Anda di halaman 1dari 149

METODE MATRIK

APLIKASI METODE MATRIK


UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

PENGERTIAN UMUM
Metode matrik adalah suatu pemikiran baru pada analisa struktur, yang
berkembang bersamaan dengan populernya penggunaan computer
otomatis untuk operasi perhitungan aritmatika.
HAL UTAMA DALAM ANALISA UNTUK MENENENTUKAN BAIK ITU DEFORMASI
ATAUPUN STRESS PADA STRUKTUR, IALAH SAMPAI JAUH MANA SUDAH
DIKETAHUI SIFAT KARAKTERISTIK HUBUNGAN GAYA DAN DEFORMASI DARI
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR, DAN MEMAKSAKAN TERPENUHINYA SYARAT-
SYARAT KOMPATIBILITI DAN KESETIMBANGAN, ADA TIGA HAL YANG
MENDASARI ANALISIS INI, YAITU:

1. kesetimbangan
2. hubungan stress dan strain, atau gaya
dalam dan deformasi
3. kompatibiliti,atau kontinuitas dari
deformasi
DALAM ANALISIS MATRIK DIKENAL ADA DUA CARA :

1. metode kekakuan (stiffness method, atau


displacement method )
2. metode fleksibilitas (flexibility method, atau force
method)
METODE KEKAKUAN

Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan


lendutan, dinyatakan secara matematis :

Q K D
Q = gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat adanya lendutan.

D = lendutan pada titik-titik diskrit


K = menyatakan kekakuan dari struktur
Metode Kekakuan Ini Juga Disebut Metode Lendutan
(Displacement Method), Karena Analisa Dimulai Dengan “
Lendutan” Sehingga Dengan Demikian Urutan Kerjanya Secara
Garis Besar Adalah Sebagai Berikut :

• kompabiliti; yaitu mencari hubungan antara deformasi dengan lendutan, atau secara
tegasnya mencari deformasi apa yang terjadi pada elemen-elemen dititik-titik diskrit
akibat diberikannya lendutan pada struktur dititik-titik tersebut.

• persamaan hubungan stress dan strain, yaitu mencari hubungan mengenai gaya-gaya
dalam yang timbul sebagai akibat adanya deformasi pada elemen-elemen pada struktur
tersebut.

• kesetimbangan, langkah terakhir yang menyatakan hubungan gaya luar dititik diskrit
dengan gaya-gaya dalam atau mencari berapa besar gaya luar di ujung elemen-elemen
yang tepat diimbangi oleh gaya-gaya dalam elemen titik-titik diskrit.
Metode Kekakuan Ialah Suatu Cara Untuk Analisa Struktur Dimana Dalam Proses Perumusan
Dari Analisanya Diambil Lendutan Di Titik-titik Diskrit Sebagai Besaraan “Anu” Yang Hendak
Dicari.Dalam Proses Menganalisa Akan Mengenal Beberapa Matrix Yang Penting Sebagai Berikut
:

 matrik deformasi A suatu matrik yang menyatakan


hubungan kompatibiliti atau hubungan deformasi dan
lendutan :

d A D
dimana :
d = menyatakan deformasi dari elemen struktur

A = adalah matrik deformasi


D = menyatakan lendutan ditik diskrit
MATRIK KEKOKOHAN INTERNEN S , SUATU MATRIX YANG MEMENUHI HOKUM
HOOKE DALAM MANA DINYATAKAN HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN DEFORMASI :

H S d
dimana :
H = menyatakan gaya dalam elemen
= adalah matrix kekokohan intern
S elemen

d = menyatan deformasi elemen


MATRIX STATIS B , SUATU MATRIX YANG MENYATAKAN
KESETIMBANGAN ANTARA GAYA LUAR DAN GAYA DALAM :

=
Q B H
dimana :
Q = menytakan gaya luar yang bekerja dititik diskrit

B = matrix statis

H = gaya dalam elemen

Maka ketiga matrix di atas digabungkan, maka akan didapatkan hubungan :

Q B H
Q B S d
Q B S A D
Q K D
DIMANA K ADALAH MATRIX KEKAKUAN STRUKTUR, DENGAN
PENGERTIAN :

K B S A
Jadi salah satu tujuan terminal yang penting adalah proses analisa ini
ialah dapat menurunkan matrik kekakuan struktur K

Selanjutnya akan mudah dicapai tujuan akhir, yaitu analisa


lendutan dan gaya dalam elemen.
DERAJAT KETIDAK-TENTUAN KINEMATIS
 Untuk analisa ini akan dimulai dengan mengambil
lendutan di titik-titik diskrit sebagai sasaran yang
harus dihitung.

 Untuk mengetahui dimana harus “dipasang” besaran


lendutan yang akan dicari tersebut, maka harus
diketahui dahulu beberapa derajat ketidak tentuan
kinematis atau istilah lainnya derajat kebebasan
(degree of freedom) dari struktur.
 Derajat ketidak-tentuan kinematis ialah suatu
besaran yang menyatakan jumlah komponen
bebas dari lendutan dititik diskrit yang mungkin
terjadiyang berhubungan dengan diberikannya
suatu pembebanan pada struktur. Di bawah ini
diberikan beberapa macam struktur bidang
yang akan ditujukkan berapa derajat ketidak-
tentuan kinematisnya.
Komponen bebas dari lendutan Derajat ketidak-tentuan
struktur di titik pertemuan kinematis

(a)

D1 D2
2

(b)

D1 D2

(c)
Komponen bebas dari lendutan Derajat ketidak-
struktur di titik pertemuan tentuan kinematis

D2 D5
D3
D1 D4
D6 6

(d)
D1 D3

D2 3 Dengan
mengabaikan
deformasi aksial dari
eleme

(e)
D5
D3
D1 D4
D6
7

D7

(f)

D2 D4 D6

D1 D3
D5 12

D11
D7 D9

(g) D8 D10 D12


Gambar 1.1 derajat ketidak-tentuan kinematis dari
struktur ditunjukkan oleh banyaknya vector
lendutan yang mungkin terjadi di titik bebas,
dimana arah vector pada gambar menunjukkan
arah vector yang positif.
DASAR PERHITUNGAN

Dalam bab ini, akan dijelaskan secara mendetail


urut-urutan analisa dari suatu konstruksi bidang (dua
dimensi) dengan berdasarkan pada metode
kekakuan.
Sekarang terlihat satu konstruksi seperti seperti
ditunjukkan pada gambar 2.(a) selanjutnya akan
diikuti urutan dari proses analisa.

(a)gambar konstruksi statis tak tentu


D2 D3
D1

(b) derajat ketidak-tentuan kinematis : 3

Q1 Q2 Q3

D2 D3
D1

(c) diagram gaya luar ekivalen Q


yang koresponding dengan lendutan D sebagai pengganti
darisistem pembebanan pada gambar (a)

EI1 EI2 EI3

L1 L2 L3

(d) Struktur dasar yang merupakan struktur yang dikekang


d3
d2 D1

(e) diberikan D1 = 1 satuan

d5
d4 D2

(f) diberikan D2=1 satuan


d6 D3

(g) diberikan D3 =1 satuan


d1 d3 d5

H1 H2 H4 H6

H3
d2 d4 H5
d6
(h) diagram H-d, dimana H
merupakan reaksi elemen yang dikekang
terhadap diberikannya deformasi.

Q1 Q2 Q3
H4 H5 H6
H2 H3

(i) diagram kesetimbangan


Gambar 1. 2 Analisa balok di atas beberapa perletakan.
Konstruksi Ini Ialah Balok Menerus Di Atas Empat Perletakan, Satu Jepit Dan
Tiga Sendi, Merupakan Suatu Konstruksi Dengan Derajat Ketidak-tentuan
Kinematis Sebesar 3 (Gambar 2.B)

 Langkah pertama ialah menyelidiki kompatibilitas dari struktur,


dengan jalan memberikan berturut-turut lendutan
 D1 1, D2 1 dan D3 1 (gambar 2.e, 2.f, dan 2.g).
 Mudah dapat kita lihat, bahwa :

d2 d3 D1
d4 d5 D2
d6 D3
d1 0
atau disusun secara sistematis :

d1
d2 D1
d3 D1
d4 D2
d5 D2
d6 D3

bila dinyatakan dalam hubungan matrix :


d1 0 0 0
d2 1 0 0
D1
d3 1 0 0
D2
d4 0 1 0
D3
d5 0 1 0
d6 0 0 1

atau

d A D
0 0 0 d1
1 0 0 d2
1 0 0 d3
A 0 1 0 d4
0 1 0 d5
0 0 1 d6

D1 1 D2 1 D3 1
Langkah kedua ialah menyelidiki hubungan gaya dalam dan deformasi
dengan melihat tiap-tiap elemen sebagai bagian yang diskrit, seperti pada
gambar 2.h.
Dari sifat elastis elemen, didapatkan hubungan :

d1 d3 d5

H1 H2 H4 H6

H3
d2 d4 H5
d6

1 H1L1 1 H 2 L1
d1
3 EI1 6 EI1
1 H1L1 1 H 2 L1
d2
6 EI1 3 EI1
dimana :

d1 = menyatakan deformasi yang terjadi di ujung elemen

H = menyatakan gaya dalam yang ada di ujung elemen,


dalam hal ini momen lentur

diinverskan, akan didapat :

4 EI1 2 EI1 2EI1 4EI1


H1 d1 d2 H2 d1 d2
L1 L1 L1 L1
4 EI1 2 EI 2 2 EI 2 4 EI 2
H3 d3 d4 H4 d3 d4
L2 L2 L2 L2
2 EI 3 4 EI 3
4 EI 3 2 EI 3 H6 d5 d6
H5 d5 d6 L3 L3
L3 L3
Bila hubungan ini dinyatakan dalam bentuk matrix, maka :

4 EI1 2 EI1
0 0 0 0
L1 L1
2 EI1 4 EI1
H1 0 0 0 0 d1
L1 L1
H2 4 EI 2 2 EI 2 d2
0 0 0 0
H3 L2 L2 d3
H4 2 EI 2 4 EI 2 d4
0 0 0 0
H5 L2 L2 d5
4 EI 3 2 EI 3
H6 0 0 0 0 d6
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
atau :
H S d
dimana matrix S merupakan matrix :

4 EI 1 2 EI 1
0 0 0 0
L1 L1
2 EI 1 4 EI 1
0 0 0 0
L1 L1
4 EI 2 2 EI 2
0 0 0 0
S L2 L2
2 EI 2 4 EI 2
0 0 0 0
L2 L2
4 EI 3 2 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
d1 d2 d3 d4 d5 d6
Jadi Sebenarnya Matrix S Ialah Suatu Matrix Yang Menyatakan
Berapa Besar Gaya Dalam H Yang Timbul Diujung Elemen Bila Di
Titik-titik Tersebut Diberikan Satu Satuan Deformasi . d

Langkah ketiga adalah menyelidiki tentang kesetimbangan gaya luar


dan gaya dalam :
Melihat gambar
Q1 H2 H5
Q2 H4 H5
Q3 H6
Bila dinyatakan secara matrik :
H1
H2
Q1 0 1 1 0 0 0
H3
Q2 0 0 0 1 1 0
H4
Q3 0 0 0 0 0 1
H5
atau : H6
Q B H

dimana :
0 1 1 0 0 0 Q1
0 0 0 1 1 0 Q2
B
0 0 0 0 0 1 Q3

H H2 H3 H4 H5 H6
1
Satu hubungan terminal, adalah mendapatkan hubungan :
Q K D
Dimana :

K B S A
untuk mendapatkan lendutan, maka dapat diinverskan
sebagai :
1
. D K Q
dimana :

Q = menyatakan gaya-gaya luar yang bekerja di titik-titik diskrit.

D menyatakan lendutan di titik bersangkutan yang


berkoresponding dengan gaya Q
ternyata didapatkan :
T
B A

prinsip kerja virtual. Q*

a.gaya luar virtual


D

b. lendutan aktuil

Gamabar 1.3 konstruksi balok menerus pada mana dikerjakan gaya virtual.
Misalnya pada konstruksi yang sedang dibahas tersebut
dikerjakan gaya virtual Q
gambar (1.3a ) sehingga timbul gaya dalam H
pada elemennya, maka dari prinsip kerja virtuil akan
didapatkan hubungan (yang dinyatakan dalam
perkalian matrix).

T T
Q D H d
dengan melihat :

d A D
Q B H
T T T
Q H B
maka persamaan ( ) bisa ditulis ;

T T T
H B D H A D

Bila disederhanakan, akan memberikan :


T
B A
T
B A

Dengan demikian persamaan, bisa ditulis :

T
K A S A
Dengan demikian persamaan telah dipermudahkan,
yaitu untuk menurunkan matrix kekakuan K

cukup hanya menurunkan dua matrik penbentuknya,


yaitu matrix deformasi A

dan matrix kekokohan intern elemen S

Untuk menghitung gaya dalam digunakan hubungan :


.

H S d
atau
H S A D
dimana :

D = matrik lendutan dititik diskrit.


APLIKASI
KONSTRUKSI BALOK MENERUS
 selanjutnya akan diberikan beberapa contoh
pemakaian metode kekakuan ini pada analisa
struktur.

Contoh 3.1
Di bawah ini akan dibahas secara singkat analisa dengan
metode kekakuan dengan derajat ketidak-tentuan
kinematik tingkat 1.
A 600kg/m C

EI EI
10 m B 8m

a. konstruksi yang akan dianalisa

b. konstruksi dasar yang dikekang

-5000 +5000 -3200 +3200

c. momen primer (fixed-end moment)


Momen primer :
1
M AB M BA .600.6 2 5000kg.m
12
1
M BC M CB .600.4 2 3200kg.m
12

D1

d.. derajat ketidak-pastian kinematis : 1

Q1=1800kg.m

e. gaya luar ekivalen dititik diskrit yang koresponding


dengan lendutan Q1 5000 3200(kg.m)
D1

d3
d2

f. diberikan D1 1 satuan

d1 d3
H2 H4

H3
d4
d2

g. diagram H - d
H2

H3

h. diagram kesetimbangan
Gambar 1.4 balok diatas tiga tumpuan

Melihat gambar 1.4 (f), dengan mudah akan didapatkan :

0 d1
1 d2
A
1 d3
0 d4

1
D
1
dari gambar 1.4 (g) :
4 EI 2 EI
0 0 H1
10 10
2 EI 4 EI
0 0 H2
S 10 10
4 EI 2 EI H3
0 0
8 8
2 EI 4 EI
0 0 H4
8 8

d1 d2 d3 d4

0.4 0.2 0 0
0.2 0.4 0 0
S
0 0 0.5 0.25
0 0 0.25 0.5
dari persamaan:
T
K A S A

0.4 0.2 0 0 0
0.2 0.4 0 0 1
= 0 1 1 0 EI
0 0 0.5 0.25 1
0 0 0.25 0.5 0
0
= 0.2 0.4 0.5 0.25 1
EI
1
0

K 0.9 EI
1 1
K
0.9 EI
Dengan mengubah gaya Q menjadi gaya titik ekivalen di
ujung elemen (gambar 1.4.c dan e) dan dengan melihat
persamaan (1.25) :
1
D K Q
1
D1 1800
0.9 EI
2000
D1
EI
dari persamaan (1.36) :

H S A D
0.4 0.2 0 0 0.2
0.2 0.4 0 0 0.4
H .2000
0 0 0.5 0.25 0.5
0 0 0.25 0.5 0.25
H1 400
H2 800
H3 1000
H4 500

H1 400 kg.m
H2 800 kg.m
H3 1000 kg.m
H4 500 kg.m

B
A C
400 500
800 1000

Gambar 1.5 Distribusi gaya dalam


hasil yang ditunjukkan oleh gambar 1.5 ialah menyatakan besarnya
momen lentur (dalam hal ini sebagai momen batang, bukan sebagai
momen titik) yang didistribusikan ke batang elemen AB dan BC sesuai
dengan kekakuan masing-masing . jadi gaya dalam H yang didapat
dari hasil perhitungan ini bukan merupakan memen lentur yang
sebenarnya bekerja.
Momen lentur H yang sebenarnya bekerja bisa diperoleh dengan
mengurangi gaya dalam dengan momen primer elemen struktur.

MA 400 ( 5000) 5400kg.m


M BA 800 ( 5000) 4200kg.m
M BC 1000 ( 3200) 4200kg.m
MC 500 ( 3200) 2700kg.m
Penting untuk dicatat pula di sini, bahwa hasil momen akhir
ini juga menyatakan momen batang bukan momen titik.

Contoh 1.2
Sebagai contoh kedua akan dibahas suatau konstruksi
kinematis tertentu seperti pada gambar 1.6 (a).

Q=1000 kg
EI EI
C B
A
Q
6m 4m

a. konstruksi yang akan dianalisa dengan beban


b. struktur dasar yang dikekang

D1

D2

c. derajat ketidak-tentuan kinematis : 2


D1

d2 d3

d1 d4

(d) diberikan D1= 1 satuan


d3
D2

d2

e. diberikan D2 = 1 satuan

d1 d3
H4
H2

H3
H3
d2 d4

f. diagram H-d
Q1

Q2
H2

H3

H1+H2 H3+H4
6 4

g. diagram kesetimbangan

Gambar 1.6 balok di atas 2 tumpuan


Langkah pertama yang dilakukan ialah menganggap
konstruksi ini terdiri atas dua elemen diskrit. AC dan
CB ( gambar 3.6 b). titik C segai titik diskrit
mempunyai dua derajat kebebasan, yaitu translasi
dan rotasi.
Melihat gambar 3.6, akan didapat hubungan-
hubungan sebagai berikut : D
1

d2 d3

d1 d4

1 d1
0
6
1 d2
1
A 6
1
1 d3
4
1
0 d4
4

D 1 D 1
2
4 EI1 2 EI1
0 0 0 0
L1 L1
2 EI1 4 EI1
H1 0 0 0 0 d1
L1 L1
H2 4 EI 2 2 EI 2 d2
0 0 0 0
H3 L2 L2 d3
H4 2 EI 2 4 EI 2 d4
0 0 0 0
H5 L2 L2 d5
4 EI 3 2 EI 3
H6 0 0 0 0 d6
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
4 2
0 0
6 6
2 4
0 0
S EI 6 6
4 2
0 0
4 4
2 4
0 0
4 4
2 1 1
0 0
3 3
1 2
0 0 2
EI 3 3
1
0 0 1 3
2
1
0 0 1 4
2
1 2 3 4
selanjutnya dihitung matrix kekakuan K
T
K A S A
1
2 1 0
0 0 6
3 3 1
1 2 1
1 1 1 1 0 0 6 EI
3 3 1
6 6 4 4 1 1
0 1 1 0 0 0 1 4
2 1
1 0
: 0 0 1 4
2

1
0
6
1 1 3 3 1
1
6 6 8 8 6 EI
1 2 1 1
1 1
3 3 2 4
1
0
4
0.2430 0.2083
K EI
0.2083 1.6667

1 1 1.6667 0.2083
K
0.3617EI 0.2083 0.2430

4607.85
D1 EI
D2 575.89
EI

selanjutnya akan bisa dihitung gaya dalam :

H S A D
2 1 1
0 0 0
3 3 6 4607.85
= EI 1 2 1 EI
0 0 1 575.89
3 3 6 EI
1 1
0 0 1 1
2 4
1 1
0 0 1 0
2 4

1 1
6 3 4607.85
1 2
= EI 6 3 EI
3 575.89
1
8 EI
3 1
8 2
H1 960
H2 1152
H3 1152
H4 1440
1152 1152

960 6m 4m 1440

Gambar 1.7 Distribusi gaya dalam

Maka didapatkan hasil analisa ;

MA 960kg.m
MB 1440kg.m
M CA M CB 1152kg.m
Bila dibandingkan hasil ini dengan rumus yang sudah diketahui :

1000.6.4 2
MA 2
960kg.m
10
1000.6 2.4
MB 2
1440kg.m
10
Ternyata hasilnya sama
Contoh 1.3
Pada contoh soal selanjutnya ini, akan diperlihatkan
bagaimana proses analisa bila konstruksi pada contoh
1.2 dikombinasikan dengan suatu perletakan elastis di
titik C.

Q=1000 kg
EI
A B

k=0.5EI

C
6m 4m

(a) konstruksi yang akan dianalisa, dengan satu perletakan elastis


dimana k = 0.5 EI
D1

D2

L L

(b) derajat ketidak-tentuan kinematsi : 2


D1

d2 d3

d1 d4

(c) deberikan D1 = 1 satuan


Q=-1000

D1

kD1

(d) gaya ekivalen dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan


D1 Q=-1000-kD1

kD1

(e) penyederhanaan dari gambar (d)


Gambar 1.8 konstruksi balok menerus di atas perletakan elastis.
Persoalan pada contoh ini sebenarnya sama dengan contoh 1.2, karena
memunyai elemen batang yang sama dengan derajat kebebasan yang sama
pula . maka proses analisa tidak akan mendetail dibahas lagi disini, dan
langsung akan matrik kekakuan :

0.2430 0.2083
K EI
0.2083 1.6667

1 1 1.6667 0.2083
K
0.3617EI 0.2083 0.2430

Proses selanjutnya akan terlihat adanya perbedaan dengan analisa contoh


soal yang lalu, yaitu dalam menetapklan vector gaya yang bekerja, yang
disamping ditentukan oleh gaya luar yang dikethuiQ 1000kg,
juga dipengaruhi oleh gaya pegas kD1
1
D K Q

D1 1 1.6667 0.2083 ( 1000 kD1 )


0.3617EI 0.2083 0.2430 0
D2

D1 1 .1.6667( 1000 kD1 )


0.3617EI
1.6667
D1 ( 1000 0.5 EID1 )
0.3617EI
4608
D1 2.304D1
EI
4608
3.304D1
EI
1394.7
D1
EI
1 1394.7
D2 ( 0.2083( 1000 0.5EI ))
0.3617EI EI
174.3
D2
EI

berdasarkan hasil lendutan D1 dan D


2
yang didapat, bisa dihitung gaya dalam yang timbul
pada elemen struktur.
1 1
6 3 1394.7
1 2
H EI 6 3 EI
3
1 174.3
8
3 1 EI
8 2
H1 290.5
H2 348.7
H3 384.7
H4 435.9

Dengan demikian didapatkan hasil analisa :

MA 290.5kg.m
M CA 348.7kg.m
M CB 348.7kg.m
MB 435.9kg.m
KONSTRUKSI PORTAL BIDANG TANPA
PENGGOYANGAN DIMANA DIFORMASI
AKSIAL DIABAIKAN

Dalam hal ini akan dibahas analisa dari konstruksi portal


bidang. Diketahui dua macam konstruksi portal bidang ,
yaitu portal tanpa penggoyangan dan portal dengan
penggoyangan, seperti ditunjukkan oleh gambar 1.2.

Dalam pasal ini akan dicoba dibahas analisa portal bidang


tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari elemen-
elemennya diabaikan.
(a)Portal tanpa penggoyangan.

b. portal menerus tanpa


pergoyangan
(c) portal dengan penggoyangan

Gambar 1.2 konstruksi portal dengan titik hubung kaku


Contoh 1.1
Dalam pasal ini akan dibahas analisa portal bidang
tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari
elemen-elemennmya diabaikan.

Q=300kg/m
B C

2 m
600kg 600kg

EI EI
3 m

A C
5 m

(a) portal bidang yang akan dianalisa, dengan bentuk konstruksi dan system
pembebanan yang simetris
B C

A D

( b) struiktur dasar yang dikekang


Momen primer :

600.3.2 2
M AB 288kg.m
52
600.32.2
M BA 432kg.m
52
1
M BC M CB .300.5 2 625kg.m
12
M CD M BA 432kg.m

M CD M AB 288kg.m

625
625

B C

432 432

288 288
A D

cMomen primer
D1 D2

d. derajat ketidak-pastian kinematis : 2


Q2=-193

Q1=-193

e. gaya ekivalen dititik yang koresponding dengan lendutan D


Q1 432 625 193kg.m
Q2 625 432 193kg.m

d3

D1

C
d2

f. diberikan D =1 satuan
d4 D2

d5

g. diberikan D2= 1 satuan


H4

H3 d3 H5
H2 d4
d2 d5

d1 d6

H1 H6

h. Diagram H-d
H3 Q2
Q1 H4

H2 (i ) diagram kesetimbangan H5

Gambar 1.3 Portal simetris

Dengan memperhatikan gambar 1.3 akan didapatkan :

0 0 d1
1 0 d2
1 0 d3
A
0 1 d4
0 1 d5
0 0 d6

D1 1 D2 1
4 2
0 0 0 0
5 5
2 4
0 0 0 0
5 5
4( 2) 2( 2)
0 0 0 0
S EI 5 5
2( 2) 4( 2)
0 0 0 0
5 5
4 2
0 0 0 0
5 5
2 4
0 0 0 0
5 5
2 1 0 0 0 0 1
= 2EI 1 2 0 0 0 0 2
5 0 0 4 2 0 0 3
0 0 2 4 0 0 4
0 0 0 0 2 1 5
0 0 0 0 1 2 6
1 2 3 4 5 6
4 EI1 2 EI1
0 0 0 0
L1 L1
2 EI1 4 EI1
0 0 0 0
L1 L1
4 EI 2 2 EI 2
0 0 0 0
L2 L2
S 2 EI 2 4 EI 2
0 0 0 0
L2 L2
4 EI 3 2 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
Dengan demikian :
T
K A S A

2 1 0 0 0 0 0 0
1 2 0 0 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0 2EI 0 0 4 2 0 0 1 0
=
0 0 0 1 1 0 5 0 0 2 4 0 0 0 1
0 0 0 0 2 1 0 1
0 0 0 0 1 2 0 0
0 0
2EI 1 2 4 2 0 0 1 0
5 0 0 2 4 2 1 1 0
0 1
0 1

K
2EI 6 2 0 0

5 2 6
Dengan mengubah gaya-gaya luar menjadi gaya ekivalen
terpusat di ujung elemen atau di titik-titik diskrit ( 1. 3.c dan e ),
dan dengan melihat persamaan :

1
D K Q
D1 5 1 6 2 193
.
D2 2EI 36 4 2 6 193

=
= 5 1544
64EI 1544

965
D1
8 EI
D2 965
8 EI
Jadi putaran sudut dititik B dan C ialah sebesar :
965
= D1 D2
8EI

Dari persamaan ( 1.36)


H S A D
2 1 0 0 0 0 0 0
5 1 2 0 0 0 0 1 0 965
2 EI 0 0 4 2 0 0 1 0 8 EI
965
0 0 2 4 0 0 0 1
8 EI
0 0 0 0 2 1 0 1
0 0 0 0 1 2 0 0
1 0
2 0 193
4 2 4
2 4 193
0 2 4
0 1
H1 48.25
H2 96.5
H3 96.5
H4 96.5
=
H5 96.5
H6 48.25

Melihat momen primernya pada gambar (1.3.c), maka akan didapat :


M AB 48.25 ( 288) 239.75kg.m
M BA 96.50 ( 432) 528.50kg.m
M BC 96.50 ( 625) 528.50kg.m
M CB 96.50 ( 625) 528.50kg.m
M CD 96.50 ( 432) 528.50kg.m
MD 48.25 ( 288) 239.75kg.m
Contoh 1.2 :
Sekarang Akan Dibahas Analisa Portal dengan adanya penahanan kesamping

400kg
q= 600kg/m

D 2EI F 2EI G 2EI C


2.00
EI EI 1000kg

B 2.00

A 1.00
2.00 5.00 5.00
a. Portal yang dianalisa
E F

B
A

b. Struktur dasar yang dikekang


Momen primer :

M ED 400.2 800kg.m
1
M EF M FE .800.5 2 1250kg.m
12
1
M FC M CF .600.5 2 1250kg.m
12
1
M FB M BF .1000.4 500kg.m
8
800 1250 1250 1250 1250

500

500

b. Momen primer

D1 D2

c. Derajat ketidak-tentuan kinematsi : 2 (deformasi aksial diabaikan)


Q1=-450 Q2=-500

d. Gaya ekivalen Q dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan D

D1

d3
d2

e. Diberikan D1 = 1 satuan
d4 D2

d7
d5

g. Diberikan D2 = 1 satuan

d4 H4 H7
H3

H2 d3 H5
d7
d8
d2 d5

d6
d1

H6
H1

h. Diagram H-d

Gambar 1.4 Portal menerus tanpa penggoyangan


Dimulai dengan menghitung matrik A dan S
4 2
0 0 d1 0 0 0 0 0 0
5 5
1 0 d2 2 4
0 0 0 0 0 0
1 0 d3 5 5
4(2) 2(2)
0 1 d4 0 0 0 0 0 0
A 5 5
0 1 d5 2(2) 4(2)
0 0 0 0 0 0
0 0 d6 S EI 5 5
4 2
0 0 0 0 0 0
0 1 d7 4 4
0 0 d8 2 4
0 0 0 0 0 0
4 4
4(2) 2(2)
0 0 0 0 0 0
D1 1 D2 1 5 5
2(2) 4(2)
0 0 0 0 0 0
5 5
8 4 0 0 0 0 0 0 1
4 8 0 0 0 0 0 0 2
0 0 16 8 0 0 0 0 3
EI 0 0 16 8 0 0 0 0 4
S 10 0 0 0 0 10 5 0 0 5
0 0 0 0 10 5 0 0 6
0 0 0 0 0 0 16 8 7
0 0 0 0 0 0 8 18 8

Matrik kekakuan struktur dapat dihitung berdasarkan persamaan :

T
K A S A
8 4 0 0 0 0 0 0 0 0
4 8 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 16 8 0 0 0 0 1 0
EI 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
0 0 16 8 0 0 0 0
10 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
0 0 0 0 10 5 0 0
=
0 0 0 0 10 5 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 16 8 0 1
0 0
0 0 0 0 0 0 8 18
0 0
1 0
EI 4 8 16 8 0 0 0 0 1 0
10 0 0 8 16 10 5 16 8 0 1
0 1
0 0
0 1
0 0
EI 24 8
K 10 8 42

K 1 EI x 1 42 8
10 944 8 24

5 21 4
236EI 4 12
D1 5 21 4 450
D2 236EI 4 12 500
D1 5 7450
D2 236EI 4200
37250
D1
236EI
21000 H S A D
D2
236EI
8 4 0 0 0 0 0 0 0 0
4 8 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 16 8 0 0 0 0 1 0
EI 0 0 16 8 0 0 0 0 0 1
37250
236EI
10 0 0 0 0 10 5 0 0 0 1
21000
0 0 0 0 10 5 0 0 0 0
236EI
0 0 0 0 0 0 16 8 0 1
0 0 0 0 0 0 8 18 0 0

4 0
8 0
37250
16 8
236
8 16 21000
0 10 236
0 5
0 16
0 8
63.14
126.27
323.73
268.64
H
88.98
44.49
142.38
71.19
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur maka
akan didapat :
MA 63.14 0 63.14kg.m M FE 268.64 ( 1250) 1518.64kg.m

M EA 126.27 0 126.27kg.m M FB 88.98 ( 500) 411.02kg.m

M ED 0 ( 800) 800kg.m M FC 142.38 ( 1250) 1107.62kg.m

MB 44.49 ( 500) 544.49kg.m


M EF 323.73 ( 1250) 926.27.kg.m
MC 71.19 ( 1250) 1321.19kg.m
Sekarang ditinjau apakah kesetimbangan dititik-titik pertemuhan terpenuhi :

ME M EA M ED M EF
= -126.27-800+926.27
= 0 (terpenuhi)

ME M FE M FB M FC
= -1518.64 + 411.02 + 1107.62
= 0 (terpenuhi)
Setelah matrik kekakuan struktur di atas disusun sesuai
dengan kebutuhan yaitu untuk mendapatkan matrik K yang
berukuran 3 x 3, maka dilakukan kondensasi statik.
K tt ! K to
K
K ot ! K oo
Matrik K setelah dikakukan kondensasi adalah :

1
K 3 x3 K tt K to K oo K ot
KONSTRUKSI PORTAL BIDANG DENGAN PERGOYANGAN
DIMANA DEFORMASI AKSIAL DIABAIKAN

Setelah pada pasal yang lalu dibahas analisa portal tanpa


penggoyangan, sekarang akan dicoba menganalisa
kostruksi portal dengan pergoyangan, dimana deformasi
aksial masih diabaikan.

Contoh 1 :
Di bawah ini diberikan satu contoh analisa portal
sederhana dengan penggoyangan kesamping.
1 d1
0 0
4
1 d2
1 0
4
0 1 0 d3
A d4
0 0 1
1
0 1 d5
4
1
0 0 d6
4

D1 D2 D3

4 2
0 0 0 0
4 4
2 4
0 0 0 0
4 4
4( 2) 2( 2)
0 0 0 0
S EI 4 4
2( 2) 4( 2)
0 0 0 0
4 4
4 2
0 0 0 0
4 4
2 4
0 0 0 0
4 4
2 1 0 0 0 0 1
1 2 0 0 0 0 2
EI 0 0 4 2 0 0 3
=
2 0 0 2 4 0 0 4
0 0 0 0 2 1 5
0 0 0 0 1 2 6
1 2 3 4 5 6
Selanjutnya bisa dihitung matrik kekakuan struktur K
T
K A S A
1
0 0
2 1 0 0 0 0 4
1
1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 1 0
0 0 4
EI 4 4 4 4 0 0 4 2 0 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0
2 0 0 2 4 0 0 0 0 1
0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 2 1 1 0 1
4
0 0 0 0 1 2 1
0 0
4
1
0 0
4
1
3 3 3 3 1 0
0 0 4
EI 4 4 4 4 0 1 0
1 2 4 2 0 0
2 0 0 1
0 0 2 4 2 1 1
0 1
=
4
1
0 0
3 3 3 4
4 4 4
EI 3
K =
4
6 2
2 3
2 6
4

EI 3 3 3
3 24 8
8
3 8 24
512 48 48
1 8 1
K . 48 63 15
EI 1248
48 15 63

512 48 48
1 1
K 48 63 15
156EI
48 15 63

1
Setelah dan K
K dihitung,
maka besar lendutan dan gaya-gaya dalam akan dapat dengan
mudah ditentukan.
1
D K Q

D1 512 48 48 1000
1
48 63 15 500
D2 156EI
48 15 63 500
D3
D1 512000
1
D2 87000
156EI
D3 9000
D1 3282.05 / EI
D2 557.69 / EI
D3 57.69 / EI
2 1 0 0 0 0
1 3282.05 / EI
1 2 0 0 0 0 0 0
EI 4
H 0 0 4 2 0 0 1 557.69 / EI
2 0 0 2 4 0 0
1 0
4 57.69 / EI
0 0 0 0 2 1 0 1 0
0 0 0 0 1 2 0 0 1
1
0 1
4
1
0 0
4
3
1 0
4
3 3282.05
2 0
1 4
0 4 2 557.69
2
0 2 4 57.69
1
0 2
4
1
0 1
4

951.92 1
673.07 2
1173.07 3
H
673.07 4
1173.07 5
1201.92 6
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-
elemen struktur, maka akan didapat :

MA 951.92 0 951.92kg.m
M CA 673.07 0 673.07kg.m
M CD 1173.07 ( 500) 673.07kg.m
M DC 673.07 ( 500) 1173.07kg.m

M DB 1173.07 0 1173.07kg.m

MB 1201.92 0 1201.92kg.m
Contoh 2
Dibawah ini akan dicoba menganalisa satu portal sederhana dengan
pergoyangan sate arah yaitu mendataryang dikombinasikan dengan pegas,
dengan kontanta pegas k. Beban-beban dan ukuran konstruksi diambil sama
dengan contoh : 1.
Persoalan kekakuan struktur pada contoh soal ini adalah sama dengan contoh 1,
jadi proses menghitung kekakuan
K adalah sama dengan contoh tersebut.

3 3 3
K EI
3 24 8
8 3 8 24

512 48 48
1 1
K 48 63 15
156EI
48 15 63
1
D K Q

D1 512 48 48 1000 k .D1


D2 1
48 63 15 500
D3 156EI
48 15 63 500
1
D K Q

D1 512000 512k .D1


1
D2 37000 48kD1
156EI
9000 48k .D1
D3
1
D1 (512000 512k.D1 )
156EI
1
untuk k EI
4
D1 3282.05 / EI 08205D1
1.8205D1 3282.05 / EI
D1 1802.82 / EI
kD1 450.70kg
1 1
D2 ( 87000 48. EI .1802.82 / EI )
156EI 4
D2 419.01/ EI
1 1
D3 ( 9000 48. EI .1802.82 / EI )
156EI 4
D3 80.986 / EI
H S A D

3
1 0
4
3
2 0
4 1802.82 / EI
EI 0 4 2
419.01 / EI
2 0 2 4
3 80.986 / EI
0 2
4
3
0 1
4
466.55
257.04
757.04
H
257.04
757.04
716.55
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur , maka
akan didapatkan :

MA 466.55kg.m
M CA 257.04kg.m
M CD 757.04 ( 500) 257.04kg.m
M DC 257.04 ( 500) 757.04kg.m
M DB 757.04kg.m
MB 716.55kg.m
CONTOH.3
GAMBAR 3.14 MENUNJUKKAN SATU PORTAL YANG DAPAT BERGOYANG PADA ARAH MENDATAR,
DIMANA SATU KAKINYA BD MIRING, DENGAN SUDUT KEMIRINGAN .
Dengan memperhatikan gambar 3,14 dan memperhatikan bahwa deformasi
aksial akibat diberikannya lendutan dan
D2 Dadalah
3
sama dengan contoh-
contoh yang lalu, maka akan dapat menurunkan matrik dan matrik .

A S 1
0 0 d1
4
1
1 0 d2
4
4
1 0
(3)(4) d3
A 4
0 1 d4
(3)(4)
5
0 1 d5
(3)(5)
5 d6
0 0
(3)(5)
1
0 0
4
1
1 0
4
1
1 0
3
1
0 1
3
1
0 1
3
1
0 0
3

4 2
0 0 0 0
4 4
2 4
0 0 0 0
4 4
4(2) 2(2)
0 0 0 0
S EI 4 4
2(2) 4(2)
0 0 0 0
4 4
4 2
0 0 0 0
5 5
2 4
0 0 0 0
5 5
10 5 0 0 0 0 1
5 10 0 0 0 0 2
EI 0 0 20 10 0 0 3
10 0 0 10 20 0 0 4
0 0 0 0 8 4 5
0 0 0 0 4 8 6
1 2 3 4 5 6

Selanjutnya :

T
K A S A
10 5 0 0 0 0 1
0 0
1 1 1 1 1 1 5 10 0 0 0 0 4
1
4 4 3 3 3 3 EI 0 0 20 10 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0 4
10 0 0 10 20 0 0 1
= 0 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 0 8 4 3
1
0 1
0 0 0 0 4 8 3
1
0 1
1 3
0 0 1
4 0 0
1 3
1 0
15 15 4
10 10 4 4
1
EI 4 4 1 0
5 10 20 10 0 0 3
10 1
0 0 10 20 8 4 0 1
3
1
0 1
3
1
0 0
3
11.208 6.25 6
EI
6.25 30 10
K 10
6 10 28
740 115 117.5
1 10 1
K . 115 277.82 74.58
EI 6870.17
117.5 74.58 297.18
1.007 0.167 0.171
1
0.167 0.404 0.109
EI
0.171 0.109 0.433

1
D K Q
D1 1.007 0.167 0.171 333.34
1
D2 0.167 0.404 0.109 100
EI
D3 0.171 0.109 0.433 500
D1 427.823/ EI
D2 38.921/ EI
D3 284.152 / EI

H S A D
1
0 0
4
10 5 0 0 0 0 1
1 0
5 10 0 0 0 0 4
1 427.823/ EI
1 0
EI 0 0 20 10 0 0 3 38.921/ EI
10 0 0 10 20 0 0 1
0 1 284.152 / EI
0 0 0 0 8 4 3
1
0 0 0 0 4 8 0 1
3
1
0 0
3
15
5 0
4
15 427.823/ EI
10 0
EI 4 38.921/ EI
10 20 10
10
10 10 20 284.152 / EI
4 0 8
4 0 4

140.973
121.513
122.514
H 101.560
398.451
284.790
Momen akhir :

MA 140.973 140.973kg.m
M CA 121.513 121.513kg.m
M CE ( 400) 400kg.m
M CD 221.514 ( 500) 278.487kg.m
M DC 101.560 ( 500) 389.440kg.m
M DB 398.451 389.440kg.m
MB 284.790 284.790kg.m

Momen
H
primer
KONSTRUKSI RANGKA BATANG DENGAN TITIK HUBUNG
ENGSEL

Pada pasal-pasal yang lalu, telah dibahas analisa struktur dengan sambungan kaku
dimana deformasi normal masih diabaikan.

Sekarang akan dapat dianalisa konstruksi rangka batang yang justru dianggap hanya
mengalami deformasi normal (aksial) saja.

Sebenarnya proses analisanya adalah sama dengan yang telah


dilakukan pada pasal-pasal yang lalu, hanya berbeda pada cara
memberikan vector lendutan, dimana hanya ada vector lendutan
translasi saja, dan matrik S yang meyatakan hubungan gaya dalam
dan deformasi, baik gaya dalam maupun deformasi yang timbul
hanyalah bersifat aksial saja. Contoh terlihat di bawah ini.
Gamnbar 3.15 Konstruksi Rangka Batang
Memperhatikan gambar 3.15, akan dengan mudah dapat ditentukan matrik A
, yaitu matrik yang menyatakan hubungan deformasi dan lendutan.

Dari gambar 3.15 e, untuk D1 1


d1 0
d2 0
d3 1
d4 0
d5 0
Dari gambar 4.15.f, untuk D2 1
d1 1
d2 1
d3 0
d4 0
d5 0
D3 1
Dari gambar 4.15.g, untuk

d1 0
d2
d3 1
3
d4 1.Sin
5
3
d5 1.Sin
5
Dari gambar 4.15.h, untuk D4 1

d1 0
d2 0
d3 0
4
d4 1.Cos
5
4
d5 1.Cos
5

Jadi matrik A :

d1
0 1 0 0
0 1 0 0 d2
1 0 1 0 d3
A 3 4
0 0 d4
5 5
3 4
0 0 d5
5 5

D1 1 D2 1 D3 1 D4 1
Sesuai dengan apa yang telah disinggung di bagian depan pada pasal ini,
maka elemen-elemen pada konstruksi rangka batang ini hanya menderita
deformasi aksial saja, yanmg dengan demikian hanya menimbulkan gaya
dalam normal saja. Karena disini membahas konstruksi yang elastis,
maka hokum Hooke akan berlaku karenanya

AE
H

L d

Gambar 3.16 Batang yang menderita gaya normal H dan mengalami


deformasi aksial d

HL
d
AE
Dengan demikian :
AE
H d
L
dimana
AE menyatakan kekakuan aksial dari batang pada gambar.
L
Dengan melihat persamaan ( ), maka jelas dapat diketahui bahwa matrik S
, akan terdirin dari elemen-elemen kekakuan aksial, yaitu :

A1 E1
0 0 0 0 H1
L1
A2 E2
0 0 0 0 H2
L2
A3 E3
S 0 0 0 0 H3
L3
A4 E4
0 0 0 0 H4
L4
A5 E5
0 0 0 0 H5
L5

d1 1 d2 1 d3 1 d4 1 d5 1
Dengan demikian sekaran sudah dapat dihitung matrik kekakuan K , yaitu:

T
K A S A
1
0 0 0 0
2 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 2
3 3 2 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 AE 3 4
5 5 3 0 0
4 4 2 5 5
0 0 0 0 0 0 0 3 4
5 5 5 0 0
2 5 5
0 0 0 0
5

2
0 0 0 0
3
1 1
0 0 0
AE 2 2
2 6 6
0 0
3 25 25
8 8
0 0 0
25 25
2 2
0 0
3 3
0 1 0 0
K AE 2 358
0 0
3 375
64
0 0 0
125
179 125
0 0
36 36
1 0 1 0 0
1
K 125 125
AE 0 0
36 36
125
0 0 0
64

untuk menghitung lendutan dipakai persamaan :


1
D K Q
D1 Q1
D2 1 Q2
K
D3 Q3
D4 Q4

179 125
0 0
D1 36 36 1000
D2 1 0 1 0 0 0
125 125
D3 AE 0 0 0
36 36
D4 125 2000
0 0 0
64

D1 4972.22
D2 1 0
D3 AE 3472.22
D4 3906.25
Selanjutnya:

H S A D
1
0 0 0
2
H1 1
0 0 0 4972.22
H2 2
2 2 0
H3 0 0
3 3 3472.22
H4 6 8
0 0 3906.25
H5 25 25
6 8
0 0
25 25
H1 0
H2 0
H3 1000
H4 2083.33
H5 416.67
Jadi gaya batang nomor :

1 : H1 0
2 : H2 0
3 : H3 1000kg
4 : H4 2083.33kg
4 : H5 416.67kg
MEMPERHATIKAN GAMBAR DI ATAS, AKAN DIDAPAT MATRIK MATRIK DEFORMASI

 Gambar d, untuk D1 1
d1 0.8
d2 0
d3 0
d4 0.8
d5 1

Gambar e, untuk D2 1
d1 0.6
d2 0
d3 0
d4 0.6
d5 0
Gambar f, untuk D3 1
d1 0
d 2 0.385
d 3 0.385
d4 0
d5 1

Gambar g, untuk D4 1
d1 0
d2 0.923
d3 0.923
d4 0
d5 0
Gambar h, untuk D5 1
d1 0
d2 0
d3 0.023
d 4 0 .6
d5 0

Jadi atrik A
:
0.8 0.6 0 0 0
0 0 0.385 0.923 0
A 0 0 0.385 0.923 0.923
0.8 0.6 0 0 0.6
1 0 1 0 0
Matrik S terdiri dari elemen-elemen kekakuan aksial, yaitu :

A1 E1
0 0 0 0
L1
A2 E 2
0 0 0 0
L2
A3 E3
S 0 0 0 0
L3
A4 E 4
0 0 0 0
L4
A5 E5
0 0 0 0
L5

25 E
0 0 0 0
2.1000
65 E
0 0 0 0
4.650
65 E
S 0 0 0 0
4.650
0 0 0 0
55 E
0 0 0 0
6.550
25 0 0 0 0
0 50 0 0 0
EI
S 0 0 50 0 0
2000
0 0 0 25 0
0 0 0 0 33.33

Matrik kekakuan : K

T
K A S A
0.8 0 0 0.8 1 25 0 0 0 0
0.6 0 0 0.6 0 0 50 0 0 0
EI
0.6 0.385 0.385 0 1 0 0 50 0 0
2000
0 0.923 0.923 0 0 0 0 0 25 0
0 0 0.923 0.6 0 0 0 0 0 33.33

0.8 0.6 0 0 0
0 0 0.385 0.923 0
0 0 0.385 0.923 0.923
0.8 0.6 0 0 0.6
1 0 1 0 0
65.33 0 33.33 0 12
0 18 0 0 9
E
K 33.33 0 48.15 0 77.77
2000
0 0 0 85.19 42.60
12 9 77.77 42.60 52.6

172.6
108.8 205.8 symetris
1 1
K 199.8 145.2 287.2
E
108.8 94.6 145.2 118.2
217.6 189.4 290.4 189.4 378.2
Lendutan yang terjadi :

1
D K Q
1000
0
1
D K 0
0
0

172.6
108.8
10000
D 199.8
E
108.8
217.6
Selanjutnya :

H S A D
20 15 0 0 0 172.6
0 0 19.25 46.15 0 108.8
E 10000
0 0 19.25 46.15 46.15 199.8
2000 E
20 15 0 0 15 108.8
33.33 0 33.33 0 0 217.6

1900 1
5874.8 2
H 5874.8 3
9100 4
4533 5
Jadi dapat gaya-gaya ;

H1 91000kg (tekan)
H2 5874.8 kg (tarik)
H3 5874.8 kg (tarik)
H4 9100 kg (tekan)
H5 4533 kg (tarik)

Anda mungkin juga menyukai