PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendekatan
Pengembangan
terintegrasi dalam
budaya satuan
semua mata
pendidikan,
pelajaran,
Pembiasaan perilaku
dalam kehidupan di
Pelaksanaan lingkungan satuan
kegiatan kokurikuler pendidikan mulai
dan ekstrakurikuler, dari pendidikan usia
dini sampai
pendidikan tinggi.
Karakter dan Karakter Bangsa
Kebijakan Nasional (2010:7) karakter sebagai “...nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku.
Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau
sekelompok orang.
Karakter bangsa : kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman,
rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang
Karakter bangsa Indonesia diyakini akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang
tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap NKRI
Pembangunan Karakter Bangsa
Pembangunan Karakter Bangsa : “... upaya
kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan
untuk mewujudkan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang sesuai dengan dasar
dan ideologi, konstitusi, haluan negara,
serta potensi kolektifnya dalam konteks ditetapkan sejumlah strategi dasar yang
kehidupan nasional, regional, dan global mencakup “...proses sosialisasi, pendidikan
yang berkeadaban untuk membentuk dan pembelajaran, pemberdayaan,
bangsa yang tangguh, kompetitif, pembudayaan, dan kerja sama seluruh
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, komponen bangsa dan negara”
bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Ipteks
berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
PKn sebagai Democracy Education
Pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana pedagogis-ideologis dan sosial-kultural, yang diterima sebagai unsur
pengembangan keadaban /civility manusia sebagai warga negara yang wajib memberikan kontribusi signifikan dalam
menjalanakan dan mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan juga berfungsi sebagai pendidikan karakter yang bersifat multidimensional, yang
mengemban visi dan missi utuh pengembangan "civic competencies". Secara psikologis-pedagogis dalam kemampuan
tersebut terkandung sasaran edukasi : "civic knowledge, civic dispositions, civic skills, civic competence, civic confidence,
civic committment" yang bermuara pada kemampuan integratif "well informed and reasoned decision making”
Secara kurikuler dan secara sosial-kultural kewarganegaraan kesemua dimensi kemampuan itu sangat diperlukan oleh
setiap individu agar mampu memerankan diri secara perseorangan dan kolektif sebagai "participative and responsible
citizen "(CCE: 1996) atau warganegara Indonesia yang cerdas dan baik (Winataputra:2001).
Maka secara paradikmatik mencerminkan konsepsi holistik democracy education yang biasa digambarkan dalam suatu
kontinum konsentris “education about democracy”, “education in democracy”, dan “education for democracy”
2.
Konteks Filosofis, Dan Psikologis-pedagogis
Pendidikan Kewarganegaraan
Konteks Filosofis PKn
Pembelajaran PKn
(Somantri:2016) secara Sebagai implikasinya
filosofis dikembangkan para guru PKn dituntut
dalam konteks filsafat untuk menguasai
pendidikan “Reconstructed Semua guru PKn berbagai teknis mengkaji
Philosophy”, dengan tetap seyogyanya mampu mengajar seperti:
mendudukkan Pancasila berperan/bersikap decision making process,
sebagai Central Value/ide sebagai (a) scientist, (b) resolution conflict
vitalnya Tujuan Pendidikan dedicated and well approach, problem
Nasional Indonesia informed teachers solving approach dsb
A feeling of perflexity
Munculnya rasa penasaran/adanya masalah;
Development of solution, by
reasoning
Pengembangan pemecahan masalah melalui proses penalaran; dan
Testing of conclusion,
followed by reconsideration, if
necessary Menguji kesimpulan diikuti pertmbangan yang diperlukan.
Lanjutan..
Problem Solving
(Pemecahan Maslah),
Project (Proyek Belajar), Secara filosofik, akademik,
Problem-Based Learning dan pedagogik
Berpijak pada pemikiran
(Pembelajaran Berbasis dimaksudkan untuk
sintakmatik John Dewey
Masalah), Group menjadi wahana
(1910) tersebut, sampai
Investigation pedagogis dalam
dengan saat ini telah
(Pembelajaran Penelitian mengembangan
berkembang begitu
Kelompok), Social Inquiry kemampuan peserta didik
banyak model
(Penelitian Sosial), Inquiry untuk menginternalisasi
pembelajaran dengan
Oriented Transmision nilai, moral, substansi
nomenklatur baru
(Penelitian Berorientasi melalui pendekatan
Penerimaan Nilai), Value keilmuan/epistemoplogis
Inquiry (Penelitian Nilai),
dan sejenisnya
Bagaimana PKn menerapkan Pendekatan Pendidikan
Afektif?
Jawaban tentatif terhadap pengembangan nilai dan moral Pancasila adalah pendidikan
afektif
Proses batin berkenaan dengan nilai-nilai Pancasila : disaratkan agar ada pengenalan
dan pengertian tentang nilai-nilai itu
Pengenalan dan pengertian sebagai unsur kognisi dan pengamalan sebagai unsur
konasi dipandang sebagai indikator yang dapat mendorong atau menopang adanya
dan sekaligus melukiskan tumbuhnya kesadaran diri
Lanjutan..
PKn (PMP) merupakan bidang studi
yang menonjolkan pendidikan afeksi
dan perilaku disamping kognisi
Variety (keaneka-ragaman);
• Pada tingkatan heteronomi segala aturan dipandang oleh anak sebagai aturan yang
datang dari luar, jadi bersifat eksternal dan dipandang suci (sacred) karena hal itu telah
ditata dan diletakkan oleh orang dewasa.
• Sedangkan pada tingkatan autonomi anak mulai menunjukkan kebebasannya dari
pengaruh luar.