Anda di halaman 1dari 5

Pemetaan dan Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tuberkulosis di Kota Bandung dengan

Pendekatan Geographically Weighted Negative Binomial Regression

Nurul Qisthi dan I Gede Nyoman Mindra Jaya


Departemen Statistika, FMIPA, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang, 45361, Jawa Barat, Indonesia

Abstrak
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Kota Bandung memiliki angka kasus tuberkulosis yang cukup tinggi. Salah satu metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Geographically Weighted Negative Binomial Regression.
Berdasarkan hasil pemetaan kasus tuberkulosis di Kota Bandung, terdapat empat kelompok dearah berdasarkan
tingginya angka kasus tuberkulosis. Ada tujuh kecamatan yang tergolong memiliki angka kasus tuberkulosis tinggi dan tujuh
kecamatan memiliki angka kasus yang rendah.
Berdasarkan hasil analisis, data telah memenuhi asumsi multikolinearitas yang dilihat dari nilai VIF dan asumsi
heteroskedastisitas spasial menggunakan uji Breusch-Pagan dengan p-value sebesar 0,238. Hasil penelitian menggunakan
metode Geographically Weighted Negative Binomial Regression didapat tiga pengelompokan wilayah yang berbeda
berdasarkan variabel yang signifikan berpengaruh terhadap jumlah kasus tuberkulosis di Kota Bandung.

Kata Kunci : GWNBR, Tuberkulosis, Regresi Poisson, Regresi Binomial Negatif, Dependensi Spasial, Heterogenitas
Spasial.

Pendahuluan menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.


Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi (Manalu, 2010)
yang paling banyak menyebabkan kematian baik pada anak 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
maupun orang dewasa. WHO telah mencatat ada sebanyak PHBS adalah semua perilaku kesehatan
sepertiga penduduk dunia tertular tuberkulosis dan lebih yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
dari 8 juta penduduk dunia menderita tuberkulosis aktif keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
pada tahun 2000. (Kartasasmita, 2009) sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
Salah satu faktor penyebab berkembangnya dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
penyakit ini dengan cepat adalah lingkungan rumah yang (Departemen Kesehatan RI, 2009)
kurang sehat, seperti kurangnya ventilasi dan pencahayaan 3. Air Minum Layak
matahari pada rumah penduduk, serta kurangnya istirahat. Air sangat dibutuhkan oleh masyarakat
(Pratama & Wulandari, 2015) sebagai sumber kehidupan. Penyedian sir bersih
Setiap wilayah pasti memiliki karakteristik harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
wilayah yang berbeda sehingga menyebabkan adanya karena persediaan air yang terbatas dapat
perbedaan angka kasus tuberkulosis pada masing-masing menimbukan berbagai penyakit di masyarakat.
wilayah sesuai dengan karakteristik wilayahnya dan kondisi (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2017)
lingkungan rumah tangga penduduk tersebut. 4. Jamban Sehat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Jamban sehat merupakan fasilitas
faktor-faktor apa saja yang secara spasial berpengaruh membuangan tinja yang bermanfaat untuk
terhadap tuberkulosis serta memetakan dan memodelkan meningkatkan sanitasi dan kesehatan karena dapat
jumlah kasus tuberkulosis di Kota Bandung menggunakan memutus penyebaran penyakit yang terkait dengan
pendekatan Geographically Weighted Negative Binomial sanitasi. (Water and Sanitation Program , 2009)
Regression (GWNBR). 5. Tempat Pengelolaan Makanan Sehat
Makanan dan minuman merupakan
Tinjauan Pustaka kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Apabila
1. Tuberkulosis makanan dan minuman tidak dikelola dengan
Tuberkulosis adalah penyakit menular dapat menjadi media yang efektif untuk penularan
langsung yang disebabkan oleh kuman penyakit oleh karena itu tempat-tempat
Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar pengelolaan makanan perlu dibina tentang keadaan
kuman tersebut menyerang paru, tetapi dapat juga lingkungan dan upaya untuk menciptakan
mengenai organ tubuh lainnya. (Kementerian lingkungan sehatnya secara terus menerus agar
Kesehatan, 2011) tetap terjamin kualitas makanan dan minuman
Penularan penyakit tuberkulosis terjadi yang dihasilkannya. (Dinas Kesehatan Kota
ketika penderita batuk, butir-butir air ludah yang Bandung, 2017)
mengandung basil kuman tuberkulosis 6. Penduduk Kota Bandung
beterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang Secara geografi Kota Bandung terletak di
sehat dan masuk ke dalam paru yang kemudian posisi 107o36’ bujur timur dan 6o55’ lintang
selatan. Wilayah Kota bandung memiliki luas
sebesar 16.729,65 Ha dengan jumlah penduduk Statistika uji :
sebesar 2.490.479 jiwa yang terdiri dari 50,51% 1
laki-laki dan 49,49% perempuan. (Dinas 𝐵𝑃 = ( ) 𝑓 𝑇 𝑍(𝑍 𝑇 𝑍)−1 𝑍 𝑇 𝑓
2
Kesehatan Kota Bandung, 2017) Diamana Z merupakan vektor pengamatan
7. Regresi Poisson variabel respon y yang berukuran (n x 1)
Regresi poisson digunakan apabila data dengan nilai untuk setiap pengamatannya
berupa data counting dengan model regresi sudah dibakukan. (Sugiarto & Arsyadana,
poisson adalah sebagai berikut. 2015)
𝜇𝑖 = 𝑒𝑥𝑝[𝛽0 + 𝛽1 𝑋1𝑖 + 𝛽2 𝑋2𝑖 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖 ] Kriteria uji : Total H0 jika BP > χ2(α,k) atau p-
Dalam analisis regresi poisson sering value < α
ternjadi fenomena overdisversi. Overdispersi 10. Model Geographically Weighted Negatif Binomial
adalah kondisi apabila ragam dari peubah respon Regression (GWNBR)
lebih besar dari nilai tengah peubah respon. Model GWNBR akan menghasilkan
(Safitri, Rahmi, & Devianto) pendugaan parameter lokal dengan masing-masing
Overdispersi dapat terjadi jika nilai lokasi akan memiliki parameter yang berbeda
devians atau nilai pearson chi-square dibagi beda. (Evadianti & Purhadi, 2014)
derajat bebasnya bernilai lebih dari satu. Model GWNBR adalah sebagai berikut.
8. Regresi Binomial Negatif 𝑦𝑖 ~𝑁𝐵 (𝑡𝑗 𝑒𝑥𝑝 (∑ 𝛽𝑘(𝑢𝑖,𝑣𝑖) 𝑥𝑖𝑘 ) , 𝜃(𝑢𝑖 ,𝑣𝑖 )
Regresi binomial negatif digunakan untuk 𝑘
mengatasi masalah overdispersi dalam regresi Ada tiga macam pengujian parameter
poisson. yang dilakukan dalam GWNBR, yitu :
Estimasi model regresi binomial negatif a. Uji kesamaan model GWNBR dengan regresi
adalah sebagai berikut. binomial negatif
𝑦̂𝑖 = 𝑒𝑥𝑝[𝛽̂0 + 𝛽̂1 𝑋1𝑖 + 𝛽̂2 𝑋2𝑖 + ⋯ + 𝛽̂𝑘 𝑋𝑘𝑖 ] Pengujian kesamaan model dilakukan
Pengujian parameter secara parsial untuk menguji apakah ada kesamaan model
dilakukan untuk mengetahui parameter mana saja antara GWNBR dengan regresi binomial
yang berpengaruh terhadap model. Hipotesis yang nagatif.
digunakan adalah sebagai berikut. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
𝐻0 : 𝛽𝑘 = 0 berikut
𝐻1 : 𝛽𝑘 ≠ 0 𝐻0 : 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) = 𝛽𝑘
Statistik uji : 𝐻1 : 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) ≠ 𝛽𝑘
𝛽̂𝑘 Statistik uji :
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒𝐵𝑁
𝑆𝐸(𝛽̂𝑘 ) ⁄𝑑𝑓
𝐵𝑁
Kriteria uji : tolak H0 jika thitung > ttabel atau p-value 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒𝐺𝑊𝑁𝐵𝑅
<α ⁄𝑑𝑓
𝐺𝑊𝑁𝐵𝑅
9. Data Spasial Kriteria uji : Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel
a. Pengujian Dependensi Spasial b. Uji overall
Pengujian dependensi spasial berfungsi Pengujian parameter secara overall
untuk melihat apakah pengamatan di suatu dilakukan untuk menguji pengaruh parameter
lokasi berpengaruh terhadap pengamatan di terhadap model secara menyeluruh. Hipotesis
lokasi lain yang letaknya berdekatan. yang digunakan adalah sebagai berikut.
(Pratama & Wulandari, 2015) 𝐻0 : 𝛽1 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) = ⋯ = 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) = 0
Pengujian ini dilakukan dengnan 𝐻1 : 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) ≠ 0
mengunakan uji Moran’s I. Statistik uji :
Hipotesis yang digunakan : 𝐿(𝜔̂)
𝐻0 : 𝐼 = 0 𝐺 2 = −2𝑙𝑛 ( )
𝐿(Ω̂)
𝐻1 : 𝐼 ≠ 0 Kriteria uji : Tolak H0 jika G2 > χ2(p;α)
Statistika uji : c. Uji parsial
𝐼̂ − 𝐸(𝐼̂) Pengujian parameter secara parsial
𝑍𝐼 =
dilakukan untuk mengetahui parameter mana
√𝑉𝑎𝑟(𝐼̂) saja yang berpengaruh terhadap model.
Kriteria uji : Tolak H0 jika ZI > Zα/2 Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
b. Pengujian Heteroskedastisitas Spasial berikut.
Heteroskedastisitas spasial dilakukan 𝐻0 : 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) = 0
untuk melihat adanya keberagaman dalam 𝐻1 : 𝛽𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ) ≠ 0
hubungan secara kewilayahan. (Tanadjaja, Statistik uji :
Zain, & Wibowo, 2017). Pengujian 𝛽̂𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 )
heteroskedastisitas spasial dilakukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑆𝐸(𝛽̂𝑘 (𝑢𝑖 , 𝑣𝑖 ))
menggunakan uji Breusch-Pagan. Kriteria uji : tolak H0 jika thitung > ttabel atau p-
Hipotesis yang digunakan adalah : value < α
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 = ⋯ = 𝜎 2
𝐻1 : 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝜎𝑖 2 ≠ 𝜎 2
Metode Penelitian 2. Menguji adanya multikolinearitas pada masing-
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah masing variabel dengan menggunakan nilai VIF
data sekunder yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota 3. Memodelkan regresi poisson
Bandung. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini 4. Memodelkan regresi binomial negatif
disajikan dalam tabel sebagai berikut. 5. Menguji dependensi spasial dan
Tabel 1. Variabel dalam Penelitian heteroskedastisitas spasial
No. Nama Variabel Simbol 6. Memodelkan GWNBR dan memetakan wilayah
Jumlah kasus penderita berdasarkan variabel yang signifikan
1 TBC di Kota Bandung Y
pada tahun 2017 Hasil dan Pembahasan
Persentase rumah tangga 1. Mendeskripsikan dan Memetakan Jumlah Kasus
2 yang berperilaku hidup X1 Penderita TBC di Kota Bandung
bersih dan sehat Jumlah kasus tuberkulosis di Kota
Persentase penduduk Bandung sebesar 9505 kasus pada tahun 2017
3 dengan akses air minum X2 dengan rata-ratanya sebesar 317 kasus.
layak Jumlah kasus Tuberkulosis di Kota
Persentase penduduk Bandung memiliki standar deviasi yang besar
4 X3 yaitu sebesar 317,96097 sehingga terdapat
dengan akses jamban sehat
Persentase tempat perbedaan jumlah kasus tuberkulosis ditiap
pengelolaan makanan kecamatan.
5 X4 Angka kasus tuberkulosis terbesar adalah
yang memenihi syarat
higiene sanitasi sebesar 1112 kasus yang terjadi di Kecamatan
Jumlah penduduk Kota Bojongloa Kidul. Sedangkan angka kasus terkecil
6 X5 adalah sebesar 17 kasus yang terjadi di Kecamatan
Bandung
Dalam pemetaan kasus tuberkulosis di Kota Gedebage.
Bandung akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Terdapat empat kelompok dearah
Geographically Weighted Negative Binomial Regression berdasarkan tingginya angka kasus tuberkulosis
dengan memperhatikan aspek spasialnya. (gambar 1). Kelompok dengan kasus tuburkulosis
tinggi adalah Kecamatan Cidadap, Kecamatan
Tahapan Analisis Sukajadi, Kecamatan Coblong, Kecamatan Andir,
Analisis yang digunakan meliputi : Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan
1. Mendeskripsikan jumlah kasus penderita Cibeunying Kidul, Kecamatan Cinambo.
tuberkulosis menggunakan statistika deskripsi dan
pemetaan kasus per kecamatan di Kota Bandung

Gambar 1. Peta Kasus Tuberkulosisi di Kota Bandung

2. Menguji Multikolinearitas Tabel 2. Nilai VIF


Cara mendeteksi multikolinearitas adalah VIF VIF VIF
dengan melihat nilai VIF. Berikut adalah nilai VIF X1 1,055 X3 1,165 X5 1,348
tiap variabel yang disajikan dalam tabel sebagai X2 1,055 X4 1,310
berikut.
Nilai VIF dari masing-masing variabel Tabel 6. Goodness of fit regresi binomial negatif
kurang dari 10 artinya tidak ada multikolinearitas. Devians Pearson
3. Pemoodelan Regresi Poisson Value 30,366 27,894
Berikut adalah estimasi parameter model Df 24 24
regresi poisson yang disajikan dalam tabel. Value/Df 1,265 1,162
Tabel 3. Hasil analisis regresi poisson Walaupun masih ada indikasi
Estimate Std. Eror p-value overdispersi, tetapi terjadi penurunan koefisien
Intercept 5,915 0,0673 0,000 overdispersi setalah menggunakan binomial
X1 0,000 3,9630E-006 0,000 negatif. Sehingga regresi binomial negatif dapat
X2 4,370E-005 4,0170E-006 0,000 mengendalian overdispersi pada regresi poisson.
X3 -3,170E-005 4,1677E-006 0,000 5. Menguji dependensi spasial dan
X4 -3,078E-005 7,2434E-006 0,000 heteroskedastisitas spasial
X5 5,726E-006 3,7066E-007 0,000 Berdasarkan hasil pengujian dependensi
Berdasarkan pengujian paramater dengan spasial dan heterogenitas spasial didapat hasil
taraf signifikansi 25% didapat bahwa semua sebagai berikut.
variabel prediktor dalam tabel memberikan Tabel 7. Hasil analisis aspek data spasial
pengaruh yang signifikan terhadap jumlah kasus p-value
tuberkulosis di Kota Bandung. Sehingga didapat Breusch-Pagan 0,238
model regresi sebagai berikut. Moran’s Index 0,3857
𝑦𝑖 = 𝑒𝑥𝑝(5,915 + 0,0000437𝑋2 − 0,0000317𝑋3 Untuk heteroskedastisitas spasial, dengan
− 0,00003978𝑋4 taraf signifikansi 25% didapat bahwa terdapat
+ 0,000005726𝑋5 ) perbedaan karakteristik antara satu wilayah dengan
Tetapi model regresi poisson tidak cocok wilayah lainnya.
digunakan dalam penelitian ini karena memiliki Untuk dependensi spasial, dengan taraf
tingkat kesalahan yang tinggi (overdispersi). Hal signifikansi 25% didapat bahwa tidak ada
tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. dependensi spasial yang artinya bahwa
Tabel 4. Goodness of fit Regresi Poisson pengamatan suatu lokasi tidak bergantung pada
Devians Pearson pengamatan di lokasi lain yang letaknya
Value 7510,549 7828,419 berdekatan.
Df 24 24 6. Pemodelan GWNBR
Value/Df 312,940 326,184 a. Uji kesamaan model
Dari tabel diatas didapat nilai devians dan Berdasarkan pengujian kesamaan model
nilai pearson chi-square dibagi derajat bebasnya didapat hasil sebagai berikut.
lebih dari satu. Artinya terjadi overdispersi dalam Tabel 8. Perhitungan uji kesamaan model
model regresi poisson ini, sehingga digunakan Devians =
Binomial
model regresi binominal negatif untuk mengatasi 30,366
Negatif
overdispersi dalam regresi poisson. Df = 24
F = 0,006
4. Pemodelan Regresi Binomial Negatif Devians =
Berikut adalah estimasi parameter model GWNBR 5042,621615
regresi poisson yang disajikan dalam tabel. Df = 24
Tabel 5. Hasil analisis regresi binomial negatif Dengan taraf signifikansi 25%, didapat
Estimate Std. Eror p-value nilai Ftabel = 1,321 sehingga dapat disimpulkan
Intercept 5,833 1,0741 0,000 bahwa H0 diterima artinya tidak ada
X1 0,000 9,0138E-005 0,041 perbedaan antara model regresi binomial
X2 0,000 7,5973E-005 0,151 dengan model GWNBR.
X3 -7,617E-005 7,3963E-005 0,303 b. Uji overall
X4 -5,079E-005 ,0001 0,711 Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan
X5 9,472E-006 6,5540E-006 0,148 nilai devians model GWNBR sebesar
Berdasarkan pengujian parameter dengan 5042,621615. Dengan taraf nyata 25%
2
taraf signifikansi 25% didapat bahwa varibabel didapatkan 𝜒(6;0,25) sebesar 6,6257 maka H0
yang signifikan berpengaruh terhdap jumlah kasus ditolak, artinya minimal ada satu parameter
tuberkulosis di Kota Bandung adalah variabel X1, yang signifikan berpengaruh terhadap model
X2, dan X5. GWNBR.
Didapat model regresi binomial negatif c. Uji parsial
sebagai berikut Berdasarkan hasil pengujian signifikansi
𝑦𝑖 = 𝑒𝑥𝑝(5,833 − 0,0000761𝑋3 parameter didapat tiga pengelompokan
− 0,00005079𝑋4 wilayah berdasarkan variabel yang signifikan.
+ 0,000009472𝑋5 ) Persentase penduduk dengan akses air minum
Berikut adalah goodness of fit dari jumlah layak, persentase tempat pengelolaan
kaus tuberkulosis di Kota bandugn dengan makanan yang memenuhi syarat higiene
menggunakan model regresi binomial negatif. sanitasi dan jumlah penduduk Kota Bandung
secara signifikan mempengaruhi kasus
tuberkulosis disetiap kecamatan yang ada di Berikut adalah peta pengelompokan
Kota Bandung dengan taraf signifikansi kecamatan di Kota Bandung berdasarkan
sebesar 25%. variabel yang signifikan.

Gambar 2. Pengelompokan berdasarkan variabel yang signifikan

Kesimpulan Kartasasmita, C. B. (2009). Epidemiologi Tuberkulosis.


Pada tahun 2017 terdapat 9505 kasus tuberkulosis Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2.
di Kota Bandung, terdapat tujuh kecamatan yang memiliki Kementerian Kesehatan. (2011). Pedoman Nasional
angka kasus tinggi dengan angka kasus tertinggi sebesar Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
1112 kasus berada di Kecamatan Bojongloa Kidul dan Manalu, H. S. (2010). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi
terdapat tujuh kecamatan yang memiliki angka kasus Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya.
rendah dengan angka kasus terrendah sebesar 17 kasus Jurnal Ekologi Kesehatan , Vol. 9, No. 4.
berada di Kecamatan Gedebage. Pratama, W., & Wulandari, S. P. (2015). Pemetaan dan
Berdasarkan hasil pemodelan GWNBR didapatkan Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tuberculosis
tiga pengelompokan wilayah berdasarkan variabel yang (TBC) di Provinsi Jawa Barat dengan Pendekatan
signifikan memperngaruhi jumlah kasus tuberkulosis di Geographically Weighted Negative Binomial
Kota Bandung. Regression. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 4, No.
Dengan hasil yang didapatkan ini diharapkan 1.
kedepannya dapat mengurangi jumlah kasus tuberkulosis di Safitri, A., Rahmi, I., & Devianto, D. (t.thn.). Penerapan
Kota Bandung dengan cara mengimplementasikan pola Regresi Poisson dan Binomial Negatif dalam
hidup berdasarkan variabel yang signifikan pada masing- Memodelkan Kasus Penderita AIDS di Indonesia
masing wilayah kecamatan. Berdasarkan Faktor Sosiodemografi. Jurnal
Matematika UNAND, Vol. 3 No. 4 Hal. 58 – 65 .
Daftar Pustaka Sugiarto, & Arsyadana, H. H. (2015). Perbandingan
Departemen Kesehatan RI. (2009). Rumah Tangga Sehat Regresi Globaldan Geographically Weighted
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Regression (GWR) pada Kasus Prevalensi
Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2017). Profil Kesehatan Penyakit Hepatitis. Statistika, Vol. 3, No. 2.
Kota Bandung. Bandung. Tanadjaja, A., Zain, I., & Wibowo, W. (2017). Pemodelan
Evadianti, E., & Purhadi. (2014). Pemodelan Jumlah Angka Harapan Hidup di Papua dengan
Kematian Ibu di Jawa Timur dengan pendekatan Geographically Weighted Regression .
Geographically Weighted Negative Binomial Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 6, No. 1.
Regression. Jurnal Sains dan Seni POMITS, Vol. Water and Sanitation Program . (2009). Informasi Pilihan
3, No. 2. Jamban Sehat. Jakarta: World Bank Offi.
Hasan, I. I. (2012). Pokok-Pokok Materi Statistik 1
(Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara.
Janie, D. N. (2012). Statistik Deskriptif & Regresi Linear
Berganda dengan SPSS. Semarang: Semarang
University Press.

Anda mungkin juga menyukai