Anda di halaman 1dari 18

Novionto M. Hantoro Perubohon Status Deso Meniadi....

237

PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KETURAHAN


DALAM SISTEM KETATAN EGARAAN

THE CHANGE OF STATUS OFTHE AUTONOMOUS


I NTO T H E AD M I N IST RATIV E V I LLAG E
IN THE INDONESIA'S STATECRAFT

Novianto M. Hantoro')

Naskah diterima 9 Desember 20L3, disetujui 23 Desember 2013

abstrdct
This essay is o reseorch report of the implementation of lows and regulations on the change of status of the
outonomous villoge into the odministrative villoge. Dato collection has been conducted by spreading questionnoires,
orgonizing interviews, and focus group discussions during 2073 in Boyolali and West Lombok. Problems regarding
conflict of interest is one of the findings of this research. This research opplies a qualitative onolysis, using the
fromework of vertical division of power, placing the villoge as part of the whole community, as well as policy
implementotion. it is recommended to complete the mapping of village typology, to formulate both of bottom-up and
top-down options which uphold democrocy, and olso to provide a settlement of disputes.

Keywords: desa, kelurohon, outonomus village, odministrotive villoge, statecraft, lndonesio

abstrak
Tulisan inimerupakan hasil penelitian terhadap implementasi peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perubahan status desa menjadi kelurahan. Melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan pertanyaan
tertufis, wawancara, dan Focus Group Discussion, di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Lombok Barat ditemukan
adanya permasalahan. Permasalahan diidentifikasi karena kebijakan tersebut mengandung konflik kepentingan.
Melalui analisa kualitatif dengan menggunakan kerangka pemikiran pembagian kekuasaan secara vertikal dan desa
sebagai suatu kesatuan masyarakat, serta implementasi kebijakan, direkomendasikan untuk menuntaskan terlebih
dahulu pemetaan tipologi desa di Indonesia; merumuskan opsi lain dalam kebijakan perubahan status desa menjadi
kef urahan yang bukan hanya secara bottom-up melainkan juga top-down dengan tetap memperhatikan demokrasi; dan
menyediakan rumusan untuk penyelesaian sengketa.

Kata kunci: desa, kelurahan, ketatanegaraan

Kesatuan Republik Indonesia.l Pengaturan lebih


l. Pendahuluan lanjut mengenai desa diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
A. Latar Belakang Desa. Peraturan Pemerintah tentang Desa
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan pengertian yang sama mengenai
tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) desa dengan (UU Pemda).
memberikan pengertian mengenai desa atau Pengertian desa berbeda dengan
yang disebut dengan nama lain, sebagai kelurahan. UU Pemda tidak memberikan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki pengertian mengenai. kelurahan, namun
batas batas wilayah yang berwenang untuk demikian, Pasal LzO ayat (2) UU pemda
mengatur dan mengurus kepentingan menyatakan: "Perangkat daerah
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah,
dan adat istiadat setempat yang diakui dan sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara daerah, kecamatan, dan kelurahan". Dengan
'lPeneliti Madya Bidang Hukum Konstitusi pada pusat pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (p3Dl), Sekretariat Jenderal DpR Rl. 'Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentant
Alamat e-mor'l: nmhantoro@Vahoo.com. Pemerintahan Daerah.
238 Koiion Vol. 78 No. 4 Desember 2073

kata lain, kelurahan merupakan bagian dari Mahkamah Agung.3 Sementara perubahan
perangkat daerah kabupaten/kota. status Desa Gerung Utara, Desa Gerung
Berdasarkan hal tersebut, perbedaan mendasar Selatan, dan Desa Dasan Deres Kecamatan
desa dan kelurahan adalah desa sebagai sebuah Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa
kesatuan masyarakat hukum memiliki otonomi Tenggara Barat pada tahun 2010 pernah ditolak
yang bersifat pengakuan, bukan pemberian dari oleh DPRD.a
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
sedangkan kelurahan merupakan perangkat bahwa perubahan status desa menjadi
daerah kabupaten/kota, sehingga kelurahan kelurahan dalam implementasinya ada yang
hanya menjadi perangkat dalam pelaksanaan menimbulkan permasalahan. Permasalahan
otonomi di daerah kabupaten/kota. Adapun tersebut perlu diselesaikan secara hukum, baik
perbedaan pokok lainnya meliputi masalah dengan cara pencegahan melalui konstruksi
pengisian jabatan kepala desa/lurah, perangkat rumusan peraturan perundang-undangan yang
desa/pegawai kelurahan masalah dan lebih baik maupun mengatur secara jelas
keuangan. mekanisme penyelesaian sengketa agar tidak
Secara yuridis, dimungkinkan adanya berlarut-larut dan menghambat pembangunan.
perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan. Beberapa penulisan dan kajian pernah
Pasal 200 ayat (3) UU Pemda menyebutkan mengulas mengenai perubahan status desa
"Desa di kabupaten/kota secara bertahap menjadi kelurahan. Tulisan ini menganalisis
dapat diubah atau disesuaikan statusnya tentang bagaimana kedudukan tanah bengkok
menjadi kelurahan sesuai dengan usul dan setelah adanya perubahan desa menjadi
prakarasa pemerintah desa bersama badan kelurahan. Berbeda dengan penelitian yang
permusyawaratan desa yang ditetapkan oleh pernah dilakukan sebelumnya, penelitian ini
Perda". Ketentuan ini kemudian ditindaklanjuti akan menggunakan sudut pandang kajian
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri hukum tata negara dan tata pemerintahan.
Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
Penghapusan, Penggabungan Desa, dan perubahan status desa menjadi kelurahan
Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. dalam sistem ketatanegaraan dengan tujuan
Berdasarkan ketentuan tersebut, telah meninjau implementasi dari peraturan
banyak perda yang dihasilkan oleh pemerintah perundang-undangan yang berlaku, memahami
kabupaten/kota untuk mengubah status desa dan menganalisis upaya hukum yang dilakukan
menjadi kelurahan. Namun demikian, pro dan apabila terjadi perselisihan dan merekonstruksi
kontra terhadap perubahan status tersebut peraturan perundang-undangan yang mengatur
juga banyak terjadi di masyarakat. Beberapa mengenai perubahan desa menjadi kelurahan
contoh misalnya perubahan Desa Kemiri dan agar lebih baik berdasarkan hasil analisis
Desa Mojosongo, Kecamatan Mojosongo di terhadap permasalahan di daerah.
Kabupaten Boyolali, Desa Gerung Utara, Desa
Gerung Selatan, dan Desa Dasan Deres, B. Perumusan Masalah
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Dalam kurun waktu tahun 2005 sampai
serta Desa Banjar Sari dan Desa Geres di dengan 20t2, terdapat kurang lebih 80 perda
Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok kabupaten/kota yang telah mengubah status
Timur.2 Warga Desa Kemiri dan Mojosongo
keberatan dengan perubahan status tersebut,
bahkan mengajuka n judicial review ke t "Warga Ajukan Yudicial Reviuw (src/) Relokasi Kantor Pemkab"
http://soloravaon line.com/2012l05/04/warsa-aiukan-vudicia l-reviuw-
relokasi-kantor-pemkab/ diakses tanggal 18 Februari 2013.
a"Penolakan Raperda Perubahan Status Desa
'"BPMPD Kaji Perubahan Status Desa jadi Kelurahan" Keputusan DPRD Lobar Oipertanyakan"
http://www.eomons.com/2012105/08/16030/bompd-kaii-perubahan- http://www.suarantb.com/2010/10/25lSosial/detil2%203.html diakses
status-desa-iadi-kelurahan/ diakses tanggal 19 Februari 2013. pada tanggal 10 Mei 2013.
Novionto M. Hdntoro Perubahon Stotus Deso Meniadi".' 239

desa menjadi kelurahan.s Secara yuridis hal pemerintahan, misalnya antara pemerintah
tersebut memang dimungkinkan, namun bukan pusat dengan dan pemerintah daerah dalam
berarti di dalam implementasinya tidak negara kesatuan, atau antara pemerintah
menimbulkan permasalahan. federal dan pemerintah negara bagian
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam suatu suatu negara federal.
permasalahan pokok yang hendak dikaji di b. Secara horizontal, yaitu pembagian
dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah kekuasaan menurut fungsinya. Dalam
perubahan status desa menjadi kelurahan pembagian ini lebih menitikberatkan pada
dalam sistem ketatanegaraan? Adapun pembedaan antara fungsi pemerintahan
pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian yang bersifat legislatif, eksekutif dan
ini adalah: yudikatif.
1. Bagaimana ketentuan dan implementasi Menurut Jimly Asshiddiqe, pembagian
peraturan perundang-undangan mengenai kekuasaan bersifat vertikal dalam arti
perubahan status desa menjadi kelurahan? perwujudan kekuasaan itu dibagikan secara
2. Upaya hukum apa yang dapat ditempuh vertikal ke bawah kepada lembaga-lembaga
apabila terjadi perselisihan atau sengketa tinggi negara di bawah lembaga pemegang
dalam perubahan status desa menjadi kedaulatan rakyat.T Miriam Budiardjo membagi
kelurahan? pembagian kekuasaan ke dalam dua cara, salah
3. Bagaimana ketentuan peraturan perundang- satunya adalah pembagian kekuasaan secara
undangan sebaiknya mengatur mengenai vertikal. Pembagian kekuasaan secara vertikal
desa dalam sistem ketatanegaraan? yaitu pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud
C. Tujuan Penelitian ialah pembagian kekuasaan antara beberapa
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah tingkatan pemerintahan.s Sementara Carl J.
untuk: Friedrich memakai istilah pembagian kekuasaan
1. Mengetahui dan menganalisis ketentuan secara teritorial (territorial division of power).
dan implementasi peraturan perundang- Pembagian kekuasaan semacam ini dengan
undangan mengenai perubahan status desa jelas dapat ditemukan baik di negara kesatuan,
menjadi kelurahan. negara federal, maupun negara konfederasi.s
2. Mengetahui dan menganalisis upaya hukum Pembagian kekuasaan secara vertikal di
yang dilakukan apabila terjadi perselisihan dalam Negara kesatuan diuraikan Agus Salim
atau sengketa dalam perubahan status desa Andi Gadjong sebagai berikut:10 Secara vertikal,
menjadi kelurahan. bentuk negara kesatuan memperlihatkan
3. Memberikan alternatif pengaturan terdapatnya wewenang legislatif tertinggi
mengenai desa dengan undang-undang dipusatkan di satu badan legislatif nasional.
dalam sistem ketatanegaraan. Sementara itu kekuasaan berada di tangan
pemerintah pusat dengan kewenangan
D. Kerangka Pemikiran memberikan sebagian kekuasaannya kepada
daerah sesuai hak otonomi yang dimiliki daerah
1. Pembagian Kekuasaan secara Vertikal tersebut. Sehingga hakekat atau prinsip negara
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan kesatuan adalah kedaulatan tidak terbagi.
dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu:6
a. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan
menurut tingkatnya, yaitu pembagian
kekuasaan antara beberapa tingkat 'Juanda, Hukum Pemerintohon Doeroh Posong Surut Hubungon
Kewenongan ontoro DPRD don Kepalo Daeroh, Bandung: Penerbit
Alumni, 2008, hal.39.
5
Produk Hukum Perda Kabupaten/Kota httpN /www.kemendogri.go.id/, 'tbid., har. 4L.
diakses tanggal 10 Mei 2013. "tbid.
tzuf 1%gus
Afdi Ardian, Hukum Toto Negoro, Jakarta: pradnya paramita, 1994, Safim Andi Gadjong. Pemerintohon Doeroh Kajian Potitik Don
hal. 62. Hukum, Bogori Ghalia Indonesia . 2007, hal. 7 L-72.
240 Kojian Vol. 78 No. 4 Desember 20Ji

2. Desa dan Kelurahan Namun demikian, dalam melaksanakan hak,


Menurut H.A.W. Widjaja, desa adalah kewenangan dan kebebasan dalam
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai penyelenggaraan otonomi, desa harus tetap
susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang menjunjung nilai-nilai tanggu ngjawab terhadap
bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, menekankan bahwa desa adalah bagian yang
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan tidak terpisahkan dari bangsa dan negara
pemberdayaan masyarakat.ll Sementara Pasal Indonesia.
1 angka 12 UU Pemda mengartikan Desa atau Selain mengatur tentang desa, UU Pemda
yang disebut nama lain adalah kesatuan juga mengatur tentang kelurahan. Ketentuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas UU menetapkan bahwa kelurahan merupakan
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan perangkat daerah Kabupaten/t<ota yang
mengurus kepentingan masyarakat setempat, dibentuk di wilayah kecamatan dengan perda.13
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat Dengan kata lain, kelurahan adalah wilayah
setempat yang diakui dan dihormati dalam kerja lurah sebagai perangkat daerah
sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik kabupaten /kota dalam wilayah kerja
Indonesia. Dengan demikian, pengertian Desa kecamatan.la Perangkat daerah kabupatenl
menurut Widjaja dan UU Pemda sama-sama kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat
menyebutkan bahwa desa merupakan sebuah DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,
komunitas yang mempunyai wewenang kecamatan, dan kelurahan. Dengan demikian,
mengatur dirinya sendiri atau kepentingan kelurahan merupakan perangkat daerah
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial kabupaten/kota yang paling bawah.
budaya setempat. Dengan kata lain, desa Kelurahan dipimpin oleh lurah yang
memiliki otonomi asli yang perlu mendapat dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
perhatian dalam kerangka penyelenggaraan pelimpahan dari bupati/walikota.ls Dengan
pemerintahan, khususnya penyelenggaraan demikian, kelurahan merupakan perwujudan
otonomi daerah. dari dekonsentrasi dalam pemerintahan daerah
Widjaja menyatakan bahwa otonomi desa dari Bupati/Walikota kepada Lurah sebagai
merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta instansi vertikal di bawahnya. Oleh karena itu,
bukan merupakan pemberian dari pemerintah. lurah diangkat oleh bupati/walikota atas usul
Sebaliknya pemerintah berkewajiban camat dari pegawai negeri sipil (PNS) yang
rnenghormati otonomi asli yang dimiliki oleh menguasai pengetahuan teknis pemerintahan
desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
hukum yang mempunyai susunan asli peraturan perundang-undangan.16 Dalam
berdasarkan hak istimewa, desa dapat melaksanakan tugasnya sebagai perangkat
melakukan perbuatan hukum baik hukum daerah lurah bertanggung jawab kepada
publik maupun hukum perdata, memiliki bupati/walikota melalui camat.17
kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan Berdasarkan uraian di atas, maka
menuntut di muka pengadilan.12 terdapat perbedaan antara desa dan kelurahan
Otonomi yang dimiliki oleh desa berbeda seperti terlihat pada tabel berikut:
dengan otonomi yang dimiliki oleh provinsi
maupun kabupaten/kota. Otonomi yang
dimiliki oleh desa didasarkan pada asal-usuldan
adat istiadatnya, bukan berdasarkan
penyerahan wewenang dari Pemerintah.
13
Pasal 120ayat (2) jo. Pasal I27 ayat(l) UU Nomor32Tahun 2004.
'" Penjelasan Pasal !27 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004.
" H.A.W Widjaja, Otonomi Desa Merupakon Otonomi yang Asli, Butot, rs
Pasal 127 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004.
don Utuh,,Jakarta: Raja Grafindo persada, 2003, hal.3. 16
Pasal 127 ayat (4) UU Nomor 32 Tahun 2004.
p
tbid. hal. L6s. 17
Pasal 127 ayat (5) UU Nomor 32 Tahun 2004.
Novionto M. Hontoro Perubohon Stotus Deso Meniodi.-.-
24L

Tabel L Dua perspektif awal dalam studi


Perbedaan antara Desa dan Kelurahan implementasi didasarkan pada pertanyaan
Desa Kelurahan sejauhmana implementasi terpisah dari
Kesatuan masYarakat Wilayah kerja Lurah dalam formulasi kebijakan, yakni apakah suatu
hukum wilayah Kecamatan
kebijakan dibuat oleh Pusat dan
(wilayah administrasi)
Perangkat daerah
diimplementasikan oleh Daerah (bersifat lop-
Otonom
Kabupaten/Kota Downl atau kebijakan tersebut dibuat dengan
Penyerahan wewenang Pelimpahan wewenang melibatkan aspirasi dari bawah termasuk yang
(desentralisasi) dan (Dekonsentrasi) akan menjadi para pelaksananYa (Bottom-Up).
oengakuan asal usul Desa Padahal persoalan ini hanya merupakan bagian
Wewenang mengatur dan Wewenang mengurus
dari permasalahan yang lebih luas, yakni
mengurus
Memiliki badan legislatif Tidak memiliki badan bagaimana mengidentifikasikan gambaran-
(BPD) leeislatif gambaran dari suatu proses yang sangat
Kepala Desa diPilih Diangkat dari PNS kompleks, dari berbagai ruang dan waktu, serta
langsung oleh rakYat atau beragam aktor yang terlibat di dalamnya.
berdasarkan hukum adat Eugene Bardach menulis hasil analisisnya
Kepala Desa Pada dasarnYa Lurah bertanggung jawab
bertanggung jawab kePada kepada Walikota/Bupati
dari berbagai kasus yang diteliti tentang
rakyat Desa Yang melalui Camat implementasi kebijakanan dalam bukunya yang
disampaikan kePada berjuduf The lmplementotion Gome: What
Bupati/Walikota melalui happen after become a Law? la
o bill
Camat menyatakan bahwa proses politik dalam suatu
Sumber'. Aidul Fitriciada Azhari, Perubahan Status Desa menjadi
Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah: Perspektif Hukum policy tidak berhenti hanya pada saat
Ketatanegaraan, makalah disampaikan pada Diskusi Kelompok penyusunannya, tapi juga sampai pada tahap
Terarah tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan pelaksanaan kebijakan tersebut. Berbagai trik
dalam Sistem Ketatanegaraan di Provinsi Jawa Tengah,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 22 Juni 2013.
politik berlangsung saat sebuah policy
dijalankan, sehingga seringkali tujuan utama
3. lmplementasi Kebijakan dari policy tersebut justru tidak tercapai.
Hargrove menyatakan menyatakan Menurutnya, sebuah implementasi adalah
selama ini studi tentang public policy hanya suatu permainan tawar-menawar, persuasi,
menitikberatkan pada studi tentang proses dan manuver di dalam kondisi ketidakpastian
pembuatan kebijakan dan studi tentang oleh orang-orang dan kelompok-kelompok
evaluasi, tetapi mengabaikan permasalahan guna memaksimalkan kekuasaan dan pengaruh
pengimplementasian. Proses administrasi mereka. Hal ini terjadi karena kontrol rasional
antara formulasi kebijakan dan hasil kebijakan organisasi tidak dapat berjalan dengan
dianggap sebagai kotak hitam (black box) yang sendirinya pada policy Vang dijalankan oleh
tidak berhubungan dengan kebijakan (terutama berbagai aktor dan institusi, atau dengan kata
karena budaya administrasi di negara Inggris lain, proses implementasi itu sudah dengan
yang bersifat relatif tertutup). Sampai akhir sendirinya berpotensi memunculkan konflik
tahun 1950-an anggapan umum adalah bahwa kepentingan dan kekuasaan di antara para
mandat politik dalam policy sudah sangat jelas aktor pelaksananya. Permainan yang demikian
dan orang-orang administrasi akan tentu bisa berakibat tidak sehat bagi
melaksanakannya sesuai dengan yang implementasi sebuah policy, karena dapat
18
diinginkan oleh "bos" mereka. mengakibatkan:1s
1. Terpecahnya sumberdaya;
tsErwin Horgrove (1975) The Misssing Link: The Study ol
2. Kaburnya tujuan;
lmplementotion of Sociol Policy dolam Rochyoti W. Teori lmplementosi
Kebijokon Publik,
http://rochvoti-w-t-
fisi p. web. u ndi r. oc. i d /o rti ke I d etd il-69 5 84- Um u m -
P E N DE %20/. E 2% 80Y"9 3 % 2OT E O R I % 2OI M P LE
KAT AN%2ODAN% 2 OT E O RI

MENTASI%20/\2O%2O%2OKEBUAKAN%20PUBLlK.html, diokses tonggal


23 April 2012.
242 Kojion Vol. 78 No. 4 Desember 20lj

3. Dilema dan kesulitan-kesulitan administrasi; Ketatanegaraan ini menggunakan metode


dan penelitian hukum empiris normatif.22 Metode
4. Terkurasnya energi. penelitian empiris-normatif merupakan
gabungan dari terminologi 'metode penelition
Untuk mengatasi atau meminimalisir hukum empiris' dan'metode penelitian hukum
dampak buruk permainan politik yang pada normotif .' Berdasarkan ruang lingkup
akhirnya merugikan kepentingan masyarakat permasalahan yang telah diuraikan di atas,
yang seharusnya menjadi tujuan utama dari penelitian ini dilakukan secara normatif
sebuah kebijakan, maka pembuat kebijakan terhadap ketentuan peraturan perundang-
harus memberikan perhatian ekstra terhadap undangan yang mengatur mengenai perubahan
dua hal:20 status desa menjadi kelurahan, kemudian
1. Penulisan skenario implementasi (scenario secara empiris dilakukan terhadap
writing). Artinya pembuat policy harus implementasinya di daerah yang menjadi studi
memperkirakan bagaimana skenario proses kasus. Penelitian lapangan dilakukan di
implementasinya berikut syarat-syarat yang Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah pada
dibutuhkan agar policy tersebut dapat tanggal L7-23 Juni 2OI3 dan Kabupaten
dilaksanakan dengan baik (tujuan dan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada
sasaran yang jelas, komunikasi, siapa tanggal 9-15 September 2OI3.
pelaksanannya, koordinasi antarpelaksana,
sumberdaya yang cukup, dan lain-lain). 2. RuangLingkup
Dengan penulisan skenario implementasi ini Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri
kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul Dalam Negeri Republik lndonesia Nomor 18
dalam proses implementasi akan lebih Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah
mudah diantisipasi. Administrasi Pemerintahan, jumlah desa di
2. Fixing the Game. Artinya politisi (the Topl fndonesia saat ini adalah 72.944 Desa dan
yang berkepentingan dengan pencapaian 8.309 Kelurahan. Selanjutnya antara tahun
tujuan sebagaimana yang tertuang dalam 2OO4-20t2 terdapat kurang lebih 80 peraturan
policy, harus mengikuti keseluruhan jalannya Daerah di beberapa kabupaten/kota yang
dan segera memperbaiki
implementasi mengubah status desa di wilayahnya menjadi
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi kelurahan. Di dalam satu perda, bisa terdapat
di antara para implementor (jika perlu satu desa, namun bisa pula beberapa desa
dengan tawar-menawar, persuasi, manuver, sekaligus yang diubah statusnya menjadi
dan lain-lain). kelurahan. Penelitian ini tidak mungkin
Dalam tulisan lebih lanjut pada bukunya dilakukan di semua wilayah kabupaten/kota.
Getting Agencies to work Together (1ggg), Selanjutnya, penelitian ini bukan menganalisis
Bardach mengakui peran penting para mengenai rencana perubahan desa menjadi
pefaksana tingkat bawah (the street level) kelurahan dengan meninjau terpenuhinya
dalam suatu implementasi kebijakan, dan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dan
menekankan pentingnya pendekatan informal bukan pula meneliti persepsi masyarakat desa
dengan mereka, bahkan berkolaborasi jika tersebut terhadap rencana perubahan status
perf u, demitercapainya tujuan policy.2L desanya menjadi kelurahan, melainkan
bagaimana implementasi ketentuan peraturan
E. Metode Penelitian perundang-undangan yang mengatur
1. Jenis dan Sifat Penelitian perubahan status desa menjadi kelurahan
Penelitian tentang perubahan Status mulai dari undang-undang, peraturan
Desa menjadi Kelurahan dalam Sistem pemerintah, dan peraturan lainnya yang
'olbid t'Suryono
Soekanto, Mengenol Antropologi Hukum, Bandung: penerbit
"lbid Alumni, 1982, hal 9.
Novionto M. Hontoro Perubohon Stotus Deso Meniodi.... ?43

diwujudkan dalam bentuk Perda. Di dalam melaksanakan Focus Group Discussion (FCD)
implementasinya, terdapat kemungkinan dengan akademisi.
adanya sengketa atau keberatan dari beberapa
pihak, namun ada pula yang berjalan lancar 4. Metode Analisis Data
dalam arti tidak ada sengketa atau keberatan. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
3. Metode PengumPulan Data yaitu analisis yang menguraikan data penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan data menjadi komponen-komponen melalui
sekunder dan data primer. Penggunaan data rangkaian kata dan atau gambar. Analisis di
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dalam penelitian ini akan dilakukan secara
dengan mengumpulkan bahan hukum primer induktif, dengan menggunakan data di dua
dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum kabupaten tersebut, akan dianalisis mengenai
primer merupakan bahan hukum Yang implementasi sebuah peraturan dan
mengikat, bersifat autoritatif artinya permasalahan apa yang terjadi dalam
mempunyai otoritas.23 Sedangkan bahan implementasinya. Analisis dilakukan secara
hukum sekunder adalah bahan hukum yang yuridis. Dari analisis tersebut akan ditarik
memberikan penjelasan mengenai bahan manfaat untuk memperbaiki/memperjelas
hukum primer.2a Sedangkan bahan hukum rumusan di dalam peraturan perundang-
tertier, yakni bahan-bahan yang memberi undangan dan menyediakan sarana untuk
petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan penyelesaian sengketa melalui perumusan
hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus- norma-norma. Lebih jauh lagi, konstruksi
kam us (h ukum), ensiklopedia, indeks kum ulatif, hukum tersebut akan dianalisis dalam
dan sebagainya. kaitannya dengan ketatanegaraan atau
Dalam penelitian ini, bahan hukum konstitusi, khususnya keterkaitannya dengan
primer yang digunakan adalah peraturan Pasal 188 ayat (2) UUD 1945 atau memaknai
perundang-undangan yang berkaitan dengan posisi sebuah susunan masyarakat hukum
ketentuan yang mengatur perubahan desa terkecil dalam Negara Kesatuan Republik
menjadi kelurahan. Sedangkan bahan hukum lndonesia.
sekunder adalah hasil penelitian, hasil karya
ilmiah, dan buku-buku ilmiah mengenai ll. Hasil dan Pembahasan
permasalahan tersebut.
Berkaitan dengan penelitian hukum A. Hasil Penelitian
empiris, pengumpulan data yang tergolong
data primer dilakukan dengan studi lapangan 1. Perubahan Status Desa meniadi Kelurahan
yaitu dengan melakukan wawancara. di Kabupaten Boyolali
Wawancara dilakukan guna mendapat jawaban Sejak berlakunya UU Pemda, terdapat 1
langsung dari para informan yaitu pemangku (satu) peraturan daerah yang mengatur
kepentingan atau narasumber terkait, antara perubahan status Desa menjadi Kelurahan di
lain pemerintah kabupaten fkota, DPRD Kabupaten Boyolali, yaitu Peraturan Daerah
kabupaten/kota, kepala desa/perangkat desa, Kabupaten Boyolali Nomor 19 Tahun 2005
Badan Permusyawaratan Desa, termasuk pihak- tentang Pembentukan,
Pemekaran,
pihak yang mengajukan keberatan dan instansi Penghapusan dan/atau Penggabungan
pusat maupun daerah yang terkait lainnya. Kelurahan. Desa yang ditetapkan statusnya
Selain dengan wawancara, pengumpulan data menjadi kelurahan adalah Desa Mojosongo
secara langsung juga dilakukan dengan Kecamatan Mojosongo dan Desa Kemiri
Kecamatan Mojosongo.2s
2sPeter
Mahmud Marzuki, Penetition Hukum, Jakaftai Kencana Prenada
Media Group, Cetakan ke-5, 2009, hal. 141.
2aBambang 25
Sunggono, Metodologi Penelition Hukum (Suatu Pengontor), Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten Boyolali atas pertanyaan
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 117. penelitian nomor 1.
244 Kajian Vol. 18 No. 4 Desember 2013

Pertimbangan Pemerintah Daerah bersama pemerintahan desa, tokoh masyarakat


Kabupaten Boyolali untuk mengubah status dan instansi yang terkait.2s
desa menjadi kelurahan adalah atas aspirasi Hasil penelitian lebih lanjut, menemukan
dari masyarakat setempat yang disampaikan beberapa data dan pendapat sebagai berikut:2e
kepada Bupati melalui Camat yang diusulkan 1. Rencana peralihan status desa Mojosongo
oleh kepala desa dengan persetujuan Badan dan Kemiri menjadi kelurahan tidak bisa
Permusyawaratan Desa (BPD).26 Kajian dilepaskan dari adanya ambisi bupati, untuk
terhadap perubahan status desa menjadi memindahkan kantor kabupaten Boyolali ke
kelurahan dilihat dari aspek:27 daerah dua desa tersebut. Cara itu dilakukan
a. Prasarana dan sarana pemerintahan; sarana untuk mempermudah melakukan "akuisisi"
dan prasarana pemerintahan yang memadai asset dua desa tersebut, guna menyediakan
dengan harapan akan meningkatkan lahan untuk lokasi pembangunan kantor
pelayanan pada masyarakat, meningkatkan kabupaten. Pasal 2OI ayat (2) UU No.
kinerja aparatur kelurahan. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
b. Potensi ekonomi; akan meningkatkan menyebutkan: "Dolom hol desa berubah
perekonomian masyarakat, akan stotusnya menjadi kelurohan, kekayoannya
memberdayakan pelaku usaha (UKM) dalam menjodi kekoyaan daerah dan dikelolo oleh
wilayah tersebut dan akan mengomptimal- kelurahon yang bersongkutan". Kemudian
kan sumber daya manusia dan sumber daya dipertegas Pasal 6 ayat (1) PP No. 72 Tahun
alam pada wilayah tersebut. 2005 Tentang Desa: "Desa yong beruboh
c. Kondisi sosial budaya masyarakat; statusnya menjadi Kelurohon, kekoyaannya
menumbuhkan budaya partisipasi menjadi kekayoan daeroh don dikelola oleh
masyarakat yang tinggi (pemberdayaan kelurohan yang bersangkutan untuk
masyarakat), merubah perilaku masyarakat kepe nti ngo n mosyo ro kot sete m pot".
yang statis menjadi masyarakat yang
dinamis dan merubah paradigma 2. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut,
masyarakat menuju masyarakat yang bupati membuat desain peralihan status
mandiri. desa menjadi kelurahan melalui Rencana
Dalam implementasi perubahan status Pembangunan Jangka Menengah Daerah
desa menjadi kelurahan tersebut diakui ada (RPJMD)Tahun 2OL0-20L5. Hal itu kemudian
sebagian kecil masyarakat yang tidak setuju tertuang dalam Peraturan Daerah No 4
diadakan perubahan karena belum memahami Tahun 2010 tentang RPJMD Tahun 2OtO-
maksud dan tujuan perubahan status desa 20L5. Sebagaimana disebutkan dalam hal lX-
menjadi kelurahan yang akan mewujudkan 4, bahwa peralihan 2 (dua) desa menjadi
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan kelurahan dijadikan sasaran dan indikator
masyarakat serta melaksanakan fungsi kinerja prioritas reformasi birokrasi dan tata
pemerintahan agar berdayaguna dan kefola Kabupaten Boyolali 2OLL-zOLS.
berhasilguna. Upaya yang dilakukan oleh 3. Munculnya "Peraturan Daerah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk Boyolali Nomor 6 tahun 2OtI tentang
mengantisipasi, mencegah atau mengatasi Penetapan Perubahan Status Desa
kendala dan permasalahan tersebut dilakukan Mojosongo dan Desa Kemiri Menjadi
dengan melakukan sosialisasi dan koordinasi Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Kemiri

a lowoban tertulis Pemerintoh Kobupoten Boyoloti otds pertonyoon


penelitian nomor 5 don nomor 6.
2s
Disampaikan oleh BKBH Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
" Jowobon tertulis pemerintoh Kabupaten Boyoloti dtds peftonyoon Surakarta, selaku kuasa hukum masyarakat, Thontowi Jauhari,
penelition nomor 2,
2' Perolihan Status Deso Menjadi Kelurohon (Kosus Deso Mojosongo
lowoban tertulis pemerintoh Kobupoten goyolati otas penanydon dan Kemiri, Kec. Mojosongo, Kab. Boyototi), makalah disampaikan
penelition nomor 3.
dafam FGD di Universitas Muhammadiyah Surakarta, 22 Juni 2OL3.
Novionto M. Hontoro Perubahon Stotus Desa Menjodi.... 245

Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali" a. Di wilayah kabupaten Lombok Barat setelah


menjadi kontroversi karena: menjadi daerah otonom baru yang terpisah
a. dokumen Ranperda tentang peralihan dari Kota Mataram dalam kurun waktu 17
status yang diajukan Bupati ke DPRD tahun sampai dengan mekar dengan
diduga menggunakan dokumen yang Kabupaten Lombok Utara, belum ada
dipertanyakan keabsahannya. Warga satupun wilayah dengan status kelurahan;
melaporkan ke kepolisian terkait tanda b. Hampir semua wilayah yang ada di ibukota
tangan warga yang dipalsukan untuk kecamatan di 10 (sepuluh) kecamatan yang
kepentingan pembuatan dokumen ada di Kabupaten Lombok Barat, luas desa
tersebut, yakni benomor: Polisi yang semula berkategori agraris berubah
No.STP /22/ IL|AOL2|RESKRIM tanggal 19 menjadi non agraris menuju kota wilayah
Februari 2072. zona perdagangan dengan mata
b. bahwa masyarakat Desa Mojosongo dan pencaharian yang beragam;
Desa Kemiri, tidak pernah mempunyai c. Ketiga Desa yang berubah status menjadi
aspirasi untuk mengalihkan Desa kelurahan tersebut terletak di pusat ibukota
Mojosongo dan Desa Kemiri menjadi Kabupaten Lombok Barat;
kelurahan. Aspirasi masyarakat yang d. Ketiga desa yang berubah status tersebut,
disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) nantinya diharapkan menjadi perintis dan
penduduk desa yang mempunyai hak pilih acuan
itu tidak pernah ada. Proses yang ada Berdasarkan kajian sarana dan prasarana,
adalah musyawarah di setiap RT yang dari 119 Desa dan 3 Kelurahan di Kabupaten
agendanya membahas perubahan status Lombok Barat, semuanya sudah memiliki
desa menjadi kelurahan, namun proses kantor desa yang layak dan memadai. Dari
musyawarah tersebut banyak potensi ekonomi, setelah perpindahan ibukota
dimanipulasi dan bahkan fiktil banyak Kaupaten Lombok Barat dari Mataram ke
tanda tangan warga yang dipalsu. Gerung pada tahun L997, berakibat adanya
Pemalsuan dilakukan karena perubahan pada segala sektor. Kecamatan
pemerintahan desa dipaksa oleh Gerung yang semula hampir seratus persen
pemerintahan di atasnya untuk membuat luas wilayahnya adalah daerah agraris berubah
dokumen usulan perubahan status desa menjadi daerah perdagangan dan jasa. Jenis
menjadi kelurahan. usaha semakin beragam. Berdasarkan kondisi
sosial budaya, masyarakat dan penduduk
2. Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan Gerung yang semula homogen dan hampir
di Kabupaten Lombok Barat seluruhnya berasal dari satu rumpun, kini
Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 didiami berbagai agama, suku, dan ras dari
tentang Pemerintahan Daerah beserta berbagai status.32
perubahannya, terdapat L (satu) Perda Ada pun tahapan perubahan status desa
perubahan status desa menjadi kelurahan, menjadi kelurahan tersebut dijawab secara
yaitu Perda Nomor 2 Tahun 2OL2 yang normatif dengan mengacu pada peraturan
mengubah 3 (tiga) desa menjadi kelurahan, perundang-undangan. Dalam implementasinya
yaitu Desa Dasan Deres, Desa Gerung Utara, terdapat resistensi berupa penolakan keras di
dan Desa Gerung Setatan.3o masyarakat maupun di jajaran pemerintah
Adapun pertimbangan perubahan status desa. Hal ini terbukti setelah dilakukannya
desa tersebut adalah:31 sosialisasi di masing-masing kecamatan.
Keberatan dan penolakan yang paling utama
adalah penolakan yang berasal dari perangkat
'0 lowoban tertulis Pemerintoh Kobupaten Lombok Borot terhodop
pertdnyoon penelition nomor 7.
il Jowobon tertulis Pemerintoh Kobupoten Lombok Barot terhodop 32
Jowobon tertulis Pemerintoh Kobupoten Lombok Borat terhodop
pertanyoan penelitian nomor 2. pertonyoon penelitian nomor 3.
246 Kajian Vol. 78 No. 4 Desember 2073

desa, tetapi secara umum penolakan dari yang ada. Untuk mengantisipasi
masyarakat sebenarnya hampir tidak ada. permasalahan tersebut, sebagai tindak
Penolakan ada karena adanya provokasi, lanjut Permendagri No. 28 Tahun 2005 yang
Penolakan kedua terjadi pada saat proses pertama sekali dilakukan oleh Pemkab
perubahan status/pembahasan perda Lombok Barat adalah pembuatan Peraturan
perubahan status di DPRD Lombok Barat, akan Bupati tentang pedoman/petunjuk teknis
tetapi setelah perda disetujui dan diundangkan, perubahan status desa menjadi kelurahan
penolakan maupun keberatan hampir tidak (Peraturan Bupati Lombok Barat No. 5 Tahun
terjadi sama sekali, sampai dengan 2010, di dalamnya diatur tentang reposisi
ditempatkannya PNS dari Kabupaten Lombok tugas Kepala Desa/Perangkat Desa yang
Barat eselon lV/a dan lV/b.33 akan diberhentikan. Jika diberhentikan
Adapun upaya yang dilakukan oleh apakah memilih menjadi tenaga kontrak
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk atau mendapatkan pesangon.
mengantisipasi dan mengatasi kendala/ b. Kemudian setelah Perda tentang perubahan
permasalahan tersebut antara lain dengan status desa bersangkutan ditetapkan, maka
terus menerus berupaya mengadakan transisi pertama adalah semua nomenklatur
pendekatan kepada desa dan perangkatnya sebutan desa diubah menjadi sebutan
serta BPD yang akan diubah statusnya. Selain kelurahan dan masalah administrasi lainnya.
itu, setelah perda perubahan status ditetapkan, Selama waktu menunggu penempatan pNS,
tidak serta merta dilakukan peleburan dan SDM yang ada masih diberdayakan sampai
penempatan PNS di 3 (tiga) Kelurahan tersebut, dengan diberikannya status yang baru atau
tetapi diadakan masa transisi hampir satu pesangon sesuai dengan Peraturan Bupati
tahun setelah perda ditetapkan dan setelah No. 5 Tahun 20LO, dan yang memenuhi
kewajiban pemda terhadap desa maupun syarat akan diusulkan menjadi tenaga
perangkatnya selesai. Dalam masa transisi kontrak.
hampir setahun tersebut, sesuai peraturan
Bupati Lombok Barat terdapat klausul bahwa B. Pembahasan
Kepala Desa setelah ditetapkannya Perda 1. Ketentuan dan lmplementasi
diberikan kesempatan untuk melanjutkan masa Dalam kehidupan ketatanegaraan, tidak
jabatannya dengan sebutan lurah dan diangkat dapat dihindari adanya perubahan dan
sebagai lurah dengan terlebih dahulu dibuatkan perkembangan, baik secara demografis
Surat Keputusan Pemberhentian sebagai kepala maupun sosial-ekonomi. perubahan dan
desa.3a perkembangan tersebut perlu diantisipasi
Langkah-langkah proses transisi yang dengan melakukan penyesuaian struktur
dilakukan sampai dengan pengisian pemerintahan agar lebih tepat dan optimal
SDM/perangkat kelurahan dari PNS Kabupaten dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
Lombok Barat adalah sebagai berikut:3s pembangunan. Dalam level pemerintahan
a. Proses transisi pertama dimulai dari terkecil, dapat terjadi pembentukan desa baru,
mengalihkan status atau memberhentikan baik melalui penggabungan dua atau lebih desa
aparatur pemerintah desa yang ada atau pemekaran satu desa menjadi dua atau
(perencanaan SDM), dengan asumsi bahwa lebih desa, maupun penghapusan desa yang
setelah perubahan status desa menjadi telah ada. Begitu juga dapat terjadi perubahan
kelurahan perlu dipikirkan perangkat desa dari desa yang bersifat otonom menjadi
kelurahan yang bersifat administratif. Secara
"' lowobon tertulis pemerintah Kobupaten Lombok Borot terhodop
pertonyoon penelitidn nomor 4 don nomor S.
normatif, antisipasi terhadap terjadinya
'a Jowoban tertulis pemerintoh Kobupoten Lombok Borot terhodap
perubahan status tersebut telah diatur dalam
pertonyaan penelition nomor 6.
tt Undang-Undang pemerintahan Daerah
Jowoban tertulis pemerintoh Kobupoten Lombok gorot terhadop
pertonyoon penelition nomor g. kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Novionto M. Hontoro Perubohan Status Deso Meniodi,.,, 247

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 c. prasarana dan sarana pemerintahan yang
tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam memadai bagi terselenggaranya
Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang pemerintahan Kelurahan;
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah
Desa dan Perubahan Desa menjadi Kelurahan, usaha jasa dan produksi serta
sebagai peraturan pelaksanaannya. keanekaragaman mata pencaharian;
Secara umum, Undang-Undang e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa
Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa keanekaragaman status penduduk dan
pembentukan, penghapusan, dan/atau perubahan nilai agraris ke jasa dan
penggabungan Desa dilakukan dengan industri; dan
memperhatikan asal usulnya atas prakarsa f. meningkatnya volume pelayanan.
masyarakat.36 Adapun mengenai perubahan
desa menjadi kelurahan disebutkan: desa di Sementara itu tata cara pengajuan dan
kabupaten/kota secara bertahap dapat diubah penetapan perubahan status Desa menjadi
atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan Kelurahan berdasarkan Pasal 1L Permendagri
sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa Nomor 28 Tahun 2006:
bersama badan permusyawaratan desa yang a. Adanya prakarsa dan kesepakatan
ditetapkan dengan peraturan daerah.37 masyarakat untuk mengubah status Desa
Undang-Undang menetapkan bahwa menjadi Kelurahan; .
pendanaan sebagai akibat perubahan status b. Masyarakat mengajukan usul perubahan
desa menjadi kelurahan dibebankan pada APBD status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD
kabupaten/kota konsekuensi
dengan dan Kepala Desa;
kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala
dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan.3s Desa untuk membahas usul masyarakat dan
Berkenaan dengan syarat-syarat untuk kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita
mengubah status desa menjadi kelurahan Acara Hasil Rapat BPD;
disebutkan pada Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) PP d. Kepala Desa mengajukan usul perubahan
Nomor 72 Tahun 2005 dan Pasal 9 Permendagri status Desa menjadi Kelurahan kepada
Nomor 28 Tahun 2006. Ketentuan mengenai Bupati/Walikota melalui Camat, disertai
syarat-syarat tersebut adalah : Berita Acara Hasil Rapat BPD;
1. Desa dapat dlubah atau disesuaikan e. Dengan memperhatikan dokumen usulan
statusnya menjadi kelurahan berdasarkan Kepala Desa, Bupati/Walikota menugaskan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD Tim Kabupaten/fota bersama Tim
dengan memperhatikan saran dan pendapat Kecamatan untuk melakukan observasi, yang
masyarakat setempat yang disetujui paling hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada
sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa Bupati /Walikota;
yang mempunyai hak pilih. f. Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan
2. Perubahan status Desa menjadi Kelurahan layak untuk mengubah status Desa menjadi
harus memenuhi persyaratan : Kelurahan, Bupati/Walikota menyiapkan
a. luas wilayah tidak berubah; Rancangan Peraturan Daerah tentang
b. jumlah penduduk paling sedikit 4500 jiwa Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan;
atau 900 KK untuk wilayah Jawa dan Bali g. Bupati/Walikota mengajukan Rancangan
serta paling sedikit 2000 jiwa atau 400 KK Peraturan Daerah tentang Perubahan Status
untuk di luar wilayah Jawa dan Bali; Desa menjadi Kelurahan kepada DPRD dalam
forum rapat Paripurna DPRD;

36
Pasol 200 oyot (2) ULJ Nomor 32 Tohun 2004.
37
Posal 2OO oyot (3) UU Nomor 32 Tohun 2OO4.
38
Posol 201. lJlJ Nomor 32 Tohun 2004.
248 Kajion Vol. 78 No. 4 Desember 2013

h. DPRD bersama Bupati/Walikota membahas Persyaratan material, meliputi luas wilayah


Rancangan Peraturan Daerah tersebut dan tidak berubah, jumlah penduduk, prasarana
apabila perlu dapat mengikutsertakan dan sarana, potensi ekonomi, kondisi sosial
Pemerintah Desa, BPD, dan unsur budaya masyarakat, dan meningkatnya volume
masyarakat desa; pelayanan. Sementara aspek formal mulai dari
i. Rancangan Peraturan Daerah tentang adanya prakarsa dan persetujuan masyarakat
Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan sampai dengan penetapan sebagai perda.
yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan undangan tersebut, juga terlihat bahwa pola
DPRD kepada Bupati/Walikota untuk kebijakan yang diterapkan adalah bottom-up,
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah; yaitu diawali dengan adanya prakarsa dan
j. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah persetujuan masyarakat.
tentang Perubahan Status Desa menjadi Pada tahap implementasi, pola bottom up
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada yang menjadi satu-satunya cara untuk
huruf i, disampaikan oleh Pimpinan DPRD melakukan perubahan status desa menjadi
paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak kelurahan menimbulkan adanya permasalahan
tanggal persetujuan bersama; dan kesulitan. Pertomo, ketika kebutuhan
k. Rancangan Peraturan Daerah tentang untuk mengubah status desa tersebut
Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan merupakan kebutuhan dari pemerintah daerah
ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling kabupaten /kota yang sudah direncanakan
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dalam rencana pembangunan, maka
rancangan tersebut disetujui bersama; pemerintah daerah kabupaten/kota hanya bisa
l. Sekretaris Daerah mengundangkan menunggu sampai ada usulan dari bawah.
Peraturan Daerah tersebut di dalam Kedua, secara teknis, persetujuan paling sedikit
Lembaran Daerah. 2/3 (dua per tiga) penduduk desa yang
mempunyai hak pilih tersebut mempunyai
Gambar 1 kerumitan tersendiri dan rentan untuk
Alur Tahapan Perubahan Status Desa menjadi dimanipulasi. Persyaratan tersebut kemudian
Kelurahan hanya sekedar menjadi persyaratan
administratif, bukan substansial demokrasi
/g..1 ,"-r) BPD
1;;iQ seperti yang diharapkan. Persetujuan tersebut
i,'S;(rrpqkrt n
+ **'.T7
u*', 'd
E)
Bup.tY
Walikota kemudian diwujudkan dalam bentuk jumlah
tanda tangan dan seperti yang terjadi di lokasi
penelitian, tanda tangan bisa didapat pada saat
i-***'*:
"--/"'' - ada kegiatan yang bukan untuk kesepakatan
Bupati/
:l perubahan status (misalnya: tanda tangan pada
W.likota Tim
K.bupat.n saat kerja bakti). Ketiga, akan terjadi konflik
d.n Tim
kepentingan, karena pengusulan perubahan
rT* \*iJ #/ status desa akan berimplikasi terhadap status
/ "l'"*r'\. pengusulnya (kepala desa dan perangkat desa)
DPRD
karena akan digantikan dengan pNS. Konflik
';,i" kepentingan tersebut dapat memunculkan
penolakan.
Di dalam kerangka pemikiran telah
Ketentuan peraturan perundang- disebutkan bahwa sebuah implementasi adalah
undangan membagi persyaratan perubahan suatu permainan tawar-menawar, persuasi,
status desa menjadi kelurahan dalam dua dan manuver di dalam kondisi ketidakpastian
aspek, yaitu aspek formal dan material. oleh orang-orang dan kelompok-kelompok
Novionto M. Hantoro Perubohon Status Deso Menjodi.... 249

guna memaksimalkan kekuasaan dan pengaruh 2. Upaya Hukum atas Penolakan dan Sengketa
mereka. Hal ini terjadi karena kontrol rasional Perubahan status desa menjadi kelurahan
organisasi tidak dapat berjalan dengan merupakan peristiwa hukum dan mempunyai
sendirinya pada policy yang dijalankan oleh akibat hukum. Akibat hukum yang ditimbulkan
berbagai aktor dan institusi, atau dengan kata oleh perubahan status desa menjadi kelurahan,
lain, proses implementasi itu sudah dengan antara lain berkenaan dengan pengisian
sendirinya berpotensi memunculkan konflik jabatan, perubahan kelembagaan, dan
kepentingan dan kekuasaan di antara para pengelolaan keuangan. Sementara di dalam
aktor pelaksananya. Pada perubahan status implementasi peraturan perundang-undangan,
desa menjadi kelurahan, terdapat konflik ketentuan formal dan material terhadap proses
kepentingan pada tahap implementasi perubahan status desa menjadi kelurahan, juga
mengingat kepala desa sebagai pengusul (atau berpotensi dilanggar sehingga perlu upaya
lebih tepatnya membahas usulan masyarakat) hukum untuk penyelesaiannya. Dalam hukum
posisinya akan terancam karana apabila terjadi ketatanegaraan, khususnya hukum
perubahan, dia akan diganti. Posisi ini akan ketatanegaraan daerah, tersedia proses hukum
berimplikasi paling tidak terha dap 2 (hal), yaitu yang hukum yang bersifat administratif
penolakan atau kesepakatan dengan tawar maupun yudisial.
menawar terhadap kompensasi yang akan Tahap administrasi diawali dengan
diperoleh. Dalam kondisi seperti ini, prakarsa perubahan status desa menjadi
persyaratan persetujuan paling sedikit 2/3 ldua kelurahan, yakni pada hasil persetujuan atas
per tiga) penduduk desa yang mempunyai hak usul dan prakarsa masyarakat, putusan BPD
memilih menjadi rentan untuk dimobilisasi dan dan Kepala Desa, dan hasil verifikasi dari tim
dimanipulasi, baik untuk menyetujui maupun observasi yang dituangkan dalam rekomendasi
menolak. Berdasarkan hal tersebut, perlu ada Bupati/Walikota. Menurut Aidil Fitriciada
opsi lain dari perubahan status desa menjadi Azhari3s, hasit persetujuan paling sedikit 2/3
kecamatan, yaitu dengan menerapkan policy masyarakat desa pemegang hak pilih diperoleh
top-down. Namun, baik policy top-down dari pemungutan suara yang putusannya akan
maupun bottom-up harus memiliki mekanisme dibuat dalam Keputusan yang dibuat oleh
kontrol agar tetap berjalan secara demokratis. pejabat TUN yang berwenang mengadakan
Mekanisme top-down pertama kali perlu pemungutan suara. Demikian pula putusan
dilakukan dengan cara mengagendakan dalam yang dibuat oleh BPD dan Kepala Desa akan
rencana pembangunan yang disetujui oleh dituangkan dalam Keputusan berupa Berita
wakil rakyat, kemudian disosialisasikan terlebih Acara Rapat yang tidak bersifat pengaturan
dahulu, dan dikaji dampak yang akan terjadi ainkan berupa keputusan lbeschikking\.
mef
atau disiapkan proses transisi, setelah itu baru Demikian pula dengan rekomendasi tim
dilakukan implementasi kebijakan. Sementara observasi yang berupa keputusan layak atau
untuk proses bottom-up yang berlaku sekarang tidak layak merupakan keputusan administrasi.
ini, apaila benar-benar merupakan aspirasi dari Secara umum upaya hukum yang dapat
masyarakat, maka posisi rapat antara BPD dilakukan atas keputusan administrasi dapat
dengan Kepala Desa, tidak seharusnya dilakukan baik melalui upaya administrasi atau
menghalang-halangi aspirasi tersebut, gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara..
melainkan membahas segala bentuk persiapan Upaya administrasi yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan keinginan masyarakat terhadap keputusan TUN yang dibuat dalam
desanya. proses pengajuan perubahan status Desa
menjadi Kelurahan terutama adalah melalui
keberatan administratif (administratief
bezwoorl. Penyelesaian sengketa TUN melalui

" Aidif Fitriciada Azhari, op.cit.,


250 Kojion Vol. 78 No. 4 Desember 2073

keberatan akan dilakukan sendiri oleh sendiri dipastikan mempunyai mekanisme


Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan resolusi konflik sosial yang berbasis adat
Keputusan TUN tersebut.ao Dengan demikian, istiadat setempat. Oleh karena itu,
keberatan atas persetujuan atas prakarsa penyelesaian perselisihan khususnya pada
masyarakat yang diperoleh dari pemungutan tahap administrasi sebaiknya diselesaikan
suara diajukan kepada badan pelaksana dengan memanfaatkan mekanisme resolusi
pemungutan suara yang dibentuk Desa untuk konflik yang tersedia di tengah masyarakat
keperluan perubahan status Desa menjadi desa setempat.
Kelurahan. Begitupun dengan keberatan atas Upaya hukum lainnya adalah pengujian
keputusan hasil rapat BPD dan Kepala Desa peraturan daerah $udicial reviewl, mengingat
diajukan kepada BPD dan Kepala Desa untuk produk hukum yang dihasilkan dari proses
memutuskan kembali hasil rapat mengenai legislasi mengenai perubahan status desa
perubahan status Desa menjadi Kelurahan. menjadi kelurahan adalah peraturan daerah.
Demikian pula dengan keberatan atas Mengacu pada ketentuan Pasal 20 ayat (2) UU
rekomendasi hasil tim observasi dapat diajukan Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
kepada Bupati/Walikota yang akan menerima Kehakiman, yang berwenang untuk menguji
rekomendasi tersebut. Apabila hasil keberatan peraturan perundang-undangan di bawah
tersebut tetap tidak diterima oleh warga undang-undang terhadap undang-undang
masyarakat Desa bersangkutan, maka adalah Mahkamah Agung. Dengan demikian,
keputusan atas keberatan itu dapat dijadikan upaya hukum secara yudisial yang dapat
dasar gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha dilakukan berkenaan dengan perubahan status
Negara.al Desa menjadi Kelurahan adalah melalui
Pada prakteknya, tidak ada pemungutan pengujian Perda tentang Perubahan Status
suara dalam usul dan prakarsa masyarakat desa Desa menjadi Kelurahan di Mahkamah Agung.
dalam perubahan status desa menjadi Pengujian dilakukan baik berkenaan dengan
kelurahan. Persetujuan tersebut hanya berupa aspek hukum material dan/atau formal dari
kumpulan tanda tangan. Secara ideal, memang suatu Perda tentang Perubahan Status Desa
pemungutan suara lebih menjamin prinsip menjadi Kelurahan. Aspek hukum material,
demokrasi, namun bisa menjadi tidak efektif misalnya, berkenaan dengan persyaratan
dan efisien karena memerlukan waktu yang sebagaimana ditentukan dalam peraturan
lama dan dana yang tidak sedikit. Penulis perundang-undangan yang lebih tinggi dari
berpandangan bahwa proses hukum diawali Perda. Sementara aspek hukum formal
pada saat rapat BPD dengan kepala desa, yang berkenaan dengan tata cara pengajuan dan
akan menghasilkan usul dan prakarsa yang akan penetapan perubahan status Desa menjadi
diajukan kepada bupati/walikota melalui Kelurahan.
camat. Keputusan rapat dan berita acara rapat, Upaya hukum di atas, perlu dirumuskan
termasuk lampiran persetujuan masyarakat di dalam peraturan perundang-undangan yang
merupakan produk hukum yang bisa menjadi mengatur mengenai perubahan status desa
obyek sengketa. Lampiran tanda tangan harus menjadi kelurahan. Penormaan hukum tidak
jelas dipahami masyarakat bahwa tanda tangan semata-mata bersifat material, melainkan juga
yang diberikan adalah untuk keperluan harus menyediakan prosedur hukum manakala
tersebut. Penyelesaian tidak perlu selalu terjadinya konflik atau sengketa yang terkait
melalui PTUN. Desa sebagai kesatuan dengan suatu masalah hukum. Hal ini
masyarakat hukum yang memiliki adat istiadat mengingat pada saat ini belum ada rumusan
o
yang mengatur apabila terjadi penolakan,
Penjelasan pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004.
keberatan, atau sengketa terhadap perubahan
ar
Surat Edaran Mahkamah Agung Rt No. 2 tahun 1991 tentang petunjuk status tersebut.
Pelaksanaan Ketentuan Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 19g6
tentant Peradilan Tata Usaha Negara.
Novianto M. Hqntoro Perubohon Status Desa Meniodi.... 25t

3. Penyempurnaan Ketentuan Peraturan berkembang mengikuti perkembangan dari


Perundang-undangan desa itu sendiri.a3
Penjelasan Pasal 18 Romawi UUD 1945 ll Perubahan status desa menjadi kelurahan
sebelum perubahan menyebutkan bahwa yang terjadi tidak didasarkan dari kondisi
Dalam teritoir Negara Indonesia terdapat lebih sosiologis masyarakat, tapi lebih cenderung
kurang 250 zelfbesturende londchappen don pada pelaksanaan terhadap peraturan yang
volkgemeenschopen, seperti desa di Jawa dan telah ditetapkan oleh negara dan masyarakat
Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga wajib menyesuaikan. Dalam konteks hak
di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah kesatuan masyarakat hukum adat, banyak
ini mempunyai susunan asli dan oleh karena itu kasus dapat dijadikan contoh yang
dapat dianggap sebagai daerah istimewa. menunjukkan bahwa pemerintah pada
Selanjutnya Pasal 188 ayat (21 UUD 1945 dasarnya kurang akomodatif terhadap hak-hak
setelah perubahan menyebutkan bahwa negara kesatuan masyarakat hukum adat, hal ini juga
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan terjadi pada pengaturan perubahan status desa
masyarakat hukum adat beserta hak-hak menjadi kelurahan yang dianggap kurang
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesui mengakomodasi hak atas tanah ulayat yang
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip secara turun temurun milik kesatuan
Negara kesatuan Republik Indonesia Pasal 188 kasyarakat hukum adat.aa
ayat (2) ini merupakan pengakuan secara tegas Pembagian kekuasaan secara vertikal
atas keberadaan masyarakat hukum adat dan berdasarkan UUD L945 tidak sampai pada
hak-hak tradisionalnya. kesatuan masyarakat hukum di tingkat desa,
UU Pemda selanjutnya memberikan melainkan hanya di tingkat kabupaten/kota.
pengakuan otonomi desa disertai dengan Dengan demikian desa sebagai kesatuan
pengakuan atas keanekaragaman nama lain masyarakat hukum adat perlu diatur dalam
yang dipergunakan sesuai adat istiadat undang-undang tersendiri, bukan hanya masuk
setempat, seperti Nagari di Sumatera Barat, di dalam rezim pemerintahan daerah.
Gampong di provinsi NAD, Banjar di Bali, Berdasarkan hal tersebut, pembentukan
Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di undang-undang mengenai pengakuan dan
Kalimantan Selatan dan Papua, Negeri di perlindungan kesatuan masyarakat hukum adat
Maluku.a2 Adapun nama Desa merupakan perlu segera direalisasikan agar dapat dilakukan
penamaan atas kesatuan masyarakat hukum pemetaan kesatuan masyarakat yang masih
yang terdapat di wilayah Jawa. Berdasarkan hidup di masyarakat. Dengan adanya pemetaan
tipologinya ada desa yang bersifat genealogis tersebut, maka rencana pembangunan akan
yang asal usulnya terbentuk berdasarkan menjadi lebih terarah karena dapat dapat
kesatuan masyarakat hukum dan ada desa yang diketahui desa mana yang perlu dipertahankan
bersifat administratif yang asal-usulnya dan desa yang dapat diubah statusnya menjadi
terbentuk dari penggabungan atau pemekaran kelurahan.
Desa ataupun karena transmigrasi ataupun
karena alasan lain yang warganya pluralistis, lll.Kesimpulan
majemuk, ataupun heterogen. Desa non-
genealogis atau administratif ini tentu saja Peraturan perundang-undangan telah
memiliki watak sebagai kesatuan masyarakat mengatur mengenai syarat dan mekanisme
hukum yang tidak terlalu kental. Namun perubahan status desa menjadi kelurahan.
demikian, UU Pemerintahan Daerah
a3
menetapkan otonomi desa non-genealogis itu * Penjelasan Umum UU Nomor 32 Tahun 2004.
lswanto, Quo Vadis Perubahan status Desa menjadi Kelurahan,
akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah:
Perspektif Hukum Ketatanegaraan, makalah disampaikan pada Diskusi
Kelompok Terarah tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan
dalam Sistem Ketatanegaraan di Provinsi Jawa Tengah, Universitas
n2
Penjelasan Pasal 202 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004. Muhammadiyah Surakarta, 22 Juni 2Ot3.
252 Kojion Vol. 18 No.4 Desember 20t j

Pada tahap implementasinya, pola bottom up Hal utama dan perlu dilakukan terkait
yang menjadi satu-satunya cara untuk dengan masalah desa adalah mempercepat
melakukan perubahan status desa menjadi pembentukan undang-undang mengenai
kelurahan menimbulkan adanya permasalahan pengakuan dan perlindungan kesatuan
dan kesulitan, karena secara teknis, masyarakat hukum adat agar dapat dilakukan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) pemetaan kesatuan masyarakat yang masih
penduduk desa yang mempunyai hak pitih hidup di masyarakat. Dengan adanya pemetaan
tersebut mempunyai kerumitan tersendiri dan tersebut, rencana pembangunan akan menjadi
rentan untuk dimanipulasi dan terdapat konflik lebih terarah karena dapat diketahui desa mana
kepentingan, karena pengusulan perubahan yang perlu dipertahankan dan desa yang dapat
status desa akan berimplikasi terhadap status diubah statusnya menjadi kelurahan.
pengusulnya (kepala desa dan perangkat desa) Pembagian kekuasaan secara vertikal
yang akan digantikan dengan PNS. Untuk itu berdasarkan UUD t945 tidak sampai pada
diperlukan adanya opsi lain, yaitu pola top- kesatuan masyarakat hukum di tingkat desa,
down dengan kebijakan yang tetap melainkan hanya di tingkat kabupaten/kota.
memperhatikan aspek demokrasi. Dengan demikian desa sebagai kesatuan
Penormaan hukum tidak semata-mata masyarakat hukum adat perlu diatur dalam
bersifat material, melainkan juga harus undang-undang tersendiri, bukan hanya masuk
menyediakan prosedur hukum manakala di dalam rezim pemerintahan daerah. Berbeda
terjadinya konflik atau sengketa yang terkait halnya dengan kelurahan yang bersifat
dengan suatu masalah hukum Peraturan administratif yang merupakan bagian dari
perundang-undangan yang mengatur mengenai perangkat pemerintah daerah. UU Pemda atau
perubahan status desa menjadi kelurahan undang-undang yang mengatur kesatuan
belum mengatur rumusan mengenai upaya masyarakat hukum adat nantinya dapat
hukum apabila terjadi penolakan, keberatan, mengatur mengenai pola hubungan kerja
atau sengketa terhadap perubahan status antara pemerintah daerah dan kesatuan
tersebut. Upaya hukum yang perlu dirumuskan masyarakat hukum adat.
pertama adalah mediasi di luar pengadilan
dengan menyerahkan pada local wisdom,
kemudian penyelesaian sengketa administratif
pada tahap awal pengusulan terhadap
keputusan BPD dan kepala daerah yang
mengajukan usul perubahan status. Upaya
terakhir dilakukan dengan mengajukan judiciol
review perda yang menetapkan perubahan
status desa tersebut menjadi kelurahan.
Novionto M. Hantorc Perubohon Stqtus Deso Meniodi.... 253

DAFTAR PUSTAKA Jauhari, Thontowi. Peralihan Stofus Desa


Menjodi Kelurahan (Kasus Desa Mojosongo
Buku: dan Kemiri, Kec. Mojosongo, Kob. Boyololi),
Asshiddiqie, Jimly. (2006). Hukum Acoro makalah disampaikan dalam FGD di
Pengujian Undong-undong. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 22
Konstitusi Press. Juni 2013.
Ardian, Zul Afdi. (1994). Hukum Tato Negara. Kurniasih, Dewi. Perubahan Status Desa
Jakarta: Pradnya Paramita. Menjodi Kelurohon di Kabupoten Bandung.
Gadjong, Agus Salim Andi. l2OO7l. JurnalGovernance Vol.1, No. 2, Mei 2011.
Pemerintahon Daeroh Kojion Politik dan Sobari, Kiki Nurzet. 20t2. Eksistensi Tanah
Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia. Bengkok setelah berubahnya
Juanda. (2008). Hukum Pemerintahan Daerah Pemerintahan Desa menjadi Kelurahan
Pasang Surut Hubungan Kewenangan Cicinde Utara Kecamatan Banyusari Kota
antara DPRD dan Kepala Daerah. Karawang dihubungkan dengan Undang-
Bandung: Alumni. Undang Nomor 5 Tahun L960 tentang
Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Penelition Peraturan Dasa Pokok-Pokok Agraria dan
Hukum. Cetakan ke-5. Jakarta: Kencana Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
Prenada Media Group. 2005 tentang Desa. Skripsi, Fakultas
Soekanto, Suryono. (1982). Mengenal Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.
Antropologi Hukum. Bandung: Penerbit
Alumni. Peraturan Perundang-undangan :
Sunggono, Bambang. (L9971. Metodologi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Penelition Hukum (Suotu Pengontar). Pemerintahan Daerah.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Widjaja, H.A.W. (1997). Otonomi Desa tentang Desa.
Merupokan Otonomi yang Asli, Bulot, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada. lndonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Kode dan Data Wilayah Administrasi
Jurnal/Makalah: Pemerintahan.
Azhari Aiduf Fitriciada. Perubahan Status Desa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28
menjodi Kelurahan di Provinsi Jowa 'Tahun 2006 tentang Pembentukan,
Tengoh: Perspektif Hukum Penghapusan, Penggabungan Desa dan
Ketatanegaroan, makalah disampaikan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan.
pada Diskusi Kelompok Teroroh tentong
Perubahon Status Desa menjadi Kelurahon Internet:
dolam Sistem Ketotonegaraon di Provinsi "Warga Ajukan Yudicial Reviuw (sicl) Relokasi
Jawo Tengoh, Universitas Muhammadiyah Kantor Pemkab" http://soloravaonline.
Surakarta, 22 Juni 2OL3. com /2012l05/04/wa rea-a i u ka n-vu d icia l-
lswanto, Quo Vadis Perubahan Status Desa reviuw-relokasi-kantor-pemkab/ diakses
menjadi Kelurahan, Perubahan Status Desa tanggal 18 Februari 2013.
menjadi Kelurahan di Provinsi Jawa 'BPMPD Kaji Perubahan Status Desa jadi
Tengah: Perspektif Hukum Ketatanegaraan, Kelurahan"
makalah disampaikan pada Diskusi http ://www.eo mone.com/20 12105/08/16030/
Kelompok Terarah tentang Perubahan bpmpd-kaii-perubahan-status-desa-iad i-
Status Desa menjadi Kelurahan dalam kelurahan/ diakses tanggal 19 Februari 2013.
Sistem Ketatanegaraan di Provinsi Jawa Rochyati W. Teori lmplementasi Kebijokon
Tengah, Universitas Muhammadiyah Publik, http://rochvati-w-t-fisip.web.unair.
Surakarta, 22 luni 2013. ac.idlartikel detail-69584-Umum-
254 Kojian VoL 78 No.4 Desember 2073

PENDEKATAN%20DAN%20TEORl%20%E2%80% Lain-lain:
93%Z}IEQR|0/oZ}\MPLEMENTASlo/o2O%2Oo/o2Oo/o Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten
20KEBIJAKAN%20PUBLlK.html diakses tanggal Boyolali atas pertanyaan penelitian.
23 April 20L2. Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten
"Penolakan Raperda Perubahan Status Desa Lombok Barat terhadap pertanyaan penelitian.
Keputusan DPRD Lobar Dipertanyakan"
http ://www,sua rantb.com /2010/1.0/25l5gsia l/
detil2%203.html diakses pada tanggal 10 Mei
20L3.
Produk Hukum Perda Kabupaten/Kota
htlp / / www. ke m e n d a g ri. g o. i d/ d ia kses ta ngga I
:

10 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai