Anda di halaman 1dari 36

PT.

MEGA PERSADA INDONESIA


Mechanical Electrical and HVAC Contractor

PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN


LINGKUNGAN KERJA

Doc Number MPI-KKLKP-01


Revise 06
Date 25-08-2014

Jabatan Nama Tanda Tangan

dibuat HS&E staff Ricco F.S

diperiksa Management Rep Ir. A.Haris Fauzi

disetujui Director Ir. Novian Akbar

Dokumen ini milik PT. Mega Persada Indonesia dan tidak boleh disalin atau digunakan
untuk keperluan lain baik sebagian maupun seluruhnya tanpa persetujuan manajemen
PT. Mega Persada Indonesia
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

DAFTAR ISI

BAB JUDUL HALAMAN


I Pendahuluan 3
II Organisasi Tugas dan Tanggung Jawab 6
III Detail Prosedur 11

IV Form 12

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 1 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

I. PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

Untuk memastikan bahwa Kebijakan Perusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan


Lingkungan Kerja diimplementasikan dengan baik dan benar di proyek maupun di
Kantor Pusat PT. Mega Persada Indonesia.

1.2. Ruang Lingkup

1.2.1 Prosedur ini mencakup ketentuan – ketentuan administratif dan manajerial


dalam mengendalikan serta menangani hal keselamatan dan kesehatan
lingkungan kerja di seluruh area bangunan PT. Mega Persada Indonesia (kantor
Pusat & setiap Proyek).

1.2.2 Prosedur dan Standar ini tidak secara otomatis berlaku di proyek-proyek yang
ditangani oleh MPI secara Joint Operation dengan pihak lain, namun dapat
diberlakukan dengan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan sesuai
kesepakatan kedua pihak.

1.3. Definisi

 K3 : adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja, secara garis besar mempunyai


ruang lingkup yang sama dengan SHE (Safety, Health & Environment - atau juga
HSE).
 P2K3 : adalah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 SMK3 : adalah Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja

1.4. Referensi

1.4.1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980, tentang Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Konstruksi Bangunan.
1.4.2. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja :
nomor : KEP.174/MEN/1986 dan nomor 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
1.4.3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996
1.4.4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
1.4.5. Occupational Health and Safety Assessment Series - OHSAS 18001: 2007
1.4.6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/MEN/1987 Pasal 4 (1) menyatakan
bahwa “P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak diminta kepada Pengusaha atau Pengurus mengenai
masalah K3”.
1.4.7. Undang – undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
1.4.8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi RI No.Kep-75/MEN/2002
tentang pemberlakuan standar nasional Indonesia(SNI)No. SNI-04-0225-2000
mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di tempat
kerja.
MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 2 dari 30
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

1.4.9. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-


08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri (APD).
1.4.10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajeman Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

II. ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

2.1 Susunan organisasi K3 & P2K3 di PT Mega Persada Indonesia adalah sebagai berikut :

Direktur Utama
Ketua P2K3

Kepala Bagian Safety


MR,Sekertaris P2K3

Safety Staff

Kepala Bagian Kordinator Proyek


Anggota P2K3 Anggota P2K3

Staff Head Office


Head Office

Project Manager
Ketua P2K3 Site Office

Safety officer Site Manager


Sekertaris P2K3 Wkl. Ketua

Staff Project
= hubungan Anggota P2K3
fungsional
= hubungan komunikasi

2.2 Tugas dan tanggung jawab sebagai Direktur :

- Memastikan Kebijakan K3 ditetapkan


- memfasilitasi berlangsungnya kegiatan K3 di Perusahaan sesuai Kebijakan K3
- memonitor seluruh kegiatan K3 melalui pelaporan dari Kabag Safety, dan
melakukan koordinasi antara lain dengan pihak Project Manager untuk
mengatasi masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Kabag.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 3 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

2.3 Tugas dan tanggung jawab sebagai Kabag Safety :

a. Menterjemahkan Kebijakan K3 kedalam prosedur, standard dan instruksi kerja.


b. Memastikan bahwa segala ketentuan yang dituangkan dalam Prosedur K3
disosialisasikan, dipahami karyawan, dan dilaksanakan di Kantor Pusat dan di
semua proyek MPI sesuai dengan ruang lingkup kerja dan tanggung jawabnya
masing-masing.
c. Melakukan deteksi, analisa dan evaluasi untuk menghilangkan penyimpangan-
penyimpangan pelaksanaan K3 serta meningkatkan mutu pelaksanaan K3
d. Melaksanaan Audit K3, dan membuat laporan Hasil Audit untuk menjadi bahan
Rapat Tinjauan Manajemen Memonitor dan memastikan bahwa pada setiap
kecelakaan fatal yang terjadi, dilakukan proses penyelesaiannya sampai tuntas.
e. Senantiasa mengikuti perkembangan peraturan pemerintah serta referensi lainnya
yang berkaitan dengan K3 yang berlaku.
f. Melakukan koordinasi dengan bagian HRD untuk pelaksanaan pelatihan K3 di
lingkungan perusahaan.

2.4 Tugas dan tanggung jawab Safety Staff:


a. Memberikan bantuan teknis kepada Safety Officer di Proyek-proyek dalam
penerapan Prosedur K3 di proyek-proyek.
b. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai Komandan Pelaksana Tim
Tanggap Darurat di Kantor Pusat
c. Menyusun JSA (Job Safety Analysis) Kantor Pusat dan mengkoordinir teknis
pelaksanaan program-program sesuai JSA.
c. Monitoring pelaksaan prosedur di proyek-proyek a.l dengan mengikuti Inspekasi
K3, kunjungan berkala ke proyek
d. Merangkum laporan-laporan pelaksanaan K3 yang diperoleh dari proyek-proyek,
sehingga siap dijadikan sebagai bahan evaluasi pada Rapat Tinjauan Manajemen.

2.5 Kodinator Proyek bertanggung jawab atas terlaksananya K3 diseluruh proyek dan
memastikan tersedianya fasilitas K3 diseluruh proyek

2.6 Project Manager dan Kepala Bagian bertanggung jawab atas terlaksananya K3
diproyeknya / bagiannya , dan menyediakan fasilitas K3 di lingkungan proyek /
bagiannya

2.7 Tugas dan tanggung jawab Safety Officer – Site Office / proyek :
a. Menyusun perencanaan K3 sesuai kebutuhan/kondisi proyek
b. Melengkapi data-data, peraturan K3 kawasan setempat atau peraturan lainnya yang
terkait, Prosedur K3 yang ditempatkan di proyek.
c. Melaksanakan Inspeksi K3, Safety Patrol, dan Tool Box Meeting.
d. Membuat Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian
e. Mengikuti Audit K3, dan menindak-lanjuti hasilnya.
f. Melakukan Rapat Koordinasi K3
g. Membuat Laporan Bulanan.
h. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil di-proyeknya.
i. Merencanakan & memastikan bahwa fasilitas P3K dan alat pemadam kebakaran
selalu dalam keadaan selalu siap dan layak untuk difungsikan
j. Mempersiapkan & melaksanakan Safety Induction untuk Pekerja baru di proyek

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 4 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

2.8 Tugas dan tanggung jawab Site Manager dan Staff Head Office:

Bersama dengan bawahannya mendukung penerapan Prosedur K3 dalam melakukan


eksekusi pekerjaan di lingkungan kerja masing-masing.

III. Tugas dan Tanggung jawab P2K3 :

3.0 Ketua P2K3 :

Memimpin semua rapat pleno atau menunjuk pengurus lainnya untuk memimpin.
Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program – program yang
Telah ditentukan atau digariskan organisasi.
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaannya kepada pemerintah
Melalui pimpinan perusahaan.
Mempertanggungjawabkan program – program P2K3 dan pelaksanaannya kepada
Pimpinan perusahaan.

3.1 Wakil Ketua P2K3 :

Melaksanakan tugas – tugas Ketua dalam hal Ketua berhalangan dan membantu
Pelaksanaan tugas Ketua sehari – hari.

3.2 Sekertaris P2K3 :

Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat.


Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi untuk
Kelancaraan program-program K3.
Membuat laporan ke departemen-departemen perusahaan tentang adanya potensi
Bahaya di tempat kerja.

3.3 Anggota P2K3 :

Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan bidang tugas


Masing-masing.
Melaporkan kepada Ketua atas setiap kegiatan yang telah dilaksanakan

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 5 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

IV. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

PT. Mega Persada Indonesia sebagai kontraktor Mekanikal Elektrikal di Indonesia


berkomitment untuk:
 Menghasilkan produk sesuai Persyaratan Pelanggan dalam hal kualitas dan Keselamatan
dan Kesehatan Lingkungan Kerja
(Meet to the Customer Requirement in Quality and Health Safety Environtment)
 Menyelesaikan Pekerjaan Sekali Waktu dengan Kualitas Baik dan Aman
(One Time Good)
 Menyelesaikan pekerjaan Tepat Waktu tanpa mengesampingkan faktor keamanan.
(Project Completion on Schedule)
 Menjalankan Sistem Manajemen sesuai ISO 9001dan OHSAS 18001 dan Peraturan
Perundangan yang berlaku
(Comply with ISO 9001 and OHSAS 18001)
● Selalu berusaha mencegah terjadinya cidera / sakit akibat kerja
( To Prevent injury and ill health )
 Melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan
(Continuius Improvement)

V. FUNGSI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

1. Menghimpun dan mengelola data tentang K3 di tempat kerja.


2. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja;
Berbagai faktor bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
K3,termaksud bahaya kebakaran,peledakan dll serta cara penanggulangannya.
3. Membantu Pengusaha atau Pengurus dalam ;
Mengevaluasi,menentukan,memeriksa dan mengembangkan program K3 di
lingkungan kerja.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 6 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

4. Membantu Pimpinan Perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan pedoman


kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,higene
perusahaan,kesehatan kerja,ergonomi dan gizi tenaga kerja.

VI. DETAIL PROSEDUR

6.1 PROSEDUR PEMENUHAN KETENTUAN LEGAL

Kabag Safety bertanggung jawab dan atas hal-hal berikut :


a. Senantiasa melengkapi peraturan / perundangan / ketentuan legal lainnya dari
instansi Pemerintah yang relevan untuk penerapan K3 di Proyek dan Kantor Pusat.
b. Mengacu pada peraturan / perundangan yang berlaku.
c. Memastikan bahwa Peraturan / Perundangan yang digunakan adalah yang masih
berlaku, paling tidak dalam waktu 1 tahun sekali melakukan verifikasi masa
berlakunya kepada sumber terkait, diantaranya melalui internet http//bukukuning /
www.pu.go.id / hukumonline.com

d. Memastikan Prosedur K3 yang diterapkan sudah sesuai / memenuhi ketentuan


legal, dengan melakukan peninjauan terhadap dokumen Prosedur K3 minimal 1
(satu) kali setiap 6 bulan.

6.2 PROSEDUR KOMUNIKASI

a. Untuk mensosialisasikan Dokumen, Data, dan Informasi perihal K3, agar dapat
diterapkan dan dicapai tujuannya , maka dilakukan Komunikasi Internal
sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel Dokumen, Data, pada Prosedur
Pengendalian Dokumen

b. Kabag Safety bertanggung jawab untuk memastikan komunikasi tersebut


dilaksanakan , melakukan evaluasi efektivitasnya minimal 1 (satu) kali setiap 6
(enam) bulan, dan melakukan revisi yang diperlukan (misal : perubahan tujuan,
bentuk media komunikasinya)

6.3 PROSEDUR K3– UMUM (Kantor Pusat & Proyek)

6.3.1 JSA

a. Seluruh kegiatan penerapan K3 harus diawali dengan pembuatan JOB SAFETY


ANALSYSIS (JSA) atau Analisa bahaya, analisa resiko dan pengendalian resiko

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 7 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

b. JSA merupakan identifikasi potensi-potensi bahaya yang harus mencakup seluruh


kegiatan yang ada baik rutin maupun tidak rutin,dari dalam / luar area kerja,dan
memuat perencanaan tindakan pencegahannya agar potensi bahaya yang
diidentifikasiksan tersebut menjadi nol atau tingkat bahayanya menjadi turun
serendah mungkin.

c. Identifikasi potensi-potensi bahaya yang dimaksud adalah bahaya terhadap :


- keselamatan (safety) bagi setiap orang dan property/asset (barang-barang,
material,peralatan,bangunan) yang berada di dalam area bekerja dan juga
lingkungannya.
- kesehatan (healthy) bagi setiap orang yang berada di dalam area bekerja dan
juga lingkungannya, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

d. Untuk menyatakan suatu kegiatan pekerjaan mempunyai potensi / resiko bahaya,


dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. EFEK BAHAYA ( HAZARD EFFECT), yang timbul antara lain karena :

- Kompleksitas dari mesin dan alat (utama maupun alat bantu) yang
digunakan (jumlahnya, kandungannya, bagian-bagian yang
bergerak/berputar , manufernya, dll).
- Interaksi antara mesin / alat dan pekerja (penempatannya, jarak terhadap
pekerja / property, tingkat kesulitan pengoperasian, polusi suara/debu/asap,
dll)
- Lokasi / area bekerja (tinggi, dikedalaman, licin, sempit, curam, dll).
- Waktu / lamanya pekerjaan yang dilakukan (akibat yang ditimbulkan jika
dilakukan terus menerus / waktu yang lama)
- Jenis material yang digunakan (mengandung zat kimia, mengeluarkan
partikel-partikel halus, dll)
Efek Bahaya (Hazard Effect) dikategorikan dalam 5 (tiga) tingkat, yaitu :

 Sangat Tinggi (VH) : Dampak yang ditimbulkan sangat besar yaitu :

- Lebih dari satu orang meninggal dunia


- Terjadi kerugian diatas US$ 5.000.000.,-

 Tinggi (H) : Dampak yang ditimbulkan besar antara lain:

- Akibat yang ditimbulkan terhadap manusia adalah


sampai dengan 1 orang fatal atau meninggal dunia.
- terjadi kerugian akibat property damage / asset
damage bernilai diatas US$ 500.000.,- US$
5.000.000.,-.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 8 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

 Medium (M) :Dampak yang ditimbulkan cukup besar antara lain

- Akibat yang ditimbulkan pada manusia adalah


kehilangan hari kerja (lost time injury) sampai dengan
yang luka serius dan cacat parsial permanen.
- 1 atau 2 orang yang mendapat luka serius.
- Peralatan besar rusak dan mempengaruhi produktifitas
kerja tetapi dalam waktu yang singkat
- Terjadi kerusakan lingkungan tapi tidak terlalu
membahayakan.
- terjadi kerugian akibat property damage / asset damage
bernilai diatas US$ 100.000,- sampai US$. 500.000,-

 Rendah (R) : Dampak yang ditimbulkan kecil antara lain :

- Akibat yang ditimbulkan pada manusia sebatas tindakan


first aid ( P3K) dan medical treatment
- Hanya peralatan kecil yang rusak dan tidak
mempengaruhi produktifitas kerja.
- terjadi kerugian akibat property damage / asset damage
bernilai sampai dengan US$ 100.000

 Sangat Rendah (R): Dampak yang ditimbulkan kecil antara lain :

- Akibat yang ditimbulkan pada manusia sebatas


tindakan first aid ( P3K) dan medical treatment
- Hanya peralatan kecil yang rusak dan tidak
mempengaruhi produktifitas kerja.
- Terjadi kerugian akibat property damage / asset
damage bernilai dibawah US$ 10.000

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 9 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

2. TINGKAT KEKERAPAN (FREQUENCY),

yaitu kemungkinan terjadinya kecelakaan dari jenis pekerjaan tertentu yang


ditentukan berdasarkan frekwensi (kekerapan) kecelakaan yang pernah terjadi
sebelumnya pada jenis pekerjaan yang sama.

Tingkat Kekerapan (Frequency) dikategorikan dalam 3 (tiga) tingkat, yaitu :

 Tinggi (H) : Kecelakaan yang sama terjadi 2 kali atau lebih dalam
seminggu, atau dari 10 kejadian terdapat 1 atau lebih
kecelakaan yang sama.

 Medium (M) : Kecelakan yang sama terjadi 1 kali dalam 1 – 6 bulan,


atau dari 1000 kejadian terdapat 1 atau lebih kecelakaan
yang sama.

 Rendah (L) : Kecelakaan yang terjadi hanya 1 kali dalam jangka


waktu setahun atau lebih. Atau kurang dari 1 dari seribu
kejadian.

Maka resiko bahaya dan tindak lanjut yang harus dilakukan di tetapkan
berdasarkan ditetapkan berdasarkan matriks dari 2 hal tersebut (Matrix Resiko
Bahaya) dan serta evaluasi & prioritas dari Residual Risk :

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 10 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

TINGGI SEDANG RENDAH


(H) (M) (L)
Likelihood
> 1 dr 10 1 dr 10 – 1 < 1 dr
Pasti dr 1000 1000
Conseqence
kejadian kadang- tidak ada
kadang kejadian

Sangat tinggi (VH)


 Banyak kematian
 Fasilitas rusak berat H 15 H 14 H 11
( > $ 5,000,000)

Tinggi (H)
 Kematian tunggal
 Fasilitas penting H 13 H 12 M 10
rusak ($ 500,000 - $
5,000,000)

Sedang (M)
 Ketidakmampuan
permanen
 Fasilitas rusak H9 M8 M4
sedang ($ 100,000 - $
500,000)

Rendah (L)
 Cedera ringan
tunggal atau banyak M7 M6 L2
 Fasilitas rusak
ringan ($ 100,000)

Sangat Rendah (VL)


 P3K tunggal
 Fasilitas rusak M5 L3 L1
sangat ringan ( < $
10,000)

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 11 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

Resiko
Control action/Tindakan pengendalian
Faktor
H 15 Tindakan seketika yaitu pekerjaan tidak boleh
dilakukan karena berpotensi kerugian yang serius.
H 14 Pekerjaan harus ditetapkan/diteliti ulang, atau
tindakan pengendalian lebih lanjut harus disiapkan
untuk mengurangi risiko. Tindakan pengendalian ini
H 13 harus melalui pengkajian secara lengkap dan diterima
sebelum pekerjaan dapat dilaksanakan.

Pekerjaan hanya dapat dilakukan melalui otorisasi


H 12
langsung dari Site Manager melalui konsultasi dengan
H 11 para ahli (specialist personnel) dan assessment team
yang lengkap.Dimama mungkin pekerjaan harus
H9 ditetapkan/diteliti ulang untuk melihat bahaya-bahaya
terkait, atau risiko harus diturunkan lebih lanjut
M10 sebelum memulai pekerjaan.

M8 Pekerjaan boleh dilakukan, tetapi demikian harus


dibawah pengawasan dan pemantauan yang ketat.
M7 Team harus mengunjungi berulang-ulang seluruh area
yang di kaji (assessment) untuk melihat apakah risiko
masih dapat diturunkan lagi sebelum pekerjaan
M6 diijinkan untuk dilaksanakan.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 12 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

M5
Pengendalaian dapat diterima, tetapi demikian
M4
peninjauan untuk melihat apakah risiko masih dapat
L3 diturunkan lagi.
L2
L1 Tingkat risiko dapat diterima, tidak perlu
pengendalian lebih lanjut.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 13 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

e. Di Kantor Pusat dan di setiap Proyek MPI harus dibuatkan JSA

Lakukan analisa dari setiap : Dilihat dari sisi : KESELAMATAN dan


o Kegiatan / Pekerjaan KESEHATAN :
o Alat / Mesin o Apakah berbahaya bagi orang yang ada di
o Jenis material area kerja maupun di lingkungannya ?
o Situasi / lokasi kerja o Apakah berbahaya bagi property/asset
o Metode / Cara bekerja yang ada di area kerja maupun di
o Interaksi antar pekerja & lingkungannya ? :
antar pekerjaan

o Tentukan tingkat bahaya yang mungkin


o Tentukan tindakan pencegahan ditimbulkan (Hazard Effect & Probability)
supaya resiko bahayanya - Rendah ( L ) , atau
ditiadakan atau tingkat - Medium ( M ), atau
bahayanya diturunkan. - Tinggi ( H )

( gunakan Matrix Resiko Bahaya)

o Dapatkan Evaluasi dan prioritas dari


Resiko Akhir
(gunakan Risk Faktor Matrix)

o Masukan dalam JSA

( gunakan Form K3-01 )

g. JSA harus sesuai dengan kondisi masing-masing (kantor pusat atau masing-
masing proyek). Gunakan Form No. : MPI-K3- 01.

h. JSA harus di tinjau ulang dan direvisi seperlunya (up-dated) bilamana :


- ada perubahan situasi / perubahan metode kerja / perubahan lingkup
pekerjaan dan hal lainnya yang secara signifikan berdampak pada perubahan
resiko bahaya dan cara pencegahannya.
- terjadi kecelakaan yang belum teridentifikasi sebelumnya atau disebabkan
kegagalan pencegahannya.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 14 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

h. Yang harus diidentifikasikan dalam JSA antara lain :

 Umum (untuk Kantor Pusat & Proyek)

- Area / ruang utility berikut mesin-mesin yang ada didalamnya (seperti :


ruang/area mesin, ruang/area Panel Listrik)
- Fasilitas kantor / gedung (seperti : Air conditioning, dll).
- Mesin / Peralatan kantor yang digunakan (seperti : mesin Foto copy,
Computer, dll )
- Area/ruangan penyimpanan material/barang-barang/spare patrs/ dokumen
- Perpakiran / lalulintas kendaraan
- Penanganan sampah
- Area toilet (termasuk yang bersifat temporary)

 Khusus Proyek (selain yang umum diatas)


- seluruh item pekerjaan konstruksi yang ada dari awal proyek hingga akhir
(gunakan item pekerjaan yang ada pada kurva S, termasuk pekerjaan
persiapan).

i. Dalam pembuatan JSA, tindakan untuk mengurangi resiko kecelakan harus


mengacu / sesuai dengan Tabel Ketentuan Legal dan standard lain yang berlaku dan
mengikuti hirarki : a. Elemenasi, b. Subtitusi, c. Enginner, d. Administrasi, e. APD
( Alat Pelindung Diri )

6.3.2 TIM TANGGAP DARURAT

a. Di Kantor Pusat dan di setiap Proyek MPI harus dibentuk Tim Tanggap Darurat
yang siap melakukan penanganan keadaan darurat.
Yang dimaksud keadaan darurat apabila terjadi antara lain :
- Kebakaran
- Ledakan
- Huru – hara
- Ancaman Bom
- Gempa
- Banjir
- dll, dimana diperlukan suatu Emergency Plan / Rencana Tanggap Darurat untuk
mengatasi masalah/ situasi tersebut.

b. Tim Tanggap Darurat minimal mencakup sebagaimana diagram berikut :

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 15 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

Ketua Tim
Safety Dep.Head
DD……………

Komandan Pelaksana
Safety Staff
SS……………………

Regu Pemadam Teknisi Regu Evakuasi Regu P3K


Kebakaran
 Listrik  Koordinator  Koordinator
 Genset  Anggota setiap  Anggota
 Chief Security departemen
 Anggota Secutiry

Tim Tanggap Darurat

c. Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim Tanggap Darurat :

 Mensosialisasikan Sistem Tanggap Darurat ini kepada seluruh karyawan/


orang-orang yang secara tetap berada di dalam kawasan.
 Membuat dan menyelenggarakan program pelatihan .
 Melakukan koordinasi dengan Bagian-Bagian lain untuk memastikan sistem
peralatan/ fasilitas (Tangga Darurat, Fasilitas M/E) yang terkait dengan
keadaan darurat selalu tersedia dan dalam keadaan berfungsi.
 Melakukan koordinasi dengan pihak Keamanan (security)
 Mengumpulkan data nomor-nomor telepon penting di daerahnya masing-
masing, seperti : Polisi, Pemadam kebakaran, Rumah Sakit, Tim
Pengendalian banjir ; dan memastikan bahwa nomor-nomor tersebut serta
nomor-nomor dari setiap anggota Tim Tanggap Darurat selalu up-dated dan
berada (ditempel) di tempat-tempat penting (pos jaga, dekat telepon, pos
Safety)
 Melaporkan semua kejadian sampai dengan penyelesaiannya kepada Direksi
 Membantu kelengkapan pelaksanaan klaim asuransi, dan hal-hal lain yang
terkait.

d. Tugas dan tanggung jawab Komandan Pelaksana :

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 16 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

 Menjaga kesiagaan : Mengembangkan, melatih dan selalu menjaga agar Tim


selalu dalam keadaan siaga untuk mengatasi segala bentuk keadaan darurat.
 Mengevaluasi, memutuskan dan memberi pengarahan : Mengevaluasi,
memutuskan dan memberi pengarahan kepada anggota Tim untuk melakukan
tindakan tindakan yang tepat dalam keadaan darurat
 Memberitahukan kepada instansi pemerintah : Memastikan agar semua
instansi pemerintah yang berkepentingan segera di beri tahu bilamana timbul
keadaan darurat.
 Menjalin hubungan dengan instansi terkait : Mengadakan dan memelihara
hubungan baik dengan instansi seperti Dinas Pemadam Kebakaran, Kantor
Kepolisian dan lainnya.
 Melaporkan semua kejadian kepada atasan : Segera melapor kepada Ketua
Tim setiap peristiwa situasi darurat dan perkembangannya.

e. Tugas dan tanggung jawab Regu Pemadam kebakaran, Teknisi, Regu P3K, dan
Regu Evakuasi dapat dilihat pada diagram alir (flow chart)

f. Tim Tanggap Darurat wajib melakukan pelatihan Tanggap Darurat secara berkala.
Petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menghadapi keadaan
darurat serta bentuk & sarana komunikasi yang harus dilakukan harus dipasang
pada tempat-tempat yang penting, seperti pada Pos Jaga, Ruang Control, Ruang
Panel.

g. Tim Tanggap Darurat di kantor pusat dan di masing-masing proyek bertanggung


jawab melakukan sosialisasi tentang prinsip-prinsip utama sebagaimana diuraikan
dibawah ini :

1. Tindakan pada kejadian Kebakaran.


Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :
 Orang pertama yang melihat adanya kebakaran harus segera melakukan
tindakan :
- Meneriakan kata “ KEBAKARAN “, tetapi dengan cara tanpa
menimbulkan kepanikan.
- Jika masih memungkinkan dalam arti jika tidak membahayakan diri sendiri
atau dengan bantuan orang lain yang ada disekitarnya, untuk memadamkan
api dengan tabung APAR atau dengan karung / kain basah.
- Melakukannya sendiri atau meminta orang lain supaya segera
menghubungi petugas security atau Tim Tanggap Darurat, dan berikan data
lokasi kebakaran dengan jelas.
- Melakukannya sendiri atau meminta orang lain untuk menekan tombol
tanda kebakaran yang terdekat dari lokasi kebakaran

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 17 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

- Jika masih memungkinkan, tetap berada di tempat atau disekitarnya untuk


menunjukan arah dan lokasi kebakaran yang tepat kepada petugas yang
datang.
 Menutup semua pintu ruangan (atau menutup pintu kembali jika
melewatinya), amankan semua barang berharga, kunci semua lemari besi dan
filling cabinet yang ada.
 Jika ada instruksi melakukan evakuasi (mengosongkan ruangan), maka harus
dilakukan dengan tertib : Jangan mendorong / menyerobot , tidak
menggunakan Lift.
 Supaya mengikuti instruksi dari Regu Evakuasi, gunakan jalur yang
ditentukan menuju TEMPAT BERKUMPUL (MUSTER POINT).
 Supaya tetap berada di Tempat Berkumpul agar keberadaan setiap orang
penghuni dapat diketahui, tetap mengikuti petunjuk Tim Tanggap Darurat.

2. Tindakan pada kejadian huru-hara atau keributan massa.


Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :
 Yang harus dilakukan.
- tidak mendekati tempat kejadian.
- menutup tirai jendela dan menjauhkan diri dari jendela.
- mengunci semua pintu akses keluar masuk gedung
- melaporkan jika ada sesuatu atau orang yang mencurigakan.
 Bahwa pintu gerbang akan ditutup oleh petugas. Tidak ada orang / kendaraan
yang diperbolehkan untuk memasuki ataupun meninggalkan gedung tanpa
izin terlebih dahulu dari Kepala Security

3. Tindakan pada kejadian kecelakaan yang mengakibatkan korban cedera berat.


Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :
 Pastikan ada seseorang yang segera menghubungi pelayanan ambulance
melalui nomor 118.
 Menghubungi Regu P3K atau Tim Tanggap Darurat
 Bahwa memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan hanya
di-ijinkan kepada setiap orang yang telah mempunyai kompetensi untuk
melakukannya.
 Hanya apabila cederanya tidak akan berakibat yang lebih serius bila korkan
dipindahkan dari tempatnya, segera amankan orang tersebut hingga tibanya
pertolongan oleh yang berkompeten.
 Tidak melakukan dan bahkan cegah terjadinya kerumunan terhadap korban.

4. Tindakan pada kejadian Gempa Bumi.


Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :
 lakukan :
- Lari keluar, ini boleh dilakukan hanya jika bisa dilakukan dalam waktu
sangat singkat (misal : dilantai dasar).

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 18 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

- Jika tidak mungkin keluar bangunan, usahakan berada dekat dengan


dinding paling luar bangunan atau jika mungkin di sebelah luar dinding.
- Ambil posisi meringkung disamping suatu benda besar yang tidak bisa
rubuh dan remuk (seperti : sofa,meja, tumpukan kertas)
 Jangan lakukan :
- berlindung disamping benda yang dapat rubuh (seperti : lemari) atau
dibawah benda yang dapat hancur (seperti : meja dari material ringan)
- berdiri dibelakang/depan pintu
- lari keluar melalui tangga (dari lantai atas ke bawah)

5. Tindakan pada kejadian Ancaman Bom


Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :
 Setiap orang yang menerima langsung ancaman bom melalui telepon, harus
berusaha/membujuk agar penelpon tetap bicara dan memperoleh informasi :
- Kenapa dia melakukannya
- Dimana bom diletakan, kenapa diletakan disana
- Kapan bom akan meledak
- Seperti apa bentuknya
Usahakan mengenali penelpon, suara belakangnya serta tanda-tanda lain dan
kemudian segera beritahu security.
 lakukan :
- Matikan semua radio
- Tetaplah digedung sampai ada pemberitahuan untuk evakuasi.
 Jangan lakukan :
- Menyentuh atau memindahkan barang yang mencurigakan
- Berteriak membuat / menimbulkan suasana panik

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 19 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

DIAGRAM ALIR EVAKUASI


PENANGGUNG
DIAGRAM ALIR JAWAB
URAIAN

KEADAAN DARURAT &


KEPUTUSAN MELAKUKAN EVAKUASI
1. Evakuasi

Komandan  Memberikan keputusan untuk melakukan


1.
Lapangan evakuasi
EVAKUASI  Memberi instruksi kepada Regu Evakuasi untuk
melakukan evakuasi di area masing-masing dan
memberi keputusan urutan evakuasi (lokasi
mana yang pertama dan selanjutnya, sesuai
2.
PENDATAAN situasi)
DI MUSTER POINT Kordinator Regu  Memimpin proses evakuasi dari Muster Point
Evakuasi  Memberi instruksi kepada Regu Evakuasi untuk
melakukan evakuasi di area masing-masing
sesuai urutan
 Terus menerus memonitor dan berkoordinasi
dengan anggotanya

Tidak Anggota Regu  Melakukan evakuasi di areanya masing-masing


LENGKAP
Evakuasi dengan urutan sesuai instruksi , dan memper-
hatikan hal-hal berikut:
- Wanita hamil, orang lanjut usia atau orang
sakit harus didahulukan.
Ya - Apabila ada orang yang pingsan atau sakit
segera di evakuasi menuju pos P3K
3. - Wanita harus melapaskan sepatu hak
CARI / RESCUE tingginya.
- Tidak ada yang berlari tapi berjalan dengan
cepat menuju tangga dan tangan harus tetap
berpegangan pada handrail.
- Segera menuju ke pintu keluar dan kemudian
Instruksi menuju tempat berkumpul (Muster Point)
tindak lanjut - Tidak ada yang kembali kelokasi kerja kecuali
Ke prosedur P3K keadaan sudah aman.
jika ada - membuat situasi tidak panik.
kecelakaan - mengingatkan terus supaya orang2 menuju
Muster Point
2. Pendataan
SELESAI
Kordinator Regu  Mengatur supaya di Muster Point setiap orang
Evakuasi berada pada kelompok sesuai lantai / area
masing-2,
3. dan lakukan pendataan orang yang
belum ada di Muster Point

3. Cari / rescue
Kordinator Regu  Melakukan koordinasi dengan anggota regu
Evakuasi untuk mencari orang yang belum berada di
Muster Point

3. Instruksi lebih lanjut


Ketua Tim  M e m o n i to r s e l u r u h k e j a d i a n , m e l a k u k a n
koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk
diambilnya suatu keputusan bahwa :
- keadaan sudah terkendali, dan boleh
melakukan aktivitas kembali, atau
- keadaan belum normal, dan orang2
dipulangkan / meninggalkan kantor /
bangunan / proyek

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 20 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

DIAGRAM ALIR TANGGAP KECELAKAAN


PENANGGUNG
DIAGRAM ALIR JAWAB
URAIAN

TERJADI KECELAKAAN

1. LAPORAN KECELAKAAN 1. LAPORAN KECELAKAAN


KE REGU P3K
Anggota / Regu  Jika mendapat laporan kecelakaan,
P3K dan korban berada dilokasi kejadian,
minta informasi singkat :
2. - lokasi korban
PERTOLONGAN / - gejala sakit / cedera yang dialami
PENGOBATAN
Berikan instruksi singkat perihal yang
harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan sesuai sakit / cedera
yang diderita korban, sementara
PERLU DIBAWA
anggota / Regu P3K menuju lokasi
KERUMAH SAKIT  Segera menuju lokasi dengan
membawa Kotak P3K yang
memadai (termasuk tandu jika
SELESAI Ya dirasa perlu dan memungkinkan)

2. Pertolongan / Pengobatan
DIBAWA KE DOKTER / KLINIK
/ RUMAH SAKIT
Anggota / Regu  Periksa korban, berikan perolongan
P3K pertama dan putuskan apakah
korban perlu penanganan dokter
atau harus ke rumah sakit.
TINDAK LANJUT SESUAI
3. Dibawa ke Dokter /Klinik/ Rumah Sakit
PROSEDUR LAPORAN
KECELAKAAN  Koordinasi untuk mendapatkan
, INVESTIGASI &
PENYELESAIANNYA Koord. / anggota kendaraan yang bisa membawa
Regu P3K korban ke Dokter / Klinik / Rumah
Sakit terdekat.
 Koordinasi dengan pihak Rumah
Sakit jika perlu ambulance

Anggota / Regu  Bawa korban ke dokter/klinik/RS


P3K

3. Dibawa ke Dokter /Klinik/ Rumah Sakit


Komandan  Lakukan tindak lanjut sesuai
Lapangan & prosedur Laporan Kecelakaan,
Regu P3K Investigasi, dan Penyelesaiannya.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 21 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 22 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

3.3.3 TRAINING

a. Kabag Safety harus memenuhi kompetensi personil Safety dan Tim Tanggap
Darurat melalui program pelatihan, yang direncanakan dan dilaksanakan
berkoordinasi dengan Bagian HRD (pelatihan tingkat Pusat)

b. Pelatihan K3 di proyek dapat dilakukan oleh Safety Manager/Safety Officer dengan


menyesuaikan kebutuhan spesifik proyek masing-masing, termasuk bilamana
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan para personil safety dari pihak
subkontraktor.

3.3.4 SAFETY INDUCTION

a. Baik di Kantor Pusat maupun di masing-masing proyek harus dilakukan Safety


Induction.
b. Safety Induction di Kantor Pusat dilakukan untuk memberikan pengarahan
kepada setiap tamu yang datang saat diterima oleh Security.
Isi pengarahan adalah :

- Menjelaskan komitmen MPI dalam menerapkan K3.


- Menjelaskan jalur yang harus dilaluinya ke tempat tujuan
- Menjelaskan jalur evakuasi jika ada keadaan darurat

Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.
Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah
mengetahui penjelasan tersebut.

c. Safety Induction di proyek dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada


pekerja dan setiap tamu yang datang.
Isi pengarahan ini adalah :

 Khusus untuk tamu


- Menjelaskan komitmen MPI dalam menerapkan K3.
- Menjelaskan jalur yang harus dilaluinya ke tempat tujuan
- Menjelaskan jalur evakuasi jika ada keadaan darurat
- Menjelaskan tentang keharusan menggunakan APD yang sesuai.

Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.
Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah
mengetahui penjelasan tersebut.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 23 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

 Khusus untuk pekerja


- Menjelaskan tentang Tata Tertib Proyek
- Menjelaskan tentang arti rambu-rambu
- Menjelaskan tentang pemakaian APD yang sesuai .

Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan pada sebuah papan yang
ditunjukan dan dijelaskan kepada setiap pekerja.
Dan pekerja yang telah di berikan induction harus menandatangani pernyataan
telah mengikuti induction (Form K3-02). Hal ini harus dilakukan setiap ada
pekerjanya yang baru.

3.3.5 LAPORAN HARIAN

a. Setiap bentuk kejadian / kecelakaan harus dicatat dalam Laporan Harian


(Form MPI-K3-07) dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Nearmiss :

 Nyaris Terjadi Kecelakaan (Nearmiss) : yaitu adanya suatu situasi yang


nyaris mendatangkan kecelakaan, namun tidak mengakibatkan adanya korban
(manusia) cidera maupun kerugian karena kerusakan property / asset
(barang/material/peralatan).

2. Kecelakaan dengan cedera :


 First aid / P3K : yaitu korban (manusia) kecelakaan mengalami cedera ringan
yang dapat diobati / dipulihkan ditempat dengan P3K, sehingga korban dapat
segera bekerja kembali. Dalam hal ini tidak ada perhitungan kehilangan jam
kerja.
 Medical treatment / pengobatan : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera
yang memerlukan pengobatan oleh tenaga medis (dokter), kemudian korban
dinyatakan dapat segera bekerja kembali dan tidak cacat. Dalam hal ini tidak
ada perhitungan kehilangan jam kerja.
 Loss time injury : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera yang
memerlukan perawatan medis lebih dari 1 hari (1x24 jam) dan tidak
mengalami cacat permanen. Dalam hal ini perhitungan kehilangan jam kerja
dimulai pada hari ke 3 (tiga) perawatan.
 Partial disability : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera yang
memerlukan perawatan medis, dimana korban tidak mengalami kehilangan
anggota tubuhnya tetapi mengalami disfungsi / cacat permanen. (Contoh :
korban cidera pada jari tangannya, dimana jari tangan tetap utuh namun
terjadi cacat/disfungsi seperti tidak bisa ditekuk dll). Dalam hal ini kehilangan
jam kerja dihitung mengikuti tabel Perhitungan Kehilangan Jam Kerja (lihat
lampiran)

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 24 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

3. Kecelakaan Fatal
 Permanent disability : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban
(manusia) cedera, dimana korban mengalami kehilangan anggota tubuhnya.
(Contoh : korban mengalami putus jari tangannya, walaupun hanya sebagian).
Dalam hal ini Kehilangan Jam Kerja dihitung mengikut tabel
 Meninggal : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban (manusia)
meninggal baik langsung setelah kecelakaan maupun setelah menjalani
pengobatan / perawatan dalam kurun waktu 30 hari. Dalam hal ini Kehilangan
jam kerja (loss time) dihitung 6000 jam.

4. Property / Asset Damage


yaitu kerusakan property / asset seperti peralatan, material, barang-barang yang
berharga akibat dari suatu kecelakaan, yang mengakibatkan adanya kerugian.
Property/asset damage dapat terjadi bersamaan dengan ”kecelakaan dengan
cidera” maupun ”kecelakaan fatal”.

b. Untuk setiap kecelakaan yang mengakibatkan adanya kehilangan jam kerja atau
property/asset damage, maka harus diinformasikan dalam waktu 1x24 jam kepada :
 Direksi (masing-masing Bagian / Proyek)
 Kabag Safety
 Pimpinan Perusahaan Subkontraktor (jika korban adalah pekerja subkontraktor)

c. Kecelakaan Kerja yang termasuk dalam Kecelakaan Fatal harus dilaporkan ke


Depnakertrans dalam waktu 2x24 jam.

e. Investigasi dan Penyelesaian atas korban kecelakaan harus dituntaskan secepatnya


dan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menjamin tidak ada lagi
tuntutan/masalah dari pihak korban di kemudian hari.

f. Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaiaan (Form MPI K3-08, Laporan


Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian) yang telah diisi lengkap setelah
keseluruhan proses penyelesaiannya tuntas diselesaikan, harus dikirim ke Bagian
Safety (Kantor Pusat) .

3.3.6 LAPORAN KECELAKAAN, INVESTIGASI & PENYELESAIAN

a. Untuk kecelakaan dengan jenis berikut :


- Loss time injury
- partial disability
- permanent disability
- meninggal

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 25 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

- property /asset damage


maka harus dibuatkan laporannya berikut hasil investigasi, rekomendasi sampai
dengan peyelesaiannya (Gunakan Form MPI-K3-07 , Laporan Kecelakaan,
Investigasi & Penyelesaian).
b. Khusus kecelakaan dengan jenis Nearmiss, P3K / First Aid dan Medical Treatment
tidak perlu dilakukan sebagaimana no. a diatas

4.4 PROSEDUR K3 – KHUSUS di PROYEK

4.4.1. PERENCANAAN PROSEDUR K3

a. Proyek harus membuat Perencanaan K3 (Safety Plan) dan Target K3 (sesuai target
yang ditentukan Perusahaan) sebelum pekerjaan fisik dimulai.

b. Perencanaan K3 harus meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal berikut :


 Jenis-jenis pekerjaan yang mempunyai resiko berbahaya, serta cara
pencegahannya – JSA (gunakan Form K3-01, Identifikasi Masalah K3 / JSA).
 Organisasi Tim Tanggap Darurat
 Program dan jadwal training/ pelatihan K3 dan simulasi tanggap darurat
 Penempatan informasi-informasi penting pada pos-pos Safety & Security, antara
lain :
- Peraturan K3 didaerah / kawasan setempat (bila ada)
- Denah proyek lengkap dengan jalan masuk & keluar proyek, posisi fasilitas
K3 dan fasilitas untuk evakuasi.
- Alamat dan nomor telepon Poliklinik/Rumah Sakit terdekat.
- Alamat dan nomor telepon Kantor Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
- Alamat dan nomor telepon Kantor Polisi terdekat
c. Sebagai kelengkapan Perencanaan K3, juga harus dilengkapi dengan dokumen-
dokumen yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah seperti :
 Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Jamsostek (setempat)
 Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Depnaker (setempat)
 Surat pemberitahuan keberadaan proyek pada institusi-institusi terkait yang
diperlukan.

4.4.2 FASILITAS P3K.

a. Fasilitas P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang paling minimal di


proyek adalah :
 1 (satu) personel yang memahami prosedur/cara – cara melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
 Kotak obat P3K (isi dari kotak P3K dapat dilihat pada dokumen Standard K3
 Tandu
b. Khusus untuk proyek besar dan beresiko tinggi, maka fasilitas P3K harus
ditingkatkan sesuai dengan kondisi proyek, misal :
 Klinik
 Kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 26 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

4.4.3 TANGGUNG JAWAB SUBKONTRAKTOR DALAM K3.

a. Setiap Subkontraktor harus melengkapi metode pelaksanaan pekerjaannya dengan


Perencanaan Keselamatan Kerja, dan dipresentasikan kepada Tim Proyek
(bersamaan dengan presentasi metode pelaksanaan & mutu Safety Officer MPI
harus mengarahkan presentasi ini agar berdasarkan Perencanaan Keselamatan Kerja
yang dibuat Subkontraktor , Safety Officer MPI mendapat masukan dan meninjau
kembali Analisis Masalah K3 - JSA dan menyesuaikannya (menambah / merubah)
bilamana diperlukan.

b. Setiap Subkontraktor – khususnya yang mempunyai pekerjaan skala besar atau


mempunyai resiko pekerjaan yang berbahaya diharuskan melengkapi tim-nya
dengan personil safety dengan jumlah yang memadai, yang bertugas dibawah
koordinasi Safety Officer MPI

4.4.4 PENERAPAN STANDARD K3

a. Safety Officer dan Safety Supervisor bertanggung jawab menerapkan ketentuan-


ketentuan yang ada di dalam Standard K3 secara konsisten dalam usaha mencapai
Zero Accident (Nihil Kecelakaan).

b. Safety Officer harus memastikan bahwa Rambu-rambu Peringatan telah dipasang


secara memadai (jenis, jumlah, penempatan, selalu dalam kodisi layak) dan
memenuhi ketentuan Standard K3

b. Safety Officer harus memastikan bahwa setiap orang yang berada didalam proyek
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat (jenis, cara pemakaian, dalam
kondisi layak) sesuai ketentuan Standard K3.

c. Safety Officer harus memastikan bahwa Alat Pengaman Kerja (APK) telah
dipasang secara memadai (jenis, jumlah, , penempatan, selalu dalam kondisi layak)
dan memenuhi ketentuan Standard K3.

b. Safety Officer / Safety Supervisor harus memastikan bahwa setiap peralatan


(Scaffolding, mesin listrik, dll) yang dalam keadaan rusak / tidak layak digunakan /
dalam perbaikan, telah diberi / dipasang tanda / label (tag) yang
mengidentifikasikan status bahwa peralatan tersebut tidak boleh digunakan / tidak
boleh dinyalakan.
Pencabutan tanda / label status tsb diatas, harus seijin dan dilakukan oleh Safety
Officer / Safety Supervisor

4.4.5 SURAT IJIN BEKERJA.

a. Untuk pekerjaan yang diidentifikasikan sebagai beresiko (yang telah dituangkan


pada Form MPI-K3-01), dan pekerjaan tertentu lainnya yang mengandung
resiko kecelakaan, bekerja dihari libur atau bekerja diluar jam kerja yang
ditentukan (ekstra lembur dimana pengawasan sudah tidak ada atau minim, atau
tidak ada Safety Supervisor yang bertugas) , maka untuk bekerja dengan kondisi /

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 27 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

situasi tersebut hanya dapat dilakukan setelah Safety Officer memberikan Surat Ijin
Bekerja (Form K3-05).

b. Untuk kemudahan pengawasan, maka copy dari Surat Ijin Bekerja dapat
(sebaiknya) ditempel pada area dimana pekerjaan tersebut dilakukan

c. Jika ada pekerjaan yang dianggap berbahaya yang tidak dilengkapi dengan surat
Ijin Kerja, maka personil safety dilapangan berhak memberhentikan pekerjaan
tersebut, sampai dianggap telah memenuhi standar keselamatan yang ada di MPI.

d. Jenis-jenis pekerjaan yang dimaksud mengandung resiko kecelakaan adalah :


- Pasang / bongkar /merubah scaffolding (dalam jumlah banyak dan tinggi)
- Pekerjaan pengelasan (hot work)
- Confine space entry( masuk ruang terbatas )
- Pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi ( x-ray,dll)
- Pemindahan alat-alat berat
- Pekerjaan pengangkatan beban yang berat (critical lifting)
- Pekerjaan menggunakan ramset
- Pekerjaan menggunakan kerek/katrol/tuckle di ketinggian lebih dari 2 meter)
- Bekerja lembur

e. Surat Ijin Bekerja yang dikeluarkan harus jelas dan tegas menyatakan mulai dan
berakhirnya ijin diberikan.

f. Setiap lembar Surat Ijin Bekerja hanya berlaku hanya untuk 1 (satu) hari kerja, dan
diterbitkan harus pada hari yang sama dimana pekerjaan dilaksanakan.

g. Setiap mandor / subkontraktor / internal MPI yang tidak mengindahkan ketentuan


Ijin Bekerja harus diberikan Surat Peringatan.

4.4.6 TOOL BOX MEETING

a. Setiap proyek harus melaksanakan Tool Box Meeting

b. Tool Box Meeting merupakan pengarahan tentang K3 yang ditujukan kepada para
pekerja dan personal yang akan berada di area kerja, dan minimal diikuti /
dihadiri oleh para kepala regu pekerja, mandor, para pengawas (tingkat Pelaksana)
dan Site Manager baik dari internal MPI maupun subkontraktor.

c. Pengarahan ini dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai. (kurang lebih
selama 10-15 menit)

d. Materi Pengarahan antara lain mengenai (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
- Potensi bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu dan tindakan
pencegahannya
- Kondisi pada hari itu yang perlu diperhatikan (misal : hujan, licin, lintasan-
lintasan yang harus dihindari, dll)
- Tata tertib yang perlu dipertegas lagi.

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 28 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

- Imformasi kejadian yang sering terjadi di lapangan.


- Material handling untuk mencegah kecelakaan / cedera

e. Frekwensi dilakukannya Tool Box Meeting adalah minimal satu kali seminggu
selama masa proyek berlangsung. Pada tahap dimana pelaksanaan pekerjaan
sangat banyak mengandung resiko kecelakaan, maka Tool Box Meeting harus
disesuaikan dengan melakukan lebih dari (satu) kali seminggu.

f. Topik dan pembicara pada setiap Tool Box Meeting, disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan proyek.

g. Cara pelaksanaan Tool Box Meeting disesuaikan dengan kondisi proyek (misal :
per-area kerja, per-disiplin pekerjaan, dll).

4.4.7 SAFETY INSPECTION / INSPEKSI K3

a. Inspeksi K3 dilakukan secara bersama oleh PM, SM, Safety Officer dari MPI dan
subkontraktor, dan juga pihak lain bila diperlukan (seperti : MK, NSC) dengan
tujuan menjaga konsistensi penerapan standard K3, dan meliputi seluruh area
proyek.

b. Waktu dan frekwensi pelaksanaan inspeksi disesuaikan dengan kebutuhan dan


kondisi proyek. Pada masa dimana kegiatan pekerjaan sangat tinggi, kompleks,
dan melibatkan banyak pekerja, peralatan dan material, maka inspeksi harus
dilakukan minimal 1 kali setiap minggu.

c. Hal – hal yang diperiksa saat melakukan inspeksi adalah sesuai dengan Standar K3
sebagaimana ‘check-list’ yang tercantum pada Laporan Inspeksi (Form MPI-K3-
04).

d. Safety Officer harus membuat Laporan Inspeksi dan Laporan Ketidaksesuaian K3


harus mendistribusikannya kepada pihak – pihak yang harus menindaklanjutinya
paling lambat 60 menit setelah inspeksi selesai dilaksanakan.

e. Safety Officer harus memberikan peringatan dan menghentikan pekerjaan


sementara bila perbaikan belum / tidak dilakukan sesuai target yang sudah
direncanakan.

4.4.8 SAFETY PATROL

a. Safety Patrol dilakukan oleh Safety Supervisor yang meliputi seluruh area kerja ,
dan terhadap area dimana ada pekerjaan yang telah diidentifikasikan mempunyai
potensi kecelakaan harus diberikan perhatian yang lebih.

b. Bilamana ditemukan keadaan yang berbahaya, maka Safety Supervisor harus


segera / langsung memberikan perintah secara lisan ditempat untuk menghentikan

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 29 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

pekerjaan. Bilamana potensi bahaya bisa langsung diatasi / diperbaiki dalam waktu
yang singkat, maka Safety Supervisor harus menunggu dan mengawasi perbaikan
tersebut sampai selesai, untuk kemudian mengijinkan pekerjaan dilanjutkan.
Namun bilamana perbaikan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, maka
Safety Supervisor setelah memberikan perintah lisan pekerjaan dihentikan,
selanjutnya meneruskan dengan proses pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form
MPI-K3-05) dan bilamana perlu berikut Surat Peringatan (Form MPI-K3-06).

c. Bilamana ditemukan pekerjaan berbahaya yang dilakukan tanpa Surat Ijin Bekerja
yang berlaku, maka Safety Supervisor harus memberikan perintah lisan ditempat
untuk menghentikan pekerjaan, dan selanjutnya meneruskan dengan proses
pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form MPI-K3-05) dan bilamana perlu
berikut Surat Peringatan (Form MPI- K3-06).

4.4.9 SAFETY TALK

a. Safety Talk diperuntukan khusus internal personil safety dan harus diikuti oleh
semua personil safety yang ada di proyek ( personil safety MPI maupun
subkontraktor).

b. Safety Talk merupakan media untuk membahas dan mengkaji kembali pekerjaan
yang telah dilakukan pada hari kemarin atau hasil dari safety patrol dan membahas
pekerjaan yang akan dilakukan pada hari ini terutama masalah Analisa Resiko
Kerja (JSA) dan observasi resiko kecelakaan kerja ( Safety Training Observation
Program/STOP)

c. Safety Talk dilakukan pada pagi hari (kurang lebih 10-15 menit) dan dipimpin
oleh Safety Officer .

4.4.10 SURAT PERINGATAN

a. Safety Officer harus menerbitkan Surat Peringatan (Form K3-06) untuk hal-hal
sebagai berikut :
 Ditemukan adanya keteledoran / kelalaian yang mengakibatkan suatu
keadaan yang tidak aman atau suatu tindakan yang tidak aman pada resiko
tingkat medium sampai tinggi, atau mengakibatkan ‘nyaris terjadi
kecelakaan’
 Penyimpangan serius dari Prosedur atau Standard K3
 Pelanggaran tata tertib proyek yang serius

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 30 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

b. Khusus untuk kondisi / tindakan / penyimpangan yang dipandang


“berbahaya/sangat berbahaya”, maka Safety Officer/Supervisor harus terlebih
dahulu memberikan instruksi lisan menghentikan kegiatan pekerjaan bermasalah
tersebut, dan kemudian segera menerbitkan Surat Peringatan:

 Penerima Surat Peringatan harus mengembalikan Form K3-06 tsb yang telah
diisi jawaban pada bagian “tindakan perbaikan”, dalam waktu paling lambat 24
jam sejak Surat Peringatan diterima (penerima surat peringatan supaya
membuat copy untuk arsipnya sendiri).
 Setelah menerima laporan bahwa ketidaksesuaian/ penyimpangan telah
diperbaiki, Safety Officer / Safety Supervisor harus segera memeriksa hasilnya.
 Safety Officer harus membuat arsip Form K3-06 pada setiap tahap proses (dari
sejak Surat Peringatan diterbitkan sampai dengan rekomendasi diberikan ).
 Jika Surat Peringatan telah diberikan dua kali berturut-turut kepada
subkontraktor yang sama dengan kasus yang sama (berulang), maka Surat
Peringatan ketiga ditembusankan juga kepada pimpinan perusahaan tersebut
dan diberitahukan sangsi yang akan diberlakukan bila masalah yang sama
masih terjadi lagi.

4.4.11 RAPAT KOORDINASI K3

a. Minimal satu kali dalam satu minggu (atau sesuai perkembangan kondisi proyek)
harus dilakukan Rapat Koordinasi K3

b. Rapat Koordinasi K3 dapat / boleh digabung dengan rapat Koordinasi


Pelaksanaan, asalkan materi yang dibahas tercatat jelas dalam notulen rapat.
Materi yang dibahas antara lain :
 Ringkasan laporan jumlah kecelakaan yang terjadi dan langkah perbaikannya
 Masalah-masalah yang mungkin akan terjadi dan tindakan pencegahannya.

4.4.12 KESEHATAN KERJA.

a. Pekerja yang kondisinya secara visual telah terlihat tidak dapat melakukan
tugasnya dengan baik (misal : fisiknya tidak cocok, mengantuk berat, mabuk)
maka harus tidak diijinkan bekerja atau diberhentikan dari pekerjaannya.

b. Pekerja dibawah usia tujuh belas tahun (17 th ) dilarang bekerja di proyek.

c. Material berlabel bahaya / peringatan perlu penanganan khusus, maka peringatan


tsb harus dibuatkan dengan skala yang besar dan ditempel di area kerja.

d. Setiap dilakukan penanganan P3K terhadap seseorang termasuk yang sekecil


apapun (misal : hanya memberikan obat merah) dan juga setiap pemberian obat
bukan karena kecelakaan (misal : memberikan obat pusing, dll), maka harus
dicatat dalam Catatan Pengobatan – Form No. K3-09

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 31 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

e. Tim proyek (PM, SM, Safety, GA) harus mengendalikan sumber air minum,
sanitasi, penerangan kerja, pemilihan & penempatan alat-alat kerja, lay-out
ruangan, ventilasi ruang kerja, kelembaban ruang kerja, tingkat kebisingan, agar
supaya hal-hal tersebut tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi pengguna-
nya.

f. Safety Officer harus mencatat data secara jelas setiap adanya laporan sakit yang
bukan karena kecelakaan kerja yang dialami baik pekerja maupun karyawan
(Form MPI-K3-09), sehingga dari data-data tersebut secara berkala bisa dianalisa
apakah terjadi kecendrungan (trend) sakit tertentu yang terkait dengan keadaan
lingkungan kerja, untuk kemudian dapat diambil langkah-langkah tindak lanjut
pencegahannya

4.4.13 LAPORAN BULANAN.

a. Safety Officer masing-masing proyek harus membuat Laporan Bulanan (Form


MPI-K3-10)

b. Laporan bulanan ini dikirimkan kepada Safety Manager di Kantor Pusat, paling
lambat tanggal 03 di awal bulan

a. Pada akhir proyek, maka Laporan Bulanan yang terakhir juga harus dilengkapi
dengan keterangan kasus-kasus yang masih dalam proses penyelesaian (bila ada).

5. FORM YANG DIGUNAKAN

1. Form MPI-K3-01 Analisa masalah K3(JSA) (rev.04)


2. Form MPI-K3-02 Laporan Induction K3
3. Form MPI-K3-03 Ijin Bekerja K3 (rev.01)
4. Form MPI-K3-04 Laporan Inspeksi K3
5. Form MPI-K3-05 Laporan Ketidak Sesuian K3 (rev.01)
6. Form MPI-K3-06 Surat Peringatan K3
7. Form MPI-K3-07 Laporan Harian K3
8. Form MPI-K3-08 Laporan Kecelakaan dan ivestigasi Penyelesaian K3
9. Form MPI-K3-09 Laporan Kecelakaan dan Pengobatan
10. Form MPI-K3-10 Laporan Bulanan

MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 32 dari 30


PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

Lampiran A. Riwayat Perubahan Dokumen

No. Revisi Tanggal Bagian Uraian Revisi Disetujui Oleh


01 09 des 09 BAB III Perubahan Kebijakan Mutu dan K3
4.1.c Penambahan keterangan cara update
Lampiran A Penambahan Lampiran A Riwayat
perubahan Dokumen

BAB IV Penambahan kolom pada JSA tentang


5 Rutin dan tidak rutin
Perubahan ijin kerja pada no.2
Penambahan kolom review
Lampiran A Penambahan Lampiran A riwayat
Perubahan Dokumen

02 18 nov 10 5 Penambahan unsur kebiasaan manusia


Lampiran A Di form JSA

BAB IV Perubahan masa waktu memastikan


4.1.c Peraturan K3 dari 6 bulan menjadi 1
Lampiran A tahun sekali dalam meng update

03 23des 10 Bab V Perubahan kolom evaluasi dirubah


Lampiran A menjadi kolom Plan .

Bab IV Penambahan web site dalam meng update


4.1 Peraturan K3 : http//bukukuning &
www.pu.com

04 15maret13 Bab III Penambahan Kalimat Pada Kebijakan :


Lampiran A Selalu berusaha mencegah cidera / sakit
akibat kerja

Bab IV Penambahan kata ( dari dalam / luar area


4.3.1 b kerja )
4.3.1 c Penambahan kata peralatan
4.3.1 i Penambahan kata dan mengikuti hirarki :
Lampiran A 1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Disign Enginner
4. Administrasi
5. APD ( Alat Pelindung Diri )
05 18 April 13 Bab I
1.3 Penambahan Definisi P2K3
1.4 Penambahan Pernaker No.04/MEN/1987
Pasal 4 ( 1 )
Bab III Penambahan Tugas dan Tanggung jawab
P2K3
Bab V Penambahan Fungsi dari P2K3
Bab VI
6.1 ( c ) Penambahan website dalam mengupdate
Peraturan K3 :
http//bukukuning ,www.pu.com dan
hukumonline.com
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

Bab VI
6.3.1 ( 2 ) Perubahan warna merah H10 pada tabel
Dirubah warna kuning M10
Perubahan tabel controlpun sama yang
awal warna merah H10 berubah menjadi
warna kuning M10
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA

Anda mungkin juga menyukai