Prosedur k3 Kesehatan Dan kese-ME PDF
Prosedur k3 Kesehatan Dan kese-ME PDF
Dokumen ini milik PT. Mega Persada Indonesia dan tidak boleh disalin atau digunakan
untuk keperluan lain baik sebagian maupun seluruhnya tanpa persetujuan manajemen
PT. Mega Persada Indonesia
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA
DAFTAR ISI
IV Form 12
I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.2.2 Prosedur dan Standar ini tidak secara otomatis berlaku di proyek-proyek yang
ditangani oleh MPI secara Joint Operation dengan pihak lain, namun dapat
diberlakukan dengan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan sesuai
kesepakatan kedua pihak.
1.3. Definisi
1.4. Referensi
2.1 Susunan organisasi K3 & P2K3 di PT Mega Persada Indonesia adalah sebagai berikut :
Direktur Utama
Ketua P2K3
Safety Staff
Project Manager
Ketua P2K3 Site Office
Staff Project
= hubungan Anggota P2K3
fungsional
= hubungan komunikasi
2.5 Kodinator Proyek bertanggung jawab atas terlaksananya K3 diseluruh proyek dan
memastikan tersedianya fasilitas K3 diseluruh proyek
2.6 Project Manager dan Kepala Bagian bertanggung jawab atas terlaksananya K3
diproyeknya / bagiannya , dan menyediakan fasilitas K3 di lingkungan proyek /
bagiannya
2.7 Tugas dan tanggung jawab Safety Officer – Site Office / proyek :
a. Menyusun perencanaan K3 sesuai kebutuhan/kondisi proyek
b. Melengkapi data-data, peraturan K3 kawasan setempat atau peraturan lainnya yang
terkait, Prosedur K3 yang ditempatkan di proyek.
c. Melaksanakan Inspeksi K3, Safety Patrol, dan Tool Box Meeting.
d. Membuat Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian
e. Mengikuti Audit K3, dan menindak-lanjuti hasilnya.
f. Melakukan Rapat Koordinasi K3
g. Membuat Laporan Bulanan.
h. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil di-proyeknya.
i. Merencanakan & memastikan bahwa fasilitas P3K dan alat pemadam kebakaran
selalu dalam keadaan selalu siap dan layak untuk difungsikan
j. Mempersiapkan & melaksanakan Safety Induction untuk Pekerja baru di proyek
2.8 Tugas dan tanggung jawab Site Manager dan Staff Head Office:
Memimpin semua rapat pleno atau menunjuk pengurus lainnya untuk memimpin.
Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program – program yang
Telah ditentukan atau digariskan organisasi.
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaannya kepada pemerintah
Melalui pimpinan perusahaan.
Mempertanggungjawabkan program – program P2K3 dan pelaksanaannya kepada
Pimpinan perusahaan.
Melaksanakan tugas – tugas Ketua dalam hal Ketua berhalangan dan membantu
Pelaksanaan tugas Ketua sehari – hari.
a. Untuk mensosialisasikan Dokumen, Data, dan Informasi perihal K3, agar dapat
diterapkan dan dicapai tujuannya , maka dilakukan Komunikasi Internal
sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel Dokumen, Data, pada Prosedur
Pengendalian Dokumen
6.3.1 JSA
- Kompleksitas dari mesin dan alat (utama maupun alat bantu) yang
digunakan (jumlahnya, kandungannya, bagian-bagian yang
bergerak/berputar , manufernya, dll).
- Interaksi antara mesin / alat dan pekerja (penempatannya, jarak terhadap
pekerja / property, tingkat kesulitan pengoperasian, polusi suara/debu/asap,
dll)
- Lokasi / area bekerja (tinggi, dikedalaman, licin, sempit, curam, dll).
- Waktu / lamanya pekerjaan yang dilakukan (akibat yang ditimbulkan jika
dilakukan terus menerus / waktu yang lama)
- Jenis material yang digunakan (mengandung zat kimia, mengeluarkan
partikel-partikel halus, dll)
Efek Bahaya (Hazard Effect) dikategorikan dalam 5 (tiga) tingkat, yaitu :
Tinggi (H) : Kecelakaan yang sama terjadi 2 kali atau lebih dalam
seminggu, atau dari 10 kejadian terdapat 1 atau lebih
kecelakaan yang sama.
Maka resiko bahaya dan tindak lanjut yang harus dilakukan di tetapkan
berdasarkan ditetapkan berdasarkan matriks dari 2 hal tersebut (Matrix Resiko
Bahaya) dan serta evaluasi & prioritas dari Residual Risk :
Tinggi (H)
Kematian tunggal
Fasilitas penting H 13 H 12 M 10
rusak ($ 500,000 - $
5,000,000)
Sedang (M)
Ketidakmampuan
permanen
Fasilitas rusak H9 M8 M4
sedang ($ 100,000 - $
500,000)
Rendah (L)
Cedera ringan
tunggal atau banyak M7 M6 L2
Fasilitas rusak
ringan ($ 100,000)
Resiko
Control action/Tindakan pengendalian
Faktor
H 15 Tindakan seketika yaitu pekerjaan tidak boleh
dilakukan karena berpotensi kerugian yang serius.
H 14 Pekerjaan harus ditetapkan/diteliti ulang, atau
tindakan pengendalian lebih lanjut harus disiapkan
untuk mengurangi risiko. Tindakan pengendalian ini
H 13 harus melalui pengkajian secara lengkap dan diterima
sebelum pekerjaan dapat dilaksanakan.
M5
Pengendalaian dapat diterima, tetapi demikian
M4
peninjauan untuk melihat apakah risiko masih dapat
L3 diturunkan lagi.
L2
L1 Tingkat risiko dapat diterima, tidak perlu
pengendalian lebih lanjut.
g. JSA harus sesuai dengan kondisi masing-masing (kantor pusat atau masing-
masing proyek). Gunakan Form No. : MPI-K3- 01.
a. Di Kantor Pusat dan di setiap Proyek MPI harus dibentuk Tim Tanggap Darurat
yang siap melakukan penanganan keadaan darurat.
Yang dimaksud keadaan darurat apabila terjadi antara lain :
- Kebakaran
- Ledakan
- Huru – hara
- Ancaman Bom
- Gempa
- Banjir
- dll, dimana diperlukan suatu Emergency Plan / Rencana Tanggap Darurat untuk
mengatasi masalah/ situasi tersebut.
Ketua Tim
Safety Dep.Head
DD……………
…
Komandan Pelaksana
Safety Staff
SS……………………
e. Tugas dan tanggung jawab Regu Pemadam kebakaran, Teknisi, Regu P3K, dan
Regu Evakuasi dapat dilihat pada diagram alir (flow chart)
f. Tim Tanggap Darurat wajib melakukan pelatihan Tanggap Darurat secara berkala.
Petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menghadapi keadaan
darurat serta bentuk & sarana komunikasi yang harus dilakukan harus dipasang
pada tempat-tempat yang penting, seperti pada Pos Jaga, Ruang Control, Ruang
Panel.
3. Cari / rescue
Kordinator Regu Melakukan koordinasi dengan anggota regu
Evakuasi untuk mencari orang yang belum berada di
Muster Point
TERJADI KECELAKAAN
2. Pertolongan / Pengobatan
DIBAWA KE DOKTER / KLINIK
/ RUMAH SAKIT
Anggota / Regu Periksa korban, berikan perolongan
P3K pertama dan putuskan apakah
korban perlu penanganan dokter
atau harus ke rumah sakit.
TINDAK LANJUT SESUAI
3. Dibawa ke Dokter /Klinik/ Rumah Sakit
PROSEDUR LAPORAN
KECELAKAAN Koordinasi untuk mendapatkan
, INVESTIGASI &
PENYELESAIANNYA Koord. / anggota kendaraan yang bisa membawa
Regu P3K korban ke Dokter / Klinik / Rumah
Sakit terdekat.
Koordinasi dengan pihak Rumah
Sakit jika perlu ambulance
3.3.3 TRAINING
a. Kabag Safety harus memenuhi kompetensi personil Safety dan Tim Tanggap
Darurat melalui program pelatihan, yang direncanakan dan dilaksanakan
berkoordinasi dengan Bagian HRD (pelatihan tingkat Pusat)
Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.
Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah
mengetahui penjelasan tersebut.
Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.
Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah
mengetahui penjelasan tersebut.
Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan pada sebuah papan yang
ditunjukan dan dijelaskan kepada setiap pekerja.
Dan pekerja yang telah di berikan induction harus menandatangani pernyataan
telah mengikuti induction (Form K3-02). Hal ini harus dilakukan setiap ada
pekerjanya yang baru.
3. Kecelakaan Fatal
Permanent disability : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban
(manusia) cedera, dimana korban mengalami kehilangan anggota tubuhnya.
(Contoh : korban mengalami putus jari tangannya, walaupun hanya sebagian).
Dalam hal ini Kehilangan Jam Kerja dihitung mengikut tabel
Meninggal : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban (manusia)
meninggal baik langsung setelah kecelakaan maupun setelah menjalani
pengobatan / perawatan dalam kurun waktu 30 hari. Dalam hal ini Kehilangan
jam kerja (loss time) dihitung 6000 jam.
b. Untuk setiap kecelakaan yang mengakibatkan adanya kehilangan jam kerja atau
property/asset damage, maka harus diinformasikan dalam waktu 1x24 jam kepada :
Direksi (masing-masing Bagian / Proyek)
Kabag Safety
Pimpinan Perusahaan Subkontraktor (jika korban adalah pekerja subkontraktor)
a. Proyek harus membuat Perencanaan K3 (Safety Plan) dan Target K3 (sesuai target
yang ditentukan Perusahaan) sebelum pekerjaan fisik dimulai.
b. Safety Officer harus memastikan bahwa setiap orang yang berada didalam proyek
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat (jenis, cara pemakaian, dalam
kondisi layak) sesuai ketentuan Standard K3.
c. Safety Officer harus memastikan bahwa Alat Pengaman Kerja (APK) telah
dipasang secara memadai (jenis, jumlah, , penempatan, selalu dalam kondisi layak)
dan memenuhi ketentuan Standard K3.
situasi tersebut hanya dapat dilakukan setelah Safety Officer memberikan Surat Ijin
Bekerja (Form K3-05).
b. Untuk kemudahan pengawasan, maka copy dari Surat Ijin Bekerja dapat
(sebaiknya) ditempel pada area dimana pekerjaan tersebut dilakukan
c. Jika ada pekerjaan yang dianggap berbahaya yang tidak dilengkapi dengan surat
Ijin Kerja, maka personil safety dilapangan berhak memberhentikan pekerjaan
tersebut, sampai dianggap telah memenuhi standar keselamatan yang ada di MPI.
e. Surat Ijin Bekerja yang dikeluarkan harus jelas dan tegas menyatakan mulai dan
berakhirnya ijin diberikan.
f. Setiap lembar Surat Ijin Bekerja hanya berlaku hanya untuk 1 (satu) hari kerja, dan
diterbitkan harus pada hari yang sama dimana pekerjaan dilaksanakan.
b. Tool Box Meeting merupakan pengarahan tentang K3 yang ditujukan kepada para
pekerja dan personal yang akan berada di area kerja, dan minimal diikuti /
dihadiri oleh para kepala regu pekerja, mandor, para pengawas (tingkat Pelaksana)
dan Site Manager baik dari internal MPI maupun subkontraktor.
c. Pengarahan ini dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai. (kurang lebih
selama 10-15 menit)
d. Materi Pengarahan antara lain mengenai (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
- Potensi bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu dan tindakan
pencegahannya
- Kondisi pada hari itu yang perlu diperhatikan (misal : hujan, licin, lintasan-
lintasan yang harus dihindari, dll)
- Tata tertib yang perlu dipertegas lagi.
e. Frekwensi dilakukannya Tool Box Meeting adalah minimal satu kali seminggu
selama masa proyek berlangsung. Pada tahap dimana pelaksanaan pekerjaan
sangat banyak mengandung resiko kecelakaan, maka Tool Box Meeting harus
disesuaikan dengan melakukan lebih dari (satu) kali seminggu.
f. Topik dan pembicara pada setiap Tool Box Meeting, disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan proyek.
g. Cara pelaksanaan Tool Box Meeting disesuaikan dengan kondisi proyek (misal :
per-area kerja, per-disiplin pekerjaan, dll).
a. Inspeksi K3 dilakukan secara bersama oleh PM, SM, Safety Officer dari MPI dan
subkontraktor, dan juga pihak lain bila diperlukan (seperti : MK, NSC) dengan
tujuan menjaga konsistensi penerapan standard K3, dan meliputi seluruh area
proyek.
c. Hal – hal yang diperiksa saat melakukan inspeksi adalah sesuai dengan Standar K3
sebagaimana ‘check-list’ yang tercantum pada Laporan Inspeksi (Form MPI-K3-
04).
a. Safety Patrol dilakukan oleh Safety Supervisor yang meliputi seluruh area kerja ,
dan terhadap area dimana ada pekerjaan yang telah diidentifikasikan mempunyai
potensi kecelakaan harus diberikan perhatian yang lebih.
pekerjaan. Bilamana potensi bahaya bisa langsung diatasi / diperbaiki dalam waktu
yang singkat, maka Safety Supervisor harus menunggu dan mengawasi perbaikan
tersebut sampai selesai, untuk kemudian mengijinkan pekerjaan dilanjutkan.
Namun bilamana perbaikan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, maka
Safety Supervisor setelah memberikan perintah lisan pekerjaan dihentikan,
selanjutnya meneruskan dengan proses pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form
MPI-K3-05) dan bilamana perlu berikut Surat Peringatan (Form MPI-K3-06).
c. Bilamana ditemukan pekerjaan berbahaya yang dilakukan tanpa Surat Ijin Bekerja
yang berlaku, maka Safety Supervisor harus memberikan perintah lisan ditempat
untuk menghentikan pekerjaan, dan selanjutnya meneruskan dengan proses
pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form MPI-K3-05) dan bilamana perlu
berikut Surat Peringatan (Form MPI- K3-06).
a. Safety Talk diperuntukan khusus internal personil safety dan harus diikuti oleh
semua personil safety yang ada di proyek ( personil safety MPI maupun
subkontraktor).
b. Safety Talk merupakan media untuk membahas dan mengkaji kembali pekerjaan
yang telah dilakukan pada hari kemarin atau hasil dari safety patrol dan membahas
pekerjaan yang akan dilakukan pada hari ini terutama masalah Analisa Resiko
Kerja (JSA) dan observasi resiko kecelakaan kerja ( Safety Training Observation
Program/STOP)
c. Safety Talk dilakukan pada pagi hari (kurang lebih 10-15 menit) dan dipimpin
oleh Safety Officer .
a. Safety Officer harus menerbitkan Surat Peringatan (Form K3-06) untuk hal-hal
sebagai berikut :
Ditemukan adanya keteledoran / kelalaian yang mengakibatkan suatu
keadaan yang tidak aman atau suatu tindakan yang tidak aman pada resiko
tingkat medium sampai tinggi, atau mengakibatkan ‘nyaris terjadi
kecelakaan’
Penyimpangan serius dari Prosedur atau Standard K3
Pelanggaran tata tertib proyek yang serius
Penerima Surat Peringatan harus mengembalikan Form K3-06 tsb yang telah
diisi jawaban pada bagian “tindakan perbaikan”, dalam waktu paling lambat 24
jam sejak Surat Peringatan diterima (penerima surat peringatan supaya
membuat copy untuk arsipnya sendiri).
Setelah menerima laporan bahwa ketidaksesuaian/ penyimpangan telah
diperbaiki, Safety Officer / Safety Supervisor harus segera memeriksa hasilnya.
Safety Officer harus membuat arsip Form K3-06 pada setiap tahap proses (dari
sejak Surat Peringatan diterbitkan sampai dengan rekomendasi diberikan ).
Jika Surat Peringatan telah diberikan dua kali berturut-turut kepada
subkontraktor yang sama dengan kasus yang sama (berulang), maka Surat
Peringatan ketiga ditembusankan juga kepada pimpinan perusahaan tersebut
dan diberitahukan sangsi yang akan diberlakukan bila masalah yang sama
masih terjadi lagi.
a. Minimal satu kali dalam satu minggu (atau sesuai perkembangan kondisi proyek)
harus dilakukan Rapat Koordinasi K3
a. Pekerja yang kondisinya secara visual telah terlihat tidak dapat melakukan
tugasnya dengan baik (misal : fisiknya tidak cocok, mengantuk berat, mabuk)
maka harus tidak diijinkan bekerja atau diberhentikan dari pekerjaannya.
b. Pekerja dibawah usia tujuh belas tahun (17 th ) dilarang bekerja di proyek.
e. Tim proyek (PM, SM, Safety, GA) harus mengendalikan sumber air minum,
sanitasi, penerangan kerja, pemilihan & penempatan alat-alat kerja, lay-out
ruangan, ventilasi ruang kerja, kelembaban ruang kerja, tingkat kebisingan, agar
supaya hal-hal tersebut tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi pengguna-
nya.
f. Safety Officer harus mencatat data secara jelas setiap adanya laporan sakit yang
bukan karena kecelakaan kerja yang dialami baik pekerja maupun karyawan
(Form MPI-K3-09), sehingga dari data-data tersebut secara berkala bisa dianalisa
apakah terjadi kecendrungan (trend) sakit tertentu yang terkait dengan keadaan
lingkungan kerja, untuk kemudian dapat diambil langkah-langkah tindak lanjut
pencegahannya
b. Laporan bulanan ini dikirimkan kepada Safety Manager di Kantor Pusat, paling
lambat tanggal 03 di awal bulan
a. Pada akhir proyek, maka Laporan Bulanan yang terakhir juga harus dilengkapi
dengan keterangan kasus-kasus yang masih dalam proses penyelesaian (bila ada).
Bab VI
6.3.1 ( 2 ) Perubahan warna merah H10 pada tabel
Dirubah warna kuning M10
Perubahan tabel controlpun sama yang
awal warna merah H10 berubah menjadi
warna kuning M10
PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
ME HVAC
LINGKUNGAN KERJA