Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian
yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi juga dapat diterapkan dalam
bidang lain, khususnya untuk mempertajam daya nalar.
2.1 Tautologi
Di dalam logika kalimat semesta pembicaraannya adalah himpunan fakta-fakta
(peristiwa, situasi) yang merupakan unsur-unsur di luar bahasa, Agar kita dapat
membicarakan suatu peristiwa (fakta) tertentu dari semestanya kita memerlukan suatu
lambang. Lambang ini disebut kalimat konstan/konstanta yang ditulis dengan , ,
dan sebagainya.
Contoh 2.1.1 Jika “Tono mahasiswa dengan IPK 3,5” mempunyai simbol “” dan
“Tono berasal dari luar “Jawa” mempunyai simbol “”., maka kalimat,
1. “Tono mahasiswa dengan IPK 3,5” dan berasal dari luar “Jawa” mempunyai simbol
“ ”.
2. “Jika Tono berasal dari luar kota, maka Tono mahasiswa dengan IPK 3,5”
mempunyai simbol .
Dalam hal ini simbol “”, “”, “ ” dan merupakan konstanta kalimat atau
kalimat konstan.
Definisi 2.1.2 Simbol yang melambangkan sebarang fakta (peristiwa) disebut variabel)
kalimat, yang ditulis dengan dan sebagainya.
Contoh 2.1.4 Bentuk-bentuk yang memuat variabel kalimat dan yang menyajikan
hukum-hukum logika kalimat disebut tautologi.
Di dalam tautologi setiap penggantian dari semua variabel di dalamnya dengan
konstanta-konstanta kalimat akan menghasilkan suatu pernyataan yang bernilai benar.
Tentu saja dalm penggantian, untuk masing-masing variabel (simbol) yang sama harus
digantikan dengan konstanta kalimat yang sama.
Untuk melihat apakah suatu bentuk kalimat merupakan suatu tautologi atau bukan
dapat dilakukan dengan membuat tabel nilai kebenaran dari bentuk tersebut dengan
mendaftar semua kemungkinan (kombinasi dan ) dari setiap nilai kebenaran
variabelnya.
Ingkaran dari tautologi akan merupakan kontradiksi, sebab tautologi selalu bernilai benar
untuk setiap penggantian variabel kalimatnya, sehingga ingkarannya akan selalu bernilai
salah.
Selanjutnya, untuk membuktikan suatu bentuk kalimat merupakan tautologi selain
menggunakan tabel kebenaran dapat juga dilakukan dari luar tabel denga mengamati
hasil dari tabel. Sebagai contoh akan dibuktikan.
1. dan
2.
Penyelesaian:
1. Bentuk ini merupakan implikasi, sehingga akan bernilai benar jika anteseden
bernilai salah atau konsekuen benar. Satu-satunya kemungkinan yang dapat
membuat kalimat bernilai salah adalah anteseden yaitu bernilai benar. Tetapi
jika bernilai benar, maka sesuai nilai kebenaran dari disjungsi, bentuk
pasti bernilai benar apapun . Akhirnya juga bernilai benar.
2. Bentuk kalimat ini merupakan biimplikasi, sehingga akan bernilai salah hanya jika
keduanya mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.
Karena dan merupakan variabel kalimat, maka hanya cukup dibuktikan
salah satu sisi saja. Misalkan sisi sebelah kiri bernilai benar, maka bernilai
salah atau bernilai benar. Jika bernilai salah, maka apapun ,
implikasi pasti bernilai benar, sehingga,
pasti bernilai benar. Sedangkan jika bernilai benar, maka bernilai
salah atau bernilai benar, sehingga bentuk,
pasti benar.
Latihan 2.1
1. Tunjukkan dengan tabel kebenaran bentuk-bentuk kalimat berikut ini apakah
merupakan kalimat terbuka, tautologi atau kalimat yang selalu bernilai salah:
1.1 1.4
q
1.2 1.5
1.3
1.6
Rumus 2.3
1. 3.
2. 4.
Rumus 2.4
1. 3.
Rumus 2.8
1.
2.
Rumus 2.9
1. 3. (
2. 4.
Rumus 2.10 Hubungan implikasi dan biimplikasi dengan negasi, konjungsi dan
disjungsi.
1. 3. (
2.
4.
Rumus 2.11
1.
2. (sifat transitif)
Rumus 2.12
1.
2.
*+,-./.+
#$$$$$%
#$$%
0!
#$$%
1!
#$$%
1!
#$$%
Latihan 2.2 Buktikan, bahwa Rumus 21. – 2.12 di atas merupakan tautologi dengan
menggunakan pengisian tabel. Jika mungkin buktikan juga tanpa menggunakan pengisian
tabel.
Contoh 2.3.1 Buktikan bahwa salah satu titik potong grafik fungsi denganpersamaan
6 7 89 7 :9 0 ; :9 ; < terhadap sumbu = berada di interval ><(?.
Penyelesaian: Di dalam kalkulus berlaku sifat (implikasi) jika 8 kontinyu pada interval
>@ A?, dan berlaku 8@ dan 8A berbeda tanda, maka dapat ditemukan
B C >@ A?yang memenuhi 8B 7 D. Jadi implikasi ini bernilai benar.
Fungsi 6 7 89 7 :9 0 ; :9 ; < kontinyu pada ><(? dan 8 E D serta 8B( F D
Jadi anteseden implikasi terjadi, maka apat disimpulkan terdapat 9" C ><(? yang berakibat
89" 7 :9" ; < 7 D
Jadi satu titik potong grafik fungsi 8 terhadap sumbu = berada di interval ><(?.
Rumus 2.15 K M M
L K L
Misalkan akan dibuktikan pernyataan 4. Diandalkan 4. Jika dari kalimat 4 dapat
diturunkan G G , maka dapat disimpulkan 4 terjadi.
4 G G 2 Benar : Tautologi
4 G G Diturunkan dari 4
2 T : Modus Ponens
Dengan S dan J bilangan bulat, J I D danS J yaitu faktor persekutuan terbesar dari S
dan J sama dengan 1. N( bilangan rasional, maka N( 7 R+, untuk suatu bilangan bulat S
dan J dengan J I D dan S J 7 < (Modus ponens), sehingga
(J 7 N(J 7 S 7 SS
Sesuai modus ponens dapat disimpulkan S 7 (B, dengan c bilangan bulat. Akibatnya
(J 7 (B(B dan sesuai sifat konselasi berlaku JJ 7 J 7 (B , sama dengan J 7 (T
untuk suatu bilangan bulat T Akibatnya S J U ( kontradiksi S J 7 < dan S J U (
Yang benar OPN( bilangan irrasional.
Contoh 2.3.4 Di dalam himpunan semua bilangan bulat notasi 9! 9 V 9+ adalah
simbol faktor persekutuan terbesar dari 9! 9 V 9+ , buktikan, Bahwa,
Contoh 2.3.5 Di dalam semesta himpunan semua bilangan berlaku sifat jika W bilangan
prima dan WX@AY dengan @ dan A keduanya bulat, maka WX@Y atau WXA.Y
Bukti : Andaikan W [ A, Karena WXAA+\! Y maka sesuai sifat bilangan prima WXAY
atau WXA+\! Y Oleh karena W [ A, maka WXA+\! Y dan A+\! 7 AA+\ Jadi
WXA +\! Y WXA +\0 Y dan seterusnya. Pada akhirnya WXAY, sehingga dapat
disimpulkan WXA.Y
Contoh 2.3.6 Denagn semesta pembicaraan himpunan semua bilangan real, buktikan
bahwa jika untuk setiap C U 0 berlaku @]^_AHC, maka a Z b.
Bukti : Misalkan,
2 : Untuk setiap ` U 0 berlaku a Z b + C, dan
3 : a Z b,
Sehingga yang akan dibuktikan adalah implikasi “2 3”, diandaikan
4 G berlaku. Jadi 4 G terjadi, yaitu untuk setiap C U 0 memenuhi
a Z b + C tetapi Fa Akibatnya baFD Dipilih C yang sama dengan
.\c
, maka C > 0 dan
@;A
@ Z AHC7 A H
(
Akibatnya (@ Z (A H @ ; A, sehingga @ Z A, yaitu terbukti G . Sesuai
tautologi terbuktilah “2 3”.
Contoh 2.3.7 Buktikan bahwa jika @ dan A positif bilangan real positif, maka,
!
@ H A U N@A ,
Penyeleseaian :
1. Bukti secara posisitf : karena @ dan A positif, maka @ A @ H Adan @ ; A
positif, sehingga,
@ H A U @ H A ; @ ; A = @ H (@A H A ; @ ; (@A H A
@ H A U d@A
!
1
@ H A U @A
!
@ H A U N@A
Berarti yang harus dibuktikan adalah “235 Diandaikan ingkaran “235 yaitu
!
23 terjadi, maka @ dan A positif, tetapi @ H A E N@A.
! !
Akibatnya 1
@ H (@A H A 7 @ H A E @A,
1
sehingga @ H (@A H A E d@A
Jadi
@ ; A 7 @ ; (@A H A E D
yang berarti @ kompleks atau A kompleks, yaitu ingkaran dari @ dan A real positif,
sehingga terbukti “235
Latihan 2.3
1. Buktikan, bahwa bentuk-bentuk berikut merupakan tautologi, jika mungkin tanpa
menggunakan tabel.
1.1.
1.2. Modus toilendo ponens
1.3.
1.4. f f
1.5.
2. Buktikan secara langsung maupun dengan reductio ad absurdum, bahwa
banyaknya bilangan-bilangan prima tak terhingga.
!
3. Buktikan bahwa jika < H ;<+ ganjil maka J genap.