PRANATA PENDIDIKAN
PADA UPACARA NGEUYEUK SEUREUH,
UPACARA MASA KEHAMILAN, DAN NGASUH BUDAK
Naskah Diterima: 4 Januari 2017 Naskah Direvisi: 10 Februari 2017 Naskah Disetujui: 20 Februari 2017
Abstrak
data yang diperoleh di lapangan. Penelitian suatu pola, kategori dan urutan suatu dasar.
ini didasarkan pada fenomena sosial yang Adapun analisis data yang digunakan
terjadi pada masyarakat (Sunda). antara lain: reduksi data, dan penyajian
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data (display data).
menghasilkan data deskripstif berupa kata-
C. HASIL DAN BAHASAN
kata tertulis atau lisan dari orang-orang
Sistem kehidupan dalam
atauan pelaku yang dapat diamati.
komunitas Sunda adalah tri tangtu di
Pendekatan ini ndiarahkan pada individu
buana, yaitu melaksanakan etika Sunda
yang utuh (Moeleong, 2001:4)
dan estetika Sunda yang terhimpun dalam
Metode pengumpulan data
tri tangtu di bumi, tri tangtu di lamba, dan
dilakukan penelitian lapangan yang
tri tangtu di jalma rea. (Atja, 1968: 17-43).
dimaksudkan sebagai pelengkap, yaitu
Kemampuan karuhun (leluhur masyarakat
untuk mendukung dan menganalisis bentuk
Sunda) dalam mencermati alam dan
pengembangan kebudayaan serta
harmonisasi hidupnya tergambar pada tata
perlindungannya. Teknis pengumpulan
tingkah laku ‘etika moral’ dalam
informasi dilakukan dengan wawancara
perikehidupannya. Tata tingkah laku ‘etika
mendalam (indepth interview) terhadap
moral’ ini dilestarikan melalui pendidikan
sejumlah komunitas lokal seperti
informal kepada generasi berikutnya
komunitas budaya, komunitas seni dan
melalui lembaga keluarga atau kerabat.
tokoh-tokoh masyarakat lokal sebagai
Penanaman etika moral menuju
pemangku hak atas kebudayaan lokal.
hideng (mengerti dengan sendiri) tidak
Metoda analisis data dilakukan dengan
terlepas dari kaitannya dengan
pendekatan kualitatif, sehingga setiap
pengetahuan alam sekitarnya. Hukum alam
informasi dan data yang diperoleh atau
adalah hukum Tuhan yang harus
berhasil dihimpun dapat dideskripsikan
dipatuhinya, semuanya diberikan dengan
yang kemudian dianalisis. Dengan metode
cara natural. Etika moral menjadi patokan
ini, diharapkan terkumpul data yang
hidupnya. Penanaman tata nilai dan tata
berkaitan dengan deskripsi nilai-nilai
laku, tidak terbatas hanya ketika masa
budaya yang mengatur kehidupan
kanak-kanak (ngasuh budak), tetapi
masyarakat pendukungnya yang tercermin
ditanamkan pada saat-saat seseorang
dalam kelakuan, tata kelakuan, dan hasil
mengalami proses peralihan dalam status
kelakuan pada warga pendukungnya.
dan perannya, misalnya ketika ia akan
Lokasi penelitian di sekitar
berkeluarga, akan menikah (ngeuyeuk
pinggiran Kota Bandung, pemilihan lokasi
seureuh) dan akan menjadi orang tua
didasarkan pada pertimbangan bahwa
(proses kehamilan) melalui berbagai
tradisi ngeuyeuk seureuh, upacara
upacara.
kehamilan dan proses ngasuh budak, masih
Nilai-nilai kehidupan yang
dilakukan oleh masyarakat pendukung
dijadikan pedoman hidup dalam
tradisi tersebut. Data yang dihasilkan
penanaman kesadaran akan jati diri bagi
diambil dari dua sumber, yaitu primer dan
perkembangan anak (baca : generasi
skunder. Data primer adalah data yang
penerus), diberikan dalam bentuk simbol
diperoleh dari lapangan melalui
yang sederhana. Etika moral yang
pengamatan dan wawancara, sedangkan
digambarkan dalam tata kehidupan bagi
data sekunder diambil dari buku, dokumen
masyarakat Sunda tertuang dalam kalimat
hasil penelitian. Teknis anaslisis data
yang sederhana, yaitu : cageur (sehat),
digunakan dalam penelitian ini adalah
bageur (baik), bener (benar), dan pinter
analisis deskriptif kualitatif. Menurut
(pintar).
Patton (dalam Meoleong, 2001:208)
Kegiatan ngasuh budak, upcara
analisis data merupakan proses mengatur
adat ngeuyeuk seureuh, dan upacara adat
urutan data, mengorganisasikan ke dalam
dalam menjalani proses masa kehamilan
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 35
merupakan bagian dari tata asuh dan tata pangeuyeukan, sebagai lambang bahtera
didik karuhun (nenek moyang) Sunda rumahtangga yang akan dibina masih suci
untuk menanamkan tata nilai dan tata laku bersih; (e) membelah mayang jambe yang
bagi generasi-generasi berikutnya. Melalui melambangkan suami harus
perjalanan waktu seiring dengan memperlakukan istrinya dengan hati-hati;
kemajemukan dan kompleksitas kehidupan (f) membelah pinang, yang melambangkan
masyarakat Sunda (Jawa Barat, tempat suami istri harus seperti pinang dibelah
dimana orang Sunda berada). dua, sareundeuk saigel sabobot
sapihanean, silih asih, silih asah, dan silih
1. Ngeuyeuk Seureuh
asuh (seia sekata saling menyayangi); (g)
Perhatian orang tua kepada
menumbukkan alu ke dalam lumpang,
anaknya begitu besar, mulai dari masih
yang melambangkan pendidikan seks bagi
bayi hingga memasuki jenjang perkawinan
calon mempelai; (h) menggulung daun
tak lepas dari perhatian dan kasih
sirih lungkun sebanyak tujuh buah,
sayangnya. Sehari sebelum pernikahan
kemudian dibagikan kepada handaitaulan,
dilaksanakan, ada acara yang disebut
artinya bila nanti mendapat rezeki harus
ngeuyeuk seureuh yaitu acara pertemuan
dapat berbagi dengan keluarga; (i)
atau silaturahmi yang dilaksanakan oleh
membakar tujuh sumbu pelita, yang
keluarga calon mempelai pria kepada
melambangkan tujuh hari api kehidupan
keluarga calon mempelai wanita. Pada
jangan sampai padam; (j) membuang bekas
acara ini biasanya dihadiri oleh para
pangeuyeuk seureuh di perempatan jalan
undangan, sanak saudara dan ibu-ibu yang
artinya membuang hal-hal jelak dan jangan
sudah menikah. Anak perempuan yang
menengok ke belakang. Upacara ngeuyeuk
belum dewasa atau belum nikah tidak
seureuh selesai dan keesokkan harinya
diperbolehkan untuk menyaksikan upacara
upacara pernikahan dilangsungkan di
ini, karena berkaitan dengan pendidikan
hadapan para saksi dan wali dari calon
seks bagi si calon pengantin. Demikian
pengantin perempuan.
juga wanita yang suka kawin cerai tidak
diperkenankan untuk menghadiri upacara 2. Upacara Masa Kehamilan
ini. Masa pernikahan telah dilalui
Tujuan upacara ini adalah:(a) beberapa bulan terakhir maka tibalah masa
meminta restu dari kedua orang tua; (b) kehamilan. Kehamilan dan kelahiran
mengabarkan bahwa perkawinan ini merupakan dua kejadian dalam siklus
direstui dan tidak ada paksaaan; (c) kehidupan perempuan yang telah menikah
memberikan nasihat kepada kedua calon yang dianggap sebagai kodrat atau fitrah.
mempelai melalui perlambang dari benda- Janin yang tumbuh dalam tubuh seorang
benda yang ada saat upacara. ibu dan kelahirannya merupakan fenomena
Pelaksanaan upacara ngeuyeuk yang wajar. Proses ini dilihat dari sudut
seureuh: (a) pangeuyeuk (pimpinan kebudayaan yang ada di seluruh dunia
upacara) memberikan benang kanteh memiliki persepsi yang berbeda-beda.
(putih), ujungnya saling dipegang, Perbedaan persepsi dan respon
kemudian menghadap kepada kedua orang perilaku masyarakat disebabkan oleh
tua dari mempelai wanita dan pria untuk beberapa aspek kultural. Meutia (1998:24)
meminta restu; (b) pangeuyeuk memberikan tiga aspek kultural yang
mengiringinya dengan lagu kidung yang terkait dengan proses kehamilan, yaitu : (1)
sarat dengan nasihat agar kedua mempelai bahwa masa kehamilan dianggap sebagai
dapat hirup jeung hurip (hidup sejahtera); masa krisis dalam tahapan kehidupan.
(c) kedua mempelai dikeprak dengan sapu Keadaan ini dapat bersifat nyata dan gaib,
lidi diiringi petatah-petitih dalam masa kehamilan dianggap sebagai proses
menghadapi rumah tangga; (d) kedua peralihan untuk menjadi orang tua dalam
mempelai membuka kerudung putih memerankan seorang ibu. Rangkaian
36 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44
upacara yang dihadapi pada masa krisis seorang bayi merupakan kelangsungan dari
disebut crisis rites atau upacara peralihan klen tersebut yang harus disambut dengan
disebut rites de passage, yaitu untuk kegembiraan. Ekspresi kegembiraan ini
menolak bahaya gaib; (2) kehamilan disambut dengan berbagai upacara.
merupakan suatu kondisi khusus yang Menurut Suryadi (1985: 15) pada
dapat mendatangkan bahaya bagi ibu dan masyarakat Sunda terdapat tiga tahap
bayi yang dikandungnya. Hal ini upacara kehamilan, yaitu: (a) hajat bangsal
melahirkan serangkaian larangan bagi ibu upacara yang dilaksanakan pada masa
hamil atau pantangan yang harus kehamilan tiga bulan; (b) tingkeban
dilaksanakan, baik oleh ibu hamil maupun upacara yang dilaksanakan pada masa
suami. Pantangan dapat berupa perbuatan kehamilan lima bulan; dan (c) hajat bubur
atau makanan, apabila dilanggar maka lolos upacara yang dilaksanakan pada
secara gaib dapat berakibat buruk; (3) masa kehamilan sembilan bulan. Namun
berkaitan dengan citra perempuan. Bila bila si ibu masa mengandung melebihi
seorang perempuan mampu melahirkan sembilan bulan, maka diadakan upacara
anak, hal itu merupakan tolok ukur bagi kehamilan reuneuh munding.
seorang istri untuk menunjukkan Upacara kehamilan tiga bulan,
keberhasilannya dalam tugas budayanya perempuan yang hamil baru dua atau tiga
yang mempersembahkan keturunan kepada bulan, belum disebut hamil tapi disebut
sang suami. nyiram (ngidam). Baru kemudian setelah
Suganda, (1982:14) mengatakan lebih dari tiga bulan disebut hamil.
bahwa keadaan anak yang dikandung sejak Upacara yang dilaksanakan pada masa
mulai mengidam sampai dilahirkan kehamilan tiga bulan ini memiliki makna
menurut pandangan orang tua di Pasundan adanya percampuran antara napsu laki-laki
(Sunda) memiliki istilah, yaitu: masa dengan napsu perempuan (ayah dan ibu)
kandungan sebulan disebut ngaherang yang dilambangkan dengan bubur merah
(jernih), masa kehamilan dua bulan disebut dan bubur putih. Hal ini mengisyaratkan
lumenggang (kental), masa kehamilan tiga kepada suami agar berhati-hati dalam
bulan disebut kumambang (mekar), masa menggauli istri. Kemudian dibacakan doa
kehamilan empat bulan disebut gumulung nur buat (doa kesempurnaan) agar anak
(menjadi satu), masa kehamilan lima bulan yang dikandung tumbuh sempurna jangan
disebut mangrupa (berupa manusia), masa ada cacat.
kehamilan enam bulan disebut usik Upacara hajat bangsal,
(bergerak), masa kehamilan tujuh bulan dilaksanakan pada masa kehamilan lima
disebut malik (sempurna berwujud bulan. Kata bangsal (gabah), menunjukkan
manusia), masa kehamilan delapan bulan arti bahwa keluarga ibu hamil harus
disebut kumentar-kumentir (mencari jalan memberikan sedekah (Suryadi, 1985:35
keluar), masa kehamilan sembilan bulan dan Suganda, 1982:15). Hajat ini pula,
disebut ngaruang-ruang (memasuki jalan dimaksudkan untuk meminta seorang
keluar). paraji atau indung beurang (dukun
Persepsi dan respon masyarakat beranak) agar mulai saat itu memeriksakan
Sunda terhadap kehamilan terdapat dalam kandungan dan menangani saat kelahiran
berbagai pranata sosial yang terkandung nanti. Makna upacara ini sebagai palakiah,
dalam upacara yang dilaksanakan pada supaya leungit belang bengsalna diganti
masa kehamilan. Respon tersebut secara ku waluya (penolak bala, agar hilang
budaya ditujukan untuk keselamatan bagi malapetaka diganti dengan keselamatan).
ibu dan anak, sedangkan respon yang Upacara tingkeban dilaksanakan
diberikan oleh masyarakat yang mengatur pada masa kehamilan tujuh bulan, waktu
kekerabatan dalam ikatan klen baik pelaksanaan biasanya harus jatuh pada
patrilineal maupun matrilineal, kelahiran angka 7, misalnya tanggal 7, 17, 27, jam 7
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 37
baik pagi hari maupun petang hari. penolak bala ibu hamil ,terdiri atas:panglay
Tingkeb artinya tutup, mengandung makna (untuk menolak hantu), jaringao
bahwa sejak upacara dilaksanakan hingga (digunakan untuk obat bayi), jukut palias
40 hari setelah melahirkan tidak boleh (untuk menolak kuntilanak) kemudian
melakukan hubungan suami istri. Dalam dibungkus dalam kain yang diikatkan
pelaksanaan upacara ini, banyak benda- sebagai kendit di pinggang. Makna dari
benda yang dihadirkan, mulai dari rujak 7 upacara ini adalah memberikan rasa
macam, bunga 7 macam, kain 7 macam percaya diri kepada ibu hamil dalam
dan lain sebagainya. Makna yang menghadapi saat kelahiran. Di samping itu
terkandung dalam upacara ini bahwa jimat yang dipakai sebagai kendit untuk
manusia di dunia ini hidup tidak lama dan memberikan dorongan kekuatan agar tidak
pasti kembali kepada-Nya (dilambangkan khawatir menghadapi berbagai gangguan
dengan hanjuang). Hidup dan kehidupan baik nyata maupun gaib.
harus dijalani dengan kebaikan Upacara reuneuhmundingeun,
(dilambangkan dengan mayang jambe biasanya upacara ini dilaksanakan bila ibu
berpadanan dengan kata hayang hade hamil melewati usia kehamilan lebih dari
(ingin kebaikan harumnya seperti bunga sembilan bulan, bahkan sampai 10, 11
pinang). Anak yang dilahirkan harus bahkan 12 bulan. Kehamilan semacam ini,
berkilau (dilambangkan dengan di tanah Sunda disebut sebagai reuneuh
segenggam perhiasan mas), bunga 7 mundingeun, karena munding (kerbau)
macam melambangkan hidup, kekuatan, biasanya memiliki masa kehamilan antara
penglihatan, perkataan, perasaan, dan 11 hingga 12 bulan. Maksud dan tujuan
kemauan. Rujak 7 macam melambangkan upacara ini dilaksanakan agar ibu hamil
bahwa kesusahan, kepahitan hidup dapat cepat melahirkan dan menjaga agar tidak
dihadapi dengan bijaksana. Begitu pula terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
dengan rasa pedas atau tidak rujak yang Berbeda dengan upacara-upacara lainnya,
dihasilkan itu menunjukkan bila pedas bayi tempat penyelenggaraan upacara reuneuh
yang dikandung laki-laki atau sebaliknya. mundingeun dilaksanakan di luar rumah.
Upacara bubur lolos, dilaksanakan Ibu hamil dituntun mengelilingi rumah
pada usia kehamilan delapan bulan. Bubur bahkan ada yang dibawa ke kandang
lolos, artinya bubur yang cair, berharap kerbau.
bahwa nantinya pada saat melahirkan Penanaman nilai baik untuk ibu
mudah dan lancar seperti cairnya bubur hamil maupun bayi yang masih dikandung,
lolos.Harapan lain dari adanya upacara ini tercermin pula dalam beberapa pantangan
untuk membesarkan ibu hamil tidak takut selama masa kehamilan. Bagi seorang ibu
menghadapi persalinan. yang sedang nyiram,di antaranya
Pada saat pelaksanaan upacara dipantang untuk melihat sesuatu yang
biasanya disediakan pelita sebagai menjijikkan, melihat orang cacat,
lambang cahaya terang dan berharap menengok orang yang sakit dan orang
bahwa nanti anak yang dilahirkan berhati yang meninggal, berziarah ke kuburan.
dan berpikiran terang. Biasanya upacara ini Bagi seorang ibu yang sedang
dilaksanakan dengan sangat sederhana hamil usia tiga bulan, dipantang untuk
yang hanya menyediakan makanan bubur turun ke sungai, ke pemandian (di luar
lolos yaitu bubur yang dibungkus dengan rumah pada waktu malam hari), tidak
daun pisang yang dileumpeuh (dilayukan) boleh keluar rumah malam hari. Tidak
dan diberi minyak kelapa agar semakin boleh tidur sembarangan dan tanpa bantal,
licin. Harapannya bahwa nanti bayi yang hal ini akan menyulitkan melahirkan, tidak
dilahirkan selicin seperti bubur ini. boleh duduk menjuntai karena
Pada pelaksanaan upacara ini, dikhawatirkan anaknya sungsang saat
indung beurang membuatjimat untuk dilahirkan, tidak boleh memakan buah-
38 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44
buahan bekas kelelawar karena berakibat melalui masa kehamilannya dengan baik,
penyakit koreng kepada anak dan ibunya, selalu berada dalam situasi yang
tidak boleh mengisi bantal atau kasur menyenangkan, sehat lahir batin.
dengan kapuk karena bisa terjadi kelak Dalam upacara hajat bangsal, istri
anaknya menjadi orang yang rakus. Begitu dan suaminya harus diingatkan bahwa saat
pula bagi suami, selama istri mengandung itu kondisi dia dalam keadaan mengandung
dipantang untuk tidak melakukan seorang anak yang harus lahir sehat karena
penyembelihan hewan, tidak boleh anak merupakan penerus keturunan. Untuk
membunuh atau menyakiti hewan dan itu, sebagai calon orang tua harus
tidak boleh berburu. bertanggungjawab untuk melindunginya.
Selama hamil, harus Selain itu, bagi suami harus pula menjaga
memperhatikan pula gejala alam, seperti istrinya dengan cara memperlakukannya
gerhana dan gempa bumi maka ibu hamil dengan baik agar selama masa kehamilan
harus masuk ke kolong sebentar, istri selalu sehat.
kemudian mandi, setelah itu makan dan Dalam upacara tingkeb juga
minum. Jika tidak berbuat demikian, demikian, pasangan tersebut semakin
dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang diingatkan bahwa usia kehamilannya sudah
tidak dikehendaki pada anak yang mencapai tujuh bulan, tidak lama lagi akan
dikandungnya. Konon jika ada gerhana menjalani persalinan. Perempuan tersebut
bulan, gerhana matahari, dan gempa bumi, semakin harus berperilaku sehat.
menurut kepercayaan masyarakat Sunda, Sedangkan bagi suaminya harus semakin
telur yang sedang dierami bisa mendadak mendukung istrinya, seperti sejak saat
busuk.Hal ini diharapkan tidak terjadi pada upacara tingkeb sampai 40 hari setelah
manusia. persalinan, suami tidak menggauli istrinya.
Gerhana dan gempa itu Pantangan-pantangan yang harus
mengandung lambang atau makna bahwa dijalani tidak lain agar keduanya selalu
gerhana adalah gelap dan gempa itu berperilaku santun baik bagi pasangannya
bergoyang. Hal itu melambangkan bahwa maupun lingkungannya agar situasi yang
jika orang yang sedang mengandung dan ditimbulkan selalu menyenangkan. Hal ini
suaminya itu sedang gelap hati, sedang akan memperkokoh mental perempuan
keduanya berbantah, haruslah salah tersebut yang akan menghadapi persalinan,
seorang menjauh. Nanti jika menjauh hati dan juga mental pasangan tersebut yang
menjadi tentram, seperti orang yang mandi akan berubah status menjadi orang tua,
atau minum. sebagai ibu dan ayah.
Upacara adat yang dilaksanakan Upacara bubur lolos, dimaksudkan
selama masa kehamilan, tersirat maksud untuk menyenangkan hati perempuan
dan tujuan serta makna dan pantangan hamil tersebut agar tidak khawatir
yang harus dipatuhi. Pesan-pesan simbolis menghadapi persalinan. Upacara ini
merupakan serangkaian norma yang mengingatkan bahwa persalinan adalah
diharapkan dapat menjadi rujukan bagi kodrat perempuan, asalkan selalu
pasangan tersebut dalam bertingkah laku, berperilaku baik maka persalinan tersebut
karena norma yang tersirat tadi ditujukan bukan hal yang harus dikhawatirkan.
untuk keselamatan baik bagi ibu yang Upacara reuneuh mundingeun
sedang mengandung tersebut maupun anak pada usia kehamilan lebih dari sembilan
yang sedang dikandungnya. Maksud dan bulan yang diselenggarakan secara khusus
tujuan dari upacara adat tiga bulan, hajat bagi perempuan yang usia kehamilannya
bangsal, tingkeb, hajat bubur lolos dan sekaligus mendoakan perempuan tersebut
upacara reuneuh mundingeun (setelah usia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
kehamilan sembilan bulan) adalah agar diinginkan.
perempuan yang sedang hamil dapat
Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 39