Kelompok 17
BANDUNG 2017
BAB I SOAL
Asumsi Awal :
Light Key component (LK) adalah propana dan Heavy Key component (HK) adalah iso-butana
BAB II
Informasi awal yang didapatkan pada soal perancangan tray column dinyatakan dalam
Tabel 3.1.
Komposisi umpan, laju distilasi, laju bottom, dan komposisi bottom dapat ditentukan
dengan menggunakan neraca massa (dapat dilihat pada Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Laju alir dan komposisi umpan, produk atas, dan produk bawah
F D B
Zi,f Xi,d Xi,b
(kmol/h) (kmol/h) (kmol/h)
etana 4 4 0 0.0455 0.095013 0
propana 40 36 4 0.4545 0.855115 0.08715
i-butana 22 2 20 0.25 0.047506 0.43573
n-butana 10 0.099 9.901 0.1136 0.002351 0.21571
i-pentana 8 0.0005 7.9995 0.0909 0.000013 0.17428
n-pentana 4 0.0001 3.9999 0.0455 0.000003 0.08714
Total 88 42 46 1 1 1
Dari data K-value tersebut dibuat grafik yang mengalurkan tekanan (P) dengan K untuk setiap komponen, kemudian dibuat persamaan garis
K sebagai fungsi P.
Persamaan : K=aPb
Nilai P operasi yang telah diperoleh digunakan untuk mencari nilai K dari
masingmasing komponen pada berbagai temperatur (0-150oC). Setelah itu, dibuat
kurva K vs T untuk mendapatkan nilai temperatur umpan (Tf).
Persamaan : K=aebt
Penentuan temperatur feed dilakukan dengan melakukan perhitungan bubble point dan dew
point temperature untuk feed terlebih dahulu. Perhitungan dew point dan bubble point
temperature dilakukan dengan menggunakan bantuan goal seek pada program Microsoft
Excel. Fasilitas goal seek juga dapat digunakan untuk menentukan nilai temperatur distilat
dan bottom dengan metode yang sama. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai Tdew,
Tbubble, Td, Tb berturut-turut sebagai berikut : 107.7 oC, 85.4oC, 58.6oC, 115.9oC. Adapun
nilai temperatur feed (Tf) dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini :
Tf = (1-q)Tdew + q. Tbubble
= (1-0.8) x 107.7 + (0.8 x 85.4)
= 89.9oC
Trial Error Tbubble
Senyawa xi,F Ki,F yi,F
Etana 0.0455 3.1377 0.1426
Propana 0.4545 1.3048 0.5931
i-Butana 0.2500 0.6886 0.1722
n-Butana 0.1136 0.5146 0.0585
i-Pentana 0.0909 0.2584 0.0235
n-Pentana 0.0455 0.2224 0.0101
Total 1
Error 0
Trial Error Td
Senyawa xi,D Ki,D yi,D
Etana 0.0952 2.3668 0.2254
Propana 0.8571 0.8793 0.7537
i-Butana 0.0476 0.4374 0.0208
n-Butana 0 0.3140 0
i-Pentana 0 0.1458 0
n-Pentana 0 0.1209 0
Total 1
Error 0
Trial Error Tb
Senyawa xi,B Ki,B yi,B
Etana 0 4.3228 0.0000
Propana 0.0870 2.0436 0.1777
i-Butana 0.4348 1.1533 0.5015
n-Butana 0.2174 0.9023 0.1961
i-Pentana 0.1739 0.4950 0.0861
n-Pentana 0.0870 0.4446 0.0387
Total 1
Error 0
BAB IV PERHITUNGAN DENGAN METODE PINTAS (METODE FUG)
fi di bi
Senyawa zi,F xi,D xi,B
(kmol/jam) (kmol/jam) (kmol/jam)
Etana 4 4 0 0.0455 0.095238 0.00000
Propana 40 36 4 0.4545 0.857143 0.08696
i-Butana 22 2 20 0.2500 0.047619 0.43478
n-Butana 10 0.000 10.000 0.1136 0.000000 0.21739
i-Pentana 8 0.000 8.0000 0.0909 0.000000 0.17391
n-Pentana 4 0.000 4.0000 0.0455 0.000000 0.08696
Total 88 42 46 1 1 1
Setelah semua data diketahui, dilakukan perhitungan dengan metode FUG. Dalam
perancangan ini, propana merupakan light key component, sedangkan isobutana merupakan
heavy key component.
Koreksi Komposisi
Koreksi komposisi dimulai dari komposisi komponen setelah heavy key, yaitu n-butana,
ipentana, dan n- pentana dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Dari kedua persamaan di atas, diperoleh nilai di/bi dimana fi = di + bi, sehingga diperoleh
persamaan berikut ini :
Data komposisi setelah dikoreksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
fi di bi
Senyawa zi,F xi,D xi,B
(kmol/jam) (kmol/jam) (kmol/jam)
Etana 4 4 0 0.0455 0.095013 0.00000
Propana 40 36 4 0.4545 0.855115 0.08715
i-Butana 22 2 20 0.2500 0.047506 0.43573
n-Butana 10 0.099 9.901 0.1136 0.002351 0.21571
i-Pentana 8 0.0005 7.9995 0.0909 0.000013 0.17428
n-Pentana 4 0.0001 3.9999 0.0455 0.000003 0.08714
Total 88 42 46 1 1 1
4.2. Metode Underwood I : Perhitungan Konstanta Underwood
Untuk mencari nilai konstanta underwood, nilai laju alir molar umpan dalam fasa uap
dicari terlebih dahulu dengan persamaan berikut ini :
Vf = (1-q) x F
= (1-0.8) x 88 kmol/h
= 17.6 mol/h
Setelah itu, nilai Ф dicari dengan menggunakan bantuan goal seek pada program
Microsoft Excel hingga memenuhi syarat 1< Ф < LK.
Ф1 tebakan = 1.4
i αi,F fi αifi αifi/(αi-φ) VF
1 4.375 4 17.5 5.8824 17.6
2 1.875 40 75 158
3 1 22 22 -55
4 0.775 10 7.75 -12.4000
5 0.4 8 3.2 -3.2000
6 0.35 4 1.4 -1.3333
VF 91.8438
Error 74.2438
Фakhir = 1.2528
i αi,F fi αifi αifi/(αi-φ) VF
1 4.375 4 17.5 5.6050 17.6
2 1.875 40 75 120.5413
3 1 22 22 -87.0230
4 0.775 10 7.75 -16.2199
5 0.4 8 3.2 -3.7523
6 0.35 4 1.4 -1.5507
VF 17.6
Error 0
Nilai V∞ yang diperoleh yaitu sebesar 106.0202, sehingga nilai Rm dapat diperoleh dari
persamaan berikut ini :
Efisiensi overall kolom distilasi kemudian dapat dihitung dengan korelasi O’Connell
yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
• Untuk mengawali tahap enriching dilakukan perhitungan T per tray adalah sebagai
berikut:
T per tray=T / N= ( 115.9 – 58.6 )/ 17= 3.4 oC
• Perhitungan dilakukan dari tahap teratas (tahap 1), dimana temperatur pada tahap ini
dihitung dengan persamaan:
T= Tdistilat+ T per tray
= 58.6 + 3.4
= 61.9 oC
• Hitung nilai K dengan persamaan eksponensial ;
K = aebt
• Hitung nilai α setiap komponen dengan persamaan sebagai berikut:
Pada pilihan set cell diisi dengan cell error, kemudian pada to value diisi dengan
angka 0. Pada pilihan changing cell, diisi dengan temperatur tahap.
• Perhitungan dilakukan pada tahap selanjutnya hingga memenuhi syarat sebagai
berikut:
Dari hasil iterasi menggunakan goal seek dilakukan iterasi hingga tahap ke 7.
Dan diperoleh nilai (xLK/xHK)n sebesar 1.586 (lebih kecil dari (xLK/xHK)F
sebesar 1.6031) .
• Berikut adalah tabel data hasil iterasi :
Tahap 1 (T = 61.9oC)
Berikut adalah kurva profil temperatur dan komposisi pada bagian enriching.
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahap
Kurva 5.2 Profil komposisi cairan pada kolom enriching
Tahap Stripping
Pada pilihan set cell diisi dengan error, kemudian pada to value diisi dengan angka 0.
Pada pilihan changing cell, diisi dengan temperatur dari tahap.
• Perhitungan dilakukan pada tahap selanjutnya hingga memenuhi syarat sebagai
berikut:
Dari hasil iterasi menggunakan goal seek dilakukan iterasi hingga tahap ke 9. Dan
diperoleh nilai (xLK/xHK)n sebesar 1.6408 (lebih besar dari (xLK/xHK)F sebesar
1.6031) .
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tahap
Berat Molekul
Komponen Mr (kg/kmol)
Etana 30.07
Propana 44.097
i-Butana 58.123
n-Butana 58.123
i-Pentana 72.15
n-Pentana 72.15
Densitas Cairan
berikut :
Komponen A B C D
Etana 1.9122 0.27937 305.32 0.29123
Propana 1.3757 0.27453 369.83 0.29359
i-Butana 1.0631 0.27506 407.8 0.2758
n-Butana 1.0677 0.27188 425.12 0.28688
i-Pentana 0.91991 0.27815 460.4 0.28667
n-Pentana 0.84947 0.26726 469.7 0.27789
Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan (N/m) untuk setiap komponen dalam campuran di setiap fasa
diperoleh dengan rumus :
sebagai berikut :
Perhitungan Lembar Data Atas Penentuan densitas
Dalam penentuan densitas cairan tiap komponen dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
6.8447 kmol/m3
Dengan cara yang sama dapat dihitung pula nilai densitas komponen propana, i-butana,
nbutana, i-pentana, dan n-pentana. Densitas yang didapatkan memiliki satuan kmol/m3
sehingga nilai tersebut dikalikan dengan berat molekul (Mr) dari masing-masing senyawa
agar satuannya menjadi kg/m3. Untuk menghitung densitas fasa uap dari tiap komponen
digunakan asumsi mengikuti gas ideal. Contoh perhitungan densitas fasa uap :
Perhitungan Komposisi
Komponen xi, 1 yi, 2 w cairan w uap
Etana 0.095 0.095 0.0657 0.0657
• Fraksi massa (%w) untuk setiap komponen pada fasa liquid dan vapor dapat
ditentukan dengan rumus berikut :
%w,liq = , / Ʃ( , )
%w,vap = , /Ʃ( , )
• Berat molekul (Mr) untuk campuran baik pada fasa liquid dan vapor dapat dicari
dengan rumus :
M = Σ ( Xi,d x Mri )
MV = Σ ( Yi,d x Mri )
• Rapat massa (ρ) untuk campuran pada fasa liquid dan vapor ditentukan dengan
rumus :
ρL = Ʃ%w,liq x LW
ρL = Ʃ%w,vap x VW
• Laju alir massa (kg/s) untuk campuran di setiap fasa diperoleh dengan :
Penentuan nilai K1
Untuk menghitung nilai K1, pertama-tama nilai lt harus ditentukan terlebih dahulu.
Nilai lt yang dipilih pada rancangan kali ini disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 7.1.2 Nilai lt
lt top 0.45 m
lt bottom 0.6 m
Setelah itu alurkan nilai FLV dan lt pada grafik di bawah ini sehingga di dapat nilai
K1.
Nilai K1 untuk top dan bottom yang disajikan pada tabel berikut: Tabel
7.1.3 Nilai K1
K1 top 0.08
K1 bottom 0.065
• Penentuan nilai flooding velocity (uf) dan maximum linear velocity (ûv) Nilai
uf dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Nilai uf yang didapat dari hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut :
ûv= uf x % flooding
Nilai ûv yang didapatkan dari hasil perhitungan ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Nilai An yang diperoleh dari hasil perhitungan ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 7.1.8 Nilai An
Top Bottom
2
An (m ) 0.3004 0.3996
Untuk menentukan nilai Ac, maka %downcomer perlu ditentukan terlebih dahulu.
Pada perancangan ini, ditentukan nilai % downcomer adalah 12%. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan nilai Ac adalah sebagai berikut:
Nilai Ac yang didapatkan dari hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut: Tabel
7.1.9 Nilai Ac
Top Bottom
2
Ac (m ) 0.3414 0.2997
Nilai Dc yang didapatkan dari hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 7.1.10 Nilai Dc
Top Bottom
Dc (m) 0.6592 0.6176
Besarnya column area, net area, downcomer area, serta active area dapat dihitung
dengan menentukan besarnya persen downcomer serta persen hole area terlebih dahulu.
%-downcomer yang dipilih yaitu sebesar 12% untuk kolom enriching dan 20% untuk
kolom stripping, sedangkan %-hole area yang dipilih sebesar 6%.
Hubungan – hubungan yang digunakan untuk perhitungan ditunjukkan sebagai berikut :
An = Ac – Ad
Tabel 7.2.2 Nilai An
Top Bottom
An (m2) 0.3004 0.3996
Aa = Ac – (2 x Ad)
Tabel 7.2.3 Nilai Aa
Aa top (m2) 0.2595
2
Aa bottom (m ) 0.1798
Untuk menentukan weir length, digunakan asumsi nilai lw/Dc sebesar 0,77 ekivalen
dengan nilai Downcomer Area sebesar 12%.
Lw = 0,77 x Dc
Hasil perhitungan yang diperoleh dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Algoritma perhitungan yang digunakan untuk uji weeping yaitu sebagai berikut :
Top Bottom
% turndown 0.8 0.85
Lw, min (kg/s) 0.7717 2.1109
Besarnya nilai weir crest (how) yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Top Bottom
weir crest (mm) 18.1307 36.9081
c. Menentukan Nilai K2
Untuk menentukan nilai K2, digunakan grafik relasi antara (hw + how) dengan K2
seperti yang terlihat pada Gambar 7.2.
Nilai K2 yang diperoleh dari grafik di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Top Bottom
K2 30.1 30.9
d. Penentuan Uh min
Nilai Uh min dihitung dengan persamaan :
Uh min yang diperoleh dari hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini.
Top Bottom
uh min (m/s) 1.2704 1.387
e. Penentuan Uv min
Nilai Uv min dihitung dengan persamaan
Uv min = (1 – q) x Vv dan
Nilai Uv min yang diperoleh dari hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini.
Top Bottom
uv min (m/s) 0.0211 0.0218
Uh aktual = Uv min / A
Nilai Uh,max dari hasil perhitungan disajikan pada tabel di bawah ini.
Top Bottom
Uh, max (m/s) 1.3105 1.401
Baik untuk bagian atas ataupun bagian bawah kolom, nilai hd yang diperoleh disajikan pada
tabel berikut.
Top Bottom
hd (mm) 15.6035 25.379
d. Menentukan nilai residual head (hr)
Nilai hr didapatkan dari persamaan berikut :
Nilai hr yang diperoleh untuk bagian top dan bottom disajikan pada tabel berikut.
Top Bottom
hr (mm) 30.9 30.7404
Top Bottom
tr (s) 3s 3s
Untuk melakukan uji perforated area, terdapat beberapa konstanta yang harus ditentukan
terlebih dahulu nilainya. Algoritma yang digunakan untuk melakukan uji perforated area
adalah sebagai berikut.
a. Menentukan sudut perforated area (θc)
Nilai θc dapat ditentukan dengan menggunakan relasi antara Lw/Dc dengan Lh/Dc
yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Nilai θc yang didapatkan dari grafik di atas disajikan pada tabel di bawah ini.
Top Bottom
o
θc ( ) 100.5 102
Setelah nilai Ap ditentukan, maka nilai lp/dh akan ditentukan dengan menggunakan relasi
rumus:
Top Bottom
Nilai lp/dh 3.0551 3.0836
Sebelum menentukan tebal head, terlebih dahulu ditentukan tebal kolom, dengan
persamaan sebagai berikut:
Bahan konstruksi yang dipilih untuk perancangan kolom tray ini adalah Stainless steel.
Stainless steel dipilih karena memiliki ketahanan panas dan korosi yang baik, dan
harganya cukup murah. Terdapat bahan konstruksi yang lebih murah daripada stainless
steel, yaitu carbon steel dan low alloy steel. Tetapi ketahanan korosi dan panas dari
kedua material tersebut lebih buruk daripada stainless steel.
BAB VIII
8.1. Analisis
Umpan yang masuk ke kolom terdiri atas enam komponen, yaitu etana, propana,
ibutana, n- butana, i-pentana dan n-pentana. Komponen Light Key (LK) yang dipilih adalah
propana, sedangkan komponen Heavy Key adalah i-butana. Penentuan tekanan operasi diawali
dengan mengasumsikan suhu tebakan awal, yaitu sebesar 50oC. Setelah itu, nilai K untuk
masing-masing komponen pada berbagai variasi tekanan dibaca dari De Priester chart.
Dengan mengalurkan nilai K terhadap berbagai nilai P tersebut, maka akan diperoleh
persamaan K sebagai fungsi P. Kemudian nilai tekanan operasi ditentukan dengan cara trial
and error dengan bantuan fasilitas goal seek pada program Microsoft Excel. Maka diperoleh
nilai tekanan operasi sebesar 2249.78 kPa.
Dari profil komposisi x dan y setiap tahap, dapat dilihat bahwa komposisi etana dan
propana mengalami penurunan dari tahap 1 sampai tahap 16, sedangkan komposisi i-butana,
n-butana, i-pentana, dan n-pentana mengalami kenaikan dari tahap 1 sampai tahap 18. Maka
dapat disimpulkan bahwa etana dan propana merupakan distilat dengan propana sebagai Light
Key, sedangkan i-butana, n-butana, i-pentana, dan n-pentana merupakan bottom dengan i-
butana sebagai Heavy Key. Dengan mengamati profil temperatur pada setiap tahap, diperoleh
hasil perhitungan yang cukup baik untuk bagian stripping dan bagian enriching. Hal ini
ditunjukkan dengan penurunan temperatur secara bertahap dari reboiler sampai tahap paling
atas. Adapun efisiensi overall kolom yang didapat dengan koreasi O’connel sebesar 73.95%.
8.2. Kesimpulan
Keadaan Operasi
Tekanan operasi 2249.7827 kPa
Temperatur distilat 58.6 oC
Temperatur feed 89.9 oC
Temperatur bottom 115.9 oC
Kolom distilasi yang diusulkan untuk mendapatkan produk atas dan bawah sesuai komposisi
yang diinginkan memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Material construction Stainless steel
Reflux ratio 1.90
Theoretical stages 17 tahap
Stage efficiency (%) 73.95
Liquid flow pattern Cross flow (single pass)
Tray Specification Top Bottom
Plate material Stainless steel
Plate ID / Dc (m) 0.6592 0.6176
Plate thickness (mm) 3 3
Plate spacing / lt (m) 0.45 0.6
Column area / Ac (m2) 0.3414 0.2997
Downcomer area / Ad (m2) 0.0410 0.0599
2
Net area / An (m ) 0.3004 0.3996
2
Active area / Aa (m ) 0.2595 0.1798
2
Hole area / Ah (m ) 0.0156 0.0108
Number of holes / active holes 3172 1060
Hole size / Dh (mm) 2.5 3.6
Hole pitch/lp (mm) 7.5 10.8
Hole pattern triangular triangular
Weir height / hw (mm) 40 50
Weir length / lw (m) 0.5076 0.4755
Weir crest / how (mm liquid) 21.0388 41.1316
Downcomer back up / hb (mm) 172.6527 255.4958
Unperforated strip (mm) 50 20
Perforation area / Ap (m2) 0.1614 0.1140
Turn down (%) 80 85
Plate pressure drop (kPa) 0.4268 0.5874
Residence time (s) 3.0000 3.0000
Flooding (%) 80 80
Plate Specification
Spesifikasi tersebut telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dari literatur sehingga
dapat diaplikasikan dalam skala industri.