Uji Produksi (UP) dan Uji Kandungan Lapisan (UKL) pertama
sumur penemu yang bersangkutan dan apabila terjadi perubahan
lapisan Produksi.
2.2.2. Untuk Evaluasi Mutu Gas Bumi, pengambilan contoh Gas Bumi dilakukan
pada saat UP dan UKL pertama sumur penemu yang bersangkutan dan
apabila terjadi perubahan lapisan produksi.

2.3. Lokasi Pengambilan


KKKS mengusulkan lokasi pengambilan contoh untuk pelaksanaan Evaluasi Mutu
Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagai berikut:
2.3.1. Untuk Minyak Bumi yang baru ditemukan, contoh dapat diambil dari
sumur baru yang ditemukan pada saat UP dan UKL npertama dan apabila
terjadi perubahan lapisan;
2.3.2. Untuk Minyak Bumi yang diproduksi dan diekspor, contoh dapat
diambil dari titik keluar Lapangan, titik keluar Fasilitas Produksi Lapangan,
pada titik terima di Fasilitas Terminal dan di Titik Serah terakhir;
2.3.3. Untuk Minyak Bumi yang diolah atau berpotensi untuk diolah, contoh
diambil dari titik keluar Fasilitas Terminal atau titik keluar tangki penimbun
sebelum titik Pengukuran;
2.3.4. Untuk Gas Bumi yang diproduksi, didistribusikan, diolah dan atau diekspor,
contoh diambil dari titik keluar Fasilitas Produksi Lapangan atau pada titik
keluar yang memungkinkan;
2.3.5. Untuk Gas Bumi yang baru ditemukan, contoh diambil dari sumur penemu;
Cara pengambilan sampel dengan container / kemasan untuk Minyak Bumi
atau Gas Bumi sesuai dengan ketentuan Standar API.

3. Prosedur Evaluasi Mutu Minyak Bumi dan Gas Bumi


3.1. Evaluasi Mutu meliputi Evaluasi Mutu Minyak Bumi: Singkat, Sedang dan
Lengkap, dan Evaluasi Mutu Gas Bumi. Pelaksanaan pengambilan contoh
dan Evaluasi Mutu Minyak Bumi dan Gas Bumi dilakukan oleh institusi yang
ditunjuk oleh Ditjen Migas, dimana institusi tersebut harus mengacu pada
prosedur dan aturan yang sudah ditetapkan.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 32 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

3.2. Instansi terkait mengeluarkan hasil analisa yang meliputi analisa properties dan
karakteristik Minyak dan Gas Bumi.
3.3. Alur dari proses Evaluasi Mutu Minyak Bumi dan G a s B u m i dapat dilihat pada
gambar 6.1 halaman berikut.
Prosedur Evaluasi Mutu Minyak Mentah dan Gas Bumi
Institusi Pelaksana
KKKS SKK Migas MIGAS
EMGB

Usulan Pengambilan CONTOH

Penentu an Titik Sampl e Min yak


dan Gas

Penentu an Jad wal Peng ambilan


Contoh

Pembentukan Tim Bers ama dan Peny aksian Pengambilan Co ntoh Minyak
dan Gas Bumi

Penentu an Lokasi Samp le & Pengambilan Con toh

Sample Minyak Bumi dan Sample Gas Bumi

Men gambi l Contoh

La bel dan Segel oleh


CONTOH Institusi Pelaksana

Penentu an Jad wal


Pengambilan Con toh

Analisa Co ntoh

Analis a Co ntoh dari Institusi Pelaksana Evaluasi Mutu Minyak d an Gas Bumi

Rapat Tahunan Meng en ai Mutu Minyak d an Gas Bumi


Phase

Gambar 6.1 Flow Process Chart Evaluasi Mutu Migas

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 33 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB VII
PENYELESAIAN KLAIM DISCREPANCY DALAM
PENYERAHAN MINYAK BUMI ATAU KONDENSAT BAGIAN PEMERINTAH
DARI KKKS KEPADA PT. PERTAMINA (PERSERO)

1. Ruang Lingkup
1.1. Discrepancy ini terkait perbedaan figure Fasilitas Terminal dengan kapal (R1), adanya
air bebas setelah Lifting serta perbedaan kandungan Sediment & Water (S&W).
1.2. Penerimaan MMKBN di kapal lebih kecil atau Discrepancy melebihi 0,5% (R1>0,5%)
dari volume yang diserahkan oleh KKKS Operator dimana Ship Figures After
Loading(SFAL)<Bill of Lading (B/L), dengan kondisi dimana:
1.2.1. KKKS Operator menggunakan meter sebagai Alat Ukur untuk menentukan
volume MMKBN yang diserahkan;
1.2.2. Sistem meter tidak bekerja sebagaimana mestinya, atau belum tersedia di
Fasilitas Terminal KKKS sehingga KKKS Operator menggunakan sistem
tangki ukur (manual ullage) sebagai Alat Ukur.
1.3. Ditemukan air bebas di kapal sesaat sesudah muat (after loading), dengan kondisi
dimana:
1.3.1. KKKS Operator mengakui bahwa akan ada sejumlah air bebas yang akan
terkirim ke kapal tetapi volumenya tidak diketahui secara pasti, misalnya
terkait pekerjaan sea water flushing ke Pipa Penyalur atau floating hose
sebelumnya;
1.3.2. Volume air bebas di kapal melebihi perhitungan KKKS Operator;
1.3.3. Tidak ada indikasi adanya air bebas di Fasilitas Terminal KKKS yang
berpotensi terkirim ke kapal.
1.4. Perbedaan angka persentase S&W hasil analisis Master Sample dan angka yang
tercantum dalam B/L melebihi ketentuan sebagaimana diatur dalam toleransi
reproducibility analisis dalam ASTM D-4007.
1.5. Perhitungan prosentase (%) losses berdasarkan kesepakatan antara SKK Migas
dengan PT.Pertamina (Persero)adalah:

R1 = (SFAL-BL)/BL x 100%

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 34 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2. Prosedur Penyelesaian Klaim Discrepancy


2.1. Penerimaan Minyak Bumi atau Kondensat di Kapal Lebih Kecil (Discrepancy
R1>0.5% Volume)
Untuk mencegah terjadinya Discrepancy, maka Pelaksanaan Lifting di Fasilitas
Terminal KKKS wajib memperhatikan dan mengacu hal-hal sebagai berikut:
2.1.1. Penyerahan Minyak Bumi atau Kondensat di Fasilitas Terminal KKKS wajib
dilakukan dengan mengacu kepada Prosedur Teknis Operasi Penyerahan
Minyak Bumi atau Kondensat yang disetujui oleh SKK Migas dan/atau Ditjen
Migas;
2.1.2. Alat Ukur yang digunakan mempunyai Sertifikat Hasil
Pengujian/Pemeriksaan dari Direktorat Metrologi dan Izin Penggunaan dari
Direktorat Jenderal Migas. SKK Migas akan menginformasikan seluruh
jadwal kalibrasi Alat Ukur di Fasilitas Terminal KKKS, dan apabila
PERTAMINA memandang perlu, maka PERTAMINA dan SKK Migas akan
berkoordinasi untuk menyaksikan kegiatan tera ulang Alat Ukur di Fasilitas
Terminal KKKS;
2.1.3. Pelaksanaan ketentuan Opening (Pengukuran awal), Pemompaan dan
Closing (Pengukuran akhir) sesuai Prosedur Teknis Operasi Penyerahan
termasuk standar operasi Pengukuran, sampling, analisis dan perhitungan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2.1.3.1. Memastikan pipa pemuatan termasuk floating hose sebelum
pemuatan dalam keadaan terisi penuh dengan Minyak Bumi atau
Kondensat melalui pelaksanaan prosedur antara lain: high point
bleed valve (sight glass method), line displacement, flushing/line
circulation, press/line pack method, pressure gauge di ujung
manifold (disesuaikan dengan ketersediaan fasilitas dan prosedur
standar di Fasilitas Terminal) dan apabila karena suatu hal pipa
pemuatan dan/atau floating hose berisi air bebas atau tidak terisi
penuh dengan Minyak Bumi atau Kondensat maka volume tersebut
wajib diperhitungkan atau dikoreksi pada angka penyerahan
MMKBN;
2.1.3.2. Ketersediaan gauging tape atau UTI yang sudah terkalibrasi, pasta
air dan minyak, fasilitas pengambil contoh Minyak Bumi atau

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 35 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

Kondensat (termasuk bottom sampler di Fasilitas Terminal KKKS),


dan fasilitas Alat Ukur lainnya merupakan alat-alat yang disediakan
oleh KKKS Operator atau sudah mendapatkan persetujuan dari
aspek keselamatan untuk dapat digunakan;
2.1.3.3. Pelaksanaan kegiatan dengan panduan kertas checklist untuk
memastikan tahapan dan pelaksanaan sesuai ketentuan:
2.1.3.3.1. Pihak KKKS Operator membuat checklist Fasilitas
Terminal yang ditandatangani oleh KKKS Operator,
PERTAMINA atau Independent Surveyor dan Pengawas
Lifting SKK Migas pada saat selesai penyerahan
MMKBN;
2.1.3.3.2. Checklist untuk pelaksanaan pekerjaan di kapal dibuat
oleh Pihak yang mewakili PERTAMINA atau Independent
Surveyor dan ditandatangani oleh pihak kapal dan KKKS
Operator setelah proses serah terima selesai;
2.1.3.3.3. Masing-masing pihak yang menandatangani checklist
dapat menuliskan catatan jika di dalam pelaksanaan tidak
sesuai dengan prosedur;
2.1.3.4. Melakukan Pengukuran secara manual gauging terhadap tangki
nominasi dan non-nominasi yang berhubungan dengan tangki
nominasi untuk mengantisipasi terjadinya passing dan/atau
antisipasi sistem meter tidak bekerja sebagaimana mestinya. Hasil
Pengukuran tersebut dinyatakan pada dokumen yang
ditandatangani bersama oleh KKKS Operator, Pengawas Lifting
SKK Migas, dan PERTAMINA atau Independent Surveyor;
2.1.3.5. Sebelum selesai dilakukan verifikasi, agar dipastikan tidak ada
pergerakan muatan pada tangki nominasi (transfer/menerima)
selama tidak mengganggu operasional produksi dan Lifting.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 36 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.2. Fasilitas Terminal KKKS yang Menggunakan Sistem Meter bila Discrepancy
R1>0.5% Volume
2.2.1. KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas, dan PERTAMINA atau
Independent Surveyor segera melakukan verifikasi di Fasilitas Terminal
KKKS sebagai berikut :
2.2.1.1. Melakukan pemeriksaan kembali terhadap Prosedur Teknis
Operasi Penyerahan MMKBN termasuk pemeriksaan pipa transfer
terisi penuh dengan Minyak Bumi atau Kondensat atau Kondensat,
kerangan percabangan pipa transfer tertutup dan telah dilakukan
penyegelan;
2.2.1.2. Melakukan pemeriksaan terhadap kinerja peralatan sistem meter
dengan memperhatikan hasil Repeatability pengujian meter tidak
melebihi 0,02% dan/atau deviasi meter factor (MF) yang diperoleh
dan MF sebelumnya tidak melebihi 0,2%;.
2.2.1.3. Melakukan verifikasi perhitungan kembali terhadap hasil print out
dari flow comp yaitu perhitungan MF dalam meter Proving report
dan perhitungan volume dalam batch/delivery report;
2.2.1.4. Data pendukung lainnya sebagai masukan antara lain:
2.2.1.4.1. Pemeriksaan kinerja Fasilitas Terminal (Terminal
Performance) berupa data historical perbandingan antara
perhitungan sistem meter dengan perhitungan sistem
tangki ukur (manual ullage) dari beberapa kegiatan
penyerahan MMKBN di Fasilitas Terminal KKKS tersebut,
dibandingkan dengan baseline atau rata-rata perbedaan
sebelumnya;
2.2.1.4.2. Pemeriksaankinerja kapal (Vessel Experience Factor /
VEF) dari kapal tersebut saat melakukan Penyerahan
Minyak di beberapa Fasilitas Terminal dan VEF
diaplikasikan ke dalam perhitungan penerimaan saat ini
(Ship Figures After Loading-SFAL applied VEF).
2.2.1.5. Hasil verifikasi dituangkan kedalam Berita Acara Verifikasi
Discrepancy R1 dan dilengkapi dengan Kronologis Penyerahan
MMKBN yang dibuat oleh KKKS Operator, dan ditandatangani

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 37 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

Pengawas Lifting SKK Migas dan PERTAMINA atau Independent


Surveyor.
2.2.2. Koreksi terhadap perhitungan jumlah MMKBN yang diserahkan akan
dilakukan jika dapat dibuktikan dan disepakati adanya kesalahan
Pengukuran dan / atau perhitungan MMKBN di Fasilitas Terminal KKKS.
Besaran koreksi dilakukan dengan mengacu pada angka hasil verifikasi
Pengukuran dari Fasilitas Terminal KKKS tanpa membandingkan dengan
penerimaan di kapal.

2.3. Fasilitas Terminal KKKS yang Menggunakan Sistem Tangki Ukur (Manual
Gauging) bila Discrepancy R1>0.5% Volume
2.3.1. KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas dan PERTAMINA atau
Independent Surveyor segera melakukan verifikasi di Fasilitas Terminal
KKKS sebagai berikut:
2.3.1.1. Melakukan pemeriksaan kembali Prosedur Teknis Operasi
Penyerahan Minyak Bumi atau Kondensat atau Kondensat yang
telah dilaksanakan antara lain:
2.3.1.1.1. Pipa transfer terisi penuh dengan Minyak Bumi atau
Kondensat atau Kondensat;
2.3.1.1.2. Kerangan percabangan pipa transfer tertutup dan jika
memungkinkan tersegel;
2.3.1.1.3. Pengambilan contoh dan Pengukuran temperature sudah
sesuai ketentuan
2.3.1.1.4. Melakukan Pengukuran ulang kembali pada seluruh
tangki baik tangki nominasi maupun non nominasi, dan
melakukan pemeriksaan tangki-tangki lain yang
berhubungan dengan tangki cargo. Hasil Pengukuran
tersebut dinyatakan pada dokumen yang ditandatangani
bersama KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas,
dan PERTAMINA atau Independent Surveyor.
2.3.1.2. Melakukan Pengukuran ulang kembali pada seluruh tangki baik
tangki nominasi dan tangki-tangki lain yang berhubungan dengan

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 38 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

tangki nominasi dengan tatacara mengacu pada prosedur yang


berlaku;
2.3.1.3. Data pendukung lainnya sebagai masukan antara lain:
2.3.1.3.1. Melakukan pemeriksaan terhadap lubang ukur yang
digunakan sebagai dasar Pengukuran yang meliputi
tinggi referensi (reference height) dan pastikan lokasi
lubang ukur sudah sesuai dengan tabel tangki (jika
menggunakan tangki ukur terapung);
2.3.1.3.2. Dalam kondisi tertentu jika memungkinkan melakukan
pemeriksaan draft;
2.3.1.3.3. Memeriksa kinerja di Fasilitas Terminal (terminal
performance) yang mencatat historical pengapalan
kegiatan serah terima Minyak di Fasilitas Terminal KKKS
tersebut;
2.3.1.3.4. Memeriksa kinerja kapal (Vessel Experience Factor /
VEF) dari beberapa kegiatan kapal tersebut saat
melakukan pemuatan Minyak Bumi atau Kondensat di
beberapa Fasilitas Terminal dan diaplikasikan ke dalam
perhitungan penerimaan saat ini;
2.3.1.3.5. Data daily inventory record dan produksi satu hari
sebelum hingga sesudah proses penyerahan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya passing pada
tangki yang berhubungan dengan tangki nominasi.
2.3.1.4. Hasil kegiatan tersebut diatas dituangkan kedalam Berita Acara
Verifikasi Discrepancy R1 dan kronologis penyerahan Minyak Bumi
atau Kondensat yang dibuat oleh KKKS Operator, dan
ditandatangani oleh KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migas
dan PERTAMINA atau Independent Surveyor.
2.3.2. Koreksi terhadap perhitungan jumlah MMKBN yang diserahkan akan
dilakukan jika dapat dibuktikan dan disepakati adanya kesalahan
Pengukuran dan atau perhitungan Minyak Bumi atau Kondensat di Fasilitas
Terminal KKKS. Besaran koreksi dilakukan dengan mengacu pada angka

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 39 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

hasil verifikasi Pengukuran dari Fasilitas Terminal KKKS tanpa


membandingkan dengan penerimaan di kapal.

3. Air Bebas Ditemukan Di Kapal


MMKBN yang akan diserahkan wajib sudah tidak mengandung air bebas. Namun karena
kondisi tertentu atau pada saat sesudah kegiatan operasional misalnya penggantian
flexible hose atau perbaikan subsea pipeline, flushing atau kegiatan line displacement
sehingga air bebas terkirim ke kapal, maka untuk mengidentifikasi sumber dan volume
air bebas perlu diperhatikan sebagai berikut:

3.1. Identifikasi Air Bebas di Fasilitas Terminal Sebelum Penyerahan


3.1.1. Jika saat dilakukan Pengukuran initial di Fasilitas Terminal KKKS terindikasi
adanya air bebas pada tangki nominasi maka KKKS Operator, disaksikan
oleh SKK Migas dan PERTAMINA atau Independent Surveyorakan
melakukan sebagai berikut :
3.1.1.1. Melakukan pengambilan contoh air bebas pada tangki nominasi
sebelum dilakukan draining;
3.1.1.2. Melakukan draining air bebas atau stripping liquid bagian bawah
tangki pada tangki nominasi yang ditemukan adanya indikasi air
bebas, sehingga air bebas sudah dinyatakan benar-benar tidak ada
setelah dilakukan pengecekan bersama;
3.1.1.3. Melakukan Pengukuran ketinggian Minyak dan pengecekan air
kembali sebagai dasar perhitungan awal dan pastikan sudah tidak
ada indikasi air bebas di tangki nominasi, dengan melakukan
pengecekan melalui beberapa lubang referensi sebagai
pembanding.
3.1.2. Apabila setelah dilakukan draining air bebas atau stripping liquid di dasar
tangki akan tetapi kegiatan tersebut tidak dapat menghilangkan indikasi air
bebas pada tangki nominasi, maka dilakukan Pengukuran ketinggian air
bebas sebelum dan sesudah penyerahan dan jika terjadi pengurangan
volume air bebas sesudah penyerahan akan dikoreksi dari jumlah liquid yang
diserahkan ke kapal.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 40 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

3.2. Identifikasi Air Bebas Di Kapal Sebelum Penyerahan


Jika saat dilakukan pemeriksaan tangki di kapal sebelum dilakukan Penyerahan,
KKKS Operator, PERTAMINA atau Independent Surveyor dan pihak kapal akan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
3.2.1. Melakukan pemeriksaan volume sisa muatan (OBQ) pada seluruh tangki
kapal baik tangki nominasi maupun non nominasi;
3.2.2. Jika pada tangki kapal ditemukan adanya OBQ maka identifikasi jenis OBQ
nya dengan melakukan pengecekan ketinggian minyak/kondensat, air bebas
dan/atau sludge dengan menggunakan pasta atau melakukan pengambilan
contoh;
3.2.3. Jika terbukti terdapat air bebas pada tangki kapal maka dilakukan
pengambilan contoh air bebas tersebut;
3.2.4. Sisa muatan berupa minyak/kondensat, air bebas dan/atau sludge dicatat
dan dituangkan kedalam dokumen Tank Inspection Report yang
mencantumkan besaran volume sisa minyak/kondensat, air bebas dan/atau
sludge.

3.3. Identifikasi Air Bebas Akibat Pekerjaan Flushing Sebelum Pemuatan


3.3.1. Untuk air bebas yang telah diketahui sumbernya dapat berasal dari hasil
flushing line dalam rangka Pemeliharaan selang (flexible hose) dan/atau
perbaikan/pergantian subsea pipeline.
3.3.2. Adapun untuk air bebas yang telah diketahui sumbernya maka dilakukan
sebagai berikut:
3.3.2.1. KKKS Operator wajib memastikan bahwa prosedur flushing telah
dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku;
3.3.2.2. Pastikan bahwa air bebas yang digunakan untuk flushing sudah
dilakukan Pengukuran level dan perhitungan volumenya pada
tangki-tangki yang digunakan untuk memompakan air flushing dan
diambil contoh-nya;
3.3.2.3. Apabila volume air bebas yang diinjeksikan ke pipa atau floating
hose tidak diketahui maka lakukan perhitungan dimensional sesuai
ukuran pipa dan/atau floating hose;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 41 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

3.3.2.4. Besarnya volume air bebas yang digunakan untuk flushing akan
digunakan sebagai dasar pengurangan jumlah MMKBN yang
diserahkan.

3.4. Terdapat Air Bebas Setelah Penyerahan


3.4.1. Ditemukan air bebas di kapal sesaat sesudah muat (after loading)
dengan kondisi dimana:
3.4.1.1. KKKS Operator mengakui bahwa akan ada sejumlah air bebas yang
akan terkirim ke kapal tetapi volumenya tidak diketahui secara pasti,
misalnya terkait pekerjaan sea water flushing ke Pipa Penyalur atau
flexible hose sebelumnya;.
3.4.1.2. Volume air bebas di kapal melebihi perhitungan KKKS Operator;
3.4.1.3. Tidak ada indikasi adanya air bebas di Fasilitas Terminal KKKS
yang berpotensi terkirim ke kapal.
3.4.2. Apabila terdapat dispute sumber dan/ataupun jumlah air bebas yang
digunakan sebagai pengurang jumlah MMKBN yang diserahkan, maka
dilakukan proses pembuktian sumber air bebas tersebut berdasarkan hasil
analisis karakteristik air bebas yang dilakukan di laboratorium yang
disepakati.
3.4.3. Apabila oleh karena sesuatu hal analisis air bebas tidak dapat dilakukan di
Fasilitas Terminal KKKS maka contoh air bebas baik dari kapal maupun dari
Fasilitas Terminal KKKS akan diambil dalam jumlah minimal 3 x 200 ml,
contoh container diberi label dan segel serta dibuatkan Berita Acara yang
ditandatangani oleh KKKS Operator, Pengawas Lifting SKK Migasdan
PERTAMINA atau Independent Surveyor. Contoh tersebut oleh KKKS
Operator akan dikirimkan ke laboratorium yang disepakati bersama untuk
dilakukan analisis.
3.4.4. Apabila contoh akan dianalisis di laboratorium independen maka contoh
akan dikirimkan oleh KKKS Operator dan biaya analisis akan ditanggung
terlebih dahulu oleh KKKS Operator dan kemudian apabila sumber air bebas
tersebut ternyata bukan dari Fasilitas Terminal KKKS maka biaya analisis
mulai tahun 2016 menjadi beban PERTAMINA. Pelaksanaan analisis contoh

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 42 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

air bebas akan dilakukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan


sejak SKK Migas menerima surat klaim dari PERTAMINA.

3.5. Air Bebas Yang Sudah Diketahui Sumbernya


3.5.1. Untuk air bebas yang telah diketahui sumbernya dapat berasal dari hasil
flushing line dalam rangka Pemeliharaan selang (flexible hose) atau
pekerjaan operasional lainnya namun volume air bebas dalam SFAL
melebihi perhitungan Fasilitas Terminal KKKS maka tetap dilakukan analisis
contoh air bebas, dengan syarat contoh pembanding representative
(misalnya diambil dari ujung manifold dengan menggunakan portable inline
sampler/drip sampler atau dari tanki penampung air hasil flushing).
3.5.2. Apabila hasil analisis membuktikan contoh air bebas terbukti dari Fasilitas
Terminal KKKS, maka volume air bebas yang dikoreksi dari angka
penyerahan, berdasarkan hasil Pengukuran di kapal.
3.5.3. Apabila tidak terbukti maka tidak dilakukan koreksi atas angka penyerahan
dan biaya analisis contoh di laboratorium independen menjadi beban
PERTAMINA mulai tahun 2016.

3.6. Air Bebas Yang Belum Diketahui Sumbernya


3.6.1. Air bebas yang diterima dikapal dapat terjadi tanpa diketahui sumbernya
darimana berasal. Untuk keadaan seperti ini maka petugas KKKS Operator,
Independent Surveyor dan Pengawas Lifting SKK Migas melakukan hal-hal
sebagai berikut:
3.6.1.1. Petugas KKKS Operator dengan disaksikan Pengawas Lifting SKK
Migas dan PERTAMINA atau Independent Surveyor melakukan
pengambilan contoh air bebas baik itu air formasi atau air yang
terdapat pada tangki yang digunakan untuk settling di Fasilitas
Terminal KKKS;
3.6.1.2. Petugas KKKS Operator dan PERTAMINA atau Independent
Surveyor melakukan penyegelan dan memberikan label pada
contoh air bebas sesuai dari sumber dimana contoh tersebut
diambil;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 43 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

3.6.1.3. Jika contoh di Fasilitas Terminal KKKS tidak dapat diambil baik dari
tangki nominasi maupun non nominasi termasuk slop tank, maka
dilakukan pengambilan contoh air bebas di Fasilitas Terminal/
sejenisnya yaitu penampungan MMKBN sementara sebelum dikirim
Fasilitas Terminal.
3.6.2. Selanjutnya Petugas KKKS Operator, PERTAMINA atau Independent
Surveyor dan Pengawas Lifting SKK Migas melakukan verifikasi di kapal
sebagai berikut:
3.6.2.1. Menyaksikan Pengukuran ulang ketinggian level air bebas yang
dilakukan oleh pihak kapal setelah dinyatakan cukup waktu settling
di semua tangki dan dilakukan pendokumentasian terhadap indikasi
ketinggian air bebas tersebut;
3.6.2.2. Sounding stick yang sudah diolesi pasta air setelah dilakukan
Pengukuran air bebas jika memungkinkan diambil gambar/difoto;
3.6.2.3. Menyaksikan pengambilan contoh air bebas dari tiap-tiap tangki
oleh pihak kapa ldan contoh air bebas tersebut selanjutnya oleh
PERTAMINA atau Independent Surveyor diberi segel dan label
sesuai sumber contoh tersebut diambil serta jika memungkinkan
dilakukan pendokumentasian terhadap hasil contoh yang diambil
dengan melakukan pemotretan;
3.6.2.4. Peralatan sampling (bottom sampler) wajib disediakan oleh pihak
KKKS Operator untuk pengambilan contoh di Fasilitas Terminal dan
untuk pengambilan contoh dikapal disediakan oleh pihak
PERTAMINA;
3.6.2.5. Petugas KKKS Operator membuat Berita Acara Verifikasi air bebas
dengan ditandatangani oleh pihak kapal, KKKS Operator,
PERTAMINA atau IndependentSurveyor dan Pengawas Lifting SKK
Migas yang isinya mencakup contoh air bebasyang diambil pada
tangki Fasilitas Terminal KKKS dan tangki kapal, nomor segel serta
pendistribusian contoh air bebas.

3.6.3. Seluruh contoh air bebas yang telah diberi segel dan label yang berasal dari
Fasilitas Terminal dan kapal dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 44 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

oleh PERTAMINA atau Independent Surveyor, KKKS Operator dan


Pengawas Lifting SKK Migas dan berdasarkan Berita Acara tersebut Pihak
KKKS akan berkoordinasi dengan PERTAMINA dan SKK Migas untuk
melakukan penyaksian terhadap penyerahan contohair bebas di
laboratorium independen dengan melakukan pemeriksaan jumlah
botol/kaleng contoh serta kesesuaian nomor segel yang selanjutnya
dicantumkan dalam Berita Acara.

3.7. Air Bebas di Kapal Sebelum Pembongkaran


3.7.1. Jika air bebas ditemukan dikapal setelah kapal tiba di pelabuhan tujuan maka
hal ini tidak dapat merubah atau mengurangi angka B/L oleh karena
Penyerahan dilakukan dengan mekanisme FOB. Jika tidak terdapat air
bebas di Fasilitas Terminal KKKS, maka setelah kapal meninggalkan
Fasilitas Terminal KKKS, KKKS Operator maupun SKK Migas tidak
mempunyai tanggung jawab terhadap muatan Minyak Bumi atau Kondensat
dan/atau Kondensat yang diangkut oleh kapal tersebut.
3.7.2. Untuk itu PERTAMINA dapat menginstruksikan pihak kapal untuk melakukan
settling setelah Penyerahan di anchorage area Fasilitas Terminal KKKS
sebelum dilakukan Pengukuran air bebas dengan catatan hal tersebut dapat
dilakukan sesuai dengan karakteristik MMKBN tersebut, tanpa mengganggu
schedule kapal ke pelabuhan berikutnya dan tidak menjadi kendala realisasi
Program Lifting yang telah disepakati. Apabila setelah dilakukan settling
terjadi penambahan volume air bebas, maka dilakukan pengambilan contoh
air bebas dan dilakukan analisis dilaboratorium yang disepakati.
3.7.3. Koreksi air bebas dilakukan jika hasil laboratorium membuktikan air bebas
berasal dari Fasilitas Terminal KKKS.
3.7.4. Apabila Fasilitas Terminal memiliki Fasilitas untuk melakukan heating
Minyak, maka suhu MMKBN yang akan dimuat wajib memenuhi suhu
minimum yang direkomendasikan HM40 (Hidrocarbon Management 40
Guidelines for the crude oil washing of ship’s tank and the heating of crude
oil being transportated by sea) atau setidaknya lebih tinggi 10 derajat Celcius
di atas Pour Point MMKBN tersebut.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 45 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

4. Discrepancy & air bebas Pada Proses Penyerahan Melalui Jalur Pipa
4.1. PERTAMINA berhak untuk menyaksikan proses penyerahan MMKBN pada
penyerahan melalui jalur pipa di fasilitas Custody Transfer;
4.2. Sebelum proses penyerahan wajib dilakukan identifikasi dan penanganan air bebas
sesuai butir 7.2.2.1;
4.3. Peralatan dan metode Pengukuran maupun sampling yang digunakan wajib
memenuhi standar API MPMS;
4.4. Apabila terjadi Discrepancy/freewater pada transfer pipeline maka para pihak
sepakat untuk melakukan verifikasi di fasilitas Custody Transfer, dimana apabila
terbukti adanya kesalahan pada fasilitas custody, maka angka penyerahan dapat
dikoreksi berdasarkan hasil verifikasi tersebut.

5. Perbedaan kandungan Sediment & Water (S&W)


5.1. Tatacara Pengukuran S&W mengacu kepada ASTM D-4007 (mengacu ketetapan
Ditjen Migas) yang dapat di-update sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
terbaru.
5.2. Perbedaan angka persentase S&W hasil analisis Master Sample dan angka yang
tercantum dalam B/L melebihi ketentuan sebagaimana diatur dalam toleransi
reproducibility analisis dalam ASTM D-4007, sebagai berikut:

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 46 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

5.3. Jika ditemukan perbedaan angka yang tercantum dalam B/L lebih besar dari
toleransi reproducibility analisis dalam ASTM D-4007 dengan hasil pemeriksaan
Master Sample yang dibawa kapal dari Fasilitas Terminal KKKS, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
5.3.1. SKK Migas akan melakukan koordinasi untuk pelaksanaan pemeriksaan
Retained Sample setelah menerima surat dari PERTAMINAyang dilengkapi
dengan copy dokumen hasil analisis S&W Master Sample (paling lambat 30
hari dari tanggal B/L);
5.3.2. KKKS menyampaikan informasi waktu dan tempat untuk melaksanakan
pemeriksaan Retained Sample. Analisis Retained Sample dilakukan di
laboratorium yang disepakati SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator
serta sedapat mungkin dilakukan di laboratorium Fasilitas Terminal KKKS
dengan disaksikan oleh Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan
KKKS Operator. Namun apabila karena sesuatu hal tidak dapat
dilaksanakan di Laboratorium Fasilitas Terminal KKKS, maka dilakukan di
laboratorium PERTAMINA terdekat dengan disaksikan oleh Pengawas
Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator atau di laboratorium
independen. Penyerahan retained sample kepada laboratorium independen
disaksikan oleh Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS
Operator;
5.3.3. Hasil analisis dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh
Pengawas Lifting SKK Migas, PERTAMINA dan KKKS Operator.
5.4. Koreksi B/L hanya dapat dilakukan apabila selisih angka persentase S&W hasil
analisis Retained Sample dengan persentase S&W pada B/L lebih besar daripada
ketentuan Reproducibility dalam ASTM D-4007 sesuai dengan grafik tersebut
diatas.

6. Dokumen Pelaporan
6.1. Surat Klaim dari Pertamina ditujukan ke SKK Migas, dilampiri dokumen terkait.
6.2. Surat perintah tindak lanjut dari SKK Migas.
6.3. Hasil tindak lanjut dan hasil analisa yang dilakukan dan dokumen terkait.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 47 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

6.4. Berita Acara disetujui/tidak disetujui untuk dilakukan perubahan dokumen Bill of
Lading (Ammended Bill of Lading), yang disahkan para pihak dan fungsi terkait.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 48 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

BAB VIII
MEKANISME PENYELESAIAN SISA MINYAK BUMI/KONDENSAT, LPG ATAU
LIMBAH BERMINYAK DARI FASILITAS KKKS YANG SUDAH SELESAI DIGUNAKAN

1. Ketentuan Sisa Minyak


1.1. Sisa Minyak dapat terjadi antara lain karena:
1.1.1. Tangki darat dilakukan tank cleaning;
1.1.2. Tangki darat selesai digunakan dan tidak akan digunakan kembali;
1.1.3. Oil barge/FSO/FPSO akan dilakukan Off Hire;
1.1.4. Sebagian atau keseluruhan Tangki di FSO/FPSO atau tangki lain di offshore
dilakukan tank cleaning;
1.1.5. Minyak Bumi yang masih tersisa ditangki sementara saat berakhirnya hasil
Uji Produksi pada masa Eksplorasi baik di Onshore maupun Offshore.
1.1.6. Minyak Bumi/Kondensat dari pipa dan/atau Fasilitas Produksi yang tidak
akan digunakan lagi.
1.2. Jika kondisi atau jumlah sludge di Tangki sudah mencapai level tertentu yang dapat
mengganggu operasional produksi (mengurangi kapasitas dan flexibilitas Tangki
Penyimpan) dan/atau Lifting (menyebabkan proses settling tidak optimal atau kadar
S&W maksimal 0,5% dan atau sesuai ketentuan komersial tidak tercapai atau bahkan
berpotensi terkirimnya free water ke Kapal saat Lifting) maka dilakukan tank cleaning
secara bertahap tiap tangki dengan mempertimbangkan availability tangki untuk
Produksi, kehandalan dan kontinuitas operasional kegiatan Lifting.
1.3. KKKS wajib melakukan upaya terbaik untuk mengirimkan atau memindahkan seluruh
Minyak Bumi/Kondensat atau LPG dari Fasilitas yang sudah selesai digunakan
tersebut sehingga tidak mengganggu pencatatan atau mengurangi stock dan tidak
diperlukan langkah-langkah lebih lanjut terkait sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG
jika fasilitas penampung Minyak Bumi/Kondensat atau LPG tersebut berpindah dari
Wilayah pengawasan/tanggung jawab KKKS.
1.4. Untuk sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, limbah berminyak atau sludge atau
bahkan sedimen dari kegiatan tank cleaning, maka KKKS wajib memastikan jumlah
volume atau tonnase yang diserahkan ke pihak pengelola sludge yang akan menjadi
pengurang dari pencatatan Stok. Pihak ketiga yang mengelola sludge dimaksud wajib

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 49 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

sudah memiliki izin untuk penanganan Limbah B3 dan bertanggung jawab atas
tindaklanjut yang diambil dengan mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku
termasuk kepatuhan atas K3LL termasuk kepatuhan pada PP Nomor 21 Tahun 2010
tentang Perlindungan Lingkungan Maritim.
1.5. Atas sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, KKKS dapat mengusulkan tindaklanjut
untuk mengoptimalkan pengurasan atau mengambil kembali Minyak Bumi/Kondensat
atau LPG sebelum dipindahkan dengan menggunakan Sludge Oil Recovery untuk
Minyak/Kondensat atau hanya dengan usaha sederhana seperti penggunaan
submersible pump atau usaha/fasilitas lainnya.
1.6. Jika sudah tidak ekonomis maka KKKS wajib mengusulkan untuk melepaskan Aset
tersebut dari penguasaan KKKS yang selama ini dicatat sebagai stock, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.06/2009 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Limbah
yang dimaksud disini adalah:
1.6.1. Sisa operasi perminyakan yang ada dalam tanggungjawab dan pengamanan
KKKS namun tidak tercatat dalam daftar Barang Milik Negara; dan/atau
1.6.2. Sisa produksi yang dihasilkan pada saat proses pemisahan crude oil and gas
sehingga seluruh sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak
yang tidak lagi dapat dipindahkan/ dipompakan secara ekonomis oleh KKKS
dikategorikan sesuai butir a.

2. Prosedur Penyelesaian
2.1. Penentuan Jumlah Sisa
2.1.1. Proses pemeriksaan dan perhitungan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat,
LPG atau limbah berminyak wajib dilakukan dengan melibatkan wakil dari SKK
Migas dan KKKS Operator.
2.1.2. Pengukuran dan perhitungan wajib dilakukan seakurat mungkin untuk
mengetahui jumlah yang akan diusulkan untuk dihapuskan dari Aset KKKS
dan pengurangan atas stock KKKS.
2.1.3. Pengukuran sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak
di Oil Barge/FSO/FPSO wajib mempertimbangkan kondisi draf, dan jika posisi
sisa Minyak Bumi/Kondensat atau limbah berminyak, LPG dan LNG tersebut

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 50 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

sudah dalam kondisi tidak menyentuh keseluruhan dinding tangki (wedging)


agar dihitung menggunakan wedge formula. Untuk sludge atau sedimen yang
permukaannya tidak rata agar dilakukan Pengukuran dibeberapa titik
sehingga didapatkan profil permukaan sludge atau sediment tersebut untuk
mendapatkan perhitungan yang lebih akurat.
2.1.4. Setelah didapatkan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat, atau limbah
berminyak, LPG dan LNG, maka apabila:
2.1.4.1. Sisa Minyak Bumi/Kondensat, atau limbah berminyak, LPG dan LNG
tidak bernilai ekonomis, KKKS mengajukan usulan pemusnahan
limbah sisa produksi yang tidak bernilai ekonomis kepada Fungsi
PRS dan/atau Fungsi Operasi Produksi dengan dilengkapi
rekomendasi teknis dari Dinas FK2LL - Divisi Penunjang Operasi
SKK Migas;
2.1.4.2. Sisa Minyak Bumi/Kondensat, atau limbah berminyak, LPG dan LNG
bernilai ekonomis, KKKS mengajukan mengajukan usulan
pelepasan limbah tersebut kepada Fungsi PRS untuk selanjutnya
diteruskan kepada Kementerian Keuangan melalui Kementerian
ESDM.
2.1.5. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010, apabila sisa
Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak tersebut sudah tidak
ekonomis maka KKKS wajib mengajukan FUPP yang disetujui oleh SKK
Migas d/h BPMIGAS mewakili Menteri Keuangan sebelum dimusnahkan
berdasarkan teknologi yang efektif dan efisien. Dan sebaliknya, jika masih
ekonomis maka pemusnahannya wajib dengan ijin dari Menteri Keuangan.
2.1.6. Berdasarkan PTK ini maka tim yang melakukan pemeriksaan dan
perhitungan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak
yang dilakukan dengan melibatkan wakil dari SKK Migas dan KKKS Operator
akan membuat berita acara setelah melakukan pemeriksaan dan jika
dinyatakan dalam berita acara tersebut bahwa sisa Minyak Bumi/Kondensat,
LPG atau limbah berminyak tidak ekonomis maka terkait sisa Minyak
Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak yang masih terdapat di Tangki
tidak lagi menjadi penghalang Kapal meninggalkan Terminal KKKS.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 51 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

2.2. Prosedur Penyelesaian Sisa Minyak Bumi/Kondensat Atau LPG, Atau Limbah
Berminyak
2.2.1. Setelah mendapatkan persetujuan dalam WP&B tahun berjalan, KKKS
sebelum melakukan tank cleaning wajib menjelaskan kepada fungsi terkait
di SKK Migas dengan memastikan kehandalan ketersediaan kapasitas
Tangki untuk produksi dan/atau Lifting selama pelaksanaan kegiatan
cleaning dan mendapatkan persetujuan untuk melakukan tank cleaning dari
fungsi terkait di SKK Migas serta melaporkan pelaksanaan pekerjaan tank
cleaning ke SKK Migas. Sisa limbah berminyak dari pekerjaan tank cleaning
tersebut wajib diukur dan dihitung bersama SKK Migas atau dilaporkan oleh
KKKS sebelum diserahkan ke pihak lain.
2.2.2. Dalam rangka meminimalkan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG,
atau limbah berminyak setelah masa penggunaan Oil Barge/FSO/FPSO
selesai maka KKKS agar melakukan mitigasi yang dituangkan dalam kontrak
pengadaan Oil Barge/FSO/FPSO antara lain:
2.2.2.1. Pada saat On Hire wajib dilakukan Pengukuran sisa Minyak
Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak yang dicatatkan
sebagai On Board Quantity (OBQ) secara akurat;
2.2.2.2. Dalam Kontrak wajib dijelaskan bahwa pemilik/operator Oil
Barge/FSO/FPSO wajib mampu memindahkan seluruh Minyak
Bumi/Kondensat atau LPG yang disimpan dalam tangki tersebut atau
minimal hanya menyisakan sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG
dalam jumlah yang sama dengan OBQ;
2.2.2.3. Jika terdapat sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG yang tidak
dapat dipompakan lagi (unpumpable) melebihi OBQ maka akan
diperhitungkan sebagai pengurang biaya sewa;
2.2.2.4. KKKS tidak berkewajiban melakukan tank cleaning sesudah masa
sewa Oil Barge/FSO/FPSO berakhir (KKKS dapat melakukan
kegiatan Off Hire/redelivery sesuai kondisi terakhir saat
pemeriksaan).
2.2.3. Menjelang berakhirnya masa Kontrak, maka KKKS melakukan langkah-
langkah persiapan supaya pada saat pemeriksaan dan Pengukuran sisa

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 52 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

Minyak Bumi/Kondensat atau limbah berminyak bersama pihak terkait sudah


dalam kondisi terkuras optimal berdasarkan upaya terbaik antara lain:
2.2.3.1. Melakukan Crude Oil Wash secara bertahap setiap tangki;
2.2.3.2. Melakukan analisa kandungan karakteristik sludge atau limbah
berminyak di laboratorium sehingga jika data tersebut diperlukan
pada saat pemeriksaan final nilai keekonomian atas sisa Minyak
Bumi/Kondensat atau limbah berminyak tersebut dapat segera
dihitung;
2.2.3.3. Menjelang periode berakhirnya masa kontrak, agar KKKS
berkoordinasi dengan Dinas FK2LL SKK Migas untuk
mempersiapkan formula perhitungan keekonomian jika terdapat sisa
Minyak Bumi/Kondensat atau limbah berminyak yang dilengkapi
dengan perhitungan sensitifitas mempertimbangkan sewa Oil
Barge/FSO/FPSO, ICP terakhir sesuai dengan informasi dari Divisi
Komersialisasi Minyak Bumi dan Kondensat SKK Migas, biaya dan
waktu pekerjaan, handling dan lain-lain; dan
2.2.3.4. Mengusahakan secara optimal agar limbah berminyak dari
pencucian tangki FSO/FPSO setelah pekerjaan dry dock tidak wajib
dibawa kembali ke Terminal KKKS.
2.2.4. Wakil SKK Migas dan KKKS melakukan Pengukuran dan Perhitungan
sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak sesuai
dengan standar dan ketentuan yang berlaku dengan mempertimbangkan
kondisi trim correction untuk FSO/FPSO dan/atau permukaan
sludge/sediment.
2.2.5. Setelah melakukan Pengukuran sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG,
atau limbah berminyak dilakukan, atas koordinasi dengan SKK Migas,
KKKS dapat mengusulkan tindaklanjut untuk mengoptimalkan
pengurasan atau mengambil kembali Minyak Bumi/Kondensat sebelum
dipindahkan yang dapat berupa kegiatan Sludge Oil Recovery atau hanya
dengan usaha sederhana seperti penggunaan submersible pump atau
usaha lainnya.
2.2.6. KKKS wajib memastikan sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau
limbah berminyak dari Tangki Darat atau Oil Barge/FSO/FPSO setelah

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 53 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

dilepaskan dari Aset KKKS menjadi tanggung jawab pihak yang


mempunyai izin sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
termasuk pengelolaan atas Limbah B3 dan agar KKKS mematuhi edaran
Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas No. 0202/SKKB0000/2015/S5
tentang Program Kerja Lingkungan Hidup Bagi KKKS.
2.2.7. KKKS berkoordinasi dengan fungsi-fungsi terkait di SKK Migas (Divisi
Operasi Produksi, Perkapalan dan Transportasi, Dinas FK2LL) untuk
bersama-sama melakukan Pemeriksaan Teknis dalam rangka
Pengukuran dan Perhitungan sisa Minyak Bumi/Kondensatatau LPG, atau
limbah berminyak yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda
tangani bersama dan melaporkannya kepada SKK Migas atas hasil
Pengukuran dan Perhitungan sisa Minyak/Kondensatatau LPG, atau
limbah berminyak dimaksud.
2.2.8. KKKS melakukan pembahasan kajian teknis dan keekonomian terlebih
dahulu dengan Fungsi Penunjang Operasi - FK2LL, selanjutnya setelah
kajian tersebut mendapatkan validasi dari Fungsi Penunjang Operasi -
FK2LL, maka KKKS melampirkan kajian yang telah tervalidasi tersebut
dalam usulan FUPP kepada Fungsi Pengelolaan Rantai Suplai (PRS)
dan/atau Fungsi Operasi Produksi.
2.2.9. Setelah proses pemeriksaan dan perhitungan jumlah sisa
Minyak/Kondensat atau LPG,atau limbah berminyak, maka apabila:
2.2.9.1. Minyak/Kondensat atau LPG, atau Limbah tidak bernilai
ekonomis, KKKS mengajukan usulan pemusnahan limbah sisa
produksi yang tidak bernilai ekonomis kepada Fungsi PRS
dengan dilengkapi rekomendasi teknis dari Fungsi Penunjang
Operasi - Dinas FK2LL SKK Migas;
2.2.9.2. Minyak/Kondensat atau LPG, atau Limbah bernilai ekonomis,
KKKS mengajukan usulan pelepasan limbah tersebut kepada
Fungsi PRS untuk selanjutnya diteruskan kepada Kementerian
Keuangan melalui Kementerian ESDM.
2.2.9.3. Apabila sisa Minyak/Kondensat atau LPG, atau limbah
berminyak tersebut tidak dilakukan pemusnahan, dan secara
teknis tidak ekonomis untuk di recovery maka KKKS

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 54 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

mengajukan persetujuan write off stock tersebut dengan


dilengkapi rekomendasi teknis dari Fungsi Penunjang Operasi -
Dinas FK2LL SKK Migas ke Fungsi Operasi Produksi
SKK Migas untuk dilakukan persetujuan pengurangan
pencatatan volume sisa Minyak/Kondensat atau LPG dari Stok
KKKS.
2.2.10. KKKS bertanggung jawab untuk melaksanakan seluruh proses
pengurasan Minyak/Kondensat atau LPG dari fasilitas yang sudah tidak
akan digunakan kembali dan agar memastikan pemilik Oil
Barge/Kapal/Fasilitas atau pihak lainnya yang membawa dan/atau
memanfaatkan sisa Minyak/Kondensat atau LPG, atau limbah berminyak
tersebut bertanggung jawab setelah dilakukan serah terima dari KKKS.

Sisa Minyak Mentah/Kondensat, LPG,


Kajian Keteknikan dan
atau limbah berminyak
keekonomian
[Div PO - Evaluasi kajian
Usaha mengambil Mentah/Kondensat, LPG, Keekonomian]
atau limbah berminyak sebelum dipindahkan
[KKKS]

Usulan Pemusnahan /
Penentuan Jumlah sisa Minyak mentah / Penghapusan aset [KKKS]
kondensat, LPG atau Limbah Berminyak (ROB)
[Div OP – BA Pengukuran]

Apakah ada
ROB lebih pemusnahan ?
besar dari
OBQ ? Tidak Ya
Tidak Ya

Selesai KKKS mengajukan Pemusnahan Aset


persetujuan write [Div PRS - Persetujuan
off stock ke Div OP Penghapusan Aset]

ROB pengurang
biaya sewa ?
Tidak
Penghapusan sisa Pemusnahan oleh
minyak dalam Badan yang disetujui
Selesai
perhitungan stok (WMI, PPLI, dll)
Ya

Gambar 8.1 Diagram Alur Penyelesaian sisa Minyak Bumi/kondensat atau LPG
untuk Barge/FSO/FPSO

BAB IX

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 55 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

PENUTUP

1. PTK ini dibuat dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lampiran PTK dan formulir sehubungan dengan pelaksanaan PTK ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
3. Ketentuan yang belum tercakup dalam PTK ini akan dibuat kemudian sebagai ketentuan
tambahan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PTK ini.
4. Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan
ketentuan PTK ini, maka ketentuan PTK ini akan disesuaikan sebagaimana mestinya.
Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan perubahan peraturan perundang-
undangan tersebut akan tetap berlaku.
5. Jika terdapat dampak dari tidak terlaksananya proses pengolaan Manajemen Produksi
Minyak dan Gas Bumi sesuai dengan PTK ini, SKK Migas dan KKKS akan
melaksanakan tindak lanjut dengan merujuk ke Kontrak Kerja Sama, atau ke peraturan
perundangan yang berlaku.
6. Bila terbukti adanya pelanggaran oleh KKKS terhadap ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku atas proses pelaksanaan PTK ini maka KKKS bertanggung
jawab atas segala akibat hukum dan melepaskan, membebaskan, dan membela SKK
Migas dari dan terhadap setiap kerugian, tuntutan, dan gugatan hukum pihak ketiga
yang sebagai akibat dari kelalaian, kesalahan, pelanggaran kewajiban hukum KKKS
terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud. Akibat
yang terjadi dan timbul dari pelanggaran ini akan menjadi tanggung jawab KKKS yang
selanjutnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya operasi.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 56 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

LAMPIRAN 1
RUANG LINGKUP

PTK Manajemen Produksi Minyak dan Gas Bumi berlaku untuk pengelolaan Operasi
Produksi yang meliputi:
1. Pengawasan dan pengendalian terhadap:
1.1. Uji produksi termasuk Prolong Test, meliputi pelaksanaan, pelaporan dan
penanganan produksi Minyak dan Gas Bumi hasil uji produksi. Prolong test
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atas rencana kerja dan metodologi
prolong test dari Fungsi Perencanaan SKK Migas;
1.2. Kinerja Sumur, meliputi pengawasan pelaksanaan dan evaluasi kinerja sumur;
1.3. Custody Transfer, meliputi perancangan, perizinan, pengujian dan pengoperasian
alat ukur untuk serah terima Minyak Mentah, Kondensat, LPG, LNG atau Gas Bumi;
1.4. Produksi dan Lifting serta utilisasi, meliputi pengawasan dan pelaporan produksi dan
utilisasinya dari kepala sumur sampai di Fasilitas Produksi Terminal atau titik
penyerahan serta pengawasan pelaksanaan dan pelaporan lifting termasuk
pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas Minyak Mentah, Kondensat, LPG, LNG
atau Gas Bumi sesuai persyaratan lifting;
1.5. Stock, meliputi pengawasan pengukuran dan pelaporan stock Minyak Mentah,
Kondensat, LPG, LNG di Fasilitas Produksi Lapangan dan Fasilitas Produksi
Terminal KKKS;
1.6. Pipa Penyalur, meliputi pengoperasian pipa penyalur minyak dan gas bumi merujuk
PTK 012 revisi terakhir;
1.7. Tangki Penyimpan, meliputi pengoperasian Tangki penyimpan minyak bumi
merujuk pada PTK 013 revisi terakhir;
1.8. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi, meliputi penjadwalan dan pelaksanaan
pengambilan serta pelaporan hasil analisa Minyak Mentah dan Gas Bumi yang
dilakukan secara periodik sesuai Peraturan Pemerintah;
1.9. Pemanfaatan Fasilitas Bersama berdasarkan Facility Sharing Agreement (FSA),
meliputi pembahasan teknis dan operasional serta kegiatan pengawasan
operasional pemakaian fasilitas bersama operasi produksi KKKS.
2. Evaluasi dan persetujuan terhadap penyelesaian pekerjaan berupa Place Into Service
(PIS) untuk peralatan pipa alir sumur, pipa injeksi sumur dan peralatan custody transfer

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 57 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

merujuk pada PTK 033/SKKO0000/2015/S0 revisi terakhir. Sedangkan evaluasi dan


Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan (PPP) untuk artificial lift merujuk pada PTK-
060/SKKO0000/2015/S0 revisi terakhir;
3. Pengelolaan sumur tua merujuk pada PTK Sumur Tua 023/PTK/III/2009 tentang
Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua;
4. Tindak lanjut penyelesaian permasalahan lifting Minyak Mentah/Kondensat bagian
Negara ke PT Pertamina (Persero);
5. Tindak lanjut penyelesaian atas sisa Minyak Mentah/Kondensat atau limbah berminyak
dari fasilitas produksi, baik dalam rangka tank cleaning maupun pada saat Tangki Barge
/ Kapal atau fasilitas produksi lainnya selesai digunakan oleh KKKS.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 58 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

LAMPIRAN 2
ACUAN STANDAR PENGUKURAN

Pengukuran statis dengan menggunakan tangki ukur dan faktor konversi yang diperlukan,
menggunakan standar sebagai berikut:
o Level minyak/cairan ASTM D-1085 atau API-2545/API-3.1A; (API MPMS Chapter-
3).
o Suhu minyak/cairan ASTM D-1086 atau API-2543; (API MPMS Chapter- 7).
o Pengambilan contoh minyak dalam tangki ASTM D-270 atau API-2546;
o Analisa S&W ASTM D-4007 atau MPMS-Chapter 10.3 (By centrifuge);
o Analisa API Gravity ASTM D-1298 atau API-2547;
o Konversi API Gravity ke 60 0F tabel 5 ASTM D-1250 atau API-2540; tahun 1952.
o Volume corection factor ke 60 0F tabel 6 ASTM D-1250 atau API-2540.

Beberapa standar yang berlaku untuk pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi,
LPG dan LNG antara lain adalah sebagai berikut:

Minyak/kondensat:
1. API MPMS Chapter 5 Metering dan Chapter 6 Metering Assemblies
2. API MPMS 8.1 Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and
Petroleum Products
3. API MPMS 8.2 atau ASTM D 4177-82 Standard Practice for automatic sampling
of Petroleum dan Petroleum Products;
4. API MPMS Chapter 12.2 Calculation of Petroleum Quantities using Dynamic
Measurement Methods and Volumetric Correction Factor.
5. API MPMS 17.2 Measurement of cargoes on board Tank Vessels;
6. ASTM D-1085 atau API 2545 atau API MPMS 3.1A Standard practice for
manual gauging of petroleum and petroleum products;
7. ASTM D-1086 atau API 2543 atau API MPMS 7 static temperature
determination using portable electronic Thermometers (PETs);
8. ASTM D-270 atau API 2546 “Method of Sampling Petroleum and Petroleum
Product”;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 59 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

9. ASTM D-4007 Standard Test Method for Water and Sediment in Crude Oil by
the Centrifuge Method untuk analisa S&W;
10. ASTM D-1298 atau API 2547 “Standard Test Method for Density, Relative
Density, or API Gravity of Crude Petroleum and Liquid Petroleum Products by
Hydrometer Method” untuk analisa Density, Specific Grafity atau API Grafity;
11. ASTM D 1250 atau API 2540 untuk perhitungan volume reduction ke suhu 60
⁰F di gunakan table 6 tahun 1952;
12. API MPMS 4.8 Operation of Proving Systems dalam setiap loading yaitu pada
saat laju alir/flowrate, temperatur dan tekanan stabil serta kondisi operasi
tersebut akan dipertahankan selama loading berlangsung;
13. API MPMS 13.2, merupakan acuan pada Control Chart Meter Factor yang
digunakan dalam penentuan MF sebelumnya pada tekanan, temperatur dan
flowrate yang paling mendekati.
Gas:
1. Perhitungan gross volume gas bumi untuk:
- Alat Ukur Gas Ultrasonic (USM) : AGA Report No.9 ” Measurement of Gas by
Multipath Ultrasonic Meter”
- Alat Ukur Gas Orifice: AGA Report No. 3 “Orifice Metering of Natural GAS and
Other Related Hydrocarbon Fluids"
- Alat Ukur Gas Turbin: AGA Report No. 7 "Turbine Gas Meter of Natural Gas
and Other Related Hydrocarbon Fluids"

2. Perhitungan Factor Compresibility: AGA report No. 8 “Compressibility and


Supercompressibility for Natural Gas and Other Hydrocarbon Gases”;
3. Pengambilan contoh: GPA 2166-05 ”Obtaining Natural Gas Samples for
Analysis by Gas Chromatography”;
4. Analisa Komposisi gas : GPA Standard 2261 “Analysis for Natural Gas and
Similar Gaseous Mixture by Gas Chromatography”;
5. Perhitungan Nilai Kalor (GHV) menggunakan:
- GPA standard 2172-2009 “Calculation of Gross Heating Value, Relative
Density and Compressibility Factor of Natural Gas Mixtures from
Compositional Analysis”;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 60 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

- ISO Standard 6976-1995 “Natural Gas – Calculated of Calorific Value,


Density and Relative Density”;
- AGA 5 “Natural Gas energy Measurement”.

LPG:
1. Analisa komposisi gas menggunakan ASTM D 2163;
2. Analisa density dan vapor Pressure ASTM D 2598;
3. Analisa free water menggunakan D 4176;
4. Analisa copper corrosion menggunakan ASTM D 1838;
5. Pengambilan contoh LPG menggunakan metode ASTM D 1265 ”Sampling
Liquefied Petroleum (LP) Gases (Manual Method)”.
LNG:
1. Penyerahan LNG mengacu pada:
ISO 13398 “Refrigerated light hydrocarbon fluids - Liquefied natural gas -
Procedure for custody transfer on board ship”;
2. Pengukuran level menggunakan:
ISO 18132 “Refrigerated light hydrocarbon fluids - General requirements for
automatic level gauges”;
3. Analisa gas chromatograph :
Gas Processors Association (GPA) 2261 – “Analyses for Natural Gas and Similar
Gaseous Mixtures by Gas Chromatography”;
4. Perhitungan GHV mengacu ke Gas Processors Association (GPA) 2145 – “Table
of Physical Constants for Hydrocarbons and Other Compounds of Interest to
Natural Gas Industry”;
5. Perhitungan volume LNG yang diserahkan mengikuti ketentuan dalam IP
Petroleum Measurement Manual, Part XII, “Static and Dynamic Measurement of
Light Hydrocarbon Liquids, Section 1, Calculation Procedures”.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 61 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

LAMPIRAN III
DOKUMEN LIFTING

Standar minimal dokumen yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Minyak Bumi/ Kondensat
yang dialirkan ke kapal menggunakan sistem meter sebagai berikut:
a. Bill of Lading;
b. Tanker Ullage report;
c. Tanker Time and Loading Report;
d. Cargo manifest;
e. Certificate of Origin;
f. Certificate of Quality;
g. Certificate of Quantity;
h. Master Receipt of Shipping Document;
i. Notice of Readiness;
j. LaboratoryTest Report;
k. Ullage Before and After Off-loading;
l. Meter Proving Report dan Batch Report;
m. Delivery Ticket atau Tank Ticket.
Standar minimal dokumen yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Minyak Bumi, Kondensat
yang menggunakan pipa:
a. Berita Acara Penyerahan Minyak Bumi, Kondensat;
b. Meter proving Report dan Perhitungan Meter untuk sistem meter;
c. Ullage Before and After Off-loading untuk sistem tangki ukur
d. Delivery Ticket/Delivery Report atau Meter/Tank Ticket;
 Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting Gas
Bumi.
a. Berita Acara Penyerahan Gas Bumi;
b. Rekap penyerahan Gas Bumi harian;
c. Rekap penyerahan Gas Bumi selama satu bulan;
d. Hasil analisa komposisi gas dan perhitungan density & Btu/Scf.
 Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting LPG:
a. Meter proving;
b. Delivery ticket;

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.


PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG Halaman 62 dari 62
MANAJEMEN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Ditetapkan tanggal : 13 Desember 2016 Revisi ke: 0

c. Certificate of quantity;
d. Certificate of quality;
e. Radar gauge report;
f. Certificate of quantity by manual gauging.
Standar minimal dokumen lifting yang diterbitkan dalam kegiatan lifting LNG:
a. CTMS before unloading;
b. CTMS after unloading;
c. COQ tranffer during loading.

Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya.

Anda mungkin juga menyukai