N
Oleh:
Kelompok II
(Kelas B3 Manajemen)
BAB II
RUANG LINGKUP BISNIS SECARA UMUM
Menurut Philip Kotler (2001: 7) produk yang dipasarkan dalam suatu kegiatan bisnis dapat
dikelompokkan ke dalam 10 entitas produk. Kesepuluh entitas produk tersebut adalah: informations,
places, experiences, organizations, ideas, peoples, properties, events, tangible goods, dan services.
Informations
Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan pelaku bisnis informasi. Pada saat
berlangsungnya piala Eropa 2012 di Ukrania dan Polandia, stasiun televisi RCTI menayangkan secara
langsung perhelatan akbar sepakbola tersebut. Berbagai di media massa di Indonesia juga meliput
secara intensif pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang memperlihatkan rivilitas antara Fauzi Bowo-
Nachrowi Ramli (Foke-Nara) dengan pasangan calon gubernur joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama
(Jokowi-Ahok) di mana pilgub tersebut berlangsung ketat dan harus dilakukan dalam dua putaran.
Places
Termasuk kategori places misalnya tempat tujuan wisata. Tempat tujuan wisata memiliki objek wisata
yang dapat dijual kepada para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Setiap tahun wisatawan mengunjungi berbagai tempat tujuan wisata di berbagai wilayah Indonesia
seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Ngarai Sihanok di Bukittinggi, Danau Toba, Danau Maninjau,
Gunung Bromo, Gunung Tangkuban Perahu, Pantai Pangandaran, Pantai Senggigi, dll.
Experiences
Organizations
Rekam jejak (track record) perusahaan yang menghasilkan produk bermutu dan dapat memuaskan
kebutuhan konsumen serta memiliki kinerja keuangan yang baik, akan menyebabkan perusahaan yang
satu memiliki nilai yang berbeda dibandingkan pesaingan di mata konsumen maupun para investor.
Apabila organisasi perusahaan seperti ini menghasilkan produk baru maka produk baru yang dihasilkan
perusahaan tersebut pada umumnya akan nilai memiliki kualitas yang baik oleh konsumen karena
konsumen memiliki rujukan pengalaman mengonsumsi produk-produk perusahaan tersebut
sebelumnya. Misalnya produk consumer goods yang dihasilkan oleh PT Unilever pada umumnya dinilai
memiliki mutu/kualitas yang baik karena banyak produk konsumsi unggulan yang dihasilkan perusahaan
ini.
Ideas
Seluruh produk yang dipasarkan saat ini pada awalnya berasal dari suatu produk. Tirto Utomo, pendiri
PT Aqua Golden Missisipi memperoleh ide untuk membuat air minum dalam kemasan setelah rekan
bisnisnya terserang diarea karena mengonsumsi air yang tidak higenis, sesaat setelah mereka bermain
tenis lapangan. Ide dalam melahirkan inovasi produk berupa produk yang sama sekali baru yang
sebelumnya tidak ada di pasaran. Ide-ide tersebut di atas terbukti dapat menjadi bisnis yang
menguntungkan bahkan bernilai miliaran rupiah sampai saat ini.
Peoples
Manusia dengan segala kemampuan dan talenta yang dimilikinya dapat menjadi komoditas bisnis,
Komedian Sule yang memiliki nama asli Entis Sutisna (wikipedia.org/wiki/sule) merupakan salah satu
contoh fenomenal bagaimana manusia dengan segala talenta yang dimilikinya mampu menjadi
komoditas bisnis.
Properties
Hak kepemilikan seseorang terhadap benda-benda berharga dapat dijadikan komoditas bisnis, misalnya
hak kepemilikan seseorang terhadap tanah yang ditujunkkan melalui kepemilikan Sertifikat Hak Milik
atas tanah dapat diperjualbelikan. Demikian halnya kepemilikan seorang terhadap kendaraan yang
ditujukkan dengan BPKB (Badan Pemilikan Kendaraan Bermotor).
Events
Hanya berselang beberapa hari setelah peristiwa ledakan Bom Kuningan di Jakarta, grup Band asal
Jerman Scorpions tampil dihadapan public Indonesia. Pagelaran music seperti yang dilakukan oleh
Scorpions merupakan salah satu contoh event (acara) yang dapat dijual kepada public dan menjadi
bagian dari kegiatan bisnis.
Tangible Goods
Pasta gigi Pepsodents, deterjen So Klin, minuman ringan Coca-Cola, semir sepatu, Kiwi, mie instan
Indomie merupakan contoh_contoh tangible goods yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan
penghasil produk tersebut kepada konsumen. Kendati produk-produk di atas merupakan produk yang
secara tradisonal digolongkan sebagai tangible goods, namun pada dasarnya produk-produk itu pun
memiliki kandungan jasa didalamnya. Sebagai contoh, seorang konsumen yang membeli ballpoint Paker
tidak semata-mata membeli produk tersebut karena penampakan fisiknya, melainkan ia membeli jasa
yang dapat diberikan oleh ballpoint tersebut sebagai alat tulis.
Services
Salah satu ciri utama jasa adalah bahawa jasa bersifat intangible artinya keberadaan jasa tidak dapat
dilihat secara kasat mata tetapi dapat dirasakan manfaatnya setelah konsumen mengonsumsi jasa
tersebut. Ciri lainnya adalah inseperable artinya jasa tidak dapat dipisahkan dan si pemberi jasa,
sehingga kualitas jasa yang akan diperoleh konsumen sangat bergantung kepada siapa yang menjadi
pemberi jasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) menertibkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistika Nomor 57 Tahun 2009. Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI
disusun dengan tujuan agar terjadi klasifikasi kegiatan ekonomi yang komprehensif sehingga dapat
diperoleh penyeragaman pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data statistic menurut
kegiatan ekonomi. KBLI Tahun 2009 merupakan revisi dari KLBI Tahun 2005 , Revisi klasifikasi dilakukan
karena terjadinya pergeseran lapangan usaha dan munculnya beberapa lapangan usaha baru, yang
menyebabkan banyak kegiatan ekonomi belum ada klasifikasinya.
KBLI mengklasifikasikan seluruh aktivitas/kegiatan ekonomi ke dalam beberapa lapangan usaha yang
dibedakan berdasarkan pendekatan kegiatan yang menekankan pada proses dari kegiatan ekonomi
dalam menciptakan barang/jasa, dan pendekatan fungsi yang lebih melihat kepada fungsi pelaku
ekonomi dalam menciptakan barang/jasa. Dalam hal ini kegiatan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang mengkombinasikan berbagai sumber-sumber produksi untuk menghasilkan satu set
barang-barang yang homogen (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) BPS< 2009).
Struktuk dan Pemberian Kode KBLI 2009
Struktur dam pemberian kode KBLI 2009 menurut BPS adalah sebagai berikut:
Kategori
Kategori menunjukkan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi. Penggolongan uni diberi kode
alfabet. Dalam KBLI, seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia digolongkan menjadi 21 kategori. Kategori
tersebut diberi kode huruf dari A sampai dengan U.
Golongan Pokok
Golongan pokok merupakan uraian lebih lanjut dari kategori. Setiap kategori diuraikan menjadi satu
atau beberapa golongan pokok (sebanyak-banyaknya lima golongan pokok, kecuali indutrsi pengolahan)
menurut sifat masing-masing golongan pokok.
Subgolongan
Subgolongan merupakan uraian lebih lanjut dari kegiatan ekonomi yang tercakup dalam suatu golongan.
Kode subgolongan terdiri dari empat digit. Kode tiga digit angka pertama menunjukkan golongan yang
berkaitan, dan satu digit angka terakhir menunjukkan kegiatan ekonomi dari subgolongan yang
bersangkutan.
Kelompok
Kelompok dimaksudkan untuk memilah lebih lanjut kegiatan yang dicakup dalam suatu subgolongan
menjadi beberapa kegiatan yang lebih homogen.
BISNIS INTERNASIONAL
Aktivitas bisnis yang dillakukan oleh perusahaan tidak hanya terbatas pada aktivitas transaksi yang
dilakukan perusahaan di dalam batas-batas di mana perusahaan berada disebut dengan aktivitas bisnis
domestik, melainkan dapat pula dilakukan diluar batas Negara yang disebut dengan bisnis Internasional.
Pada abad ke-12, kerajaan Sriwijaya dan berbagai kerajaan maritim lainnya telah melakukan
perdangangan internasional denga berbagai kerajaan di Tiongkok dan India, bahkan beberapa wilayah
di Jepara di bawah pemerintahan Majapahit telah melakukan perniagaan sampai ke Madagaskar (Alatas,
2009). Saat ini aktivitas bisnis internasional memiliki dampak yang luar biasa bagi perkembangan
perekonomian global. Sebagai contoh, pada tahun 2006 hanya 19 negara di dunia yang memiliki gross
national income lebih tinggi dibandingkan penjualan tahun Exxon-Mobil sebuah perusahaan
multinasional yang bergerak di bidang perminyakan.
Sebelum menjadi sebuah perusahaan global, perusahaan domestic pada umumnya akan mengalami
evolusi kelembagaan organisasi. Phatak, Bhagat dan Kashlak (2005) menggambarkan tujuah tahapan
evolusi kelembagaan organisasi perusahaan yang bergerak dari perusahaan domestic menjadi
perusahaan global di mana evolusi yang terjadi memiliki tingkat kecepatan yang berbeda-beda antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Market-Seeking Motives
Pada umumnya perusahaan internasional mulai memasuki pasar di luar negeri pada saat pasar di dalam
negeri sudah berada dalam tahap kematangan (saturation strager). Salah satu Negara yang memiliki
ukuran pasar besar adalah Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan Negara dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki kelas menengah yang sedang tumbuh sehingga
daya beli masyarakat bertambah kuat.
Cost-Reduction Motives
Motif kedua yang mengakibatkan perusahaan internasional mengembangkan usahanya keluar negeri
adalah untuk memperoleh biaya produksi yang lebih murah. Biaya produksi yang lebih murah dapat
berasal dari perolehan bahan baku yang lebih murah, biaya upah yang rendah ataupun biaya logistic
yang rendah.
Strategic motives
Perusahaan internasional melakukan kegiatan bisnis di Negara lain dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan posisi bersaing perusahaan baik di dalam industry maupun di dalam segmen pasar
tertentu. Perusahaan internasional melakukan kegiatan bisnis di Negara lain bisa juga didorong oleh
motif strategis untuk mengikuti pelanggannya yang ada diluar negeri.