(SKK MIGAS)
Nomor: PTK-062/SKKMA0000/2018/S0
TENTANG
MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI
MINYAK DAN GAS BUMI
Revisi-01
JAKARTA
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
Halaman i
MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI MINYAK DAN
GAS BUMI
Ditetapkan tanggal : 05 Juli 2018 Revisi ke: 01
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I UMUM 1
2. Ruang Lingkup 1
3. Dasar hukum 2
4. Referensi Hukum 2
1. Lingkup Kegiatan 10
1. Lingkup 13
7. Discrepancy 20
8. Dokumen Pelaporan 20
4. Verifikasi dan Validasi SKK Migas atas laporan arus Minyak dan Gas
24
Bumi
6. Pelaporan 28
1. Ruang Lingkup 30
1. Ruang Lingkup 32
2. Prosedur Teknis 33
3. Dokumen Pelaporan 33
1. Ruang Lingkup 34
BAB IX PENUTUP 43
LAMPIRAN 44
BAB I
UMUM
2. Ruang Lingkup
PTK Manajemen Operasi Produksi ini berlaku untuk pengelolaan Operasi Produksi yang
meliputi:
2.1. Pengawasan dan Pengendalian kegiatan Operasi Produksi Minyak dan Gas
Bumi;
2.2. Pengukuran dan Perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.3. Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi;
2.4. Penyediaan dan penggunaan sistem Alat Ukur untuk penyerahan Minyak Bumi,
Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG;
2.5. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi;
2.6. Penyelesaian klaim Discrepancy dalam penyerahan Minyak Mentah atau
Kondensat bagian Negara dari KKKS kepada PT. Pertamina (Persero);
2.7. Mekanisme penyelesaian sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah
berminyak dari fasilitas KKKS yang sudah selesai digunakan.
3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(“UU Nomor 22 Tahun 2001”).
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (“PP Nomor 35 Tahun 2004”).
3.3. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan
Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
3.4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 53 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.6. Kontrak Kerja Sama.
4. Referensi Hukum
4.1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
4.2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib Dan Pembebasan
untuk Ditera dan /Atau Ditera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat-Alat Ukur,
Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya.
4.3. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/075/MPE Tahun 1992
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak
dan Gas Bumi.
5. Pengertian Istilah
5.1. Alat Ukur adalah peralatan yang terangkai dalam suatu sistem yang berfungsi
untuk mengukur kuantitas dan kualitas Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi,
LPG dan LNG.
5.2. American Petroleum Institute (API) dan American Standard for Testing and
Material (ASTM) adalah organisasi internasional yang menerbitkan standar di
bidang Minyak dan Gas Bumi.
5.3. API Manual of Petroleum Measurement Standards (API MPMS) adalah
standar Pengukuran Minyak dan Gas Bumi yang dipublikasi oleh API.
5.4. API Gravity adalah ukuran berat jenis cairan Minyak Bumi bila dibandingkan
dengan air; di mana jika API Gravity lebih besar dari 10 maka berat jenis cairan
lebih ringan dari air.
5.5. Artificial Lift, Perawatan Sumur (Well Service) adalah sebagaimana
dimaksud dalam PTK Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan atau perubahannya
5.6. Arus Minyak Bumi adalah Pergerakan Minyak Bumi dari Kepala Sumur sampai
dengan Titik Serah.
5.7. Aset, Indonesian Crude Price (ICP), Lapangan, Lifting, Liquefied Natural
Gas (LNG) dan reservoir adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK Kebijakan
Akuntansi KKKS atau perubahannya.
5.8. Authorization For Expenditure (AFE) adalah sebagaimana dimaksud dalam
PTK AFE atau perubahannya.
5.9. Back Allocation adalah Perhitungan alokasi volume produksi dan Lifting
Minyak Bumi atau Gas Bumi dari Fasilitas Terminal ke Faslitas Produksi
Lapangan sampai ke setiap sumur.
5.10. British Thermal Unit (BTU) berarti jumlah panas setara dengan 1.055,06
(seribu lima puluh lima koma nol enam) Joules (sebagaimana definisi Joule
dalam International Standard Organization).
5.11. Custody Transfer adalah sistem Alat Ukur yang menyediakan dan memberikan
informasi tentang kuantitas dan kualitas yang digunakan untuk keperluan serah
terima Minyak dan Gas Bumi, dokumentasi perubahan kepemilikan dan/atau
tanggung jawab serta dokumentasi fiskal atas komoditas Minyak Bumi,
Kondensat, Gas Bumi, LPG, dan LNG.
5.12. Discrepancy adalah perbedaan antara dua hasil Pengukuran dan Perhitungan
oleh alat ukur di tempat berbeda pada satu obyek Pengukuran yang sama
menggunakan standar dan ketentuan yang berlaku.
5.13. Debottlenecking adalah kegiatan yang bertujuan menghilangkan atau
mengurangi hambatan produksi pada Faslitas Produksi guna meningkatkan
kapasitas produksi.
5.14. Evaluasi Mutu adalah evaluasi yang dilakukan terhadap Minyak dan Gas
Bumi melalui pengujian ciri-ciri umum dan analisis komposisi kimia, geokimia
dan fisika dari Minyak dan Gas Bumi.
5.15. Faslitas Produksi adalah seluruh fasilitas yang tersedia di Stasiun Pengumpul
(SP)/Block Station (BS)/ Gathering Station (GS)/Processing Area (PA) yang
berfungsi melakukan proses pemisahan produksi Minyak Bumi, Gas Bumi dan
air serta impurities lainnya.
5.16. Fasilitas Terminal adalah seluruh fasilitas yang tersedia di Stasiun Pengumpul
Utama (SPU)/Terminal yang berfungsi sebagai penampungan, Pengukuran dan
dikurangi dengan sejumlah volume yang diinjeksikan kembali sebagai gas lift
dan gas injeksi serta volume gas yang terkondensasi menjadi kondensat.
5.41. Produksi Minyak Bumi adalah volume hidrokarbon dari sumur yang diukur
sebagai volume yang diterima di terminal akhir dan/atau yang diterima secara
kontinyu di stasiun pengumpul sebelum dikirimkan ke terminal akhir melalui
pipa, truk, kapal/barge, pada kondisi net standard volume.
5.42. Proving adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan faktor koreksi dari alat ukur
terhadap alat ukur standar.
5.43. Prolong Test adalah kegiatan pengujian reservoir pada sumur untuk
mengetahui/mendapatkan data tambahan dalam menghitung jumlah cadangan
hidrokarbon yang terdapat di reservoir.
5.44. Proration adalah pembagian secara prorata Minyak Bumi yang diolah dan
diterima di Faslitas Produksi Lapangan terhadap produksi sumur yang diukur
berdasarkan uji sumur produksi.
5.45. Proration Factor adalah hasil bagi dari Minyak Bumi yang diterima di Faslitas
Produksi Lapangan dengan jumlah produksi sumur berdasarkan hasil tes.
5.46. Reasonable and Prudent Operator adalah pihak yang dengan itikad baik
melakukan kewajiban kontraktualnya dan dalam melakukan hal tersebut serta
dalam keseluruhan pelaksanaan dari tanggung jawabnya,
mengimplementasikan skala keahlian, ketelitian, kehati-hatian serta pemikiran
ke masa depan yang dapat diterima dan biasanya diharapkan dari operator
internasional yang memiliki keahlian dan pengalaman serta mentaati semua
hukum yang berlaku terkait dengan jenis pertangggungjawaban yang sama atau
serupa dan pernyataan “ukuran dari Operator yang berhati-hati dan masuk akal”
harus diinterpretasikan sesuai dengan itu.
5.47. R1 atau Ratio 1 adalah perbedaan jumlah penerimaan di kapal atau fasilitas
pembeli Minyak Bumi dan/atau Kondensat Bagian Negara pada saat kegiatan
Lifting di terminal KKKS.
5.48. Sediment and Water (S&W) adalah kandungan air dan endapan dalam bentuk
suspensi Minyak Bumi atau Kondensat yang dinyatakan dalam persen volume.
5.49. Shrinkage Factor, Koreksi Emulsi dan Evaporasi adalah faktor koreksi akibat
pencampuran dua atau lebih jenis Minyak Bumi dan/atau kondensat
BAB II
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN
OPERASI PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
1. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Operasi Produksi dilakukan pada suatu Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi, meliputi:
1.1. Uji produksi termasuk Prolong Test, meliputi pelaksanaan, pelaporan dan
penanganan produksi Minyak dan Gas Bumi hasil uji produksi. Prolong test
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atas rencana kerja dan metodologi
prolong test dari Fungsi yang menangani Perencanaan;
1.2. Kinerja Sumur, meliputi pengawasan pelaksanaan dan evaluasi kinerja sumur;
1.3. Custody Transfer, meliputi perancangan, perizinan, pengujian dan
pengoperasian alat ukur untuk serah terima Minyak Bumi, Kondensat, Gas
Bumi, LPG dan LNG;
1.4. Produksi, meliputi pengawasan dan pelaporan produksi dan utilisasinya dari
kepala sumur sampai di Faslitas Produksi Terminal dan/atau titik penyerahan;
1.5. Lifting, meliputi pengawasan pelaksanaan dan pelaporan Lifting termasuk
pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas Minyak Bumi, Kondensat, Gas
Bumi, LPG dan LNG sesuai persyaratan Lifting;
1.6. Stok, meliputi pengawasan Pengukuran dan pelaporan stok Minyak Bumi,
Kondensat, LPG dan LNG di Faslitas Produksi dan Fasilitas Terminal KKKS;
1.7. Pipa Penyalur, meliputi pengoperasian pipa penyalur Minyak dan Gas Bumi;
1.8. Tangki Penyimpan, meliputi pengoperasian Tangki penyimpan Minyak Bumi;
1.9. Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi, meliputi penjadwalan dan pelaksanaan
pengambilan serta pelaporan hasil analisa Minyak dan Gas Bumi yang dilakukan
secara periodik sesuai Peraturan Pemerintah;
1.10. Pemanfaatan Fasilitas Bersama berdasarkan Facility Sharing Agreement (FSA),
meliputi pembahasan teknis dan operasional serta kegiatan pengawasan
operasional pemakaian fasilitas bersama operasi produksi KKKS.
3.1. Memiliki struktur organisasi di lingkup kegiatan operasi yang efektif dan diisi oleh
pekerja-pekerja yang kompeten dalam uraian tugas dan tanggung jawab yang
jelas serta terdokumentasi dengan baik.
3.2. Pelaksanaan kegiatan operasi produksi agar mengikuti prosedur yang telah
disetujui oleh Pejabat KKKS yang berwenang dengan memperhatikan kondisi
operasi, spesifikasi desain, standar, ketentuan serta peraturan yang berlaku
serta terdokumentasi dengan baik.
3.3. Pengoperasian peralatan Faslitas Produksi dan Fasilitas Terminal dilakukan
dalam batas aman operasi, sesuai dengan standar prosedur operasi termasuk
ketika fasilitas tersebut dimanfaatkan oleh beberapa KKKS secara bersama.
3.4. KKKS menetapkan sistem manajemen perubahan untuk memastikan setiap
perubahan terkait proses, peralatan sistem keselamatan dan dokumen teknik
tercatat dalam sistem yang dapat di audit setiap saat.
3.5. Untuk menjamin pengoperasian Faslitas Produksi dan Fasilitas Terminal yang
aman, maka dapat dilakukan analisis berbasis risiko, yang dibuat berdasarkan
kemungkinan tingkat kegagalan dan konsekuensinya. Setelah dilakukan
pemetaan risiko, setiap risiko yang mungkin terjadi dan akan berdampak besar
bagi proses operasi harus dilakukan tindakan terencana dan berkelanjutan agar
1. Lingkup
Pengukuran dan Perhitungan Arus Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk:
1.1. Mengukur, mengambil sample, menganalisa dan melakukan Perhitungan serta
melaporkan secara benar dan akurat jumlah produksi, Lifting, dan Stok Minyak
Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG;
1.2. Memperoleh data untuk Perhitungan jumlah cadangan tersisa Minyak dan Gas
Bumi dalam reservoir berdasarkan produksi yang dihasilkan;
1.3. Menjadi dasar untuk data konsolidasi dan rekonsiliasi.
2.2.2. Pengawasan tekanan dan suhu: tubing, flow line, casing, header;
kandungan water cut, ukuran jepitan dan pemeriksaan kinerja Artificial
Lift yang digunakan.
2.2.3. Pelaksanaan evaluasi dan tes apabila terjadi perubahan terhadap
kinerja sumur.
2.2.4. Multi phase flow meter dipasang di flow line setiap sumur bila
memungkinkan, untuk monitoring produksi Minyak Bumi, Kondensat,
Gas Bumi dan Air.
2.2.5. Pengukuran Minyak Bumi, Gas Bumi dan air menggunakan three phase
separator di masing-masing out line separator.
2.2.6. Pengukuran Minyak dan Gas Bumi serta air dilakukan di outlet
separator. Pengambilan sampel minyak bumi dan air untuk mengetahui
S&W dilakukan pada tank test.
2.2.7. Keekonomian sumur untuk produksi ditentukan dari evaluasi hasil tes.
2.2.8. Perekaman secara statistik data hasil monitoring dilakukan dan disusun
dalam “well database” setelah well service maupun workover, dan dicatat
dengan baik untuk mendapatkan “well history” yang lengkap.
2.2.9. “Well database” dan “well history” sangat diperlukan pada saat dilakukan
perawatan baik workover dan well service lebih lanjut.
3. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki Ukur di Faslitas
Produksi, Fasilitas Terminal dan Titik Serah
3.1. Ketentuan
3.1.1. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG di Tangki
Penyimpan diperlukan untuk mengetahui volume harian atau bulanan.
3.1.2. Beberapa jenis tangki ukur yang lazim digunakan antara lain:
3.1.2.1. Tangki timbun dengan atap tetap (fixed roof);
3.1.2.2. Tangki timbun dengan atap terapung (floating roof);
3.1.2.3. Tangki ukur/tangki timbun terapung (floating Storage);
3.1.2.4. Tangki timbun dengan bentuk spherical yang pada umumnya
digunakan untuk Penyimpanan cairan yang bertekanan,
seperti LPG dan LNG.
3.1.3. Tangki ukur dan Alat Ukur ketinggian permukaan cairan wajib
mempunyai Keterangan Hasil Pengujian yang dikeluarkan oleh
Direktorat Metrologi setelah dilakukan tera/tera ulang.
4. Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG dan LNG Dengan Sistem
Meter Di Faslitas Produksi, Fasilitas Terminal dan Titik Serah
4.1. Ketentuan
4.1.1. Hasil Pengukuran dengan sistem meter berupa laporan harian
volume/berat/energi pada kondisi standar dan sesuai ketentuan atau
kebutuhan pelaporan.
4.1.2. Sistem meter yang digunakan wajib mempunyai Keterangan Hasil
Pengujian yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi setelah dilakukan
tera/tera ulang.
4.2. Prosedur Pengukuran
4.2.2.3. Laju alir Gas Bumi dalam standard cubic feet per hari akan
didapat berdasarkan hasil Perhitungan.
4.2.2.4. Setelah mendapatkan nilai gross heating value (GHV) dalam
satuan BTU/SCF, dapat dihitung jumlah Gas Bumi yang
diserahkan dalam satuan MMBTUD yang dituangkan dalam
Berita Acara Penyerahan Bulanan yang ditandatangani oleh
KKKS, SKK Migas dan konsumen.
6. Referensi Teknis dan Standar Dalam Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas
Bumi, LPG, dan LNG
6.1. Perhitungan kuantitas Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG menggunakan
ukuran volume atau berat, dalam satuan metrik atau satuan
Amerika/British/Imperial. Penggunaan Volume Correction Factor (VCF) sebagai
faktor konversi dari kondisi observasi ke kondisi standar menggunakan ASTM-
IP Petroleum Measurement Tables (ASTM D-1250 IP D-200). Kuantitas Gas
Bumi diukur dalam ukuran volume/berat/energi, dalam satuan metrik atau
satuan Amerika/British/Imperial.
6.2. Referensi teknis terkait Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi, LPG
dan LNG, merujuk kepada standar mengenai Pengukuran tangki di Faslitas
Produksi Lapangan dan Fasilitas Terminal, bongkar/muat (loading/discharging)
dengan menggunakan kapal (barge/tanker), penyerahan/pemuatan (loading)
dari Fasilitas Terminal ke tanker dan Penghitungan Minyak Bumi, Kondensat,
Gas Bumi, LPG dan LNG.
6.3. Standar lainnya yang digunakan dalam kegiatan ini terdapat dalam Lampiran –
Acuan Standar Pengukuran.
7. Discrepancy
Discrepancy dapat terjadi sebagai akibat dari antara lain:
7.1. Tank evaporation;
7.2. Sampling and analysis;
7.3. Separator evaporation;
7.4. Separator effluent;
7.5. Leaked pump;
7.6. Tank cleaning;
7.7. Percampuran lebih dari satu jenis Minyak Bumi dan/atau Kondensat; dan
7.8. Jenis Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG yang dioperasikan.
Untuk memperkecil terjadinya discrepancy diperlukan identifikasi penyebab terjadinya
discrepancy dan mitigasi, pada sistem Pipa Penyalur yang digunakan bersama dengan
KKKS lain dilakukan evaluasi shrinkage dan evaporasi serta verifikasi dan validasi
akurasi Alat Ukur, pengaturan melalui standard operating procedure pengoperasian dan
pemompaan serta peningkatan kompetensi operator.
8. Dokumen Pelaporan
8.1. Dokumen Lifting
Dokumen pelaporan terkait Lifting terdapat dalam Pedoman Tata Kerja Nomor
PTK-064/SKKMA0000/2017/S0 tentang Lifting Minyak Mentah dan/atau
Kondensat Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
8.2. Dokumen Joint Report
8.2.1. Dokumen Joint Report menyatakan jumlah Minyak Bumi, Kondensat
dalam Net Standard Barrels dan Gas Bumi dalam MMSCF atau MMBTU
dengan memperhitungkan pembebanan gain/loss dan faktor koreksi lain.
Hasil Pengukuran tersebut dicatat dan dilaporkan secara harian selama
1 (satu) bulan dan ditandatangani bersama.
8.2.2. KKKS wajib melaporkan dokumen Joint Report dengan dokumen aktual
penerimaan di fasilitas terminal dan di Faslitas Produksi dan Perhitungan
alokasi untuk persetujuan SKK Migas.
8.5. Dokumen Pelaporan Stok Minyak Bumi dan Kondensat, LPG dan LNG, KKKS
melaporkan kepada SKK Migas yang terdiri dari:
8.5.1. Berita Acara Verifikasi Inventory Stok;
8.5.2. Data teknis tangki Minyak Bumi, Kondensat, LPG dan LNG;
8.5.3. Shore atau Storage Measurement Report;
8.5.4. Hasil analisa laboratorium; dan
8.5.5. Tank Ticket.
BAB IV
PELAPORAN ARUS MINYAK DAN GAS BUMI
Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi mencakup pelaporan Produksi, Stok dan Lifting yang
dilakukan di Sumur, Faslitas Produksi, Fasilitas Terminal dan Titik Penyerahan.
Laporan yang disampaikan KKKS Produksi kepada Kepala Fungsi yang menangani
Operasi Produksi terdiri dari sekurang-kurangnya:
4. Verifikasi dan Validasi SKK Migas atas laporan arus Minyak dan Gas Bumi
4.1. KKKS wajib memastikan kepatuhan waktu pelaporan dan keakuratan laporan
angka produksi, Lifting, dan stok yang disampaikan ke Fungsi yang menangani
Operasi Produksi.
BAB V
PENYIAPAN DAN PENGGUNAAN SISTEM ALAT UKUR UNTUK PENYERAHAN
MINYAK BUMI, KONDENSAT, GAS BUMI, LPG, DAN LNG
1. Ruang Lingkup Penyiapan dan Penggunaan Sistem Alat Ukur Untuk Penyerahan
Minyak Bumi, Kondensat , Gas Bumi. LPG, dan LNG
1.1. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan ini terdiri dari penyiapan Alat Ukur; penggunaan Alat Ukur ;
modifikasi, relokasi dan penghapusan Alat Ukur; Pemutusan Tanda Tera dan
Pelaksanaan Tera Ulang.
4.2.1. Relokasi sistem Alat Ukur adalah pemindahan suatu sistem Alat Ukur dari
satu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemanfaatan peralatan/Aset
yang ada.
4.2.2. KKKS wajib melakukan pembahasan teknis bersama fungsi terkait
SKK Migas.
4.2.3. Kalibrasi/tera Alat Ukur dilakukan oleh Direktorat Metrologi dan disaksikan
oleh pihak-pihak terkait dalam rangka penerbitan Keterangan Hasil
Pengujian Alat Ukur.
4.3. Penghapusan penggunaan Alat Ukur sebagai Alat Ukur Serah Terima
4.3.1. Alat Ukur dapat diusulkan untuk dihapuskan sehingga bebas tera atau tera
ulang jika sudah tidak digunakan lagi. Usulan bebas tera atau tera ulang
diajukan ke Direktorat Metrologi melalui Kepala Fungsi yang menangani
Operasi Produksi.
4.3.2. KKKS wajib mengajukan usulan penghapusan alat ukur kepada Kepala
Fungsi yang menangani Operasi Produksi.
6. Pelaporan
Kegiatan Penyediaan/Modifikasi/Relokasi/Penghapusan Alat Ukur ,KKKS
menyampaikan dokumen sebagai berikut:
6.3. Spesifikasi Alat Ukur yang dipersyaratkan dalam perjanjian jual beli/perjanjian
transportasi/perjanjian penggunaan peralatan bersama;
6.4. Dokumen teknis antara lain:
6.4.1. Design basis;
6.4.2. Piping and instrumentation diagram;
6.4.3. Process flow diagram;
6.4.4. Sizing calculation;
6.4.5. Data sheet Alat Ukur dan komponen pendukungnya;
6.4.6. Izin tipe Alat Ukur yang digunakan;
6.4.7. General arrangement drawing;
6.4.8. Inspection test plan;
6.4.9. Data lainnya yang terkait.
6.5. KKKS menyampaikan Keterangan Hasil Pengujian (KHP) dari Direktorat
Metrologi kepada SKK Migas untuk dimasukan dalam database Alat Ukur KKKS
BAB VI
EVALUASI MUTU MINYAK DAN GAS BUMI
1. Ruang Lingkup
Kegiatan Evaluasi Mutu Minyak dan Gas Bumi mencakup mekanisme pengusulan,
penjadwalan pengambilan contoh Minyak dan Gas Bumi, pengambilan contoh sesuai
dengan jadwal produksi dan jadwal kegiatan produksi KKKS, pengiriman contoh, analisis
laboratorium atas contoh yang dikirimkan, pembuatan laporan hasil analisa, penagihan
biaya dari pihak yang ditunjuk sebagai pelaksana evaluasi mutu kepada KKKS serta
penggunaan hasil analisis untuk kepentingan Negara.
Evaluasi mutu Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk menentukan mutu/karakteristik
Minyak dan Gas Bumi yang dihasilkan oleh sumur produksi maupun sumur yang baru
ditemukan. Hasil analisa mutu/karakteristik Minyak dan Gas Bumi dapat digunakan:
1.1. Sebagai data nasional untuk kepentingan strategis Negara dalam menentukan
kebijakan pengembangan lapangan, pengolahan Minyak dan Gas bumi yang terpadu
dan terarah serta pemasaran terhadap minyak dan gas bumi yang ditemukan,
diproduksi, diekspor maupun diolah;
1.2. Strategi pengembangan dan pemanfaatan Minyak Bumi dan Gas Bumi;
1.3. Menentukan harga Minyak Bumi, Kondensat dan Gas Bumi.
4. Pengambilan Contoh Minyak dan Gas Bumi untuk Kebutuhan Operasional KKKS
Untuk pengambilan contoh minyak dan gas bumi harus memastikan menggunakan
peralatan dan prosedur sesuai dengan kaidah keteknikan yang baik. Dalam hal
pengambilan contoh minyak dan gas bumi untuk keperluan pelaksanaan Lifting minyak
bumi, kondensat, LPG dan/atau penyerahan gas bumi dan LNG di titik serah atau titik
transfer harus mengacu kepada standar dan ketentuan yang berlaku.
BAB VII
PENYELESAIAN KLAIM DISCREPANCY DALAM
PENYERAHAN MINYAK MENTAH DAN KONDENSAT BAGIAN NEGARA(MMKBN)
DARI KKKS KEPADA PT. PERTAMINA (PERSERO)
1. Ruang Lingkup
1.1. Discrepancy ini terkait perbedaan figure Fasilitas Terminal dengan kapal (R1),
adanya air bebas setelah Lifting serta perbedaan kandungan Sediment & Water
(S&W).
1.2. Penerimaan MMKBN di kapal lebih kecil atau Discrepancy melebihi 0,5%
(R1>0,5%) dari volume yang diserahkan oleh KKKS Operator dimana Ship
Figures After Loading (SFAL) < Bill of Lading (B/L), dengan kondisi dimana:
1.2.1. KKKS Operator menggunakan meter sebagai Alat Ukur untuk
menentukan volume MMKBN yang diserahkan;
1.2.2. Sistem meter tidak bekerja sebagaimana mestinya, atau belum tersedia
di Fasilitas Terminal KKKS sehingga KKKS Operator menggunakan
sistem tangki ukur (manual ullage) sebagai Alat Ukur.
1.2.3. Ditemukan air bebas di kapal sesaat sesudah muat (after loading),
dengan kondisi:
1.2.3.1. KKKS Operator mengakui bahwa akan ada sejumlah air
bebas yang akan terkirim ke kapal tetapi volumenya tidak
diketahui secara pasti, misalnya terkait pekerjaan sea water
flushing ke Pipa Penyalur atau floating hose sebelumnya;
1.2.3.2. Volume air bebas di kapal melebihi Perhitungan KKKS
Operator;
1.2.3.3. Tidak ada indikasi adanya air bebas di Fasilitas Terminal
KKKS yang berpotensi terkirim ke kapal.
1.2.4. Perbedaan angka persentase S&W hasil analisis Master Sample dan
angka yang tercantum dalam B/L melebihi ketentuan sebagaimana
diatur dalam toleransi reproducibility analisis dalam ASTM D-4007.
1.3. Perhitungan prosentase (%) discrepancy berdasarkan kesepakatan antara
SKK Migas dengan PT.Pertamina (Persero) adalah:
R1 = (SFAL-BL)/BL x 100%
2. Prosedur Teknis
Mekanisme penyelesaian klaim discrepancy, air bebas, perbedaan angka S&W dan
Perhitungan discrepancy penyerahan Minyak Mentah bagian Negara dari KKKS ke
Pertamina telah diatur dan tercantum dalam Surat Deputi Nomor
SRT-0309/SKKB0000/2015/S1 tanggal 22 Oktober 2015 perihal Pedoman Teknis SAA
Pertamina sebagai pengganti PUPO PKD atau perubahannya.
3. Dokumen Pelaporan
3.1. Surat Klaim discrepancy dari Pertamina ditujukan ke SKK Migas, dilampiri
dokumen terkait.
3.2. Surat SKK Migas perihal tindak lanjut atas klaim discrepancy dari Pertamina.
3.3. Hasil tindak lanjut dan hasil analisa yang dilakukan dan dokumen terkait.
BAB VIII
MEKANISME PENYELESAIAN SISA MINYAK BUMI/KONDENSAT, LPG ATAU
LIMBAH BERMINYAK DARI FASILITAS KKKS YANG SUDAH SELESAI DIGUNAKAN
1. Ruang Lingkup
1.1. Sisa Minyak dapat terjadi antara lain karena:
1.1.1. Tangki darat dilakukan tank cleaning;
1.1.2. Tangki darat selesai digunakan dan tidak akan digunakan kembali;
1.1.3. Oil barge/FSO/FPSO akan dilakukan Off Hire;
1.1.4. Sebagian atau keseluruhan Tangki di FSO/FPSO atau tangki lain di
offshore dilakukan tank cleaning;
1.1.5. Minyak Bumi yang masih tersisa di tangki sementara saat berakhirnya
hasil Uji Produksi pada masa Eksplorasi baik di Onshore maupun
Offshore.
1.1.6. Minyak Bumi/Kondensat dari pipa dan/atau Faslitas Produksi yang tidak
akan digunakan lagi.
1.2. Jika kondisi atau jumlah sludge di Tangki sudah mencapai level tertentu yang
dapat mengganggu operasional produksi (mengurangi kapasitas dan flexibilitas
Tangki Penyimpan) dan/atau Lifting (menyebabkan proses settling tidak optimal
atau kadar S&W maksimal 0,5% dan atau sesuai ketentuan komersial tidak
tercapai atau bahkan berpotensi terkirimnya free water ke Kapal saat Lifting) maka
dilakukan tank cleaning, baik pada tangki penyimpanan Minyak Bumi atau tangki
penyimpanan LPG dan LNG.
1.3. Tank cleaning dilakukan secara bertahap tiap tangki dengan mempertimbangkan
availability tangki untuk produksi, kehandalan dan kontinuitas operasional
kegiatan Lifting. Selain karena kondisi sludge yang tinggi, pelaksanaan tank
cleaning dapat juga dilakukan apabila kinerja tangki telah terganggu baik akibat
kerusakan tangki, konstruksi tangki yang berubah maupun keperluan modifikasi
tangki.
1.4. Pada kegiatan evaluasi Tank Cleaning agar dilakukan sebagai berikut:
1.4.1. Lakukan monitoring Pengukuran Awal “volume On Board Quantity
(OBQ)”;
1.8. Jika sudah tidak ekonomis, maka KKKS wajib mengusulkan untuk melepaskan
sisa minyak yang secara ekonomis tidak dapat diambil (dikategorikan limbah)
tersebut dari penguasaan KKKS yang selama ini dicatat sebagai stok. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.06/2009 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja
Sama atau perubahannya. Limbah yang dimaksud adalah:
1.8.1. Sisa operasi perminyakan yang ada dalam tanggung jawab dan
pengamanan KKKS namun tidak tercatat dalam daftar Barang Milik
Negara; dan/atau
1.8.2. Sisa produksi yang dihasilkan pada saat proses pemisahan crude oil and
gas sehingga seluruh sisa Minyak Bumi/Kondensat, LPG atau limbah
berminyak yang tidak lagi dapat dipindahkan/dipompakan secara
ekonomis oleh KKKS dikategorikan sesuai butir 1.8.1. pada BAB ini.
2. Prosedur Penyelesaian
2.1. Penentuan Jumlah Sisa
2.1.1. Proses pemeriksaan dan Perhitungan jumlah sisa Minyak
Bumi/Kondensat, LPG atau limbah berminyak wajib dilakukan dengan
melibatkan wakil dari SKK Migas dan KKKS Operator.
2.1.2. Pengukuran dan Perhitungan wajib dilakukan seakurat mungkin untuk
mengetahui jumlah yang akan diusulkan untuk dihapuskan dari Aset
KKKS dan pengurangan atas stok KKKS.
2.1.3. Pengukuran sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau limbah
berminyak di Oil Barge/FSO/FPSO wajib mempertimbangkan kondisi draf,
dan jika posisi sisa Minyak Bumi/Kondensat atau limbah berminyak, LPG
dan LNG tersebut sudah dalam kondisi tidak menyentuh keseluruhan
dinding tangki (wedging) agar dihitung menggunakan wedge formula.
Untuk sludge atau sedimen yang permukaannya tidak rata agar dilakukan
Pengukuran dibeberapa titik sehingga didapatkan profil permukaan sludge
atau sedimen tersebut untuk mendapatkan Perhitungan yang lebih akurat.
2.1.4. Setelah didapatkan jumlah sisa Minyak Bumi/Kondensat, atau limbah
berminyak, LPG dan LNG, maka apabila:
2.2.6. KKKS wajib memastikan sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG, atau
limbah berminyak dari Tangki Darat atau Oil Barge/FSO/FPSO setelah
dilepaskan dari Aset KKKS menjadi tanggung jawab pihak yang
mempunyai izin sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
termasuk pengelolaan atas Limbah B3 dan agar KKKS mematuhi edaran
Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas No. 0202/SKKB0000/2015/S5
tentang Program Kerja Lingkungan Hidup Bagi kontraktor KKKS;
2.2.7. KKKS berkoordinasi dengan fungsi-fungsi terkait di SKK Migas (Fungsi
yang menangani Operasi Produksi, Fungsi yang menangani KKKLL)
untuk bersama-sama melakukan Pemeriksaan Teknis dalam rangka
Pengukuran dan Perhitungan sisa Minyak Bumi/Kondensat atau LPG,
atau limbah berminyak yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda
tangani bersama dan melaporkannya kepada SKK Migas atas hasil
Pengukuran dan Perhitungan sisa Minyak/Kondensat atau LPG, atau
limbah berminyak dimaksud;
2.2.8. KKKS melakukan pembahasan kajian teknis dan keekonomian terlebih
dahulu dengan Fungsi yang menangani KKKLL, selanjutnya setelah
kajian tersebut mendapatkan validasi dari Fungsi yang menangani
KKKLL, maka KKKS melampirkan kajian yang telah tervalidasi tersebut
dalam usulan FUPP kepada Fungsi yang menangani Pengelolaan Aset
KKKS dan/atau Fungsi yang menangani Operasi Produksi;
2.2.9. Setelah proses pemeriksaan dan Perhitungan jumlah sisa
Minyak/Kondensat atau LPG,atau limbah berminyak, maka apabila :
2.2.9.1. Minyak/Kondensat atau LPG, atau Limbah tidak bernilai
ekonomis, KKKS mengajukan usulan pemusnahan limbah
sisa produksi yang tidak bernilai ekonomis kepada Fungsi
yang menangani Pengelolaan Aset KKKS dengan dilengkapi
rekomendasi teknis dari Fungsi yang menangani KKKLL;
2.2.9.2. Minyak/Kondensat atau LPG, atau Limbah bernilai ekonomis,
KKKS mengajukan usulan pelepasan limbah tersebut kepada
Fungsi yang menangani Pengelolaan Aset KKKS untuk
selanjutnya diteruskan kepada Kementerian Keuangan melalui
Kementerian ESDM.
Selesai
ROB pengurang
biaya sewa? Penghapusan sisa minyak dalam Pemusnahan oleh Badan yang
YA Tidak perhitungan stok disetujui
Gambar 8.1
Diagram Alur Penyelesaian Sisa Minyak Bumi/kondensat atau LPG untuk
Barge/FSO/FPSO
BAB IX
PENUTUP
9.1. PTK ini dibuat dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
9.2. Lampiran PTK dan formulir sehubungan dengan pelaksanaan PTK ini merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
9.3. Ketentuan yang belum tercakup dalam PTK ini akan dibuat kemudian sebagai
ketentuan tambahan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
PTK ini.
9.4. Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan ketentuan PTK ini, maka ketentuan PTK ini akan disesuaikan sebagaimana
mestinya. Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan perubahan peraturan
perundang- undangan tersebut akan tetap berlaku.
9.5. Jika terdapat dampak dari tidak terlaksananya proses pengolaan Manajemen
Produksi Minyak dan Gas Bumi sesuai dengan PTK ini, SKK Migas dan KKKS
akan melaksanakan tindak lanjut dengan merujuk ke Kontrak Kerja Sama, atau ke
peraturan perundangan yang berlaku.
9.6. Bila terbukti adanya pelanggaran oleh KKKS terhadap ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku atas proses pelaksanaan PTK ini maka KKKS
bertanggung jawab atas segala akibat hukum dan melepaskan, membebaskan, dan
membela SKK Migas dari dan terhadap setiap kerugian, tuntutan, dan gugatan
hukum pihak ketiga yang sebagai akibat dari kelalaian, kesalahan, pelanggaran
kewajiban hukum KKKS terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan dimaksud. Akibat yang terjadi dan timbul dari pelanggaran ini akan
menjadi tanggung jawab KKKS yang selanjutnya tidak dapat dibebankan sebagai
biaya operasi.
LAMPIRAN
ACUAN STANDAR PENGUKURAN
Pengukuran statis dengan menggunakan tangki ukur dan faktor konversi yang diperlukan,
menggunakan standar sebagai berikut atau revisi terakhir:
Beberapa standar yang berlaku untuk Pengukuran Minyak Bumi, Kondensat, Gas Bumi,
LPG dan LNG antara lain adalah sebagai berikut atau revisi terakhir:
Minyak/kondensat:
2.16. ASTM D-4007 Standard Test Method for Water and Sediment in Crude Oil by the
Centrifuge Method untuk analisa S&W;
2.17. ASTM D-1298 atau API 2547 “Standard Test Method for Density, Relative Density,
or API Gravity of Crude Petroleum and Liquid Petroleum Products by Hydrometer
Method” untuk analisa Density, Specific Grafity atau API Grafity;
2.18. ASTM D 1250 atau API 2540 untuk Perhitungan volume reduction ke suhu 60 ⁰F di
gunakan table 6 tahun 1952;
2.19. API MPMS 4.8 Operation of Proving Systems dalam setiap loading yaitu pada saat
laju alir/flowrate, temperatur dan tekanan stabil serta kondisi operasi tersebut akan
dipertahankan selama loading berlangsung;
2.20. API MPMS 13.2, merupakan acuan pada Control Chart Meter Factor yang
digunakan dalam penentuan MF sebelumnya pada tekanan, temperatur dan
flowrate yang paling mendekati;
Gas: