Anda di halaman 1dari 10

Ubi kayu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ubi kayu

Manihot esculenta 

Data

Sumber d singkong, tapioka dan Oloyti (e
ari n)
   

Tumbuhan

Jenis bua kapsul 
h

Taksonomi

Divisi Tracheophyta

Upadivisi Spermatophytina

Klad Angiospermae

Klad mesangiosperms
Klad eudicots

Klad core eudicots

Klad superrosids

Klad rosids

Klad fabids

Ordo Malpighiales

Famili Euphorbiaceae

Genus Manihot

Spesies Manihot esculenta 


Crantz

Manihot esculenta

Ubi kayu, ubi prancis, ubi sampa, ubi kayu, singkong, atau kaspe (Manihot


esculenta) adalah perdu tropis dan subtropis tahunan dari
suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan
pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]
Perdu bisa mencapai hingga 7 meter dengan cabang agak jarang. Akar tunggang
dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang
dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm,
tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-
kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.[1]
Umbi dari ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat
miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino metionina.[butuh rujukan]

Sejarah dan pengaruh ekonomi[sunting | sunting sumber]

Tanaman ubi kayu.

Batang ubi kayu. Masa tanam 8 - 10 bulan.


Buah ubi kayu varietas tertentu.

Sejarah budidaya dan penyebarannya[sunting | sunting sumber]


Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan
pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih 10 ribu tahun yang
lalu. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan
bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak,
semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan. Walaupun demikian, bukti-bukti
arkeologis budidaya singkong justru banyak ditemukan di kebudayaan Indian Maya,
tepatnya di Meksiko dan El Salvador.
Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 192 juta ton pada
tahun 2004. Nigeria menempati urutan pertama dengan 52,4 juta ton,
disusul Brasil dengan 25,4 juta ton. Indonesia menempati posisi ketiga dengan 24,1 juta
ton, diikuti Thailand dengan 21,9 juta ton (FAO, 2004[2]) Sebagian besar produksi
dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan
Karibia.
Di Hindia Belanda[sunting | sunting sumber]
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya
dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan
cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa
saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Ubi kayu" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Pelajari cara
dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda)


pada sekitar tahun 1810,[3] setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad
ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial,
singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16.
Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan. “Sifat itulah yang menyebabkan tanaman
ubi kayu sering kali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah,” tulis Haryono.
[butuh rujukan]

Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa.
Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa
Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan
contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan memercayainya
sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik
Ekonomi Indonesia.[butuh rujukan]
Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek,
dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang
dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam
besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti
yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah
abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai
sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan
abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih
rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka. [butuh rujukan]
Peningkatan penanaman singkong sejalan dengan pertumbuhan penduduk Pulau Jawa
yang pesat. Ditambah lagi produksi padi tertinggal di belakang pertumbuhan penduduk.
“Singkong khususnya menjadi sumber pangan tambahan yang disukai,” tulis Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia
V. Hingga saat ini, singkong telah menjadi salah satu bahan pangan yang utama, tidak
saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan makanan
pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung.[butuh rujukan]

Pabrik Tapioka Kedung Kawung Cikalahang milik firma Goan Goan & Co, Cirebon, Jawa Barat (tahun tidak
diketahui)

Hindia Belanda pernah menjadi salah satu pengekspor dan penghasil


tepung tapioka terbesar di dunia. Di Jawa banyak sekali didirikan pabrik-pabrik
pengolahan singkong untuk dijadikan tepung tapioka. Seperti dalam buku Handbook of
the Netherlands East Indies, pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi tapioka diekspor
ke Amerika Serikat, 16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7% dikirim
ke Belanda, Jerman, Belgia, Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung olahan singkong
tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku lem dan permen karet,
industri tekstil dan furniture.[butuh rujukan]
Sampeu[butuh rujukan] dan Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman
ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas.
Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Portugis "castilla"
(dibaca "kastiya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis
dan Castilla (Spanyol).[butuh rujukan]

Pengolahan[sunting | sunting sumber]
Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan
sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila
teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam
sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis
menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih
banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif
menurunkan kadar racun.[butuh rujukan]
Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).
Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Singkong segar

Singkong kupas

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam
masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung
singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk
pengidap alergi gluten.

Kadar gizi[sunting | sunting sumber]


Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi: [4]

 Kalori 121 kal
 Air 62,50 gram
 Fosfor 40,00 gram
 Karbohidrat 34,00 gram
 Kalsium 33,00 miligram
 Vitamin C 30,00 miligram
 Protein 1,20 gram
 Besi 0,70 miligram
 Lemak 0,30 gram
 Vitamin B1 0,01 miligram
Sedangkan daun singkong yang banyak dijadikan sayuran pada masakan
Sunda dan masakan Padang memiliki nutrisi sebagia berikut:[5]
Nutrisi Satuan Kadar

Protein gram 6.8

Kalsium mg 165

Fosfor mg 54

Besi mg 2.0

Vitamin
IU 11000
A

Vitamin C mg 275

Varietas tanaman singkong[sunting | sunting sumber]


Tanaman singkong disebut manis atau beracun, tergantung kandungan asam
hydrocyanic dalam akarnya, yang umum diakui mengandung kurang dari 50 miligram
asam hydrocyanic per kilogram bahan segar. Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di
pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok
varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.
Varietas untuk pangan adalah

 N1 Mekarmanik
 Adira 1
 Malang 1
 Malang 2
 Darul Hidayah.
Sedangkan untuk ubi industri adalah

 N1 Mekarmanik
 Adira 2
 Adira 4
 Malang 4
 Malang 6
 UJ 5
 UJ 3.
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50
miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk
industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram
Beberapa varietas unggul singkong yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian
antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, Malang 4
maupun Malang 6.

Etimologi dan sinonim[sunting | sunting sumber]


Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi
kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela"
secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini
dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).[butuh rujukan]
Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya Telo, bahasa Sangihe bungkahe,
bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu.[butuh rujukan] Sementara
dalam bahasa Rejang, tanaman ini dikenal sebagai ubai.[6]

Produksi sedunia[sunting | sunting sumber]


Produksi singkong dunia (2008) [7]

Posis Banyaknya 
Negara
i Ton

1  Nigeria 52.403.500

2  Brasil 25.441.700

3  Indonesia 24.009.600

4  Thailand 21.912.400

5  Republik Demokratik Kongo 15.569.100

6  Angola 14.333.500
7  Ghana 14.240.900

8  Vietnam 9.875.500

9  India 8.076.000

10  Mozambik 6.267.160

Dunia

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Arracacha
 Kentang
 Peuyeum
 Singkong keju
 Tape
 Tapioka

Referensi[sunting | sunting sumber]
Referensi umum[sunting | sunting sumber]
1. FAO, June 2003 cassava market assessment Diarsipkan 2007-11-24
di Wayback Machine., 2003
2. Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. (1996). "Linamarin - The Toxic
Compound of Cassava". Journal of Venomous Animals and Toxins
(online) 2 (1), 6-12; ISSN 0104-7930 [1]
Referensi khusus[sunting | sunting sumber]
1. ^ "Senyawa HCN pada Ubi Kayu". Balitkabi  (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal  2021-
03-29.
2. ^ FAO. 2004. Global Cassava Market Study, Rome
3. ^ Payer, M. HBI weltweit. 5.3. Zur Geschichte Indonesiens.  Edisi 1997-03-18. Diakses 18 Mei
2007
4. ^ kadar gizi
5. ^ Wied Harry Apriadji (2007).  Makan Enak Untuk Sehat, Bahagia, dan Awet Muda.
Gramedia. hlm. 65.  ISBN  9792231315.
6. ^ Ikram, Sutjiatiningsih, Dalip, & Soejanto 1993, hlm. 58.
7. ^ "Statistik [[FAO]] resmi, baca di 14 Maret 2010". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2012-06-
23. Diakses tanggal 2010-03-14.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]


 Ikram, M.; Sutjiatiningsih, Sri; Dalip, Achmaddin; Soejanto, Soejanto
(1993). Sejarah Pengaruh Pelita terhadap Masyarakat Pedesaan di
Bengkulu. Jakarta: Departemen Pedidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 58. Diakses tanggal 7
Desember 2021.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Wikimedia Commons
memiliki media
mengenai Manihot
esculenta.

 (Inggris) Cassava - Purdue University Horticulture Diarsipkan 2003-03-26


di Wayback Machine.
 (Inggris) Cassava Pests: From Crisis to Control
 (Inggris) GM cassava plants that have reduced cyanogens Diarsipkan 2014-
01-08 di Wayback Machine.
 (Inggris) Global Cassava Development Strategy Diarsipkan 2017-12-03
di Wayback Machine.
 (Inggris) The Case for Cassava
 Ilmu Pengetahuan Singkong Diarsipkan 2015-07-08 di Wayback Machine.
 Asal Mula Singkong
 Akar Sejarah Singkong, Majalah Historia Diarsipkan 2014-12-27 di Wayback
Machine.

Anda mungkin juga menyukai