Anda di halaman 1dari 23

KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT REKLAMASI PANTAI

DEMI PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA

MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Semester Ganjil
Mata Kuliah Rekayasa Pantai
Dosen Pengampu : Yanti Destiana, M.T.

Oleh

HENDRA SETIAWAN
7011130015

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Jalan R. E. Martadinata Nomor 150 Ciamis 46251, Jawa Barat

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun guna untuk memenuhi tugas semester
ganjil mata kuliah Rekayasa Pantai jurusan Teknik Sipil di
Universitas Galuh Ciamis.
Terima kasih kepada Yanti Destiana, M.T., selaku dosen
pengampu mata kuliah Rekayasa Pantai yang telah membimbing
jalannya penyusunan tugas mata kuliah ini sehingga tugas ini
dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Demikian tugas ini disusun semoga dapat bermanfaat
untuk pembaca, agar kita dapat mengetahui sebab dan
penyelesain masalah ekonomi dalam suatu keluarga. Penulis
mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini ada banyak
kekurangan baik kualitas isi maupun tulisan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan milik saya
pribadi.

Banjar, 15 November
2016

Penyusun,

Hendra
Setiawan

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Negara indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di wilayah
ASIA Tenggara yang memiliki kepulauan terbesar di seluruh dunia, kemajuan
perkembangan Indonesia sangat menjanjikan seiiring besarnya pembangunan di
daerah-daerah. Kemajuan pembanguna tersebut merupakan sebagai cermin akan
kemajuan Negara Indonesia itu sendiri, salah satu pembangunan yang telah
menuaikan keberhasilan dalam memajukan perekonomian indonesia yaitu
pembangunan dibidang pariwisata di setiap daerah di indonesia seperti Pulau Bali,
Yogyakarta, Raja Ampat, dan Wakatobi.
Pembangunan pada prinsipnya adalah merupakan sesuatu proses
perubahan pokok pada masyarakat dari suatu keadaan nasional tertentu menuju
keadaan nasional lain yang dianggap lebih bernilai, Katz (dalam Sunaryo, 2013).
Dalam pengertian yang agak mirip, Philip Roup mengartikan pembangunan
sebagai proses perubahan dengn tanda-tanda dari sesuatu keadaan nasiona tertentu
yang dianggap kurang dikehendaki menuju ke sesuatu keadaan nasional tertentu
yang dinilai lebih dikehendaki, Plilip Roup (dalam Sunaryo, 2013).
Manakala pemahaman pengertian pengertian pembagunan seperti tersebut
diatas diaplikasikan pada sektor kepariwisataan, maka dapat dikonstruksikan
bahwa pembangunan kepariwisataan merupakan seuatu proses perubahan poko
yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada suatu kondisi kepariwisataan
tertentu yang dinilai kurang baik, yang diarahkan menuju ke suatu kondisi
kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik atau lebih diinginkan, Sunaryo
(2013).
Pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan menciptakan keaneka-ragaman kegiatan perekonomian, seperti
adanya pembangunan sektor pertambangan, pertanian, perindustria, peternakan,
jasa-jasa dan pariwisata serta banyak sektor lainnya. Semakin banyak kegiatan
perekonomian disuatu Negara, akan semakin kuat kemampuan Negara

4
bersangkutan dalam segala hal. Itu pulalah sebabnya mengapa pemerintah
berusaha mengadakan divertivikasi kegiatan perekonomian di Indonesia, dan
industri pariwisata adalah salah satu kegiatan tersebut.
Proses penciptaan keaneka-ragaman kegiatan itu seharusnya berbarengan
dengan pemeliharaan lingkungan, Karena lingkungan memang menyangkut
semua aspek kehidupan didunia ini, termaksud diantaranya kehidupan manusia.
Faktor manusia besar pengaruhnya terhadap keadaan lingkungan, baik dilihat dari
segi jumlahnya, aktivitas yang dilakukan, penyebarannya, tingkat sosial
ekonominya maupun dari tingkah laku dan pandangan hidupnya. Apabila
lingkungan bersih dan tertata dengan rapi akan member manfaat bagi masyarakat
itu sendiri diantaranya: (1) Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan
yang tidak sehat, (2) lingkungan menjadi lebih sejuk, (3) bebas dari polusi udara,
(4) Air menjadi bersih dan aman untuk di minum, (5) lebih tenang dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari, Sella (2013).
Dalam hal lingkungan perlu adanya perhatian bahwa adanya pembangunan
pariwisata di samping dampak positif bagi masyarakat sekitar, pengembangan
juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal
tersebut dalam upaya pengembangan pariwisata perlu diperhitungkan dampak
negatif yang ditimbulkan demi kelestarian pariwisata maupun kelestarian fungsi
lingkungan sekitar kawasan pariwisata. Pelaksanaan pembanguanan yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai
dampak terhadap lingkungan sekitar baik langsung maupun tidak langsung baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal yang sama juga terjadi
dalam pengembangan pariwisata, dimana disamping pengembangan pariwisata itu
sendiri menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar objek wisata,
pengelolaan lingkungan dan pengelolaan objek wisata itu sangat mempengaruhi
kelestarian fungsi lingkungan dan objek wisata itu sendiri.
Isu reklamasi saat ini sangat sering terdengar terkait dengan pembangunan
pariwisata di Indonesia, adanya pengembangan suatu objek wisata membuat para
pembuat kebijakan memberikan ijin untuk mereklamasi suatu daerah. Terlepas
dari adanya dampak positif maupun negatif, banyak yang menolak akan adanya

5
reklamasi tersebut sehingga akan mengakibatkan kerusakan lingkungan
masyarakat. Kerusakan lingkungan akibat reklamasi kemungkinan akan
mempengaruhi kelestarian fungsi lingkungan dan tempat tinggal masyarakat
setempat.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pariwisata dan Lingkungan


Menurut Ahmad (dalam Geografi 2011) Yang dimaksud dengan
lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang
ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh
kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan
yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan
lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu
yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan
manusia. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen
abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus
dan bakteri), Wikipedia (2014).
Menurut Astuti (----) sebenarnya pariwisata lebih tepat disebut sebagai
“Aktivitas”, tapi jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, aktivitas tersebut
menciptakan permintaan yang memerlukan pemasaran bagi produk aktivitasnya.
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan jasa pariwisata, produk-produk tersebut
berupa barang-barang dan jasa-jasa, oleh karena itu kegiatan pariwisata lazim
disebut dengan ”Industri pariwisata” atau “tourism industry”.
Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan menjual lingkungan,
orang yang berpergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin
menikmati lingkungan seperti pemandangan alma, atraksi budaya, arsitektur,
makana dan minuman, benda seni, dan lainnya yag berbeda dengan lingkungan
tempat tinggalnya.

7
Menurut Lestari (2013) pariwisata adalah industry kelangsungan hidupnya
dangat ditentukan oleh baik dan buruknya lingkungan. Sektor wisata sebagai
industri jasa merupakan sektor yang sangat peka terhadap lingkungan. Kerusakan
lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, kumuh, adanya gangguan
terhadap wisatawan, penduduk yang kurang/tidak bersahabat, kesemerautan
lalulintas, kriminalitas, dan lain-lain, akan dapat mengurangi jumlah wisatawan
yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Oleh karena itu pengembangan
pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan
Menurut Mihalic (dalam Hakim 2004) yang dikutip di http://dee-
jieta.blogspot.com/2013/06/pariwisata-dan-masalah-lingkungan.html, kualitas
lingkungan meliputi kualitas bentang alam atau pemandangan alamiah itu sendiri.
Kualitas ini dapat menurun karena aktivitas manusia. Menurut hukum permintaan
wisata, kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan
alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan menjadi
syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi pemilihan tujuan wisata oleh
wisatawan. Jika kualitas lingkungan suatu daerah tujuan wisata menurun, maka
tempat tersebut cenderung diabaikan.
Menurut Resa (2014). Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan
pariwisata harus mutual dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam
dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan
memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan
pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan
sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan
keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru
memunculkan konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam,
dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah
diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian,
sebagai berikut:
a. Air
Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen
pencucian linen hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah

8
itu mencemari laut, danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari
buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal
pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi,
kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai
estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari warnabiru
menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut (seafood)
menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang
karena air di laut, danau dan sungai tercemar. Masyarakat dan wisatawan
saling menjaga kebersihan perairan guna mengurangi polusi air, alat
transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan,
seperti perahu dayung, kayak, dan kano.
b. Pegunungan dan area liar
Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke
pegunungan untuk berganti suasana, aktivitas di pegunungan berpotensi
merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel
di kaki bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas
lainnya merupakan beberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak
gunung dan area liar. Akibatnya terjadi tanah longsor, erosi tanah, menipisnya
vegetasi pegunungan (yang bisa menjadi paru-paru masyarakat), potensi
polusi visual dan banjir yang berlebihan karena gunung tidak mampu
menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di
pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.
c. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan
Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan
situs sejarah, budaya dan keagamaan mudah rusak. Kepadatan di daerah
wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi
beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik.
Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu
fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara
komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung

9
jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs
sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan dikendalikan melalui
manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada situs
sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta
renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut. 
d. Wilayah perkotaan dan pedesaan
Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan
bangunan lain dibutuhkan di daerah tujuan wisata. Seiring dengan
pembangunan itu, jumlah kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan
kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan
tekanan terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal
menjadi lahan komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika
(terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar).
Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen pengunjung
dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan masyarakat untuk
mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
e. Pantai dan pulau
Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan,
namun pantai dan pulau sering menjadi tempat yang mendapatkan dampak
negatif dari pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau,
pendirian prasarana (jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara,
pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau. Lingkungan tepian
pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi
pantai), kerusakan karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional
dan erosi pantai menjadi beberapa akibat pembangunan pariwisata. Preservasi
dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia
pantai dan laut, pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi
pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah
lingkungan beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman Nasional
Kepulauan Seribu) menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan
yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di laut. 

10
2.2 Reklamasi Pantai
Peraturan Menteri ESDM (2014) mendefinisikan bahwa Reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesua peruntukannya.
Menurut Hamisi (2010), Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan
baru pada suatu daerah perariran/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini
umumnya dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia
khususnya dikawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan
semakin sempit. Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa
dilepaskan dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk
menyejahterakan rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah
yang tak terbantahkan.
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak
keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah
semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga
akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan
keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk
berbagai keperluan (Pemekaran Kota), penataan daerah pantai, pengembangan
wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga
reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang
dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola
arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru,
terutama daerah strategis dimana terjadi aktivitas perekonomian yang padat sperti
pelaburan, Bandar udara, atau kawasan komersil lainnya, dimana lahan eksisting
yang terbatas luasnya dan kondisinya harus dijadinkan dan diubah menjadi lahan
yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.
Undang-undang No. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa
hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial daan ekonomi yang diperoleh lebih

11
besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan
reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti (a)
keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarkat, (b) keseimbangan antara
kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir, serta (c) persyaratan
teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material, Hamisi (2010).
Jika hal hal pokok yang diatur dalam Undang-undang reklamasi maka kita
yakin bahwa reklamasi akan sangat bermanfaat dan berguna bagi masyrakat yang
ada pada lingkungan pesisir tersebut.namun kenyataan berkata lain, banyak
reklamasi yang berujung kerusakan lingkungan, pengusuran nelayan, dan
penutupan akses pantai untuk masyarakat umum.
2.3  Dampak Reklamasi Pantai Terhadap Lingkungan
Dalam melakukan reklamasi terhadap kawasan pantai, harus
memperhatikan berbagai aspek/dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut. Dampak-dampak tersebut antara lain dampak lingkungan, sosial
budaya maupun ekonomi. Dampak lingkungan misalnya mengenai perubahan
arus laut, kehilangan ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang menjadi
terhambat untuk masuk ke laut yang memungkinkan terjadinya banjir yang
semakin parah, kondisi lingkungan di wilayah tempat bahan timbunan,
sedimentasi, perubahan hidrodinamika yang semuanya harus tertuang dalam
analisis mengenai dampak lingkungan. Dampak sosial budaya diantaranya adalah
kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM (dalam pembebasan tanah), perubahan
kebudayaan, konflik masyarakat, dan isolasi masyarakat. Sementara dampak
ekonomi diantaranya berapa kerugian masyarakat, nelayan, petambak yang
kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi pantai.
Menurut Maksur (2008) yang dikutip di
http://perencanaankota.blogspot.com/2013/12/manfaat-dan-dampak-reklamasi-
pantai.html. Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang
diakibatkan. Adapun untuk menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari tahapan
yang dilaksanakan dalam proses reklamasi yaitu:

12
a. Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan
lingkungan, pemetaan dan pembuatan pra rencana, perijinan, pembuatan
rencana detail atau teknis.
b. Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan material
urug, transportasi material urug, proses pengurugan.
c. Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan tenaga
kerja, pematangan lahan, pemeliharaan lahan.
Wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah : 
a. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan
hilang atau berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi
lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun fauna karena
timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. 
b. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari
alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi
akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi
abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena
genangan air yang banyak dan lama.
c. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar
adalah petani tambak, nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan
mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga berakibat pada menurunnya
pendapatan mereka yang menggantungkan hidup kepada laut. Selanjutnya
adalah aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan
keanekaragaman hayati sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga
daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga
apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan
mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan
ekosistem perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan berakibat pada
kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai. 
Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak
dilakukan pada negara atau kota maju dalam rangka memperluas daratan sehingga

13
bisa digunakan untuk area bisnis, perumahan,wisata rekreasi dan keperluan lainya.
selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap kegiatan termasuk dalam hal
pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan kegiatan hanya mendapat
keuntunganya saja sementara kerugian harus ditanggung oleh pihak yang tidak
mengerti apa-apa, tanpa disadari banyak daerah pesisir pantai terpencil yang
hilang karena aktifitas reklamasi ini.
Dampak negatif atau kerugian reklamasi pesisir pantai 
a. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah berubah menjadi daratan. 
b. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam,
atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang
mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal
ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai. 
c. Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan
alam menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar
maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi
secara total. 
d. Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan
mati sehingga nelayan kehilangan lapangan pekerjaan. 
e. Dampak positif atau keuntungan reklamasi pesisir pantai 
f. Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat
dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan. 
g. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena
konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan
gempuran ombak laut. 
h. Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap
banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai. 
i. Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan,
sehingga dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat
pengunjung.

14
2.4  Reklamasi Pantai dan Pariwisata
Kaitannya dengan pariwisata, ada beberapa kasus reklamasi akibat
pembanguanan pariwisata yang menyebabkan lingkungan sekitar rusak seperti
trjadinya abrasi pantai, kehancuran terumbu karang tempat ikan hias, hilangnya
pekerjaan nelayan, tercabutnya tradisi lokal, dan masalah sosial lainnya. Kasus-
kasus tersebut antara lain:
1. Reklamasi Pantai Kota Manado.
Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai
kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya
Central Business District (CBD), mengakibatkan adanya perubahan wajah
kota pada daerah pesisir pantai. Pertumbuhan dan perkembangan Kota
Manado menjadi lebih condong ke arah pantai/laut sebingga Kawasan
Boulevard lebih terbuka dan menjadi salah satu bagian depan kota yang
berorientasi ke laut. Hal ini menyebabkan aktivitas masyarakat banyak
terserap pada kawasan tersebut, baik untuk menikmati keindahan pantai
ataupun dimanfaatkan oleh sektor informal untuk mencari nafkah. Kondisi
seperti yang disebutkan di atas membawa pengaruh terhadap keberadaan
ruang publik di Kawasan Boulevard.
Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan tersebut
memperlihatkan gejala mulai hilangnya ruang publik yang ada. Akses
masyarakat terhadap view pantai dan pesisirnya mulai berkurang seiring
dengan semakin berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut.
Dampak reklamasi di pesisir pantai Kawasan Boulevard telah
mengakibatkan berkurangnya aksesibilitas ruang publik, ketidakberlanjutan
fungsi ruang publik, terciptanya pola penataan ruang publik yang tidak
memberikan keleluasaan akses bagi masyarakat dan munculnya pola
penguasaan ruang publik yang tertutup dan berkesan private-domain.
Strategi pengelolaan ruang publik di Kawasan Boulevard akibat
dampak reklamasi dilakukan dengan pendekatan yaitu, (1) teknis, berupa
peralihan fungsi ruang publik, penataan koridor pesisir pantai akibat reklamasi
dan penataan alokasi ruang bagi sektor informal, (2) regulasi, berupa

15
penerapan kebijakan pemanfaatan ruang publik dan penerapan sangsi yang
tegas, (3) kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat, berupa peningkatan
peran seluruh stakeholders dan penerapan kebijakan insentif-disinsentif,
Hamisi (2010).
2. Reklamasi Pantai Donggala
Reklamasi pantai yang dilakukan sebagai aktifitas proyek jalan lingkar
kota Donggala, Saat ini telah menyebabkan pohon-pohon mangrove yang
tumbuh di kawasan ini menjadi rusak, batu-batu karang yang biasanya terlihat
di pinggir pantai pun sudah tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah
tumpukan tanah kapur hasil reklamasi, yang sebahagiannya telah diratakan.
Karenanya, ditengah perdebatan dan pertentangan terhadap proyek
reklamasi Pantai Donggala, diperlukan kebesaran hati dari pengambil
kebijakan untuk mengevaluasi pelaksanaan proyek ini sembari membuka
ruang dialog dengan berbagai pihak, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta
masyarakat, untuk duduk bersama guna menimbang untung-rugi proyek ini,
apabila benar menguntungkan dan dilaksanakan dengan komitmen dan
kesungguhan maka kegiatan ini perlu diteruskan. Sebaliknya bila merugikan
maka aktifitas ini harus dihentikan.
Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Donggala dituntut untuk
dapat berkomunikasi, berkonsultasi dan bernegosiasi dengan publik. Hanya
dengan jalan ini maka pembangunan yang dilaksanakan akan benar-benar
dapat diterima semua pihak dan memberikan keuntungan bagi lingkungan
hidup dan masyarakat Donggala, Hamisi (2010)
3. Reklamasi Jakarta
Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2007-2012, terutama dalam implementasi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jakarta, khususnya di Jakarta Utara
direncanakan pengembangan reklamasi Pantura Jakarta. Proyek itu
dimaksudkan selain untuk memperbaiki kualitas lingkungan juga untuk pusat
niaga dan jasa skala internasional, perumahan, dan pariwisata.

16
Namun, harus disadari pula bahwa reklamasi pantura Jakarta bukan hanya
sekadar mengeruk, kemudian memunculkan daratan baru atau untuk kepentingan
komersial semata. Lebih dari itu, yang harus dipikirkan bagaimana dampak
ekologis kawasan pantai dengan reklamasi tersebut. Contoh saja ketika Pantai
Indah Kapuk dibangun, yang terjadi kemudian adalah akses jalan tol ke bandara
tergenang air sehingga banjir. Lalu, saat PT Mandara Permai membangun
Perumahan Pantai Mutiara di Muara Karang, PLTU Muara Karang pun terganggu.
Padahal, pasokan listrik untuk Jakarta dan sekitarnya berasal dari PLTU Muara
Karang, Jakarta Utara, Hamisi (2010)
4. Reklamasi Teluk Lampung
Reklamasi pantai yang dilaksanakan pada awal tahun 1980-an dan
berlangsung sampai sekarang telah berdampak negatif langsung terhadap
nelayan yang wilayah usahanya pada laut dangkal (Sukaraja) maupun nelayan
di Dusun Cangkeng – Kotakarang.
Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya beberapa
jenis ikan tangkapan seperti rebun, teri, dan kerapan, semakin jauhnya
wilayah tangkapan, terumbu karang tersedimentasi oleh lumpur, dan usaha
menangkap ikan dengan bubu tidak dapat dilakukan lagi. Akibat dari hal
tersebut menurunkan hasil tangkap nelayan yang akhirnya berdampak
terhadap kesejahteraan nelayan, Hamisi (2010).
5. Reklamasi Pantai Jerman, Kuta-Bali.
Lokasi pantai ini di sebelah utara Bandara Ngurah Rai menuju ke
pusat pariwisata Kuta. Disebut pantai Jerman karena dulunya ada perumahan
orang-orang Jerman. Tapi, perumahan tersebut kini tak ada lagi. Mereka
terdesak abrasi, garis pantai pun makin mendekat ke daratan. Padahal,
menurut cerita warga, dulu garis pantai berjarak lebih dari 500 meter dari
pantai saat ini.
Abrasi sangat mungkin terjadi karena siklus alam biasa. Tapi, abrasi di
Pantai Jerman makin parah setelah ada reklamasi untuk pembangunan
Bandara Ngurah Rai Bali. Saya ke sana beberapa kali dan ngobrol dengan

17
warga lokal terutama yang berumur 40-an tahun ke atas. Mereka bercerita
bahwa abrasi makin cepat setelah reklamasi Bandara Ngurah Rai.
Landasan pacu bandara terbesar di Bali ini memang hasil reklamasi
pada 1963-1969. Reklamasi sepanjang 1,5 km dilakukan untuk
memperpanjang landasan pacu seiring tujuan menjadikannya sebagai bandara
internasional. Bahan reklamasi adalah batu kapur dari Ungasan dan batu kali
serta pasir dari Sungai Antosari, Tabanan. Tapi, reklamasi di Bandara Ngurah
Rai dalam batas tertentu bisa dimaklumi. Ada tujuan lebih besar, penyediaan
transportasi publik. Beda kasus dengan contoh kedua dan ketiga, Muhajirin
(2014).
2.5  Menyikapi Reklamasi Pantai Dengan Paradigma Baru
Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah
pemekaran kawasan dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai
ekonomis tinggi. Dan di sisi lain jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan
kerja sama sinergis dari semua komponen stakeholders.
Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan
dengan kajian yang komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus
hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan dengan model fisik
(laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan
dampak negatif yang terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan
pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya
ketersediaan lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk
mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka. Reklamasi di sekitar kawasan
pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan)
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja
sama yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi,
LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan dapat diambil.
Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun

18
sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan. Dari semua itu, yang lebih
penting adalah adanya perubahan attitude dari masyarakat dan Pemerintah.
Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait.
Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga
diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi. Namun, sayangnya terdapat
paradigma yang memposisikan suatu kota sebagai kota multifungsi, dimana
diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal total dalam
implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan lingkungan hidup
dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini justru disebabkan
oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata
ruang kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan
daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial
dan ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan
kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat
perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota
ini sebagai pusat pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian
tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya
lalu disampaikan secara terbuka kepada publik. Penting diingat reklamasi adalah
bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya
akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi,
sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata
sebagaimana mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi.
Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan
berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang

19
dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut
akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini
tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai
akan menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara
perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai
bukan hanya di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan
lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa
kawasan, air pasang yang naik bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan
yuridis juga perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum
rencana reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada
banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang
menjadi persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian diatas dapat disumpulkan beberapa hal yaitu:
1. Adanya dampak positif dan negatif, perlu adanya peran pemerintah dalam
bekerja sama dengan stakeholder, sehingga dapat berjalan sesuai dengan
ketentuannya.
2. Tinjauan komprehensif, Simulasi prediksi perubahan pola arus hidrodinamika
laut secara teknis dapat dilakukan dengan model fisik (laboratorium) atau
model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak negatif yang
terjadi dan cara penanggulangannya.
3. Reklamasi harus semata-mata diolah dan diarahkan pada tujuan pemenuhan
lahan baru karena kekurangnya persediaan lahan baru, dan tidak semata-mata
tidak memenuhi kebutuhan komersial belaka.
4. Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang
diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya, serta
memperhatikan dan menjaga kehidupan masyarakat serta kelestarian
lingkungan.
5. Beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa implementasi kegiatan
reklamasi di lapangan seringkali tidak sesuai dengan perencanaannya sehingga
mengakibatkan kerusakan secara sosial, ekonomi maupun lingkungan,
sehingga menimbulkan resistensi dari masyarakat.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran tentang
beberapa hal:
1. Terkait dampak positif dan negatif, pemerintah diupaya agar mengedapankan
dampak negative terhadap lingkungan, sehingga masyarakat sekitar dapat
hidup dengan nyaman.

21
2. Dari tinjauan komprehensif, perlu banyak masukkan dari para akademisi
maupun para peneliti tentang reklamasi, sehingga dampak negative yang
ditimbulkan lebih terminimalisir.
3. Berkaitan dengan pembangunan industri pariwisata khususnya objek wisata
pantai, reklamasi sebaiknya tidak tilakukan karena dapat menimbulkan
kerusakan terumbu karang dan dapat menyebabkan abrasi pantai.

22
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri ESDM No. 07 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi


Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara. (diakses 09 oktober 2014). URL:
http://www.minerba.esdm.go.id/library/.../Permen%20ESDM
%2007%202014....
Resa, Masya, Ade. 2014. Dampak Pembangunan Pariwisata Terhadap
Lingkungan. (diakses 09 oktober 2014). URL:
http://studioriau.com/artikel/lingkungan/dampak-pembangunan-
pariwisata.html
Sella, Ranirosa. 2013. Manfaat Menjaga Kebersihan Lingkungan. (diakses 09
oktober 2014). URL: http://rosaspenzu.blogspot.com/2013/03/manfaat-
menjaga-kebersihan-lingkungan_18.html
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta. Gava Media.
Wijaya, Indra. 2014. Reklamasi Pesisir Untuk Siapa. (diakses 09 oktober 2014).
URL: http://politik.kompasiana.com/2014/08/11/reklamasi-pesisir-
untuk-siapa-679410.html
Wikipedia. 2014. Lingkungan. (diakses 09 oktober 2014) URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan

23

Anda mungkin juga menyukai