Anda di halaman 1dari 70

KATA PENGANTAR

Publikasi Data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten


Lebak Tahun 2014 ini disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Badan Perencaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak.
Publikasi Data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten
Lebak Tahun 2014 menggunakan perhitungan metode baru yaitu
tahun dasar 2010 dengan menambahkan dimensi indicator Angka
harapan Hidup, harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah
dan PNB per Kapita dan Agregasi Indeks menggunakan Rata-rata
Ukur/Geometrik.

Semoga publikasi ini dapat bermanfaat, terutama untuk keperluan evaluasi dan
perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Lebak.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga publikasi
ini dapat terselesaikan, kami ucapkan terima kasih.

Rangkasbitung, Desember 2015


Kepala Bappeda Kabupaten Lebak

H. Wahab Rahmat, BE, SP


NIP. 195202061981101001

i
DAFTAR ISI
H a l.
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………...……………………...………………...…………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...…………………………………...……………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………………………………………………...……………………………………………………………………………….

Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ……………………….………………………………………….………………………………………………………………
1
1.2. Tujuan ……………………………..……..………….……………………………………………………………………………………………
3
1.3. Ruang Lingkup ……………………...………………….………………………………………………………………………………………
4

Bab II Metodologi
2.1. Pengertian IPM ………………………………………...……..…………………………………...……………………………………………
6
2.2. Komponen IPM Metode Baru ……………………………..…………………………………...……………………………………………
8
2.3. Penyusunan IPM Metode Baru ……………………………..…………………………………...…………………………………………
15

Bab III Gambaran Umum


3.1. Penduduk …………………….……………………………………………………………………………………………………
19
3.2. Struktur Ekonomi …………………………………………….……….…………………………………………………………………………
22
3.3. Kesehatan …………………………...……………………………….……….……………………………………………………………………
25
3.4. Pendidikan …………………………...……………………………….……….…………………………………………………………………
28

Bab IV Indeks Pembangunan Manusia


4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten …………………………………………………..……………………………………
31
4.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota …………………………………………………..………………………
33
4.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lebak …………………………………………………..……………………………………
34
4.4. Indeks Pembangunan Manusia …………………………………………………..…………………………………………………………
44
4.5. Reduksi Shortfall …………………………………………………..……………………………………………………………………………
54
4.6. Kesempatan Kerja …………………………………………………..…………………………………………………………………………
52

Bab V Kesimpulan ………………...…………………………….……………………………………………………………………………………………


55

Bab VI Rekomendasi ………………...…………………………….…………………………………………………………………………………………


57

ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

H a l.
TABEL
2.1. Konversi tahun untuk tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ………………………………………………...……………………
12
2.2. Nilai Minimum dan Maksimum Komponen IPM Metode Baru …………………………………………………………………………………
16
3.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Lebak Tahun 2010 - 2014 ………………………………………………...…………………………
20
3.2. Angka Beban Ketergantungan (ABT) Tahun 1990 - 2014 ………………………………………………………………………………………
21
3.3. Distribusi Persentase PDRB ADHB Tahun 2012 - 2014 …………………………………………………………………………………………
23
3.4. Persentase Pemolong Kelahiran Tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….…………………………
29
3.5. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Ijazah tertinggi yang ditamatkan Tahun 2014 ……………………….…………………
29
4.1. IPM se-Propinsi Banten tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….………………………………………
33
4.2. Jumlah Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2012 - 2014 ……………………….………………………………………….………
36
4.3. Perkembangan Komponen Pendidikan Kabupaten Lebak dan Propinsi Banten Tahun 2010 - 2014 ……………………………
40
4.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Lebak Tahun 2014 ……………………….………………………………………….…………
42
4.5. Perkembangan Pengeluaran Riil Per Kapita dan Indeks Daya Beli Tahun 2010 - 2014 ……………………….……………………
45
4.6. Perbandingan IPM Antar Kabupaten di Propinsi Banten Tahun 2014 ………………….………………………………………….………
47
4.7. Perbandingan Antar Komponen IPM Tahun 2010 - 2014 ………………….………………………………………….………………………
48
4.8. Estimasi IPM Per-Kecamatan Tahun 2014 ………………….………………………………………….……………………………………………
49
4.9. Perbandingan Reduksi Shortfall antar Kabupaten/Kota se-Propinsi Banten ………………….…………………………………………
51
4.10. Statistik Pencari Kerja di Kabupaten Lebak Tahun 2012 - 2014 ………………….………………………………………….………………
53

GAMBAR
2.1. Diagram Penghitungan IPM Metode Baru di Indonesia ……………………………..…………………………………...……………………
7
3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lebak Tahun 1971 - 2014 ……………………………..………………………
19
3.2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kab. Lebak Tahun 2010 - 2014 ……………….…………………………..……
30
4.1. Tren IPM Propinsi Banten Periode 2006 - 2014 ……………………………….…………………….……………………………………………
31
4.2. Tren Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten Tahun 2010 - 2014 ……….…………………………
35

iii
PENDAHULUAN 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui dan memetakan kualitas

pembangunan manusia atau tingkat kesejahteraan rakyat adalah dengan dengan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Data IPM tersebut dibutuhkan bukan saja untuk

mengetahui sejauh mana pencapaian hasil-hasil pembangunan kesejahteraan rakyat

yang telah dilakukan, namun juga sekaligus sebagai bahan masukan guna

merumuskan kebijakan dan program intervensi di tahun-tahun mendatang agar lebih

efektif dan efisien. IPM juga merupakan salah satu alat analisa yang menjanjikan

sejumlah keunggulan karena lebih menggambarkan pemerataan hasil pembangunan

dan langsung menyentuh hasil pembangunan manusia dengan indikator

kesejahteraan sosialnya (tingkat kesehatan, kualitas pendidikan dan akses terhadap

sumber daya ekonomi).

United Nations Development Programme (UNDP), 1990 menyatakan bahwa

Pembangunan Manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan

yang dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting

adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk

mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara

layak.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal

yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah

dilakukan di suatu wilayah. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari

pembangunan manusia, namun mampu mengukur semua dimensi pokok

pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar

penduduk yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama. Ketiga kemampuan dasar itu

Indeks Pembangunan Manusia 1


PENDAHULUAN

adalah umur panjang dan sehat yang diukur melalui angka harapan hidup waktu

lahir, berpengetahuan dan berketerampilan yang diukur dengan angka melek huruf

dan rata-rata lama sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan

untuk mencapai standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran konsumsi.

Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi

karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu. Agar pertumbuhan

ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus

disertai dengan syarat cukup yaitu pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan

pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil

pembangunan.

Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai negara diperoleh

pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan

antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja

publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Korea Selatan sebagai contoh

sukses, tetap konsisten melakukan dua hal tersebut. Sebaliknya Brazil mengalami

kegagalan karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja

publik yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS,

Bappenas, 2004).

Target IPM berkaitan erat dengan target MDGs. Target dan sasaran MDGs

yang dicapai oleh suatu negara merupakan salah satu alat yang dipakai untuk melihat

bagaimana pemerintah suatu bangsa memakmurkan rakyatnya sekaligus memelihara

lingkungannya dengan mengaktifkan slogan membangun dengan sistem go green.

Begitu juga dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), merupakan

salah satu alat yang dipakai untuk melihat bagaimana pemerintah daerah

Indeks Pembangunan Manusia 2


PENDAHULUAN

memakmurkan dan memberdayakan rakyatnya, walaupun tanpa melihat bagaimana

pemerintah daerah memelihara lingkungannya. Yang jelas sasaran keduanya adalah

sama yaitu pemberdayaan manusia. Manusia merupakan modal dasar pembangunan,

sehingga kualitas pembangunan ditentukan oleh kualitas manusianya.

Berdasarkan Hal tersebut, saat ini tampaknya Pemerintah sangat peduli

dengan pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai

salah satu alokator dalam penghitungan dana alokasi umum (DAU) sebagai

instrumen dalam mengatasi kesenjangan keuangan daerah (fiscal gap). Daerah

dengan IPM rendah memperoleh alokasi dana lebih besar dengan harapan dana

tersebut dapat digunakan untuk melakukan upaya perbaikan dalam pembangunan

manusia sehingga dapat mengejar ketertinggalan pencapaian IPM.

Evaluasi terhadap proses pembangunan manusia perlu dilakukan terutama

terhadap capaian pembangunan manusia yang telah dilaksanakan selama ini,

khususnya pada lima tahun terakhir. Untuk dapat mengevaluasi capaian IPM

secara lebih mendalam, maka perlu juga dilakukan analisis terhadap

perkembangan masing-masing komponen yang memberikan kontribusi terhadap

peningkatan IPM. Terkait dengan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan, perlu

pula dilihat hasil-hasil pemerataan pembangunan manusia antar wilayah, khususnya

pada level provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Banten.

1.2. Tujuan

Analisis indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2013 diantaranya

bertujuan untuk:

Indeks Pembangunan Manusia 3


PENDAHULUAN

- Menyajikan informasi mengenai perkembangan pembangunan manusia

hingga tahun 2013 di Kabupaten Lebak beserta komponen-komponen

pembentuknya.

- Mengamati kondisi berbagai indikator turunan dari IPM tersebut seperti

kondisi kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat di Kabupaten

Lebak.

- Menyajikan analisis pembandingan antar kabupaten/kota perihal IPM

dan komponen pembentuknya

- Implikasi Kebijakan IPM dalam menentukan skala prioritas dan arah

kebijakan pembangunan manusia di Kabupaten Lebak di masa mendatang.

- Sebagai dasar perencanaan pada tingkat makro, terutama terkait dengan

masalah ekonomi dan sosial.

1.3. Ruang Lingkup

Dalam Publikasi ini analisis IPM yang dicakup adalah analisis pada tingkat

kabupaten. Analisis pada tingkat wilayah administrasi yang lebih rendah lagi

(kecamatan atau wilayah pengembangan) memerlukan data spasial wilayah tersebut

dan perlu survei-survei khusus sehingga dibutuhkan sampel yang dapat

merepresentasikan wilayah tersebut.

Adapun ruang lingkup kegiatan pada pekerjaan penyusunan publikasi “Indeks

Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2013 ini adalah sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Manusia 4


PENDAHULUAN

1. Pengolahan Data

a. Melakukan pengecekan dan validasi terhadap data mentah dan data

sekunder sehingga layak untuk dieksplorasi

b. Melakukan tabulasi dan penghitungan indikator-indikator

2. Penyusunan Publikasi

a. Melakukan analisis dan pengetikan draft awal

b. Melakukan perbaikan dan pengetikan publikasi final

Indeks Pembangunan Manusia 5


METODOLOGI 2
METODOLOGI

2. 1. Pengertian IPM

Menurut United Nations Development Programme (UNDP) dalam

publikasi Human Development Report 1991, pembangunan manusia adalah suatu

“proses meningkatkan pilihan yang lebih banyak bagi manusia untuk hidup (a

process of increasing people options) atau proses peningkatan kemampuan

manusia”.

Proses tersebut dikonsentrasikan secara merata pada peningkatan formasi

kemampuan manusia dengan cara investasi pada diri manusia. Selain itu,

dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan manusia melalui penciptaan

kerangka partisipasi untuk menghasilkan pendapatan dan peningkatan

kesempatan kerja.

Adapun peningkatan pilihan bagi manusia mencakup tiga hal, yaitu

menikmati kehidupan yang sehat dalam jangka waktu yang relatif lama,

mempunyai pengetahuan, pekerjaan, dan pendapatan untuk mendukung

kebutuhan hidup sesuai dengan standar yang memadai.

Dalam laporan yang sama, kemajuan pembangunan manusia menurut UNDP

diukur dengan menggunakan Human Development Index (HDI) atau Indeks

pembangunan manusia (IPM). IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi

kebutuhan dasar manusia, yang mencakup umur panjang dan sehat,

pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

IPM ini selanjutnya diadopsi oleh berbagai negara termasuk Indonesia,

tentunya dengan melakukan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan

ketersediaan data di negara masing-masing.

Indeks Pembangunan Manusia 6


METODOLOGI

Gambar 2.1. Diagram Penghitungan IPM


Metode Baru di Indonesia

Indeks Pembangunan Manusia 7


METODOLOGI

Dalam konteks Indonesia, saat itu IPM merupakan Indeks komposit yang

dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu: Umur Panjang dan Sehat menggunakan

ukuran Harapan Hidup pada saat lahir, Pengetahuan sebagai ukuran nya adalah

kombinasi dari Angka melek huruf dan Rata-rata lama sekolah, dan Standar

Hidup Layak menggunakan Pengeluaran per Kapita Riil Setahun Disesuaikan

sebagai ukuran.

Seiring dengan perubahan metodelogi yang dilakukan oleh UNDP sejak

tahun 2010 sampai tahun 2013, Indonesia sebagai official statistics pun mulai

2015 ini turut mengadopsi IPM Metode Baru. Komponen apa saja yang digunakan

dalam menghitung IPM Metode Baru dapat dilihat pada Gambar 2.1. di atas.

2. 2. Komponen IPM Metode Baru

A. Umur Panjang dan Sehat

Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

dimensi umur panjang dan sehat. Namun dengan mempertimbangkan

ketersediaan data secara umum, maka UNDP memilih indikator Angka Harapan

Hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai proxy nya.

Angka harapan hidup didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak

tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Secara teori, semakin

baik kesehatan seseorang maka kecenderungan untuk bertahan hidup lebih lama

akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin buruk kesehatan nya maka umur

kehidupan orang tersebut akan semakin pendek. Dengan demikian, angka

harapan hidup diharapkan dapat menggambarkan dimensi umur panjang dan

sehat.
Indeks Pembangunan Manusia 8
METODOLOGI

Angka Harapan Hidup dihitung melalui pendekatan tak langsung (indirect

estimation), dengan menggunakan data Anak Kandung Lahir Hidup dan Anak

Kandung Masih Hidup. Penghitungan angka harapan hidup menggunakan paket

program Mortpack dengan metode Trussel dan model West. Pemilihan metode ini

dilakukan karena sesuai dengan histori data kependudukan dan kondisi umum

Indonesia (Preston, 2004).

Melalui program Mortpack, dihasilkan estimasi angka harapan hidup empat

tahun sebelum tahun sensus atau survei. Untuk mendapatkan angka harapan

hidup pada tahun sensus atau survei, dilakukan Fitting model dari beberapa data

historis. Angka Harapan Hidup sendiri dihitung dengan menggunakan data

Proyeksi Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010.

Setelah mendapatkan Angka Harapan Hidup, selanjutnya dihitung Indeks

Angka Harapan Hidup. Penghitungannya dilakukan dengan cara membandingkan

angka tersebut dengan angka standar UNDP, yaitu angka harapan hidup

minimum dan maksimum. Kedua angka standar tersebut masing-masing

mecapai 20 tahun dan 85 tahun.

B. Pengetahuan

Untuk mengukur dimensi pengetahuan atau pencapaian pendidikan

penduduk digunakan dua indikator, yakni Harapan Lama Sekolah dan Rata- rata

Lama Sekolah. Informasi mengenai Harapan Lama Sekolah, sangat penting

karena dapat mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan perluasan

kesempatan dalam bidang pendidikan di suatu wilayah.

Indeks Pembangunan Manusia 9


METODOLOGI

Adapun Rata-rata Lama Sekolah dapat menggambarkan kualitas

sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin lama rata-

rata tahun pendidikan penduduk di suatu wilayah, akan semakin tinggi pula mutu

sumber daya manusia nya.

B.1. Harapan Lama Sekolah

Yang dimaksud dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) adalah lamanya

sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur

tertentu di masa mendatang.

HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan

pemerintah yaitu program wajib belajar, dengan sumber data dari Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas).

Adapun rumus untuk penghitungan HLS adalah sebagai berikut:

Dimana :

HLS = Harapan Lama Sekolah

Ei = Jumlah penduduk usia i yang bersekolah

Pi = Jumlah seluruh penduduk usia i

i = Usia (7, 8,…,n)

Indeks Pembangunan Manusia 10


METODOLOGI

Setelah mendapatkan HLS, selanjutnya dihitung Indeks HLS. Indeks HLS

diperoleh dengan membandingkan angka tersebut terhadap angka standar UNDP,

dimana UNDP telah menetapkan HLS minimum dan maksimum, yaitu masing-

masing adalah 0 tahun dan 18 tahun.

B.2. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun

yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas di seluruh jenjang

pendidikan formal yang yang pernah dijalani.

RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25

tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu, juga untuk mengikuti standard

internasional yang digunakan oleh UNDP. Sama sepert HLS, sumber data yang

digunakan untuk menghitung RLS adalas Susenas.

RLS dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu jenjang

pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat/kelas pendidikan yang

sedang/pernah diduduki. Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan secara

bertahap. Tahap pertama, dihitung lama sekolah untuk masing-masing individu

dengan menggunakan pola hubungan antar variabel. Tahap selanjutnya dihitung

rata-rata lama sekolah untuk keseluruhan individu.

Indeks Pembangunan Manusia 11


METODOLOGI

Tabel 2.1. Konversi Tahun untuk Tingkat Pendidikan


Tertinggi yang Ditamatkan

Tingkat Pendidikan Tertinggi


Koversi Tahun
yang Ditamatkan

Tidak/Belum pernah sekolah 0


Tamat SD 6
Tamat SLTP 9
Tamat SLTA/SMU 12
Diploma I 13
Diploma II 14
Akademi / Diploma III 15
Diploma IV / Sarjana 16
Master (S2) 18
Doktor (S3) 21

Adapun formula untuk lama sekolah adalah :

Lama Sekolah = Konversi Tahun + Tingkat/Kelas Tertinggi yang

pernah/sedang diduduki - 1

Dengan nilai konversi tahun untuk setiap jenjang pendidikan disajikan pada Tabel

2.1. Sedangkan penghitungan Rata-rata Lama Sekolah menggunakan rata-rata

tertimbang, yaitu :

Indeks Pembangunan Manusia 12


METODOLOGI

Dimana :

RLS = Rata-rata lama sekolah

fi = Frekuensi penduduk usia 25 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan ke-i

Li = Lama sekolah untuk jenjang pendidikan ke-i.

i = Jenjang Pendidikan ke-i.

Indeks rata-rata lama sekolah diperoleh dengan membandingkan angka

tersebut terhadap angka standar UNDP, dimana UNDP telah menetapkan rata-rata

lama sekolah minimum dan maksimum, yaitu masing-masing adalah 0 tahun

dan 15 tahun.

B.3. Indeks Pengetahuan

Untuk memperoleh indeks pengetahuan atau indeks pencapaian

pendidikan, Indeks HLS dan Indeks RLS digabung menjadi satu dengan

perbandingan yang sama, yaitu :

Indeks Pengetahuan = 1/2 Indeks HLS + 1/2 Indeks RLS

Apabila dikalikan 100, maka Indeks ini akan bernilai antara 0 (keadaan

terburuk) dan 100 (keadaan terbaik).

Indeks Pembangunan Manusia 13


METODOLOGI

C. Standar Hidup Layak

Dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup

layak. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat

kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin

membaiknya ekonomi. Untuk pengukuran standar hidup layak di Indonesia, BPS

menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita setahun disesuaikan.

Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per

kapita dan paritas daya beli. Dimana, rata-rata pengeluaran per kapita setahun

diperoleh dari Susenas, yang dibuat konstan/riil dengan tahun menggunakan

dasar tahun 2012 (2012=100).

Perhitungan paritas daya beli menggunakan 96 komoditas dimana 66

komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan.

Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao, yakni :

Dimana :

PPPj = Paristas daya beli di kabupaten/kota j

Pij = Harga komoditas i di kabupaten/kota i

Pik = Harga komoditas i di Jakarta Selatan

Indeks Pembangunan Manusia 14


METODOLOGI

Untuk menjamin keterbandingan yang standar baik antar daerah maupun

secara runtun waktu (tahun), beberapa tahapan prosedur yang harus ditempuh

dalam penghitungan pengeluaran per kapita setahun disesuaikan disesuaikan

adalah sebagai berikut :

1). Menghitung pengeluaran per kapita sebulan dari Susenas (=A)

2). Mengkonversi nilai A menjadi pengeluaran per kapita setahun dalam

ribuan (=B).

3). Mendeflasikan nilai B dengan IHK (2012=100) yang sesuai (=C).

4). Menghitung Daya beli penduduk (Purchasing Power Parity, PPP/unit).

Penghitungannya menggunakan Metode Rao, dengan data dasar

adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri

dari nilai 96 komoditi.

5). Membagi nilai C dengan PPP/unit (=D).

Batas maksimum dan minimum yang digunakan untuk penghitungan indeks

pengeluaran per kapita setahun disesuaikan masing-masing adalah Rp.

1.007.436,- dan Rp. 26.572.352,-.

2. 3. Penyusunan IPM Metode Baru

Untuk memperoleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dilakukan 2 (dua)

tahapan penghitungan sebagai berikut :Tahap pertama, dilakukan

penghitungan indeks masing-masing komponen pembentuk IPM yaitu :

Indeks AHH, Indeks Pengetahuan, dan Indeks Pendapatan. Untuk setiap

komponen, cara penghitungan indeksnya adalah sama, yaitu dengan

Indeks Pembangunan Manusia 15


METODOLOGI

membandingkan nilai masing-masing komponen dengan standar maksimum dan

minimum yang telah ditetapkan (Tabel 2.3).

Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Metode Baru

Komponen IPM Minimun Maksimum Keterangan

(1) (2 (3 (4)
) )
1. Angka Harapan Hidup 20 85 Standar UNDP

2. Harapan Lama Sekolah 0 18 Standar UNDP

3. Rata-rata Lama Sekolah 0 5 Standar UNDP

4. Pengeluaran per Kapita Setahun


1.007.436 26.572.252 Standar BPS
Disesuaikan

Rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks AHH, Indeks HLS, dan

Indeks RLS adalah sebagai berikut :

Indeks Pengetahuan terdiri dari:

Indeks Pembangunan Manusia 16


METODOLOGI

Rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks Pendapatan (Indeks Y)

adalah sebagai berikut :

Adapun rumus yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah:

Indeks Pembangunan Manusia 17


METODOLOGI

2. 4. Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia

Sebagai indikator komposit, IPM mempunyai manfaat terbatas

terutama bila disajikan tersendiri hanya dapat menunjukan status

pembangunan manusia suatu wilayah. Namun demikian, manfaat yang terbatas

tersebut dapat diperluas bila dilakukan perbandingan antar waktu dan antar

wilayah, sehingga posisi relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain dapat

diketahui serta kemajuan atau pencapaian antar waktu di suatu wilayah dan

perbandingannya dengan pencapaian wilayah lain juga dapat diteliti.

Untuk melihat pencapaian pembangunan manusia dengan lebih teliti dapat

dilihat dari dua segi : Pertama, kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur

dengan pertumbuhan IPM. Pertumbuhan IPM adalah peningkatan nilai IPM dalam

suatu periode (t) terhadap nilai IPM periode sebelumnya (t-1).

Indeks Pembangunan Manusia 18


GAMBARAN UMUM 3
GAMBARAN UMUM

3.1. Penduduk

Selama beberapa periode Sensus Penduduk (SP) di wilayah Kabupaten

Lebak mulai tahun 1971 hingga 2010, kemudian juga berdasarkan hasil survey

menunjukkan bahwa pengendalian jumlah penduduk berhasil secara signifikan.

Terliha bahwa laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cukup

berarti (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk


Kabupaten Lebak Tahun 1971 - 2014

1400 6
Jumlah LPP 1 236 1 248 1 259
1 204 1 223
1200
5
1 030
1000
874 4
Persen per tahun
800 2,97
683
3
600 535
2,74
2,49
2
400
1,72
1,59 1,56
1
200
1,05 0,98 0,91

0 0
1971 1980 1990 2000 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Pembangunan Manusia 19


GAMBARAN UMUM

Pada tahun 1971 pertumbuhan penduduk pertahun mencapai hampir 3

persen. Bila keadaan ini dibiarkan maka penduduk Kabupaten Lebak akan

berjumlah 2 kali lipat dalam waktu 23,7 tahun sejak tahun 1971, atau berjumlah 2

kali lipat pada tahun 1994 atau 1995. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah

penduduk Lebak berjumlah dua kali lipat terjadi sekitar tahun 2002 atau 2003,

atau mengalami perlambatan selama 8 tahun. Hal tersebut berarti bahwa program

pengendalian penduduk terutama pengendalian kelahiran telah berhasil dengan

baik. Selanjutnya pertumbuhan penduduk hingga tahun 2014 juga terus

mengalami penurunan, bahkan mencapai dibawah 1 persen.

Tabel 3.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Lebak


Tahun 2010 - 2014

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penduduk (Jiwa) 1.204.095 1.222.905 1.235.806 1.247.906 1.259.315

Laki-laki 619.052 627.500 633.998 640.002 645.711

Perempuan 585.043 595.405 601.808 607.904 613.604

Rasio Jenis Kelamin 106 105 105 105 105

LPP pertahun (persen) 1,59 1,56 1,05 0,98 0,91

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 395 402 406 410 410

Tabel 3.1. menunjukkan indikator kependudukan di Kabupaten Lebak

selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014, terlihat bahwa komposisi jumlah

Laki-laki dan perempuan relatif tidak berubah, 105 orang laki-laki untuk setiap 100

Indeks Pembangunan Manusia 20


GAMBARAN UMUM

orang perempuan. Namun terdapat pola makin seimbangnya proporsi antara laik-

laki dan perempuan dari waktu ke waktu. Sedangkan kepadatan penduduk tiap

kilometer persegi untuk tahun 2014 tidak mengalami perubahan dari tahun

sebelumnya, yaitu 410 jiwa per kilometer persegi.

Tabel 3.2. Angka Beban Ketergantungan


Tahun 1990 - 2014

Jenis Kelamin 1990 2000 2010 2014


(1) (2) (3) (4) (5)

Laki-laki 91,40 70,99 58,06 57,34

Perempuan 87,51 74,47 58,36 56,54

Total 89,46 72,66 58,21 56,95

Beban penduduk yang berstatus belum dan non produktif Pada tahun 2014

yang ditanggung oleh penduduk usia produktif mengalami penurunan

dibandingkan tahun sebelumnya masih berkisar antara 56-57 orang untuk setiap

100 orang usia produktif. Sedangkan angka beban ketergantungan yang ideal

adalah 50 orang untuk setiap 100 orang produktif atau setiap 2 orang produktif

menanggung 1 orang penduduk tidak/belum produktif. Berkurangnya beban

ketergantungan akan memberi harapan baik pada usaha peningkatan kwalitas

penduduk. Namun diperlukan pula persyaratan bahwa yang menanggung adalah

penduduk yang memang memiliki kualitas yang baik dan mampu memikul

tanggung jawab.

Indeks Pembangunan Manusia 21


GAMBARAN UMUM

Pengendalian pertumbuhan penduduk, meningkatnya taraf kesehatan

penduduk, berkurangnya jumlah penduduk yang mengalami gangguan kesehatan

dan lainnya adalah beberapa penyebab turunnya angka ketergantungan

penduduk. Menurunnya angka katergantungan penduduk dari sisi demografi

merupakan suatu indikasi tentang perubahan komposisi penduduk. Yaitu

beralihnya komposisi penduduk muda menjadi penduduk dewasa. Dilain pihak

menurunnya angka ketergantungan juga dapat meningkatkan perekonomian

suatu wilayah. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk usia produktif maka

berhubungan positif terhadap PDRB per kapita.

3.2. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau

susunan kategori-kategori ekonomi dalam suatu perekonomian. kategori yang

dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur

tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dimaksudkan dengan

kategori ekonomi yang dominan atau yang diandalkan adalah kategori ekonomi

yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar penduduk serta

menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar.

Secara kategorial perekonomian Kabupaten Lebak didominasi oleh kategori

pertanian hingga sekarang dengan share sebesar 27 % lebih dari total PDRB

tahun bersangkutan, disusul oleh kelompok kategori tersier (perdagangan, jasa-

jasa) dan yang terakhir adalah kelompok kategori sekunder (Industri, Listrik dan

gas, pengadaan air dan Konstruksi).

Indeks Pembangunan Manusia 22


GAMBARAN UMUM

Hingga tahun 2012 kontribusi kategori primer dalam PDRB makin mengecil,

namun pada tahun 2013 kategori pertanian mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 27,97 persen dari total PDRB atau

meningkat sebesar 1.58 poin. Penguatan ini kemungkinan disebabkan

meningkatnya output di kategori pertanian terutama pada subkategori tanaman

Pangan, Perkebunan,Holtikultura dan Peternakan.

Tabel 3.3. Distribusi Persentase PDRB Atas dasar Harga Berlaku


Tahun Dasar 2010

SEKTOR LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 *) 2013 *) 2014 **)

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 29,27 28,05 26,39 27,97 27,30


B. Pertambangan dan Penggalian 8,24 9,43 9,95 8,33 8,49
C. Industri Pengolahan 12,39 11,66 11,52 11,26 10,30
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,05 0,06 0,06 0,07

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


0,07 0,06 0,06 0,06 0,05
Limbah dan Daur Ulang

F. Konstruksi 4,47 4,53 4,81 4,93 5,75

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi


13,01 13,46 13,62 13,35 12,87
Mobil dan Sepeda Motor

H. Transportasi dan Pergudangan 5,56 5,52 5,54 5,83 6,15


I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,29 4,25 4,46 4,52 4,80
J. Informasi dan Komunikasi 0,65 0,63 0,62 0,59 0,60
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,46 1,53 1,69 1,71 1,65
L. Real Estate 6,68 6,53 6,49 6,35 6,13
M,N. Jasa Perusahaan 0,31 0,30 0,31 0,31 0,31
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
4,87 5,23 5,38 5,17 5,74
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 5,40 5,43 5,77 6,07 6,10
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,98 0,98 1,04 1,02 1,03
R,S,T,U. Jasa lainnya 2,30 2,35 2,30 2,45 2,65
Sumber: PDRB Kab. Lebak Tahun 2010-2014

Indeks Pembangunan Manusia 23


GAMBARAN UMUM

Setiap tahunnya kelompok kategori yang secara nyata mengalami

pergeseran peran adalah antara kelompok kategori primer (Pertanian dan

Pertambangan) dan kelompok Kategori tersier (perdagangan dan jasa-jasa).

Pergeseran peranan tersebut dalam jangka menengah dan panjang dapat menjadi

suatu kekhawatiran, karena kategori sektor yang banyak menyerap tenaga kerja

dan tidak terlalu memerlukan keahlian khusus seiring perkembangan jaman

menjadi semakin mengecil peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Lebak,

yang notabene merupakan wilayah agraris.

Sedangkan kelompok kategori tersier yang penyerapan tenaga kerjanya

lebih sedikit dibandingkan kelompok primer maupun sekunder mulai mengambil

alih peranan perekonomian Lebak. Kekhawatirannya adalah para pelaku di

kelompok tersier sebagian besar mereka adalah yang memiliki kecakapan dan

keahlian tertentu yang didapat melalui pendidikan atau kursus (seperti kategori,

keuangan, jasa perbangkan, jasa pendidikan, jasa perusahaan dan lain-lain).

Sehingga penduduk yang tidak memiliki skill atau kecakapan yang dibutuhkan

nantinya tidak akan mampu bersaing untuk memasuki pasar kerja yang tersedia.

Implikasinya adalah banyak pasar kerja yang tersedia diisi oleh para pendatang

yang memang dari awalnya sudah memiliki skill tertentu dan berniat memasuki

pasar kerja yang ada..

Bila kita cermati Tabel 3.3 terdapat kekhawatiran jika dikaitkan dengan

masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk maka masalah yang kemungkinan

akan timbul dimasa mendatang adalah kemampuan Kabupaten Lebak untuk

menyiapkan sumber daya manusia dalam hal menjawab tantangan kebutuhan

tenaga kerja di kategori sekunder dan tersier yang membutuhkan keahlian


Indeks Pembangunan Manusia 24
GAMBARAN UMUM

tertentu dan kemampuan menyediakan kebutuhan pokok pangan secara mandiri.

Ancaman angka pengangguran yang semakin tinggi pada tahun-tahun mendatang

bukan tidak mungkin akan terjadi.

3.3. Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN). Dijelaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya

pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta,

maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu

unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

Kesehatan merupakan modal utama di dalam menjalankan aktivitas

keseharian kita dan di dalamnya yang dibahas bukan hanya perihal badan dan jiwa

akan tetapi juga membahas perihal interaksi sosial dan kemampuan untuk

produktif dalam bidang ekonomi dalam artian orang sehat tersebut dapat

memenuhi kebutuhannya terhadap kebutuhan ekonomi dirinya dan orang yang

menjadi tanggungannya bagi yang sudah berkeluarga. Memiliki kesehatan yang

prima berarti memilki modal untuk melakukan kegiatan yang produktif. Disamping

kesehatan sebagai modal juga dapat dikatakan investasi masa depan karena

dengan melakukan upaya kesehatan yang baik sejak dini maka kemampuan

merencanakan masa depan akan lebih terjamin.

Manusia sehat adalah prasyarat untuk mewujudkan people centered

development. Dalam hal penanganan masalah kesehatan tentu saja tidak bisa
Indeks Pembangunan Manusia 25
GAMBARAN UMUM

dilakukan secara parsial namun membutuhkan kerjasama dengan beberapa

sektor, seperti sektor pendidikan dan juga pemahaman terhadap budaya

setempat.

Skala prioritas terhadap program kesehatan yang akan dicapai harus

dilakukan, karena berkaitan dengan masalah sumberdaya dan ketersediaan dana.

Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan,

tetapi harus diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan, ketersediaan tenaga

kesehatan dan intervensi prilaku yang membuat masyarakat agar lebih sadar,

mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development).

Beberapa indikator yang sering dijadikan acuan untuk mengetahui atau

mengukur status kesehatan suatu wilayah diantaranya adalah mortalitas, status

gizi dan morbiditas. Indikator Mortalitas yang digunakan biasanya adalah Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), namun karena sifat

kejadiannya yang insidentil dan relatif menyebar di masyarakat, serta belum

adanya kesadaran di masyarakat maupun pemerintah setingkat desa maupun

kelurahan untuk mencatat kejadian tersebut maka tentu saja indikator tersebut

sangat sulit untuk diperoleh.

Penyebab kematian ibu sebelum dan sesudah persalinan adalah karena

tiga terlambat, yaitu: terlambat mengenali tanda-tanda bahaya, terlambat

merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan

setelah tiba di fasilitas kesehatan. Selain hal tersebut diatas, faktor yang memiliki

andil cukup besar terhadap tinggi rendahnya indikator tersebut adalah faktor

Indeks Pembangunan Manusia 26


GAMBARAN UMUM

penolong kelahiran. Dokter, Bidan dan tenaga medis lainnya maupun dukun bayi

yang terlatih diharapkan memberikan peluang hidup (survive) lebih besar pada

bayi yang dilahirkan maupun ibu yang melahirkan (Dr. Abdullah Cholil

MPH,2001).

Tabel 3.4. Persentase Penolong Kelahiran


Tahun 2010 - 2013

Penolong Kelahiran (%) 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Medis
- Dokter 1,50 1,30 5,82 6,72 6,90

- Bidan & Paramedis Lain 33,00 30,40 28,62 46,01 48,78


Tenaga Non Medis
- Dukun Beranak/Paraji 65,50 68,30 65,56 46,71 44,02

- Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,56 0,31


Sumber: SUSENAS 2010 s.d 2014

Tabel 3.4 menunjukkan perbaikan penanganan kejadian kelahiran di

Kabupaten Lebak. Terlihat bahwa persentase penolong kelahiran yang dilakukan

tenaga medis pada tahun 2010 yang hanya 34,5 persen secara signifikan

meningkat menjadi 55,68 persen pada tahun 2014. Makin meningkatnya

persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis merupakan salah satu

indikasi meningkatnya kesadaran penduduk mengenai pentingnya kesehatan.

Selain itu diharapkan bayi dan ibu yang selamat selama menjalani proses

kelahiran semakin meningkat baik dalam jumlah maupun persentase.

Indeks Pembangunan Manusia 27


GAMBARAN UMUM

3.4. Pendidikan

Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di

dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan,

melalui pendidikan bermutu dapat dilahirkan sumber daya manusia (SDM)

berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu raw input proses pembangunan.

Tanpa pendidikan yang bermutu tidak mungkin tujuan pembangunan sebuah

bangsa dapat terwujud dengan baik. Pendidikan bermutu dan pembangunan

berkualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lain.

Tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan salah satu ukuran dari

kemampuan penduduk dalam menyerap suatu informasi. Semakin tinggi tingkat

pendidikan penduduk, diharapakan segala informasi yang berkaitan dengan proses

pembangunan akan lebih mudah diserap dan nantinya akan berguna bagi

masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya..

Tabel 3.5 memperlihatkan hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan persentase penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2014

yang berijazah SLTA bertambah menjadi 9,37 persen. Sedikit mengalami

peningkatan dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (9,19 persen). Kenaikan juga

terjadi pada level pendidikan SLTP, yang secara siginifikan bertambah menjadi

16,97 persen dibandingkan tahun 2010 yang hanya berjumlah 14,911 persen.

Tentu saja peningkatan tingkat pendidikan di level menngah mengakibatkan

pendidikan di level dasar menjadi menurun, yang ditunjukkan oleh menurunnya

penduduk berpendidikan Sekolah Dasar menjadi hanya 71,48 persen. Harapannya

Indeks Pembangunan Manusia 28


GAMBARAN UMUM

peningkatan pendidikan pada level menegah akan berdampak pada rata-rata lama

sekolah penduduk Kabupaten Lebak di masa mendatang. Sehingga diharapkan

informasi yang dapat diterima masyarakat akan semakin banyak dan beragam,

serta pemanfaatan hasil penyerapan informasi akan makin mudah dan beragam

pula.

Tabel 3.5. Persentase Penduduk 15 Th keatas Menurut Ijazah


tertinggi yang ditamatkan Tahun 2010 dan 2014

PENDIDIKAN SP2010 2014

(1) (3) (4)

≤ SD 73,54 71,48

SLTP 14,91 16,97

SLTA 9,19 9,37

Diploma I/II 0,60 0,28

Akademi/DIII 0,33 0,12

Perguruan Tinggi/DIV 1,43 1,77


Sumber: SUSENAS

Walaupun pada tahun 2014 terjadi peningkatan persentase penduduk

Kabupaten Lebak yang berijazah SLTA keatas, namun secara umum tingkat

pendidikan di Kabupaten Lebak masih relatif rendah, yaitu secara rata-rata

lamanya sekolah penduduk 25 tahun keatas hanya 5,84 tahun atau belum lulus

SD, walaupun mengalami kenaikan 0,03 tahun dari tahun sebelumnya. Masih

rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas dimungkinkan

Indeks Pembangunan Manusia 29


GAMBARAN UMUM

karena masih adanya pengaruh dari pola pendidikan dimasa lampau yang hanya

belum menargetkan wajib belajar 12 tahun. Sehingga Ijazah sekolah menengah

saja dirasa sudah cukup sebagai modal dasar terjun dalam dunia kerja. Selain itu

proporsi penduduk usia dewasa (40 th keatas) yang hanya menargetkan

kemampuan baca tulis, cukup besar sehingga berpengaruh signifikan terhadap

rata-rata lama sekolah yang dialami oleh penduduk Kabupaten Lebak. Hal yang

cukup melegakan adalah walaupun rata-rata lama sekolah di Lebak hanya naik

0,03 tahun, sedanghkan rata-rata lama sekolah di Banten tetap hanya naik 0,02

tahun, mengandung arti bahwa percepatan pendidikan di Kabupaten Lebak secara

umum lebih baik dari Propinsi Banten.

Gambar 3.2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah


Tahun 2010 - 2014

Indeks Pembangunan Manusia 30


ANALISIS 4
ANALISIS

4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan

manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran

kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi

tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang

layak. Pembangunan manusia (human development) juga dirumuskan sebagai

perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat

dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai

taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di antara berbagai

pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan

sehat, berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber

daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Gambar 4.1. IPM Propinsi Banten


Tahun 2005 - 2014

Sumber: BPS

Indeks Pembangunan Manusia 31


ANALISIS

Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia di Banten dengan

menggunakan metode yang baru, walaupun secara besaran angka terlihat

mengalami penurunan, namun secara peringkat mengalami peningkatan yang

signifikan. Bila dengan hasil penghitungan menggunakan metode lama peringkat

Banten ada di posisi 23-24 secara nasional. Namun dengan penghitungan metode

baru peringkat Banten naik secara signifikan menjadi posisi 8. Selain itu nilainya

ada diatas nilai IPM Indonesia.

Meningkatnya angka IPM secara konsisten selama periode 2010-2014.

Dimana, IPM Banten naik 2,35 poin dalam jangka waktu empat tahun (gambar

4.1) menunjukkan pembangunan manusia di Banten terus mengalami perbaikan.

Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun ini, menjadi pertanda

bahwa kualitas pembangunan manusia di Banten yang dilihat dari aspek

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi juga semakin membaik.

Angka IPM Banten sendiri pada tahun 2014 mencapai 69,89. Berarti,

tingkat pencapaian pembangunan manusianya baru mencapai 69,89 persen

dari kondis ideal (IPM ideal = 100). Berdasarkan kategori yang diberikan oleh

UNDP, yakni capaian pembangunan manusia dikategorikan menjadi kategori

sangat tinggi (IPM ≥80), kategori tinggi (70 ≤ IPM < 80), kategori sedang (60 ≤

IPM <70), dan kategori rendah (IPM < 60). Maka, capaian pembangunan manusia

di Banten pada periode 2010-2014 termasuk dalam kategori sedang.

Indeks Pembangunan Manusia 32


ANALISIS

4.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kota

Pertumbuhan IPM Provinsi Banten dari tahun ke tahun tentu saja hasil dari

peningkatan IPM yang terjadi di wilayah Kabupaten/kota di Propinsi Banten.

Pertumbuhan yang terjadi berkisar antara 0,42 persen (Kabupaten Tangerang)

hingga 1,15 persen (Kabupaten Pandeglang). Kota Tangerang Selatan masih tetap

merupakan wilayah yang memiliki IPM tertinggi di Propinsi Banten, dengan

pencapaian 79,17 persen dari kondisi ideal. Sedangkan posisi terendah ditempati

oleh Kabupaten Lebak, dengan selisih nilai beda tipis (0.42 poin) dengan

Kabupaten Pandeglang.

Tabel 4.1. IPM Se-Propinsi Banten


Tahun 2012 - 2014

IPM
No. Kabupaten/Kota
2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pandeglang 60,48 61,35 62,06

2 Lebak 60,22 61,13 61,64

3 Tangerang 68,83 69,28 69,57

4 Serang 62,97 63,57 63,97

5 Kota Tangerang 74,57 75,04 75,87

6 Kota Cilegon 70,07 70,99 71,57

7 Kota Serang 69,43 69,69 70,26

8 Kota Tng. Selatan 77,68 78,65 79,17

BANTEN 68,92 69,47 69,89

Sumber: BPS

Indeks Pembangunan Manusia 33


ANALISIS

Pada tahun 2014 Kabupaten Lebak mempunyai nilai IPM sebesar 61,64,

atau meningkat sebesar 0,82 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan IPM

Kabupaten Lebak tahun 2014 lebih kecil dibandingkan peningkatan pada tahun

2013 (1,52 persen). Berdasarkan kategori yang diberikan oleh UNDP, maka,

capaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak Banten pada periode 2012-

2014 termasuk dalam kategori sedang.

Guna mengejar ketertinggalan pencapaian pembangunan manusia

dibutuhkan program pembangunan yang konkrit dan berkelanjutan. Diantaranya

program pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur jalan dan

jembatan (untuk kemudahan akses) dan kelengkapan fasilitas sosial ekonomi

(pasar, fasilitas kesehatan dan sebagainya). Selain itu diperlukan pula sinergi

antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan swasta dalam melakukan pelaksanaan

pembangunan.

4.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebak

Perbedaan yang cukup besar dari capaian pembangunan manusia (IPM)

antar kabupaten/kota menunjukkan masih adanya kesenjangan pembangunan

manusia di Propinsi Banten. Kesenjangan yang terbesar terjadi pada komponen

Kesehatan, diikuti oleh komponen daya beli dan terakhir komponene pendidikan.

Penjelasan berikut akan menguraikan pengaruh komponen kesehatan, pendidikan

dan pendapatan terhadap IPM di Kabupaten Lebak.

Indeks Pembangunan Manusia 34


ANALISIS

4.3.1. Komponen IPM Sektor Kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH) yang merupakan rata-rata perkiraan

banyaknya tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidupnya merupakan

wakil IPM untuk Komponen sektor kesehatan. AHH dapat menggambarkan tingkat

kesehatan rata-rata yang telah dicapai oleh suatu kelompok masyarakat. Semakin

tinggi Angka Harapan Hidup di suatu wilayah, maka diharapkan akan semakin

tinggi pula derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

Gambar 4.2. AHH Kabupaten Lebak dan Propinsi Banten


Tahun 2010 - 2014

Sumber: BPS

Tahun 2014 AHH penduduk Kabupaten Lebak adalah 65,88 tahun, yang

berarti secara rata-rata masa hidup penduduk kabupaten lebak semenjak lahir

Indeks Pembangunan Manusia 35


ANALISIS

hingga saatnya meninggal nanti adalah sekitar 65 tahun 10 bulan, atau bertambah

lama sebanyak 1 bulan dibandingkan tahun sebelumnya.

Keadaan yang ditunjukkan pada gambar 4.2. memperlihatkan bahwa angka

harapan hidup Kabupaten Lebak masih lebih rendah dibandingkan rata-rata angka

harapan hidup di Banten, dengan tingkat kesenjangan yang semakin melebar dari

tahun ke tahun. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa kinerja kesehatan

secara rata-rata masih sedikit tertinggal dengan kabupaten/kota lainnya di

Propinsi Banten. Walaupun begitu Kabupaten Lebak menempati peringkat ke 5

untuk komponen kesehatan, diatas Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon.

Tabel 4.2. Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Inap


Tahun 2012 - 2014

Rawat Jalan Rawat Inap


FASKES
2012 2013 2014 2011 2012 2014
(1) (3) (4) (4) (5) (6) (7)

RSUD ADJIDARMO 122.529 125.748 128.832 19.618 20.360 30.882

RS MISI 5.214 4.801 14.752 1.000 1.080 4.081

TOTAL 127.743 130.549 143.584 20.618 21.440 34.963

% Pertumbuhan 10,60 2,20 9,98 9,73 3,99 63,07


Sumber: Lebak Dalam Angka 2012-2014

Nilai Angka Harapan Hidup walaupun dapat menggambarkan derajat

kesehatan penduduk, namun angka ini dapat pula dipengaruhi oleh beberapa

Indeks Pembangunan Manusia 36


ANALISIS

variabel yang diidentifikasi sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan

penduduk. Ada beberapa variabel yang dianggap berkaitan terhadap AHH,

diantaranya adalah persentase penolong persalinan medis, jumlah dokter,

persentase angka kesakitan, keadaan lingkungan perumahan dan tersedianya air

bersih. Sehingga agar derajat kesehatan yang lebih baik dapat terpenuhi maka

variabel-variabel tersebut harus menjadi perhatian yang serius.

Tabel 4.2. memperlihatkan pertumbuhan jumlah pasien Rawat Inap dan

Rawat Jalan pada 2 (dua) Rumah Sakit besar di Rangkasbitung. Dari tahun ke

tahun secara total jumlah pasien selalu bertambah dengan persentase

pertambahan yang selalu fluktuatif setiap tahunnya. Perlu diketahui penyebab

bertambahnya jumlah pasien yang melakukan rawat inap maupun rawat jalan.

Ada beberapa kemungkinan yang terjadi, diantaranya adalah:

 Makin bertambahnya orang yang sakit yang disebabkan oleh berbagai

macam faktor, seperti menurunnya kualitas lingkungan, pola hidup yang

tidak sehat atau makin banyaknya penduduk yang terpapar virus atau

bakteri.

 Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengobatan modern sudah

semakin tinggi, sehingga bila menderita sakit mereka berobat ke

fasilitas/tenaga kesehatan modern, tidak lagi mengandalkan pengobatan

tradisional maupun membeli obat sendiri ke warung atau apotik terdekat.

 Biaya berobat semakin terjangkau untuk penyakit-penyakit tertentu yang

sifatnya umum, sehingga alih-alih mengobati sendiri, mereka lebih nyaman

dengan langsung mendatangi fasilitas kesehatan modern.

Indeks Pembangunan Manusia 37


ANALISIS

 Selain itu RSUD Adjidarmo juga menjadi rumah sakit rujukan bagi penduduk

di luar Kabupaten Lebak, terutama penduduk yang tinggal di daerah

perbatasan, baik itu perbatasan propinsi maupun perbatasan kabupaten lain.

Namun jika pertambahan orang sakit berlangsung secara konstan setiap

tahunnya, tentu saja harus disikapi lebih hati-hati dan serius, dan harus

memperhitungkan kesiapan pemerintah daerah untuk mengantisipasinya.

Peningkatan Angka Harapan Hidup dalam jangka panjang akan diikuti oleh

meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut (LANSIA). Badan kesehatan dunia

(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang

berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia walaupun ada

beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu 60 tahun, 65 tahun dan 70

tahun. Secara umum para LANSIA banyak menghadapi berbagai masalah

kesehatan sehingga memerlukan penanganan segera dan terintegrasi.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan

fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia

siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pemberdayaan

tidak hanya dilakukan terhadap para LANSIA, namun dilakukan juga

terhadap seluruh keluarga dan masyarakat.

Agar masyarakat menjadi peduli kepada orang tua yang berada di

lingkungannya, maka harus diberi pengetahuan bagaimana merawat, menyantuni

lahir dan batin lanjut usia. Pembekalan kepada anggota masyarakat ini adalah

sebagai salah satu kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.


Indeks Pembangunan Manusia 38
ANALISIS

4.3.2. Komponen IPM Sektor Pendidikan

“Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Lebak yang

beriman, bertaqwa dan berbudaya dengan sasaran yang dituju adalah melalui

peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan serta meningkatkan fasilitas air

bersih, listrik, telekomunikasi dan lingkungan hidup yang lebih baik” merupakan

salah satu misi Kabupaten Lebak yang tercantum dalam RPJPD (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah) tahun 2005 – 2025. Dari pernyataan

tersebut terlihat jelas bahwa komponen pendidikan dan kesehatan mengambil

peranan amat penting untuk terwujudnya misi tersebut.

Bidang pendidikan berperan amat penting dalam hal pembangunan sumber

daya manusia dan bidang yang lainnya. Pendidikan juga mempunyai korelasi yang

kuat dengan berbagai aspek sosial ekonomi. Berbagai penelitian menyimpulkan

bahwa tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas hidup dan kesejahteraan

keluarga serta masyarakat.

Sehingga merupakan suatu keharusan untuk selalu memecahkan persoalan

dan menjawab tantangan berbagai lingkup permasalahan di bidang pendidikan.

Pada dasarnya pembangunan pendidikan difokuskan untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan memperluas kesempatan untuk

memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, juga untuk

meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan perkembangan dunia usaha.

Representasi dimensi pengetahuan dalam IPM diwakili oleh dua variabel,

yaitu harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Kedua

indikator tersebut masing-masing memiliki makna, yaitu harapan lama sekolah

menggambarkan jumlah tahun pendidikan yang akan dicapai oleh penduduk


Indeks Pembangunan Manusia 39
ANALISIS

berumur 7 tahun keatas. Sedangkan indikator rata-rata lama sekolah

menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 25

tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal.

Peningkatan partisipasi masyarakat dan perluasan kesempatan dalam

bidang pendidikan, dapat dilihat dari indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk. Kedua indikator ini dalam pembangunan

manusia mewakili aspek pendidikan, yang keberhasilannya memerlukan dukungan

kuat dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sehingga capaian indikator

tersebut berimplikasi pada kesiapan dan kapasitas manusia untuk berperan tidak

hanya menjadi obyek pembangunan tetapi juga sekaligus menjadi subyek

dan penikmat utama hasil pembangunan.

Tabel 4.3. Perkembangan Komponen Pendidikan


Kab. Lebak dan Prov. Banten
Tahun 2010 - 2014

Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah


Tahun (HLS) (RLS)
Lebak Banten Lebak Banten
(1) (2) (3) (4) (5)

2010 10.35 11.02 5.34 7.92

2011 10.83 11.41 5.58 7.95

2012 10.96 11.79 5.70 8.06

2013 11.55 12.05 5.81 8.17

2014 11.88 12.31 5.84 8.19

HLS Kabupaten Lebak selama periode 2010-2014 terus mengalami

peningkatan. Indikasi dari meningkatnya HLS ini menunjukkan bahwa telah

Indeks Pembangunan Manusia 40


ANALISIS

adanya perbaikan dalam partisipasi masyarakat dan perluasan kesempatan

dalam bidang pendidikan. Perbaikan ini menjadi pertanda bahwa sistem

pendidikan di Kabupaten Lebak sudah berjalan pada arah yang benar.

Pada tahun 2014, HLS Kabupaten Lebak mencapai 11,88 tahun (gambar

4.3). Berarti, setiap penduduk Banten yang berusia 7 tahun pada tahun 2014,

dapat berharap untuk bersekolah selama ± 12 tahun, atau kuliah sampai

semester II. Angka ini tidak jauh berbeda dengan angka HLS Propinsi Banten

yang berada pada kisaran 12,31 tahun, atau memiliki perbedaan kurang dari 1

tahun. Dengan kata lain penduduk Kabupaten Lebak yang berusia 7 tahun pada

2014 memiliki kesempatan yang relative sama dengan penduduk Banten pada

umumnya dalam hal kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan.

Selain HLS, indikator lain yang digunakan untuk menggambarkan aspek

pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Dari Gambar 4.3 terlihat

bahwa RLS Kabupaten Lebak terus mengalami peningkatan setiap tahun.

Meskipun peningkatannya secara real relatif lambat. Pada tahun 2010 rata-rata

penduduk Kabupaten Lebak yang berumur 25 tahun ke atas, bersekolah

hingga setara kelas 5 SD. Empat tahun kemudian, rata-rata lama sekolah

nya hanya bertambah 0,5 tahun menjadi kelas 6 SD (belum tamat).

Program kejar Paket A, B maupun C merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan rata-rata lama sekolah bagi penduduk usia 25 tahun keatas.

Sedangkan bagi penduduk usia muda atau anak-anak program yang dilaksanakan

adalah program wajib belajar. Ukuran berhasil tidaknya bisa kita pantau melalui

besaran indikator Angka Partisipasi Sekolah.

Indeks Pembangunan Manusia 41


ANALISIS

Tabel 4.4. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Lebak


Tahun 2014

APS 7 - 12 13 - 15 16- 18
(1) (2) (3) (4)

L 98,79 91,65 57,90

P 99,48 94,24 58,77

Total 99,14 92,71 58,32

Tabel 4.4 menunjukkan besaran Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari

penduduk usia 7 – 18 tahun (WAJAR 12 Tahun) di Kabupaten Lebak pada tahun

2014. Hal yang menarik dapat dilihat dari tabel tersebut, bahwa pada semua

jenjang usia sekolah SD hingga SLTA untuk tahun 2014 partisipasi penduduk

perempuan lebih besar dari laki-laki. Terutama pada usia SLTP (13-15 tahun) hal

ini berarti proporsi perempuan yang melanjutkan sekolah pada usia 13-15 tahun,

jauh lebih besar dibandingkan laki-laki, atau bisa dikatakan juga proporsi putus

sekolah untuk usia SLTP pada tahun 2014 lebih besar terjadi pada anak laki-laki.

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah pada usia

sekolah lanjutan atas rata-rata berada pada angka 58 persen atau mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada kisaran 55 persen.

Besaran angka tersebut menunjukkan bahwa partisipasi bersekolah pada usia

sekolah lanjutan atas dilakukan oleh lebih dari setengah jumlah penduduk usia

16-18 tahun.

Indeks Pembangunan Manusia 42


ANALISIS

Bila kita bandingkan dengan APS tahun sebelumnya walaupun program

WAJAR DIKDAS 12 tahun belum sepenuhnya terealisir namun telah terjadi

peningkatan yang cukup signifikan. Pemerintah Daerah harus dapat

mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap rendahnya

APS pada usia sekolah lanjutan tanpa memperhatikan apakah itu anak laki-laki

atau perempuan. Para pemangku kebijakan harus memberikan perhatian pada

masih rendahnya partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan lanjut, terutama

lanjutan tingkat atas.

Terdapat beberapa hal yang mungkin secara rasional berkaitan dengan

penyebab rendahnya partisipasi sekolah pada usia sekolah lanjutan, diantaranya

adalah:

 Masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan di beberapa wilayah

tertentu terutama untuk tingkat SMA, sehingga di beberapa wilayah keluarga

yang memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat tertentu

merasa berkeberatan atau kesulitan jika harus menjangkau fasilitas pendidikan

yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka.

 Faktor ekonomi amat berpengaruh terhadap pola pikir orang tua mengenai

nilai anak. Para orang tua yang berada dalam kategori keluarga miskin

biasanya menganggap anak adalah investasi, sehingga mereka

memperlakukan anak sebagai tenaga kerja tambahan untuk membantu

ekonomi keluarga. Kemudian bila si anak dirasa cukup umur untuk dapat

bekerja maka otomatis akan diarahkan untuk membantu mencari nafkah bagi

keluarganya. Sekolah mereka anggap akan mengurangi lamanya waktu yang

dijalani mereka dalam memperoleh penghasilan.


Indeks Pembangunan Manusia 43
ANALISIS

Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak pada tahun 2014 adalah 52,47, yang

dapat diartikan bahwa pencapaian pembangunan di bidang pendidikan untuk

mencapai kondisi ideal baru sekitar 52,47 persen. Angka ini mengalami

peningkatan sebesar 1,03 point bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang

nilainya 51,44 persen.

Penyumbang terbesar komponen pengetahuan adalah Harapan Lama

Sekolah (HLS) yaitu sebesar 66,01, sedangkan rata-rata lama sekolah hanya 38,94

point. Seiring dengan peningkatan HLS dan rata-rata lama sekolah, maka

diharapkan pada tahun-tahun mendatang kesadaran masyarakat akan pentingnya

akses pengetahuan akan semakin meningkat.

4.3.3. Komponen IPM Sektor Ekonomi

Komponen penyusunan IPM yang menggambarkan dimensi standar hidup

layak direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan

(purchasing power parity/PPP). Komponen ini mencerminkan kemampuan

masyarakat dalam membelnjakan uangnya dalam bentuk barang maupun

jasa. Komponen ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah

karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya

beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar satu

wilayah dengan wilayah lain tentu saja berbeda dan tidak dapat dibandingkan

secara langsung.

Agar daya beli masyarakat memiliki keterbandingan antar wilayah, perlu

dibuat standardisasi. Misalnya, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli

yang sama dengan satu rupiah di Jakarta Selatan. Dengan adanya standarisasi
Indeks Pembangunan Manusia 44
ANALISIS

ini, maka perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat

dibandingkan. Implikasinya, standar hidup antar wilayah pun menjadi dapat

diperbandingkan

Tabel 4.5. Perkembangan Pengeluaran Riil Perkapita


Tahun 2005 - 2013

Pengeluaran Riil/Kapita (000) Pertumbuhan (%)


Tahun
LEBAK BANTEN LEBAK BANTEN
(1) (2) (3) (4) (5)

2010 7.779,00 10.776,83

2011 7.819,12 10.932,84 0,52 1,45

2012 7.859,24 11.008,33 0,51 0,69

2013 7.917,72 11.061,34 0,74 0,48

2014 7.976,64 11.150,00 0,74 0,80

Besar kecilnya kemampuan daya beli penduduk digambarkan oleh

komponen ini. Ekspektasinya adalah makin besar daya beli penduduk maka

kesejahteraan penduduk akan semakin membaik. Konsumsi riil perkapita

penduduk Kabupaten Lebak tahun 2014 sebesar Rp. 7.976.640,- naik sebesar

0,74 persen dari tahun sebelumnya yang bernilai Rp. 7.917.720,- . Bila

dibandingkan dengan Propinsi Banten perbedaannya cukup signifikan yaitu Rp.

11.150.000 untuk daya beli Banten pada tahun 2014, terdapat perbedaan sebesar

lebih dari 39 persen.

Indeks Pembangunan Manusia 45


ANALISIS

Dengan kata lain daya beli penduduk Kabupaten Lebak masih jauh dibawah

rata-rata penduduk Propinsi Banten. Bila kita cermati dari tabel 4.5. selisih

kemampuan daya beli antara penduduk Kabupaten Lebak dan Propinsi Banten dari

tahun ke tahun menjadi semakin besar. Bila keadaan ini didiamkan berlarut-larut

maka untuk mengejar ketertinggalan pembangunan manusia di Kabupaten Lebak

akan semakin sulit.

4.4. Indeks Pembangunan Manusia

Nilai IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 adalah sebesar 61,64 persen,

atau mengalami peningkatan sebesar 0,51 poin dibandingkan IPM tahun 2013.

Berdasarkan besaran nilai IPM tersebut Kabupaten Lebak masuk dalam tingkatan

sedangs sesuai pemeringkatan IPM yang dilakukan oleh UNDP (United Nations

Development Programme). Nilai 61,64 dapat diartikan bahwa kinerja

pembangunan manusia di Kabupaten Lebak baru mencapai 61,64 persen dari

kondisi maksimal.

Besarnya IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 yang mencapai 61,64

merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidup/kesehatan

(70,58), indeks pengetahuan (52,47) dan indeks daya beli (63,23). Berdasarkan

angka tersebut pencapaian yang paling rendah adalah pada Indeks pengetahun.

Indeks pengetahuan merupkan cerminan partisipasi masyarakat dan perluasan

kesempatan dalam bidang pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia 46


ANALISIS

Tabel 4.6. Perbandingan IPM Antar Kabupaten


Tahun 2014

Indeks
Kabupaten IPM
Kesehatan Pendidikan Ekonomi
(1) (2) (3) (4) (5)

Kab Pandeglang 66,02 58,68 61,71 62,06

Kab Lebak 70,58 52,47 63,23 61,64

Kab Tangerang 75,35 59,71 74,84 69,57

Kab Serang 66,30 56,59 69,79 63,97

Perbandingan IPM antar Kabupaten di Propinsi Banten dapat terlihat pada

tabel 4.6. Pencapaian Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak hanya terpaut

sedikit lebih rendah dibandingkan Kabupaten Pandeglang. Hal yang menarik

adalah dengan indeks daya beli yang lebih kecil dari Kabupaten Lebak, pencapaian

pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang lebih baik dibandingkan

Kabupaten Lebak. Sehingga dapat dikatakan besarnya indeks daya beli belum

tentu berperan besar dalam pembangunan manusia. Demikian juga sebaliknya

bahwa suatu wilayah dapat memiliki kualitas manusia yang lebih baik pada tingkat

pendapatan yang lebih rendah dibandingkan daerah lainnya.

Perkembangan antar komponen pembentuk IPM tahun 2010–2014

diperlihatkan oleh tabel 4.7. Kenaikan terbesar terdapat pada komponen HLS

(harapan lama sekolah) dan Rata-rata lama sekolah (RLS), masing-masing sebesar

14,78 dan 9,29 persen. Diikuti perekonomian sebesar 1,23 persen dan terakhir

adalah kesehatan dengan 0,21 persen.


Indeks Pembangunan Manusia 47
ANALISIS

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa program percepatan

pembangunan yang dilaksanakan berdampak paling besar terhadap bidang dan

pendidikan. Harapan yang ingin dicapai adalah dengan meningkatnya penyerapan

informasi yang lebih baik diharapkan pemahaman tentang pentingnya kesehatan

akan lebih meningkat.

Tabel 4.7. Perbandingan Antar Komponen IPM


Tahun 2010 - 2014

TAHUN
KOMPONEN
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

AHH 69.99 70.20 70.37 70.51 70.58

HLS 57.51 60.18 60.90 64.15 66.01

RLS 35.63 37.22 37.97 38.72 38.94

PPP 62.46 62.62 62.77 63.00 63.23

IPM 67.45 67.67 67.98 68.43 68.82

Tabel 4.8 menyajikan hasil estimasi Indeks Pembangunan Manusia di

seluruh Kecamatan se Kabupaten Lebak, karena keterbatasan data, maka estimasi

yang dilakukan hanya pada komponen pendidikan yaitu Rata-rata lama sekolah

dan Harapan Lama Sekolah. Untuk komponen kesehatan dan daya beli

diasumsikan sama dengan angka Kabupaten Lebak. Dari hasil Estimasi tersebut

terlihat bahwa, Kecamatan Rangkasbitung merupakan Kecamatan dengan nilai

Indeks Pembangunan Manusia 48


ANALISIS

IPM estimasi tertinggi disusul oleh Kecamatan Cibadak kemudian Bayah.

Sedangkan IPM terendah adalah Kecamatan Cigemblong.

Tabel 4.8. Estimasi IPM Kecamatan


Se-Kabupaten Lebak Tahun 2014

ESTIMASI
No. Kecamatan
HLS RLS IPM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rangkasbitung 9,10 8,14 61,62
2 Cibadak 10,10 6,80 60,95
3 Bayah 10,35 6,29 60,54
4 Kalanganyar 8,87 6,78 59,52
5 Warunggunung 8,66 6,86 59,39
6 Malingping 9,64 6,02 59,34
7 Banjarsari 9,58 5,59 58,67
8 Cilograng 9,14 5,92 58,61
9 Gunungkencana 9,10 5,70 58,25
10 Sajira 9,25 5,48 58,11
11 Panggarangan 8,60 5,91 57,95
12 Maja 9,02 5,49 57,83
13 Muncang 8,97 5,49 57,78
14 Cihara 9,65 4,86 57,67
15 Cipanas 8,47 5,78 57,58
16 Cimarga 9,18 5,04 57,36
17 Curugbitung 9,02 4,99 57,09
18 Cileles 8,63 5,14 56,82
19 Cibeber 9,20 4,66 56,81
20 Cijaku 9,30 4,48 56,67
21 Sobang 9,69 4,06 56,52
22 Bojongmanik 9,57 4,07 56,38
23 Cirinten 10,11 3,47 56,14
24 Wanasalam 7,96 5,04 55,79
25 Leuwidamar 9,18 3,58 55,08
26 Cikulur 7,12 5,18 54,88
27 Lebakgedong 9,50 2,92 54,42
28 Cigemblong 8,94 3,18 54,07

Indeks Pembangunan Manusia 49


ANALISIS

Kecamatan Rangkasbitung menjadi ranking pertama tentu saja sesuai

dengan posisinya sebagai ibukota Kabupaten Lebak, dimana sarana dan prasarana

yang berkaitan dengan komponen penghitungan IPM tersedia lengkap. Begitu

juga keadaan Kecamatan Cibadak yang letaknya berdekatan dengan

Rangkasbitung. Sedangkan Kecamatan Bayah dilihat dari posisinya memiliki posisi

strategis dan merupakan jalur perlintasan di wilayah selatan Kabupaten Lebak.

Yang menarik adalah rangking Kecamatan Cikulur berada pada posisi 5

terbawah, mengingat posisinya yang tidak terlalu jauh dari ibukota Kabupaten

Lebak. Tampaknya diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang penyebab

rendahnya harapan lama sekolah di kecamatan tersebut, mengingat dari segi

akses pada bidang pendidikan tampaknya lebih mudah dibandingkan beberapa

kecamatan dengan posisi IPM berada pada urutan atas.

Yang menarik adalah posisi Kecamatan Cilograng yang memiliki nilai IPM

yang masuk dalam peringkat 10 besar bersama dengan Kecamatan Gunung

Kencana dan Sajira. Ada beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya

keadaan tersebut. Diantaranya adalah:

 Kecamatan Cilograng merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan

Bayah yang memiliki Fasilitas cukup lengkap dalam bidang kesehatan dan

pendidikan sehingga tentu saja penduduk Kecamatan Cilograng dapat turut

menikmati kelengkapan Fasilitas tersebut..

 Letak Kecamatan Cilograng yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat,

yaitu Kabupaten Sukabumi wilayah Pelabuhan Ratu yang merupakan

daerah wisata dan cukup maju, memungkinkan penduduk Kecamatan

Cilograng yang tinggal dekat perbatasan Sukabumi akan leluasa mengakses


Indeks Pembangunan Manusia 50
ANALISIS

kelengkapan fasilitas tersebut. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap

kualitas hidup penduduk Kecamatan Cilograng.

4.5. Reduksi Shorfall

Perbandingan angka IPM dari tahun ke tahun dapat menunjukkan jarak

yang harus ditempuh (Shortfall) untuk mencapai nilai maksimum, yaitu 100.

Dengan istilah lain bahwa nilai tersebut dapat mengukur keberhasilan dengan

melihat apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai. Nilai Reduksi

Shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Asumsi

yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa laju perubahan tidak bersifat

linier, laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi.

Tabel 4.9. Perbandingan Reduksi Shortfall Antar Kab./Kota


Se Propinsi Banten

REDUKSI SHORTFALL
Kab/Kota
2011-2012 2012-2013 2013-2014
(1) (2) (3) (4)

Pandeglang 0,94 1,44 1,16


Lebak 0,66 1,52 0,82
Tangerang 0,57 0,65 0,42
Serang 1,61 0,96 0,63
Kota Tangerang 0,57 0,63 1,10
Kota Cilegon 1,18 1,31 0,81
Kota Serang 1,08 0,38 0,81
Kota Tangerang Selatan 0,89 1,24 0,67

BANTEN 1,02 0,79 0,61

Indeks Pembangunan Manusia 51


ANALISIS

Nilai Reduksi Shortfall dapat dibandingkan antar daerah, sehinggga dapat

digunakan daerah sebagai motivasi dalam mengurangi jarak yang harus ditempuh

untuk mencapai IPM maksimum. Dengan menghitung rata-rata reduksi shortfall

per tahun, dapat diperoleh perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu

tertentu.

Perbandingan nilai reduksi shortfall dapat dilihat pada tabel 4.8. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa kecepatan peningkatan IPM Kabupaten Lebak pada tahun

2014 mencapai sebesar 0,82 yang mengandung arti bahwa jarak IPM sekarang

(tahun 2014) terhadap IPM ideal (100) berkurang sebesar 0,82 persen. Bila

dibandingkan dengan nilai reduksi shortfall tahun 2013 terlihat bahwa capaian IPM

Kabupaten Lebak tahun 2013 untuk mencapai kondisi ideal mengalami

perlambatan sebesar 0,7 poin. Perlambatan peningkatan IPM tidak hanya terjadi

di Kabupaten Lebak, tetapi hampir di seluruh Kabupaten/Kota di Banten, kecuali di

Kota Tangerang dan Kota Serang.

4.6. Kesempatan Kerja

Pengembangan perluasan kesempatan kerja merupakan pekerjaan rumah

bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak. Pengembangan kesempatan kerja

dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan memberikan insentif

dan disinsentif kepada investor terutama investor dalam negeri yang akan

membuka usaha dengan jenis usaha padat karya. Selain itu dapat juga

memberikan bantuan program pemberian kredit bagi Usaha Menengah,

Kecil dan Mikro (UMKM) untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk

membuka usaha mandiri sesuai dengan potensi daerah.


Indeks Pembangunan Manusia 52
ANALISIS

Potensi Kabupaten Lebak sebagai daerah yang menjanjikan untuk

pengembangan sektor pertanian sebenarnya merupakan salah satu peluang untk

menciptakan lapangan pekerjaan baru bila dikelola dengan baik. Mengingat

kategori pertanian merupakan kategori yang mampu menyerap tenaga kerja

dalam jumlah yang besar, selain itu merupakan kategori andalan Kabupaten Lebak

dalam peningkatan output domestik daerah.

Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Lebak menjadi harapan

bagi peluang terhadap perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat Kabupaten

Lebak. Selain itu dari hasil pertanian, terutama pertanian holtikultura dan

perkebunan dapat diolah menjadi berbagai macam produk industri dalam bentuk

makanan, minuman ataupun hasil kerajinan.

Tabel 4.10. Statistik Pencari Kerja di Kabupaten Lebak


Tahun 2012 - 2014

2012 2013 2014


Uraian
L P Total L P Total L P Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Pencari Kerja
3.691 2.751 6.442 5.034 4.039 9.073 5.189 4.024 9.213
terdaftar

Jumlah Lowongan 259 166 425 174 468 642 297 432 729

Pencari Kerja yg
9.903 5.548 15.451 7.491 5.733 13.224 7.970 6.488 14.458
Belum ditempatkan
Sumber: Disnakertrans Kab. Lebak

Tabel 4.10 menyajikan statistik ketenagakerjaan di Kabupaten Lebak dalam

3 tahun terakhir. Terlihat bahwa pencari kerja yang mendaftarkan diri pada dinas

tenaga kerja setiap tahunnya jumlahnya belasan kali lipat dari lowongan yang

Indeks Pembangunan Manusia 53


ANALISIS

tersedia sehingga terindikasi adanya tingkat pengangguran yang tinggi akibat

tidak tertampungnya pencari kerja di pasar kerja. Ribuan pencari kerja yang tidak

tersalurkan di pasar kerja bertambah setiap tahun dan polanya menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun.

Walaupun persentase antara pencari kerja yang terdaftar dan yang

ditempatkan semakin bertambah tiap tahunnya, yaitu dari 6,60 persen pada tahun

2012 menjadi hanya 7,91 persen pada tahun 2014, namun secara nominal pencari

kerja yang tidak tertampung di pasar kerja di wilayah Kabupaten Lebak jumlahnya

semakin bertambah. Hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri yang cukup

serius di masa mendatang terutama masalah kriminal karena meningkatnya

jumlah penganggur.

Indeks Pembangunan Manusia 54


KESIMPULAN 5
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka terdapat beberapa

kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu sebagai berikut :

 Capaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak pada tahun 2014 adalah

sebesar mencapai 61,64 persen dari kondisi ideal, atau naik 0,51 point dari

tahun sebelumnya

 Indeks kesehatan memiliki capaian tertinggi yakni 70,58 persen dari seluruh

komponen penyusun IPM. Diikuti oleh Indeks daya beli yang mencapai 60,63

persen sedangkan indeks pengetahuan memiliki capaian terkecil yakni 52,47

persen.

 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 sebesar 0,82 atau

mengalami perlambatan sebesar 45,97 persen dibanding tahun sebelumnya.

Reduksi short fall sebesar 0,82 mengandung arti bahwa jarak IPM sekarang

(tahun 2014) terhadap IPM ideal (100) berkurang sebesar 0,82 persen.

 Nilai indeks daya beli Kabupaten Lebak pada tahun 2014 jauh lebih kecil dari

indeks daya beli Propinsi Banten pada tahun yang sama dan jaraknya makin

melebar. Indikasinya adalah bahwa kemampuan daya beli penduduk Lebak

semakin menurun dari waktu ke waktu.

 Perkembangan antar komponen pembentuk IPM pada tahun 2012 – 2014

kenaikan yang paling besar terdapat pada komponen Harapan Lama Sekolah

(HLS) sebesar 14,78 persen, diikuti oleh Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar

9,29 persen. Data tersebut menunjukkan program percepatan pembangunan

yang dilaksanakan berdampak paling besar terhadap Bidang pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia 55


KESIMPULAN

 Hasil estimasi IPM per Kecamatan, menunjukkan bahwa Kecamatan

Rangkasbitung menduduki peringkat pertama dalam capaian pembangunan

manusia di Kabupaten Lebak. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Cibadak dan

Kecamatan Bayah. Sedangkan wilayah dengan IPM terendah adalah

Kecamatan Cigemblong.

 Statistik ketenagakerjaan di Kabupaten Lebak dalam 3 tahun terakhir

menunjukkan bahwa persentase antara pencari kerja yang terdaftar dan yang

ditempatkan semakin membesar, yaitu dari 6,60 persen pada tahun 2012

menjadi 7,91 persen pada tahun 2014. Namun secara nominal pencari kerja

yang tidak tertampung di pasar kerja di wilayah Kabupaten Lebak jumlahnya

semakin bertambah banyak.

Indeks Pembangunan Manusia 56


REKOMENDASI 5
REKOMENDASI

Dalam perencanaan pembangunan untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia terdapat 4 prinsip dasar yang harus diperhatikan.

Keempat prinsip tersebut ialah produktivitas, pemerataan, keberlanjutan, serta

pemberdayaan. Prinsip yang pertama, produktivitas, merepresentasikan

kebutuhan manusia untuk terus berproduksi agar proses pembangunan dapat

terus berjalan. Prinsip yang kedua, pemerataan, menunjukkan adanya akses yang

adil terhadap sumber daya ekonomi dan sosial bagi seluruh warga.

Dua prinsip berikutnya ialah keberlanjutan dan pemberdayaan.

Keberlanjutan menjadi prasyarat mutlak keseimbangan antara generasi sekarang

dengan yang akan datang. Lalu, prinsip yang terakhir, pemberdayaan, diperlukan

agar masyarakat turut berpartisipasi dalam proses pembangunan yang juga akan

menentukan arah hidup mereka sendiri.

Perencanaan pembangunan manusia saat ini m erupakan upaya

melakukan reorientasi pembangunan daerah ke arah yang sejalan dengan

paradigma pembangunan manusia. Dengan adanya gambaran perkembangan

manusia di Kabupaten Lebak diharapkan dapat memperbaiki kualitas dari

determinan setiap komponen IPM yang telah dicapai. Beberapa rekomendasi yang

disarankan untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan IPM setiap tahunnya,

diantaranya adalah:

o Perlunya dilakukan identifikasi faktor-faktor dominan yang menyebabkan akses

terhadap pendidikan, kesehatan dan aktivitas ekonomi kurang maksimal.

o Revitalisasi dan pembangunan gedung-gedung sekolah dan fasilitas belajar

mengajar sebagai upaya meningkatkan partisipasi penduduk untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan baca tulis secara berkelanjutan.

Indeks Pembangunan Manusia 57


REKOMENDASI

o Program One Product One Village/District harus terus dikembangkan dengan

mengutamakan pemasaran hasil produk.

o Merangsang pertumbuhan investasi baik oleh pemerintah maupun swasta

terutama yang berkaitan erat dengan pengembangan atau pemanfaatan

produk-produk andalan daerah, terutama produk sektor primer (Pertanian dan

Pertambangan/penggalian)

o Upaya pengembangan UMKM dapat dijadikan pilihan alternatif dalam rangka

meningkatkan pendapatan masyarakat yang tentu saja nantinya akan

meningkatkan kemampuan daya beli . Misalnya dengan memberdayakan

usaha industri kecil yang bahan baku utamanya adalah bahan baku lokal yang

banyak tersedia di daerah.

o Pembukaan lapangan usaha di sektor pertanian oleh Pemerintah Daerah

maupun Swasta adalah salah satu solusi dalam rangka meningkatkan

pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah.

o Penciptaan lapangan kerja yang tidak membutuhkan keahlian spesifik dan

dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat.

o Upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui fertilitas dan KB untuk

menyumbang peningkatan indikator IPM ini, baik kesehatan, pendidikan

maupun ekonomi.

o Dalam kaitan dengan kesehatan, peran program KB dalam pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan resiko tinggi serta

perawatan kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan

menyelamatkan beberapa nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan

prenatal dan kemampuan mencegah resiko tinggi untuk melahirkan akan


Indeks Pembangunan Manusia 58
REKOMENDASI

membantu mencegah kematian bayi dan anak.

o Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan

memperpanjang jarak kelahiran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

investasi keluarga untuk kesehatan dan nutrisi sehingga akan menurunkan

angka kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitan dengan ekonomi. Pada tingkat

makro bahwa penurunan kelahiran akan mempercepat perkembangan sosial

dan ekonomi suatu wilayah. Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga

dengan anak sedikit dan jarak kelahiran yang lebar akan memungkinkan

mereka berinvestasi untuk pendidikan anaknya.

o Selain itu program pengendalian penduduk juga dapat meningkatkan “public

saving” Private saving dan mutu tenaga kerja sehingga dapat berkontribusi

pada peningkatan perekonomian suatu wilayah.

Indeks Pembangunan Manusia 59

Anda mungkin juga menyukai