Semoga publikasi ini dapat bermanfaat, terutama untuk keperluan evaluasi dan
perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Lebak.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga publikasi
ini dapat terselesaikan, kami ucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
H a l.
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………...……………………...………………...…………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...…………………………………...……………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………………………………………………...……………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ……………………….………………………………………….………………………………………………………………
1
1.2. Tujuan ……………………………..……..………….……………………………………………………………………………………………
3
1.3. Ruang Lingkup ……………………...………………….………………………………………………………………………………………
4
Bab II Metodologi
2.1. Pengertian IPM ………………………………………...……..…………………………………...……………………………………………
6
2.2. Komponen IPM Metode Baru ……………………………..…………………………………...……………………………………………
8
2.3. Penyusunan IPM Metode Baru ……………………………..…………………………………...…………………………………………
15
ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
H a l.
TABEL
2.1. Konversi tahun untuk tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ………………………………………………...……………………
12
2.2. Nilai Minimum dan Maksimum Komponen IPM Metode Baru …………………………………………………………………………………
16
3.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Lebak Tahun 2010 - 2014 ………………………………………………...…………………………
20
3.2. Angka Beban Ketergantungan (ABT) Tahun 1990 - 2014 ………………………………………………………………………………………
21
3.3. Distribusi Persentase PDRB ADHB Tahun 2012 - 2014 …………………………………………………………………………………………
23
3.4. Persentase Pemolong Kelahiran Tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….…………………………
29
3.5. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Ijazah tertinggi yang ditamatkan Tahun 2014 ……………………….…………………
29
4.1. IPM se-Propinsi Banten tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….………………………………………
33
4.2. Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….………
36
4.3. Perkembangan Komponen Pendidikan Kabupaten Lebak dan Propinsi Banten Tahun 2010 - 2014 ……………………………
40
4.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Lebak Tahun 2014 ……………………….………………………………………….…………
42
4.5. Perkembangan Pengeluaran Riil Per Kapita dan Indeks Daya Beli Tahun 2010 - 2014 ……………………….……………………
45
4.6. Perbandingan IPM Antar Kabupaten di Propinsi Banten Tahun 2014 ………………….………………………………………….………
47
4.7. Perbandingan Antar Komponen IPM Tahun 2010 - 2014 ………………….………………………………………….………………………
48
4.8. Estimasi IPM Per-Kecamatan Tahun 2014 ………………….………………………………………….……………………………………………
49
4.9. Perbandingan Reduksi Shortfall antar Kabupaten/Kota se-Propinsi Banten ………………….…………………………………………
51
4.10. Statistik Pencari Kerja di Kabupaten Lebak Tahun 2012 - 2014 ………………….………………………………………….………………
53
GAMBAR
2.1. Diagram Penghitungan IPM Metode Baru di Indonesia ……………………………..…………………………………...……………………
7
3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lebak Tahun 1971 - 2014 ……………………………..………………………
19
3.2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kab. Lebak Tahun 2010 - 2014 ……………….…………………………..……
30
4.1. Tren IPM Propinsi Banten Periode 2006 - 2014 ……………………………….…………………….……………………………………………
31
4.2. Tren Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten Tahun 2010 - 2014 ……….…………………………
35
iii
PENDAHULUAN 1
PENDAHULUAN
Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui dan memetakan kualitas
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Data IPM tersebut dibutuhkan bukan saja untuk
yang telah dilakukan, namun juga sekaligus sebagai bahan masukan guna
efektif dan efisien. IPM juga merupakan salah satu alat analisa yang menjanjikan
yang dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting
adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk
mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara
layak.
dilakukan di suatu wilayah. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari
penduduk yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama. Ketiga kemampuan dasar itu
adalah umur panjang dan sehat yang diukur melalui angka harapan hidup waktu
lahir, berpengetahuan dan berketerampilan yang diukur dengan angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan
untuk mencapai standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran konsumsi.
pembangunan.
antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja
publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Korea Selatan sebagai contoh
sukses, tetap konsisten melakukan dua hal tersebut. Sebaliknya Brazil mengalami
kegagalan karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja
publik yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS,
Bappenas, 2004).
Target IPM berkaitan erat dengan target MDGs. Target dan sasaran MDGs
yang dicapai oleh suatu negara merupakan salah satu alat yang dipakai untuk melihat
salah satu alat yang dipakai untuk melihat bagaimana pemerintah daerah
dengan pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai
salah satu alokator dalam penghitungan dana alokasi umum (DAU) sebagai
dengan IPM rendah memperoleh alokasi dana lebih besar dengan harapan dana
khususnya pada lima tahun terakhir. Untuk dapat mengevaluasi capaian IPM
1.2. Tujuan
bertujuan untuk:
pembentuknya.
Lebak.
Dalam Publikasi ini analisis IPM yang dicakup adalah analisis pada tingkat
kabupaten. Analisis pada tingkat wilayah administrasi yang lebih rendah lagi
Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2013 ini adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Data
2. Penyusunan Publikasi
2. 1. Pengertian IPM
“proses meningkatkan pilihan yang lebih banyak bagi manusia untuk hidup (a
manusia”.
kemampuan manusia dengan cara investasi pada diri manusia. Selain itu,
kesempatan kerja.
menikmati kehidupan yang sehat dalam jangka waktu yang relatif lama,
Dalam konteks Indonesia, saat itu IPM merupakan Indeks komposit yang
dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu: Umur Panjang dan Sehat menggunakan
ukuran Harapan Hidup pada saat lahir, Pengetahuan sebagai ukuran nya adalah
kombinasi dari Angka melek huruf dan Rata-rata lama sekolah, dan Standar
sebagai ukuran.
tahun 2010 sampai tahun 2013, Indonesia sebagai official statistics pun mulai
2015 ini turut mengadopsi IPM Metode Baru. Komponen apa saja yang digunakan
dalam menghitung IPM Metode Baru dapat dilihat pada Gambar 2.1. di atas.
ketersediaan data secara umum, maka UNDP memilih indikator Angka Harapan
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Secara teori, semakin
baik kesehatan seseorang maka kecenderungan untuk bertahan hidup lebih lama
akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin buruk kesehatan nya maka umur
sehat.
Indeks Pembangunan Manusia 8
METODOLOGI
estimation), dengan menggunakan data Anak Kandung Lahir Hidup dan Anak
program Mortpack dengan metode Trussel dan model West. Pemilihan metode ini
dilakukan karena sesuai dengan histori data kependudukan dan kondisi umum
tahun sebelum tahun sensus atau survei. Untuk mendapatkan angka harapan
hidup pada tahun sensus atau survei, dilakukan Fitting model dari beberapa data
angka tersebut dengan angka standar UNDP, yaitu angka harapan hidup
B. Pengetahuan
penduduk digunakan dua indikator, yakni Harapan Lama Sekolah dan Rata- rata
sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin lama rata-
rata tahun pendidikan penduduk di suatu wilayah, akan semakin tinggi pula mutu
sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
pemerintah yaitu program wajib belajar, dengan sumber data dari Survei Sosial
Dimana :
dimana UNDP telah menetapkan HLS minimum dan maksimum, yaitu masing-
yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas di seluruh jenjang
RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25
tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu, juga untuk mengikuti standard
internasional yang digunakan oleh UNDP. Sama sepert HLS, sumber data yang
RLS dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu jenjang
pernah/sedang diduduki - 1
Dengan nilai konversi tahun untuk setiap jenjang pendidikan disajikan pada Tabel
tertimbang, yaitu :
Dimana :
tersebut terhadap angka standar UNDP, dimana UNDP telah menetapkan rata-rata
dan 15 tahun.
pendidikan, Indeks HLS dan Indeks RLS digabung menjadi satu dengan
Apabila dikalikan 100, maka Indeks ini akan bernilai antara 0 (keadaan
Dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup
layak. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat
kapita dan paritas daya beli. Dimana, rata-rata pengeluaran per kapita setahun
Dimana :
secara runtun waktu (tahun), beberapa tahapan prosedur yang harus ditempuh
ribuan (=B).
adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri
Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Metode Baru
(1) (2 (3 (4)
) )
1. Angka Harapan Hidup 20 85 Standar UNDP
Rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks AHH, Indeks HLS, dan
tersebut dapat diperluas bila dilakukan perbandingan antar waktu dan antar
wilayah, sehingga posisi relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain dapat
diketahui serta kemajuan atau pencapaian antar waktu di suatu wilayah dan
dilihat dari dua segi : Pertama, kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur
dengan pertumbuhan IPM. Pertumbuhan IPM adalah peningkatan nilai IPM dalam
3.1. Penduduk
Lebak mulai tahun 1971 hingga 2010, kemudian juga berdasarkan hasil survey
1400 6
Jumlah LPP 1 236 1 248 1 259
1 204 1 223
1200
5
1 030
1000
874 4
Persen per tahun
800 2,97
683
3
600 535
2,74
2,49
2
400
1,72
1,59 1,56
1
200
1,05 0,98 0,91
0 0
1971 1980 1990 2000 2010 2011 2012 2013 2014
persen. Bila keadaan ini dibiarkan maka penduduk Kabupaten Lebak akan
berjumlah 2 kali lipat dalam waktu 23,7 tahun sejak tahun 1971, atau berjumlah 2
kali lipat pada tahun 1994 atau 1995. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah
penduduk Lebak berjumlah dua kali lipat terjadi sekitar tahun 2002 atau 2003,
atau mengalami perlambatan selama 8 tahun. Hal tersebut berarti bahwa program
selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014, terlihat bahwa komposisi jumlah
Laki-laki dan perempuan relatif tidak berubah, 105 orang laki-laki untuk setiap 100
orang perempuan. Namun terdapat pola makin seimbangnya proporsi antara laik-
laki dan perempuan dari waktu ke waktu. Sedangkan kepadatan penduduk tiap
kilometer persegi untuk tahun 2014 tidak mengalami perubahan dari tahun
Beban penduduk yang berstatus belum dan non produktif Pada tahun 2014
dibandingkan tahun sebelumnya masih berkisar antara 56-57 orang untuk setiap
100 orang usia produktif. Sedangkan angka beban ketergantungan yang ideal
adalah 50 orang untuk setiap 100 orang produktif atau setiap 2 orang produktif
penduduk yang memang memiliki kualitas yang baik dan mampu memikul
tanggung jawab.
dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur
tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dimaksudkan dengan
kategori ekonomi yang dominan atau yang diandalkan adalah kategori ekonomi
pertanian hingga sekarang dengan share sebesar 27 % lebih dari total PDRB
jasa) dan yang terakhir adalah kelompok kategori sekunder (Industri, Listrik dan
Hingga tahun 2012 kontribusi kategori primer dalam PDRB makin mengecil,
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 27,97 persen dari total PDRB atau
Pergeseran peranan tersebut dalam jangka menengah dan panjang dapat menjadi
suatu kekhawatiran, karena kategori sektor yang banyak menyerap tenaga kerja
kelompok tersier sebagian besar mereka adalah yang memiliki kecakapan dan
keahlian tertentu yang didapat melalui pendidikan atau kursus (seperti kategori,
Sehingga penduduk yang tidak memiliki skill atau kecakapan yang dibutuhkan
nantinya tidak akan mampu bersaing untuk memasuki pasar kerja yang tersedia.
Implikasinya adalah banyak pasar kerja yang tersedia diisi oleh para pendatang
yang memang dari awalnya sudah memiliki skill tertentu dan berniat memasuki
Bila kita cermati Tabel 3.3 terdapat kekhawatiran jika dikaitkan dengan
3.3. Kesehatan
maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
keseharian kita dan di dalamnya yang dibahas bukan hanya perihal badan dan jiwa
akan tetapi juga membahas perihal interaksi sosial dan kemampuan untuk
produktif dalam bidang ekonomi dalam artian orang sehat tersebut dapat
prima berarti memilki modal untuk melakukan kegiatan yang produktif. Disamping
kesehatan sebagai modal juga dapat dikatakan investasi masa depan karena
dengan melakukan upaya kesehatan yang baik sejak dini maka kemampuan
development. Dalam hal penanganan masalah kesehatan tentu saja tidak bisa
Indeks Pembangunan Manusia 25
GAMBARAN UMUM
setempat.
kesehatan dan intervensi prilaku yang membuat masyarakat agar lebih sadar,
mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang
gizi dan morbiditas. Indikator Mortalitas yang digunakan biasanya adalah Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), namun karena sifat
kelurahan untuk mencatat kejadian tersebut maka tentu saja indikator tersebut
setelah tiba di fasilitas kesehatan. Selain hal tersebut diatas, faktor yang memiliki
andil cukup besar terhadap tinggi rendahnya indikator tersebut adalah faktor
penolong kelahiran. Dokter, Bidan dan tenaga medis lainnya maupun dukun bayi
yang terlatih diharapkan memberikan peluang hidup (survive) lebih besar pada
bayi yang dilahirkan maupun ibu yang melahirkan (Dr. Abdullah Cholil
MPH,2001).
Tenaga Medis
- Dokter 1,50 1,30 5,82 6,72 6,90
tenaga medis pada tahun 2010 yang hanya 34,5 persen secara signifikan
persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis merupakan salah satu
Selain itu diharapkan bayi dan ibu yang selamat selama menjalani proses
3.4. Pendidikan
berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu raw input proses pembangunan.
berkualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
pembangunan akan lebih mudah diserap dan nantinya akan berguna bagi
terjadi peningkatan persentase penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2014
peningkatan dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (9,19 persen). Kenaikan juga
terjadi pada level pendidikan SLTP, yang secara siginifikan bertambah menjadi
16,97 persen dibandingkan tahun 2010 yang hanya berjumlah 14,911 persen.
peningkatan pendidikan pada level menegah akan berdampak pada rata-rata lama
informasi yang dapat diterima masyarakat akan semakin banyak dan beragam,
serta pemanfaatan hasil penyerapan informasi akan makin mudah dan beragam
pula.
≤ SD 73,54 71,48
Kabupaten Lebak yang berijazah SLTA keatas, namun secara umum tingkat
lamanya sekolah penduduk 25 tahun keatas hanya 5,84 tahun atau belum lulus
SD, walaupun mengalami kenaikan 0,03 tahun dari tahun sebelumnya. Masih
karena masih adanya pengaruh dari pola pendidikan dimasa lampau yang hanya
saja dirasa sudah cukup sebagai modal dasar terjun dalam dunia kerja. Selain itu
rata-rata lama sekolah yang dialami oleh penduduk Kabupaten Lebak. Hal yang
cukup melegakan adalah walaupun rata-rata lama sekolah di Lebak hanya naik
0,03 tahun, sedanghkan rata-rata lama sekolah di Banten tetap hanya naik 0,02
kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi
tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang
perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat
dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai
taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di antara berbagai
pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan
Sumber: BPS
Banten ada di posisi 23-24 secara nasional. Namun dengan penghitungan metode
baru peringkat Banten naik secara signifikan menjadi posisi 8. Selain itu nilainya
Dimana, IPM Banten naik 2,35 poin dalam jangka waktu empat tahun (gambar
Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun ini, menjadi pertanda
Angka IPM Banten sendiri pada tahun 2014 mencapai 69,89. Berarti,
dari kondis ideal (IPM ideal = 100). Berdasarkan kategori yang diberikan oleh
sangat tinggi (IPM ≥80), kategori tinggi (70 ≤ IPM < 80), kategori sedang (60 ≤
IPM <70), dan kategori rendah (IPM < 60). Maka, capaian pembangunan manusia
Pertumbuhan IPM Provinsi Banten dari tahun ke tahun tentu saja hasil dari
hingga 1,15 persen (Kabupaten Pandeglang). Kota Tangerang Selatan masih tetap
pencapaian 79,17 persen dari kondisi ideal. Sedangkan posisi terendah ditempati
oleh Kabupaten Lebak, dengan selisih nilai beda tipis (0.42 poin) dengan
Kabupaten Pandeglang.
IPM
No. Kabupaten/Kota
2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumber: BPS
Pada tahun 2014 Kabupaten Lebak mempunyai nilai IPM sebesar 61,64,
atau meningkat sebesar 0,82 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan IPM
Kabupaten Lebak tahun 2014 lebih kecil dibandingkan peningkatan pada tahun
2013 (1,52 persen). Berdasarkan kategori yang diberikan oleh UNDP, maka,
(pasar, fasilitas kesehatan dan sebagainya). Selain itu diperlukan pula sinergi
pembangunan.
Kesehatan, diikuti oleh komponen daya beli dan terakhir komponene pendidikan.
wakil IPM untuk Komponen sektor kesehatan. AHH dapat menggambarkan tingkat
kesehatan rata-rata yang telah dicapai oleh suatu kelompok masyarakat. Semakin
tinggi Angka Harapan Hidup di suatu wilayah, maka diharapkan akan semakin
Sumber: BPS
Tahun 2014 AHH penduduk Kabupaten Lebak adalah 65,88 tahun, yang
berarti secara rata-rata masa hidup penduduk kabupaten lebak semenjak lahir
hingga saatnya meninggal nanti adalah sekitar 65 tahun 10 bulan, atau bertambah
harapan hidup Kabupaten Lebak masih lebih rendah dibandingkan rata-rata angka
harapan hidup di Banten, dengan tingkat kesenjangan yang semakin melebar dari
kesehatan penduduk, namun angka ini dapat pula dipengaruhi oleh beberapa
bersih. Sehingga agar derajat kesehatan yang lebih baik dapat terpenuhi maka
Rawat Jalan pada 2 (dua) Rumah Sakit besar di Rangkasbitung. Dari tahun ke
bertambahnya jumlah pasien yang melakukan rawat inap maupun rawat jalan.
tidak sehat atau makin banyaknya penduduk yang terpapar virus atau
bakteri.
Selain itu RSUD Adjidarmo juga menjadi rumah sakit rujukan bagi penduduk
tahunnya, tentu saja harus disikapi lebih hati-hati dan serius, dan harus
Peningkatan Angka Harapan Hidup dalam jangka panjang akan diikuti oleh
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia walaupun ada
fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia
lahir dan batin lanjut usia. Pembekalan kepada anggota masyarakat ini adalah
beriman, bertaqwa dan berbudaya dengan sasaran yang dituju adalah melalui
bersih, listrik, telekomunikasi dan lingkungan hidup yang lebih baik” merupakan
salah satu misi Kabupaten Lebak yang tercantum dalam RPJPD (Rencana
daya manusia dan bidang yang lainnya. Pendidikan juga mempunyai korelasi yang
bahwa tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas hidup dan kesejahteraan
memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, juga untuk
bidang pendidikan, dapat dilihat dari indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk. Kedua indikator ini dalam pembangunan
tersebut berimplikasi pada kesiapan dan kapasitas manusia untuk berperan tidak
Pada tahun 2014, HLS Kabupaten Lebak mencapai 11,88 tahun (gambar
4.3). Berarti, setiap penduduk Banten yang berusia 7 tahun pada tahun 2014,
semester II. Angka ini tidak jauh berbeda dengan angka HLS Propinsi Banten
yang berada pada kisaran 12,31 tahun, atau memiliki perbedaan kurang dari 1
tahun. Dengan kata lain penduduk Kabupaten Lebak yang berusia 7 tahun pada
2014 memiliki kesempatan yang relative sama dengan penduduk Banten pada
pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Dari Gambar 4.3 terlihat
Meskipun peningkatannya secara real relatif lambat. Pada tahun 2010 rata-rata
hingga setara kelas 5 SD. Empat tahun kemudian, rata-rata lama sekolah
Sedangkan bagi penduduk usia muda atau anak-anak program yang dilaksanakan
adalah program wajib belajar. Ukuran berhasil tidaknya bisa kita pantau melalui
APS 7 - 12 13 - 15 16- 18
(1) (2) (3) (4)
2014. Hal yang menarik dapat dilihat dari tabel tersebut, bahwa pada semua
jenjang usia sekolah SD hingga SLTA untuk tahun 2014 partisipasi penduduk
perempuan lebih besar dari laki-laki. Terutama pada usia SLTP (13-15 tahun) hal
ini berarti proporsi perempuan yang melanjutkan sekolah pada usia 13-15 tahun,
jauh lebih besar dibandingkan laki-laki, atau bisa dikatakan juga proporsi putus
sekolah untuk usia SLTP pada tahun 2014 lebih besar terjadi pada anak laki-laki.
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah pada usia
sekolah lanjutan atas rata-rata berada pada angka 58 persen atau mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada kisaran 55 persen.
sekolah lanjutan atas dilakukan oleh lebih dari setengah jumlah penduduk usia
16-18 tahun.
APS pada usia sekolah lanjutan tanpa memperhatikan apakah itu anak laki-laki
adalah:
Faktor ekonomi amat berpengaruh terhadap pola pikir orang tua mengenai
nilai anak. Para orang tua yang berada dalam kategori keluarga miskin
ekonomi keluarga. Kemudian bila si anak dirasa cukup umur untuk dapat
bekerja maka otomatis akan diarahkan untuk membantu mencari nafkah bagi
Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak pada tahun 2014 adalah 52,47, yang
mencapai kondisi ideal baru sekitar 52,47 persen. Angka ini mengalami
peningkatan sebesar 1,03 point bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang
Sekolah (HLS) yaitu sebesar 66,01, sedangkan rata-rata lama sekolah hanya 38,94
point. Seiring dengan peningkatan HLS dan rata-rata lama sekolah, maka
jasa. Komponen ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah
karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya
wilayah dengan wilayah lain tentu saja berbeda dan tidak dapat dibandingkan
secara langsung.
dibuat standardisasi. Misalnya, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli
yang sama dengan satu rupiah di Jakarta Selatan. Dengan adanya standarisasi
Indeks Pembangunan Manusia 44
ANALISIS
ini, maka perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat
diperbandingkan
komponen ini. Ekspektasinya adalah makin besar daya beli penduduk maka
penduduk Kabupaten Lebak tahun 2014 sebesar Rp. 7.976.640,- naik sebesar
0,74 persen dari tahun sebelumnya yang bernilai Rp. 7.917.720,- . Bila
11.150.000 untuk daya beli Banten pada tahun 2014, terdapat perbedaan sebesar
Dengan kata lain daya beli penduduk Kabupaten Lebak masih jauh dibawah
rata-rata penduduk Propinsi Banten. Bila kita cermati dari tabel 4.5. selisih
kemampuan daya beli antara penduduk Kabupaten Lebak dan Propinsi Banten dari
tahun ke tahun menjadi semakin besar. Bila keadaan ini didiamkan berlarut-larut
Nilai IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 adalah sebesar 61,64 persen,
atau mengalami peningkatan sebesar 0,51 poin dibandingkan IPM tahun 2013.
Berdasarkan besaran nilai IPM tersebut Kabupaten Lebak masuk dalam tingkatan
sedangs sesuai pemeringkatan IPM yang dilakukan oleh UNDP (United Nations
kondisi maksimal.
Besarnya IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 yang mencapai 61,64
(70,58), indeks pengetahuan (52,47) dan indeks daya beli (63,23). Berdasarkan
angka tersebut pencapaian yang paling rendah adalah pada Indeks pengetahun.
Indeks
Kabupaten IPM
Kesehatan Pendidikan Ekonomi
(1) (2) (3) (4) (5)
adalah dengan indeks daya beli yang lebih kecil dari Kabupaten Lebak, pencapaian
Kabupaten Lebak. Sehingga dapat dikatakan besarnya indeks daya beli belum
bahwa suatu wilayah dapat memiliki kualitas manusia yang lebih baik pada tingkat
diperlihatkan oleh tabel 4.7. Kenaikan terbesar terdapat pada komponen HLS
(harapan lama sekolah) dan Rata-rata lama sekolah (RLS), masing-masing sebesar
14,78 dan 9,29 persen. Diikuti perekonomian sebesar 1,23 persen dan terakhir
TAHUN
KOMPONEN
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
yang dilakukan hanya pada komponen pendidikan yaitu Rata-rata lama sekolah
dan Harapan Lama Sekolah. Untuk komponen kesehatan dan daya beli
diasumsikan sama dengan angka Kabupaten Lebak. Dari hasil Estimasi tersebut
ESTIMASI
No. Kecamatan
HLS RLS IPM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rangkasbitung 9,10 8,14 61,62
2 Cibadak 10,10 6,80 60,95
3 Bayah 10,35 6,29 60,54
4 Kalanganyar 8,87 6,78 59,52
5 Warunggunung 8,66 6,86 59,39
6 Malingping 9,64 6,02 59,34
7 Banjarsari 9,58 5,59 58,67
8 Cilograng 9,14 5,92 58,61
9 Gunungkencana 9,10 5,70 58,25
10 Sajira 9,25 5,48 58,11
11 Panggarangan 8,60 5,91 57,95
12 Maja 9,02 5,49 57,83
13 Muncang 8,97 5,49 57,78
14 Cihara 9,65 4,86 57,67
15 Cipanas 8,47 5,78 57,58
16 Cimarga 9,18 5,04 57,36
17 Curugbitung 9,02 4,99 57,09
18 Cileles 8,63 5,14 56,82
19 Cibeber 9,20 4,66 56,81
20 Cijaku 9,30 4,48 56,67
21 Sobang 9,69 4,06 56,52
22 Bojongmanik 9,57 4,07 56,38
23 Cirinten 10,11 3,47 56,14
24 Wanasalam 7,96 5,04 55,79
25 Leuwidamar 9,18 3,58 55,08
26 Cikulur 7,12 5,18 54,88
27 Lebakgedong 9,50 2,92 54,42
28 Cigemblong 8,94 3,18 54,07
dengan posisinya sebagai ibukota Kabupaten Lebak, dimana sarana dan prasarana
terbawah, mengingat posisinya yang tidak terlalu jauh dari ibukota Kabupaten
Yang menarik adalah posisi Kecamatan Cilograng yang memiliki nilai IPM
Bayah yang memiliki Fasilitas cukup lengkap dalam bidang kesehatan dan
yang harus ditempuh (Shortfall) untuk mencapai nilai maksimum, yaitu 100.
Dengan istilah lain bahwa nilai tersebut dapat mengukur keberhasilan dengan
melihat apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai. Nilai Reduksi
Shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Asumsi
yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa laju perubahan tidak bersifat
linier, laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi.
REDUKSI SHORTFALL
Kab/Kota
2011-2012 2012-2013 2013-2014
(1) (2) (3) (4)
digunakan daerah sebagai motivasi dalam mengurangi jarak yang harus ditempuh
per tahun, dapat diperoleh perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu
tertentu.
Perbandingan nilai reduksi shortfall dapat dilihat pada tabel 4.8. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa kecepatan peningkatan IPM Kabupaten Lebak pada tahun
2014 mencapai sebesar 0,82 yang mengandung arti bahwa jarak IPM sekarang
(tahun 2014) terhadap IPM ideal (100) berkurang sebesar 0,82 persen. Bila
dibandingkan dengan nilai reduksi shortfall tahun 2013 terlihat bahwa capaian IPM
perlambatan sebesar 0,7 poin. Perlambatan peningkatan IPM tidak hanya terjadi
dan disinsentif kepada investor terutama investor dalam negeri yang akan
membuka usaha dengan jenis usaha padat karya. Selain itu dapat juga
Kecil dan Mikro (UMKM) untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
dalam jumlah yang besar, selain itu merupakan kategori andalan Kabupaten Lebak
Lebak. Selain itu dari hasil pertanian, terutama pertanian holtikultura dan
perkebunan dapat diolah menjadi berbagai macam produk industri dalam bentuk
Pencari Kerja
3.691 2.751 6.442 5.034 4.039 9.073 5.189 4.024 9.213
terdaftar
Jumlah Lowongan 259 166 425 174 468 642 297 432 729
Pencari Kerja yg
9.903 5.548 15.451 7.491 5.733 13.224 7.970 6.488 14.458
Belum ditempatkan
Sumber: Disnakertrans Kab. Lebak
3 tahun terakhir. Terlihat bahwa pencari kerja yang mendaftarkan diri pada dinas
tenaga kerja setiap tahunnya jumlahnya belasan kali lipat dari lowongan yang
tidak tertampungnya pencari kerja di pasar kerja. Ribuan pencari kerja yang tidak
ditempatkan semakin bertambah tiap tahunnya, yaitu dari 6,60 persen pada tahun
2012 menjadi hanya 7,91 persen pada tahun 2014, namun secara nominal pencari
kerja yang tidak tertampung di pasar kerja di wilayah Kabupaten Lebak jumlahnya
semakin bertambah. Hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri yang cukup
jumlah penganggur.
sebesar mencapai 61,64 persen dari kondisi ideal, atau naik 0,51 point dari
tahun sebelumnya
Indeks kesehatan memiliki capaian tertinggi yakni 70,58 persen dari seluruh
komponen penyusun IPM. Diikuti oleh Indeks daya beli yang mencapai 60,63
persen.
Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 sebesar 0,82 atau
Reduksi short fall sebesar 0,82 mengandung arti bahwa jarak IPM sekarang
(tahun 2014) terhadap IPM ideal (100) berkurang sebesar 0,82 persen.
Nilai indeks daya beli Kabupaten Lebak pada tahun 2014 jauh lebih kecil dari
indeks daya beli Propinsi Banten pada tahun yang sama dan jaraknya makin
kenaikan yang paling besar terdapat pada komponen Harapan Lama Sekolah
(HLS) sebesar 14,78 persen, diikuti oleh Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar
Kecamatan Cigemblong.
menunjukkan bahwa persentase antara pencari kerja yang terdaftar dan yang
ditempatkan semakin membesar, yaitu dari 6,60 persen pada tahun 2012
menjadi 7,91 persen pada tahun 2014. Namun secara nominal pencari kerja
terus berjalan. Prinsip yang kedua, pemerataan, menunjukkan adanya akses yang
adil terhadap sumber daya ekonomi dan sosial bagi seluruh warga.
dengan yang akan datang. Lalu, prinsip yang terakhir, pemberdayaan, diperlukan
agar masyarakat turut berpartisipasi dalam proses pembangunan yang juga akan
determinan setiap komponen IPM yang telah dicapai. Beberapa rekomendasi yang
diantaranya adalah:
Pertambangan/penggalian)
usaha industri kecil yang bahan baku utamanya adalah bahan baku lokal yang
maupun ekonomi.
kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan resiko tinggi serta
angka kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitan dengan ekonomi. Pada tingkat
dengan anak sedikit dan jarak kelahiran yang lebar akan memungkinkan
saving” Private saving dan mutu tenaga kerja sehingga dapat berkontribusi