Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

Analisis Batuan Induk

Disusun Oleh :

ANANTA RIZKI DEWANGGANA

111.170.069

PLUG 8

LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA

2020
i
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kata minyak bumi berasal dari kata Yunani petro untuk batu dan oleum untuk
minyak. Dalam arti yang paling ketat, minyak bumi hanya mencakup minyak mentah.
Namun, dengan penggunaan, minyak bumi mencakup minyak mentah dan gas alam.
Dua elemen paling umum dalam minyak mentah dan gas alam adalah karbon dan
hidrogen. Sebagian besar molekul yang membentuk minyak mentah dan gas alam terdiri
dari atom hidrogen dan karbon dan disebut hidrokarbon. (Norman J. Hyne, 2012)

Perbedaan antara minyak mentah dan gas alam adalah ukuran molekul
hidrokarbon. Di bawah suhu dan tekanan permukaan, setiap molekul hidrokarbon yang
memiliki satu, dua, tiga, atau empat atom karbon terjadi sebagai gas. Gas alam adalah
campuran dari empat molekul hidrokarbon pendek. Setiap molekul hidrokarbon dengan
lima atau lebih atom karbon terjadi sebagai cairan. Minyak mentah adalah campuran
beberapa ratus molekul hidrokarbon yang memiliki ukuran mulai dari 5 hingga lebih
dari 60 karbon dan membentuk rantai lurus, rantai dengan cabang samping, dan
lingkaran. (Norman J. Hyne, 2012)

Beberapa lapisan sedimen mungkin mengandung bahan organik. Lapisan-lapisan


ini disebut batuan induk jika ada bahan organik yang cukup untuk menghasilkan
minyak bumi. Sumber batuan dapat dicirikan oleh faktor yang disebut rasio
transformasi. Rasio transformasi adalah rasio jumlah minyak bumi yang terbentuk di
cekungan dengan jumlah bahan yang tersedia untuk menghasilkan minyak bumi (John
R. Fanchi, 2017)

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari laporan analisis batuan induk kali ini adalah untuk mengetahui
kandungan dari batuan induk apakah berpotensi untuk menjadi sumber minyak dan gas
yang baik, sedangkan tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan
kemudian hari untuk menentukan tipe batuan induk.

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 2
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

BAB II
METODE

2.1 Langkah Kerja

1. Mendapatkan data analisis batuan induk yang berupa data excel


2. Menghitung PY, OI, HI, PI
3. Memplot HI vs OI (Van Kerevelen)
4. Menghitung tipe kerokan (Merill), Tipe kerogen = S2/S3
5. Menentukan Polynomorph Colour
6. Memplot %RO vs Depth
7. Menentukan maturity berdasarkan%RO
8. Memplot Depth vs TOC
9. Memplot HI vs Tmax
10. Memplot presentase komponen kerogen pada diagram gerenasi tipe hidrokarbon
dan kerogen
11. Menentukan kualitas hydrocarbon berdasarkan TOC
12. Membuat table metode langsung dan tidak langsung

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 3
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisa Batuan Induk (ABI Jatim)

3.1.1. Data Analisa Batuan Induk

Sumur onshore lapangan Wanokuni memiliki data Batuan Induk sebagai berikut:

Tabel 3.1. Data Rock Eval Pyrolisis Batuan Induk (ABI Jatim)

Data Rock Eval Pyrolisis


mg/g rock
Interval ( m ) Midpoint Formasi Litologi TOC( wt.% ) Tmax ( C )
S1 S2 S3
3000 - 3010 3005 Napal + Lempung 0.73 1.06 3.54 0.81 427
3010 - 3020 3015 Napal + Lempung 0.88 1.08 3.84 1.61 435
3020 - 3030 3025 KIMMERIDGE Napal + Lempung 0.8 0.94 3.31 1.19 431
3030 - 3040 3035 Napal + Lempung 1.4 1.23 3.02 0.79 432
3040 - 3050 3045 Napal + Lempung 1.26 1.3 3.99 0.94 440
3050 - 3060 3055 Napal + Gamping 1.67 0.71 2.43 0.51 441
3060 - 3070 3065 Napal + Gamping 1.75 0.88 2.78 1.21 445
3070 - 3080 3075 HEATHER Napal + Gamping 1.82 1.31 3.31 1.08 449
3080 - 3090 3085 Napal + Gamping 1.66 1.03 3.03 1.42 450
3090 - 3100 3095 Napal + Gamping 1.47 1.18 3.52 1.09 457

Tabel 3.2. Data Analisa Kerogen dan Vitrinit Batuan Induk (ABI Jatim)

Data Analisa Kerogen dan Vitrinit


KEROGEN
Interval ( m ) Midpoint Formasi Litologi SCI Ro (%)
Amorphus Eksinit Liptinit Vitrinit Inertinit
3000 - 3010 3005 Napal + Lempung 5.41 0.62 19% 20% 9% 37% 15%
3010 - 3020 3015 Napal + Lempung 5.63 0.75 15% 6% 29% 33% 17%
3020 - 3030 3025 KIMMERIDGE Napal + Lempung 6 0.79 15% 14% 19% 35% 17%
3030 - 3040 3035 Napal + Lempung 6.2 0.86 15% 8% 12% 40% 25%
3040 - 3050 3045 Napal + Lempung 6.31 0.96 27% 9% 19% 30% 15%
3050 - 3060 3055 Napal + Gamping 6.67 1.05 29% 0% 17% 30% 24%
3060 - 3070 3065 Napal + Gamping 6.79 1.19 6% 16% 4% 65% 9%
3070 - 3080 3075 HEATHER Napal + Gamping 6.88 1.33 7% 11% 0% 69% 13%
3080 - 3090 3085 Napal + Gamping 7.16 1.37 1% 22% 24% 46% 7%
3090 - 3100 3095 Napal + Gamping 7.35 1.4 5% 26% 12% 49% 8%

Data analisa batuan induk lapangan Wanokuni berupa data rock eval pyrolysis
dan data Analisa kerogen dan vitrinit, dari data tersebut diketahui bahwa batuan induk
ditemukan pada kedalaman interval 3000 – 3100 meter, dimana pada kedalaman
interval 3000 – 3050 meter ditemukan pada formasi Kimmeridge dan pada interval 3050
– 3100 meter ditemukan pada formasi Heather. Litologi pada formasi Kimmeridge
ditemukan Napal dan Lempung, sedangkan pada formasi Heather ditemukan litologi
berupa Napal dan Gamping. Selain itu terdapat TOC, S1, S2, S3, Tmax pada data rock
eval pyrolosis dan terdapat SCI, Ro, Kerogen pada data Analisa kerogen dan virtinit.

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 4
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

3.1.2. Analisa % RO Dengan Kedalaman

Tabel 3.3. Data Hasil Analisa % RO dengan Kedalaman

Top Bottom Mid %Ro Imma Early peak late over


3010 3000 3005 0.62 0.6 0.65 0.9 1.35
3020 3010 3015 0.75 0.6 0.65 0.9 1.35
3030 3020 3025 0.79 0.6 0.65 0.9 1.35
3040 3030 3035 0.86 0.6 0.65 0.9 1.35
3050 3040 3045 0.96 0.6 0.65 0.9 1.35
3060 3050 3055 1.05 0.6 0.65 0.9 1.35
3070 3060 3065 1.19 0.6 0.65 0.9 1.35
3080 3070 3075 1.33 0.6 0.65 0.9 1.35
3090 3080 3085 1.37 0.6 0.65 0.9 1.35
3100 3090 3095 1.4 0.6 0.65 0.9 1.35

Gambar 3.1. Diagram Hasil Analisa % RO dengan Kedalaman

Diagram diatas menunjukan bahwa tingkat kematangan batuan induk semakin


dalam maka akan bertambah tinggi tingkat kematangannya, membuktikan bahwa batuan
induk dipengaruhi oleh batuan sedimen yang mengendap diatasnya atau overburden,
dimana semakin tebal overburden tersebut maka suhu dan tekanan yang bekerja pada
batuan induk tersebut akan semakin tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat
kematangan batuan induk. Dari diagram tersebut batuan induk lapangan Wanokuni

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 5
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

memiliki range tingkat kematangan berupa Early Mature – Over Mature yang selaras
terhadap tingkat kedalaman.

3.1.3. Analisa TOC Dengan Kedalaman

Tabel 3.4. Data Hasil Analisa TOC dengan Kedalaman

No Interval TOC
1 3000 - 3010 0.73
2 3010 - 3020 0.88
3 3020 - 3030 0.8
4 3030 - 3040 1.4
5 3040 - 3050 1.26
6 3050 - 3060 1.67
7 3060 - 3070 1.75
8 3070 - 3080 1.82
9 3080 - 3090 1.66
10 3090 - 3100 1.47

Gambar 3.2. Diagram Hasil Analisa TOC dengan Kedalaman

Diagram diatas menunjukan kedalaman dengan total jumlah kandungan material


organic (TOC), dimana TOC paling tinggi berada pada kedalaman 3070-3080 meter,
dan TOC paling rendah berada pada kedalaman 3000 – 3010 meter. Semakin dalaman
kedalamannya TOC secara relative akan semakin tinggi, yang dipengaruhi oleh litologi
yaitu batulempung memiliki lebih sedikit bahan organic sedangkan batugamping
memiliki kandungan organic yang tinggi.

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 6
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

3.1.4. Analisa Pyrolisis dengan TOC

Tabel 3.5. Data Hasil Analisa Pyrolisis dengan TOC

PY TOC

4.6 0.73
4.92 0.88
4.25 0.8
4.25 1.4
5.29 1.26
3.14 1.67
3.66 1.75
4.62 1.82
4.06 1.66
4.7 1.47

Gambar 3.3. Diagram Hasil Analisa Pyrolisis dengan TOC

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 7
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

Diagram diatas menunjukan hubungan pyrolysis pada garis vertikal dengan TOC
pada bagian horizontal, dimana titik-titik tersebar pada bagian fair sampai good, namun
lebih dominan pada bagian Good.

3.1.5. Analisa HI dengan OI

Tabel 3.6. Data Hasil Analisa HI dengan OI

HI OI Tipe Kerogen
484.9315 110.9589 II/III
436.3636 182.9545 II/III
413.75 148.75 II/III
215.7143 56.42857 II/III
316.6667 74.60317 II/III
145.509 30.53892 II/III
158.8571 69.14286 II/III
181.8681 59.34066 II/III
182.5301 85.54217 II/III
239.4558 74.14966 II/III

Gambar 3.4. Diagram Hasil Analisa HI dengan OI

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 8
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

Berdasarkan diagram yang membandingan HI (Hidrogen Indeks) dan OI


(Oksigen Indeks), menunjukan bahwa tipe kerogen batuan induk pada lapangan
Wanokuni berupa kerogen tipe II/III, penentuan tipe kerogen ini dengan cara melihat
dominasi titik-titik yang mengisi diagram pada tiap bagiannya.

3.1.6. Analisa HI dengan Tmax

Tabel 3.7. Data Hasil Analisa HI dengan Tmax

HI Tmax
484.9315 427
436.3636 435
413.75 431
215.7143 432
316.6667 440
145.509 441
158.8571 445
181.8681 449
182.5301 450
239.4558 457

Gambar 3.5. Diagram Hasil Analisa HI dengan Tmax

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 9
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

Diagram HI (Hidrogen Indeks) dengan Tmax menunjukan bahwa batuan induk


lapangan Wanokuni berupa kerogen tipe II/III dimana titik-titik mendominasi pada
bagian tersebut. Minyak dan gas terbentuk pada suhu 428 – 453 °C. dimana batuan
induk lapangan Wanokuni termasuk batuan induk Mature. Lapangan Wanokuni
berpotensi menghasilkan Minyak dan gas.

3.1.7. Analisa Tipe Kerogen (Merrill, 1991)

Tabel 3.8. Data Hasil Analisa Tipe Kerogen (Merrill, 1991)

Type Kero ( Meriil )


4.37037037 Oil & Gas prone
2.385093168 Gas prone
2.781512605 Gas prone
3.82278481 Oil & Gas prone
4.244680851 Oil & Gas prone
4.764705882 Oil & Gas prone
2.297520661 Gas prone
3.064814815 Oil & Gas prone
2.133802817 Gas prone
3.229357798 Oil & Gas prone

Menurut Merrill tahun 1991, didapat tipe-tipe kerogen dari batuan induk
lapangan Wanokuni seperti table diatas. Tipe kerogen yang terbentuk yaitu Oil & Gas
prone dan Gas prone.

3.1.8. Analisa SCI

Tabel 3.9. Data Hasil Analisa SCI

SCI
5.41 Orange to Yellow Mature
5.63 Orange to Yellow Mature
6 Orange Optimum oil generation
6.2 Orange Optimum oil generation
6.31 Orange Optimum oil generation
6.67 Orange Optimum oil generation
6.79 Orange Optimum oil generation
6.88 Orange Optimum oil generation
7.16 Brown Optimum oil generation
7.35 Brown Optimum oil generation

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

SCI (Spore Colour Index) klasifikasi ini menggunakan spora yang kemudian
didapat warna (Palynomorph Colour) yang menunjukan tingkat kematangan dari batuan
induk, dimana pada lapangan Wanokuni ini didapat warna Orange to Yellow yang
termasuk Mature, Orange termasuk Optimum oil generation, dan Brown termasuk
Optimum oil generation.

3.1.9. Analisa TOC

Tabel 3.10. Data Hasil Analisa TOC

TOC Kualitas
0.73 Fair
0.88 Fair
0.8 Fair
1.4 Good
1.26 Good
1.67 Good
1.75 Good
1.82 Good
1.66 Good
1.47 Good

Analisa TOC (Total Organic Content) menunjukan bahwa batuan induk


lapangan Wanokuni memiliki kualitas Fair – Good, dimana semakin banyak TOC maka
kualitas batuan induk akan semakin baik karena kandungan organiknya.

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 11
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data sumur onshore lapangan Wanokuni, batuan induk di temukan


pada kedalaman interval 3000 – 3100 meter. Pada kedalaman 3000 – 3050 meter
ditemukan formasi Kimmeridge dan 3050-3100 meter ditemukan formasi Heather.
Penelitian dilakukan dan di dapat data rock eval pyrolysis dan data analisa kerogen dan
vitrinit. Penentuan batuan induk dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung.

Tabel 4.1. Data Hasil Analisa Batuan Induk Metode Langsung

Tipe Material Organik Tingkat Kematangan Tipe Hidrocarbon


Interval Formasi
Van Krevelen Merrill HI vs Tmax HI
3000 - 3010 II/III Oil & Gas prone Immature Oil Window Zone Oil and Gas
3010 - 3020 II/III Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3020 - 3030 KIMMERIDGE II/III Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3030 - 3040 II/III Oil & Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3040 - 3050 II/III Oil & Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3050 - 3060 II/III Oil & Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3060 - 3070 II/III Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3070 - 3080 HEATHER II/III Oil & Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3080 - 3090 II/III Gas prone Mature Oil Window Zone Oil and Gas
3090 - 3100 II/III Oil & Gas prone Post Mature Wet Gas Window Zone Oil and Gas

Data yang didapat dari analisa batuan induk dengan metode langsung yaitu:

1. Batuan induk berada di kedalaman interval 3000 – 3100 meter, formasi


Kimmeridge ditemukan pada kedalaman 3000 – 3050 meter, sedangkan formasi
Heather ditemukan pada kedalaman 3050 – 3100 meter.
2. Tipe material organic menurut Van Krevelen merupakan tipe kerogen II/III,
kemudian menurut Merrill tipe kerogennya merupakan Oil & Gas prone dan Gas
prone.
3. Tingkat kematangan berdasarkan HI vs Tmax yaitu pada titik kedalaman batuan
induk paling dangkal berupa Immature, kemudian Mature pada titik kedalaman
2 – 9, kemudian titik batuan induk paling dalam merupakan batuan induk post
mature. Kemudian batuan induk pada titik kedalaman 1 – 9 termasuk kedalaman
Oil window zone artinya batuan induk tersebut akan berpotensi membentuk

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 12
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2020

minyak, sedangkan titik kedalaman paling dalam termasuk kedalam Wet gas
window zone dimana termasuk kedalaman zona pembentukan wet gas.
4. Tipe hydrocarbon.

Tabel 4.2. Data Hasil Analisa Batuan Induk Metode Tidak Langsung

Tingkat Kematangan Tipe Hidrocarbon


Interval
Formasi % RO SCI Dow & Ocannar
3000 - 3010 Early Mature Mature Oil
3010 - 3020 Early Mature Mature Oil
3020 - 3030 KIMMERIDGE Early Mature Optimum oil generation Oil
3030 - 3040 Peak Mature Optimum oil generation Oil
3040 - 3050 Peak Mature Optimum oil generation Oil
3050 - 3060 Peak Mature Optimum oil generation Oil
3060 - 3070 Late Mature Optimum oil generation Oil
3070 - 3080 HEATHER Late Mature Optimum oil generation Oil
3080 - 3090 Late Mature Optimum oil generation Oil
3090 - 3100 Over Mature Optimum oil generation Wet Gas

Data yang didapat dari analisa batuan induk dengan metode tidak langsung yaitu:

1. Data menunjukan batuan induk pada kedalaman interval 3000-3100 meter,


dimana pada kedalaman 3000-3050 meter ditemukan formasi Kimmeridge, dan
pada kedalaman 3050-3100 meter ditemukan formasi Heather.
2. Tingkat kematangan berdasarkan % RO menunjukan keselarasan dimana
semakin dalam kedalamannya maka batuan induk akan semakin matang karena
pengaruh dari batuan sedimen di atas nya atau overburden yang mengakibatkan
suhu dan tekanan akan meningkat jika semakin dalam, terdapat early mature
pada titik kedalaman 1, 2, 3, kemudian peak mature pada titik kedalaman 4, 5, 6,
kemudian late mature pada titik kedalaman 7, 8, 9, dan over mature pada titik
delaman 10 atau yang paling dalam. Kemudian berdasarkan SCI (Spore Colour
Index) pada titik kedalaman 1 dan 2 berupa Mature dan 3 – 10 berupa optimum
oil generation atau batuan induk yang optimal untuk membentuk minyak.
3. Tipe hydrocarbon menurut Dow & Ocannar titik kedalaman 1-9 berupa oil atau
minyak dan titik kedalaman 10 atau titik terdalaman berupa wet gas.

Nama : Ananta Rizki Dewanggana


NIM : 111.170.069
Plug : 8 Page 13
DAFTAR PUSTAKA

Norman J. Hyne, 2012, Petroleum Geology, Exploration, Drilling & Production, USA:

Penn Well Corporation.

Koesoemadinata, R. P. 1980. Geologi Minyak- Dan Gasbumi (Edisi Kedua). Bandung:

Penerbit ITB.

Mustaghfirin, Amin. 2014. Dasar-Dasar Teknik Pemboran. Indonesia: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai