Disusun Oleh:
Fransiska Margaretha 195040100111059
Ardianto Pamungkas 195040100111093
Alvaro Yudha Pamungkas 195040100111097
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia hidup dengan cara memenuhi kebutuhannya, salah-satunya adalah
aspek pangan atau makanan. Beragam jenis makanan terutama sayuran dapat
diperoleh dengan mudah di Indonesia, karena Indonesia sendiri adalah negara
yang terkenal akan hasil pertaniannya. Salah satunya adalah tanaman cabai
(Capsicum Frutescens). Cabai (Capsicum Frutescens) sendiri adalah jenis sayuran
yang sangat sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dengan rasanya yang
pedas dapat meningkatkan selera atau nafsu makan masyarakat Indonesia yang
mayoritas sangat menyukai komponen pedas dalam makanannya.
Cabai rawit atau cabai kathur adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Cabai rawit tumbuh di Indonesia, selaiin itu juga tumbuh dan popular
di negara-negara Asia Tenggara seperti, Malaysia dan Singapura. Buah cabai rawit
saat muda memiliki warna hijau dan berubah menjadi merah saat ia matang.
Ukuran cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan varietas cabai lainnya, cabai
rawit dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000
pada skala Scoville.
Pemanfaatan cabai yang berlebihan dapat mengurangi produktivitas
kuantitatifnya. Oleh karena itu, harus diimbangi dengan budidaya dengan tujuan
dapat menyeimbangkan antara konsumi dan produksinya. Budidaya cabai dapat
dilakukan dengan mudah bergantung pada cara budidaya dan syarat tumbuhnya.
Cabai sendiri sangat memiliki banyak manfaat salah satunya adalah digunakan
sebagai olahan produk seperti sambal rumahan atau bumbu instan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana syarat tumbuh tanaman cabai rawit?
Bagaimana cara budidaya tanaman cabai rawit?
Apa manfaat kandungan cabai rawit?
C. Tujuan
Mengetahui syarat tumbuh tanaman cabai rawit.
Mengetahui cara budidaya tanaman cabai rawit.
Mengetahui manfaat kandungan cabai rawit.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu komoditas sayuran
yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan sering dibudidayakan karena
permintaan pasar yang tak menentu dan cenderung meningkat (SUSENAS, 2014).
Tanaman yang berasal dari famili Solanaceae ini merupakan salah satu komoditas
yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dengan permintaan rata-rata 21%
per tahun dan indeks harga Rp 3.084 per tahun (Yanuarti, A.D, 2016).
Menurut Harpenas (2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk
perdu dengan perakaran akar tunggang. Jenis akar yang dimiliki oleh tanaman
cabai ini memanjang horizontal dengan akar-akar cabang yang kecil dan memiliki
masa yang rapat. Dengan bentuk akar tersebut, cabai dapat memaksimalkan
penyerapan air yang ada.
Daun tanaman cabai berbentuk hati, oval, matau agak bulat telur dengan posisi
berselang-seling (Dermawan, 2010). Selain itu daun cabai merupakan daun
tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Daun pada tanaman
cabai masih memiliki fungsi yang sama yaitu berperan dalam proses fotosintesis
dengan tujuan membuat makanan bagi kebutuhan individu itu sendiri.
Cabai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap keadaan yang kering,
tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air tanah dalam keadaan kapasitas
lapang (lembab tetapi tidak becek) sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman cabai rawit. Masa kritis tanaman ini terhadap kebutuhan
air adalah saat pertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga dan buah.
(Swastika et.al, 2017)
Cabai bermanfaat bagi kebutuhan manusia terutama dalam aspek pangan,
karena bisa diolah menjadi sebagai produk makanan seperti sambal, bubuk cabe,
bubuk kering atau juga bisa langsung dikonsumsi langsung dalam bentuk buah
cabai.
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman horticultura membutuhkan syarat
pertumbuhan dalam kondisi yang optimum untuk mendapatkan hasil yang optimal
juga. Untuk menciptakan keadaan yang optimal bisa dilakukan dengan keadaan
tanah, ketinggia tempat budidaya, dan intensitas cahaya. Menurut Wahyudi
(2011), syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk budidaya tanaman cabai rawit
yaitu :
a. Tipe Tanah
Tanaman cabai rawit akan subur ketika di tanamn pada tanah bertekstur
lempung, lempung berpasir, dan lempung berdebu. Dalam keadaan tertentu,
cabai rawit juga bisa tumbuh pada tanah bertekstur yang lebih berat seperti
tanah liat. Tanah yang baik untuk budidaya tanaman cabai rawit adalah tanah
yang strukturnya padat dan tidak berongga (Tjandra, 2011).
b. Ketinggian Tempat
Untuk budidaya tanaman cabai rawit lebih cocok jika di tanam di
ketinggian di bawah 1400 m dpl. Maka dari itu, tanaman cabai rawit cocok
untuk di tanam di dataran rendah sampai dataran tinggi yang tidak melebihi
1400 m dpl. Tanaman cabai bisa tumbuh di ataran tinggi, akan tetapi
pertumbuhannya kurang optimum dalam artian produksinya tidak maksimal.
c. Paparan Sinar Matahari
Seperti tanaman holtikultura yang lainnya, tanaman cabai rawit juga
memerlukan lokasi budidaya yang terbuka karena tanaman cabai rawit ini
membutuhkan penyinaran cahaya sekiranya 10 jam sampai 12 jam per hari.
Tanaman cabai yang terkena cahaya cukup memiliki daun yang lebih lebar dan
juga hijau, serta memiliki batang yang kokoh (Haryadi,2017).