BAB IV
PRELIMINARY DISAIN/PENENTUAN PROSES PENGOLAHAN AIR
4.1 Kajian Kualitas Air Baku Terhadap Standar Kualitas Air Minum
Data karateristik air baku yang diolah dibutuhkan dalam merencanakan suatu
instalasi bangunan pengolahan air minum, sehingga dapat menentukan parameter-
parameter yang harus direduksi agar memenuhi baku mutu air minum dan layak untuk
di konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, setiap penyelenggara air minum wajib
menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan. Dalam Peraturan
Daerah perlu ditetapkan sebagai berikut :
Permenkes
No Parameter Satuan Kualitas Keterangan
No 492/2010
1 Warna TCU 60 15 Tidak Memenuhi
2 Kekeruhan NTU 200 5 Tidak Memenuhi
3 Daya hantar listrik Μmhos 650
4 NH4 mg/l 0.45
5 NO2 mg/l 0.05 3 Memenuhi
6 NO3 mg/l 1.5 50 Memenuhi
7 Ph 7.58 6,5 – 8,5 Memenuhi
8 Natrium mg/l 25.68
9 Kalium mg/l 2
10 Kalsium mg/l 36
11 Magnesium mg/l 24
12 Besi mg/l 0.34 0,3 Tidak Memenuhi
13 Mangan mg/l 0.38 0,4 Memenuhi
14 CO2 mg/l 4
15 CO2 agresif mg/l 1
16 Zat organik mg/l 24.05 10 Tidak Memenuhi
KmnO4
17 Bikarbonat mg/l 35
18 Sulfat mg/l 4.5 250 Memenuhi
19 Chlorida mg/l 15 250 Memenuhi
20 Kesadahan mg/l 65 500 Memenuhi
Sumber :
(1) Data Air Baku
(2) Permenkes No.492 Tahun 2010
(3) PP No 82 Tahun 2001 Golongan 1 (air baku untuk air minum)
Apabila kualitas data air baku dibandingkan dengan kualitas air minum pada
Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Air Minum, dapat diketahui bahwa
terdapat parameter air baku yang memenuhi dan tidak memenuhi peraturan- peraturan
tersebut sebagai persyaratan air minum. Hasil analisis kualitas air baku di atas
menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas air baku tersebut belum memenuhi
standar kualitas air minum. Parameter yang perlu dipertimbangkan dalam proses
pengolahan adalah :
1. Warna
2. Kekeruhan
3. Besi
4. Zat Organik
(60-15)/60 x 100% =
1 Warna 60 TCU 15 TCU MP
75%
(200-5)/200 x 100% =
2 Kekeruhan 200 NTU 5 NTU MP
97,5 %
(0,34-0,3)/0,34 x
3 Besi 0,34 mg/l 0,3 mg/l MP
100% = 11,76 %
(24,05-10)/24,05 x MP
4 Zat Organik 24,05 mg/l 10 mg/l KMnO4
100% = 58,41 %
Sumber :
1. Data kualitas air baku;
2. PP No. 82 Tahun 2001;
3. Permenkes Nomor.492/Menkes/Per/IV/2010
Keterangan : MP = Memerlukan Pengolahan
Hasil Permenkes
No Parameter Satuan Keterangan
Pemeriksaan1 No 492/20102
Tidak
1 Warna TCU 60 15
Memenuhi
Tidak
2 Kekeruhan NTU 5
200 Memenuhi
3 Daya hantar listrik Μmhos 650 -
4 NH4 mg/l 0,45 1,5
5 NO2 mg/l 0,05 3 Memenuhi
6 NO3 mg/l 1,5 50 Memenuhi
7 pH mg/l 7,58 6,5 – 8,5 Memenuhi
8 Natrium mg/l 25,68 -
9 Kalium mg/l 2 -
10 Kalsium mg/l 36 -
11 Magnesium mg/l 24 -
Tidak
12 Besi mg/l 0,34 0,3
Memenuhi
13 Mangan mg/l 0,38 0,4 Memenuhi
14 CO2 mg/l 4 -
15 CO2 agresif mg/l 1 -
mg/l Tidak
16 Zat organik 24,05 10
KmnO4 Memenuhi
17 Bikarbonat mg/l 35 -
18 Sulfat mg/l 4,5 250 Memenuhi
19 Chlorida mg/l 15 250 Memenuhi
20 Kesadahan mg/l 65 500 Memenuhi
Sumber :
(1) Data Air Baku
(2) Permenkes No.492 Tahun 2010
Sesuai dengan hasil perbandingan kualitas air baku dari data yang diperoleh
dengan kualitas air minum pada Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan
Air Minum, dapat diketahui parameter air yang memenuhi dan tidak memenuhi
peraturan- peraturan tersebut sebagai persyaratan air minum.
Berdasarkan data dan analisis, terdapat beberapa parameter air baku yang tidak
memenuhi, yakni warna, kekeruhan, besi, dan zat organik.
4.3.1 Warna
Menurut Yusuf (2012), warna pada air terjadi karena adanya bahan kimia atau
mikroorganisme yang terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan oleh
mikroorganisme disebut true color yang tidak berbahaya bagi kesehatan, sedangkan
warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya bagi
tubuh manusia. Oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida
mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3
mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna
pada perairan (Peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003).
Warna dari air baku perlu dihilangkan atau dilakukan pengolahan karena
terdapat partikel TSS (Total Suspended Solid) yang tidak baik digunakan sebagai air
minum. Sehingga warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan oksigen
tidak dapat masuk ke air, dan menyebabkan DO dalam air menurun serta menyulitkan
makhluk hidup di air untuk mendapatkan oksigen.
4.3.2 Kekeruhan
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi apabila sinar membentuk material
tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat disebabkan oleh adanya bahan
- bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu
yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Walaupun kekeruhan hanya sedikit, dapat
menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya. Air yang kekeruhannya
tidak memenuhi baku mutu (kekeruhan tinggi) perlu dihilangkan atau disisihkan, karena
dapat mengalami kesulitan dalam proses pengolahan air bersih apabila dengan
kekeruhan tinggi. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan air. Apabila
proses penyaringan dilakukan dengan kekeruhan tinggi akan memerlukan biaya yang
lebih besar. Serta air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu
proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan.
4.3.3 Besi
Air yang mengandung besi bersifat terlarut, senhingga menyebabkan air menjadi
merah kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti
minyak. Kadar maksimum besi dalam air minum yaitu 0,3 mg/l, sedangkan untuk nilai
ambang rasa pada kadar 2 mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan
hemoglobin namun dalam dosis yang berlebihan dapat merusak dinding halus (Tri Joko,
2010).
tersebut dapat seluruhnya dihilangkan dengan proses pengendapan dan penyaringan (Tri
Joko, 2010).
Sementara besi teroksidasi secara kimiawi oleh sisa chlor bebas atau pottasium
permanganat pada tingkat oksidasi, lebih besar dari pada oksigen terlarut. Apabila chlor
digunakan, sisa chlor bebas yang ada dipertahankan melalui proses pengolahan.
Penyaringan yang efektif mengikuti aerasi atau oksidasi kimiawi adalah penting, bila
sejumlah flocculant oksida metal tidak cukup berat untuk mengendap dengan cara
gravitasi (Tri Joko, 2010).
Contoh zat organik yang berdampak serius bagi kesehatan manusia, yaitu
Benzena. Pajanan benzena pada manusia melalui inhalasi bersifat karsinogenik. Adanya
pajanan benzena di lingkungan kerja telah dikaitkan dengan peningkatan insiden
leukemia myeloblastic atau erythroblastic myeloid akut maupun kronis dan leukemia
limfoid pada para pekerja. (Agency for Toxic Substance and Disease Register
(ATSDR), 2007)
minum. Selain itu, dalam menghilangkan zat organic bias dengan melalui proses
adsorpsi (Tri Joko, 2010).
1. Ketersediaan lahan
2. Kemudahan teknis pelaksanaan
3. Pengadaan bahan – bahan pembangunan IPA
4. Kemudahan dalam operasional
5. Pemeliharaan
6. Ketersediaan tenaga operator
7. Ketersediaan alat – alat operator
Adapun Aspek Ekonomis yang perlu diperhatikan :
8. Biaya Konstruksi
9. Biaya Operasi
10. Biaya Pemeliharaan
Adapun Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan agar terciptanya Unit
pengolahan air minum yang tidak mengganggu masyarakat sekitar dan lingkungan di
sekitarnya.
Desinfeksi
> 50 % - - -
(Klorinasi)
Sumber : (1) Degreemont, 1991; (2) Metcalf Eddy, 2004; (3) Joko,2012 ; (4)
Hardini I. Karnaningrum N,2010); (*1) Laporan KP Rani,2013; (*2) Afifah,
Moersidik, Priadi, Red, & Dye, n.d. , 2014; (*3) Noor, 2017
Ketiga alternatif yang didesain didasarkan pada jumlah parameter yang tidak
memenuhi standar baku mutu air dan disesuaikan dengan efisiensi removal pada setiap
unit pengolahannya.
Prasedimentasi
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Desinfeksi
Sumber :(1) Laporan KP Rani,2013; (2) Afifah, Moersidik, Priadi, Red, & Dye, n.d. , 2014
Prasedimentasi
Aerasi
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Desinfeksi
Bar Screen - - - - -
Pra
Kekeruhan 200 NTU 60% 120 80
Sedimentasi
``Zat 24,05 mg/l
26,90% 6,46945 17,58055
Aerasi Organik KmnO4
Besi 0,34 mg/l 46,57% 0,16 0,18
Prasedimentasi
Koagulasi
Adsorpsi
Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Desinfeksi
Bar Screen - - - - -
Pra
Kekeruhan 200 NTU 60% 120 80
Sedimentasi
Beragam pilihan pengolahan dan opsi kombinasi yang tersedia bagi perancang
dalam merencanakan suatu instalasi pengolahan. Semua opsi tersebut tetap harus
ditinjau dan dipertimbangkan dari berbagai aspek agar mencapai pengolahan atau
kombinasi pengolahan yang paling sesuai untuk diaplikasikan ke instalasi tertentu.
Masalah keefektifan dari pengolahan harus dipertimbangkan, potensi masalah
lain pada unit pengolahan juga perlu diperiksa untuk setiap opsi dan setiap unit
pengolahan. Terdapat beberapa persoalan yang berpotensi muncul dan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam merencakan pembangunan suatu instalasi
pengolahan, yaitu sebagai berikut:
a. Biaya konstruksi
b. Biaya operasi tahunan
c. Area situs yang dibutuhkan
d. Kompleksitas operasi (kemampuan yang dibutuhkan untuk staff operasional
dan pemantauan laboratorium)
e. Risiko operasi (penyebab paling umum, jika terjadi, dapat mengakibatkan
kegagalan pengolahan)
f. Fleksibilitas pengaturan susunan instalasi untuk perubahan di masa depan
g. opsi pembuangan limbah
Selain itu, terdapat beberapa pertimbangan mengenai pemilihan proses suatu
instalasi pengolahan yang terbagi menjadi empat kategori yaitu:
1. Beban Pengolahan
2. Aspek Teknis
a. Ketersediaan Lahan
b. Kemudahan Teknis Pelaksanaan
c. Pengadaan Bahan-Bahan Pembangunan
d. Operasional
e. Pemeliharaan
f. Ketersediaan Tenaga Operasional
g. Ketersediaan Alat-Alat Operasional
3. Aspek Ekonomi/Finansial
a. Biaya Konstruksi
b. Biaya Operasi
c. Biaya Pemeliharaan
4. Aspek Lingkungan
a. Dampak Terhadap Masyarakat Sekitar
b. Dampak Terhadap Lingkungan Fisik
Dalam merencanakan opsi kombinasi instalasi pengolahan air minum, seorang
perancang wajib mempertimbangkan keempat aspek tersebut. Hal ini bertujuan agar
mendapatkan instalasi pengolahan air minum yang optimal, sesuai dengan biaya yang
dikehandaki, topografi dan keadaan lingkungan sekitar, serta dapat menciptakan proses
pemeliharaan yang mudah dan terstruktur.
Perhitungan dan pertimbangan berbagai opsi dan kombinasi pengolahan juga
berperan penting untuk menyediakan susunan fasilitas yang fleksibel di mana
penambahan dan modifikasi unit dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pengolahan di masa depan. Perlu diingat bahwa desain pengolahan air minum itu tidak
statis, namun bersifat dinamis, yaitu merupakan sebuah proses yang terus berubah dan
berkembang.
1. Sungai Serayu sebagai sumber air baku melewati bangunan intake. Pada bangunan
intake dilengkapi dengan 3 bar screen, bar screen pertama (kisi 9 mm) dengan
saluran yang terbagi menjadi 2 dengan lebar per saluran 4,6 meter.
2. Air dari intake menuju IPA secara gravitasi,
3. Setelah melewati intake, air baku kemudian ditampung di unit prasedimentasi
untuk mengurangi kekeruhan pada air baku tersebut.
4. Air kemudian disalurkan ke kolam aerasi
5. Selanjutnya pada mixing tank terjadi pengadukan cepat dengan injeksi bahan
kimia koagulan berupa alum, proses injeksi koagulan ini disebut sebagai proses
koagulasi karena terjadi destabilisasi partikel air.
6. Air dialirkan menuju bak flokulasi dengan tipe baffle channel vertikal untuk membentuk
flok-flok dengan ukuran lebih besar.
7. Selanjutnya air melewati proses sedimentasi dimana terjadi pengendapan partikel
flokulen pada unit sedimentasi dengan plate settler. Proses ini akan menghasilkan
menghasilkan lumpur.
8. Efluen dari unit sedimentasi kemudian dialirkan menuju bak filtrasi, unit filtrasi
pada IPA Bawang berjumlah 5 buah.
9. Melalui dua pipa transmisi air bersih yang masing-masing berdiameter 70 cm, air
dari unit filtrasi disalurkan menuju unit reservoir berkapasitas total 22.000 m3
10. Desinfektan, pembubuhan klor terjadi di pipa transmisi dan netralisasi dengan
klorin diinjeksi secara gravitasi pada inlet reservoir, melalui pipa pembubuh
berdiameter 30 cm.
11. Air dari reservoir ini kemudian dipompakan menuju pipa distribusi untuk
didistribusikan kepada konsumen.
Prasedimentasi
Aerasi
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Desinfeksi