Anda di halaman 1dari 24

Ketela pohon

Manihot esculenta

Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong


(Manihot utilissima) adalah perdu
tahunan tropika dan subtropika dari suku
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan
Ketela pohon
daunnya sebagai
sayuran.

Deskripsi
Perdu, bisa
mencapai 7 meter Gambar deskriptif
tinggi, dengan dari Koehlers
Medizinischepflanzen
cabang agak
jarang. Akar Klasifikasi ilmiah
tunggang dengan Kingdom: Plantae
sejumlah akar
cabang yang Divisi: Magnoliophy
kemudian
Kelas: Magnoliopsi
membesar
menjadi umbi akar Ordo: Malpighiales
yang dapat Famili: Euphorbiace
Subfamili: Crotono
dimakan. Ukuran
umbi rata-rata Bangsa: Manihotea

bergaris tengah 2– Genus: Manihot


3 cm dan panjang Spesies: M. esculen
50–80 cm,
Nama binomial
tergantung dari
klon/kultivar. Manihot esculenta

Bagian dalam Crantz

umbinya berwarna
putih atau kekuning-kuningan. Umbi
singkong tidak tahan simpan meskipun
ditempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya
warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat meracun bagi
manusia.
Umbi ketela pohon merupakan sumber
energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein
yang bagus justru terdapat pada daun
singkong karena mengandung asam
amino metionina.

Sejarah dan pengaruh


ekonomi

Tanaman ubi kayu.


Batang ubi kayu. Masa tanam 8 - 10 bulan.

Buah ubi kayu varietas tertentu.

Sejarah Budidaya dan


Penyebarannya

Manihot esculenta pertama kali dikenal di


Amerika Selatan kemudian
dikembangkan pada masa prasejarah di
Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih
10 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk
modern dari spesies yang telah
dibudidayakan dapat ditemukan
bertumbuh liar di Brasil selatan.
Meskipun spesies Manihot yang liar ada
banyak, semua kultivar M. esculenta
dapat dibudidayakan. Walaupun
demikian, bukti-bukti arkeologis budidaya
singkong justru banyak ditemukan di
kebudayaan Indian Maya, tepatnya di
Meksiko dan El Salvador.

Produksi singkong dunia diperkirakan


mencapai 192 juta ton pada tahun 2004.
Nigeria menempati urutan pertama dgn
52,4 juta ton, disusul Brasil dgn 25,4 juta
ton. Indonesia menempati posisi ketiga
dgn 24,1 juta ton, diikuti Thailand dgn
21,9 juta ton (FAO, 2004[1]) Sebagian
besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1
juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika
Latin dan Kepulauan Karibia.

Di Hindia Belanda …

Singkong ditanam secara komersial di


wilayah Indonesia (waktu itu Hindia
Belanda) pada sekitar tahun 1810[2],
setelah sebelumnya diperkenalkan orang
Portugis pada abad ke-16 dari Brasil.
Menurut Haryono Rinardi dalam Politik
Singkong Zaman Kolonial, singkong
masuk ke Indonesia dibawa oleh
Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16.
Tanaman ini dapat dipanen sesuai
kebutuhan. “Sifat itulah yang
menyebabkan tanaman ubi kayu
seringkali disebut sebagai gudang
persediaan di bawah tanah,” tulis
Haryono.

Butuh waktu lama singkong menyebar ke


daerah lain, terutama ke Pulau Jawa.
Diperkirakan singkong kali pertama
diperkenalkan di suatu kabupaten di
Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya
sebagai seorang pegawai negeri harus
memberikan contoh dan bertindak
sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak
akan mempercayainya sama sekali,” tulis
Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen
dalam Sejarah Statistik Ekonomi
Indonesia.

Namun hingga 1876, sebagaimana


dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di
Trenggalek, dalam buku De Zoete
Cassave (Jatropha janipha) yang terbit
1875, singkong kurang dikenal atau tidak
ada sama sekali di beberapa bagian
Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-
besaran di bagian lain. “Bagaimanapun
juga, singkong saat ini mempunyai arti
yang lebih besar dalam susunan
makanan penduduk dibandingkan
dengan setengah abad yang lalu,”
tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg
dan van Laanen. Sampai sekitar tahun
1875, konsumsi singkong di Jawa masih
rendah. Baru pada permulaan abad ke-
20, konsumsinya meningkat pesat.
Pembudidayaannya juga meluas.
Terlebih rakyat diminta memperluas
tanaman singkong mereka.

Peningkatan penanaman singkong


sejalan dengan pertumbuhan penduduk
Pulau Jawa yang pesat. Ditambah lagi
produksi padi tertinggal di belakang
pertumbuhan penduduk. “Singkong
khususnya menjadi sumber pangan
tambahan yang disukai,” tulis Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto dalam Sejarah Nasional
Indonesia V. Hingga saat ini, singkong
telah menjadi salah satu bahan pangan
yang utama, tidak saja di Indonesia
tetapi juga di dunia. Di Indonesia,
singkong merupakan makanan pokok
ketiga setelah padi-padian dan jagung.

Pabrik Tapioka Kedung Kawung Cikalahang milik


firma Goan Goan & Co, Cirebon, Jawa Barat (tahun
tidak diketahui)

Hindia Belanda pernah menjadi salah


satu pengekspor dan penghasil tepung
tapioka terbesar di dunia. Di Jawa
banyak sekali didirikan pabrik2
pengolahan singkong untuk dijadikan
tepung tapioka. Seperti dalam buku
Handbook of the Netherlands East Indies,
pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi
tapioka diekspor ke Amerika Serikat,
16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7%
dikirim ke Belanda, Jerman, Belgia,
Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung
olahan singkong tersebut dimanfaatkan
sebagai bahan baku lem dan permen
karet, industri tekstil dan furniture.

Singkong adalah nama lokal di kawasan


Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi
kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam
bahasa Melayu secara luas. Nama
"ketela" secara etimologi berasal dari
kata dalam bahasa Portugis "castilla"
(dibaca "kastiya"), karena tanaman ini
dibawa oleh orang Portugis dan Castilla
(Spanyol).

Pengolahan
Umbi singkong dapat dimakan mentah.
Kandungan utamanya adalah pati
dengan sedikit glukosa sehingga rasanya
sedikit manis. Pada keadaan tertentu,
terutama bila teroksidasi, akan terbentuk
glukosida racun yang selanjutnya
membentuk asam sianida (HCN). Sianida
ini akan memberikan rasa pahit. Umbi
yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi
segar, dan 50 kali lebih banyak pada
umbi yang rasanya pahit. Proses
pemasakan dapat secara efektif
menurunkan kadar racun.

Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka


(kanji).

Penggunaan

Singkong segar
Singkong kupas

Dimasak dengan berbagai cara, singkong


banyak digunakan pada berbagai macam
masakan. Direbus untuk menggantikan
kentang, dan pelengkap masakan.
Tepung singkong dapat digunakan untuk
mengganti tepung gandum, cocok untuk
pengidap alergi gluten.

Kadar gizi
Kandungan gizi singkong per 100 gram
meliputi:[3]

Kalori 121 kal


Air 62,50 gram
Fosfor 40,00 gram
Karbohidrat 34,00 gram
Kalsium 33,00 miligram
Vitamin C 30,00 miligram
Protein 1,20 gram
Besi 0,70 miligram
Lemak 0,30 gram
Vitamin B1 0,01 miligram

Sedangkan daun singkong yang banyak


dijadikan sayuran pada masakan Sunda
dan masakan Padang memiliki nutrisi
sebagia berikut:[4]

Nutrisi Satuan Kadar

Protein gram 6.8

Kalsium mg 165

Fosfor mg 54

Besi mg 2.0

Vitamin A IU 11000

Vitamin C mg 275

Varietas tanaman singkong


Tanaman singkong disebut manis atau
beracun, tergantung kandungan asam
hydrocyanic dalam akarnya, yang umum
diakui mengandung kurang dari 50
miligram asam hydrocyanic per kilogram
bahan segar.Saat ini tersedia 10 varietas
ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas
tersebut dikelompokkan menjadi dua,
yakni kelompok varietas ubi kayu untuk
pangan dan untuk industri.

Varietas untuk pangan adalah

N1 Mekarmanik
Adira 1
Malang 1
Malang 2
Darul Hidayah.

Sedangkan untuk ubi industri adalah

N1 Mekarmanik
Adira 2
Adira 4
Malang 4
Malang 6
UJ 5
UJ 3.

Varietas untuk pangan mempunyai


tekstur umbi yang pulen dengan kadar
HCN < 50 miligram per kilogram dan
mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan
ubi jalar untuk industri mempunyai kadar
patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6
gram per kilogram

Beberapa varietas unggul singkong yang


telah dilepas oleh Kementrian Pertanian
antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4,
Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah,
Malang 4 maupun Malang 6.
Etimologi dan sinonim
Singkong adalah nama lokal di kawasan
Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi
kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam
bahasa Melayu secara luas. Nama
"ketela" secara etimologi berasal dari
kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena
tanaman ini dibawa oleh orang Portugis
dan Castilla (Spanyol).

Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa


menyebutnya pohung, bahasa Sangihe
bungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo
kasubi, dan bahasa Sunda sampeu.

Produksi sedunia
Referensi umum …

1. FAO, June 2003 cassava market


assessment , 2003
2. Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y.
(1996). "Linamarin - The Toxic
Compound of Cassava". Journal of
Venomous Animals and Toxins
(online) 2 (1), 6-12; ISSN 0104-7930
[1]

Referensi khusus …

1. ^ FAO. 2004. Global Cassava Market


Study, Rome
2. ^ Payer, M. HBI weltweit. 5.3. Zur
Geschichte Indonesiens. Edisi 1997-
03-18. Diakses 18 Mei 2007
3. ^ kadar gizi
4. ^ Wied Harry Apriadji (2007). Makan
Enak Untuk Sehat, Bahagia, dan Awet
Muda . Gramedia. hlm. 65.
ISBN 9792231315.
5. ^ Statistik FAO resmi, baca di 14
Maret 2010

Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media
mengenai Manihot esculenta.

(Inggris) Cassava - Purdue University


Horticulture
(Inggris) Cassava Pests: From Crisis to
Control
(Inggris) GM cassava plants that have
reduced cyanogens
(Inggris) Global Cassava Development
Strategy
(Inggris) The Case for Cassava

Ilmu Pengetahuan Singkong


Asal Mula Singkong
Akar Sejarah Singkong, Majalah
Historia

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Ketela_pohon&oldid=16175629"

Terakhir disunting 4 bulan yang lalu oleh Hysocc


Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai