Anda di halaman 1dari 12

Tanaman Sebagai Penyerap Polutan

Tanaman yang ditanam pada jalur hijau jalan di perkotaan dimaksudkan untuk memenuhi
beberapa fungsi antara lain, fungsi untuk memperbaiki iklim mikro, yaitu menurunkan suhu,
meningkatkan kelembapan udara dan menurunkan intensitas sinar matahari. Sedangkan fungsi
secara teknis adalah untuk mengurangi dan menurunkan tingkat pencemaran udara dengan cara
menyerap polutan (Carpenter, Walker danLanphear, 1975 dalam Nugrahani, 2005). Menurut
Arifin (1999) bahwa tanaman yang mempunyai daya serap polutan paling tinggi yaitu mahoni,
angsana dan bogenvilll karena ketiga tanaman tanaman ini memperlihatkan pertumbuhan tajuk
cukup baik, tingkat kerusakan daunnya rendah dan mempunyai daya tahan yang cukup baik
terhadap kondisi udara. Dari penelitian Ramadan (2006) menujukkan bahwa ketiga spesies
tanaman yang toleran terhadap pencemaran udara adalah tanaman Sono (Pterocarpus indicus),
Glodogan (Polyalthia longifolia), Beringin (Ficus benjamina). Sedangkan penelitian Arifin (1999)
terhadap tanaman tepi jalan di kota Malang menunjukkan kemampuan tanaman dalam
menurunkan tingkat pencemaran udara, tanaman yang memiliki daya tahan dan kapasitas tersebut
adalah Mahoni, Angsana dan Bougenvillea.
Beberapa tanaman dengan fungsi penyerap polutan:
1. MAHONI

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m


dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.
Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit
batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua,
beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun,
mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala
sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya
cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar
di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan
sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh
subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai
pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas
menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan
melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.
Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh,
sehingga menjadi cadangan air.
Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai
ditanam di tepi jalan.
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai
tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang
mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama
berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya
mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, dan curah hujan
1.524-5.085 mm/tahun, juga suhu udara 11-36 C.
2. POHON ANGSANA

Pohon angsana memiliki ciri-ciri, tinnginya hingga mancapai 40 m, kulit kayu berwarna
coklat kemerah-merahan, daunnya majemuk dan menyirip, panjangnya hingga 12-30 cm,
sedangkan bunganya berwarna kuning dan memiliki harum yang semerbak. Pohon ini juga
ada buahnya, dengan ciri-ciri bundar pipih dan berwarna kuning kecoklatan. Ada beberapa
kandungan zat kimia di dalam pohon angsana, antara lain :

 Daunnya mengandung loliolide dan paniculatadiol


 Dalam bunganya terdapat lupeol dan phytol ester
 Dalam batangnya terkandung for,ononrtin, isoliquiritigenin, hydroxyhydratropic
acid dan arylbenzofuran
Angsana juga sering ditanam sebagai pagar hidup dan pohon pelindung di sepanjang tepi
kebun wanatani. Perakarannya yang baik dan dapat mengikat nitrogen, mampu membantu
memperbaiki kesuburan tanah. Karena tajuknya yang rindang, angsana kemudian juga
populer sebagai tanaman peneduh dan penghias tepi jalan di perkotaan, khususnya di Asia
Tenggara.[2] Akan tetapi pohon-pohon angsana yang ditanam di tepi jalan, kebanyakan
berasal dari stek batang yang berakar dangkal, sehingga mudah tumbang. Lagipula, pohon-
pohon peneduh yang sering mengalami pemangkasan akan menumbuhkan cabang-cabang
baru (trubusan) yang rapuh dan mudah patah; dengan demikian perlu berhati-hati bila
menanamnya di daerah yang banyak berangin.
3. SANSEVIERIA

Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak demikian dengan tanaman
sansevieria ini. Sansevieria mampu menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap
rokok (nikotin), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan penyegar.
4. SIRIH GADING

Sirih jenis ini mempunyai corak warna gading yang menarik untuk dipandang. Tanaman
sirih ini, di luar negeri dikenal dengan sebutan devil’s ivy atau pothos. Tanaman hias ini
akan terlihat sangat cantik apabila ditanam pada pot gantung di dalam ruangan rumah
karena daunnya yang merambat akan menjuntai ke bawah. Sirih gading juga sangat cantik
apabila digantung pada dinding rumah ataupun disimpan di sisi jendela kamar. Selain itu,
dapat pula diletakkan pada kamar mandi dengan pot bentuk yang transparan. Daun dari
tanaman ini dapat membersihkan udara dengan cara menyerap racun-racun dari berbagai
macam polutan di udara.
Tanaman Sebagai Peneduh
1. Pohon Tanjung

Meskipun batangnya tidak terlalu besar dan terlalu tinggi, namun pohon ini sangat rindang
dengan tajuk luas dan tumbuh secara simetris. Daunnya tidak mudah rontok, Rantingnya
juga tidak terlalu besar dan tidak mudah patah. Pohon ini bisa mencapai tinggi 15 meter ,
meskipun sangat jarang ditemui.
2. Ketapang Kencana (terminalia mantaly).

Pohon asal Madagaskar ini berwujud ramping, namun memiliki ranting membentang dan
bertingkat sehingga tepat untuk dijadikan sebagai peneduh halaman. Ketapang Kencana
mampu tumbuh dengan ketinggian mencapai 10 – 20 m dengan batang berdiri tegak dan
rapi. Pohon ini juga memiliki ranting ramping yang tumbuh lurus. Daun-daun kecilnya
juga subur bergerombol seperti membentuk payung sehingga bisa melindungi tanaman
yang ada di bawahnya. Daun pohon ini berwarna hijau terang ketika berumur muda, dan
akan tetap terlihat hijau meskipun tengah terjadi pergantian musim. Selain itu, pohon ini
juga memiliki bunga berwarna kehijauan dan buah kecil berukuran sekitar 1,5 cm.

3. Pohon Beringin
Nama Latin : Ficus benjamina
Nama Lain : Weeping fig
Famili : Moraceae
Keterangan dan Sejarah : Tanaman tropis ini tumbuh besar, tingginya mencapai 7 – 8 m,
dan semakin tua tajuknya semakin lebar. Daun-daun berwarna hijau mengkilap, berbentuk
oval, panjang 8 – 10 cm. Tanamaan menghasilkan akar-akar udara yang menggantung dari
dahan-dahannya. Ia tumbuh baik pada kondisi kering, tanah berdrainase baik, dan
mendapat cahaya matahari penuh.
Kegunaan (Fungsi) : beringin yang di alam bisa tumbuh besar ini, sering digunakan sebagai
elemen tanam dalam bentuk bonggol. Beringin bonggol tampak artistik, dan cocok ditanam
tunggal sehingga keindahannya lebih menonjol. Ia sering digunakan pada taman-taman
bergaya Jepang.

4. Pohon Trembesi

Ciri pohon trembesi ini sangat mudah dikenali dari karakteristik dahan pohonnya yang
akan membentuk seperti bentuk payung. Dan pohon trembesi ini akan tumbuh melebar
melebihi ketinggian pohonnya. Dinegara asalnya pohon ini dipergunakan sebagai pohon
penyejuk di perkebunan maupun taman.
Selain kelebihan diatas ternyata pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali
dari pohon biasa. Pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida setiap
tahunnya. (diamaeter tajuk 15 meter). Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata
mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya. Selain itu pohon Trembesi
juga mampu menurunkan kosentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki
kemampuan menyerap air tanah yang kuat.
Mungkin karena kemampuan menyerap CO2 inilah maka pemerintah meluncurkan
program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010 dengan trembesi sebagai pohon utama
untuk ditanam.
Perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat
merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Namanya berasal dari air yang sering menetes
dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran
dari tonggeret yang tinggal di pohon.
5. Pohon Kiara Payung

Tinggi pohon dapat mencapai 25 m. Bentuk tajuknya bulat atau semiglobular sehingga
membentuk seperti payung. Tanaman ini memiliki cabang yang banyak dengan tinggi
bebas cabang yang rendah, bahkan ada yang hanya beberapa centimeter saja di atas
permukaan tanah. Cabang tumbuh menyudut tajam ke arah atas menjadikan bentuk
tanaman ini cukup indah. Kondisi cabang tanaman inilah yang menyebabkan pemanfaatan
kayunya kurang maksimal. Dengan adanya cabang yang sangat banyak, pada umumnya
tajuk tanaman ini rimbun berdaun lebat sehingga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman
peneduh.
Batang kerai payung berwarna abu-abu kecoklatan dengan kulit batang retak-retak tidak
teratur dan pada umumnya arah retakan vertikal. Dalam retakan tersebut, batang terlihat
sedikit kemerahan.
Kerai payung memiliki bunga sempurna yang terdapat benang sari dan putik. Susunan
bunganya adalah bunga majemuk. Bunganya berukuran kecil, berwarna putih kekuningan,
ukuran tangkai bunga kecil yaitu 0,3 cm. Malainya muncul dari ketiak daun yang dekat
dengan ujung ranting. Panjang malai antara 10-35 cm. Sama halnya dengan bunganya,
buah tanaman ini berukuran sangat kecil, pada tiap buah umumnya berisi satu biji. Buah
termasuk tipe buah batu berbentuk bulat memanjang berukuran lebar sekitar 0,6 - 0,8 cm
dan panjang sekitar 0,9 - 1 cm dengan warna ungu kehitaman dan mengkilat
Di Indonesia, kerai payung banyak ditemukan di pinggir jalan, halaman kantor dan sekolah
sebagai pohon peneduh, peredam kebisingan dan pemecah angin. Bentuk tanaman ini
cukup menarik dengan daun yang rimbun sehingga memiliki fungsi estetika untuk ditanam
di taman, halaman rumah, atau sebagai pagar alam. Tanaman ini juga dapat digunakan pada
ruang terbuka hijau sempadan rel kereta api. Daya transpirasi tanaman ini rendah sehingga
baik ditanam pada ruang terbuka hijau, dan di dekat sumber air.[2]
Tanaman ini memiliki daya reduksi yang tinggi terhadap timbal yang merupakan emisi dari
kendaraan bermotor, sehingga baik digunakan sebagai pohon penyerap polusi.
6. Pohon Asam Jawa
Pohon asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi
sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat
keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat
berdaun, melebar dan membulat.[2]
Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak berseling, dengan daun
penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit,
8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring
dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk.[2][4]
Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16
cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 buah,
berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm.[2]
Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai
10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras
berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat
serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah
kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat
kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi.
Tanaman asam jawa memang sangat baik pertumbuhannya didaerah yang memiliki iklim
tropis, Tanaman ini di perkirakan berasal dari wilayah afrika timur, penyebarannya hingga
asia tropis, karibia dan amerika latin. Di indonesia sendiri, tanaman ini sengaja ditanam
untuk keperluan komoditi dan pohon peneduh. Dengan bentuk pohon yang tinggi, rindang,
serta berakar kuat, tanaman asem jawa segaja ditanam untuk memperindah lingkungan dan
pohon peneduh di jalan-jalan kota dan jalan raya. Pohon asam juga bisa berperan sebagai
bahan penghijauan dan untuk menahan angin, bisa juga digunakan untuk memperbaiki
kawasan yang gersang dan tandus.
Tanaman Sebagai Pengarah

1. Bambu Kuning
Nama Latin : Phyllostachys sulphurea
Nama Lain : Yellow running bamboo, moso bamboo
Keterangan dan Sejarah : Bambu dengan warna batang kuning tua ini berasal dari Jepang
dan China. Dapat mencapai tinggi 4 – 9 m dan diameter batangnya dapat mencapai 8 cm.
Daunnya berwarna hijau sepanjang 12 cm dengan lebar 2 cm. Bagian bawah daun berwarna
hijau kebiruan dan gagang daun berwarna keunguan. Susunan daunnya yang melengkung
menjadi kombinasi menarik dengan batang kuning emas.
Kegunaan (Fungsi) : Bambu cantik ini sangat bagus ditanam berkelompok sepanjang jalan
masuk sebagai pengarah. Selain itu, bambu kuning akan mengurangi kesan kaku bila
ditanam pada sisi dinding yang tinggi. Kesan alami akan lebih kuat dengan serumpun
bambu kuning di antara batu-batuan di pinggir kolam.
2. Cemara Kipas

Dinamakan cemara kipas karena mempunyai daun menyirap mirip kipas. Penampakannya
menyerupai piramida dengan tinggi hingga 20 m. Buah kecil berwarna cokelat muncul
pada tanaman bernama latin Thuja occidentalis “Emerald”. Serupa dengan bambu Jepang,
cemara berfungsi sebagai pagar rumah atau pembentuk jalan masuk.
3. Pohon Beringin Putih

Nama Latin : Ficus Benjamina “Variegata”


Nama Lain : Beringin varigata, Variegated mini-rubber
Famili : Moraceae
Jika secara umum daun pohon beringin berwarna putih, maka spesial untuk beringin
putih memiliki daun belang putih sampai kuning gading. Daunnya juga lebih pendek yaitu
sekitar 6-8 cm. Tanaman tropis asal California ini tetap tampak indah meskipun tidak
dipangkas. Bisa ditempatkan di pojok taman atau ditata rapi di bagian tengah menyerupai
jalan.
Kegunaan (Fungsi) : Beringin putih yang masih kecil tampak indah, meskipun tidak
dipangkas. Dan ada juga yang ditanam dalam bentuk bonggol-bonggol berbatang besar. Ia
bisa ditempatkan di salah satu sudut taman atau sebagai eye catcher di tengah taman. Atau
dikombinasi dengan tanaman lain yang berwarna kontras.
1. Kucai mini

Kucai mini merupakan jenis tumbuhan yang berkerabat dengan alang-alang, yang mana
tanamann tersebut hanya bisa tumbuh sampai dengan ketinggian maksimal 15 centi meter,
sangat cocok jika dijadikan sebagai tanaman grouncover.” selain itu tanaman bergenre
daun ini dapat mempertegas sebuah konsep taman
Untuk menanam kucai ini, pastikan bahwa media tanamnya cukup subur. Selama media
tanamnya kaya unsur hara dan memiliki kadar air cukup, Anda tak perlu sering-sering
menyiramnya.
Tidak jauh berbeda dengan rumput pada umumnya, kucai mini juga memiliki tunas.
Sehingga dapat tumbuh menyebar. Pertumbuhannya akan lebih efektif jika Anda
menanamnya dalam jumlah sekaligus banyak. menutupi seluruh permukaan taman anda
dengan kucai, bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan nuansa hijau. atau anda juga bisa
menanmnya sebagai list atau bingkai pada pinggiran kolam.
Kelebihan kucai mini
 Kuat di injak dan penampilan tidak rusak
 Bisa hidup dengan baik walaupun di tempat yang panas terik matahari
 Bisa hidup dengan baik walaupun di tempat yang teduh dimana rumput tidak bisa
hidup dengan baik
 Perawatan yang mudah, tidak perlu dipangkas
 Tidak perlu banyak siraman, pupuk

2. Tanaman Miten
Tanaman mirten hanya mampu tumbuh sampai dengan ketinggian 50 cm, yang dipasaran
ukuran ukuran yang tersedia hanya 7-13 cm. tanaman tersebut juga merupakan jenis
tanaman lawas yang masih bertahan sampai sekarang, ini karena tanaman mirten memiliki
keunggulan dari warna yang jarang di miliki oleh tanaman lain. sangar cocok jika di
gunakan sebagai jenis tanaman ground cover.

3. Tanaman ligustrum

Namanya memang belum cukup terkenal di kalangan penghobi, tapi tidak untuk kalangan
jasa pembuatan taman, ini karena tanaman yang berdaun kuning tersebut merupakan
komponen taman yang sangat di rekomendasikan oleh jasa pertamanan. Alasan utamanya
adalah mudahnya tanaman legistrum untuk beradaptasi di tiap tiap lingkungan dan mudah
juga untuk diimprovisasi.

Anda mungkin juga menyukai