Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REFLEKSI KRITIS

A. Konteks Komunikasi budaya yang digunakan dalam artikel


Komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam
bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain. Komunikasi
merupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan dan merupakan
aktifitas yang datang dari pihak lain untuk mempengaruhi (Arifin, 2010).
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 2011).
Komunikasi dan budaya sangat memiliki keterkaitan yang erat, di mana
salah satu fungsi yang penting dalam komunikasi adalah transmisi budaya, ia
tidak dapat terelakkan dan akan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi
yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Hal ini merupakan
pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi,
tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan,
dan masyarakat. Warisan kemudian adalah dampak akumulasi budaya dan
masyarakat sebelumnya yang telah menjadi bagian dari hak asasi manusia. Hal
itu ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan sebaya, kelompok primer
atau sekunder, dan proses pendidikan. Budaya komunikasi tersebut secara rutin
dimodifikasi oleh pengalaman baru yang didapat (Nurudin, 2013).
Artikel ini membahas konteks budaya berupa pola kebiasaan
menentukan cara pandang terhadap asuhan kehamilan oleh berbagai etnis
Indonesia khususnya cara pandang ibu hamil pada etnis Bugis memicu pola
pengasuhan yang dianggap sesuai dengan budaya dan selaras dengan
masyarakat setempat. Masyarakat etnis Bugis di pedesaan memandang
perlunya pola perilaku dan kebiasaan selama hamil dan bersalin berdasarkan
anjuran dukun (sanro). Saran-saran ini termasuk perawatan pada tahap awal
dan akhir kehamilan, dan kepatuhan yang cukup diasumsikan untuk
memastikan kebaikan dan keamanan selama persalinan.
B. Komentar dan Analisis Pengkaji
Pada artikel ini cara pandang ibu hamil tidak bisa dipisahkan dari
rujukan
terdekat, termasuk anggota keluarga dekat dan dukun terutama pada daerah
pedesaan di daerah Bugis. Artikel ini juga membandingkan hasil penelitiannya
dengan penelitian sejenis pada daerah tertentu. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan dalam budaya Madura, di mana orang tua, mertua
dan nenek memiliki pengaruh yang signifikan. Ibu hamil tidak diharapkan
untuk melanggar pantangan yang ada karena perilaku peduli diterima sebagai
benar dan telah terbukti efektif dari generasi ke generasi (Devi et al., 2011).
Pengkaji berpendapat bahwa pada daerah - daerah tertentu memiliki
kemiripan atau kebiasaan budaya yang sama dalam perawatan kehamilan.
Perawatan kehamilan dilakukan oleh dukun atau yang disebut orang pintar
dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. salah satu penyebabnya adalah
kehadiran ruh dalam janin yang dikandung ibu pada bulan keempat. Oleh
karena itu, ibu hamil sangat diperhatikan oleh anggota keluarga, dan tidak
diperbolehkan keluar rumah atau melakukan pekerjaan berat. Oleh karena itu,
pertunjukan ritual budaya yang disebut seula babua sangat diperlukan.
Kegiatan yang dilakukan selama proses ini antara lain dukun menyentuh dan
memijat perut sambil berdoa untuk kesehatan dan keselamatan janin hingga
kelahiran karena roh yang hadir.
Artikel ini juga menemukan pada penelirtian yang sama dari penelitian
terdahulu tentang budaya daam perawatan kehamilan seperti pada desa
Karangsari, Kabupaten Garut, suku Baduy, Madura dimana prosesi ini
dilakukan oleh dukun. Pengasuhan yang dilakukan ada kemiripan bahwa dalam
perawat kehamilan dilakukan dengan upara tau ritual tertentu dengan
menghadirkan atau mengundang keluarga tau orang terdekat dengan
menyediakan maknan yang sebelumny dibacakan doa – doa keselamatan.
Temuan lainnnya adalah pantangan – pantangan yang dilakukan oleh
ibu hamil yang disarankan oleh dukun seperti tidak bola beraktivitas berat dan
tidak boleh keluar rumah yang tidak penting serta adanya pantangan makanan
tertentu dan perilaku terentuk oleh ibu dan suami yan gdisarankan oleh dukun.

Penelitian ini memfokuskan pada paradigma perilaku sosial, menurut


Skinner (dalam Notoatmodjo, 2018) paradigma perilaku sosial menekankan
pendekatan objektif-empiris terhadap kenyataan sosial, yang berupa perilaku
perilaku individu yang nyata. Pokok persoalan ini adalah tingkah laku individu
yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan pada tingkah laku. Tetapi
hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi.
Menurut Homans (dalam Notoatmodjo, 2018) perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari. Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam dan diluar individu antara lain
persepsi, motivasi, proses belajar, lingkungan dan lain sebagainya. Perilaku
sosial ibu hamil dan melahirkan dikawasan pedesaan disinyalir mereka tetap
mempertahankan kebiasaan nenek moyang.
Dapat ditelusuri bahwa peranan dukun kampung (bidan kampung)
dalam
pemeriksaan kesehatan perilaku sosial ibu hamil adanya kepercayaan mitos
masyarakat terhadap dukun kampung (bidan kampung). Mereka menilai
dukun kampong sebagai orang yang dianggap lebih tahu dan dapat
memberikan perawatan, pengobatan tradisional, dan pengarahan kepada
mereka selama kehamilan.
Dalam artikel ini perspektif asuhan kehamilan ibu hamil etnis Bugis
meliputi asuhan pada tahap awal dan akhir kehamilan, serta pengamatan
pantangan makanan dan perilaku tertentu. Sudut pandang ini secara signifikan
dipengaruhi oleh anggota keluarga dekat dan dukun. Pendekatan komunikasi
budaya diperlukan untuk mengarahkan cara pandang perempuan di pedesaan.
Hal ini diperlukan untuk memfasilitasi fokus pada perawatan ibu yang
diperlukan untuk mendukung kesehatan. Selain itu, upaya ini dimungkinkan
melalui pintu masuk tokoh masyarakat, keluarga dekat, dukun dan bidan desa,
sebagai tokoh kunci untuk memastikan potensi modifikasi.

C. Implikasi
Implikasi pada penelitan ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
program kemitraan bidan dan dukun di tingkat desa. Dapat mengatasi
kesenjangan ibu hamil dan keluarga yang salah dalam perawatan kehamilan
dan memantau kegiatan pelayanan dukun bayi agar tetap mengikuti pelayanan
kesehatan yang seharusnya.
Penelitian ini juga menggambarkan kenyataan bahwa masih banyak
masyarakat pada etnis dan daerah lainnya memilih cara leluhur dalam
mempertahankan dan memulihkan kesehatan, situasi ini kadang bisa
menguntungkan dan bisa merugikan individu bahkan berdampak ke janin.
Saran yang dianjurkan setelah penelitian ini adalah :
1. Tenaga kesehatan seyogyanya memberikan informasi apa yang perlu
dipertahankan dan mana yang perlu dicegah melalui penyuluhan terhadap
keluarga binaan;
2. Penambahan pengetahuan pada tenaga kesehatan tentang teori budaya, agar
bisa membantu keluarga mempertahankan kesehatan melalui lingkup
budaya.
REFERENSI

Arifin, A. (2010). Ilmu Komunikasi sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja


Grafindo Persada.
Koentjaraningrat. (2011). Pengantar Antropologi I, Jakarta: Rineka Cipta.

Nurudin. (2013). Pengantar Komuniukasi Massa, Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2013.
Devi, SR, Haryanto, S., Hakimci, M., Prabandari, YS, and Mardikanto, T. (2011).
Pregnancy care in the perspective of Madurese culture in Tambak Village
and Rapalaok Village, Omben Sub-District. Jurnal Promosi Kesehatan,
1(1), 50-62. [in Indonesian]

Notoatmodjo, S. (2018). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Perilaku dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai