Episode I (Alinea 1 dan 17) yang kita dapati tentang Mitos Gunung Lawu
yaitu gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
memiliki banyak mitos. Gunung Lawu memiliki legenda dengan unsur magis
yang kuat dipercaya sejak zaman Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, ketika
mendaki sebuah gunung harus selalu waspada, berucap dan bertindak positif, dan
mengikuti segala peraturan yang berlaku.
Episode II (Alinea 2 dan 15-16) menceriterakan tentang Gunung Lawu
yang seolah-olah hidup dan bernyawa, dan juga banyak kejadian-kejadian aneh
yang muncul. saat mendaki gunung tersebut sebaiknya tidak banyak mengeluh.
Sebab, Gunung Lawu itu akan mendengar apa yang kamu keluhkan dan
mewujudkannya. Bila kamu mengeluh lapar, kamu akan merasakan kelaparan
yang luar biasa. Bila kamu mengeluh lelah, kamu akan merasakan kelelahan yang
tiada tara. Begitu juga apabila kamu mengeluh dingin, kamu akan merasakan
kedinginan yang hebat, padahal rekan anda yang lain tidak kedinginan. Jadi jika
mendaki Gunung Lawu harus bertahi-hati dalam berucap. Kemudian saat mendaki
Gunung Lawu tidak boleh memakai pakaian berwarna hijau, karena baju warna
hijau adalah pakaian yang digunakan oleh Nyi Loro Kidul, Ratu Pantai Selatan
yang tidak boleh digunakan oleh sembarangan di Jawa dan juga kepercayaan
mengatakan bahwa barang siapa yang mendaki Gunung Lawu dengan rombongan
berjumlah ganjil, maka rombongan tersebut akan dilanda nasib sial.
RF: Anak dari Prabu Bhrawijaya V dan Ratu Petak Putri (RPP) yang
menjadi Raja Demak
PK: Anak dari Prabu Bhrawijaya V dan Ratu Jingga (RJ) yang tidak
menjadi apa-apa.
Banyak orang yang percaya bahwa burung jalak ini sering muncul dan
memberi petunjuk jalan menuju puncak Gunung Lawu kepada para pendaki yang
berniat baik. Sedangkan, apabila pendaki memiliki niatan buruk, Kyai Jalak tidak
akan merestui mereka dan akibatnya para pendaki yang mempunyai niatan buruk
tersebut akan menerima nasib yang buruk juga.
Episode V (Alinea 7-8 dan 14) menceritakan bahwa misteri Gunung Lawu
yang lainnya adalah kemunculan Macan Lawu (ML) yaitu sosok berupa harimau
yang dipercaya sebagai sosok gaib penunggu Gunung Lawu. Biasanya, kehadiran
macan ini merupakan sebuah pertanda buruk. Kehadiran Macan Lawu biasanya
akan diiringi dengan peristiwa yang mengerikan, seperti penemuan mayat yang
mungkin sudah hilang berhari-hari di Gunung Lawu tersebut. Setiap malam satu
suro, banyak orang yang berbondong-bondong menuju ke Gunung Lawu untuk
bertapa atau melakukan ritual. Permintaan dari orang-orang tersebut macam-
macam, seperti minta kesaktian, kekayaan, sampai dengan minta agar segera
dipertemukan jodohnya. Permintaan tersebut dikabulkan ditandai dengan
penampakan sosok manusia berbulu loreng yang mirip dengan macan. Kemudian
apabila seorang pendaki bertemu dengan kupu-kupu hitam (KH) yang memiliki
bulatan biru di sayapnya, artinya pendaki tersebut diterima baik di Gunung Lawu.
Apabila pendaki tersebut tidak mau tertimpa nasib buruk dan ingin mendapat
berkah, sebaiknya tidak menangkap, mengganggu, menyakiti, apalagi membunuh
kupu-kupu tersebut. Dengan demikian dalam episode III ini kita temukan oposisi
biner sebagai berikut:
ML: Sosok berupa harimau yang dipercaya sebagai sosok gaib penunggu
Gunung Lawu sebagai pertanda buruk
Dalam episode ini “sosok jelmaan hewan” antara harimau dan kupu-kupu
hitam yang memiliki perannya masing-masing. Sosok harimau sebagai pertanda
buruk, sedangkan kupu-kupu hitam sebagai pertanda baik.
Episode VI (Alinea 9-13) mengisahkan tentang misteri selanjutnya yaitu
kehadiran pasar setan di Gunung Lawu yaitu sebuah pasar tak terlihat oleh mata
ini berada di jalur Candi Cetho (CC), yaitu lereng Gunung Lawu yang banyak
ditumbuhi ilalang. Sebenarnya jalur ini merupakan jalur yang paling pendek dan
cepat menuju puncak Gunung Lawu, akan tetapi jalur ini merupakan jalur yang
paling berbahaya. Hal ini disebabkan karena tanjakan-tanjakan di jalur ini sangat
terjal, jurang-jurang menganga di pinggiran track, kabut tebal sering turun yang
membuat jarak pandang begitu pendek dan memperbesar resiko tersesat. Serta
kepercayaan yang mengatakan bahwa jalur ini adalah perlintasan alam ghaib dan
kehadiran pasar setan. Oleh karena itu, jalur ini sangat berbahaya dan tidak begitu
favorit bagi para pendaki. Para pendaki lebih senang memilih dua jalur lainnya
yaitu Jalur Cemoro Kandang (CK) dan jalur Cemoro Sewu (CS).
CC: Jalur Gunung Lawu yang paling pendek, tetapi paling berbahaya.
Dipercaya sebagai perlintasan alam ghaib dan pasar setan
CK & CS: Jalur Gunung Lawu yang sedikit agak jauh tetapi aman dan
favorit bagi pendaki
Keberadaan pasar setan ini memang paling terkenal. Ada sebuah lahan
tanah di lereng Gunung Lawu ketika melintasi jalur Candi Cetho. Apabila pada
malam hari melintasi lahan ini dan mendengar suara-suara keramaian seperti
pasar, padahal tidak ada siapa pun disana dan hanya anda dan rombongan. Suara
keramaian itu adalah aktivitas makhluk ghaib di pasar setan dimana banyak orang
yang bertransaksi jual beli di pasar setan itu. Konon, ketika melewati kawasan
pasar setan ini dan mendengar ada yang berkata “Mau beli apa?” maka harus
membuang uang berapa pun nominalnya atau salah satu barang yang dimiliki.
Mitos ini dilakukan sebagai barter, layaknya jual beli dipasar agar tidak ada
makhluk halus yang mengikuti.
Raden Fatah memeluk agama Islam dan menentang agama yang dianut
ayahnya yaitu Budha. Kemudian Prabu Bhrawijaya V yang semedi dan mendapat
wangsit bahwa kerajaannya akan runtuh dan akan digantikan oleh kerajaan
anaknya Raden Fatah yaitu Kerajaan Demak.