237
Novianto M. Hantoro')
abstrdct
This essay is o reseorch report of the implementation of lows and regulations on the change of status of the
outonomous villoge into the odministrative villoge. Dato collection has been conducted by spreading questionnoires,
orgonizing interviews, and focus group discussions during 2073 in Boyolali and West Lombok. Problems regarding
conflict of interest is one of the findings of this research. This research opplies a qualitative onolysis, using the
fromework of vertical division of power, placing the villoge as part of the whole community, as well as policy
implementotion. it is recommended to complete the mapping of village typology, to formulate both of bottom-up and
top-down options which uphold democrocy, and olso to provide a settlement of disputes.
abstrak
Tulisan inimerupakan hasil penelitian terhadap implementasi peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perubahan status desa menjadi kelurahan. Melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan pertanyaan
tertufis, wawancara, dan Focus Group Discussion, di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Lombok Barat ditemukan
adanya permasalahan. Permasalahan diidentifikasi karena kebijakan tersebut mengandung konflik kepentingan.
Melalui analisa kualitatif dengan menggunakan kerangka pemikiran pembagian kekuasaan secara vertikal dan desa
sebagai suatu kesatuan masyarakat, serta implementasi kebijakan, direkomendasikan untuk menuntaskan terlebih
dahulu pemetaan tipologi desa di Indonesia; merumuskan opsi lain dalam kebijakan perubahan status desa menjadi
kef urahan yang bukan hanya secara bottom-up melainkan juga top-down dengan tetap memperhatikan demokrasi; dan
menyediakan rumusan untuk penyelesaian sengketa.
kata lain, kelurahan merupakan bagian dari Mahkamah Agung.3 Sementara perubahan
perangkat daerah kabupaten/kota. status Desa Gerung Utara, Desa Gerung
Berdasarkan hal tersebut, perbedaan mendasar Selatan, dan Desa Dasan Deres Kecamatan
desa dan kelurahan adalah desa sebagai sebuah Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa
kesatuan masyarakat hukum memiliki otonomi Tenggara Barat pada tahun 2010 pernah ditolak
yang bersifat pengakuan, bukan pemberian dari oleh DPRD.a
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
sedangkan kelurahan merupakan perangkat bahwa perubahan status desa menjadi
daerah kabupaten/kota, sehingga kelurahan kelurahan dalam implementasinya ada yang
hanya menjadi perangkat dalam pelaksanaan menimbulkan permasalahan. Permasalahan
otonomi di daerah kabupaten/kota. Adapun tersebut perlu diselesaikan secara hukum, baik
perbedaan pokok lainnya meliputi masalah dengan cara pencegahan melalui konstruksi
pengisian jabatan kepala desa/lurah, perangkat rumusan peraturan perundang-undangan yang
desa/pegawai kelurahan masalah dan lebih baik maupun mengatur secara jelas
keuangan. mekanisme penyelesaian sengketa agar tidak
Secara yuridis, dimungkinkan adanya berlarut-larut dan menghambat pembangunan.
perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan. Beberapa penulisan dan kajian pernah
Pasal 200 ayat (3) UU Pemda menyebutkan mengulas mengenai perubahan status desa
"Desa di kabupaten/kota secara bertahap menjadi kelurahan. Tulisan ini menganalisis
dapat diubah atau disesuaikan statusnya tentang bagaimana kedudukan tanah bengkok
menjadi kelurahan sesuai dengan usul dan setelah adanya perubahan desa menjadi
prakarasa pemerintah desa bersama badan kelurahan. Berbeda dengan penelitian yang
permusyawaratan desa yang ditetapkan oleh pernah dilakukan sebelumnya, penelitian ini
Perda". Ketentuan ini kemudian ditindaklanjuti akan menggunakan sudut pandang kajian
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri hukum tata negara dan tata pemerintahan.
Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
Penghapusan, Penggabungan Desa, dan perubahan status desa menjadi kelurahan
Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. dalam sistem ketatanegaraan dengan tujuan
Berdasarkan ketentuan tersebut, telah meninjau implementasi dari peraturan
banyak perda yang dihasilkan oleh pemerintah perundang-undangan yang berlaku, memahami
kabupaten/kota untuk mengubah status desa dan menganalisis upaya hukum yang dilakukan
menjadi kelurahan. Namun demikian, pro dan apabila terjadi perselisihan dan merekonstruksi
kontra terhadap perubahan status tersebut peraturan perundang-undangan yang mengatur
juga banyak terjadi di masyarakat. Beberapa mengenai perubahan desa menjadi kelurahan
contoh misalnya perubahan Desa Kemiri dan agar lebih baik berdasarkan hasil analisis
Desa Mojosongo, Kecamatan Mojosongo di terhadap permasalahan di daerah.
Kabupaten Boyolali, Desa Gerung Utara, Desa
Gerung Selatan, dan Desa Dasan Deres, B. Perumusan Masalah
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Dalam kurun waktu tahun 2005 sampai
serta Desa Banjar Sari dan Desa Geres di dengan 20t2, terdapat kurang lebih 80 perda
Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok kabupaten/kota yang telah mengubah status
Timur.2 Warga Desa Kemiri dan Mojosongo
keberatan dengan perubahan status tersebut,
bahkan mengajuka n judicial review ke t "Warga Ajukan Yudicial Reviuw (src/) Relokasi Kantor Pemkab"
http://soloravaon line.com/2012l05/04/warsa-aiukan-vudicia l-reviuw-
relokasi-kantor-pemkab/ diakses tanggal 18 Februari 2013.
a"Penolakan Raperda Perubahan Status Desa
'"BPMPD Kaji Perubahan Status Desa jadi Kelurahan" Keputusan DPRD Lobar Oipertanyakan"
http://www.eomons.com/2012105/08/16030/bompd-kaii-perubahan- http://www.suarantb.com/2010/10/25lSosial/detil2%203.html diakses
status-desa-iadi-kelurahan/ diakses tanggal 19 Februari 2013. pada tanggal 10 Mei 2013.
Novionto M. Hdntoro Perubahon Stotus Deso Meniadi".' 239
desa menjadi kelurahan.s Secara yuridis hal pemerintahan, misalnya antara pemerintah
tersebut memang dimungkinkan, namun bukan pusat dengan dan pemerintah daerah dalam
berarti di dalam implementasinya tidak negara kesatuan, atau antara pemerintah
menimbulkan permasalahan. federal dan pemerintah negara bagian
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam suatu suatu negara federal.
permasalahan pokok yang hendak dikaji di b. Secara horizontal, yaitu pembagian
dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah kekuasaan menurut fungsinya. Dalam
perubahan status desa menjadi kelurahan pembagian ini lebih menitikberatkan pada
dalam sistem ketatanegaraan? Adapun pembedaan antara fungsi pemerintahan
pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian yang bersifat legislatif, eksekutif dan
ini adalah: yudikatif.
1. Bagaimana ketentuan dan implementasi Menurut Jimly Asshiddiqe, pembagian
peraturan perundang-undangan mengenai kekuasaan bersifat vertikal dalam arti
perubahan status desa menjadi kelurahan? perwujudan kekuasaan itu dibagikan secara
2. Upaya hukum apa yang dapat ditempuh vertikal ke bawah kepada lembaga-lembaga
apabila terjadi perselisihan atau sengketa tinggi negara di bawah lembaga pemegang
dalam perubahan status desa menjadi kedaulatan rakyat.T Miriam Budiardjo membagi
kelurahan? pembagian kekuasaan ke dalam dua cara, salah
3. Bagaimana ketentuan peraturan perundang- satunya adalah pembagian kekuasaan secara
undangan sebaiknya mengatur mengenai vertikal. Pembagian kekuasaan secara vertikal
desa dalam sistem ketatanegaraan? yaitu pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud
C. Tujuan Penelitian ialah pembagian kekuasaan antara beberapa
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah tingkatan pemerintahan.s Sementara Carl J.
untuk: Friedrich memakai istilah pembagian kekuasaan
1. Mengetahui dan menganalisis ketentuan secara teritorial (territorial division of power).
dan implementasi peraturan perundang- Pembagian kekuasaan semacam ini dengan
undangan mengenai perubahan status desa jelas dapat ditemukan baik di negara kesatuan,
menjadi kelurahan. negara federal, maupun negara konfederasi.s
2. Mengetahui dan menganalisis upaya hukum Pembagian kekuasaan secara vertikal di
yang dilakukan apabila terjadi perselisihan dalam Negara kesatuan diuraikan Agus Salim
atau sengketa dalam perubahan status desa Andi Gadjong sebagai berikut:10 Secara vertikal,
menjadi kelurahan. bentuk negara kesatuan memperlihatkan
3. Memberikan alternatif pengaturan terdapatnya wewenang legislatif tertinggi
mengenai desa dengan undang-undang dipusatkan di satu badan legislatif nasional.
dalam sistem ketatanegaraan. Sementara itu kekuasaan berada di tangan
pemerintah pusat dengan kewenangan
D. Kerangka Pemikiran memberikan sebagian kekuasaannya kepada
daerah sesuai hak otonomi yang dimiliki daerah
1. Pembagian Kekuasaan secara Vertikal tersebut. Sehingga hakekat atau prinsip negara
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan kesatuan adalah kedaulatan tidak terbagi.
dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu:6
a. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan
menurut tingkatnya, yaitu pembagian
kekuasaan antara beberapa tingkat 'Juanda, Hukum Pemerintohon Doeroh Posong Surut Hubungon
Kewenongan ontoro DPRD don Kepalo Daeroh, Bandung: Penerbit
Alumni, 2008, hal.39.
5
Produk Hukum Perda Kabupaten/Kota httpN /www.kemendogri.go.id/, 'tbid., har. 4L.
diakses tanggal 10 Mei 2013. "tbid.
tzuf 1%gus
Afdi Ardian, Hukum Toto Negoro, Jakarta: pradnya paramita, 1994, Safim Andi Gadjong. Pemerintohon Doeroh Kajian Potitik Don
hal. 62. Hukum, Bogori Ghalia Indonesia . 2007, hal. 7 L-72.
240 Kojian Vol. 78 No. 4 Desember 20Ji
diwujudkan dalam bentuk Perda. Di dalam melaksanakan Focus Group Discussion (FCD)
implementasinya, terdapat kemungkinan dengan akademisi.
adanya sengketa atau keberatan dari beberapa
pihak, namun ada pula yang berjalan lancar 4. Metode Analisis Data
dalam arti tidak ada sengketa atau keberatan. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
3. Metode PengumPulan Data yaitu analisis yang menguraikan data penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan data menjadi komponen-komponen melalui
sekunder dan data primer. Penggunaan data rangkaian kata dan atau gambar. Analisis di
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dalam penelitian ini akan dilakukan secara
dengan mengumpulkan bahan hukum primer induktif, dengan menggunakan data di dua
dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum kabupaten tersebut, akan dianalisis mengenai
primer merupakan bahan hukum Yang implementasi sebuah peraturan dan
mengikat, bersifat autoritatif artinya permasalahan apa yang terjadi dalam
mempunyai otoritas.23 Sedangkan bahan implementasinya. Analisis dilakukan secara
hukum sekunder adalah bahan hukum yang yuridis. Dari analisis tersebut akan ditarik
memberikan penjelasan mengenai bahan manfaat untuk memperbaiki/memperjelas
hukum primer.2a Sedangkan bahan hukum rumusan di dalam peraturan perundang-
tertier, yakni bahan-bahan yang memberi undangan dan menyediakan sarana untuk
petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan penyelesaian sengketa melalui perumusan
hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus- norma-norma. Lebih jauh lagi, konstruksi
kam us (h ukum), ensiklopedia, indeks kum ulatif, hukum tersebut akan dianalisis dalam
dan sebagainya. kaitannya dengan ketatanegaraan atau
Dalam penelitian ini, bahan hukum konstitusi, khususnya keterkaitannya dengan
primer yang digunakan adalah peraturan Pasal 188 ayat (2) UUD 1945 atau memaknai
perundang-undangan yang berkaitan dengan posisi sebuah susunan masyarakat hukum
ketentuan yang mengatur perubahan desa terkecil dalam Negara Kesatuan Republik
menjadi kelurahan. Sedangkan bahan hukum lndonesia.
sekunder adalah hasil penelitian, hasil karya
ilmiah, dan buku-buku ilmiah mengenai ll. Hasil dan Pembahasan
permasalahan tersebut.
Berkaitan dengan penelitian hukum A. Hasil Penelitian
empiris, pengumpulan data yang tergolong
data primer dilakukan dengan studi lapangan 1. Perubahan Status Desa meniadi Kelurahan
yaitu dengan melakukan wawancara. di Kabupaten Boyolali
Wawancara dilakukan guna mendapat jawaban Sejak berlakunya UU Pemda, terdapat 1
langsung dari para informan yaitu pemangku (satu) peraturan daerah yang mengatur
kepentingan atau narasumber terkait, antara perubahan status Desa menjadi Kelurahan di
lain pemerintah kabupaten fkota, DPRD Kabupaten Boyolali, yaitu Peraturan Daerah
kabupaten/kota, kepala desa/perangkat desa, Kabupaten Boyolali Nomor 19 Tahun 2005
Badan Permusyawaratan Desa, termasuk pihak- tentang Pembentukan,
Pemekaran,
pihak yang mengajukan keberatan dan instansi Penghapusan dan/atau Penggabungan
pusat maupun daerah yang terkait lainnya. Kelurahan. Desa yang ditetapkan statusnya
Selain dengan wawancara, pengumpulan data menjadi kelurahan adalah Desa Mojosongo
secara langsung juga dilakukan dengan Kecamatan Mojosongo dan Desa Kemiri
Kecamatan Mojosongo.2s
2sPeter
Mahmud Marzuki, Penetition Hukum, Jakaftai Kencana Prenada
Media Group, Cetakan ke-5, 2009, hal. 141.
2aBambang 25
Sunggono, Metodologi Penelition Hukum (Suatu Pengontor), Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten Boyolali atas pertanyaan
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 117. penelitian nomor 1.
244 Kajian Vol. 18 No. 4 Desember 2013
desa, tetapi secara umum penolakan dari yang ada. Untuk mengantisipasi
masyarakat sebenarnya hampir tidak ada. permasalahan tersebut, sebagai tindak
Penolakan ada karena adanya provokasi, lanjut Permendagri No. 28 Tahun 2005 yang
Penolakan kedua terjadi pada saat proses pertama sekali dilakukan oleh Pemkab
perubahan status/pembahasan perda Lombok Barat adalah pembuatan Peraturan
perubahan status di DPRD Lombok Barat, akan Bupati tentang pedoman/petunjuk teknis
tetapi setelah perda disetujui dan diundangkan, perubahan status desa menjadi kelurahan
penolakan maupun keberatan hampir tidak (Peraturan Bupati Lombok Barat No. 5 Tahun
terjadi sama sekali, sampai dengan 2010, di dalamnya diatur tentang reposisi
ditempatkannya PNS dari Kabupaten Lombok tugas Kepala Desa/Perangkat Desa yang
Barat eselon lV/a dan lV/b.33 akan diberhentikan. Jika diberhentikan
Adapun upaya yang dilakukan oleh apakah memilih menjadi tenaga kontrak
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk atau mendapatkan pesangon.
mengantisipasi dan mengatasi kendala/ b. Kemudian setelah Perda tentang perubahan
permasalahan tersebut antara lain dengan status desa bersangkutan ditetapkan, maka
terus menerus berupaya mengadakan transisi pertama adalah semua nomenklatur
pendekatan kepada desa dan perangkatnya sebutan desa diubah menjadi sebutan
serta BPD yang akan diubah statusnya. Selain kelurahan dan masalah administrasi lainnya.
itu, setelah perda perubahan status ditetapkan, Selama waktu menunggu penempatan pNS,
tidak serta merta dilakukan peleburan dan SDM yang ada masih diberdayakan sampai
penempatan PNS di 3 (tiga) Kelurahan tersebut, dengan diberikannya status yang baru atau
tetapi diadakan masa transisi hampir satu pesangon sesuai dengan Peraturan Bupati
tahun setelah perda ditetapkan dan setelah No. 5 Tahun 20LO, dan yang memenuhi
kewajiban pemda terhadap desa maupun syarat akan diusulkan menjadi tenaga
perangkatnya selesai. Dalam masa transisi kontrak.
hampir setahun tersebut, sesuai peraturan
Bupati Lombok Barat terdapat klausul bahwa B. Pembahasan
Kepala Desa setelah ditetapkannya Perda 1. Ketentuan dan lmplementasi
diberikan kesempatan untuk melanjutkan masa Dalam kehidupan ketatanegaraan, tidak
jabatannya dengan sebutan lurah dan diangkat dapat dihindari adanya perubahan dan
sebagai lurah dengan terlebih dahulu dibuatkan perkembangan, baik secara demografis
Surat Keputusan Pemberhentian sebagai kepala maupun sosial-ekonomi. perubahan dan
desa.3a perkembangan tersebut perlu diantisipasi
Langkah-langkah proses transisi yang dengan melakukan penyesuaian struktur
dilakukan sampai dengan pengisian pemerintahan agar lebih tepat dan optimal
SDM/perangkat kelurahan dari PNS Kabupaten dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
Lombok Barat adalah sebagai berikut:3s pembangunan. Dalam level pemerintahan
a. Proses transisi pertama dimulai dari terkecil, dapat terjadi pembentukan desa baru,
mengalihkan status atau memberhentikan baik melalui penggabungan dua atau lebih desa
aparatur pemerintah desa yang ada atau pemekaran satu desa menjadi dua atau
(perencanaan SDM), dengan asumsi bahwa lebih desa, maupun penghapusan desa yang
setelah perubahan status desa menjadi telah ada. Begitu juga dapat terjadi perubahan
kelurahan perlu dipikirkan perangkat desa dari desa yang bersifat otonom menjadi
kelurahan yang bersifat administratif. Secara
"' lowobon tertulis pemerintah Kobupaten Lombok Borot terhodop
pertonyoon penelitidn nomor 4 don nomor S.
normatif, antisipasi terhadap terjadinya
'a Jowoban tertulis pemerintoh Kobupoten Lombok Borot terhodap
perubahan status tersebut telah diatur dalam
pertonyaan penelition nomor 6.
tt Undang-Undang pemerintahan Daerah
Jowoban tertulis pemerintoh Kobupoten Lombok gorot terhadop
pertonyoon penelition nomor g. kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Novionto M. Hontoro Perubohan Status Deso Meniodi,.,, 247
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 c. prasarana dan sarana pemerintahan yang
tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam memadai bagi terselenggaranya
Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang pemerintahan Kelurahan;
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah
Desa dan Perubahan Desa menjadi Kelurahan, usaha jasa dan produksi serta
sebagai peraturan pelaksanaannya. keanekaragaman mata pencaharian;
Secara umum, Undang-Undang e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa
Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa keanekaragaman status penduduk dan
pembentukan, penghapusan, dan/atau perubahan nilai agraris ke jasa dan
penggabungan Desa dilakukan dengan industri; dan
memperhatikan asal usulnya atas prakarsa f. meningkatnya volume pelayanan.
masyarakat.36 Adapun mengenai perubahan
desa menjadi kelurahan disebutkan: desa di Sementara itu tata cara pengajuan dan
kabupaten/kota secara bertahap dapat diubah penetapan perubahan status Desa menjadi
atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan Kelurahan berdasarkan Pasal 1L Permendagri
sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa Nomor 28 Tahun 2006:
bersama badan permusyawaratan desa yang a. Adanya prakarsa dan kesepakatan
ditetapkan dengan peraturan daerah.37 masyarakat untuk mengubah status Desa
Undang-Undang menetapkan bahwa menjadi Kelurahan; .
pendanaan sebagai akibat perubahan status b. Masyarakat mengajukan usul perubahan
desa menjadi kelurahan dibebankan pada APBD status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD
kabupaten/kota konsekuensi
dengan dan Kepala Desa;
kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala
dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan.3s Desa untuk membahas usul masyarakat dan
Berkenaan dengan syarat-syarat untuk kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita
mengubah status desa menjadi kelurahan Acara Hasil Rapat BPD;
disebutkan pada Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) PP d. Kepala Desa mengajukan usul perubahan
Nomor 72 Tahun 2005 dan Pasal 9 Permendagri status Desa menjadi Kelurahan kepada
Nomor 28 Tahun 2006. Ketentuan mengenai Bupati/Walikota melalui Camat, disertai
syarat-syarat tersebut adalah : Berita Acara Hasil Rapat BPD;
1. Desa dapat dlubah atau disesuaikan e. Dengan memperhatikan dokumen usulan
statusnya menjadi kelurahan berdasarkan Kepala Desa, Bupati/Walikota menugaskan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD Tim Kabupaten/fota bersama Tim
dengan memperhatikan saran dan pendapat Kecamatan untuk melakukan observasi, yang
masyarakat setempat yang disetujui paling hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada
sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa Bupati /Walikota;
yang mempunyai hak pilih. f. Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan
2. Perubahan status Desa menjadi Kelurahan layak untuk mengubah status Desa menjadi
harus memenuhi persyaratan : Kelurahan, Bupati/Walikota menyiapkan
a. luas wilayah tidak berubah; Rancangan Peraturan Daerah tentang
b. jumlah penduduk paling sedikit 4500 jiwa Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan;
atau 900 KK untuk wilayah Jawa dan Bali g. Bupati/Walikota mengajukan Rancangan
serta paling sedikit 2000 jiwa atau 400 KK Peraturan Daerah tentang Perubahan Status
untuk di luar wilayah Jawa dan Bali; Desa menjadi Kelurahan kepada DPRD dalam
forum rapat Paripurna DPRD;
36
Pasol 200 oyot (2) ULJ Nomor 32 Tohun 2004.
37
Posal 2OO oyot (3) UU Nomor 32 Tohun 2OO4.
38
Posol 201. lJlJ Nomor 32 Tohun 2004.
248 Kajion Vol. 78 No. 4 Desember 2013
guna memaksimalkan kekuasaan dan pengaruh 2. Upaya Hukum atas Penolakan dan Sengketa
mereka. Hal ini terjadi karena kontrol rasional Perubahan status desa menjadi kelurahan
organisasi tidak dapat berjalan dengan merupakan peristiwa hukum dan mempunyai
sendirinya pada policy yang dijalankan oleh akibat hukum. Akibat hukum yang ditimbulkan
berbagai aktor dan institusi, atau dengan kata oleh perubahan status desa menjadi kelurahan,
lain, proses implementasi itu sudah dengan antara lain berkenaan dengan pengisian
sendirinya berpotensi memunculkan konflik jabatan, perubahan kelembagaan, dan
kepentingan dan kekuasaan di antara para pengelolaan keuangan. Sementara di dalam
aktor pelaksananya. Pada perubahan status implementasi peraturan perundang-undangan,
desa menjadi kelurahan, terdapat konflik ketentuan formal dan material terhadap proses
kepentingan pada tahap implementasi perubahan status desa menjadi kelurahan, juga
mengingat kepala desa sebagai pengusul (atau berpotensi dilanggar sehingga perlu upaya
lebih tepatnya membahas usulan masyarakat) hukum untuk penyelesaiannya. Dalam hukum
posisinya akan terancam karana apabila terjadi ketatanegaraan, khususnya hukum
perubahan, dia akan diganti. Posisi ini akan ketatanegaraan daerah, tersedia proses hukum
berimplikasi paling tidak terha dap 2 (hal), yaitu yang hukum yang bersifat administratif
penolakan atau kesepakatan dengan tawar maupun yudisial.
menawar terhadap kompensasi yang akan Tahap administrasi diawali dengan
diperoleh. Dalam kondisi seperti ini, prakarsa perubahan status desa menjadi
persyaratan persetujuan paling sedikit 2/3 ldua kelurahan, yakni pada hasil persetujuan atas
per tiga) penduduk desa yang mempunyai hak usul dan prakarsa masyarakat, putusan BPD
memilih menjadi rentan untuk dimobilisasi dan dan Kepala Desa, dan hasil verifikasi dari tim
dimanipulasi, baik untuk menyetujui maupun observasi yang dituangkan dalam rekomendasi
menolak. Berdasarkan hal tersebut, perlu ada Bupati/Walikota. Menurut Aidil Fitriciada
opsi lain dari perubahan status desa menjadi Azhari3s, hasit persetujuan paling sedikit 2/3
kecamatan, yaitu dengan menerapkan policy masyarakat desa pemegang hak pilih diperoleh
top-down. Namun, baik policy top-down dari pemungutan suara yang putusannya akan
maupun bottom-up harus memiliki mekanisme dibuat dalam Keputusan yang dibuat oleh
kontrol agar tetap berjalan secara demokratis. pejabat TUN yang berwenang mengadakan
Mekanisme top-down pertama kali perlu pemungutan suara. Demikian pula putusan
dilakukan dengan cara mengagendakan dalam yang dibuat oleh BPD dan Kepala Desa akan
rencana pembangunan yang disetujui oleh dituangkan dalam Keputusan berupa Berita
wakil rakyat, kemudian disosialisasikan terlebih Acara Rapat yang tidak bersifat pengaturan
dahulu, dan dikaji dampak yang akan terjadi ainkan berupa keputusan lbeschikking\.
mef
atau disiapkan proses transisi, setelah itu baru Demikian pula dengan rekomendasi tim
dilakukan implementasi kebijakan. Sementara observasi yang berupa keputusan layak atau
untuk proses bottom-up yang berlaku sekarang tidak layak merupakan keputusan administrasi.
ini, apaila benar-benar merupakan aspirasi dari Secara umum upaya hukum yang dapat
masyarakat, maka posisi rapat antara BPD dilakukan atas keputusan administrasi dapat
dengan Kepala Desa, tidak seharusnya dilakukan baik melalui upaya administrasi atau
menghalang-halangi aspirasi tersebut, gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara..
melainkan membahas segala bentuk persiapan Upaya administrasi yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan keinginan masyarakat terhadap keputusan TUN yang dibuat dalam
desanya. proses pengajuan perubahan status Desa
menjadi Kelurahan terutama adalah melalui
keberatan administratif (administratief
bezwoorl. Penyelesaian sengketa TUN melalui
Pada tahap implementasinya, pola bottom up Hal utama dan perlu dilakukan terkait
yang menjadi satu-satunya cara untuk dengan masalah desa adalah mempercepat
melakukan perubahan status desa menjadi pembentukan undang-undang mengenai
kelurahan menimbulkan adanya permasalahan pengakuan dan perlindungan kesatuan
dan kesulitan, karena secara teknis, masyarakat hukum adat agar dapat dilakukan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) pemetaan kesatuan masyarakat yang masih
penduduk desa yang mempunyai hak pitih hidup di masyarakat. Dengan adanya pemetaan
tersebut mempunyai kerumitan tersendiri dan tersebut, rencana pembangunan akan menjadi
rentan untuk dimanipulasi dan terdapat konflik lebih terarah karena dapat diketahui desa mana
kepentingan, karena pengusulan perubahan yang perlu dipertahankan dan desa yang dapat
status desa akan berimplikasi terhadap status diubah statusnya menjadi kelurahan.
pengusulnya (kepala desa dan perangkat desa) Pembagian kekuasaan secara vertikal
yang akan digantikan dengan PNS. Untuk itu berdasarkan UUD t945 tidak sampai pada
diperlukan adanya opsi lain, yaitu pola top- kesatuan masyarakat hukum di tingkat desa,
down dengan kebijakan yang tetap melainkan hanya di tingkat kabupaten/kota.
memperhatikan aspek demokrasi. Dengan demikian desa sebagai kesatuan
Penormaan hukum tidak semata-mata masyarakat hukum adat perlu diatur dalam
bersifat material, melainkan juga harus undang-undang tersendiri, bukan hanya masuk
menyediakan prosedur hukum manakala di dalam rezim pemerintahan daerah. Berbeda
terjadinya konflik atau sengketa yang terkait halnya dengan kelurahan yang bersifat
dengan suatu masalah hukum Peraturan administratif yang merupakan bagian dari
perundang-undangan yang mengatur mengenai perangkat pemerintah daerah. UU Pemda atau
perubahan status desa menjadi kelurahan undang-undang yang mengatur kesatuan
belum mengatur rumusan mengenai upaya masyarakat hukum adat nantinya dapat
hukum apabila terjadi penolakan, keberatan, mengatur mengenai pola hubungan kerja
atau sengketa terhadap perubahan status antara pemerintah daerah dan kesatuan
tersebut. Upaya hukum yang perlu dirumuskan masyarakat hukum adat.
pertama adalah mediasi di luar pengadilan
dengan menyerahkan pada local wisdom,
kemudian penyelesaian sengketa administratif
pada tahap awal pengusulan terhadap
keputusan BPD dan kepala daerah yang
mengajukan usul perubahan status. Upaya
terakhir dilakukan dengan mengajukan judiciol
review perda yang menetapkan perubahan
status desa tersebut menjadi kelurahan.
Novionto M. Hantorc Perubohon Stqtus Deso Meniodi.... 253
PENDEKATAN%20DAN%20TEORl%20%E2%80% Lain-lain:
93%Z}IEQR|0/oZ}\MPLEMENTASlo/o2O%2Oo/o2Oo/o Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten
20KEBIJAKAN%20PUBLlK.html diakses tanggal Boyolali atas pertanyaan penelitian.
23 April 20L2. Jawaban tertulis Pemerintah Kabupaten
"Penolakan Raperda Perubahan Status Desa Lombok Barat terhadap pertanyaan penelitian.
Keputusan DPRD Lobar Dipertanyakan"
http ://www,sua rantb.com /2010/1.0/25l5gsia l/
detil2%203.html diakses pada tanggal 10 Mei
20L3.
Produk Hukum Perda Kabupaten/Kota
htlp / / www. ke m e n d a g ri. g o. i d/ d ia kses ta ngga I
:
10 Mei 2013.