Anda di halaman 1dari 14

Pranata Pendidikan.....

(Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 31

PRANATA PENDIDIKAN
PADA UPACARA NGEUYEUK SEUREUH,
UPACARA MASA KEHAMILAN, DAN NGASUH BUDAK

EDUCATION INSTITUTIONS ON NGEUYEUK SEUREUH CEREMONY,


PREGNANCY CEREMONY, AND NGASUH BUDAK (CHILD CARE)

Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani


Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
e-mail: nd_roes@yahoo.co.id

Naskah Diterima: 4 Januari 2017 Naskah Direvisi: 10 Februari 2017 Naskah Disetujui: 20 Februari 2017

Abstrak

Dalam pranata pendidikan dibahas mengenai pendidikann informal dalam keluarga di


masyarakat Sunda. Tuloisan ini menguraikan tentang bagaimana pendidikan informal diterapkan
dalama sebuah keluarga dan mensosialisasikan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak mulai
dari masa kana-kanak melalui kegiatan ngasuh budak, memasuki masa perkawinan melalui
ngeuyeuk seureuh, dalam rangka mempersiapkan anak menjadi pasangan suami istri, dan pada
masa kehamilan dengan serangkaian upacara adat kehamilannya, sehingga susmi istri siap dalam
menghadapi masa kehamilan dan menjadi orang tua. Dalam perjalanan waktu, pendidikan
informal pada keluarga mengalami perubahan seiring dengan perubahan struktur keluarga dan
cara pandang terhadap pranata pendidikan.Hal itu dipangaruhi oleh tumbuhnya pranata sosial
pendidikan sejenis pada masa kini, baik pada lingkup nasional maupun global.Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan mendalam tentang pranata pendidikan
di masyarakat Sunda. Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dan wawancara. Dari hasil penelitian,
diketahui bahwa pranata sosial merupakan himpunan norma yang mengatur kehidupan manusia
secara bersama, tentunya dalam budaya Sunda memiliki beberapa pranata.
Kata kunci :Pranata Pendidikan, Ngeuyeuk Seureuh, Ngasuh Budak, Upacara Kehamilan
Abstract
In educational institutions it is discussed about informal education in the family of in
Sundanese society. This paper describes on how informal education is are implemented in a family
and how to socialize the values of life to children ranging from infancy through ngasuh
budak/childbearing, entering a period of marriage through ngeuyeuk seureuh, in order to prepare
children to become husband and wife, and during pregnancy with a series of pregnancy
ceremonies, so that husband and wife are ready to face the pregnancy and parenthood. In the
course of time, the informal education on family changes along with the changes in family
structure and the perspective of the educational institutions. It is influenced by the growth of
similar social education institutions at the present time, both national and global. The purpose of
this study is to get a full and depth picture of educational institutions in the Sundanese society
community.The research method is qualitative method with descriptive approach. The data are
collected through direct observation and interviews The result shows that the social order is a set
of norms that govern human life together, and Sundanese culture has several institutions that
govern human life in their society.
Keywords: education institution, ngeuyeuk seureuh, pregnancy ceremony, ngasuh budak (child
bearing)
32 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

A. PENDAHULUAN lingkungannya ditanamkan sejak si anak


Proses pengembangan kebudayaan masih dalam kandungan ibunya, hingga si
merupakan proses untuk mencapai suatu anak tahu akan dirinya. Kearifan orang tua
kesadaran dan pendewasaan suatu bangsa dalam memperkenalkan segala sesuatunya
manuju kemakmuran. Proses ini tidak dikemas dalam bentuk-bentuk simbol yang
lepas dari akar sejarah, budaya, tradisi, dan pada akhirnya si anak akan sadar dengan
nilai-nilai yang menjadi norma kehidupan sendirinya. Kesadaran hidup dan adanya
yang dimilikinya. Untuk menuju suatu keterkaitan dengan alam sekitar, membuat
bangsa yang maju, diperlukan penafsiran manusia berupaya menciptakan pranata
kembali nilai-nilai tradisional dan sistem yang dapat mempertahankan hidupnya.
budaya yang sesuai dengan perkembangan Upaya yang dilakukan oleh masyarakat
bangsanya, sehingga kebudayaan suatu adalah dengan menciptakan dan
bangsa akan sangat menunjang terhadap melestarikan tradisi yang telah berjalan.
perkembangan bangsa itu sendiri. Apabila Manusia yang hidup di era
disimpulkan dari sekian banyak pengertian sekarang, menganggap dirinya berada
kebudayaan, maka kebudayaan adalah dalam masyarakat modern, namun tetap
hasil kreativitas manusia untuk dirinya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh
keharmonisan hidupnya; atau merupakan orang tuanya terdahulu. Pengaruh itu dapat
hasil akumulasi dari seluruh aspek berupa pola pikir yang ditanamkan sejak
kehidupan masyarakat pendukungnya kecil, sehingga sulit sekali untuk
dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh melepaskan diri dari pengaruh itu.
karena itu, kebudayaan merupakan satu Pranata adalah aturan-aturan yang
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dikukuhkan dengan sanksi oleh anggota-
kehidupan nyata. Aspek-aspek yang anggotanya. Aturan-aturan yang disepakati
terkandung dalam kebudayaan tersebut bersama tersebut memudahkan koordinasi
dapat dilihat antara lain dari tradisi yang dan kerjasama di antara penduduk dalam
dimilikinya dan menjadi pedoman hidup pemakaian sumber daya yaitu dengan cara
untuk tetap survive. Kebudayaan dapat membentuk harapan-harapan yang
dipandang sebagai sesuatu yang berifat seyogyanya dimiliki oleh setiap orang
dinamis, bukan sesuatu yang bersifat statis dalam berinteraksi dengan orang lain
dan kaku. Kebudayaan bukan lagi sebagai (Hayami dan Kikuchi, 1987: 5). pengertian
sekumpulan barang seni atau benda-benda, pranata menurut Yakub (2000:259) adalah
tetapi kebudayaan akan selalu dikaitkan sistem tingkah laku sosial yang bersifat
dengan gerak hidup manusia dalam resmi serta adat istiadat dan norma yang
kegiatannya; seperti membuat peralatan mengatur tingkah laku itu dan seluruh
hidup, norma-norma yang diciptakannya, perlengkapannya guna memenuhi berbagai
sistem pengetahuan, sistem jaringan sosial, kompleks kebutuhan manusia dalam
kehidupan ekonomi, sistem religi atau masyarakat. Hayami dan Kikuchi (1987:
kepercayaan, adat istiadat, serta 5), membagi pranata menjadi dua sub
seperangkat aturan lainnya. Semua itu kategori yaitu pranata dasar atau pranata
diaktualisasikan melalui sistem primer dan pranata sekunder. Pranata dasar
pengetahuan tradisional yang menjadi merupakan seperangkat aturan keputusan
dasar dan pedoman akan kesadaran moral, dasar yang dapat dispesifikasi ke dalam
keyakinan religius, kesadaran nasional, dan hukum formal atau prinsip-prinsip dasar
kemasyarakatan yang berlaku dalam yang dianggap tradisi. Dalam lingkup
kehidupan sehari-hari. komunitas desa, pranata dasar terutama
Manusia sebagai makhluk sosial terdiri atas adat kebiasaan tradisional dan
tidak dapat terlepas dari ketergantungan prinsip-prinsip moral, sehingga suatu
kepada makhluk lainnya dan alam tatanan yang melanggar adat kebiasaan dan
sekitarnya. Pengenalan terhadap alam dan moral tradisional akan dianggap tidak sah
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 33

oleh anggota komunitasnya. Contoh yang sarat dengan penanaman nilai-nilai,


pranata dasar antara lain gotong royong, dan ngasuh budak, merupakan istilah lokal
tolong menolong, juga pemerataan dalam Jawa Barat yang berarti pola pengasuhan
kesejahteraan dan pendapatan di antara anak. Jadi ketiga bagian ini, yaitu
penduduk setempat berdasarkan ngeuyeuk seureuh, upacara masa
pandangan lokal, seperti sistem bawon. kehamilan, dan ngasuh budak merupakan
Adapun pranata sekunder merupakan rangkaian penanaman nilai-nilai yang
bentuk-bentuk persetujuan khusus, dilakukan oleh orang tua terhadap
misalnya bagaimana cara-cara unit anaknya. Ketiga bagian ini dalam budaya
ekonomi dapat berkompetisi atau bekerja Sunda merupakan suatu kegiatan yang tak
sama dalam pemakaian sumber daya. terpisahkan dalam proses kehidupan dan
Dalam masyarakat desa, pranata sekunder merupakan bagian penting dalam
antara lain berupa bentuk-bentuk rangkaian hidupnya yang tak lepas dari
perjanjian khusus untuk mempekerjakan adat istiadatnya.
tenaga kerja pada saat panen. Berdasarkan pada uraian di atas,
Sementara itu Koentjaraningrat dengan mempergunakan penggolongan
1996: 16) mengemukakan bahwa pranata pranata berdasarkan pendapat
sosial adalah sistem norma atau aturan Koentjaraningrat (1996:16 dan Yacub
yang menyangkut suatu aktivitas 2000:19) maka ngeuyeuk seureuh, upacara
masyarakat yang bersifat khusus. masa kehamilan, dan ngasuh budak
Selanjutnya jika pranata dilihat tergolong sebagai pranata pendidikan.
berdasarkan fungsi dalam memenuhi Sedangkan menurut Hayami dan Kikuchi
keperluan-keperluan sebagai warga (1987: 18) termasuk sebagai pranata dasar,
masyarakat maka dapat digolongkan sebab konsisten dengan prinsip-prinsip
sekurang-kurangnya menjadi delapan moral masyarakat desa.
bentuk pranata, yaitu: 1) pranata yang Dalam pranata pendidikan, dibahas
berfungsi untuk memenuhi keperluan mengenai pendidikan informal pada
kehidupan kekerabatan, yang sering masyarakat Sunda. Tulisan ini
disebut kinship atau domestic institutions; menggambarkan bagaimana pendidikan
contoh perkawinan, tolong- menolong informal yang diterapkan dalam keluarga
antar kerabat, pengasuhan anak-anak, masyarakat Sunda untuk mensosialisasikan
sopan santun, pergaulan antar kerabat, nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak,
sistem istilah kekerabatan, dan lain-lain. 2) mulai memasuki masa perkawinan melalui
Pranata ekonomi (economi constitutions); upacara ngeuyeuk seureuh dalam rangka
3) Pranata pendidikan (educational mempersiapkan anak menjadi pasangan
institutions); 4) Pranata ilmiah (scientific suami istri, dalam menghadapi masa
institutions); 5) Pranata untuk memenuhi kehamilan dan menjadi orang tua, dan
keindahan dan rekreasi (aesthetic and ngasuh budak mulai dari masa kanak-
recreation institutions); 6) Pranata kanak. Dalam perjalanannya, pendidikan
keagamaan (religious institutions); 7) informal dalam keluarga Sunda ini
Pranata politik (political institutions); 8) mengalami perubahan seiring dengan
Pranata somatik, untuk memenuhi perubahan dalam struktur keluarga dan
kebutuhan dan kenyamanan hidup (somatic cara pandang mereka terhadap pranata
institutions). pendidikan tersebut. Hal ini dipengaruhi
Ngeuyeuk seureuh merupakan oleh tumbuhnya pranata sosial pendidikan
silaturahmi antara kedua calon mempelai sejenis pada masa kini, baik pada lingkup
yang dilakukan oleh calon mempelai pria nasional maupun global.
kepada calon mempelai wanita pada adat
B. METODE PENELITIAN
perkawinan Sunda. Upacara masa
Penelitian ini menggunakan
kehamilan merupakan rangkaian upacara
metode kualitatif yaitu mendeskripsikan
34 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

data yang diperoleh di lapangan. Penelitian suatu pola, kategori dan urutan suatu dasar.
ini didasarkan pada fenomena sosial yang Adapun analisis data yang digunakan
terjadi pada masyarakat (Sunda). antara lain: reduksi data, dan penyajian
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data (display data).
menghasilkan data deskripstif berupa kata-
C. HASIL DAN BAHASAN
kata tertulis atau lisan dari orang-orang
Sistem kehidupan dalam
atauan pelaku yang dapat diamati.
komunitas Sunda adalah tri tangtu di
Pendekatan ini ndiarahkan pada individu
buana, yaitu melaksanakan etika Sunda
yang utuh (Moeleong, 2001:4)
dan estetika Sunda yang terhimpun dalam
Metode pengumpulan data
tri tangtu di bumi, tri tangtu di lamba, dan
dilakukan penelitian lapangan yang
tri tangtu di jalma rea. (Atja, 1968: 17-43).
dimaksudkan sebagai pelengkap, yaitu
Kemampuan karuhun (leluhur masyarakat
untuk mendukung dan menganalisis bentuk
Sunda) dalam mencermati alam dan
pengembangan kebudayaan serta
harmonisasi hidupnya tergambar pada tata
perlindungannya. Teknis pengumpulan
tingkah laku ‘etika moral’ dalam
informasi dilakukan dengan wawancara
perikehidupannya. Tata tingkah laku ‘etika
mendalam (indepth interview) terhadap
moral’ ini dilestarikan melalui pendidikan
sejumlah komunitas lokal seperti
informal kepada generasi berikutnya
komunitas budaya, komunitas seni dan
melalui lembaga keluarga atau kerabat.
tokoh-tokoh masyarakat lokal sebagai
Penanaman etika moral menuju
pemangku hak atas kebudayaan lokal.
hideng (mengerti dengan sendiri) tidak
Metoda analisis data dilakukan dengan
terlepas dari kaitannya dengan
pendekatan kualitatif, sehingga setiap
pengetahuan alam sekitarnya. Hukum alam
informasi dan data yang diperoleh atau
adalah hukum Tuhan yang harus
berhasil dihimpun dapat dideskripsikan
dipatuhinya, semuanya diberikan dengan
yang kemudian dianalisis. Dengan metode
cara natural. Etika moral menjadi patokan
ini, diharapkan terkumpul data yang
hidupnya. Penanaman tata nilai dan tata
berkaitan dengan deskripsi nilai-nilai
laku, tidak terbatas hanya ketika masa
budaya yang mengatur kehidupan
kanak-kanak (ngasuh budak), tetapi
masyarakat pendukungnya yang tercermin
ditanamkan pada saat-saat seseorang
dalam kelakuan, tata kelakuan, dan hasil
mengalami proses peralihan dalam status
kelakuan pada warga pendukungnya.
dan perannya, misalnya ketika ia akan
Lokasi penelitian di sekitar
berkeluarga, akan menikah (ngeuyeuk
pinggiran Kota Bandung, pemilihan lokasi
seureuh) dan akan menjadi orang tua
didasarkan pada pertimbangan bahwa
(proses kehamilan) melalui berbagai
tradisi ngeuyeuk seureuh, upacara
upacara.
kehamilan dan proses ngasuh budak, masih
Nilai-nilai kehidupan yang
dilakukan oleh masyarakat pendukung
dijadikan pedoman hidup dalam
tradisi tersebut. Data yang dihasilkan
penanaman kesadaran akan jati diri bagi
diambil dari dua sumber, yaitu primer dan
perkembangan anak (baca : generasi
skunder. Data primer adalah data yang
penerus), diberikan dalam bentuk simbol
diperoleh dari lapangan melalui
yang sederhana. Etika moral yang
pengamatan dan wawancara, sedangkan
digambarkan dalam tata kehidupan bagi
data sekunder diambil dari buku, dokumen
masyarakat Sunda tertuang dalam kalimat
hasil penelitian. Teknis anaslisis data
yang sederhana, yaitu : cageur (sehat),
digunakan dalam penelitian ini adalah
bageur (baik), bener (benar), dan pinter
analisis deskriptif kualitatif. Menurut
(pintar).
Patton (dalam Meoleong, 2001:208)
Kegiatan ngasuh budak, upcara
analisis data merupakan proses mengatur
adat ngeuyeuk seureuh, dan upacara adat
urutan data, mengorganisasikan ke dalam
dalam menjalani proses masa kehamilan
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 35

merupakan bagian dari tata asuh dan tata pangeuyeukan, sebagai lambang bahtera
didik karuhun (nenek moyang) Sunda rumahtangga yang akan dibina masih suci
untuk menanamkan tata nilai dan tata laku bersih; (e) membelah mayang jambe yang
bagi generasi-generasi berikutnya. Melalui melambangkan suami harus
perjalanan waktu seiring dengan memperlakukan istrinya dengan hati-hati;
kemajemukan dan kompleksitas kehidupan (f) membelah pinang, yang melambangkan
masyarakat Sunda (Jawa Barat, tempat suami istri harus seperti pinang dibelah
dimana orang Sunda berada). dua, sareundeuk saigel sabobot
sapihanean, silih asih, silih asah, dan silih
1. Ngeuyeuk Seureuh
asuh (seia sekata saling menyayangi); (g)
Perhatian orang tua kepada
menumbukkan alu ke dalam lumpang,
anaknya begitu besar, mulai dari masih
yang melambangkan pendidikan seks bagi
bayi hingga memasuki jenjang perkawinan
calon mempelai; (h) menggulung daun
tak lepas dari perhatian dan kasih
sirih lungkun sebanyak tujuh buah,
sayangnya. Sehari sebelum pernikahan
kemudian dibagikan kepada handaitaulan,
dilaksanakan, ada acara yang disebut
artinya bila nanti mendapat rezeki harus
ngeuyeuk seureuh yaitu acara pertemuan
dapat berbagi dengan keluarga; (i)
atau silaturahmi yang dilaksanakan oleh
membakar tujuh sumbu pelita, yang
keluarga calon mempelai pria kepada
melambangkan tujuh hari api kehidupan
keluarga calon mempelai wanita. Pada
jangan sampai padam; (j) membuang bekas
acara ini biasanya dihadiri oleh para
pangeuyeuk seureuh di perempatan jalan
undangan, sanak saudara dan ibu-ibu yang
artinya membuang hal-hal jelak dan jangan
sudah menikah. Anak perempuan yang
menengok ke belakang. Upacara ngeuyeuk
belum dewasa atau belum nikah tidak
seureuh selesai dan keesokkan harinya
diperbolehkan untuk menyaksikan upacara
upacara pernikahan dilangsungkan di
ini, karena berkaitan dengan pendidikan
hadapan para saksi dan wali dari calon
seks bagi si calon pengantin. Demikian
pengantin perempuan.
juga wanita yang suka kawin cerai tidak
diperkenankan untuk menghadiri upacara 2. Upacara Masa Kehamilan
ini. Masa pernikahan telah dilalui
Tujuan upacara ini adalah:(a) beberapa bulan terakhir maka tibalah masa
meminta restu dari kedua orang tua; (b) kehamilan. Kehamilan dan kelahiran
mengabarkan bahwa perkawinan ini merupakan dua kejadian dalam siklus
direstui dan tidak ada paksaaan; (c) kehidupan perempuan yang telah menikah
memberikan nasihat kepada kedua calon yang dianggap sebagai kodrat atau fitrah.
mempelai melalui perlambang dari benda- Janin yang tumbuh dalam tubuh seorang
benda yang ada saat upacara. ibu dan kelahirannya merupakan fenomena
Pelaksanaan upacara ngeuyeuk yang wajar. Proses ini dilihat dari sudut
seureuh: (a) pangeuyeuk (pimpinan kebudayaan yang ada di seluruh dunia
upacara) memberikan benang kanteh memiliki persepsi yang berbeda-beda.
(putih), ujungnya saling dipegang, Perbedaan persepsi dan respon
kemudian menghadap kepada kedua orang perilaku masyarakat disebabkan oleh
tua dari mempelai wanita dan pria untuk beberapa aspek kultural. Meutia (1998:24)
meminta restu; (b) pangeuyeuk memberikan tiga aspek kultural yang
mengiringinya dengan lagu kidung yang terkait dengan proses kehamilan, yaitu : (1)
sarat dengan nasihat agar kedua mempelai bahwa masa kehamilan dianggap sebagai
dapat hirup jeung hurip (hidup sejahtera); masa krisis dalam tahapan kehidupan.
(c) kedua mempelai dikeprak dengan sapu Keadaan ini dapat bersifat nyata dan gaib,
lidi diiringi petatah-petitih dalam masa kehamilan dianggap sebagai proses
menghadapi rumah tangga; (d) kedua peralihan untuk menjadi orang tua dalam
mempelai membuka kerudung putih memerankan seorang ibu. Rangkaian
36 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

upacara yang dihadapi pada masa krisis seorang bayi merupakan kelangsungan dari
disebut crisis rites atau upacara peralihan klen tersebut yang harus disambut dengan
disebut rites de passage, yaitu untuk kegembiraan. Ekspresi kegembiraan ini
menolak bahaya gaib; (2) kehamilan disambut dengan berbagai upacara.
merupakan suatu kondisi khusus yang Menurut Suryadi (1985: 15) pada
dapat mendatangkan bahaya bagi ibu dan masyarakat Sunda terdapat tiga tahap
bayi yang dikandungnya. Hal ini upacara kehamilan, yaitu: (a) hajat bangsal
melahirkan serangkaian larangan bagi ibu upacara yang dilaksanakan pada masa
hamil atau pantangan yang harus kehamilan tiga bulan; (b) tingkeban
dilaksanakan, baik oleh ibu hamil maupun upacara yang dilaksanakan pada masa
suami. Pantangan dapat berupa perbuatan kehamilan lima bulan; dan (c) hajat bubur
atau makanan, apabila dilanggar maka lolos upacara yang dilaksanakan pada
secara gaib dapat berakibat buruk; (3) masa kehamilan sembilan bulan. Namun
berkaitan dengan citra perempuan. Bila bila si ibu masa mengandung melebihi
seorang perempuan mampu melahirkan sembilan bulan, maka diadakan upacara
anak, hal itu merupakan tolok ukur bagi kehamilan reuneuh munding.
seorang istri untuk menunjukkan Upacara kehamilan tiga bulan,
keberhasilannya dalam tugas budayanya perempuan yang hamil baru dua atau tiga
yang mempersembahkan keturunan kepada bulan, belum disebut hamil tapi disebut
sang suami. nyiram (ngidam). Baru kemudian setelah
Suganda, (1982:14) mengatakan lebih dari tiga bulan disebut hamil.
bahwa keadaan anak yang dikandung sejak Upacara yang dilaksanakan pada masa
mulai mengidam sampai dilahirkan kehamilan tiga bulan ini memiliki makna
menurut pandangan orang tua di Pasundan adanya percampuran antara napsu laki-laki
(Sunda) memiliki istilah, yaitu: masa dengan napsu perempuan (ayah dan ibu)
kandungan sebulan disebut ngaherang yang dilambangkan dengan bubur merah
(jernih), masa kehamilan dua bulan disebut dan bubur putih. Hal ini mengisyaratkan
lumenggang (kental), masa kehamilan tiga kepada suami agar berhati-hati dalam
bulan disebut kumambang (mekar), masa menggauli istri. Kemudian dibacakan doa
kehamilan empat bulan disebut gumulung nur buat (doa kesempurnaan) agar anak
(menjadi satu), masa kehamilan lima bulan yang dikandung tumbuh sempurna jangan
disebut mangrupa (berupa manusia), masa ada cacat.
kehamilan enam bulan disebut usik Upacara hajat bangsal,
(bergerak), masa kehamilan tujuh bulan dilaksanakan pada masa kehamilan lima
disebut malik (sempurna berwujud bulan. Kata bangsal (gabah), menunjukkan
manusia), masa kehamilan delapan bulan arti bahwa keluarga ibu hamil harus
disebut kumentar-kumentir (mencari jalan memberikan sedekah (Suryadi, 1985:35
keluar), masa kehamilan sembilan bulan dan Suganda, 1982:15). Hajat ini pula,
disebut ngaruang-ruang (memasuki jalan dimaksudkan untuk meminta seorang
keluar). paraji atau indung beurang (dukun
Persepsi dan respon masyarakat beranak) agar mulai saat itu memeriksakan
Sunda terhadap kehamilan terdapat dalam kandungan dan menangani saat kelahiran
berbagai pranata sosial yang terkandung nanti. Makna upacara ini sebagai palakiah,
dalam upacara yang dilaksanakan pada supaya leungit belang bengsalna diganti
masa kehamilan. Respon tersebut secara ku waluya (penolak bala, agar hilang
budaya ditujukan untuk keselamatan bagi malapetaka diganti dengan keselamatan).
ibu dan anak, sedangkan respon yang Upacara tingkeban dilaksanakan
diberikan oleh masyarakat yang mengatur pada masa kehamilan tujuh bulan, waktu
kekerabatan dalam ikatan klen baik pelaksanaan biasanya harus jatuh pada
patrilineal maupun matrilineal, kelahiran angka 7, misalnya tanggal 7, 17, 27, jam 7
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 37

baik pagi hari maupun petang hari. penolak bala ibu hamil ,terdiri atas:panglay
Tingkeb artinya tutup, mengandung makna (untuk menolak hantu), jaringao
bahwa sejak upacara dilaksanakan hingga (digunakan untuk obat bayi), jukut palias
40 hari setelah melahirkan tidak boleh (untuk menolak kuntilanak) kemudian
melakukan hubungan suami istri. Dalam dibungkus dalam kain yang diikatkan
pelaksanaan upacara ini, banyak benda- sebagai kendit di pinggang. Makna dari
benda yang dihadirkan, mulai dari rujak 7 upacara ini adalah memberikan rasa
macam, bunga 7 macam, kain 7 macam percaya diri kepada ibu hamil dalam
dan lain sebagainya. Makna yang menghadapi saat kelahiran. Di samping itu
terkandung dalam upacara ini bahwa jimat yang dipakai sebagai kendit untuk
manusia di dunia ini hidup tidak lama dan memberikan dorongan kekuatan agar tidak
pasti kembali kepada-Nya (dilambangkan khawatir menghadapi berbagai gangguan
dengan hanjuang). Hidup dan kehidupan baik nyata maupun gaib.
harus dijalani dengan kebaikan Upacara reuneuhmundingeun,
(dilambangkan dengan mayang jambe biasanya upacara ini dilaksanakan bila ibu
berpadanan dengan kata hayang hade hamil melewati usia kehamilan lebih dari
(ingin kebaikan harumnya seperti bunga sembilan bulan, bahkan sampai 10, 11
pinang). Anak yang dilahirkan harus bahkan 12 bulan. Kehamilan semacam ini,
berkilau (dilambangkan dengan di tanah Sunda disebut sebagai reuneuh
segenggam perhiasan mas), bunga 7 mundingeun, karena munding (kerbau)
macam melambangkan hidup, kekuatan, biasanya memiliki masa kehamilan antara
penglihatan, perkataan, perasaan, dan 11 hingga 12 bulan. Maksud dan tujuan
kemauan. Rujak 7 macam melambangkan upacara ini dilaksanakan agar ibu hamil
bahwa kesusahan, kepahitan hidup dapat cepat melahirkan dan menjaga agar tidak
dihadapi dengan bijaksana. Begitu pula terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
dengan rasa pedas atau tidak rujak yang Berbeda dengan upacara-upacara lainnya,
dihasilkan itu menunjukkan bila pedas bayi tempat penyelenggaraan upacara reuneuh
yang dikandung laki-laki atau sebaliknya. mundingeun dilaksanakan di luar rumah.
Upacara bubur lolos, dilaksanakan Ibu hamil dituntun mengelilingi rumah
pada usia kehamilan delapan bulan. Bubur bahkan ada yang dibawa ke kandang
lolos, artinya bubur yang cair, berharap kerbau.
bahwa nantinya pada saat melahirkan Penanaman nilai baik untuk ibu
mudah dan lancar seperti cairnya bubur hamil maupun bayi yang masih dikandung,
lolos.Harapan lain dari adanya upacara ini tercermin pula dalam beberapa pantangan
untuk membesarkan ibu hamil tidak takut selama masa kehamilan. Bagi seorang ibu
menghadapi persalinan. yang sedang nyiram,di antaranya
Pada saat pelaksanaan upacara dipantang untuk melihat sesuatu yang
biasanya disediakan pelita sebagai menjijikkan, melihat orang cacat,
lambang cahaya terang dan berharap menengok orang yang sakit dan orang
bahwa nanti anak yang dilahirkan berhati yang meninggal, berziarah ke kuburan.
dan berpikiran terang. Biasanya upacara ini Bagi seorang ibu yang sedang
dilaksanakan dengan sangat sederhana hamil usia tiga bulan, dipantang untuk
yang hanya menyediakan makanan bubur turun ke sungai, ke pemandian (di luar
lolos yaitu bubur yang dibungkus dengan rumah pada waktu malam hari), tidak
daun pisang yang dileumpeuh (dilayukan) boleh keluar rumah malam hari. Tidak
dan diberi minyak kelapa agar semakin boleh tidur sembarangan dan tanpa bantal,
licin. Harapannya bahwa nanti bayi yang hal ini akan menyulitkan melahirkan, tidak
dilahirkan selicin seperti bubur ini. boleh duduk menjuntai karena
Pada pelaksanaan upacara ini, dikhawatirkan anaknya sungsang saat
indung beurang membuatjimat untuk dilahirkan, tidak boleh memakan buah-
38 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

buahan bekas kelelawar karena berakibat melalui masa kehamilannya dengan baik,
penyakit koreng kepada anak dan ibunya, selalu berada dalam situasi yang
tidak boleh mengisi bantal atau kasur menyenangkan, sehat lahir batin.
dengan kapuk karena bisa terjadi kelak Dalam upacara hajat bangsal, istri
anaknya menjadi orang yang rakus. Begitu dan suaminya harus diingatkan bahwa saat
pula bagi suami, selama istri mengandung itu kondisi dia dalam keadaan mengandung
dipantang untuk tidak melakukan seorang anak yang harus lahir sehat karena
penyembelihan hewan, tidak boleh anak merupakan penerus keturunan. Untuk
membunuh atau menyakiti hewan dan itu, sebagai calon orang tua harus
tidak boleh berburu. bertanggungjawab untuk melindunginya.
Selama hamil, harus Selain itu, bagi suami harus pula menjaga
memperhatikan pula gejala alam, seperti istrinya dengan cara memperlakukannya
gerhana dan gempa bumi maka ibu hamil dengan baik agar selama masa kehamilan
harus masuk ke kolong sebentar, istri selalu sehat.
kemudian mandi, setelah itu makan dan Dalam upacara tingkeb juga
minum. Jika tidak berbuat demikian, demikian, pasangan tersebut semakin
dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang diingatkan bahwa usia kehamilannya sudah
tidak dikehendaki pada anak yang mencapai tujuh bulan, tidak lama lagi akan
dikandungnya. Konon jika ada gerhana menjalani persalinan. Perempuan tersebut
bulan, gerhana matahari, dan gempa bumi, semakin harus berperilaku sehat.
menurut kepercayaan masyarakat Sunda, Sedangkan bagi suaminya harus semakin
telur yang sedang dierami bisa mendadak mendukung istrinya, seperti sejak saat
busuk.Hal ini diharapkan tidak terjadi pada upacara tingkeb sampai 40 hari setelah
manusia. persalinan, suami tidak menggauli istrinya.
Gerhana dan gempa itu Pantangan-pantangan yang harus
mengandung lambang atau makna bahwa dijalani tidak lain agar keduanya selalu
gerhana adalah gelap dan gempa itu berperilaku santun baik bagi pasangannya
bergoyang. Hal itu melambangkan bahwa maupun lingkungannya agar situasi yang
jika orang yang sedang mengandung dan ditimbulkan selalu menyenangkan. Hal ini
suaminya itu sedang gelap hati, sedang akan memperkokoh mental perempuan
keduanya berbantah, haruslah salah tersebut yang akan menghadapi persalinan,
seorang menjauh. Nanti jika menjauh hati dan juga mental pasangan tersebut yang
menjadi tentram, seperti orang yang mandi akan berubah status menjadi orang tua,
atau minum. sebagai ibu dan ayah.
Upacara adat yang dilaksanakan Upacara bubur lolos, dimaksudkan
selama masa kehamilan, tersirat maksud untuk menyenangkan hati perempuan
dan tujuan serta makna dan pantangan hamil tersebut agar tidak khawatir
yang harus dipatuhi. Pesan-pesan simbolis menghadapi persalinan. Upacara ini
merupakan serangkaian norma yang mengingatkan bahwa persalinan adalah
diharapkan dapat menjadi rujukan bagi kodrat perempuan, asalkan selalu
pasangan tersebut dalam bertingkah laku, berperilaku baik maka persalinan tersebut
karena norma yang tersirat tadi ditujukan bukan hal yang harus dikhawatirkan.
untuk keselamatan baik bagi ibu yang Upacara reuneuh mundingeun
sedang mengandung tersebut maupun anak pada usia kehamilan lebih dari sembilan
yang sedang dikandungnya. Maksud dan bulan yang diselenggarakan secara khusus
tujuan dari upacara adat tiga bulan, hajat bagi perempuan yang usia kehamilannya
bangsal, tingkeb, hajat bubur lolos dan sekaligus mendoakan perempuan tersebut
upacara reuneuh mundingeun (setelah usia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
kehamilan sembilan bulan) adalah agar diinginkan.
perempuan yang sedang hamil dapat
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 39

Secara keseluruhan makna yang enen(meminta untuk menetek). Gerakan


terkandung dalam upacara adat tersebut bayi kemudian dilanjutkan dengan
adalah penyampaian pesan agar perempuan nangkuban (tengkurap). Candaan dari
hamil dan suaminya selalu menjaga orang tua kepada bayi dengan permainan
kehamilan tersebut. Suami selalu ciluk...ba.
mendukung dengan menciptakan relasi Umur bayi terus bertambah dan
yang menyenangkan baik dengan istri terus berkembang pertumbuhannya,
maupun lingkungannya sehingga sehingga ngasuh budak pun dilakukan
perempuan hamil tersebut siap menjalani semakin kompleks. Agar motorik bayi
proses persalinan dengan selamat dan semakin hari semakin baik dan dapat
melahirkan anak yang sehat. beradaptasi dengan lingkungannya maka
Sikap hidup harus selalu dijaga orang tua akan memberikan cara bermain
sehingga dapat melahirkan dengan selamat yang menuntut sistem motorik bayi.
dan bayi yang dilahirkan sehat dan Keterampilan motorik terus dikembangkan
sempurna. Pesan simbolis ini pula dengan berbagai macam permainan yang
merupakan norma yang diharapkan dilakukan orang tuanya.
menjadi rujukan bagi calon orang tua Umur anak bertambah begitu pula
dalam bertingkah laku. dengan pertumbuhannya, dari merangkak
mulai berlajar berdiri sambil dibantu orang
3. Ngasuh Budak tua dan diiringi nyanyian untuk menambah
Tangisan seorang bayi adalah semangat anak untuk terus berjalan.
musik merdu yang didambakan oleh Berjalan sedikit demi sedikit papay-
pasangan suami istri yang baru nikah. Di papayan yaitu berjalan sambil
samping itu kehadiran seorang anak berpegangan pada benda-benda yang dapat
merupakan tanggung-jawab yang sangat menopang untuk berjalan. Kasih sayang
berat dalam menghadapi perkembangan orang tua untuk memberi semangat anak
hidupnya. Orang tua harus menanamkan ketika sedang belajar berjalan dengan cara
nilai-nilai atau norma yang akan menjadi berjoget dan bernyanyi agar anak mau
panutan dan pegangan hidup anak kelak. berjalan terus.Anak mulai berjalan tapi
Untuk itu pendidikan yang dilaksanakan masih belum stabil, kedua orang tua; ayah
oleh orang tua terhadap anak dimulai dari dan ibu duduk berhadapan dengan jarak
dalam kandungan hingga awal pernikahan. kira-kira dua meter, si anak disuruh
Hubungan ibu dengan bayi akan berjalan dari arah ayahnya ke ibunya, terus
langsung dirasakan manakala bayi dilakukan hingga anak merasa capek.
menangis, di sini pengenalan akan kasih Apabila anak jatuh maka orang tua akan
sayang sudah mulai ditanamkan. Dengan ngupahan (membujuk) dengan kata-kata
penuh kasih sayang seorang ibu akan tuh bangkongna luncat!! (kodoknya
mepende (meninabobokan) dengan cara loncat!!) sambil diberi jampi: jampe-jampe
gendong sambil dinyanyikan agar bayi harupat, geura gede geura lumpat, sambil
terbuai dan cepat tidur. Biasanya lagunya mengusap bagian badan yang sakit, sambil
adalah neleng-nengkung, ayun ambing dan berkata : cageur!! (sembuh!). Ketika anak
dengkleung. Ketiga lagu itu berisikan mulai lancar berjalan maka pengenalan
harapan orang tua (ibu) kepada anaknya lingkungan lebih luas lagi, tidak saja di
agar kelak dapat menjadi orang yang lingkungan rumah akan tetapi lingkungan
berguna, berpendidikan, menjadi orang di luar rumah.
yang kuat dalam menghadapi kehidupan. Memasuki usia sekolah, mulai dari
Pertumbuhan bayi akan terlihat jelas ketika sekolah tingkat dasar hingga perguruan
bayi sudah dapat nyangigir (tidur miring), tinggi tidak lepas dari pengasuhan orang
maka orang tua akan mengajak bicara tua, bahkan sampai pada usia mejelang
dengan kata-kata yang agak jelas, seperti perkawinan.
40 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

hidupnya yang berciri khas. Hasil karya


4. Tantangan Masa Kini yang bernilai estetis ini bisa menjadi ciri
Nilai-nilai tradisi yang mandiri dan sangat sinergi dengan
menanamkan etika dan moral tidak lagi kehidupannya, sehingga apa yang tampil
menjadi konsumsi anak-anak. Dengan adalah perilaku dan karya manusia sebagai
demikian pendidikan formal menjadi pandangan hidupnya yang dimiliki oleh
sorotan umum, padahal pendidikan dalam kebersamaan.
arti luaslah yang dapat membina Untuk mengisi kehidupan global,
kepribadian anak didik. diisi dengan pola pikir yang ‘modern’.
Revitalisasi dan proses enkulturasi Anak-anak tidak lagi ‘dininabobokan’ oleh
yang terjadi kini terputus mata rantainya. nyanyian senandung rindu dongeng-
Nilai-nilai tradisi yang menanamkan etika dongeng dari ibunya. Dongeng Sang
moral tidak lagi menjadi konsumsi anak- Kancil atau dongeng yang mampu
anaknya. Akibatnya banyak orang menanamkan etika dan moral tersebut jauh
mengeluh, terutama bagi keluarga yang dari alam sanubari anak-anaknya. Nilai-
strata sosialnya menengah ke atas, melihat nilai falsafah, norma, etika, estetika, tahu
anak-anaknya tidak lagi menapak dalam akan diri, dan sebagainya merupakan
akar budaya dan kepribadian dirinya. barang langka untuk diajarkan.
Mereka lebih terkemas budaya asing yang Tantangan nasional dan global pun
terus melanda. Bahkan lebih parah lagi melanda tidak saja dalam sistem
masyarakat pedesaan sudah mulai terkena pendidikan tadi, kini dalam budaya seperti
imbas oleh pesatnya perkembangan sistem upacara perkawinan adat Sunda pun terjadi
informasi yang semakin rumit. pula. Upacara perkawinan adat Sunda
Banyak keluarga harus merupakan bagian dari pendidikan
melepaskan ikatan-ikatan kelompoknya informal pada masyarakat Sunda yang
yang primordial dan kecil itu seraya memiliki simbol dan sarat makna. Dewasa
melibatkan diri dengan ikatan-ikatan sosial ini upacara tersebut tengah mengalami
yang lebih luas dan bersifat nasional, perubahan. Berubahnya tata cara
bahkan global. Sudah barang tentu hal perkawinan adat Sunda saat ini, karena
tersebut menimbulkan pergeseran dan berubahnya pandangan masyarakat
perkembangan sosial budaya yang tidak terhadap nilai dan makna yang terkandung
kecil dan menyangkut seluruh sektor di dalamnya. Demikian pula yang terjadi
kehidupan. pada ngeuyeuk seureuh.
Manusia adalah makhluk yang Upacara ini merupakan upacara
membudaya. Hal itu tidak lebih dari yang dilaksanakan pada saat pra nikah
konsekuensi logis dan kenyataan bahwa yang terutama berkaitan dengan
manusia sebagai makhluk individual dan pendidikan seks dagi pasangan calon
sosial sekaligus. Manusia sebagai makhluk pengantin, dengan tujuan agar nanti setelah
yang membudaya dapat dilihat dari mereka menjadi pasangan suami istri dapat
kebersamaan dengan sesamanya. Begitu melaksanakan perannya, baik sebagai
pula kaitannya antara manusia dengan suami maupun sebagai istri. Pada saat ini,
alamnya terdapat suatu dorongan untuk masalah seks bukanlah masalah yang tabu
mencari suatu kenyamanan hidupnya untuk dibicarakan. Masalah seks
dengan cara penyesuaian diri dengan seharusnya sudah diperkenalkan sejak dini
alamnya. Konsekuensi logis dari kenyataan oleh orang tua di rumah. Dan oleh para
ini maka salah satunya lahir karya-karya pendidik yang berkompenten di sekolah
kreativitas manusia dalam bentuk budaya formal. Dengan mengetahui seks, mereka
dengan nilai estetika yang ada dalam akan mengerti bagaimana melakukan
peradabannya. Kondisi demikianlah yang pergaulan seks yang sehat menurut norma
nyata dan berpengaruh pada cara pandang dan nilai yang berlaku. Bagi calon suami
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 41

istri, masalah pendidikan seks, dapat pembentukan karakter individu si anak.


diperoleh melalui penataran perkawinan. Child rering system yang dilakukan orang
Dewasa ini, masyarakat lebih tua kepada anaknya mengarah pada
mementingkan nilai praktis, efisien dan pendewasaan dan kemandirian anggota
ekonomis. Sehingga penyelenggaraan keluarganya di samping pengenalan
upacara ngeuyeuk seureuh dianggap tidak terhadap alam lingkungan sekitarnya.
praktis dan ekonomis karena mahal. Hubungan antarindividu yang pertama bagi
Selain itu fungsi upacara ngeuyeuk si anak terjadi dengan orang tua sebagai
seureuh sebagai media pendidikan orang terdekatnya. Hubungan ini akan
informal dalam keluarga dan masyarakat menghasilkan suatu interaksi di antara
Sunda semakin jauh dari yang diharapkan, kedua belah pihak.
karena hanya sedikit dari mereka yang Namun kini, perubahan hidup
melaksanakan upacara ini mengerti makna sedang berlangsung, bagi keluarga di
dari ritual upacara tersebut; yang terjadi perkotaan, di mana lingkungan sosial yang
sekarang adalah bahwa upacara ngeuyeuk modern sangat mempengaruhi. Banyak
seureuh hanya merupakan kelengkapan sudah kendala yang menjadikan hubungan
upacara perkawinan belaka. antara anak dan orang tua terputus. Suami
Begitu pula tantangan nasional dan dan istri sama-sama bekerja, sehingga
global bagi kelangsungan upacara adat kesenjangan hubungan emosional, sosial,
pada masa kehamilan yang notabene intelektual dan spiritual antara anak dan
merupakan pendidikan informal bagi orang tua tidak lagi harmonis. Diperburuk
keluarga dalam mensosialisasikan nilai- lagi dengan sistem informasi yang
nilai yang bersifat kultural maupun sosial langsung ada pada setiap tangan anak
dari proses kehamilan. Di antaranya adalah ‘gatged’ menjadikan si anak lebih terfokus
munculnya kebijakan yang terkait dengan terhadapnya. Keterbatasan waktu itu
kesehatan ibu dan anak. menyebabkan kesempatan bergaul dan
berinteraksi kurang intens. Nilai-nilai,
5. Proses Perubahan Sosial yang norma-norma, dan pandangan hidup, etika
Terjadi Masa Kini yang menjadi pedoman hidup baik bagi
Secara kodrati, manusia adalah keluarga maupun masyarakat pada
makhluk sosial ‘homo sapien’ yang selalu umumnya kurang dihayati secara wajar.
bergantung pada makhluk lain. Sejak lahir Bahkan tidak kita sangkal bahwa nilai
hingga dewasa manusia tidak lepas dari materialistik jauh mengalahkan nilai
ketergantungan dari manusia lain dalam spiritual yang lebih memberikan
lingkungan sosialnya. Perkembangan kemantapan dalam kehidupan manusia.
seorang manusia selalu diawali dari Kenyataan ini Karl Jespers seorang ahli
lingkungan keluarga. Keluarga dapat filsafat yang moderat mengatakan bahwa
dikatakan sebagai lembaga pendidikan visi dan sikapnya terhadap munculnya era
yang sangat membentuk karakter dan teknologi, memperingatkan bahwa
wawasan anggota keluarganya. Pendidikan kemajuan teknologi mengakibatkan
itu akan memberikan keleluasaan kepada despiritualisasi kehidupan serta kapitulasi
individu dalam mengembangkan manusia pada kekuasaan mesin.
pengalaman dan mencari pengalaman baru Upacara ngeuyeuk seureuh yang
dan berusaha menyesuaikan diri dengan dilaksanakan sebelum pernikahan saat ini
anggota keluarga lainnya. Dengan masih dilaksanakan, namun maknanya
pengalaman itu pula, ia akan jadikan bekal mengalami perubahan. Hal itu disebabkan
untuk menghadapi kondisi yang lebih luas, terjadinya pergeseran nilai dan pandangan
yaitu masyarakat di sekitarnya. Orang tua hidup. Nilai menurut Garna (1996:168)
sebagai orang pertama yang dikenal anak yaitu pembentukan konsep mentalita yang
sangat dominan memberikan wawasan dan dirumuskan dari tingkah laku manusia
42 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

sehingga menjadi sejumlah anggapan yang pertamakali mengalami hamil tersebut,


hakiki, baik dan perlu dihargai namun secara substansional nilai-nilai
sebagaimana mestinya. Dengan adanya yang terkandung di dalamnya masih
perubahan tersebut, maka pelaksanaan selaras dan terus dipertahankan.
ritual upacara ngeuyeuk seureuh pada
perkawinan adat Sunda, bukan lagi 6. Prediksi, Konteks Keilmuan dan
merupakan upacara yang penuh makna Fraksis
dan sakral akan tetapi hanya merupakan Merujuk pada teori Sistem Sosial
sebuah simbolik belaka dan pelengkap Parson, (Poloma, 1987:181), bahwa ciri-
upacara.Pemaknaan dari upacara tersebut ciri umum yang ada dalam seluruh sistem
berubah, karena pandangan masyarakat yang hidup ialah prasyarat atau function
dan tata nilai yang sudah semakin imperative. Menurut Parson, terdapat
berkembang. fungsi-fungsi atau kebutuhan tertentu yang
Pranata sosial yang terkait dengan harus dipenuhi oleh setiap sistem yang
kesehatan ibu hamil sudah banyak yang hidup demi kelestariannya. Dua pokok
bergeser dan berubah. Hal ini semakin penting yang termasuk dalam kebutuhan
tidak dikenalnya upacara-upacara seperti fungsional itu adalah (a) yang
hajat bangsal, tingkeban, bubur lolos, dan berhubungan dengan kebutuhan sistem
reuneuh mundingeun. Mungkin hanya internal atau kebutuhan sistem ketika
upacara tingkeban (upacara 7 bulanan) berhubungan dengan lingkungannya; (b)
yang masih dilaksanakan, itu pun hanya yang berhubungan dengan pencapaian
dilakukan oleh keluarga yang relatif sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu
mampu dan mereka pun melaksanakan itu untuk mencapai tujuan itu. Berdasarkan
hanya sekadar mengenang upacara, karena premis itu, secara deduktif Parson
dahulu orang tuanya melaksanakan menciptakan empat kebutuhan fungsional
upacara ini. Mereka tidak mengetahui yang dapat dirangkai dengan seluruh
makna atau pesan yang ada di balik sistem yang hidup, yakni Latent pattern-
upacara itu. Dengan demikian, fungsi maintenance (L); Integration (I); Goal
sosialisasi pranata pendidikan ini yang attainment (G); dan Adaption (A). Untuk
menjadi tujuan dari upacara tersebut sudah memenuhi keempat kebutuhan fungsional
tidak lagi dapat dilaksanakan. tersebut, Parson mengetengahkan empat
Walaupun pasangan masih sub sistem yang saling ketergantungan satu
melaksanakan upacara, namun upaya sama lain, yaitu sistem kebudayaan, sistem
perawatan kesehatan selama masa sosial, sistem kepribadian, dan sistem
kehamilan tetap mengikuti norma organisma perilaku. Sistem sosial
kesehatan modern dengan menyerahkan merupakan sumber integrasi (integrtion)
kepada tenaga medis.Norma perawatan sistem kepribadian memenuhi kebutuhan
modern lebih dianggap rasional pencapaian tujuan (goal attainment),
dibandingkan dengan norma-norma yang sistem kultural mempertahankan pola-pola
terkandung dalam upcara adat. Pandangan dalam sistem (latent pattern-maintenance),
ini tidak hanya dimiliki oleh masyarakat dan sistem organisma perilaku memenuhi
pedesaan, dimana fungsi Posyandu dan kebutuhan yang bersifat penyesuaian
Puskesmas dalam pemberian informasi dan (adaptation).
penanganan kehamilan semakin Latent pattern-maintenance
ditingkatkan. merujuk pada masalah bagaimana
Walaupun upacara-upacara ini menjamin kesinambungan tindakan dalam
hampir tidak pernah dilakukan, dan itu sistem sosial dengan beberapa aturan atau
berarti pesan yang berisi pranata norma. Dalam sistem sosial latent pattern-
pendidikan dari upacara itu tidak lagi dapat maintenance diselesaikan melalui fiduciary
tersosialisasikan pada pasangan yang baru sub-system. Istilah fiduciary merujuk pada
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 43

pengemban tradisi kultural maupun mereka merujuk tulisan Sztompka (2007:71).


yang memindahkan tradisi tersebut pada Tradisi mempunyai pengertian kumpulan
anggota masyarakat. Para pengemban benda material dan gagasan-gagasan yang
tradisi tersebut di antaranya adalah diberi makna khusus yang berasal dari
keluarga. masa lalu; tradisi dapat berubah ketika
Upacara ngeuyeuk seureuh, orang mengabaikan fragmen yang lain.
upacara-upacara masa kehamilan, dan Tradisi bertahan dalam jangka waktu
ngasuh budak, merupakan tradisi tertentu dan mungkin lenyap bila benda
masyarakat Sunda. Ketiganya merupakan material atau gagasan tersebut ditolak atau
wujud dari peran sistem sosial yang dilupakan. Tradisi mungkin pula muncul
bertujuan untuk menjamin kesinambungan kembali setelah sekian lama terlupakan.
tindakan. Berkaitan dengan itu, keluarga Tradisi lahir dengan dua cara. Cara
dan kerabat mempunyai kewajiban untuk pertama muncul dari bawah melalui
melakukan sosialisasi nilai norma agar mekanisme kemunculan secara spontan
menjadi rujukan bagi individu untuk dan tidak diharapkan, serta melibatkan
berperilaku. Garna (1996:57) rakyat banyak. Cara yang kedua muncul
mengemukakan bahwa keluarga dengan tradisi, dipilih dan dijadikan
merupakan suatu institusi sosial yang perhatian umum, atau dipaksakan oleh
membuat bentukan pribadi, yaitu wadah individu yang berpengaruh atau berkuasa.
ikatan emosi seseorang dan bentukan Begitu terbentuk, tradisi mengalami
emosi sosial; hal ini dimungkinkan karena perubahan. Perubahan kuantitatifnya
keduanya merupakan institusi yang terlihat dalam jumlah penganut atau
membentuk, mendidik, memelihara anak- pendukungnya. Anggota masyarakat dapat
anaknya sejak lahir sampai dewasa. ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu
Secara fungsional pranata yang kemudian memengaruhi masyarakat
pendidikan upacara ngeuyeuk sureuh sarat atau suatu negara atau bahkan mencapai
dengan unsur pendidikan yang secara tidak skala global. Sebaliknya anggota
langsung memberikan pengarahan kepada masyarakat mungkin bosan atau kecewa
kedua calon mempelai dalam berperan dan terhadap tradisi tertentu, sehingga secara
berperilaku dalam hidup berumahtangga. bertahap atau tiba-tiba meninggalkannya.
Upacara pada masa kehamilan, merupakan Tradisi dapat mengalami
sarana pendidikan bagi pasangan suami perubahan berkaitan dengan kualitas
istri dalam menjalani proses kehamilan. psikologis pikiran manusia yang tanpa
Dalam upacara itu terkemas pesan-pesan kenal lelah berjuang untuk mendapatkan
dan doa agar selama proses kehamilan, ibu kesenangan baru dan keaslian,
dan bayi yang masih dalam kandungan mewujudkan kreativitas, semangat
sehat dan selamat, sehingga dapat pembaharuan dan imajinasi. Cepat atau
melahirkan generasi yang memiliki potensi lambat tradisi mulai dipertanyakan,
yang baik. Demikian pula dengan ngasuh diragukan dan diteliti ulang. Persoalan
budak merupakan sebuah proses akan timbul jika tradisi dilandasi oleh
pendidikan dan pembelajaran bagi si anak munculnya fakta baru, yakni bila
baik untuk pengenalan terhadap manusia, berbenturan dengan realitas, atau jika
yaitu antara anak dengan orang tua, kasih tradisi tersebut ditunjukan sebagai sesuatu
sayang dari orang tua terhadap anak, atau yang tidak benar dan tidak berguna.
pembelajaran terhadap alam sekitar. Perubahan tradisi dapat terjadi juga karena
Sebagai sebuah tradisi, upacara banyaknya tradisi yang saling bentrok
ngeuyeuk seureuh, upacara pada masa antara tradisi yang satu dengan tradisi
kehamilan dan ngasuh budak, akan saingannya.
mengalami perubahan. Berbicara mengenai Perubahan kualitas psikologis
tradisi dan perubahannya, kita dapat pikiran manusia sangat dimungkinkan
44 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

terjadi seiring dengan perubahan menimbulkan perubahan-perubahan yang


kebutuhan tersebut, yang terkait dengan cukup signifikan.
perubahan komposisi pada sebuah
DAFTAR SUMBER
komunitas. Merujuk pada konsep
1. Buku
perubahan sosial menurut teori sistem,
bahwa dalam sebuah komunitas, dimensi- Atja, 1978.
dimensi yang kemungkinan mengalami Naskah Siksa Kanda Ng Karesian.
perubahan adalah pada komposisinya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
yang disebabkan oleh migrasi, kematian, Atja & Saleh Danasasmita. 1981.
atau bubarnya suatu kelompok; selain itu Sewaka Darma. Departemen Pendidikan
mungkin juga perubahan terjadi pada dan Kebudayaan.
strukturnya; pada fungsinya; pada batas- Atja & Saleh Danasasmita. 1981.
batasnya; misalnya terdapat penggabungan Amanat Galunggung. Departemen
dengan kelompok lain dan sebagainya; Pendidikan dan Kebudayaan.
perubahan pada hubungan antarsub
Ekadjati, Edi.S. 2005.
sistemnya; atau perubahan pada Kebudayaan Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.
lingkungannya (Sztompka, 2007:4).
Komposisi masyarakat di Jawa Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987.
Barat, di mana masyarakat Sunda Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan
Ekonomi Terhadap Perubahan
bertempat tinggal, saat ini sudah
Kelembagaan di Asia. Zahara D. Noer
mengalami perubahan yang sangat pesat. (penerjemah). Jakarta: Yayasan Obor
Posisi Jawa Barat yang berdekatan dengan Indonesia.
DKI Jakarta mengalami serbuan arus
migrasi masuk (in migration) dari berbagai Garna, Yudistira K. 1996.
Ilmu-ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi.
suku bangsa lain.
Program Pasca Sarjana. Bandung:
Universitas Padjadjaran.
D. PENUTUP
Pengalihan tradisi berupa gagasan, Koentjaraningrat. 1996.
nilai, dan norma dari generasi terdahulu ke Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka
Cipta.
generasi berikutnya penting dilakukan
guna pemeliharaan pola perilaku. Hal ini Moeleong, L.J.2001.
diperlukan agar sistem sosial tersebut Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
dapat berlangsung sehingga setiap individu PT. Remaja Rosdakarya.
yang menjadi anggota sistem sosial Suganda, R.Akip Prawira. 1982.
tersebut mencapai tujuannya. Upacara Adat di Pasundan. Bandung:
Sejalan dengan proses modernisasi Sumur Bandung.
dalam setiap aspek kehidupan manusia Surjadi, A. 1985.
yang menimbulkan pergeseran budaya, tata Masyarakat Sunda, Budaya, dan Problema.
nilai, adat istiadat dan perubahan lainnya Bandung: Alumni.
yang sangat mendasar, tradisi itu sendiri
Swasono, Meutia F. 1998. (Ed)
dalam perjalanannya selalu mengalami
Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan
pengujian, apakah masih dianggap ‘benar’ Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta:
atau ’berguna’ oleh generasi berikutnya? Universitas Indonesia Press.
Jika tidak memenuhi kriteria itu maka
tradisi tadi akan ditolak dan dilupakan. Yakub, Dahlan. 2000.
Kamus Sosiologi dan Antropologi.
Demikian pula dalam pola asuh, ngeuyeuk
seureuh, dan upacara pada masa kehamilan Sztompka, Piotr. 2007.
dalam masyarakat Sunda.Proses Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta:
modernisasi yang terus berjalan, Prenada.

Anda mungkin juga menyukai