Bab V Hasil & Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

33

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum

Desa Mendalok merupakan salah satu dari 12 Desa yang terletak di wilayah

Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. Memiliki luas wilayah lebih

kurang 1.305 m2 dengan jumlah penduduk 1282 jiwa dan 279 Kepala Keluarga

(KK), terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun Mandala, Dusun Durian, dan Dusun Air

Putih serta 11 RT, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa

Sungai Dungun, Selatan dengan desa Semudun, Barat dengan Laut Natuna, dan

Timur dengan desa Sungai Kunyit Hulu dan Simpang Parit Raden.

Mata pencaharian penduduk di Desa Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit

Kabupaten Pontianak sebagian besar adalah petani, karyawan dan nelayan, dengan

komposisi petani 48,7 %, Karyawan 18 %, Nelayan 15,4 %, Tukang 6 %,

Pedagang 4,7 %, PNS 4,3 %, dan lain-lain 0,4 %.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dusun Mandala RT I RW I, hal ini

mengingat hampir seluruh penduduk menggunakan air sumur bor sebagai sumber

air bersih untuk kebutuhannya sehari-hari. Jumlah sumur bor yang terdapat

didusun Mandala tersebut sebanyak 9 buah sumur bor. Sumur bor yang dijadikan

sampel penelitian digunakan oleh 11 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 59 jiwa

dan berada di RT 1 RW I, akan tetapi kadar besinya cukup tinggi yaitu rata-rata

8,65 mg/L (Laboratorium penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri dan
34

Perdagangan Pontianak, 2004). Keadaan ini menimbulkan efek negatif terhadap

kesehatan masyarakat apabila digunakan sebagai sumber air bersih.

Upaya untuk mengurangi kadar besi (Fe) dalam air sumur bor hingga sesuai

dengan standar persyaratan kualitas air bersih yang tercantum dalam Permenkes

nomor: 416/Menkes/PER/IX/1990, yaitu kandungan Fe untuk air bersih 1,0 mg/l

dan untuk air minum 0,3 mg/l), maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak tahun 2003 tentang

penyakit yang yang berhubungan dengan air berjumlah 196.749 penderita dengan

prosentase penyakit kulit 17017(5,7%), diare 12.495 (4,2%), typus 1.967 (0,7%),

disentri 2.455 (0,8%), hepatitis 47 (0,02%), sedangkan cakupan air bersih yang

digunakan penduduk pada tahun 2003 sebanyak 63,8%, dari jumlah tersebut yang

terlayani atau terpenuhi, dari perpipaan (termasuk PDAM) 16%, Penampungan

air hujan 21%, sumur gali 13,2%, PMA 4,8% dan lain-lain 8,8% termasuk sumur

bor (Dinkes Kab Pontianak, 2004).

Cakupan tersebut masih dibawah target nasional yaitu tercapainya cakupan

air bersih menjadi 100% untuk daerah perkotaan dan 85 % di daerah pedesaan

pada tahun 2010 (Depkes RI, 2000 :11).

5.2. Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor

Kadar besi (Fe) pada air sumur bor di Desa Mendalok Kecamatan Sungai

Kunyit Kabupaten Pontianak setelah diperiksa selama 7 hari berturut-turut di

Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan

Pontianak, didapatkan hasil rata-rata 8.65 mg/L. Adapun hasil pengukuran dapat

dilihat pada tabel 5.1.


35

Tabel 5.1.
Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Pada Hari I Sampai VII di Desa Mendalok
Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Waktu Kadar Besi (Fe)


No
Pengambilan (mg/L)
1 Hari I 8.65
2 Hari II 8.56
3 Hari III 8.72
4 Hari IV 8.68
5 Hari V 8.43
6 Hari VI 8.70
7 Hari VII 8.78
Rata-rata 8.65

Pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa kadar Fe kontrol air sumur bor yang

tertinggi sebesar 8.78 mg/L pada hari VII dan terendah 8.43 mg/L pada hari V.

5.3. Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor Sebelum dan Setelah Melewati Metode

multiple tray aerator dan cascade aerator

Analisa air sumur bor dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kadar

Fe sebelum (kontrol) dan setelah melewati metode multiple tray aerator dan

cascade aerator yang dilakukan selama 7 hari secara berturur-turut, dapat dilihat

pada tabel 5.2.


36

Tabel 5.2.
Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor Sebelum dan Setelah
Melewati Metode MultipleTtray Aerator dan Cascade Aerator Pada Hari I Sampai
VII
di Desa Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Kadar Fe (mg/L)
No Hari Setelah Melalui Alat
Kontrol
Multiple Tray Aerator Cascade Aerator
1 I 8.65 3.29 5.47
2 II 8.56 3.95 5.07
3 III 8.72 3.87 5.03
4 IV 8.68 2.98 4.71
5 V 8.43 4.34 6.57
6 VI 8.70 3.14 5.70
7 VII 8.78 3.77 6.47
Rata-Rata 8.65 3.62 5.57

Pada tabel 5.2. dapat dilihat penurunan kadar Fe air sumur bor setelah

melewati multiple tray aerator tertinggi pada hari ke IV sebesar 2.98 mg/L dan

terendah pada hari II sebesar 3.95 mg/L, dengan kadar rata-rata 3.62 mg/L

Sedangkan kadar Fe air sumur bor setelah melewati cascade aerator

tertinggi sebesar 4.71 mg/L pada hari ke IV dan terendah sebesar 6.57 mg/L pada

hari ke V, dengan kadar rata-rata 5.57 mg/L.

5.4. Efesiensi Penurunan Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor Sebelum (Kontrol)

dan Setelah Melewati Multiple Aerator dan Cascade Aerator.

Analisa efisiensi penurunan kadar besi (Fe) air sumur bor setelah melewati

metode multiple tray aerator dan cascade aerator dapat dilihat pada tabel 5.3.
37

Tabel 5.3.
Efisiensi Multiple Aerator dan Cascade Aerator dalam Menurunkan Kadar Besi
(Fe) Air Sumur Bor (kontrol) dari hari I Sampai VII di Desa Mendalok
Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Penurunan Kadar Fe (mg/L)


No Hari Kontrol Multiple Tray Aerator Cascade Aerator
Efisiensi % Efisiensi %
1 I 8.65 5.36 61.97 3.18 36.76
2 II 8.56 4.61 53.86 3.49 40.77
3 III 8.72 4.85 55.62 3.69 42.32
4 IV 8.68 5.70 65.67 3.97 45.74
5 V 8.43 4.09 48.52 1.86 22.06
6 VI 8.7 5.56 63.91 3.00 34.48
7 VII 8.78 5.01 57.06 2.31 26.31
Rata-Rata 8.65 5.03 58.08 3.07 35.49

Pada tabel 5.3. dapat diketahui, bahwa efisiensi penurunan kadar besi (Fe)

air sumur bor setelah melewati multiple tray aerator tertinggi pada hari ke hari IV

sebesar 65.67%, dan terendah pada hari V sebesar 48.52%, dengan rata-rata

efisiensi sebesar 58.08%.

Sedangkan efisiensi penurunan kadar Fe air sumur bor setelah melewati

cascade aerator, efisiensi tertinggi pada hari ke IV sebesar 45.74%, dan terendah

pada hari ke V sebesar 22.06%, dengan rata-rata efisiensi 35.49%.

5.5. Hasil Uji Statistik Anova dan T-Test

5.5.1. Hasil uji anova

Untuk mengetahui perbedaan efektivitas penurunan kadar besi (Fe) air

sumur bor antara sebelum (kontrol) dan setelah melewati metode multiple tray

aerator dan cascade aerator dilakukan uji statistik anova dengan α = 0.05

(tingkat kepercayaan 95%). Hasil uji anova dapat dilihat pada tabel 5.4.
38

Tabel 5.4.
Penurunan Rata-Rata ( Mean) Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor Sebelum (kontrol)
dan Setelah Melewati Metode MultipleTray Aerator dan Cascade Aerator di Desa
Mendalok
Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Mean
Standar Sig (2-tailed)
No Alat Mean Differenc F
Deviasi α = 0.05
e
1 Kontrol 8.65 mg/ L - 1.9586 0.441 172.340 0.000
2 Multiple Tray Aerator 3.62 mg/L 0.720
3 Cascade Aerator 5.57 mg/L 0.500

Pada tabel 5.4. diketahui dari hasil uji anova perbandingan antara sebelum

dan setelah melewati metode multiple tray aerator dan cascade aerator dalam

menurunkan kadar Besi (Fe) air sumur bor, perbedaan rata-ratanya (mean

difference) -1.9586, α = 0.05, F = 172.340 dan signifikansi (p = 0.000), karena p

< 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang bermakna rata-rata efektivitas antara metode multiple tray

aerator dan cascade aerator dalam menurunkan kadar Fe air sumur bor. Metode

multiple tray aerator dan cascade aerator efektif untuk menurunkan kadar Fe air

sumur bor. Selanjutnya efektivitas metode multiple tray aerator dan cascade

aerator dalam menurunkan kadar Fe air sumur bor, dapat dilihat pada grafik 5. 1.
39

Grafik 5.1.
Grafik Means plots Metode Multiple Tray Aerator dan Cascade
Aerator Dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor di Desa
Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004
9

6
Mean of Kadar Fe

3
Kontrol Cascade aerator Multiple Tray Aerato

Perlakuan

Pada grafik 5.1. menunjukkan plotting rata-rata efektivitas metode metode

multiple tray aerator dan cascade aerator dalam menurunkan kadar Fe air sumur

bor . Efektivitas aerator yang paling baik dalam menurunkan kadar Fe air sumur

bor adalah metode multiple tray aerator.

Rata-rata penurunan kadar besi (Fe) air sumur bor dari kontrol dan setelah

melewati metode multiple tray aerator dan Cascade aerator dapat dilihat pada

grafik 5.2.

Grafik 5.2.
Penurunan Rata-Rata Kadar Besi (Fe) Kontrol Air Sumur Bor Setelah
Melewati Metode Multiple Tray Aerator dan CascadeAerator di Desa
Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004
40

5.5.2. Hasil Uji Statistik -T (T-Test).

Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar besi (Fe) air sumur bor

sebelum dan setelah melewati masing-masing alat dilakukan uji Statistik -T

dengan α 0.05 (tingkat kepercayaan 95%). Adapun hasil uji-T masing-masing alat

dapat dilihat sebagai berikut:

5.5.2.1. Uji Statistik -T (T-test) antara sebelum (kontrol) dengan setelah melewati

multiple tray aerator.

Hasil uji statistik -T antara kontrol dengan multiple tray aerator

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar Fe air sumur bor sebelum dan

setelah melewati multiple tray aerator. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5.2.1.

Tabel 5.5.
Perbedaan Rata-Rata Kadar Fe Sumur Bor Sebelum dan Setelah
Melewati Multiple Tray Aerator di Desa Mendalok Kecamatan
Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Standar Sig (2-tailed)


No Perlakuan Mean t
Deviasi α = 0.05
1 Kadar Fe sebelum perlakuan 8.65 mg/L 0.116 23.436 0.000
2 Kadar Fe setelah perlakuan 3.62 mg/L 0.493

Pada tabel di atas diketahui rata-rata kadar Fe sebelum perlakuan 8.65 mg/L,

sedangkan rata-rata kadar Fe setelah melewati multiple tray aerator 3.62 mg/L,

signifikansi (p = 0.000 ), karena p < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan, bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata

penurunan kadar Fe air sumur bor sebelum dan setelah melewati metode multiple

tray aerator.
41

5.5.2.2. Uji Statistik –T (T-test) antara Sebelum (kontrol) dengan Setelah

Melewati Cascade Aerator

Hasil uji-T antara sebelum (kontrol) dengan setelah melewati cascade

aerator menunjukkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan kadar

Fe air sumur bor sebelum dan setelah melewati cascade aerator. Lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6
Rata-Rata Penurunan Kadar Fe Air Sumur Bor Sebelum dan Setelah Melewati
Cascade Aerator di Desa Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit
Kabupaten Pontianak Tahun 2004

Standa
Sig (2-tailed)
No Perlakuan Mean r t
α = 0.05
Deviasi
1 Kadar Fe sebelum perlakuan 8.65 mg/L 0.116 10.749 0.000
2 Kadar Fe setelah perlakuan 5.57 mg/L 0.720

Pada tabel di atas diketahui rata-rata kadar Fe sebelum perlakuan 8.65 mg/L,

sedangkan setelah melewati cascade aerator 5.57 mg/L, signifikansi (p=0,000),

karena p < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan,

bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan kadar Fe air sumur bor

sebelum dan setelah melewati metode cascade aerator.

5.6. Pembahasan

5.6.1. Perbedaan Efektivitas Penurunan Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor antara

Sebelum (Kontrol) dan Setelah Melewati Metode Multiple Tray Aerator

dan Cascade Aerator

Perbedaan efektivitas antara metode multiple tray aerator dan cascade


42

aerator dalam menurunkan kadar Fe pada air sumur bor menurut penelitian yang

dilakukan oleh Agustinus (2000) tentang kemampuan metode multiple tray

aerator dan cascade aerator dalam menurunkan kadar air sumur gali di Komplek

perumahan Bali Agung, didapatkan hasil, bahwa multiple tray aerator

memberikan efektivitas penurunan rata-rata kadar Fe sebesar 11.04 mg/L

(efisiensi = 92%), sedangkan untuk cascade aerator 13.85 mg/L (efisiensi =

73.60%).

Adapun pada penelitian ini, metode multiple tray memberikan efektivitas

penurunan rata-rata kadar Fe air sumur bor sebesar 5.03 mg/L (efisiensi = 58.08

%), dan cascade aerator sebesar 3.07 mg/L (efisiensi = 35.49%).

Apabila dilihat dari kedua penelitian ini, maka multiple tray aerator lebih

efektif dalam menurunkan kadar Fe dalam air bila dibandingkan dengan cascade

aerator. Adanya perbedaan efektivitas kedua penelitian ini, maka peneliti

berasumsi, bahwa perbedaan ini disebabkan oleh sampel air yang diolah tidak

sama. Pada penelitian ini sampel air yang diolah adalah air sumur bor, sedangkan

penelitian Agustinus air sumur gali, dan kemungkinan kadar besinya (Fe) telah

banyak mengendap dan menempel ke dinding sumur, sehingga kadar besinya

telah berkurang.

Jumlah sampel pada penelitian ini, jumlah kontrol sama dengan sampel

perlakuan masing-masing sebanyak 7 hari sehingga jumlah sampel sebanyak 21

sampel, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Agustinus (2000) antara

kontrol dan perlakuan tidak sama. Kontrol dilambil hanya sekali dan perlakuan 4

kali dengan jumlah sampel 9 sampel. Oleh karena itu, maka masih diragukan
43

validitas dan reliabilitasnya, serta tidak representatif, karena banyaknya

pengulangan tidak cukup representatif, apabila dilihat dari rumus yang ditentukan

oleh Nasution bahwa sampel yang diambil minimal 21 sampel selama 7 hari

pengulangan (Nasution, cit Budiman: 2003).

Pada penelitian ini efektivitas alat lebih rendah dibandingkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Agustinus, padahal jumlah tray dan step lebih

banyak, yakni 6 tray dan 6 step, sedangkan pada penelitian Agustinus hanya 5

tray dan 5 step, hal ini kemungkinan disebabkan pada penelitian yang dilakukan

oleh Agustinus alat yang dibuat lebih tinggi dan lobang lobang tray lebih banyak

dan lebih halus serta kemiringan step lebih kecil dibandingkan dengan alat yang

peneliti buat, sehingga memungkinkan kontak dengan udara lebih banyak dan

lebih lama, karena semakin banyak dan lama kontak dengan udara, maka semakin

banyak Fe yang teroksidasi.

5.6.2. Perbedaan rata-rata penurunan kadar besi (Fe) sebelum (kontrol) dan

setelah melewati metode multiple tray aerator

Pada penelitian ini terjadi penurunan yang bermakna kadar Fe sebelum dan

setelah melewati metode multiple tray aerator pada air sumur bor, dengan

penurunan rata-rata kadar Fe air sumur bor sebesar 5.03 mg/L penurunan rata-rata

kadar Fe air sumur bor sebesar 5.03 mg/L memberikan efisiensi penurunan kadar

Fe sebesar 58.08% .
44

5.6.3. Perbedaan Rata-rata Penurunan Kadar Besi (Fe) sebelum dan setelah

melewati cascade aerator

Terjadi penurunan yang bermakna kadar Fe sebelum dan setelah melewati

metode cascade aerator pada air sumur bor, dengan penurunan rata-rata 3.07

mg/L (efisiensi = 35.49%).

5.6.4. Perbedaan Rata-Rata Efisisiensi Penurunan Kadar Besi (Fe) Air Sumur

Bor antara Metode Multiple Tray Aerator dan Cascade Aerator

Dalam suatu proses pengolahan air yang menggunakan sistem aerasi, baik

menggunakan multiple tray aerator maupun cascade aerator tentu saja tidak

terlepas dari kelebihan masing-masing aerator dalam menurunkan kadar Fe.

Pada penelitian ini multiple tray aerator yang dibangun jarak lobang lebih

kurang 2 cm dengan lobang-lobang yang lain dan jarak antar tray 30 cm, dan

ketinggiannya 2.1 m, sedangkan untuk cascade aerator mempunyai kemiringan

90%, terdiri dari 6 step, dan jarak antar step 30 cm, dengan ketinggian 2.1 m. Bila

dilihat dari rancangan alat, maka metode multiple tray aerator kemampuannya

akan lebih baik apabila dibandingkan dengan cascade aerator dalam menurunkan

kadar Fe air sumur bor.

Pada metode multiple tray aerator debit air yang mengalir lebih halus, maka

air akan lebih lama kontak dengan udara, sedangkan cascade aerator air yang

mengalir tidak dalam bentuk percikan kecil, sehingga kontak dengan udara tidak

maksimal. Berdasarkan hasil pengukuran, metode multiple tray memberikan

efektivitas penurunan rata-rata kadar Fe air sumur bor sebesar 5.03 mg/L
45

(efisiensi = 58.08 %), dan cascade aerator sebesar 3.07 mg/L (efisiensi =

35.49%),maka dapat disimpulkan bahwa, metode multiple tray aerator lebih

efektif jika dibandingkan dengan cascade aerator dalam menurunkan kadar Fe

dalam air.

5.7. Keterbatasan Penelitian

Pada proses penelitan tentunya tidak terlepas dari keterbatasan yang dapat

menggangu hasil penelitian seperti keterbatasa biaya, sehingga alat yang dibuat

sangat sederhana, cara pengambilan sampel masih bisa kontak dengan udara

sehingga kadar Fe dapat berkurang karena teroksidasi, botol tempat sampel belum

standar, hanya menggunakan botol aqua yang memungkinkan Fe menempel pada

dinding botol, harusnya dari bahan polietilen, dan jarak tempat pemeriksaan

sampel cukup jauh sehingga memungkinkan terjadinya guncangan dan kebocoran

pada botol sampel. Keadaan ini merupakan faktor pengganggu kadar besi sampel

air yang akan diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai