Anda di halaman 1dari 9

 

 Apakah Anda tertarik untuk berkontribusi di Wikipedia dengan cara yang berbeda dan lebih
kekinian?
Cobalah Wikistories dan pelajari cara menggunakannya di sini. 
Daftar isi sembunyikan

Awal

Etimologi

Afrika

Toggle Afrika subsection

Mesir

Pandangan Terhadap Naga

Tiongkok

Kalimantan

Eropa

Lihat pula

Referensi

Toggle Referensi subsection

Kutipan

Daftar pustaka

Pranala luar

Naga
109 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membahas tentang makhluk legenda secara umum, dan bukan
mengenai Nāga dan Drakon; dan juga bukan mengenai nama hewan pada alam
nyata, Kadal naga. Untuk kegunaan lain, lihat Naga (disambiguasi)

Ilustrasi naga bersayap dan bernafaskan api oleh Friedrich Justin Bertuch dari 1806

Ukiran naga dalam mitologi Tiongkok di Dinding Sembilan Naga, Taman Beihai, Beijing

Moncong kapal kapal panjang bangsa Viking di Ystad yang berbentuk kepala naga


Naga merupakan salah satu makhluk legenda yang memiliki karakteristik serupa
dengan reptil yang muncul dalam banyak cerita rakyat dalam berbagai budaya didunia.
Kepercayaan terhadap naga berbeda-beda pada setiap daerah, tetapi naga dalam
mitologi barat sejak Abad Pertengahan Atas dideskripsikan sebagai makhluk yang
memiliki sayap, tanduk, empat kaki, dan dapat mengeluarkan nafas api. Sedangkan,
dalam budaya timur, naga biasanya digambarkan sebagai makhluk tak bersayap,
memiliki empat kaki, memiliki bentuk seperti ular dengan kecerdasan yang diatas rata-
rata. Selain itu, naga digambarkan memiliki sifat yang merupakan gabungan dari fitur
dalam ras felin, aves, dan reptil. Para mahasiswa mempercayai bahwa naga
kemungkinan besar merupakan gambaran dari buaya, khususnya dengan karakteristik
tempat tinggalnya, yaitu di rawa-rawa ataupun hutam lebat, juga struktur tubuhnya,
menjadikan hewan ini sebagai asal-usul penggambaran dari naga Oriental modern. [1][2]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Pakhangba, adalah dewa naga ular purba dalam mitologi Meitei.

Istilah "naga" merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu nāgá (नाग) yang


berarti "ular kobra" yang berasal dari penamaan ular kobra India (Naja naja). Sinonim
untuk nāgá adapah phaṇin (फणिन ्). Sebenarnya terdapat beberapa kata yang juga
berarti "ular" secara umum, dan salah satu yang paling sering digunakan
adalah sarpá (सर्प). Terkadang, kata nāgá juga memiliki arti sebagai "ular" secara
umum.[3] Kata tersebut memiliki kata asal yang sama dengan snake dalam bahasa
Inggris, dan kata snake berasal dari bahasa rumpun Jermanik: *snēk-a-, Proto-
IE: *(s)nēg-o- (dengan pergerakan s).

Kemunculan kata "dracan" yang merupakan sebuah kata dalam bahasa Inggris Kuno dalam Beowulf[4]

Dalam bahasa Inggris, kata dragon berasal dari bahasa Prancis Kuno yang masuk


kedalam bahasa Inggris pada awal abad ke-13, kata dragon tersebut juga berasal
dari bahasa Latin: draconem (bentuk normatif dari draco) yang berarti "ular raksasa,
naga", dari bahasa Yunani Kuno δράκων, drákōn (bentuk genitif
dari δράκοντος, drákontos) "ular laut, ular raksasa".[5][6] Istilah naga dalam bahasa
Yunani dan Latin mengacu pada ular manapun yang berukuran besar dan tidak harus
sebagai makhluk mitologi.[7] Kata bahasa Yunani δράκων kemungkinan besar berasal
dari kata kerja dalam bahasa Yunani δέρκομαι (dérkomai) yang berarti "Aku melihat",
dan menjadi ἔδρακον (édrakon) dalam bentuk aorist.[6] Asal-usul penamaan ini yang
kemungkinan menjadi sebutan untuk sesuatu yang memiliki "tatapan yang
mematikan"[8] atau mata yang memancarkan cahaya yang tidak biasa [9] ataupun "tajam",
[10][11]
 juga bisa berarti untuk menggambarkan mata ular yang kelihatannya selalu terbuka
dan setiap dari mata tersebut dapat melihat menembus kelopak matanya yang
transparan dan bersisik, yang tertutup secara permanen. Kata dalam bahasa Yunani
tersebut juga kemungkinan berasal dari basis kata *derḱ- dalam bahasa Indo-
Eropa yang berarti "melihat"; dan akar kata bahasa Sansekerta दृश ् (dr̥ś-) yang juga
berarti "melihat".[12]

Afrika[sunting | sunting sumber]
Mesir[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi yang menggambarkan dewa Set yang menombak ular Apep dikarenakan ia menyerang Perahu


Surya dari Ra dalam artefak serat papyrus dari era Mesir Kuno

Apep; Nama/ejaan lain: Apophis merupakan sebuah makhluk berwujud ukar


dalam mitologi Mesir, makhluk tersebut tinggal di Duat yang merupakan dunia bawah
Mesir.[13][14] Artefak tersebut ditulis pada sekitar 310 SM pada serat papyrus Bhemner-
Rhind dan sekaligus menjadi salah satu bukti dari kisah Mesir yang menyatakan bahwa
terbenamnya matahari disenabkan oleh Ra yang berangkat ke Duat untuk melawan
Apep.[13][14] Dalam beberapa tulisan lain disebutkan, bahwa Apep memiliki panjang
delapan orang dewasa dengan kepala yang terbuat dari batu rijang.[14] Badai petir dan
gempa bumi diyakini sebagai akibat dari rauman Apep [15] dan gerhana matahari diyakini
sebagai akibat dari Apep yang menyerang Ra pada siang hari. [15]

Pandangan Terhadap Naga[sunting | sunting sumber]


Naga

Lukisan naga versi Eropa.

Naga, dalam berbagai peradaban dikenal dengan


nama dragon (Inggris), draken (Skandinavia), Liong (Tiongkok), dikenal sebagai
makhluk superior yang berwujud menyerupai ular, kadang bisa menyemburkan api,
habitatnya di seluruh ruang (air, darat, udara). Meskipun penggambaran wujudnya
berbeda-beda, tetapi secara umum spesifikasi makhluk tersebut digambarkan sebagai
makhluk sakti.
Sosok naga di dunia barat digambarkan sebagai monster, cenderung merusak dan
bersekutu dengan kekuatan gelap. Dicitrakan sebagai tokoh antagonis yang
seharusnya dihancurkan. Seseorang bisa mendapat gelar pahlawan atau ksatria
dengan membunuh naga. Pendek kata, naga adalah ancaman bagi manusia.
Tidak demikian halnya dengan citra naga di peradaban timur. Di Tiongkok, naga
dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan agung layaknya dewa. Naga adalah satu-
satunya hewan mitos yang menjadi simbol Shio. Budaya Minangkabau mengenal
dongeng Ngarai Sianok yang diciptakan oleh Sang Naga. Hiasan berbentuk naga juga
sangat lekat dengan budaya Jawa, umumnya terdapat di gamelan, pintu candi dan
gapura, sebagai lambang penjaga. Masyarakat Dayak juga menggambarkan Naga
sebagai penguasa dunia bawah, dan Burung Enggang sebagai penguasa dunia atas.
Naga di peradaban timur mendapat tempat terhormat, karena meskipun mempunyai
kekuatan dahsyat yang bisa menghancurkan, tetapi tidak semena-mena dan bahkan
bisa mengayomi.
Naga atau Ular menurut pandangan kebanyakan Orang Indonesia, dianggap sebagai
lambang dunia bawah. Sebelum Zaman Hindu (Neolithicum), di Indonesia terdapat
anggapan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu dunia bawah dan dunia
atas, dan masing-masing mempunyai sifat yang bertentangan. Dunia bawah antara lain
dilambangkan dengan bumi, bulan, gelap, air, ular, kura-kura, buaya. Sedangkan dunia
atas dilambangkan dengan matahari, terang, atas, kuda, rajawali. [16]
Pandangan semacam itu juga hampir merata di seluruh bangsa Asia. Dalam
cerita Mahabarata maupun pandangan kebanyakan Orang Indonesia sendiri sebelum
Zaman Hindu, naga atau ular selalu berhubungan dengan air, sedangkan air mutlak
diperlukan sebagai sarana pertanian.

Tiongkok[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Naga Tiongkok

Patung Naga di Johor, Malaysia.

Dalam tradisi Tionghoa juga terdapat makhluk bernama Liong atau Lung yang


umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah naga. Makhluk ini
digambarkan sebagai ular berukuran raksasa, lengkap dengan tanduk, sungut, dan
cakar, sehingga berbeda dengan gambaran naga versi India.
Naga versi Tionghoa dianggap sebagai simbol kekuatan alam, khususnya angin topan.
Pada umumnya makhluk ini dianggap memiliki sifat yang baik selama ia selalu
dihormati. Naga dianggap sebagai penjelmaan roh orang suci yang belum bisa
masuk surga. Biasanya roh orang suci menjelma dalam bentuk naga kecil dan
menyusup ke dalam bumi untuk menjalani tidur dalam waktu lama. Setelah tubuhnya
membesar, ia bangun dan terbang menuju surga.
Sebagian ilmuwan berpendapat, naga dalam kebudayaan Tionghoa merupakan
makhluk khayal yang diciptakan oleh masyarakat zaman dahulu akibat penemuan
fosil dinosaurus. Makhluk ini juga dikenal dalam kebudayaan Jepang dengan
istilah Ryuu.
Naga dalam shio memiliki arti kebenaran. Arti lain adalah perlindungan dan
keperkasaan. Shio naga terdapat pada tahun 2012, 2000, 1988, 1876, 1964, 1952,
1940. Shio naga memiliki kemampuan mulut yang baik dan sayangnya sering
membuatnya celaka.
Kalimantan[sunting | sunting sumber]

Naga versi suku Kutai, Kalimantan timur dalam upacara adat Erau.

Naga versi suku Banjar, Kalimantan Selatan

Naga dalam budaya Kalimantan (suku Dayak) dianggap sebagai simbol alam bawah.
Naga digambarkan hidup di dalam air atau tanah dan disebut sebagai Naga Lipat Bumi.
Naga merupakan perwujudan dari Tambun yaitu makhluk yang hidup dalam air.
Menurut budaya Kalimantan, alam semesta merupakan perwujudan "Dwitunggal
Semesta" yaitu alam atas yang dikuasai oleh Mahatala atau Pohotara, yang
disimbolkan enggang gading (burung), sedangkan alam bawah dikuasai
oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga (reptil). Alam atas bersifat panas
(maskulin) sedangkan alam bawah bersifat dingin (feminim). Manusia hidup di antara
keduanya.
Dalam budaya Banjar, alam bawah merupakan milik Puteri Junjung Buih sedangkan
alam atas milik Pangeran Suryanata, pasangan suami isteri yang mendirikan dinasti
kerajaan Banjar. Setelah berkembangnya agama Islam, maka oleh suku Banjar alam
atas dianggap dikuasai oleh Nabi Daud, sedangkan alam bawah dikuasai oleh Nabi
Khidir Dalam arsitektur rumah Banjar, makhluk naga dan burung enggang gading
diwujudkan dalam bentuk tatah ukiran, tetapi sebagai budaya yang tumbuh di bawah
pengaruh agama Islam yang tidak memperkenankan membuat ukiran makhluk
bernyawa, maka bentuk-bentuk makhluk bernyawa tersebut disamarkan atau didistilir
dalam bentuk ukiran tumbuh-tumbuhan.
Eropa[sunting | sunting sumber]
Mitos dan dongeng rakyat tentang naga juga telah tumbuh di dunia Barat sejak
berabad-abad silam. Naga dalam dunia Barat digambarkan sebagai kadal raksasa
dengan 2 tangan dan 2 kaki serta memiliki sayap besar pula, ia juga memiliki
kemampuan untuk menyemburkan lidah-lidah api dan hidup di gua. Naga seperti ini
adalah naga yang terlihat dalam film Harry Potter and the Goblet of Fire & Harry Potter
and the Deathly Hallows part 2 Naga ini selalu digambarkan suka memangsa manusia.

Anda mungkin juga menyukai