Anda di halaman 1dari 10

Perhitungan Hari Baik Dalam Pernikahan

PERHITUNGAN HARI BAIK DALAM PERNIKAHAN


(Studi Fenomenologi Pada Keluarga Muhammadiyah Pedesaan di Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk)

Atiek Walidaini Oktiasasi


Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
atikwalidaini23@yahoo.com

Sugeng Harianto
Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Harianto1964@yahoo.com

Abstrak
Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang Fenomenologi Perhitungan hari baik dalam pernikahan pada
keluarga Muhammadiyah pedesaan di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menjelaskan
motif sebab dan motif tujuan yang mendasari keluarga Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari
baik sebelum menyelenggarakan hajatan pernikahan. Berbeda halnya dengan anggota Muhammadiyah yang
menolak tradisi, sebagian keluarga Muhammadiyah pedesaan justru masih meyakini perhitungan hari baik sebagai
warisan turun-temurun. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan sosialisasi mengenai perhitungan hari baik,
mendiskripsikan motif sebab keluarga Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari baik,
mendiskripsikan motif tujuan keluarga Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari baik. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teori tindakan rasional yang digagas oleh Max Weber. Teori tersebut
digunakan sebagai analisis dalam menjawab rumusan masalah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi yang dikemukakan oleh Alferd Schutz. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik observasi, wawancra, dan studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sosialisasi mengenai perhitungan hari baik dilakukan oleh agen
sosialisasi primer dan sekunder yakni keluarga dan lingkungan sekitar. Motif sebab yang mendasari keluarga
Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari baik adalah rasa menghormati terhadap nilai tradisi
yang diwariskan leluhur, meyakini atas kebenaran perhitungan hari baik, serta berada pada lingkungan masyarakat
jawa. Sedangkan motif tujuan keluarga Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari baik adalah
ingin mendapat kelancaran dan keselamatan dalam hidup, serta enggan dianggap melupakan tradisi leluhur oleh
lingkungan sekitar.
Kata Kunci: Keluarga Muhammadiyah, Perhitungan Hari Baik, Sosialisasi, fenomenologi

Abstract
Skripsi it was a result of research on Phenomenology good day calculation in marriage For the Muhammadiyah
rural in Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk . Research this explains because motive and in order to motives
the purpose underlying Muhammadiyah rural families using good day calculation Prior to marriage. In
different to Muhammadiyah members who refuse the traditions, Some Muhammadiyah rural family was
still believe good day calculation as an hereditary inherentance. The purpose of this research is to
discription socialization regarding good day calculation, discripe because motive and in order to
motivefor the family Muhammadiyah rural used good day calculation. A theory that used in this
research that is the theory rational action is held by Max Weber. The theory used as the analysis in
answer to formulation problems. This research using qualitative methods, by approach phenomenology
presented by Alferd Schutz. Data collection in this research is done to technique observation, interview,
and the literature study.
The result of this research showed that socialization about good day calculation done by an agent
socialization the primary and secondary namely the family and surrounding environment. Because
motive for the underlying rural Muhammadiyah family used calculation good day is respect feeling to
the value of tradition that is inherited an ancestor , certain for the truth of the good day calculation, And
is at the community Java. While in order motive the purpose of family Muhammadiyah rural used
calculation good day is want to get the smooth and safety in life, As well as reluctant considered forget
ancestral tradition by the surrounding community.
Keyword: Muhammadiyah Family, good day calculation, socialization, phenomenology

1
Paradigma. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

PENDAHULUAN pertimbangan-pertimbangan tertentu, diantaranya yaitu


Muhammadiyah merupakan satu dari sekian banyak dengan perhitungan weton (hari lahir) dan hari baik.
gerakan Islam yang berkembang di Indonesia dengan Masyarakat Kecamatan Kertosono meyakini bahwa
anggota diperkirakan sekitar 40 juta umat Islam memperhitungakan weton dan hari baik sebelum
(https://islamislami.com). Gerakan tersebut didirikan di pernikahan merupakan bentuk selektif memilih pasangan
Kampung Kauman Jogjakarta pada tangga 8 Dzulhijjah hidup dengan harapan pernikahan yang dijalani tidak
1330 / 18 November 1912 M. KH. Ahmad Dahlan akan menemukan celaka dan kesusahan. Kelompok
merupakan pelopor berdirinya Muhammadiyah yang juga masyarakat tersebut juga menganggap bahwa
disebut sebagai gerakan Islam modernis penggunaan weton sebagai pertimbangan dalam
(www.Muhamadiyah.or.id). Muhammadiyah secara pernikahan meerupakan wujud melestarikan tradisi yang
bahasa berarti “Pengikut Muhammad”. Pemberian nama telah mereka warisi dari leluhurnya.
tersebut dimaksudkan agar asas-asas Muhammadiyah Subyek penelitian ini berasal dari salah satu
berpedoman pada jejak ajaran nabi terakhir Islam yakni oraganisasi Islam yang ada di Kecamatan Kertosono.
nabi Muhammad. Tujuan didirikannya Muhammadiyah Subyek penelitian tersebut yakni keluarga
yaitu memembentuk umat Islam agar memahamami dan Muhammadiyah. Alasan peneliti memilih
menjalankan agama Islam sebagai mana ajaran yang Muhammadiyah sebagai subyek penelitian karena
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. menurut peneliti, Muhamadiyah memiliki cara pandang
Pemurnian ajaran agama Islam merupakan salah satu tersendiri terkait dengan tradisi yang umum berlaku di
visi pergerakan Muhamadiyah. Dalam pergerakannya, masyarakat sekitar. Misalnya pandangan mengenai
Muhammadiyah hendak membawa semangat pemurnian tahlilan ( mendo’akan orang yang sudah meninggal
ajaran Islam ke tengah masyarakat yang terbiasa dengan secara bersama-sama), penentuan hari-hari besar Islam,
praktik-praktik takhayyul, bid’ah,dan khurafat. dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti ingin
Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh mengkaji apakah keluarga muhamadiyah juga memiliki
sebagian umat Islam Indonesia pada waktu itu, sebagai pandangan tersendiri terkait perhitungan weton sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara ajaran Islam dan penentuan hari baik atau bahkan golongan islam tersebut
tradisi lokal Nusantara yang bermuatan faham animisme justru menggunakan weton untuk hajatan tertentu sebagai
dan dinamisme. Umat Islam Indonesia dalam praktiknya wujud akulturasi antara syari’at Islam dan budaya Jawa.
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan proses
prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang berhubungan sosialisasi mengenai perhitungan hari baik.
dengan prinsip akidah Islam yang menolak segala bentuk Mendiskripsikan motif sebab (because motive) keluarga
kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat Muhammadiyah pedesaan menggunakan perhitungan hari
(http://tabligh.muhammadiyah.or.id). baik dalam pernikahan. Serya mendiskripsikan motif
Penelitian mengenai praktek gerakan tujuan (in order to motive) keluarga Muhammadiyah
Muhammadiyah salah satunya ditulis oleh Munir pedesaan menggunakan perhitungan hari baik dalam
Mulkhan dalam bukunya yang berjudul Marhaenis pernikahan.
Muhamadiyah (Abdul, 2010:200). Marhaenis
Muhamadiyah merupakan sebutan sekelompok KAJIAN PUSTAKA
masyarakat di satu pedesaan, di Kecamatan Wuluhan,A. Konsep Keluarga
Kabupaten Jember, Jawa Timur. Fakta di lokasi Menurut Horton dan Hunt (1987), keluarga ditunjukkan
penelitian penulis, menunjukkkan bahwa Gerakan dengan berbagai pengertian sebagai berikut: suatu
Muhamadiyah pada kecamatan Wuluhan bukanlah satu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama,
kesatuan yang bersifat homogen dengan ideologinya suatau kelompok yang memiliki kekerabatan yang
Anti TBC (Tahayul, bid’ah, c(k)hurafat). Lain dari pada disatukan oleh darah dan perkawinan, pasangan
itu, gerakan Muhamadiyah pada kecamatan tersebut perkawinan dengan atau tanpa anak, dan satu orang entah
bersifat heterogen dan terbagi atas empat golongan yaitu duda atau janda dengan beberapa anak (Narwoko, 2004:
kelompok al-ikhlas, kelompok kiai Dahlan, kelompok 207). Pada dasarnya keluarga dapat dibedakan menjadi
Muhammadiyah-NU, dan kelompok Marhaenis dua tipe, yaitu keluaraga inti dan keluarga luas (extended
Muhammadiyah. family). Keluarag inti yang disebut juga sebagai keluarag
Masyarakat Kecamatan Kertosono Kabupaten batih merupakan keluarga yang didasarkan atas
Nganjuk termasuk salah satu masyarakat yang masih perkawinan yang terdiri dari seorang suami, istri dan
melestarikan tradisi pernikahan adat Jawa hingga anak-anak mereka yang belum menikah. Keluarga luas
sekarang. Sebelum menentukan calon pasangan (extended family) merupakan keluarga yang terdiri dari
pengantin, masyarakat pada kecamatan ini menggunakan beberapa generadi yang hidup dalam satu atap, seperti
Perhitungan Hari Baik Dalam Pernikahan

kakek, nenek, ayah, ibu, dan anak-anak yang sudah menggambarkan bahwa perilaku masyarakat
berkeluarga maupun belum berkeluarga. Kecamatan Kertosono termasuk ke dalam
Tradisi Perhitungan Weton dan Hari Baik Sebelum klasifikasi tipe tindakan tradisional. Merujuk pada
Pernikahan tindakan rasional berorientasi nilai milik Weber, bahwa
Perhitungan Jawa (petungan Jawi) merupakan setiap tindakan individu mengacu pada nilai-nilai
perhitungan baik dan buruk yang dilukiskan dalam tertentu. Sebagaimana halnya dengan tindakan yang
lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan, tahun, dilakukan oleh masyarakat Kertosono yang melestarikan
pranata mangsa, wuku dan lain-lain (Purwadi, 2007: tradisi weton dalam pernikahan yakni berorientasi pada
150). Perhitungan jawa merupakan hasil pengalaman nilai-nilai keselamatan dan keberkahan.
baik dan buruk leluhur yang kemudian dicatat dan Fenomenologi Perhitungan Hari baik
dihimpun dalam sebuah primbon. Pada dasarnya, fenomenologi merupakan teori yang
Dalam perhitungan Jawa terdapat neptu/weton membicarakan gejala atau fenomena yang tampak (Alex,
sebagai dasar perhitungannya. Secara terminologi neptu 2014: 15). Fenomenologi berusaha menjelaskan gejala
ialah perhitungan hari, bulan, dan tahun Jawa. Neptu tingkah laku individu yang ditampakkan dalam bentuk
banyak difungsikan dalam perhitungan hari baik pengalaman. Pendekatan fenomenologi merupakan salah
pernikahan, membangun rumah, pindah rumah satu varian pendekatan dari penelitian kualitatif. Tujuan
(boyongan), mencari hari baik pada awal kerja, akan dari pendekatan tersebut digunakan untuk memahami
melaksanakan panen dan memberi barang yang mahal, makna dari berbagai gejala dan peristiwa yang dialami
dan lain sebagainya. individu pada situasi tertentu.
Menurut keyakinan masyarakat Jawa menggunakan
Pemikiran fenomenologi Schutz di awali oleh
sistem petungan Jawi berfungsi untuk mencari
konsep dunia intersubjektifitas dalam dunia keseharian.
keuntungan dalam pelaksanaan suatu perkawinan.
Schutz menyatakan bahwa dunia sosial keseharian
Mereka percaya dengan menentukan atau mencari hari-
merupakan sesuatu yang intersubjektif ( Irving, 1995:25).
hari baik dengan petungan semua hajat dalam pesta
Pemikiran fenomenologi schutz di awali oleh konsep
perkawinan akan mendapatkan keberuntungan, baik
dunia intersubjektifitas dalam dunia keseharian. Schutz
keberuntungan dalam kelancaran acara hajatan,
menyatakan bahwa dunia sosial keseharian merupakan
keberuntungan dalam hal rezeki maupun keberuntungan
sesuatu yang intersubjektif. Intersubjektif artinya dunia
yang lain bagi calon kedua pengantin.
yang dimiliki individu tidak keseluruhan bersifat pribadi
Menentukan hari baik bagi masyarakat jawa
melainkan terdapat pula dunia individu maupun
termasuk hal utama yang wajib diperhitungkan sebelum
kelompok lain di dalamnya, bahkan dalam kesadaran
melaksanakan pernikahan. Hari baik adalah waktu-waktu
individu, tidak sepenuhnya merupakan hasil produk dari
tertentu yang dianggap membawa keselamatan dan
tindakan individu tersebut sendiri melainkan individu lain
kelancaran apabila hendak menyelenggarakan hajatan
dan kelompok sosial menjadi faktor pengaruh
pernikahan. Masyarakat jawa menganggap bahwa
terbentuknya kesadaran tersebut. Dunia intersubjektif
penggunaan perhitungan hari baik merupakan bentuk
tersebut di bentuk melalui interaksi antar personal
usaha agar memperoleh kelancaran hajatan dan
maupun antar kelompok.
keselamatan dalam keluarga.
fenomenologi Schutz merujuk pada konsep
Motif Tindakan Perhitungan Hari baik
verstehen (Ritzer, 2012: 198). Verstehen merupakan
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagi proses
metode yang di gagas Weber untuk menjelaskan empat
berfikir yang melibatkan suatu kejadian, stimulus,
tipe tindakan sosialnya.Konsep verstehen Webber
hingga dihasilkan respon terakhir (Ritzer, 2012:200). menjelaskan bahwa makna merupakan suatu komponen
Dari keempat jenis tindakan sosial yang dikemukakan penting yang melekat pada setiap tindakan individu. Oleh
oleh Weber, tindakan rasional berorientasi nilai dan sebab itu, motif sebab (because motive) dan motif tujuan
tindakan tradisisonal merupakan dua jenis tindakan yang (in order to motive) selalu melatar belakangi setiap
sesuai untuk menjelaskan fokus kajian pada penelitian ini tindakan individu. Namun, Schutz mengkritisi pendapat
yakni tradisi perhitungan hari baik. realita sosial yang Webber yang menyatakan bahwa tindakan identik dengan
peneliti temukan di Kecamatan Kertosono Kabupaten motif tindakan. Tidak demikian menurut pandangan
Nganjuk, perhitungan weton yang digunakan untuk Schutz bahawa tidak hanya tindakan rasional saja yang
menentukan jodoh serta mencari hari baik semata-mata memiliki makna melainkan semua tindakan.
hanya tradisi nenek moyang yang di wariskan ke generasi Sesuai dengan konsep fenomenologi yang
berikutnya tanpa adanya refeleksi secara ilmiah untuk dikemukakan oleh Alferd Schutz, analisis pada penelitian
membuktikan kebenaran dari tradisi tersebut. Hal itu ini akan menjelaskan makna yang melekat pada tindakan

3
Paradigma. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

keluarga Muhammadiyah yang melestarikan tradisi memberi kesempatan informan untuk menyampaikan
perhitungan weton dalam pernikahan. Selain itu, jawaban atas pertanyaan yang diajukan, Melengkapi
penelitian ini juga akan menjelaskan motif sebab perlengkapan wawancara dengan recorder dan buku
(because motive) dan motif tujuan (in order to motive) catatan, mendokumentasikan hasil penelitian kedalam
yang melatar belakangi keluarga Muhammadiyah catatan lapangan (field note). Observasi adalah
pedesaan menggunakan tradisi perhitungan weton baik pengamatan dan pencatatan secara terstruktur terhadap
dalam pernikahan maupun sebagai penentuan hari baik gejala-gejala yang diteliti (beberapa informasi yang
hajatan. diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
METODE peristiwa, dan waktu. Alasan peneliti melakukan
Penelitian ini secara metodologi bersifat kualitatif. observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik
Tujuan peneliti menggunakan metode kualitatif agar perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,
dapat memahami tentang fenomena yang terjadi pada untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
subyek yang diteliti, baik itu mengenai perilaku, persepsi, mengevaluasinya.
dan tindakan yang dilakukan oleh subyek (Burhan, 2001: Teknik analisis data yang pada penelitian ini
54). Penelitian ini menggunakan pendekatan menggunakan model analisis interaktif Miles dan
fenomenologi Alfred Schutz. Pendekatan fenomenologi Huberman. Menurut Miles dan Huberman terdapat tiga
Alfred Schutz mencoba menjelaskan atau mengungkap teknik analisis data kualitatif yaitu, redukai data,
because motive (motif sebab) serta in order to motive penyajian data, dan verivikasi data.
(motif tujuan) suatu gejala/fenomena. Tujuannya
mengungkap motif sebab berikut tujuan keluarga HASIL DAN PEMBAHASAN
Muhammadiyah pedesaan dalam menggunakan weton Kecamatan Kertosono merupakan satu dari 20 kecamatan
untuk menentukan pasangan pengantin serta sebagai di kabupaten Nganjuk. Kecamatan Kertosono memiliki
pertimbangan hari baik lainnya. jumlah penduduk sebanyak 60862 jiwa. Batas wilayah
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Kecamatan Kertosono sebelah Utara, berbatasan dengan
Kertosono Kabupaten Nganjuk. Alasan peneliti memilih Kecamatan Patianrowo, sebelah Timur dengan
lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri, sebelah
Kecamatan Kertosono merupakan wilayah pedesaan yang Selatan Kecamatan Ngronggot, sedangkan untuk batas
mana masyarakat pada Kecamatan tersebut masih sebelah Barat yaitu Kecamatan Baron.
melestarikan tradisi perhitungan weton sebagai bagian Ditinjau dari sisi budaya, masyarakat Kecamatan
dari budayanya. Selain itu, di Kecamatan Kertosono Kertosono masih memiliki keterikatan sekaligus juga
terdapat tiga golongan organisasi Islam salah satunya melestarikan beberapa tradisi Jawa. beberapa tradisi yang
yang merupakan subyek penelitian ini yaitu keluarga pada umumnya masih dilestarikan adalah tradisi
Muhamadiyah. kelahiran anak, selamatan kematian, bersih desa
Subyek penelitian adalah 8 keluarga (nyadranan), wayangan, serta adat pernikahan Jawa yang
Muhammadiyah di Kecamatan Kertosono Kabupaten didalamnya termasuk perhitungan weton dan hari baik.
Nganjuk yang masih menggunakan tradisi perhitungan Hari baik adalah waktu-waktu tertentu yang
weton baik untuk menentukan pasangan pengantin serta dianggap membawa keselamatan dan kelancaran apabila
sebagai pertimbangan penentuan hari baik. Dalam hendak menyelenggarakan hajatan pernikahan.
penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive Perhitungan tersebut dilestarikan secara turun temurun
(Husaini, 2006: 26). Purposive adalah teknik penentuan dan telah menjadi kebiasaan yang melekat di masyarakat
subyek dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan Kertosono. Masyarakat memaknai pelestarian tradisi
penelitiannya. Pertimbangan tersebut berupa sumber data tersebut sebagai upaya memperoleh kesalamatan
yang dianggap paling tahu tentang tujuan yang sekaligus sebagai wujud rasa hormat terhadap leluhur.
diharapkan peneliti, sehingga mempermudah peneliti Masyarakat Kecamatan Kertosono memiliki kepatuhan
menjelajahi subyek atau situasi sosial yang sedang dan kepercayaan yang amat tinggi terhadap leluhur
diteliti. sehingga tradisi tersebut tetap dipertahankan hingga saat
Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam ini.
penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Tahapan Latar belakang masyarakat Kertosono yang masih
wawancara dimulai dari, membuat daftar pertanyaan terikat dengan tradisi Jawa menyebabkan seluruh
sesuai dengan pokok penelitian, Menentukan subyek keluarga menggunakan perhitungan hari baik ketika
penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, hendak menikah. Pengaruh agama dan organisasi tertentu
Mengajukan pertanyaan kepada subyek penelitian, tidak membuat masyarakat meninggalkan tradisi tersebut.
Perhitungan Hari Baik Dalam Pernikahan

Sebab, tradisi tersebut telah menjadi kebiasaan dalam kelompok Muhammadiyah NU memilih kiyai sebagai
keluarga dan lingkungan yang diwariskan secara turun perantara untuk menentukan hari baik, maka kelompok
temurun. Marheinis Muhammadiyah lebih mempercayai dukun
A. Latar Belakang Kemuhammadiyahan atau sesepuh desa sebagai perantaranya.
Muhammadiyah merupakan satu dari sekian
banyak organisasi Islam yang berkembang di Indonesia Tabel 1
dan tersebar di seluruh nusantara. Organisasi Islam Karakteristik Kelompok Muhammadiyah di Kertosono
Muhammadiyah memiliki anggota yang tersebar baik di
perkotaan maupun pedesaan. Kenyataan di masyarakat Al-ikhlas Kiai Dahlan MUNU MARMUD
menunjukkan bahwa keanggotaan Muhammadiyah tidak
konsisten memiliki Meyakini dan Memelihara
bersifat homogen, melainkan heterogen. Kemajemukan tetap
dalam toleransi dan meyakini
tersebut disebabkan adanya motif-motif pribadi yang menggunakan
mengamalkan terhadap tradisi untuk
melatarbelakangi seseorang menjadi anggota tradisi
Islam murni masyarakat tujuan
Muhammadiyah. Munir Mulkhan (2010) perhitungan
menurut yang masih hari baik, memperoleh
mengklasifikasikan anggota Muhammadiyah ke dalam 4
syariah, tidak menggunakan mempercayai keselamatan.
golongan yakni, Al Ikhlas, Kiai Dahlan, Munu
terikat tradisi. kiai sebagai Mempercayai
(Muhammadiyah NU), dan Marmud (Marheinis
bahkan sumber dukun/
Muhammadiyah). perhitungan sesepuh desa
menolak
hari baik. sebagai
Ragam kemuhammadiyahan pada masyarakat tradisi.
sumber
Kertosono rupanya juga menunjukkan heterogenitas. perhitungan
Sebagian kelompok Muhammadiyah di Kertosono dapat hari baik.
dikategorisasikan sebagai kelompok Al-ikhlas sebab
mereka sangat memahami serta fanatik terhadap ideologi
yang ditanamkan oleh Muhammadiyah. Kelompok ini
paling konsisten dalam mengamalkan islam murni Beberapa keluarga Muhammadiyah di Kertosono,
menurut syariah yang telah dibakukan dalam buku tarjih. menyebutkan bahwa alasan bergabungnya ke dalam
Perihal keterikatan dengan tradisi, kelompok ini tidak Muhammadiyah disebabkan oleh faktor pendidikan,
terikat bahkan menolak tradisi-tradisi. sebagian lain dari pekerjaan serta pernikahan. Berbeda dengan seseorang
anggota Muhammadiyah di Kertosono dapat yang menjadi anggota Muhammadiyah karena keturunan,
dikategorisasikan dalam kelompok Kiai Dahlan ditinjau mereka yang sebab bergabungnya ke dalam
dari tingkat keterikatan terhadap tradisi. Kelompok Kiai Muhammadiyah didasari oleh faktor pendidikan,
Dahlan memang tidak mempercayai dan menggunakan pekerjaan, dan pernikahan akan kurang memahami
tradisi Jawa, tapi dibandingkan dengan kelompok Al- ideologi-ideologi yang ditanamkan oleh Muhammadiyah.
Ikhlas, kelompok ini lebih toleran dan mau menghadiri Terlebih lagi latar belakang keluarga mereka berasal dari
acara-acara yang sarat akan nilai tradisi. Ketiga, keluarga jawa. Akibatnya, pengaruh tradisi jawa lebih
kelompok Muhammadiyah-NU. Kelompok ini tidak dominan dalam setiap tindakan mereka dibandingkan
sekedar toleran terhadap tradisi, namun bahkan justru dengan ideologi Muhammadiyah, meskipun kedua hal
masih meyakini dan menggunakan tradisi-tradisi tersebut. tersebut terkadang bertentangan.
meskipun memiliki keyakinan terhadap tradisi, kelompok
ini lebih mempercayai kiyai atau orang saleh sebagai Tabel 2
perantara dari doa-doa dan harapannya. Sebagaimana Alasan Menjadi Anggota Muhammadiyah
dijumpai pada beberapa subyek penelitian, peran
menentukan hari baik mereka percayakan kepada kiyai. Pendidikan Pekerjaan Pernikahan
Mereka meyakini bahwa kiyai merupakan orang yang Sebab belajar di Memiliki profesi Menikah dengan
beriman dan memiliki ketepatan dalam menentukan hari pondok milik sebagai guru di suami yang
baik. Varian yang terakhir yakni Muhammadiyah Muhammadiyah. SMK memiliki latar
Nasional (munas) atau dikenal dengan sebutan Marheinis Muhammadiyah, belakang
Muhammadiyah (marmud). Kelompok Muhammadiyah dan TK Aisiyah keluarga
NU dan kelompok Marheinis Muhammadiyah, memiliki Muhammadiyah,
kesamaan yakni keduanya memiliki keterikatan dengan Menikah dengan
tradisi sekaligus juga masih menggunakannya. Namun, suami yang
perbedaannya terletak pada perantara yang dipilih. Jika bekerja di

5
Paradigma. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

Rumah Sakit tidak dapat digunakan untuk menyelenggarakan hajatan


Muhammadiyah. yakni hari dan pasaran kematian orangtua atau leluhur.
Sebagai agen sosialisasi sekunder, lingkungan juga
turut serta menanamkan sosiasilisasi mengenai
Nilai& Norma yang Disosialisasikan pentingnya menggunakan perhitungan hari baik. Bentuk
Sosialisasi merupakan tahap pertama sekaligus sosialisasi yang dilakukan oleh lingkungan sekitar
terpenting bagi pembentukan stock of knowledge diantanya adalah melestarikan tradisi jawa secara
individu. Bahwasannya, stok pengetahuan individu berulang-ulang dan turun temurun. Melalui kebiasaan
didapatkan bukan secara lahiriah, melainkan melalui tersebut anak kemudian memahami bahwa melestarikan
proses belajar. Dalam hal ini, sosialisasi berfungsi tradisi merupakan sebuah kewajiban, termasuk juga
sebagai media belajar individu untuk mengamati, melestarikan tradisi perhitungan hari baik. Selain itu,
menghimpun, serta menginternalisasi berbagai macam bentuk sosialisasi yang diterapkan yakni saling
pengetahuan. Sosialisasi tidak bersifat spontan, mengingatkan apabila salah satu anggota masyarakat
melainkan berupa proses pengajaran yang terus-menerus hendak menyelenggarakan hajatan harus menghitung hari
dan dilakukan sepanjang kehidupan manusia. Berger baiknya terlebih dahulu. Tujuannya agar hajatan yang
mengemukakan bahwa sosialisasi dapat dilakukan oleh berlangsung memperoleh kelancaran.
dua agen yakni sosialisasi secara primer dan sosialisasi
Pengetahuan mengenai perhitungan hari baik
secara sekunder. Sosialisasi secara primer dilakukan oleh
tidak hanya diperoleh dari keluarga melainkan juga
keluarga sebagai agennya. Sedangkan masyarakat,
melalui referensi buku kejawen dan primbon. Ada pula
lembaga pendidikan, teman sebaya, serta media baik
buku beraliran Islam yang digunakan sebagai referensi
cetak maupun elektronik merupakan agen sosialisasi
dalam mengkaji perhitungan hari. Buku yang dimiliki
sekunder. Tidak hanya melalui interaksi sosial, sosialisasi
subyek penelitian berjudul Ensiklopedi syirik& bid’ah.
juga dapat diperoleh melaui pengamatan, pengalaman,
Buku tersebut berisi tentang tata cara menghitung hari
serta sumber referensi yang dibaca.
baik serta pandangan Islam terhadap perhitungan hari
Berdasarkan temuan data yang diperoleh di
baik.
lapangan, sosialisasi mengenai pentingya menggunakan
Tabel 3
perhitungan hari baik banyak diperoleh melalui keluarga
Sosialisasi Mengenai Tradisi Perhitungan Hari Baik
dan lingkungan. Sosialisi dalam keluaraga dilakukan baik
dengan cara lisan (nasihat-nasihat) maupun melalui
Proses Sosialisasi
tindakan. Melalui lisan, keluarga menenanamkan
pemahaman tentang makna menggunakan perhitungan Primer Sekunder
hari baik kepada anak-anaknya. Selain itu, keluarga  Orangtua kerap  Mengamati kebiasaan
menanamkan keyakinan bahwa menggunakan memberikan masyarakat
perhitungan hari baik merupakan bentuk usaha agar pemahaman kepada menggunakan tradisi
memperoleh kelancaran dalam hajatan serta keselamatan anak-anaknya bahwa perhitungan hari baik
lainnya. Selain itu, perhitungan hari baik juga digunakan perhitungan weton dan  Masyarakat
sebagai wujud menghormati leluhur agar leluhur merestui hari baik merupakan menyarankan agar
hajatan mereka. Bahkan, keluarga Jawa yang masih wujud menghormati menggunakan
memiliki ikatan kuat dengan tradisi mejawibkan seluruh leluhur. Keluarga perhitungan hari baik
anggota keluarga untuk mempertimbangkan perhitungan menanamkan kebiasaan ketika hendak
hari baik sebelum mencari pekerjaan, hajatan pernikahan, untuk menggunakan menyelenggarakan
seta hajatan lainnya. Bentuk sosialisasi melalui tindakan perhitungan hari baik hajatan
diwujudkan dengan memperkenalkan anggota keluarga secara turun temurun.  membaca buku
tentang tata cara menentukan hari baik yang tertera dalam  Orangtua mewajibkan kejawen dan primbon
kitab primbon. Selain itu, anak juga mengamati tindakan anggota keluarga untuk
orangtua memperhitungkan hari baik sebelum tanam menggunakan
sawah, sebelum panen, dan sebelum menyelenggarakan perhitungan hari baik
hajatan. Selain hari-hari yang dianggap baik dan sesuai dan mengingatkan
untuk melaksanakan hajatan, masyarakat Jawa juga anggota keluarga yang
meyakini bhawa terdapat hari-hari buruk yang dianggap tidak menggunakan
akan membawa celaka apabila melaksanakan sebuah perhitungan tersebut.
hajatan dihari tersebut. Salah satu pantangan hari yang
 Anak mengamati
Perhitungan Hari Baik Dalam Pernikahan

tindakan orangtua keberuntungan akan menyertai apabila hajatan


memperhitungkan hari diselenggarakan pada bulan-bulan tersebut. Tidak hanya
baik sebelum tanam itu, masyarakat juga mengalami ketakutan untuk
sawah, sebelum panen, menyelenggarakan hajatan pada bulan-bulan yang kurang
dan sebelum baik menurut tradisi Jawa. Bulan yang kurang baik
menyelenggarakan tersebut diantaranya bulan puasa, syawal, dan sura.
hajatan. Berada pada lingkungan masyarakat Jawa juga
 Anak mengenal kitab menjadi faktor penyebab penggunaan perhitungan hari
primbon dari kebiasaan baik. Karena hubungan antara masyarakat satu dengan
orangtuanya lainnya sangatlah erat oleh karena itu mereka harus
menggunakan kitab melaksanakan apa yang pada umumnya menjadi
tersebut untuk kebiasaan dalam masyarakat, dan apabila ada warga yang
menghitung wteon dan tidak menggunakan apa yang pada umunya dilakukan
hari baik sebelum oleh masyarakat maka sudah barang tentu akan menjadi
menyelenggarakan bahan pembicaraan. Sama halnya kebiasaan masyarakat
hajatan. menggunakan perhitungan hari baik. Telah menjadi
kebiasan seluruh masyarakat untuk menggunakan
Motif Sebab Menggunakan Perhitungan Hari Baik perhitungan hari baik sebelum menyelenggarakan
Pada tindakan tradisional penggunaan perhitungan hajatan. Apabila salah satu anggota masyarakat hendak
hari baik oleh masyarakat Kecamatan Kertosono terdapat melaksanakan hajatan, maka anggota masyarakat lainnya
motif sebab yang mendasarinya. Berdasarkan data yang saling mengingatkan untuk memperhitungkan hari baik.
diperoleh dilapangan, menunjukkan bahwa motif sebab Bahkan apabila di desa itu terdapat sesepuh yang mahir
penggunaan perhitungan hari baik antara lain yaitu menghitung hari baik, ia bersedia membantu masyarakat
keterikatan keluaraga terhadap tradisi jawa, rasa patuh untuk menghitung hari baik. Jika salah satu keluarga
dan hormat terhadap leluhur, kebiasaan masyarakat, serta tidak menggunakan perhitungan hari baik, maka akan
keyakinan pada nilai-nilai keselamatan yang terkandung menjadi pembicaraan masyarakat sekitar dan diyakini
pada perhitungan hari baik tersebut. musibah akan datang pada keluarga tersebut.
Latar belakang keluarga yang masih terikat dengan
tradisi jawa menjadi sebab mendasar penggunaan Tabel 4
perhitungan hari baik. Keluarga yang memiliki Motif Sebab Penggunaan Perhitungan Hari Baik
keterikatan dengan tradisi jawa, memiliki kepatuhan
untuk melaksanakan tradisi. Lebih dari itu, keluarga Latar Belakang
Keyakinan Lingkungan
merasa wajib untuk mewariskan tradisi secara turun Keluarga
temurun. Keluarga yang memiliki keterikatan dengan
tradisi meyakini bahwa setiap tradisi jawa merupakan  Latar  Kepercayaan  Enggan
belakang keluarga terhadap dianggap
hasil ajaran nenek moyang dan memiliki arti filosofi
keluarga nilai-nilai yang melupakan
sebagai tuntunan hidup. Sama halnya dengan perhitungan
yang masih terkandung dalam tradisi
hari baik memiliki arti keselamatan bagi yang tepat
terikat perhitungan hari masyarakat,
menggunakannya.
dengan baik. keluarga sebab
Keyakinan terhadap nilai-nilai keselamatan yang tradisi jawa. meyakini bahwa keseluruhan
terdapat pada perhitungan hari baik menjadi sebab lain  Tradisi nilai-nilai yang masyarakat
penggunaan perhitungan tersebut. Masyarakat meyakini perhitungan terdapat dalam masih
bahwa didalam perhitungan hari baik, terdapat nilai-nilai hari baik masing-masing menggunakan
keselamatan atau kecelakaan yang akan benar-benar telah hasil perhitungan tradisi
terjadi dalam kehidupannya. Masyarakat meyakini bahwa diwariskan hari baik akan perhitungan
hajatan yang diselenggarakan pada hari-hari baik akan keluarga terbukti hari baik.
membawa kelancaran pada saat penyelenggaraan hajatan. secara turun kebenarannya
Tidak hanya itu, hari baik yang digunakan juga akan temurun.
membawa dampak suka cita dan keselamatan dalam  Kepatuhan
keluarga. Berdasarkan temuan dilapangan, hajatan sering dan rasa
dilaksanakan diantara bulan besar, rajab, dan ruwah. hormat
Alasannya, ketiga bulan tersebut dianggap baik dan keluarga

7
Paradigma. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

terhadap cita dalam hidup


leluhur.  Ingin mendapatkan
segala kebaikan ketika
Motif Tujuan Menggunakan Perhitungan Hari Baik menikah maupun
Setiap tindakan rasional memiliki tujuan-tujuan setelah berkeluarga.
tertentu yang dijadikan sebagai acuan pertimbangan. Baik  Terhindar dari segala
itu tujuan kolektif maupun tujuan masing-masing celaka dan musibah
individu. Motif tujuan juga mendasari masyarakat karena mengabaikam
Kecamatan Kertosono menggunakan perhitungan hari perhitungan hari baik.
baik. Terdapat tujuan-tujuan tertentu yang hendak mereka
capai ketika menggunakan perhitungan hari baik tersebut. PENUTUP
tujuannya antara lain agar memperoleh keselamatan dan Simpulan
kebaikan baik pada saat berlangsungnya hajatan maupun Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan dari
pada kehidupan kelak. Selanjutnya, suka cita dan rejeki penelitian mengenai fenomonelogi perhitungan hari baik
juga menjadi harapan masyarakat yang menggunakan dalam pernikahan pada keluarga Muhammadiyah
perhitungan hari baik. pedesaan, antara lain sebagai berikut:
Tujuan utama masyarakat Kertosono menggunakan 1. Hari baik merupakan salah satu bagian terpenting
perhitungan hari baik yaitu ingin mendapatkan dari rangkaian adat pengantin jawa. hari baik terdiri
kelancaran saat penyelenggaraan hajatan. Tujuan lain atas hari, pasaran, dan bulan tertentu yang dianggap
Masyarakat memperhitungkan hari baik tertentu sebelum membawa keselamatan dan kelancaran apabila
menyelenggarakan hajatan yakni agar Agar nilai-nilai digunakan sebelum menyelenggarakan hajatan
keselamatan dan kebaikan yang terkandung dalam pernikahan. Perhitungan hari baik telah menjadi
perhitungan hari baik benar-benar terjadi dalam kebiasaan yang melekat pada masyarakat Kertosono
kehidupan keluarga kelak. Dari temuan yang diperoleh dan telah diwarisakan secara turun temurun.
dilapangan, menyatakan bahwa bulan yang paling sering 2. Keluarga Muhammadiyah di Kertosono terdiri atas
digunakan untuk menyelenggarakan hajatan yakni bulan empat varian yakni, Al-ikhlas, Kiai Dahlan,
Besar, Rejeb, dan Ruwah. Muhammadiyah NU, Marheinis Muhammadiyah.
Faktor lain yang menjadi tujuan masyarakat 3. Proses sosialisasi mengenai hari baik ditanamkan
menggunakan perhitungan hari baik yakni karena enggan keluarga melalui lisan dan pengamatan. Secara
dianggap melupakan tradisi yang telah diwariskan secara lisan, orang tua memberikan pemahaman bagi anak-
turun temurun sekaligus menjadi kebiasaan masyarakat anaknya agar tetap menghormati dan tidak
Kertosono. Sebagai masyarakat pedesaan yang masih melupakan warisan leluhur. Melalui pengamatan,
menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur, telah menjadi sosialisasi ditanamkan dengan cara mengajarkan
kewajiban mereka untuk mengingatkan satu sam lain anak untuk mengenal kesenian wayang, bersih desa,
akan pentingnya menggunakan perhitungan hari baik. dan selamatan. pengenalan tersebut ditujukan untuk
Bagi masyarakat Kertosono, perhitungan hari baik telah menumbuhkan rasa cinta anak terhadap tradisi dan
menjadi tradisi turun temurun dan menjadi kewajiban leluhurnya. Tidak hanya dalam keluarga,
untuk digunakan sebelum menyelenggarakan hajatan. lingkungan juga menjadi agen sosialisai mengenai
Apabila salah satu anggota masyarakat mengabaikan perhitungan hari baik. Bentuk sosialisasi yang
perhitungan hari baik, maka dianggap melupakan tradisi dilakukan oleh lingkungan sekitar yakni saling
leluhur mengingatkan apabila salah satu anggota
Tabel 5 masyarakat hendak menyelenggarakan hajatan harus
Motif Tujuan Penggunaan Perhitungan Hari Baik menghitung hari baiknya terlebih dahulu. tujuannya
agar hajatan yang berlangsung memperoleh
Keselamatan Diri Lingkungan kelancaran.
4. Motif sebab (because motive) yang mendasari
 Mengharapkan Enggan dianggap penggunaan perhitungan hari baik antara lain yaitu
kelancaran dan melupakan tradisi keterikatan keluarga terhadap tradisi jawa, rasa
keselamatan ketika masyarakat, sebab patuh dan hormat terhadap leluhur, kebiasaan
menyelenggarakan keseluruhan masyarakat masyarakat, serta keyakinan pada nilai-nilai
hajatan pernikahan. masih menggunakan tradisi keselamatan yang terkandung pada perhitungan hari
 Agar mendapat suka perhitungan hari baik. baik tersebut. Masyarakat meyakini bahwa hajatan
Perhitungan Hari Baik Dalam Pernikahan

yang diselenggarakan pada hari-hari baik akan Purwadi. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Jogjakarta:
membawa kelancaran pada saat penyelenggaraan Panji Pusataka
hajatan. Sebaliknya, masyarakat mengalami Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta:
ketakutan apabila mengabaikan penggunaan Pustaka Pelajar
perhitungan hari baik. Sebab, hajatan yang Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar.
diselenggarakan tanpa memperhitungkan hari baik Jakarta: Raja Grafindo Persada.
akan berakibat pada ketidak lancaran dan kesusahan Tjakraningrat, Harya.2001. Kitab Primbon Bentaljemur
saat hajatan berlangsung. Adammakna. Yogyakarta: CV. Buana Raya.
5. Motif tujuan (in order to motive) masyarakat Usman, Husaini. 2006. Metodologi Penelitian Sosial.
menggunakan perhitungan hari baik yakni, karena Jakarta: Bumi Aksara
ingin mendapatkan kelancaran saat penyelenggaraan Sobur, Alex. 2014. Filsafat Komunikasi Tradisi Dan
hajatan serta agar nilai-nilai keselamatan dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT Remaja
kebaikan yang terkandung dalam perhitungan hari Rosdakarya.
baik benar-benar terjadi dalam kehidupan keluarga Suwardi. 2006. Petungan Jawa. Yogyakarta: Pinus
kelak. Selain itu, enggan dianggap melupakan Zeitlin, Irving. M.. 1995. Memahami Kembali Sosiologi.
tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun. Yogyakarta
6. Keluarga Muhammadiyah pedesaan masih memiliki Skripsi:
keterikatan dengan perhitungan hari baik. Sebab, Alfaruqi, Muhamad Talqiyyudin. 2014. Tinjauan Hukum
alasannya bergabung menjadi anggota Islam Terhadap tradisi Penentuan Calon
Muhammadiyah dikarenakan faktor pekerjaan, Pernikahan Pada Masyarakat Dusun Sawah
pendidikan, dan pernikahan bukan berdasarkan Desa Monggol Kecamatan Saptosari
keturunan. Mereka yang bukan berasal dari latar Kabupaten Gunung Kidul. UIN Sunan
belakang keluarga Muhammadiyah, akan memiliki Kalijaga Yogyakarta. Diambil dari
pemahaman yang lebih sempit mengenai prinsip http://digilib.uinsuka.ac.id/12983/1/BAB%20I
kemuhammadiyahan. Sebaliknya, mereka lebih %20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
banyak menginternalisasi pemahaman mengenai Diakses pada tanggal 10/10/2015.
tradisi jawa sebab latar belakang keluarga yang Ariyanto. 2011. Penggunaan Petungan “Masyarakat
terikat dengan tradisi jawa. Hasilnya, mereka yang Jawa” Muslim Dalam Ritual Pernikahan
sebab bergabungnya ke dalam organisasi islam (Studi Kasus Di Desa Reksosari Kecamatan
Muhammadiyah karena pekerjaan, pendidikan, dan Suruh Kabupaten Semarang). STAIN
pernikahan, cenderung tetap melestarikan tradisi Salatiga. Diambil dari
perhitungan hari baik meskipun hal tersebut perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/afcba
bertentangan dengan prinsip Muhammadiyah. c6febd90d3.pdf. Diakses pada tanggal
10/10/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan.2001. Metode Penelitian Kualitatif.
Mulyani, Rini. 2013. Pantangan Pernikahan Adat Jawa
Jakarta: PT. Raja Grafindo Press
Dalam Perspektif Tokoh Masyarakat (Studi
Goode. J. William. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta.
Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong
Bumi Aksara
Kabupaten Grobogan). Universitas Islam
Mulkhan, Abdul Munir. 2010. Marhaenis
Negeri Malang. diambil dari
Muhammadiyah. Jogjakarta: Galang
eprints.ums.ac.id/24404/15/02._NASKAH_PU
Press
LIKASI.pdf. diakses pada tanggal 16/10/2015.
Mulyana, Dedy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Musthafa, Mahdi. 2013. Strategi Komunikasi
Bandung: Rosdakarya
Muhammadiyah Terhadap Akulturasi
Milles, B. Matthew dan Michael Hubberman. 1992.
Budaya Islam dan Budaya Lokal di Desa
Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press
Somagede Kabupaten Banyumas Jawa \
Narwoko, J.Dwi dan Burhan Bungin. 2011. Sosiologi
Tengah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi
Diambildarirepository.uinjkt.ac.id/dspace/.../1
Kedua) . Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
MAHDI%20MUSTHAFFA-FDK.pdf.
Narwoko, J.Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Diaksespada tanggal 13/11/2015.
Terapan (Edisi Pertama). Jakarta: Prenada
Nurfaidah. 2008. Respon Muhammadiyah Terhadap
Media
Keagamaan Dan Budaya Lokal di Desa
KubangKondang Kecamatan Cisata Kabupaten

9
Paradigma. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

Pandegelang Banten. UIN Sunan Kalijaga


Yogyakarta.
http://digilib.uibsuka.ac.id/1544/1/BAB%20I,
20BAB%20V,%20DAF AR%2
PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal
03/11/2015
Prastyo, Arif Hadi. 2010. Tinjauan Hukum Islam Tentang
Konsep Petung (Studi Terhadap Pemikiran
Mbah Kalam, Konsultan Penanggalan Di Koran
Kedaulatan Rakyat). Universitas Islam Negeri
Sunan Kali Jaga Yogyakarta.
Diambildarihttp://digilib.uinsuka.ac.id/4258/1/
AB%20I,%20V,%20DA TAR
20PUSTAKA.pdf. Diaksespada tanggal
10/10/2015.
Rohman, Muhamad Eri. 2008. Neptu Dan Implikasinya
Terhadap Kelangsungan Keluarga (Studi di
Kalangan Masyarakat Candirejo Kabupaten
Kediri). Universitas Islam Negeri Malang.
diambil dari lib.uin
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/03210035.
df. Diakses pada 10/10/2015.
Sholikah, Siti. 2011. Aspek Kepribadian Tokoh Mukti
Dalam Novel Weton (Bukan Salah Hari)
Karya Dianing Widya Yudhistira (Tinjauan
Psikologi Sastra).Univeritas Muhammadiyah
Surakarta. Diakses pada tanggal 10/10/2015.
Zakaria, Muzaki. 2009. Mitos Tiba Rampas Dalam
Pernikahan Jawa.(Studi Kasus di Dusun
Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan
Ngronggot, Kabupaten
Nganjuk).Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. diambil dari lib.uin
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/03210004.
df.Diakses pada tanggal 10/10/2015
jurnal
Hermawan, Jati. 2014. Pengaruh Agama Islam Terhadap
Kebudayaan dan Tradisi Jawa Di Kecamatan
Songorojo Kabupaten Kendal. Semarang.Jurnal
online Vol. 02. No.1, November 2014.
Diambil dari e-journal.ikip
veteran.ac.id/index.php/dimensi/article/view/372
. Diakses pada 25/01/2016

Kamal, Fahmi. 2014. Perkawinan Adat Jawa Dalam


Kebudayaan Indonesia. Jakarta. Jurnal online
Vol. V No.2 September 2014. Diambil dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?ar
cle=330931&val=6594&
itle=Perkawinn%20Adat%20Jawa%20Dalam%
0Kebudayaan%20Indone ia. Diakses pada
25/01/2016

Anda mungkin juga menyukai