Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP KEJADIAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)


(Studi Pada Wilayah Kerja Puskesmas Wiyung Kota Surabaya tahun
2017)

Rahmidha Dwijayanti1, Setiawan2, Darjati3


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya
Program Studi D-IV Kesehatan Lingkungan
Email: rahmidhadwijayanti14@gmail.com

ABSTRACT
Sanitation of public locations is a rather urgent health issue
because public places are the meeting paces of people with various
diseases, similar to local government clinic. This study was aimed to
analyze attitudes on ARI incidences in Wiyung Local Government Clinic of
Surabaya.
This study was an observational analytic study with case control
approach. Population and sample of the study were suferer’s in Wiyung
Local Government Clinic of Surabaya, with total sample 38 suferer’s and
38 control. Analysis using statistical test, the test used is the chi square
test.
Based on chi square test for environmental factors, there are
results that ventilation, lighting intensity, temperature, humidity, and
density bedroom are relate with Acute Respiratory Infections (ARI) event
because p is less than α (0,05). While for behavioral factors there are
results that knowledge, attitude, and practice are relate with Acute
Respiratory Infections (ARI) event because p is less than α (0,05).
Suggestion sufferer Acute Respiratory Infections (ARI) constant
keep environmental sanitation room, with keep sanitation outside room
please escaped from contaminate disease, while to Local Government
Clinic please optimize character personnel environmental health as
educator inside give information about environmental factors and
behavioral factors about event Acute Respiratory Infections (ARI).

A. Pendahuluan menyebarnya segala penyakit


Sanitasi tempat-tempat umum terutama penyakit dengan
merupakan problem kesehatan media penularan makanan,
masyarakat yang cukup minuman, udara dan air.
mendesak, hal ini karena Dengan demikian tempat
tempat umum merupakan umum harus memenuhi syarat
tempat bertemunya segala kesehatan dalam arti tempat
macam masyarakat dengan umum harus melindungi,
segala penyakit yang dipunyai memelihara, dan mempertinggi
oleh masyarakat tersebut. Oleh derajat kesehatan masyarakat
sebab itu, maka tempat umum (Mukono, 2006:107). Salah
berpotensi sebagai tempat satu tempat umum yang

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 1


berisiko menjadi tempat diidentifikasi pada saat ini,
menularnya berbagai macam kemudian faktor risiko
penyakit adalah Puskesmas. diidentifikasi ada atau
Berdasarkan laporan terjadinya pada waktu yang lalu
Surveilans Terpadu Penyakit (Notoatmodjo, 2010: 41).
Berbasis Puskesmas, terdapat Populasi dalam penelitian ini
5 besar penyakit di Puskesmas adalah seluruh penderita ISPA
Wiyung diantaranya: ISPA, yang berusia ≥ 18 – 73 tahun di
Diare TBC, DBD dan Tifus. Puskesmas Wiyung Surabaya
Menurut WHO tahun 2007 sebesar 60 orang.
strategi pencegahan dan Observasi Obeservasi pada
pengendalian infeksi di fasilitas penelitian ini akan digunakan
pelayanan kesehatan untuk mengetahui penderita
umumnya didasarkan pada ISPA. Lembar observasi
jenis pengendalian reduksi dan mengacu pada kartu
eliminasi, pengedalian persyaratan rumah sehat dan
administratif, pengendalian cara penilaian observasi
lingkungan dan teknis, dan kondisi rumah ini yaitu dengan
pengendalian Alat Pelindung melihat hasil dari lembar
Diri (APD). observasi. Apabila jawaban
Puskesmas Wiyung memenuhi syarat maka nilai
merupakan puskesmas yang observasinya = 1, tetapi jika
berada di Kelurahan Babatan jawaban tidak memenuhi syarat
Kecamatan Wiyung Kota maka nilai observasinya = 0.
Surabaya dengan total 43 Selanjutnya perhitungan skor
pegawai. Pada Januari tahun setiap rumah dengan membagi
2017 berdasarkan Laporan nilai observasi dengan nilai
Surveilans Terpadu Penyakit maksimal observasi dikalikan
Berbasis Lingkungan tahun 2017 100%. Secara sistematis
(lampiran 7) Puskesmas Wiyung dirumuskan (Aspuah, 2013: 33)
mengalami kejadian ISPA sebagai berikut :
sebanyak 120 penderita. nilai observasi
Skor = x 100%
nilai maksimal
Kategori kualitas sanitasi
B. Metode Penelitian rumah dibedakan menjadi tiga
Jenis penelitian yang macam :
digunakan dalam penelitian ini ≤ 50% = Kurang
adalah desain studi case 51 – 74% = Cukup
control, dimana efek (penyakit) ≥ 75% = Baik

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 2


C. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1
HUBUNGAN VENTILASI DI RUMAH RESPONDEN DENGAN
KEJADIAN ISPA
KEJADIAN ISPA
TOTAL
LUAS VENTILASI TIDAK ISPA ISPA
n % n % n %
Memenuhi syarat 12 31,6 10 26,3 22 57,9
Tidak memenuhi 26 68,4 28 73,7 54 142,1
syarat
Total 38 100 38 100 76 200
Berdasarkan tabel 1.1 sebanyak 12 responden
bahwa hasil dari analisis dengan persentase
antara kejadian ISPA 31,6%. Hasil tersebut
dengan kondisi ventilasi berdasarkan uji statistik
di rumah responden chi-square maka
meskipun memenuhi diperoleh nilai p = 0,00
syarat namun masih dengan demikian nilai
terjadi kasus ISPA p<α, sehingga ada
sebanyak 10 responden hubungan yang
dengan persentase signifikan antara
26,3%, sedangkan yang ventilasi responden
tidak terjadi kasus ISPA dengan kejadian ISPA

Tabel 1.2
HUBUNGAN PENCAHAYAAN DI RUMAH RESPONDEN
DENGAN KEJADIAN ISPA
KEJADIAN ISPA
TOTAL
PENCAHAYAAN TIDAK ISPA ISPA
n % n % N %
Memenuhi syarat 11 28,9 8 21,1 19 50
Tidak memenuhi 27 71,1 30 78,9 57 150
syarat
Total 38 100 38 100 76 200
Berdasarkan table 1.2 sebanyak 12 responden
bahwa hasil dari analisis dengan persentase
antara kejadian ISPA 31,6%. Hasil tersebut
dengan kondisi ventilasi berdasarkan uji statistik
di rumah responden chi-square maka
meskipun memenuhi diperoleh nilai p = 0,00
syarat namun masih dengan demikian nilai
terjadi kasus ISPA p<α, sehingga ada
sebanyak 10 responden hubungan yang
dengan persentase signifikan antara
26,3%, sedangkan yang ventilasi responden
tidak terjadi kasus ISPA dengan kejadian ISPA

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 3


Tabel 1.3
HUBUNGAN SUHU UDARA DI RUMAH RESPONDEN
DENGAN KEJADIAN ISPA
KEJADIAN ISPA
TOTAL
SUHU UDARA TIDAK ISPA ISPA
n % n % n %
Memenuhi syarat 12 31,6 8 21,1 20 52,7
Tidak memenuhi 26 68,4 30 78,9 56 147,3
syarat
Total 38 100 38 100 76 200
Berdasarkan tabel 1.3 bahwa terjadi kasus ISPA sebanyak 12
hasil dari analisis antara responden dengan persentase
kejadian ISPA 31,6%. Hasil tersebut
dengan kondisi suhu udara berdasarkan uji statistik chi-
rumah responden meskipun square maka diperoleh nilai p =
memenuhi syarat namun masih 0,00 dengan demikian nilai p<α,
terjadi kasus ISPA sebanyak 8 sehingga ada hubungan yang
responden dengan persentase signifikan antara suhu udara
21,1%, sedangkan yang tidak rumah responden dengan
kejadian ISPA
Tabel 1.4
HUBUNGAN KELEMBABAN UDARA DI RUMAH RESPONDEN
DENGAN KEJADIAN ISPA

KEJADIAN ISPA
KELEMBABAN TIDAK ISPA TOTAL
UDARA ISPA
n % n % N %
Memenuhi 12 31, 8 21, 20 52,7
syarat 6 1
Tidak 26 68, 30 78, 56 147,
memenuhi 4 9 3
syarat
Total 38 100 38 100 76 200
Berdasarkan tabel 1.4 bahwa sebanyak 12 responden
hasil dari analisis antara kejadian dengan persentase
ISPA 31,6%. Hasil tersebut
dengan kondisi berdasarkan uji statistik
kelembaban udara chi-square maka
rumah responden diperoleh nilai p = 0,00
meskipun memenuhi dengan demikian nilai
syarat namun masih p<α, sehingga ada
terjadi kasus ISPA hubungan yang
sebanyak 8 responden signifikan antara
dengan persentase kelembaban udara
21,1%, sedangkan yang rumah responden
tidak terjadi kasus ISPA dengan kejadian ISPA

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 4


Tabel 1.5
HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DI RUMAH
RESPONDEN DENGAN KEJADIAN ISPA
KEJADIAN ISPA
KEPADATAN TOTAL
TIDAK ISPA ISPA
HUNIAN
n % N % n %
Memenuhi syarat 10 26,3 5 13,2 15 39,5
Tidak memenuhi 28 73,7 33 86,8 61 160,5
syarat
Total 38 100 38 100 76 200

Berdasarkan tabel 1.5 sebanyak 10 responden


bahwa hasil dari analisis dengan persentase
antara kejadian ISPA 26,3%. Hasil tersebut
dengan kondisi berdasarkan uji statistik
kepadatan hunian di chi-square maka
rumah responden diperoleh nilai p = 0,00
meskipun memenuhi dengan demikian nilai
syarat namun masih p<α, sehingga ada
terjadi kasus ISPA hubungan yang
sebanyak 5 responden signifikan antara
dengan persentase kepadatan hunian
13,2%, sedangkan yang responden dengan
tidak terjadi kasus ISPA kejadian ISPA

Tabel 1.6
HUBUNGAN PERILAKU RESPONDEN DENGAN KEJADIAN
ISPA
KEJADIAN ISPA
TINDAKAN TOTAL
TIDAK ISPA ISPA
RESPONDEN
n % n % n %
Baik 21 55,3 24 63,2 45 118,5
Cukup 17 44,7 14 36,8 31 81,5
Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 38 100 38 100 76 200

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 5


Berdasarkan tabel 1.6 tidak terjadi kasus ISPA
bahwa hasil dari analisis sebanyak 21 responden
antara kejadian ISPA dengan persentase
dengan perilaku 55,3%. Hasil tersebut
responden dapat berdasarkan uji statistik
diketahui bahwa perilaku chi-square maka
responden dengan diperoleh nilai p = 0,00
kategori cukup terjadi dengan demikian nilai
kasus ISPA sebanyak 14 p<α, sehingga ada
responden dengan hubungan yang signifikan
persentase 36,8%, antara tindakan
perilaku responden responden dengan
dengan kategori baik kejadian ISPA.
kerja Puskesmas Wiyung
D. Kesimpulan Tahun 2017.
Berdasarkan hasil 6. Ada hubungan antara
penelitian Faktor-Faktor yang pengetahuan dengan
Berhubungan Terhadap kejadian ISPA di wilayah
Kejadian Infeksi Saluran kerja Puskesmas Wiyung
Pernapasan Akut (ISPA) (Studi Tahun 2017.
Pada Puskesmas Wiyung 7. Ada hubungan antara sikap
Kecamatan Wiyung tahun dengan kejadian ISPA di
2017) yang telah dilakukan wilayah kerja Puskesmas
dapat disimpulkan bahwa: Wiyung Tahun 2017.
1. Ada hubungan antara 8. Ada hubungan antara
kepadatan hunian dengan tindakan dengan kejadian
kejadian ISPA di wilayah ISPA di wilayah kerja
kerja Puskesmas Wiyung Puskesmas Wiyung Tahun
Tahun 2017 2017.
2. Ada hubungan antara 9. Ada hubungan antara
ventilasi dengan kejadian perilaku dengan kejadian
ISPA di wilayah kerja ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Wiyung Tahun Puskesmas Wiyung Tahun
2017 2017.
3. Ada hubungan antara
pencahayaan dengan E. Saran
kejadian ISPA di wilayah 1. Bagi Puskesmas
kerja Puskesmas Wiyung Agar mengoptimalkan peran
Tahun 2017 tenaga kesehatan sebagai
4. Ada hubungan antara suhu edukator dalam memberikan
udara dengan kejadian informasi tentang faktor
ISPA di wilayah kerja lingkungan dan faktor
Puskesmas Wiyung Tahun perilaku terhadap kejadian
2017 ISPA
5. Ada hubungan antara 2. Bagi Penderita ISPA
kelembaban udara dengan a. Sebaiknya tetap
kejadian ISPA di wilayah menjaga kebersihan
lingkungan kamar

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 6


meliputi menyapu, perbanyak istirahat
mengepel, dan terutama tidur siang,
merapikan lemari baju. makan makanan
Serta menjaga bergizi dan berobat ke
kebersihan diluar pelayanan kesehatan
kamar agar terhindar 3. Bagi peneliti lain
dari penyakit yang Hasil penelitian ini dapat
menular terutama dijadikan sebagai data
ISPA. atau informasi dasar
b. Bagi responden yang untuk melakukan
menderita sakit flu dan penelitian dengan
batuk maupun ISPA variabel-variabel dan
sebaiknya metode penelitian yang
menggunakan masker, berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Chahaya, I, 2005. Faktor-faktor Depkes RI, 1988. Buku Pedoman
Kesehatan Lingkungan Penatalaksanaan Penderita
Perumahan yang Infeksi Saluran Pernafasan
Mempengaruhi Kejadian Akut (ISPA) dan Diare Untuk
ISPA pada Balita di Petugas Kesehatan. Jakarta:
Perumahan Nasional Departemen Kesehatan
(Perumnas) Mandala, Republik Indonesia.
Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang. Dewi, Putu.Saptari, 2014.
Majalah Kedokteran Hubungan Faktor-Faktor
Nusantara, Volume 38 : 230. Sanitasi Rumah dengan
Kejadian Infeksi Saluran

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 7


Pernapasan Akut Di Wilayah Keputusan Menteri Kesehatan RI
Kerja Puskesmas IV No.
Denpasar Selatan Tahun 1537.A/Menkes/SK/XII/2002
2014. Denpasar: Kesling tentang Pedoman
Poltekkes. Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan
Ditjen P2PL, 1996. Pedoman Akut untuk Penanggulangan
Program Pemberantasan Pada Balita.
Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Tahun Kunoli, Firdaus J, 2013.
1996. Jakarta: Departemen Pengantar Epidemiologi
Kesehatan Republik Penyakit Menular. Jakarta:
Indonesia. CV. Trans Info Media.
Cetakan Pertama : 161-164.
Ditjen P2PL, 2009. Pedoman
Pengendalian Penyakit Mukono, H. J, 2006. Prinsip
Infeksi Saluran Pernapasan Dasar Kesehatan Lingkungan
Akut. Jakarta: Departemen edisi Kedua. Surabaya:
Kesehatan Republik Airlangga University Press.
Indonesia. Edisi Kedua: 107.

Hartono, Bambang, 2010. Notoatmodjo, Soekidjo, 2007.


Promosi kesehatan di Kesehatan Masyarakat Ilmu
Puskesmas dan Rumah dan Seni. Jakarta: Rineka
Sakit. Jakarta: Rineka Cipta. Cipta. Cetakan Pertama: 165.
Cetakan Pertama : 31.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010.
Hasan, Nani.Rusdawati, 2012. Metodologi Penelitian
Faktor-Faktor Yang Kesehatan. Jakarta: Rineka
Berhubungan Dengan Cipta. Cetakan Pertama: 41,
Kejadian ISPA Pada Balita di 120, 164-168.
Wilayah Kerja UPTD Notoatmodjo, Soekidjo, 2012.
Kesehatan Luwuk Timur, Promosi Kesehatan dan
Kabupaten Banggai, Provinsi Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Sulawesi Tengah Tahun Rineka Cipta. Cetakan
2012. Depok: FKM UI. Pertama: 131, 138-139, 141-
Keputusan Menteri Kesehatan RI 143.
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 Peraturan Menteri Kesehatan RI
tentang Persyaratan No.
Kesehatan Perumahan. 1077/Menkes/PER/V/2011
tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam
Ruang Rumah.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 109 Tahun
2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 8


Aditif Berupa Produk Kesehatan.
Tembakau Bagi Kesehatan. http://apps.who.int/iris/bitstrea
m/10665/69707/14/WHO_CD
Riza, Shobur, 2008. Hubungan S_EPR_2007.6_ind.pdf
Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Ibu dengan WHO-World Health Organization,
Tindakan Ibu dengan 2008. Infeksi Saluran
Kejadian Pneumonia pada Pernapasan Akut (ISPA)
Balita di IRNA Anak RSMH yang cenderung menjadi
Palembang Tahun 2008. epidemi dan pandemi.
Palembang: Poltekkes http://www.who.int/csr/resour
Depkes. ces/publications/WHO_CDS_
EPR_2007_8BahasaI.pdf
Sari, Ayu.Puspita, 2013. Tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Widoyoko, 2012. Teknik
Perilaku Keluarga dengan Penyusunan Instrumen
Anak Balita yang Menderita Penelitian. Yogyakarta:
ISPA. Depok: FIK UI Pustaka Pelajar
Tarwoto, Aryani Ratna, Widoyono, 2011. Penyakit Tropis,
Wartonah, 2009. Anatomi Epidemiologi, Penularan,
dan Fisiologi Untuk Pencegahan dan
Mahawiswa Keperawatan. Pemberantasannya.
Jakarta: CV. Trans Info Semarang: Erlangga. Edisi
Media. Cetakan pertama: Kedua: 204-205.
157.
Wisnu, Nurweningtyas. 2013.
Undang-Undang Nomor 36 Modul Praktikum
Tahun 2009 tentang Keterampilan Dasar
Kesehatan. Kebidanan II. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
WHO-World Health Organization, Tenaga Kesehatan Badan
2007. Pencegahan Pengembangan dan
Pengendalian Infeksi Saluran Pemberdayaan Sumber Daya
Pernapasan Akut (ISPA) Manusia.
yang Cenderung Menjadi
Epidemi dan Pandemi di .
Fasilitas Pelayanan

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 9

Anda mungkin juga menyukai