Nilai Guna
Nilai Guna
Oleh
NIM : 1907531077
No : 34
Kelas : A9
UNIVERSITAS UDAYANA
1. Pendekatan nilai guna (utiliti) kardina, dalam pendekatan nilai guna ini dianggap
bahwa manfaat atau kenikmatan yang diperoleh oleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitatif.
2. Pendekatan nilai guna ordinal, dalam pendekatan nilai guna ini dianggap bahwa
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-
barang tidak dikuantifikasi.
Nilai guna dalam ekonomi dikatakan sebagai tingkat kepuasan atau kenikmatan
seorang konsumen dalam mengkonsumsikan barang-barang, semakin tinggi kepuasan
konsumen maka nilai guna atau utiliti barang tersebut semakin tinggi.
1. Nilai guna total, yaitu jumlah sluruh kepuasan yang didapat dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
2. Nilai guna marjinal, yaitu pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai
akibat dan pertambahan (atau pengurangan).
Hipotesis utama teori nila guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna
marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yamg akan
diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut.
Hipetesis ini bermakna bahwa pertambahan yang terus – menerus dalam mengkonsumsi
suatu barang tidak secara tersu menerus menambah kepuasanyang dinikmati orang yang
mengkonsumsikannya. Contohnya, ketika rasa haus seseorang akan hilang ketika ia
meminum lima gelas air minum, namun ketika ia ditawari gelas keenam ia akan menolaknya,
maka dari itu pada gelas keenam ytambahan nilai guna adalah negaif, yang menyebabkan
nilai guna total dari meminum enak gelas akan lebih rendah dari meminum lima gelas air.
CONTOH ANGKA
TABEL 7.1
Tabel di atas menunjukan bahwa, hingga mangga kedelapan nilai guna marjinal
adalah positif, namun pada mangga kesembilan nilai guna marjinal adalah negatif. Ini
menunjukan bahwa kepuasan maksimal dari mengkonsumsi mangga adalah sebanyak
delapan buah.
Berdasarkan kepada angka-angka dalam Tabel 7.1, dapat Digambar grafik seperti
gambar 7,1. Grafik tersebut menunjukan menunjukan nilai guna total dan nilai guna marjinal.
Grafik pertama, sumbu tegaknya menggambarkan nilai guna total dan sumbu datarnya
menunjukan jumlah barang yang dikonsumsi. Grafik kedua, sumbu tegaknya menunjukkan
nilai guna marjinal , sedangkan sumbu datarnya menunjukkan berbagai unit barang yang
dikonsumsi.
Kurva nilai guna total (TU) bermula di titik 0, yang berarti pada saat itu tidak terdapat
komsumsi. Kurva nilai guna total pada mulanya naik, namun pada saat konsumsi mangga
lebih dari delapan kurva nilai total mengalami penurunan. Kurva nilai guna marjinal (MU)
turun dari kiri atas ke kanan bawah, ini menunjukkan bahwa hukum nilai guna marjinal yang
semakin menurun. Ketika kurva nilai guna marjinal memotong sumbu datar, maka nilai guna
marjinal sesudah perpotongan adalah negatif.
GAMBAR 7.1
100 35
90 30
30
80
70 25
60 20
50
40 15
30 10
20
5 1
10 0 -1
0 0
0 2 4 6 8 10 12 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
-5
(i) Nilai Guna Total (ii) Nilai Guna Marjinal
Setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmati,
maka dari itu setiap orang akan memaksimalkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsinya. Corak konsumsi satu jenis barang akan lebuh mudah ditentukan,
dibandingkan dengan corak konsumsi berbagai jenis barang.
Syarat pemaksimuman nilai guna seperti yang dinyatakan dalam hipotesis di atas
dapat dijabarakan dalam rumus aljabar, yaitu :
MU barang a / Pa = MU barang b / Pb
Ket :
1. EFEK PENGGANTIAN
Perubahan haraga suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari
barang yang mengalami perubahan harga tersebut., bila harga semakin tinggi nilai
guna marjinal barang tersebut semakin rendah. Ketika barang A mengalami kenaikan
harga, maka nilai marjinal A/PA lebih kecil dari semula, dan ketika barang B tidak
mengalami perubahan marga, maka nilai guna marjinal B/PB akan sama dengan
semula.
Pada keadaan di atas konsumen akan memilih untuk membeli barang B dan
mengurangi konsumsi barang B. penurunan harga barang dapat menaikkan nilai guna
marjinal barang tersebut, maka dari itu permintaan akan barang tersebut akan
meningkat karena dapat memaksimumkan nilai guna.
2. EFEK PENDAPATAN
Efek pendapatan merupakan efek yang ditimbulkan dari perubahan harga
barang kepada pendapatan. Kenaikkan harga menyebabkan konsumen mengurangi
berbagai berbagai barang-barang yang dibelinya, sedangkan penurunan harga akan
meningkatkan pembelian barang-barang tersebut oleh konsumen, karena penurunan
harga menyebabkan pendapatan riil konsumen bertambah.
PARADOKS NILAI
Perbedaan mencolok antara harga air dan berlian memberikan kesulitan pada
beberapa ahli ekonomi. Air merupakan barang yang sangat berguna namun harnya begitu
rendah, dan berlian merupakan benda yang tidak terlalu berguna dalam kehidupan sehari-hari
namun harganya sangat tinggi. Dalam teori nilai guna ini, perbedaan harga yang mencolok
dari kedua barangtersebut disebabkan oleh nilai guna marjinal mereka yang berbeda. Air
memiliki nilai guna marjinal yang rendah, sedangkan nilai guna marjinal berlian sangat
tinggi.
SURPLUS KONSUMEN
CONTOH ANGKA
Surplus konsumen wujud sebagai akibat dari nilai guna marjinal yang semakin
sedikit. Midalkan barang barang ke-n yang dibeli, nolai guna marjinalnya sama dengan harga.
Dengan demikian, oleh karena nilai guna marjinal dari barang ke-n adalah lebih rendah dari
barang sebelumnya, maka nilai guna marjinal barang sebelumnya lebih tinggi. Contoh dalam
Tabel 7.2 menggambarkan agaimana surplus konsumen akan terwujud.
TABEL 7.2
Grafik (ii) menggambarakan surplus konsumen seperti yang diuraikan dalam contoh
angka pada grafk (i)
Grafik ii
Grafik i
1800
1600
1400
1200
h 1000
a
r 800
g
a 600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kuantitas
Secara historis, teori nilai guna merupakan teori yang terlebih dahuludikembangkan
untuk menerangkan kelakuan individdalam memilih barag yang akan dibelinya. Sir John R.
Hicks telah mengembangkan pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman
kepuasan oleh konsumen. Analisis ini dikenal sebagai analisis kurva kepuasan sama, yang
terdiri dari kurva kepuasan sama dan garis anggara pengeluaran.
Untuk menggambarkan kurva kepuasan sama perlu dimisalkan bahwa seseorang hanya akan
membeli dua macambarang saja.
TABEL 8.1
A 10 2
B 7 3
C 5 4
D 4 5
E 2.8 7
F 2 10
GAMBAR 8.1
12
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Oada waktu konsumen mempunyai suatu barang Y yang relative bayak jumlahnya
dan barang X yang relative sedikit, diperlukan pengurangan konsumsi ke barang Y
untuk memperoleh tambahan barang X, akan tetapi :
2. Semakin banyak barang X yang diperileh, semakin sedikit pengurangan konsumsi
barang Y yang harus dilakukan untuk memperoleh barang X.
Akibat dari tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil, maka kurva kepuasan sama
semakin lama semakin kurang kecondongannya atau bentuk kurva kepuasan sama adalah
cekung ke titik 0.
Setiap kurva kepuasan sama menggambarkan suatu tingkat kepuasan tertentu, kurva
yang lebihtinggi menggambarkan tingat kepuasan yang lebih besar dari kurva yang di
bawahnya.
GAMBAR 8.2
Konsumen tidak dapat memperoleh semua baran yang diinginkannya, sebab dibatasi
oleh pendapatan yang dapat dibelanjakan. Bila hanya menngunakan kurva kepuasan sama
tidak akan membantu konsumen untuk membelanjakan pendapatan sehingga pengeluaran
tersebut menciptakan kepuasan yang paling maksimum, maka diperlukan garis anggaran
pengeluaran yang menunjukan Iberbagai gabungan barang yang dapat dibeli oleh sejumlah
pendapatan tertentu.
CONTOH ANGKA
Misalnya konsumen akan membeli dua jenis barang (makanan dan pakaian).
Konsumen tersebut mempunyai uang sebesar Rp 90000, harga makanan Rp 6000, dan
pakaian Rp 9000.
TABEL 8.2
A 15 0
B 12 2
C 9 4
D 6 6
E 3 8
F 0 10
GAMBAR 8.3
15
10
makanan
0
0 2 4 6 8 10 12
pakaian
Berdasarkan table 8.3 garis anggaran pengeluaran pada grafik 8.3 merupakan gabungan titik
A hingga F, yaitu barang yang dapat dibeli dengan uang Rp90000.
Pada mulanya garis anggaran pengeluaran adalah Ab, missal pendapatan konsumen
Rp 90000. Ketika harga pakaian naik menjadi Rp 15000, maka konsumen hanya akan
membeli 6 unit pakaian yang menyebabkan perubahan garis anggaran menjadi di garis AC.
Ketika pakaian menjadi Rp6000, jumlah pakaian yang dapat dibeli menjadi 15 unit, maka
garis anggaran akan berubah menjadi AD.
Pada mulanya garis anggaran pengeluaran adalah PQ. Missal pendapatan konsumen
adalah 90000. Jika harga tetap dan pendapatan menurun menjadi 54.000, maka garis
anggaran pengeluaran akan bergeser sejajar ke kiri (garis RS). Apanila pendapatan naik
menjadi 108.000, maka garsi anggaran pengeluaran angaran bergeser sejajar ke kanan (garis
TU).
SYARAT UNTUK MENCAPAI KEPUASAN MAKSIMUM
GAMBAR 8.5
Kurva U4 memberi kepuasan yang paling tinggi, namun kurva tersebut berada
di atas garis anggaran, maka dari itu kurva U4 merupakan kepuasan yang tidak dapat
dijangkau konsumen. Ketika konsumen mengkonsumsi gabungan barang di titik A, B,
C, dan D maka konsumen belum mendapatan kepuasan yang maksimum. Ketika
konsumen mengkonsumsi ganbungan barang di titi E pada kurva U3, maka konsumen
akan mendapatkan kepuasan maksimum. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsumen
akan mencapi kepuasan yang maksimum apabila ia mencapai titik di mana garis
anggaran pengeluaran menyinggung kurva kepuasan sama.
Pada waktu pendapatan adalah Y, garis anggaran pengeluaran adalah seperti yang
ditunjukkan oleh garis a, dengan E adalah keseimbangan yang menggambarkan
pemaksimuman kepuasan. Pertamahan pendapatan lebih lanjut memindahkan keseimbangan,
misalnya ke E1 dan seterusnya. Garis pendapatan konsumen adalah garsi yang bermula dari
titik 0 dan melalui titik E,E1,E2, dan seterusnya.
GARIS HARGA-KONSUMSI
1. Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang itu dan mengurangi barang lain
(efek penggantian).
2. Penurunan harga menambah pendapatan riil konsumen, dan kenaikan pendapatan
riil ini akan menaikan konsumsi ke berbagai jenis barang barang.
Garis anggaran pengeluaran A1B1 dianggap sebagai gabungan yang dapat dibeli
dengan pendapatan riil yang sama besarnyadengan yang berlaku sebelum penurunan harga
pakian, hal tersebut terjadi karena A1B1 sejajar dengan AC dan menyinggung kurva
kepuasan sama U1. Apabila terjadi kenaikan konsumsi pakaian (dari Q menjadi Q2) dan
penurunan konsumsi makanan (dari M menjadi M2), maka keseimbangan untuk mencapai
kepuasan maksimum berpindah dari titik E ke titik D. Perubahan ini dapat disebabkan oleh
efek penggantian (dari Q ke Q2) dan efek pendapatan (dari Q2 ke Q1).
Untuk memisahkan efek penggantian dan efek pendapatan, maka dapat ditentukan dengan
keadaan pendapatan riil dianggap tetap. Keadaan tersebut terdapat pada kurva U1. Garis
anggaran A1B1 sejajar dengan AC dan menyinggung kurva U1 di titik D, maka garis A1B1
menggambarkan gabungan yang dapat dibeli dengan pendapatan riil yang sama besarnya
dengan sebelum penurunan harga pakaian. Namun dapat dilihat bahwa keseimbangan
berubah dari E ke D. Keadaan ini menggamarkan kenaikan konsumsi pakaian dari Q ke Q1
menggambarkan efek penggantian dan kenaiakn konsumis pakaian dari Q2 ke Q1
menggambarkan efek pendapatan