Anda di halaman 1dari 16

Promosi Kesehatan

Health promotion is the proses of enabling people to control and improve their health(WHO).
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green). Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes). Proses pemberdayaan
dilakukan dengan pembelajaran yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan dalam bidang kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan : dari, oleh dan untuk
masyarakat, melalui kelompok potensial, bahkan semua komponen masyarakat. Proses
pemberdayaan dilakukan sesuai dengan sosial budaya setempat, artinya sesuai dengan keadaan,
permasalahan dan potensi setempat.

Penyuluhan
A. Pengertian

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka tahu,
mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010).

Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public Health
Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya, dengan kata lain,
dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.

Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya
tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga
metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau
alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerjasama secara harmonis.
Hal ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara
tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan
disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan
sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya.

B. Tujuan

1. Menurut Effendy (1998 cit Anonima, 2008) tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku
hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian
2. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan
masyarakat dalam bidang kesehatan

C. Faktor Keberhasilan Penyuluhan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan


kesehatan :

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang
diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi didapatnya.

2. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima
informasi baru.

3. Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak
boleh diabaikan.

4. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah
mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk


menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

D. Media Penyuluhan Berdasarkan Fungsinya

Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi
masyarakat yang dituju.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media penyuluhan dibagi menjadi 3
yakni :

1. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet,
flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah,
poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya
rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir
efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan
penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah
televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD.

Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih
besar.

Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

3. Media luar ruang


Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik
misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat
dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

E. Peran Media dalam Penyuluhan

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan
kesehatan antara lain adalah :

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.


2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Media dapat memperjelas informasi.
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
7. Media dapat memperlancar komunikasi

F. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah :

1. Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu


topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi
yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan


semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta,
dan evaluasi atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah
topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5. Metode Bermain peran

Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,
dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang
telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7. Metode Simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik
yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8. Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah
dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya
Advokasi Kesehatan
A. PENGERTIAN

Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena kurang
atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun
lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain
rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak
adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat
lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.

Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh
keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum
tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan,
bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.

Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or


recommending active espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi :
dukungan aktif.

Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya persuasi
yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mengenai sesuatu hal.

Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat.
B. PROSES DAN ARAH ADVOKASI

Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan


masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau promosi kesehatan.

WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy (advokasi), 2. Social Support ( dukungan
sosial) dan 3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).

Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan didalam
masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah:

1. Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau
keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang
disebut advokasi. Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah
ini disebut sasaran tersier.

2. Langkah selanjutnya adalah mekakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh


masyarakat formal maupun informal.

3. Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan


kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan
media.

Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu,
orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau institusi
kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai
jenjang administrasi pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
kelurahan)

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari
komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua tingkat dan tatanan sosial.

ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN

Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan


memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai berikut:
1. Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa
sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.

2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan
yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.

3. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan


program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam
bentuk yang kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.

4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum
lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.

5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele.

6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka
harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima

7. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual. Artinya


pesan atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah
pembangunan daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun harus
dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.

8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para
pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang
bersangkutan.

9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari
etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang
bersangkutan.

10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam
tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.

Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat pembuat
kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan dorongan
dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan program-
program kesehatan.

C. PRINSIP DASAR ADVOKASI


Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang
mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini, dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan advokasi
yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan
membahas tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi advokasi.

Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni:
political commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.

a. Komitmen politik (political comitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor manapun
terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaaan politik yang sedang berjal.

b. Dukungan kebijakan (policy support)

Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua
sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan
politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para
pembuat keputusan tersebut.

c. Penerimaan Sosial ( social acceptance)

Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni
masyarakat, terutama tokoh masyarakat.

d. Dukungan Sistem (System Support)

Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program kesehatan
dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem
D. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan adalah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan
di segala tingkat.

Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacam-macam,
antara lain:

1. Lobi Politik (political lobying)

Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan
membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan

2. Serminar / Presentasi

Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas
kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi
yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang
akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.

3. Media

Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi dengan mengumpulkan


media, khususnya media massa.

4. Perkumpulan (asosiasi) Peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap
permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi.

E. ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI

Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau
para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan baik
kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan.

Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah,


memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya advokasi
bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah ini ada beberapa hal
yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi, antara lain:

a. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang
atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.

Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu
Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:

1) Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.

2) Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang
berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.

3) Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.

b. Layak (Feasible)

Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut, mempunyai
kemampuan yang baik atau cukup.

c. Relevan (Relevant)

Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.

d. Penting dan Mendesak (Urgent)

Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera dilaksanakan
dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah

H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI

Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan
dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh
sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.

2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi
yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.

3. Tahap penilaian

Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya dukungan
dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat
menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:

a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:

- Undang-undang

- Peraturan pemerintah

- Peraturan pemerintah daerah (perda)

- Keputusan menteri

- Surat keputusan gubernur/ bupati

- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya

b. Hardware (piranti keras): misalnya:

- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD

- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan

- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.

Pemberdayaan Masyarakat
Pendahuluan

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi


kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi global promosi
kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting
untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Tujuan pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam
bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk:

· Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok,


dan masyarakat.

· Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau
sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.

· Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku


sehat.

Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:

1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok
dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.

2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi
masyarakat setempat.

3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan
melakukan tindakan pencegahan.

4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan masyarakat

1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.

3) Menggali kontribusi masyarakat.

4) Menjalin kemitraan.

5) Desentralisasi.
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat

1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan


masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.

2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.

3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan


melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

Ciri pemberdayaan masyarakat

1) Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau
pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.

2) Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya
merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

3) Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan
masyarakat.

4) Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi
untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.

5) Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat


dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health
education.

6) Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk


pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.

Masalah teoretis kunci

Pertanyaan yang harus diajukan dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat di dalam promosi
kesehatan adalah:

Pertama, siapakah masyarakat yang menjadi konteks program ; Pengenalan karakter masyarakat
ini penting dan dilatar belakangi oleh bukti-bukti bahwa masyarakat bersifat heterogen dan
memiliki energi, waktu, motivasi, dan kepentingan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam
sebuah kasus promosi kesehatan, terdapat lokasi-lokasi tertentu yang tidak memiliki ketua RT,
misalnya di perumahan yang penghuninya baru pulang setelah jam 8 malam. Dapat diperkirakan
bahwa rencana program penyuluhan secara oral kepada mereka akan sulit dilaksanakan. Dengan
demikian, pendekatan lain bisa dilakukan misalnya melalui situs jika mereka mudah mengakses
internet, atau menggunakan fasilitas mobile messaging.

Pertanyaan kedua berkaitan dengan faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian Laverack, faktor-faktor tersebut antara lain
partisipasi, kepemimpinan, analisis masalah, struktur organisasi, mobilisasi sumber
daya, link (tautan) terhadap yang lain, manajemen program, dan peran dari pihak luar.

Pertanyaan ketiga adalah apakah pemberdayaan masyarakat ini merupakan proses atau
merupakan outcome. Dalam hal ini, banyak literatur yang menyebutkan bahwa jawabannya
adalah bisa kedua-duanya. Hampir semua bersepakat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
proses yang dinamis dan melibatkan berbagai hal, seperti pemberdayaan personal,
pengembangan kelompok kecil yang bersama-sama, organisasi masyarakat, kemitraan, serta aksi
sosial politik. Sebagaioutcome, pemberdayaan merupakan perubahan pada individu maupun
komunitas yang bersifat saling mempengaruhi.

Indikator hasil pemberdayaan masyarakat

1) Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

2) Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang


dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.

3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah
anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya
fasilitas umum di masyarakat.

4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka


kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.

III. Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang bertujuan
untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan status
kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas
kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, kemauan
dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status kesehatannnya.
Referensi

1. https://tinutami.wordpress.com/.../perencanaan-penyuluhan-dalam-promosi-kesehatan
2. https://edoc.site/konsep-advokasi-dalam-promosi-kesehatan-pdf-free.html
3. Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemberantasan malaria di kabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai