STUDY KASUS PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA
YANG TERJADI SKABIES DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA Vicky Ari Wibowo*, Dr. Mundakir , S.Kep., Ns., M.Kep **, Reliani, S.Kep.,Ns.,M.Kes*** Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Program Studi Profesi Ners Email: dharmacholis@gmail.com
Pendahuluan : Personal hygiene umumnya mampu dilakukan oleh setiap
individu secara mandiri, namun dibutuhkan perhatian khusus pada kelompok usia tertentu seperti lansia yang mengalami penurunan fungsi fisiologis. Lansia yang tinggal secara berkelompok beresiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, khususnya penyakit skabies. 39% lansia di panti Griya Werdha Surabaya mengalami scabies akibat kurangnya personal hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan personal hygiene pada lansia dengan skabies di Panti Griya Werdha Surabaya. Metode : Desain penelitian Deskriptif pendekatan Kualitatif menggunakan Jenis Study Kasus. Dengan jumlah responden sebanyak 10 Lansia. variabel tunggal independen yaitu pelaksanaan personal hygiene pada lansia yang terjadi skabies. Instrument yang digunakan yaitu lembar kuesioner dan observasi skabies. Hasil : Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan personal hygiene mandi, berpakaian, toileting, makan, dan minum pada lansia dengan scabies di UPTD Griya Werdha sudah berjalan cukup baik. Lansia melakukan mandi 2 kali sehari, memakai sabun pribadi, menjemur dan menggunakan pakaian bersih, serta menggunakan perlengkapan makan bersih yang disediakan oleh panti. Beberapa komponen personal hygiene yang perlu adanya perhatian lebih yaitu penggunaan handuk pribadi, penyimpanan baju kotor, kepatuhan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta kepatuhan mencuci tangan setelah BAK dan BAB. Pelaksanaan personal hygiene yang baik dapat dilakukan lansia karena adanya dukungan perawat serta fasilitas yang disediakan panti. Diskusi : Dari hasil penelitian ini diharapkan di panti terus meningkatkan kesehatan lansia dengan lebih bisa memperhatikan berkebutuhan khusus dalam pelaksanaan personal hygiene.
Kata Kunci : personal hygiene,kejadian skabies, lansia
PENDAHULUAN lansia yang tinggal dipanti werdha Pada proses menua terjadi sebanyak 34 lansia (38%) memiliki perubahan pada lansia baik secara personal hygine cukup, 26 lansia fisik maupun psikologisnya. Salah (29%) personal hygine kurang dan satu perubahan yang terlihat pada 30 lansia (33%)personal hygienenya lansia adalah perubahan fisik dimana baik. perubahan fisik ini yang Personal hygiene seseorang mengakibatkan terganggunya menentukan status kesehatan secara aktivitas sehari hari pada lansia sadar dalam menjaga kesehatan dan sehingga mengakibatkan lansia mencegah terjadinya penyakit mengalami kesulitan dalam terutama gangguan pada kulit. Cara melakukan Activity Daily Living menjaga kesehatan tersebut meliputi (ADL) dan penurunan daya tahan menjaga kebersihan kulit, kebiasaan tubuh akan mempengaruhi personal mencuci tangan dan kuku, frekuensi hygien lansia sehingga mudah mengganti pakaian, pemakaian terserang penyakit. Salah satu handuk yang bersamaan, dan penyakit yang sering diderita lansia frekuensi mengganti sprei tempat yang tinggal dipanti adalah scabies. tidur. Akibat yang terjadi jika lansia Kejadian skabies diakibatkan karena tidak melakukan atau menjaga kurangnya personal hygiene. personal hygine dengan baik maka Personal hygiene yang buruk dapat akan beresiko terjadinya scabies. meningkatkan penyakit skabies. Faktor yang paling mendominasi (Trisnanta A, 2012). dalam penularan penyakit skabies di Skabies adalah salah satu panti adalah masalah sanitasi penyakit menular di Indonesia dan lingkungan, kebersihan perseorangan merupakan penyakit kulit ke-4 (personal hygine) yang, perilaku tertinggi dengan presentase sebesar yang tidak mendukung kesehatan 3,9-6 % penduduk (Depkes RI, serta kepadatan jumlah lansia (rasio 2013). Berdasarkan penelitian yang ukuran kamar dan jumlah lansia dilakukan oleh Rahyau Lubis (2010) tidak sesuai (Marlina, 2010) didapatkan data bahwa dari 50 Masalah kesehatan yang Lansia yang tinggal di Panti UPTD muncul pada lansia menurut Abdi Dharma Asih Binjai terdapat Nugroho (2008), yaitu mudah jatuh Sebanyak 15 Lansia (30%) yang dan penyebabnya multi faktor, mengalami scabies akibat dari banyak yang berperan didalamnya, kurangnya personal hygiene. misalnya faktor instrinsik maupun Studi pendahulan di Panti dari dalam diri usia lanjut. Misalnya Werdha Surabaya yang di lakukan gangguan gaya berjalan, kelemahan pada bulan Desember 2018 otot ekstermitas bawah, kekauan didapatkan data dari 90 lansia yang sendi, dan sinkope atau pusing. Bila tinggal di UPTD Griya Werdha seseorang bertambah tua kemampuan Surabaya, sebanyak 35 lansia (39%) fisik atau mentalnya pun perlahan mengalami Skabies dan 55 lansia menurun, akibatnya aktifitas hidup (61%) tidak mengalami skabies. kegiatan sehari-hari akan terganggu Hasil penelitian di Panti Werdha termasuk dalam memenuhi Surabaya yang dilakukan Ariwibowo kebutuhan kebersihan diri (personal (2018) menyatakan bahwa dari 90 hygiene). Perawatan diri lansia dipengaruhi oleh faktor fisik, psikologis, dan pasilitas. Dampak Berdasaran pernyataan diatas yang timbul jika personal hygiene tersebut peneliti ingin mengetahui tidak dilakukan oleh lansia lebih Bagaimana Pelaksanaan personal rentang terhadap penyakit infeksi hygiene Pada lansia yang beresiko misalnya: kondisi turgor kulit terjadinya skabies di UPTD Griya menurun, kelembapan kulit menurun, Werdha Surabaya. produksi sabun menurun sehingga sulit untuk memenuhi kebersihan diri. Lansia yang juga mengalami METODE PENELITIAN dimensia (pikun) dapat mempengaruhi pelaksanaan personal Desain penelitian Deskriptif hygiene, seperti pemakaian handuk, pendekatan Kualitatif menggunakan meskipun sudah disediakan pada Jenis Study Kasus. Dengan jumlah masing-masing lansia oleh pihak responden sebanyak 10 Lansia. panti akan tetapi pelaksaanannya variabel tunggal independen yaitu masih banyak lansia yang memakai pelaksanaan personal hygiene pada handuk temannya secara bergantian, lansia yang terjadi skabies. begitu juga untuk sabun yang Instrument yang digunakan yaitu digunakan lansia masih banyak lembar kuesioner dan observasi penggunaan sabun bersama untuk skabies. mandi hal inilah yang menyebabkan . terjadinya penularan scabies pada lansia di panti. HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya yang dilakukan di Panti UPTD Griya Werdha Surabaya Karakteristik Responden untuk menjaga kebersihan tubuh Responden yang diambil 10 lansia adalah melakukan penyuluhan orang lansia di Panti Griya Werdha tentang pentingnya personal hygine Surabaya yang terjadi scabies. Rata pada lansia, selain itu melakukan rata umur yang diambil 70-80 tahun. kebersihan mandi setiap pagi dan Jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 sore. kemudian pakaian yang kotor orang dan 2 orang berjenis kelamin diletakkan di tempat yang sudah perempuan. disediakan, sprei yang kotor diganti Data Khusus seminggu sekali, penggunann handuk sesuai dengan masing masing lansia, Identifikasi pelaksanaan personal bagi lansia yang mengalami bedrest hygiene ( Mandi ) pada lansia yang tetap dijaga personal hygiennya serta terjadi skabies di UPTD Griya lansia dijemur setiap pagi dengan Werdha Surabaya tempat tidurnya supaya kasurnya Persenal terkena sinar matahari dan langkah Hygine Frekuensi Presentase (Mandi) lainnya adalah cuci sisir, potong Mandi paling 10 100% kuku dan rambut, pakaian yang sedikit 2 x 0 0% digunakan (baju, celana, peci, sehari 10 100% kerudung dan jaket ) dalam keadaan Mandi 10 100% kering, hindari pemakaian bersama mengunakan seperti handuk, sisir, mukena atau sabun pribadi 0 0% jilbab. 10 100 Mandi mengunakan 5 50% (detergen) handuk 5 50% Tidak 3 30% pribadi menumpuk 7 70% 10 100% pakaian basah Mengunakan 3 30% atau kotor handuk kering 7 70% 10 100% 10 100% Menjemur 10 100% pakaian 0 70% dengan sinar Tabel 4.1 Pelaksanaan Personal Hygiene matahari Mandi Pada Lansia yang Terjadi Skabies 10 100% Di UPTD Griya Werdha Surabaya ( Oktober, 2019) Tabel 4.2 Pelaksanaan Personal Hygiene Berpakaian Pada Lansia yang Terjadi Dari hasil penelitian dari 10 Skabies Di UPTD Griya Werdha lansia yang diteliti dalam Surabaya ( Oktober, 2019) melaksanakan perawatan kulit (mandi) sebagian besar lansia 100% Dari hasil penelitian didapatkan 10 melakukan mandi 2x sehari dan responden yang diteliti, seluruh menggunakan sabun pribadi. Dan lansia (100%) melaksanakan sebagian besar yang tidak dilakukan Personal Hygiene berpakaian, adalah pemakaian handuk pribadi pakaian lansia dicuci oleh pihak sebanyak 5 lansia (50%) dan lansia panti UPTD Griya Werdha Surabaya tidak menggunakan handuk kering dengan dicuci menggunakan air sebanyak 7 lansia (70%) bersih serta detergen dan dijemur dibawah terik matahari. Sedangkan Identifikasi Pelaksanaan Personal sebagian besar lansia yang tidak Hygiene Berpakaian pada lansia melakukan adalah menumpuk yang terjadi skabies di UPTD pakaian kotor sebanyak 7 lansia Griya Werdha Surabaya (70%) dan memakai pakaian yang tidak menyerap keringat sebanyak 9 Personal Presentas lansia (90%). Hygine Frekuensi e (Berpakaian) Memakai 1 10% pakaian yang 9 90% Identifikasi Pelaksanaan Personal dapat Hygiene Toileting Pada Lansia menyerap yang Terjadi Skabies Di UPTD keringat 10 100% Griya Werdha Surabaya. Mengganti 8 80% pakaian 2 20% Toileting Frekuensi Presentase setelah mandi 10 100% Membersikan 10 100% diri setelah 0 0% Membersihka 10 100% BAK dan n pakaian BAB 10 100% dengan cara 0 0% Mencuci dicuci tangan dengan 8 80% 10 100% bersih setelah 2 20% Mencuci 10 100% BAK dan pakaian 0 0% BAB dengan air 10 100% 10 100 bersih dan Melakukan 7 70% sabun cuci BAK dan BAB Secara 3 30% terdapat pada pelaksanaan makan mandiri 10 100% memakai piring dan sendok dan gelas yang bersih sebanyak 10 Tabel 4.3 Pelaksanaan Personal Hygiene (100%) dan sebagian besar lansia Toileting Pada Lansia yang Terjadi Skabies yang tidak melakukan adalah pada Di UPTD Griya Werdha Surabaya ( Oktober, 2019) pelaksanaan mencuci tangan sebanyak 2 lansia (20%). Dari hasil penelitian didapatkan 10 lansia yang diteliti terkait pelaksanakan toileting Pembahasan terdapat sebagian besar lansia melakukan terdapat pada Identifikasi Pelaksanaan personal pelaksanaan membersihkan diri hygiene perawatan kulit (mandi) sebanyak 10 lansia melakukannya pada lansia yang terjadi skabies di (100%). Sedangkan sebagian yang UPTD Griya werdha Surabaya tidak melakukan terdapat pada pelaksanaan mencuci tangan Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 2 lansia (20%) dan bahwa responden yang melakukan BAB dan BAK sebanyak melaksanakan perawatan kulit (30%). (mandi) seluruh lansia melakukan mandi 2 kali sehari dan penggunaan Identifikasi Pelaksanaan Personal sabun pribadi sebanyak 10 lansia Hygiene Makan Pada Lansia yang (100%). Sedangkan sebagian besar Terjadi Skabies Di UPTD Griya lansia yang tidak melakukan adalah Werdha Surabaya. terdapat pada poin menggunakan Makan Frekuensi Presentase handuk pribadi sebanyak 5 lansia (50%) dan pemakaian handuk kering Mencuci 8 80% tangan sebanyak 7 lansia (70%). Mandi 2 20% sebelum dan merupakan salah satu cara sesudah membersihkan kulit. Mandi berguna makan 10 100% Makan untuk menghilangkan kotoran yang menggunakan 10 100% melekat pada kulit, menghilangkan piring dan 0 0% bau keringat, merangsang peredaran sendok yang bersih darah dan syaraf, melemaskan otot- 10 100 otot, dan memberi kesegaran kepada Menggunakan 10 100% tubuh (Maryunani, 2013). Perawatan gelas yang sudah di kulit (mandi) dilakukan untuk 0 0% sediakan memfasilitasi personal hygiene pada 10 100% lansia. Maryunani (2013) mengatakan mandi 2 kali dalam Tabel 4.4 Pelaksanaan Personal Hygiene sehari adalah salah satu upaya Makan Pada Lansia yang Terjadi Skabies Di menjaga kebersihan tubuh serta UPTD Griya Werdha Surabaya ( Oktober, memberikan rasa nyaman pada diri, 2019) menjaga kebersihan tubuh adalah hal Dari hasil penelitian didapatkan yang sangat penting dalam menjaga dari 10 lansia yang diteliti untuk kesehatan karena kulit yang kotor pelaksanakan makan dan minum akan memudahkan bakteri sebagian besar lansia melakukan berberkembang terutama penyakit Dari hasil penelitian didapatkan kulit salah satunya skabies. 10 responden yang diteliti, seluruh Berdasarkan hasil dan teori, lansia (100%) melaksanakan diasumsikan bahwa pelaksanaan Personal Hygiene berpakaian, perawatan kulit (mandi) didapatkan pakaian lansia dicuci oleh pihak sebagian besar melakukannya panti UPTD Griya Werdha Surabaya. dengan baik namun terjadinya Sedangkan sebagian besar lansia skabies dikarenakan dalam yang tidak melakukan adalah pelaksanaannya tersebut ada point menumpuk pakaian kotor sebanyak 7 point yang tidak dilaksanakan seperti lansia (70%) dan memakai pakaian pemakaian handuk pribadi dan yang tidak menyerap keringat handuk kering. Terdapat sebanyak 5 sebanyak 9 lansia (90%). Hal ini lansia menggunakan handuk pribadi dikarenakan pihak panti sudah dan terdapat 5 lansia yang tidak menyediakan baju pada seluruh menggunakan handuk pribadi (bukan lansia dan mencucinya dengan air miliknya sendiri). Berdasarkan bersih dan detergen apabila sudah observasi dan wawancara dengan digunakan oleh lansia, dan petugas panti mengatakan handuk menjemurnya di bawah terik yang sudah dipakai mandi, di matahari. letakkan di jemuran umum, tidak Pakaian berguna untuk adanya identitas pada handuk dan melindungi kulit dari sengatan warnanya sama dari beberapa handuk matahari atau cuaca dingin dan yang digunakan, sehingga lansia kotoran yang berasal dari luar seperti sering terjadi handuk yang tertukar debu, lumpur dan sebagainya. Selain dan mengambil handuk yang itu, pakaian juga berfungsi untuk seharusnya bukan miliknya pribadi membantu mengatur suhu tubuh dan melainkan milik teman. Hal itulah mencegah masuknya bibit penyakit yang menyebabkan terjadinya (Maryunani, 2013). Pakaian banyak skabies. Hal ini sesuai dengan teori memberi pengaruh pada kulit seperti Djuanda (2010) Penularan skabies menimbulkan pergeseran, tekanan bisa melalui kontak tidak langsung, dan menimbulkan pengaruh terhadap misalnya melalui perlengkapan tidur, panas atau hawa. Pakaian ketat dapat pakaian atau handuk dahulu merusak kulit dan pembendungan dikatakan mempunyai peran kecil pada pembuluh darah (Maryunani, pada penularan. Hasil penelitian ini 2013). didukung oleh penelitian yang Berdasarkan hasil dan teori dilakukan Muslih (2012) bahwa ada diasumsikan meskipun sebagian hubungan signifikan antara praktik besar dalam pelaksanaan tukar menukar pakaian dan handuk berhias/berpakaian, didapatkan dengan kejadian skabies pada santri sebagian besar lansia melakukannya di pondok pesantren Cipasung Tasik dengan baik karena sudah di Malaya. dilakukan dan disediakan oleh pihak panti dalam penyediaan baju pada Pelaksanaan personal hygiene masing masing lansia. Namun berhias / berpakaian pada lansia didapatkan masih terjadi skabies yang terjadi skabies di UPTD karena ada poin poin penting yang Griya werdha Surabaya tidak dilakukan seperti menumpuk pakaian basah/kotor dan pemakaian pakaian yang tidak menyerap suatu kegiatan/ aktivitas toileting keringat. Didapatkan dari 10 lansia sendiri (Wilkinson, 2008). Toileting yang diteliti terdapat 7 lansia yang adalah adanya dorongan dan masih menumpuk pakaian yang keinginan individu untuk melakukan sudah digunakan di tempat tidurnya. eliminasi sisa metabolisme (urin, dan Berdasarkan observasi dan defekasi) dan membersihkandiri wawancara dengan pihak panti setelahnya secara mandiri tanpa mengatakan dikarenakan fungsi bantuan setiap harinya. Dalam tubuh lansia yang mulai menurun mendapatkan jamban/ kamar kecil, dan kebiasaan buruk sebelum masuk membersihkan diri setelah BAB/ ke panti itulah yang menyebabkan BAK dengan tepat dan menyiram lansia masih menumpuk pakaian toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009). kotor di tempat tidurnya. Hal ini Berdasarkan hasil dan teori sesuai dengan teori (Maryunani diasumsikan sebagian besar dalam 2013) menyebutkan bahwa pakaian pelaksanaan Toileting sudah cukup berperan dalam tranmisi tungau baik, karena didapatkan seluruh skabies melalui kontak tidak lansia (100%) membersihkan diri langsung sehingga mempengaruhi setelah BAB/BAK dan sebanyak 8 terjadinya skabies. lansia (80%) melakukan cuci tangan Hal ini didukung oleh penelitian sesudah BAK/BAB dan disediakan yag dilakukan oleh Afriniza (2011) oleh pihak panti wastafel pencuci tentang hubungan antara praktik tangan. Namun masih terjadi skabies menjaga kebersihan diri dengan karena ada poin poin penting yang kejadian skabies bahwa ada tidak dilakukan seperti. Dari hubungan yang signifikan antara observasi dan wawancara dengan praktik kebersihan pakaian dengan lansia, 2 lansia (20%) mengatakan kejadian skabies. tidak perlu mencuci tangan dengan bersih setelah BAB/BAK karena Pelaksanaan Personal Hygiene sudah membersihkan diri setelah Toileting pada lansia yang terjadi BAB atau BAK. hal itulah bisa skabies di UPTD Griya werdha menjadi penyebab terjadinya skabies Surabaya apabila kebersihan tangan tidak di jaga. penelitian ini sesuai dengan Dari hasil penelitian didapatkan 10 teori Adhi (2008) bahwa kebersihan lansia yang diteliti terkait tangan dan kuku yang buruk adalah pelaksanakan toileting, seluruh lansia salah satu faktor penularan skabies. (100%) melakukan pelaksanaan Penilitian ini didukung oleh membersihkan diri setelah BAK penelitian yang dilakukan Bertha Maupun BAB. Sedangkan sebagian (2017) yang berjudul hubungan kecil lansia yang tidak melakukan personal hygiene dan status sosial personal hygine toileting adalah pada ekonomi dengan kejadian skabies di pelaksanaan mencuci tangan setelah pondok pesantren Al-Falah melakukan BAK/BAB sebanyak 2 kabupaten ogan komering ulu lansia (20%) dan tidak bisa selatan. Bahwa adanya hubungan melakukan BAB dan BAK secara antara praktik menjaga kebersihan mandiri sebanyak 3 lansia (30%). tangan dengan kejadian skabies. Dalam hal ini, pihak panti sudah menyediakan fasilitas dalam toileting secara lengkap. Toileting adalah Pelaksanaan personal hygiene makan dan minum, terdapat 2 lansia makan dan minum pada lansia yang masih belum melakukannya. yang terjadi skabies di UPTD Karena berdasarkan observasi dan Griya werdha Surabaya wawancara dengan kedua lansia tersebut mereka mengatakan tidak Dari hasil penelitian perlu mencuci tangan karena sudah didapatkan dari 10 lansia yang memakai sendok. sedangkan faktor diteliti untuk pelaksanakan makan penularan skabies bisa melalui dari dan minum seluruh lansia (100%) tangan yang kotor karena tidak sudah melakukan pelaksanaan makan dicuci secara bersih. Hal ini sesuai memakai piring dan sendok dan dengan teori Adhi (2008) bahwa gelas yang bersih dan sebagian kecil kebersihan tangan dan kuku yang lansia yang tidak melakukan adalah buruk adalah salah satu faktor pada pelaksanaan mencuci tangan penularan skabies. Hal ini didukung sebelum dan sesudah makan yakni oleh penilitian Afriniza (2011) sebanyak 2 lansia (20%). Dalam hal bahwa adanya hubungan yang ini, untuk fasilitas perlengkapan bermakna antara praktik cuci tangan makan dan minum sudah disediakan dengan kejadian skabies di Pesantren oleh pihak panti dengan kondisi yang Kyai Gading Kabupaten Demak. bersih dan disediakan wastafel di depan kamar untuk membersihkan KESIMPULAN DAN SARAN tangan sebelum dan sesudah makan. Kesimpulan Dalam teori Makan adalah 1. Lansia UPTD Griya Werda suatu kegiatan untuk melakukan atau melakukan personal hygiene menyelesaikan aktivitas makan (mandi) dengan baik yaitu mandi sendiri (Wilkinson, 2008). Makan 2 kali sehari dan menggunakan diartikan individu yang memiliki sabun pribadi, namun lansia kemampuan mempersiapkan dinilai kurang dalam makanan, menangani peralatan penggunaan handuk pribadi. makan, mengambil makanan dari 2. Seluruh lansia melakukan wadah, mengambil cangkir/gelas dengan personal hygiene serta mencuci tangan sebelum dan berpakaian dengan baik karena sesudah makan (Fitria, 2009). pakaian sudah disediakan oleh Dari teori dan hasil diasumsikan panti. Pakaian dicuci dengan air didapatkan sebagian besar lansia bersih dan deterjen serta dijemur melakukan pelaksanaan personal di terik matahari, akan tetapi hygiene makan dengan baik karena perlu ada pengawasan dan pihak panti sudah menyediakan himbauan kepada lansia dalam peralatan makan dan hidangan menyimpan dan menumpuk baju makanan pada lansia. Di panti juga kotor untuk menghindari lansia menerapkan cuci tangan bersih pada dari scabies. seluruh lansia sebelum dan sesudah 3. Seluruh lansia melakukan makan dengan menggunakan air personal hygiene berupa mengalir dan sabun di wastafel yang membersihan diri setelah sudah disediakan. Namun didapatkan melakukan toileting BAK dan masih terjadi scabies karena ada poin BAB. Sebagian besar lansia poin yang tidak dilakukan seperti mencuci tangan setelah BAK pelaksaan mencuci tangan sebelum dan BAB serta mampu melakukan BAK dan BAB DAFTAR PUSTAKA secara mandiri. Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu 4. Personal hygiene yang Penyakit Kulit dan Kelamin. dilakukan lansia saat makan Edisi 6. Jakarta: Fakultas sudah baik. seluruh lansia Kedokteran Universitas menggunakan alat makan berupa Indonesia. p. 3-4, 7-8. piring, sendok, dan gelas bersih Afriniza, Y. 2011. Hubungan yang disediakan. Sebagian besar Kebersihan Diri Dan Angka lansia selalu mencuci tangan Kejadian Skabies di Pesantren sebelum dan sesudah makan. Kyai Gading Kabupaten Demak. Semarang : Fakultas Kedokteran Skripsi Universitas Diponegoro Aisyah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Saran Kedokteran Universitas Indonesia. 1. Masyarakat atau pasien Bertha. 2017. Hubungan Personal Diharapkan lansia atau Hygine Dan Status Ekonomi masyarakat pada umumnya yang Dengan Kejadian Skabies Pada memiliki penyakit menular kulit Santri Di Pondok Pesantren menular khususnya penyakit Al.Falah IVKecamatan Badung skabies baik yang muda maupun Agung Kabupaten Ogan yang lansia melakukan personal Komening Ulu Seleatan. hyegiene yang baik dan benar Carpenito. 2006. Buku Saku agar dapat mencegah terjadinya Diagnosa Keperawatan. Edisi penularan penyakit kulit scabies. ke- 10. Alih Bahasa, Yasmin 2. UPTD Griya Werdha Surabaya Asih. Jakarta : Buku Kedokteran Diharapkan dapat menjadikan EGC. informasi bagi UPTD Griya Craven,R.F & Hirnle C.J. 2007. Werdha Suraya untuk Fundamental Of Nursing : menentukan pencegahan dengan Human Health And Function, cara memisahkan pakaian dan Philadelpia : Lippincott. handuk pada lansia yang Departemen Kesehatan RI. 2007 . memiliki scabies dan Pedoman Penyelenggaraan dan memberikan identitas pada Pembinaan Pos Kesehatan masing-masing handuk lansia Pesantren. Retrivied from agar tidak tertukar sehingga http://perpustakaan.depkes.go.id resiko skabies bisa dicegah. (15 Januari 2018 jam 18.00). 3. Peneliti Selanjutnya Departemen Kesehatan RI. 2013 , Diharapkan peneliti Retrivied from selanjutnya dapat http://perpustakaan.depkes.go.id mengembangkan konsep Direja, A. H. 2011. Buku Ajar keperawatan Gerontik serta Asuhan Keperawatan Jiwa. memperoleh evidence base Yogyakarta: Nuha Medika. practice dalam upaya Entjang, Indan, 2010. Ilmu meningkatkan kondisi umum Kesehatan Masyarakat. pada lansiadengan penyakit kulit Bandung : PT. Citra Adya Bakti skabies. Fatma Laili Khoirun Nida . 2014. Dharma Asih Kecamatan Binjai Zikir Sebagai Psikoterapi Utara Tahun 2010. FKM USU Dalam Gangguan Kecemasan Medan. Bagi Lansia. Jurnal Ma’rufi. I. 2005. Faktor Sanitasi Kesehatan .Vol. 5, No. 1, Juni Lingkungan yang Berperan 2014. Terhadap Prevalensi Penyakit Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Skabies. Jurnal Kesehatan aplikasi penulisan laporan Lingkungan. Vol. 2, No. 1. juli pendahuluan dan asuhan 2005. hal : 11-18. keperawatan. Jakarta : Salemba Martono, H. 2009. Geriatri (Ilmu Medika Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Friedman, M. 2010. Buku Ajar Balai Penerbit FKUI. Keperawatan Keluarga : Riset, Muslih . 2012. Hubungan Personal Teori Dan Praktek. Edisi Ke 5. Hygine Dengan Kejadian Jakarta: EGC. Skabies Pada Santri Di Pondok Hidayat, A.Aziz Alimul. 2010. Pesantren Cipasung Kabupaten Metode Penelitian Kesehatan: Tasikmalaya. Jakarta: Balai paradigm Kuantitatif. Surabaya; Penerbit FKUI. Health Books Publishing. Nugroho, H.W. 2008. Keperawatan Hidayat, A.Aziz Alimul. 2014. Gerontik dan Geriatrik. Penerbit Pengantar Kebutuhan Dasar Buku Kedokteran, EGC : Manusia: Aplikasi Konsep dan Jakarta. proses keperawatan. Jakrta : Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Salemba Medika. penelitian kesehatan. Jakarta; Isro’in, L. dan Andarmoyo, S., 2012. Rineka Cipta. Personal Hygiene. In R.S. Siregar. 2005. Gangguan Yogyakarta: Graha Ilmu, pp. 1– Pigmentasi. Dalam Prof. Dr. 51. R.S. Siregar, Sp.KK(K): Atlas Iswantiah, dkk. 2012. Pendidikan Berwarna Saripati Penyakit Kesehatan Terhadap Perilaku Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal Kesehatan Lansia Tentang 255. Personal Hygine Vol.3 no 2. Saryono. 2011. Kumpulan Instrumen Irianto, Koes 2014. Ilmu Kesehatan Penelitian Kesehatan. Pernebit masyarakat . Bandung : Alfabet Mulia Medika,Yogyakarta. Kementerian Kesehatan Republik Sajida, A.2012. Hubungan Personal Indonesia. Health Statistic Profil Hygiene Dan Sanitasi Kesehatan Indonesia Tahun Lingkungan Dengan Keluhan 2013. Jakarta: Departemen Penyakit Kulit Di Kelurahan Kesehatan Republik Indonesia; Denai Kecamatan Medan Denai 2014. Kota Medan Tahun 2012. Maryunani A. 2013. Perilaku Hidup Skripsi Fakultas Kesehatan Bersih dan Sehat. Jakarta: CV. Masyarakat : Universitas Trans Info Media. Sumtera Utara Malina, E. 2010. Hubungan Sembel. 2009. Penyakit Menular di Karakteristik, Penegetahuan Indonesia. Jakarta: CV Sagung Dan Sikap Dengan Kebersihan Seto. Diri Penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Soedarto,2009. Penyakit-Penyakit Infeksi Di Indonesia, Widaya Medika, Jakarta. Tabri. 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Tarwoto dan Wartonah. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Trisnanata A.2012. Perbedaaan Angka Kejadian Scabies Berdasarkan Status Gizi Pada Santri Pondok Pesantren Al- Madinah Boyolali. Solo : Universitas Sebelas Maret Wilkinson, 2008. Buku Saku Diagnosa keperawatan NANDA- NIC-NOC. Jakarta : Buku Kedokteran.
SKRIPSI PENGARUH EDUKASI PERILAKU PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA SKABIES SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BEGAS KAB SEMARANG Revisi