Anda di halaman 1dari 42

A.

Keterampilan Membuka Pelajaran

1. Pengertian Keterampilan Membuka Pelajaran

Membuka pelajaran ( set induction ) ialah : usaha atau kegiatan yang


dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan
prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang
akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Membuka pelajaran dapat diartikan dengan
aktivitas guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan
atensi siswa agar terpusat terhadap apa yang akan dipelajari.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Menurut
Zainal Aqib (2013:89) membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan
guru/infrastruktur untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh
perhatian pada diri siswa/peserta pelatihan. Sedangkan Saiful Bahri
(2010:138-139) mengemukakan bahwa keterampilan membuka pelajaran
adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental dan menimbulkan
perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh (Abdul Majid, 2015:242) Membuka pelajaran (set
induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatiannya terpusat pada bahan yang akan dipelajarinya
sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa membuka pelajaran adalah aktivitas guru


untuk menciptakan suasana atau kondisi untuk siap mental dan menimbulkan
atensi siswa agar terpusat terhadap apa yang akan dipelajari.

2. Tujuan membuka pelajaran

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya secara umum tujuan


membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada
pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi
selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman (2007:92)
memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut: (1)
Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk
menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut
merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat
serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan
dalam kegiatan pembelajaran, (2) Menumbuhkan semangat, motivasi, dan
perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya, (3) Agar siswa
memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi
yang akan dipelajarinya, (4) Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang
telah dicapainya.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh (Husdarta dan Yudha, 2013: 56).
Kegiatan membuka pelajaran sebagai kegiatan awal sebuah pembelajaran
memiliki tujuan yaitu:

a. Membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat


membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.

b. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari
dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan


dikerjakan.

d. Membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-


pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari atau yang belum dikenalnya.

Sedangkan Menurut Wina Sanjaya ( 2006 : 43 ), mengemukakan tujuan


membuka pelajaran secara khusus, yaitu :

(1) Menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan dengan : (a)


menyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan
dilakukan berguna untuk dirinya; (b) melakukan hal-hal yang dianggap
aneh bagi siswa, misalnya dengan menggunakan alat bantu; (c)
melakukan interaksi yang menyenangkan. (2) Menumbuhkan motivasi
belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan : (a) membangun suasana
akrab sehingga siswa merasa dekat; (b) menimbulkan rasa ingin tahu;
(c) mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
dengan kebutuhan siswa.
3. Komponen-komponen membuka pelajaran
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran
guru harus melakukan pelajaran. Komponen dan aspek itu meliputi : (1)
Menarik perhatian siswa , cara yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut : (a) gaya mengajar guru. Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya
mengajar guru seperti posisi atau kegiatan yang berbeda dari biasanya; (b)
Penggunaan alat bantu mengajar, seperti : gambar, model, skema. Selain
dapat menarik perhatian, alat bantu mengajar tersebut memungkinkan
terjadinya kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari;
(c) Pola interaksi yang bervariasi seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-
guru. (2) Menimbulkan motivasi, ada beberapa cara untuk menimbulkan
motivasi, diantaranya yaitu : (a) bersikap hangat, ramah, antusias,
bersahabat, dan sebagainya karena dapat mendorong tingkah laku dan
kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul;
(b) menimbulkan rasa ingin tahu dengan melontarkan ide yang bertentangan
dengan penyelesaian masalah atau kondisi diri dari kenyataan sehari-hari.
Contohnya jika transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk
mengapa banyak penduduk di Pulau Jawa tidak mau transmigrasi; (c)
memerhatikan minat siswa dengan cara menyesuaikan topik pelajaran
dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis
kelamin, umur, sosial ekonomi, dan sebagainya. (3) Memberi acuan
( structuring ), memberi usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan
singkat serangkaian alternative yang memungkinkan siswa memperoleh
gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang harus dipelajari, cara yang
dilakukan diantaranya yaitu : (a) mengemukakan tujuan dan batas tugas; (b)
menyarankan langkah-langkah yang dilakukan; (c) mengingatkan masalah
pokok yang dibahas; (d) mengajukan pertanyaan. (4) Membuat kaitan,
contoh usaha guru untuk membuat kaitan diantaranya yakni : (a) dalam
memulai pelajaran, guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya
telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau inti materi pelajaran
terdahulu secra singkat; (b) cara membandingkan atau mempertentangkan
dengan pengetahuan baru; (c) cara menjelaskan konsepnya atau pengertian
lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Menurut Abdul Majid ( 2015: 242 ) keterampilan membuka pelajaran
meliputi komponen yakni : (1) Menarik perhatian siswa. (2) Menimbulkan
motivasi. (3) Memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan
atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari.
4. Prinsip-prinsip Penggunaan Keterampilan Membuka Pelajaran
Menurut Marno dan Idris (2008:92-93), ada lima prinsip penggunaan
keterampilan membuka pelajaran yaitu:

a. Singkat, padat dan jelas.

b. Tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.

c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.

d. Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya.

e. Mengikat perhatian anak.

Sedangkan menurut Marno dan Idris, 2008 Prinsip-prinsip penerapan


membuka pelajaran menurut Marno dan Idris, 2008 yaitu:

a)Prinsip bermakna. Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai


tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran.
Artinya, cara guru dalam memilih dan menerapkan komponen
keterampilan membuka pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat
bagi siswa dalam mengondisikan kesiapan dan ketertarikan siswa untuk
mengikuti pelajaran.

b)Kontinu(berkesinambungan). Antara gagasan pembukaan dengan pokok


bahasan tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan
pembukaan dengan pokok bahasan dari segi materi harus ada
relevansinya. Pengurutan materi pokok sangat membantu
kesinambungan materi pembelajaran dan terutama kesinambungan
membuka pelajaran.

c)Fleksibel(penggunaan secara luwes). Berarti penggunaan yang tidak


kaku, tidak terputus-putus atau lancar. Fluency(kelancaran) dalam
susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik
dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan
mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari.

d)Antusiasme dan kehangatan dalam mengomunikasikan gagasan.


Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dan hasil ini akan
berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Dengan
antusiasme guru dalam mengomunikasikan gagasan pembuka,
mendorong anak untuk menilai bahwa pokok bahasan yang akan
dipelajari mempunyai arti yang sangat penting. Dengan demikian,
peserta didik akan tinggi perhatian dan minatnya, yang paa gilirannya
akan memengaruhi tingginya aktivitas belajar.

B. Keterampilan Menutup Pelajaran


1. Pengertian keterampilan menutup pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran (Hasibuan.1994). Kegiatan menutup pelajaran
tersebut tidakmencakup kegiatan rutin yang dilakukan siswa seperti
menyiapkan alat peraga mengucapkan salam mengisi daftar hadir dan
sebagainya. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain
adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan
mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti
halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus
dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir
setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi
tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan
penyampaian materi pelajaran.
Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran
sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar
demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima
pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang
diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan
mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya. Ada berbagai alasan
mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran
antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai
keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka
dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap
guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam
membuka dan menutup pelajaran.
2. Tujuan keterampilan menutup pelajaran
Keterampilan dasar mengajar menutup pelajaran memiliki tujuan untuk:
a) Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran
b) Mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam membelajarkan pada siswa
c) Membantu siswa untuk mengetahui hubungan antara pengalaman
pengalaman yang telah di kuasainya dalam hal hal yang baru saja
dipelajarinya. (E.Mulyasa 2004, Hasibuan dkk. 1994)
3. Prinsip prinsip menutup pelajaran
Usaha untuk menarik perhatian siswa atau memotivasi siswa harus sesuai
dengan isi dan tujuan pelajaran. Cerita sinkat atau lawakan yang tidak ada
hubunganya dengan pelajaran hendaknya dihindarkan.
Berurutan dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru
dalam memperkenalkan atau merangkum kembali pelajaran sebagai bagian
dari kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip berurutan dan berkesinambungan
ini memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai
dengan minat siswa, ada kaitan logis antara satu bagian dengan lainnya,
sehingga dapat disusun rantai kognisi yang jelas dan tepat.

4. Komponen-Komponen Menutup Pelajaran


Marmo dan Idris (2008:103-105) keterampilan dasar mengajar menutup
pelajaran memiliki komponen sebagai berikut:
a) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan
telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
b) Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat
sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai
menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat
kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa,
setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat
menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat
pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta
untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang
dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus
membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
c) Membuat ringkasan.
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok
materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat
tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku
sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya
kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat
pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan
dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya,
setelah pelajaran statistika tentang pengumpulan dan pengolahan data
selesai, siswa diminta membuat ringkasan cara mengolah data yang
telah dikumpulkan siswa melalui percobaan. Hasil diskusi tersebut
ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding atau di papan
tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh
kelas untuk memperoleh tanggapan.
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh
wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu
jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan
penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan
tugas-tugas.
5. Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mendemonstrasikan keterampilan. Pada akhir satu penggal kegiatan
siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya.
Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru
meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Misalnya, setelah guru
menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan
soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri.Guru dapat meminta siswa
untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi
yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya,setelah
permainan peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam
bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu siswa diminta
untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peranyang
dimainkan.
d. Soal – soal tertulis. Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk
dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes
objektif, atau melengkapi lembaran kerja. (E.Mulyasa 2005. Hasibuan,
dkk 1994)
6. Pelaksanan Menutup Pelajaran
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri menbuat rangkuman
atau simpulan pelajaran
b. Melakukan enilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
d. kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program
pengayaan layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Dalam versi yang lain menjelaskan bahwa dalam kegiatan penutup,
guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi
untuk mengevaluasi:
1. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung
2. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
3. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok dan
4. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

C. Keterampilan Dasar Bertanya


Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang
paling penting untuk dikuasai karena, melalui keterampilan ini guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran akan
menjad membosankan manakala selama berjam-jam guru menjelaskan materi
pelajaran pancinga, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena
itu dalam setiap proses belajar , strategi pembelajaran apa punyang diguakan,
bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang
positif terhad ap siswa, diantaranya:
a. Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir itu sendiri
pada hakikatnya bertanya.
c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menentukan siswa untuk
menentukan jawaban.
d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajaar-mengajar,
guru perlu menunjukan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan
maupun ketika menerima jawaban siswa juga harus menghindari kebiasaan
seperti menjawab pertanyaan sendri, mengulang jawaban siswa, mengulang
pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan
pertanyaan baik berupa kalimat tannya maupun seluruh yang menurut respons
siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
berfikir siswa, dimasukkan dalam golongan pertanyaan. Keterampilan bertanya
dibedakan atas keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar
yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-
komponen yang dimaksud adalah pengungkapan pertanyaa secara jelas dan
singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindahah giliran, penyebaran,
pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Menurut turney (dalam buku Abdul Majid, 2015:236) mengidentifikasi


12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
(1) Membangkitkan minat dan keinginan siswa tentang suatu topik;
(2) Memusatkan perhatian pada masalah tertentu; (3) Menggalakkan
penerapan belajar yang aktif; (4) Merangsang siswa mengajukan
pertanyaan sendiri; (5) Menstrukturkan tugas-tugas sehingga kegiatan
belajar dapat berlangsung secara maksimal; (6) Mendiagnosis kesulitan
belajar siswa; (7) Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa
semua siswa harus terlibat dan aktif dalampembelajaran; (8)
Menyediakan kesempatan bagi siswauntuk mendemonstrasikan
pemahaman tentang informasi yang diberikan; (9) Melibatkan siswa
dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong
mengembangkan proses berpikir; (10) Mengembangkan kebiasaan
menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru; (11) Memberikan
kesempatan untuk belajar diskusi; (12)Menyatakan perasaan dan
pikiran murni pada siswa.
Keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai
teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar
maupun keterampilan bertanya lanjutan. Beberapa saran dalam teknik
bertanya atau menerima jawban dari pertanyaan yang kita ajukan sebagai
berikut.
Menurut Wina, Sanjaya ( 2012: 34-35) ada beberapa teknik yang perlu
diperhatikan dalam melakukan keterampilan bertanya, yaitu:
(1) Beberapa petunjukan teknik ada beberapa teknik yang perlu
diperhatikan dalam melakukan keterampilan bertanya, yaitu (a)
Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan Yang dimaksud dengan
kehangatan dan keantusiasan adalah cara guru mengekspresikan
pertanyaan atau menjawab pertanyaan; (b) Berikan waktu secukupnya
kepada siswa untuk berfikir. Salah satu kelemahan guru yang sering
terjadi adalah ketidak sabaran dalam menemukan jawaban yang sesuai
dengan harapan guru. Oleh karena itu dalam proses bertanya guru
perlu memberikan kesempatan yang cukup bsgi siswa untuk
menemukan jawaban yang tepat; (c) Atur lalu lintas bertanya jawab.
Artinya setelah diberikan pertanyaan kepada seluruh kelas, aturlah
siapa yang pantas memberikan jawaban, suruh yang lain menyimak
jawaban tersebut dan memberikan komentar; (d) Hindari pertanyaan
ganda. Pertanyaan ganda adalah pertanyaan yang mengharapkan
beberapa jawaban sekaligus. (2) Meningkatkan kualitas pertanyaan
dalam teknik bertanya juga perlu diperhatikan bagaimana
meningkatkan kualitas pertanyaan antara lain (a) Berikan pertanyaan
secara berjenjang. Pertanyaan berjenjang adalah pengaturan pertanyaan
yang dimulai dari pertanyaan tingkat rendah ke pertanyaan tingkat
tinggi. (b) gunakan pertanyaan untuk melacak. Pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat melacak sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
bertanya sebgai alat pembelajaran.

Menurut Sri, Anita (2009: 7.7-7.15) Pada dasarnya keterampilan


bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar., yaitu keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.

(1) Keterampilan Bertanya Dasar Keterampilan bertanya dasar terdiri


atas komponen-komponen sebagai berikut. (a) Pengungkapan
pertanyaan secara jelas dan singkat Pertanyaan yang diajukan guru
hendaknya singkat dan jelas sehingga mudah dipahami oleh para siswa;
(b) Pemberian acuan. guru perlu memberikan acuan berupa informasi
yang perlu diketahui siswa. siswa akan mengolah informasi yang
diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan guru; (c) Pemusatan.
Pertanyaan dapat dibagi atas pertanyaan ;luas dan pertanyaan sempit.
Pertanyaan luas menuntut jawaban yang umum dan cukup luas,
sedangkan pertanyaan sempit menuntut jawaban yang khusu/spesifik;
(d) Pemindahan giliran. Ada kalanya sebuah pertanyaan, lebih-lebih
pertnyaan yang lebih kompleks, tidak dapat dijawab tuntas oleh
seorang siswa. dalam hal ini guru perlu memberikan kesempatan
kepada siswa lain dengan cara pemindahan giliran; (e) Penyebaran.
Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk mengajukan
pertanyaan yang diberikan guru; (f) Pemberian waktu berpikir. Untuk
menjawab pertanyaan , seseorang memerlukan waktu untuk berpikir.
Demikian juga siswa yang harus menjawab pertanyaan guru
memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. (g)
Pemberian tuntunan guru harus memberikan tuntunan yang
memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban
yang diharapkjan. (2) Keterampilan bertanya lanjutan penguasaan
atas keterampilan bertanya lanjuta dibentuk berdasarkan penguasaan
keterampilan bertanya dasar. Ada beberapa komponen yang terdapat
dalam keterampilan bertanya lanjut, yaitu: (a) pengubahan tuntutan
kognitif dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaang yang diajukan guru
mengundang siswa untuk berpikir, yang mana berpikir merupakan
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Kualitas proses mental
yang terjadi pada siswa ketika memikirkan jawaban pertanyaan guru
tergantung dari kualitaspertanyaan guru; (b) pengaturan urutan
pertanyaan. Agar kemmapuan berpikir siswa dapat berkembang secara
baik, guru perlu mengatur urutan pertanyaan yang diajukan; (c)
penggunaan pertanyaan pelacak. Guru dapat mengajukan pertanyaan
pelacak yang dapat membimbing siswa untuk mengembangkan
jawaban yang diberikan; (d) peningkatan terjadinya interaksi
merupakan salah satu usaha untuk menigkatkan keterlibatan mental
intelektual siswa secara maksimal.

Adapun beberapa komponen-komponen keterampilan bertanya sebagai


berikut:

1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan

menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan


taraf

perkembangannya.

a) Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu
memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi
informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan
dengan siswa.
b) Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari
seorang siswa karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
c) Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam
pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan
secara acak. Ia hendaknya berusaha semua siswa mendapat giliran
secara merata.
d) Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru
perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum
menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
e) Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab,
guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa agar ia
dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
Adapun tujuan dari keterampilan bertanya sebagsi berikut:
a) Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
b) Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
c) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran,
dulu sering bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga pertanyaan
pikiran.
d) Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan
untuk mempelajarinya.
e) Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain6

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya dapat


dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : (1) keterampilan bertanya dasar,
dalam keterampilan bertanya dasar ada beberapa komponen yaitu : (a)
pengungkapan bertanya secara jelas dan singkat; (b) pemberian acuan; (c)
pemusatan; (d) pemindahan giliran; (penyebaran); (f) pemberiaan waktu
berpikir; (g) pemberian tuntunan. (2) keterampilan bertanya lanjutan, terdapat
beberapa komponen yaitu : (a) penguabahan tuntutan kognitif dalam
menjawab pertanyaan; (b) pengaturan urutan pertanyaan; (c) penggunaan
pertanyaan pelacak; (d) peningkatan terjadinya interaksi. Sesuai dengan nama
nya, penguasaan atas pertanyaan keterampilan lanjut dibentuk berdasarkan
penguasaan bertanya dasar. Ini berarti bahwa ketika menerapkan keterampilan
bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan
bertanya dasar.

D. Keterampilan Memberi Penguatan

1. Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Verbal

a. Pengertian Memberi Penguatan (Reinforcement) Verbal

Keterampilan memberikan penguatan atau reinforcement (dalam


Bahasa Inggris), secara garis besar dapat dimaknai sebagai kemampuan guru
dalam memberikan respon terhadap perilaku siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, agar siswa terdorong untuk meningkatkan perilaku positif
tersebut. Pada dasarnya istilahpenghargaan, hadiah, pujian yang sering
disama artikan dengan penguatan memiliki kedudukan sebagai bagian dalam
keterampilan dalam memberi penguatan.Pemberian penguatan oleh guru
terhadap perilaku siswa akan mendorong siswa tersebut agar berbuat lebih
baik lagi. Soemantri dan Permana (1998/1999: 272) menyatakan bahwa
memberi penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan atau respons
terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya
peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang lain.Kemudian tidak
jauh berbeda dengan pendapat tersebut

Marno dan Idris (2010:132) mendefinisikan penguatan sebagai respon


positif yang diberikan guru kepada siswa atas perilaku positif yang dicapai
dalam proses belajarnya, dengan tujuanuntuk mempertahankan dan
meningkatkan perilaku tersebut. Selanjutnya Djamarah (2005:118)
mendefinisikan pemberian penguatan sebagai respon dalam proses
interaksi edukatif berupa respon positif dan respon negatif. Respon
positif adalah respon yang diberikan melalui hadiah, sedangkan respon
negatif diberikan melalui hukuman. Keduanya memiliki tujuan yang sama,
yaitu mengubah tingkah laku seseorang. Hal ini menunjukan bahwa
pengubahan tingkah laku siswa (behavior modification) dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
siswa.

Berdasar pendapat yang ada di atas, secara garis besar penguatan


verbal adalahsegala aktivitas guru yang diungkapkan dengan kata atau
kalimat berupa pujian, persetujuan, nasihat untuk memberikan
dorongan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
terjadi perubahan positif pada kegiatan belajar siswa.

b. Komponen Penguatan Verbal

Selanjutnya menurut Marno dan Idris (2010: 135) menyatakan


bahwa ada beberapa komponen dalam memberikan penguatanyang perlu
dipahami dan dikuasai oleh guru. Hal ini akan membuat guru menjadi
bijaksanan dan sistematis dalam pelaksanaannya. Penguatan verbal
dapat diberikan dengan komentar guru berupa kata-kata pujian,
dukungan, dan pengakuan sebagai penguatan tingkahlaku dan kinerja
siswa. Komentar tersebut merupakan balikan (feed back) yang dapat
dilakukan oleh guru atas kinerja ataupun perilaku siswa.Menurut D. N. Pah
(1984: 6) penguatan verbal dapat dikelompokan menjadi dua bentuk. Adapun
bentuk komponen penguatan verbal yaitu: a) kata-kata, dan b) kalimat.

a. Kata-kata.
Penguatan yang diberikan kepada siswa berupa kata saja, hal ini
dilakukan secara singkat, mudah dipahami sehingga siswa mudah
dalam menangkap respon dari guru.Contoh:
1)Bagus. Diutarakan ketika siswa mengerjakan tugas atau perintah
dengan baik, rapi, sistematis.
2)Tepat/ betul/ benar. Diutarakan ketika siswa menjawab suatu soal/
pertanyaan sesuai dengan sesuai/ benar.
3)Pintar. Disampaikan guru apabila siswa memiliki kemampuan
intelektual yang baik di banding teman yang lain, bisa juga
disampaikan pada saat siswa benar dalam menjawab pertanyaan atau soal.
4)Ya. Disampaikan guru apabila siswa menjawab soal atau pertanyaan
sesuai dengan harapan guru, atau memberikan pendapat dengan benar.
b. Kalimat
Umpan balik yang diberikan guru berupa rangkaian kata atau
kalimat untuk memperjelas susunan kata-kata yang ada, sehingga siswa
dapat mengerti kemampuan dan alasan mengapa guru memberikan
penguatan tersebut. Contoh:
1)Pekerjaan Andi bagus sekali!
2)Cara Agus memberikan penjelasan baik sekali!
3)Saya senang dengan pekerjaanmu!
Menurut Hurlock (1978: 90) apapun bentuk penguatan yang
digunakan, pada dasarnya penguatan harus sesuai dengan perkembangan
anak. Hal ini akan menimbulkan keefektivan dari penguatan itu sendiri.
Maka dari itu untuk penguatan verbal seharusnya dilakukan sesuai
tahap perkembangan siswa. Baik penguatan verbal berupa kata maupun
kalimat sebaiknya disampaikan dengan tepat dan benar sesuai
perkembangan bahasa anak dan usia.
2. Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Nonverbal
a. Pengertian Memberi Penguatan (Reinforcement) NonVerbal
Pendekatan nonverbal adalah segala aktivitas guru berupa gerak
isyarat yang dapet memberikan dorongan bagi aktivitas belajar siswa
secara positif. Dapat dilakukan guru dengan berbagai cara, akan tetpi guru
perlu memperhatikan prinsip dalam memberikanya agar dapat
meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh beberapa jenis
penguatan nonverbal. Hal tersebut tersimpul dari pendapat ahli yang
dijabarkan di bawah ini. Menurut Istadi (2006: 39) penguatan
nonverbal atau penguatan fisik adalah perhatian yang dilakukan secara
fisik berupa elusan di kepala, acungan jempol atau sekedar
terangkatnya alis mata karena ekspresi kagum sebagai umpan balik
positif terhadap perilaku baik yang dilakukan anak. Hal ini akan
menjadikan anak merasa dihargai, sehingga ia akan melakukan hal baik
yang sama di lain kesempatan
Menurut Sanjaya (2006: 36) penguatan nonverbal adalah respon
yang dilakukan guru terhadap perilaku siswa berupa bahasa isyarat.
Misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju, menggelengkan
kepala tanda tidak setuju, mengangkat pundak, dan sebagainya. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan tanda-tanda tertentu, misalnya
berjabat tangan, menepuk pundak secara halus sebagai tanda setelah
siswa melakukan repon yang baik. Selanjutnya Usman (2006: 81)
mendefinisikan penguatan nonverbal sebagai gerak isyarat sebagai
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang
berujuan memberikan umpan balik. Dapat dilakukan dengan
pendekatan, sentuhan, simbol dan sebagainya. Ada beberapa
penguatan non verbal yang tidak selamanya akan baik apabila
digunakan terlalu sering, sehingga guru harus selektif dalam memlih
jenisnya agar berfungsi secara maksimal.
3. Komponen Penguatan Nonverbal
Penggunaan komponen keterampilan dalam memberikan penguatan
dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, dengan menyesuaikan usia
siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan dan sifat-
sifat tugas. Hal ini bertujuan agar pemberian penguatan tersebut efektif,
sehingga mampu mencapai tujuan yang di harapkan oleh guru dan
bermakna bagi siswa. Menurut Hamzah (2005: 169) beberapa komponen
keterampilan pemberian penguatan yang termasuk ke dalam penguatan
nonverbal yaitu: a) penguatan gestural, b) penguatan dengan cara
mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d) penguatan berupa tanda atau
benda, e) penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
a. Penguatan gestural.
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau
anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa.
Misalnya, mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan,
anggukan tanda setuju, menaikan ibu jari tanda “jempolan”.
b. Penguatan dengan cara mendekati.
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk
menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi,
berdiri di samping siswa diberikan unutk memperkuat penguatan yang
bersifat verbal.
c. Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan
menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat
tangan siswa. Seringkali untuk anak-anak yang masih kecil, guru
mengusap rambut kepala siswa.
d. Penguatan berupa tanda atau benda.
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam
menggunakan bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang
tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain:
komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang
koleksi, bintang, permen.
e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membentu temanya
apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat,
siswa diminta memipmpin kegiatan.
Kemudian D.N. Pah (1984: 6-7) mengelompokan komponen
penguatan nonverbal menjadi 5 kelompok. Adapun pengelompokan
tersebut yaitu: a) penguatan berupa mimik dan gerakan badan, b)
penguatan dengan cara mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d)
penguatan dengankegiatan menyenangkan, dane) penguatan berupa
simbol atau benda.
4. Tujuan Memberikan Penguatan (Reinforcement)
Perihal pemberian penguatan, perlu diketahui tujuan yang akan
diperoleh. Hal ini dimaksudkan agar dalam dalam pelaksanaanya guru
tidak sekedar memberikan penguatan saja, akan tetapi mengetahui benar
tujuan yang harus dicapai. Karena dengan tujuan itu sendiri akan menjadi
arah bagiguru dalam melangkah. Secara garis besar pemberian penguatan
sebagai respon positif bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan perbuatan positif yang siswa lakukan dalam kegiatan
belajarnya, sehingga siswa akan termotivasi untukmeningkatkan prestasi
yang telah dicapainya.
Secara terperinci Saidimin (Hamzah, 2005: 168) menyatakan bahwa
keterampilan memberikan penguatan bertujuan untuk ;
a) meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan belajar, b) memudahkan
proses belajar mengajar baik bagi siswa maupun guru, c)
membangkitkan dan mempertahankan motivasi siswa, d) mengatur dan
merubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang
produktif, e) mengembangkan dan mengatur pribadi siswa dalam belajar, f)
mendorong atau mengarahkan pada cara berfikir yang baik/ divergen dan
inisiatif pribadi. Sedangkan penghargaan yang menjadi bagian dalam
penguatan memiliki tiga peranan penting dalam kegiatan mengajar bagi
siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan yang telah disetujui.

Menurut Hurlock (2008: 90) peranan penguatan adalah sebagai berikut.


Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan
disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana hukuman
mengisyartakan pada anak bahwa perilaku mereka itu buruk, demikian pula
penghargaan mengisyaratkan pada mereka bahwa perilaku itu baik. Dan
seperti halnya hukuman, bila penghargaan bervariasi intensitasnya agar
sesuai dengan usaha anak untuk berperilaku menurut standar yang disetujui
secara sosial, nilai edukatif penghargaan itu meningkat. Kedua,penghargaan
berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara
sosial. Karena anak bereaksi dengan positif terhadap persetujuan yang
dinyatakan dengan penghargaan, di masa mendatang, mereka berusaha
untuk berperilaku dengan cara yang lebih banyak memberinya penghargaan.
Dan, ketiga penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang
disetujui secara sosial, dan tiasanya penghargaan melemahkan keinginan
untuk mengulang perilaku ini. Biala anak harus belajar berperilaku dengan
cara yang disetujui secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian
cukup menguntungkan baginya. Karenannya penghargaan harus digunakan
untuk membentuk sosialisasi yang menyenangkan dengan perilaku yang
diinginkan.
5. Prinsip-prinsip Penggunaan Penguatan (Reinforcement)
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dan dapat
berdampak baik pada siswa, terkadang pemberian penguatanjuga dapat
membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak
sesuai dengan yang dikehendaki dan perilaku siswa. Untuk itu guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan agar tidak
terjadi kesalahan dalam penerapanya.Secara singkat Soemantri dan
Permana (1998/1999: 277) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal
yang penting yang dapat dijadikan pedoman sebagai prinsip guru dalam
memberikan suatu penguatan kepada siswa, adapun prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Dilakukan dengan hangat dan semangat.
b. Memberika kesan positif kepada peserta didik.
c. Berdampak terhadap perilaku positif.
d. Dapat bersifat pribadi atau kelompok.
e. Hindari penggunaan respon negatif.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut Djamaroh (2005:
123-124) mengungkapkan empat prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan penguatan kepada siswa, dengan harapan pemberian penguatan
dapat dilakukan secara tepat, yaitu:
a) Hangat dan antusias,
b) Hindari penggunaan penguatan negatif,
c) Bermakna.
d) Penggunaan yang bervariasi.
E. Keterampilan Mengadakan Variasi
1. Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan variasi merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki
guru, mengingat karena sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk
melakukan variasi dalam proses pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2013) mengadakan variasi adalah ketrampilan yang
harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta
didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipan. Variasi dalam
pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan
dan kebosanan.
Sejalan dengan itu Zainal Asril (2011: 86) mengemukakan keterampilan
variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi
pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan pesrta didik,
sehingga dalam proses situasi pembelajaran senantiasa menunjukkan
ketekunan dan penuh partisipasi. Inti tujuan proses pembelajaran variasi
adalah menumbuh kembangkan perhatian dan minat peserta didik agar
belajar lebih baik.
Sedangkan menurut Alma (2009) membuat variasi adalah suatu hal yang
sangat penting dalam prilaku keterampilan mengajar, yang dimaksid dengan
variasi dalam hal ini adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar
misalnya variasi dalam menggunakan sumber bahan pelajaran media
pengajaran, variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan murud.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa pengertian keterampilan variasi merupakan
keterampilan yang harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran agar siswa
tidak bosan dan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut.
2. Tujuan Keterampilan Mengadakan Variasi
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa,
motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi menurut (Syaiful Bahri
Djamarah:2013) adalah:
a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa terhadap Relevansi Proses
Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Dalam jumlah siswa yang besar
biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian
siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Misalnya faktor
penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang
dirasakan siswa lebih menarik daripada materi yang diberikan guru, siswa
kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.

Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan


dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu guru selalu
memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau
belum.

b. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Didalam diri


siswa sudah ada motivasi, yaitu motivasi instrinsik. Siswa yang demikian
biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dororngan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Disini peran guru berfungsi sebagai motivasi. Yaitu sebagai
alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan, dan untuk menyeleksi perbuatan.

c. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah

Suatu kenyataan yang tidak bisa dipunkiri bahwa dikelas ada siswa
dan siswi yang kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya
bidan studi yang dipegang oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Kurang
senangnya siswa terhadap guru disebabkan gaya belajar mengajar yang
kurang bervariasi. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah. Guru
kurang dapat mengusai kelas dan gagal menciptakan suasana belajar yang
membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.

Guru bijaksana adalah guru yang mampu menempatkan diri dan


pandai mengambil hati siswa serta menggunakan gaya mengajar dan
pendekatan yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya
mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
d. Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual

Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai


ketrampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan
metode mengajar, penguasaan bagaimana menggunakan media, dan
penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas.
Penguasaan ketiga ketramplan tersebut memudahkan bagi guru melakukan
pengembangan variasi mengajar.

Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di


sekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran. Fungsinya
sebagai alat peraga. Fasilitas dijadikan sebagai alternatif dalam menunjang
sebuah pembelajaran. Jika terbatasnya fasilitas yang ada di sekolah maka
cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan
pemilihan. Misalnya, kurangnya tersedianya buku bidang studi
menyebabkan metode mencatat lebih dominan dan sulit bagi guru untuk
melakukan pendekatn individual.

e. Mendorong Anak Didik untuk Belajar

Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru sedangkan


kewajiban belajar adalah tugas anaka didik. Lingkungan pengajaran yang
kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anaka didik untuk
selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Untuk hal ini
cara akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi
mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan
pengajaran, maupun interaksi guru dengan anak didik.

Sedangkan menurut Mulyasa (2013) tujuan keterampilan


mengadakan variasi ada dua, yaitu :

a. Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik


terhadap hal baru dalam pembelajaran
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
3. Komponen – Komponen Keterampilan Variasi
Keterampilan variasi merupakan hal yang penting dalam proses
pembelajaran, karena guru harus mampu untuk melakukan variasi, supaya
peserta didiknya senang dalam proses pembelajaran. Ada beberapa komponen
– komponen yang harus diperhatikan dalam keterampilan variasi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013) Variasi dalam kegiatan
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni variasi
dalam gaya mengajar, variasi media dan bahan, variasi dalam pola interaksi,
dalan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Uraian yang mendalam dari
keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variasi Gaya Mengajar

Variasi ini meliputi variasi suara, gerakan anggota badan, dan variasi
perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa, variais tersebut dilihat
sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya
memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru dalam proses
belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi
anatara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong
penerimaan bahan pelajaran, dan memeberi stimulasi. Variasi dalam gaya
mengajar ini adalah sebagai berikut:

1) Variasi suara. Suara guru dapat bervariasi dalam berintonasi, nada,


volume, dan kecepatan. Menunjukkan hal-hal yang dianggap penting,
berbicara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam
kepada anak didik yang kurang perhatian.

2) Penekanan (focusing). Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada


suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan
“penekanan secara verbal”, misalnya “Perhatikan baik-baik!”
Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi
tanda papan tulis.
3) Pemberian waktu(pausing). Untuk menarik perhatian anak didik, dapat
dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu
kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, di akhir bagian pelajaran
kebagian berikutnya. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk
mengorganisasi jawaban yang diajukan oleh guru agar jawabannya
menjadi lengkap.

4) Kontak Pandang. Bila guru berbicara atau berinterasi dengan anak


didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas, menatap
mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan positif dan
menhindari hilangnya kepribadian.

5) Gerakan Anggota Badan (Gesturing). Variasi dalam mimik, gerakan


kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.
Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam
menyampaikan arti pembicaraan.

6) Pindah Posisi. Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat


membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan
kepribadian guru. Perpindahannya dari muka ke bagian belakang, dari
sisi kiri ke kanan, atau antara anak didik dari belakang ke samping
anak didik.

b. Variasi Media dan Bahan Ajaran

Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama,


baik pendengaran maupun penglihatannya, dan kemampuan berbicara.
Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap
anak didik, misalnya guru dapat memulai dengan berbicara terlebih
dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat
contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi
terhadap indra anak didik. Ada tiga komponen dalam variaasi penggunaan
media, yaitu :
1) Variasi media pandang. Penggunaan media pandang dapat diartikan
sebagai penggunaaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi
seperti media cetak, media audio, media visual, dan media audio-visual.
Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki
keuntungan: 1) Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi
respon yang kurang bermanfaat. 2) Memiliki secara potensial perhatian
anak didik pada tingkat yang tinggi. 3) Dapat membuat hasil belajar yang
riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik. 4)
Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, seperti halnya dalam
film. 5) Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain. 6)
Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
2) Variasi Media Dengar. Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di
kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Terdapat sejumlah
media dengar lainnya yang dapat dipakai untuk itu diantaranya iaalah
pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik,
rekaman drama, wawancara yang semua itu dapat memiliki relevansi
dengan pelajaran.
3) Variasi Media taktil. Ketrampilan menggunakan variasi media dan bahan
ajar adalah penggunaan media yang memberikan kesempata anak didik
untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar. Dalam hal ini
melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model,
yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil”. Dapat dilakukan
secara individu atau kelompok. Contohnya dalam bidang sejarah membuat
maket desa zaman Majapahi, dan pada bisang geografi membuat model
lapisan tanah.
c. Variasi Interaksi
Menurut (Abdul Majid:2013) Variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa. Pola interaksi guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar-
mengajar sangat beraneka ragam. Penggunaan variasi pola interkasi
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan. Adapun pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai
berikut (M.Uzer Usman:2013):

1) Pola guru-murid: Komunikasi sebagai aksi (satu arah)


2) Pola guru-murid-guru: Ada balikan (feedbacak) bagi guru, tidak ada
interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi

3) Pola guru-murid-murid: Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar


satu sama lain

4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: Interaksi optimal antara


guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi
sebagai transaksi,multiarah)

5) Pola melingkar: Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan


sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila
setiap siswa belum mendapat giliran.

d. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut


(Mulyasa:2013) yaitu :

1) Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.


2) Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar.
3) Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi.
4) Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.

Selain itu menurut Zainal Asril (2011) mengemukakan beberapa


variasi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai
berikut:

a. Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan profesional


lainnya, antara lain penguasaaan berbagai macam metode dan
keterampilan mengajarkan pertanyaan.
b. Keterampilan variasi sebelumnya direncanakan dandisusun dalam SP.
c. Keterampilan variasi sangat dianjurkan akan tetapi, harus wajar dan luwes
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen – komponen keterampilan


variasi terdiri dari Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan
profesional lainnya, antara lain a) penguasaaan berbagai macam metode dan
keterampilan mengajarkan pertanyaan. b) Keterampilan variasi sebelumnya
direncanakan dan disusun dalam SP. c) Keterampilan variasi sangat dianjurkan
akan tetapi, harus wajar dan luwes sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d) Variasi dalam gaya mengajar. e) Variasi dalam penggunaan media dan
sumber belajar.

4. Prinsip Keterampilan Variasi

Keterampilan variasi merupakan hal yang penting yang harus dimilki


oleh seorang guru. Oleh sebab itu, keterampilan variasi perlu ditingkatkan agar
dapar mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam keterampilan variasi.

Zainal Asril (2011: 89) mengemukakan bahwa pada prinsipnya teknik dasar
variasi dalam mengajar adalah:
a) Suara guru enak didengar. b) Tidak banyak melihat jendela saat
sedang mengajar. c) Melibatkan kegembiraan dan semangat. d)
Menggunakan isyarat mata, tangan, kepala dengan tepat. e) Hafal nama-
nama peserta didik di kelas dan memanggil namanya saat diperlukan. (f)
Variasikan peserta didik menjawab pertanyaan tidak pada orang tertentu
aja. g) Mengadakan selingan yang menyegarkan. h) Memepertimbangkan
prinsip hadiah dan hukuman.
Kemudian Sri Anitah (2010: 7.47) mengemukakan pendapat agar variasi
dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan
sebagai berikut.

a) Variasi yang dibuat harus mengundang maksud tertentu serta sesuai


dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar
belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan
guru menciptakan variasi tersebut. b) Variasi harus terjadi secara wajar,
tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar. c)
Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga
tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalanya kegiatan
belajar. (d) Komponen-komponen variasi yang memerlukan
pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara
cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Selain itu,
perubahan komponen keterampilan mengadakan variasi dapat dilakukan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan balikan yang
diterima guru dari siswa selama pembelajaran berlangsung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip penggunaan dalam keterampilan mengadakan


variasi, yaitu: (a) suara guru harus enak didengar. (b) variasi harus terjadi secara
wajar. (c) menggunakan isyarat yang tepat. (d) variasi harus berlangsung secara lancar
dan berkesinambungan. (e) Komponen variasi harus dirancang dengan baik.

F. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelasakan adalah suatu keterampilan menyajikan
bahan belajar yang diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan
yang berarti, sehingga mudah dipahami para peserta didik.
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi
secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat,
definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan
urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru
dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru
cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh
langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh
sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar
tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut
sehingga bermakna bagi murid.
2. Prinsip-prinsip menjelaskan
a. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik
b. Penjelasan harus diselingi tanya jawab
c. Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru
d. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
e. Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta
didik
f. Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang
kongkrit dan dihubungkan dengan kehidupan
3. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menjelaskan
a. Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus sederhana, terang
dan jelas
b. Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan dikuasai terlebih
dahulu
c. Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan
d. Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan ilustrasi
e. Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman peserta didik
melalui pertanyaan-pertanyaan
4. Komponen Keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan
baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan.
Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan
masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada
diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus,
atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa)
hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap
anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin,
kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan
belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Kejelasan, penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari
penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”,
“umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak
dapat dimengerti oleh anak.
2) Penggunaan contoh dan ilustrasia, dalam memberikan penjelasan
sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan, guru harus
memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan
mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang
terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau
“Perhatikan, yang ini agak sukar”.
4) Penggunaan balikan, guru hendaknya member kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau
ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian
mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah
penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
5. Tujuan Memberikan Penjelasan
a. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil,
fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah
atau pertanyaan.
c. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya
dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

6. Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru


a. Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan
penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya
pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa
b. Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi
murid, tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan
karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau
dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
pemikiran mereka. Hal ini tercermin dalam ucapan guru:
“penerangan ibu sudah jelas,bukan?”. Oleh karena itu kemampuan
guru dalam mengenal atau menganalisa tingkat pemahaman siswa
sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan
penjelasan.
c. Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri
pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu guru
perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut
d. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara
memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan
materi yang diberikan.
7. Macam-macam Teknik Menjelaskan
a. Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi yang akan
disampaikan kepada siswa (dalam kegiatan-kegiatan pembukaan di
SD terlihat dalam pembahasan tema atau sub tema yang akan
dibicarakan hari tersebut). Kadangkala pertanyaan juga dipandang
sebagai pertanyaan dengan maksud agar perhatian siswa terpusat pada
bahan pelajaran yang akan disampaikan. Dan biasanya siswa jika
dihadapkan. dengan suatu pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa
menjawabnya. Oleh karena itu mereka akan selalu mengulangi bahan
yang telah disampaikan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat
guru menanyakannya dalam kelas (sewaktu berlangsungnya jam
pelajaran).
b. Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab oleh siswa.
Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak langsung berarti
siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan
diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan
dengan memberikan keterangan secukupnya terhadap sebagian lain
pelajaran yang direncanakan. Contoh: “dipegunungan banyak sekali
pepohonan, penduduknya sedikit dan udaranya segar. Sedangkan di
Jakarta pepohonan sedikit, penduduknya banyak dan udaranya kotor
karena mobil-mobil dan mesin pabrik mengeluarkan udara
kotornya. Sehingga udara terasa semakin panas dan kita menghirup
udara kotor yang bisa menyesakan pernapasan”.
c. Memberikan contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat ditingkatkan melalui
pemberian contoh yang jelas dan nyata yang sedapat mungkin diambil
dari kehidupan sehari-hari yang sekiranya mudah dicerna atau
dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan
dengan prosespengambilan kesimpulan dan dari pengambilan
kesimpulan dikembangkan dengan contoh yang lebih dalam akan
memberikan penjelasan yang efektif dan efisien. Sehingga
memudahkan siswa dalam merangkaikan pikirannya untuk mencapai
pemahaman yang mendalam. Contoh: “semua benda-benda yang
terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet. Paku, peniti dan anak
kunci terbuat dari besi. Jadi benda tersebut dapat ditarik oleh
magnet. (cara induktif)“kertas lipat, sedotan plastik dan pensil warna
tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda-benda tersebut bukan terbuat
dari besi. Jadi benda-benda yang tidak terbuat dari besi tidak dapat
ditarik oleh magnet. (cara deduktif)
G. Keterampilan Mengelola Kelas
1. Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas
Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta

didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Menurut Asril (2011:

72 – 73) “Keterampilan mengolah kelas merupakan keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembangkan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan

cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial”.


Sementara itu, Mulyasa (2009: 91) mengemukakan “Pengelolaan kelas

merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif dan mengendalikan jika terjadi gangguan dalam pembelajaran”.

Sejalan dengan itu, Sanjaya (2006: 44) juga mengemukakan “Pengelolaan

kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi

belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal – hal yang

dapat menganggu suasana pembelajaran”. Hal serupa juga dikemukakan oleh

Djamarah & Zain (2006: 173) “ Pengelolaan kelas merupakan keterampilan

guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”.


Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan menciptakan dan

memelihara suasana belajar yang kondusif dan optimal sehingga dapat

mengendalikan gangguan dalam proses pembelajaran.


2. Komponen Keterampilan Mengolah Kelas
Keterampilan mengolah kelas merupakan hal penting dalam proses
pembelajaran, karena guru harus mampu untuk mengolah kelasnya, supaya
peserta didiknya senang dalam proses pembelajaran. Ada beberapa komponen
– komponen yang harus diperhatikan dalam keterampilan mengolah kelas.
Dalam Asri ( 2011 : 74 ) Komponen keterampilan mengelola kelas adalah
sebagai berikut :
a. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
1) Menunjukan sikap yang tanggap : melalui perbuatan atau sikap
tanggap ini siswa merasakan bahwa “ guru hadir bersama mereka “
dan “ tahu apa yang mereka perbuat “. Kesan ini dapat ditunjukan
dengan cara memandang kelas secara seksama, gerak mendekati,
memberikan pertanyaan dan memberi reaksi terhadap gangguan serta
kekacauan siswa.
2) Membagi perhatian : pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan
pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagi
perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal.
3) Memberi petunjuk- petunjuk yang jelas.
4) Menegur : teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (a) tegas, jelas tertuju kepada siswa yang
menggangu dan tingkah laku yang harus dihentikan; (b) menghindari
peringatan yang kasar atau yang mengandung perhinaan; (c)
menghindari ocehan berkepanjangan.
5) Memberi penguatan : pemberian penguatan dapat dilakukan kepada
siswa yang suka mengganggu jika pada suatu saat tertangkap
melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang
bertingkah laku yang wajar.
b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan
siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal “.

Kemudian Mulyasa ( 2009 : 91 ) mengemukakan keterampilan mengolah


kelas memiliki komponen sebagai berikut :
1) Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
a. Menunjukan sikap tanggap dengan cara : memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pertanyaan dan memberi
reaksi terhadap gangguan di kelas.
b. Membagi perhatian secara visual dan verbal
c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan
peserta didik dalam pembelajaran
d. Memberi petunjuk yang jelas
e. Memberi teguran secara bijaksana
f. Memberi penguatan ketika diperlukan
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal
a. Modifikasi perilaku
 Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan
pembiasaan
 Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
 Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman
b. Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerjasama
dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil
masalah yang timbul.
c. Menekankan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan
masalah
 Pengabaian yang direncanakan
 Campur tangan dengan isyarat
 Mengawasi secara ketat
 Mengakui perasaan negatif peserta didik
 Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya
 Menjauhkan benda – benda yang dapat mengganggu
konsentrasi
 Menyusun kembali program belajar
 Menghilangkan ketegangan dengan humor
 Mengekang secara fisik “.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen – komponen mengolah kelas

terdiri dari a) Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan

pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan b) Keterampilan yang

berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

3. Prinsip Keterampilan Mengolah Kelas


Keterampilan mengolah kelas adalah suatu hal yang penting yang
harus dimilki oleh seorang guru. Oleh sebab itu, keterampilan mengolah kelas
perlu ditingkatkan agar dapar mencapai hasil yang baik dalam proses
pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
keterampilan mengolah kelas.
Dalam Mulyasa ( 2009 : 91 ) Beberapa prinsip yang harus diperhatikan

dalam pengelolaan kelas adalah :


a) kehangatan dan keantusiasan,
b) tantangan,
c) bervariasi,
d) luwes,
e) penekanan pada hal – hal positif, dan
f) penanaman disiplin diri.

Sejalan dengan itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Awsan Zain (2006: 185-

186) mengemukaan bahwa untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip

pengelolaan kelas dapat dilakukan, berikut ini.


a) Hangat dan antusias sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar di

kelas.
b)Perlunya tantangan yang digunakan untuk meningkatkan gairah dan

menarik perhatian anak saat belajar.


c) Penggunaan alat atau media untuk belajar harus bervariasi.
d)Keluwesan dapat mencegah munculnya gangguan pada anak saat belajar.
e) Penekanan pada hal-hal yang positif.
f) Penanaman disiplin diri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari keterampilan mengolah kelas

adalah : a) Hangat dan antusias sangat diperlukan dalam proses belajar

mengajar di kelas. b) Perlunya tantangan yang digunakan untuk meningkatkan

gairah dan menarik perhatian anak saat belajar. c) Penggunaan alat atau media

untuk belajar harus bervariasi. d) Keluwesan dapat mencegah munculnya

gangguan pada anak saat belajar. e) Penekanan pada hal-hal yang positif. f)

Penanaman disiplin diri.


4. Tujuan Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut (Usman, 2002) pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.


1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan

fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar

mencapai hasil yang baik.


2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam

menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk

memperoleh hasil yang diharapkan.

Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas adalah penyediaan

pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,

emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu

memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang


memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional,

dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Suharsimi Arikunto (2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen kelas

adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera

tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya

Arikuno menguraikan rincian tujuan Manajemen Kelas, sebagaimana berikut

ini:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.


2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
siaoal, emosional dan intelek siswa dalam belajar.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang
sosial,ekonomi,budaya,serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan
Dirjen Dikdasmen, (1996).

H. Keterampilam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


1. Pengertian Keterampilam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan yang dibahas ini sebagai
variasi dari kegiatan klasikal yang sudah merupakan tradisi kehidupan
sekolah di Indonesia. Ini berarti bahwa mengajar kelompok kecil dan
perorangan terjadi dalam konteks klasikal. Dalam konteks ini, siswa terus-
menerus belajar dalam kelompok kecil atau secara perorangan.
Menurut Sri Anita (2011 : 8.52) mengemukan bahwa mengajar
kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam
konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok
kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk
pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-
kelompok yang lebih kecil.
Mulyasa (2011 : 92) mengemukakan bahwa pengajaran kelompok
kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Didi Supriadi dan Deni Darmawan (2012 : 158) mengemukakan
bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah
kemampuan guru dalam mengembangkan terjadinya hubungan
interpersonal yang sehat dan akrab antara guru dengan siswa, maupun
antara siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perseorangan adalah kemampuan guru memberi perhatian dalam
konteks belajar-mengajar yang hanya melayani beberapa orang untuk
kelompok kecil dan seorang untuk perorangan.
Sama halnya dengan membimbing diskusi kelompok kecil , dalam
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ada komponen-
komponen yang harus diperhatikan agar tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Komponen Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Menurut Djamarah ( 2010 : 78 – 79 ) ada 4 komponen yang perlu
dikuasai guru untuk pengajara kelompok kecil dan perorangan, yakni:

(1) Keterampilan mengadakan pendekata secara pribadi, prinsip ya


ng penting dalam pengajara kelompok kecil dan perorangan adalah terj
adinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat
diciptakan dengan cara: (a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan ter
hadap kebutuhan siswa (b) Memberikan respon positif terhadap pikiran
siswa (c) Membangun hubungan saling memeprcayai (d) Menunjukkan
kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih
atau mendominasi tugas siswa (d) Mendengarkan secara simpati (e)Me
nerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan (d) B
erusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa aman, merasa di
bantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dih
adapi (2)Keterampilan mengorganisasi, keterampila yang diperlukan
dalam peran guru sebagai organisator selama pelajaran berlangsung ada
lah: (a) Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masala
h yang akan dipecahkan secara jelas (b) Memvariasikan kegiatan yang
mencakup penetapan ruangan kerja, perlatan, cara kerja, aturan dan wa
ktu (c) Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas dan kebu
tuhan siswa (d) Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kem
ajuan serta penggunaan materi dan sumber sehingga dapat memberika
bantuan dengan tepat (e) Membagi-bagi perhatian kepada berbagai tug
as dan kebutuhan siswa sehingga guru siap datang membantu siapa saja
yang memerlukannya (f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi
yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari kegiatan (3) Kete
rampilan membimbing dan memudahkan belajar, keterampilan ini
diperlukan untuk membantu siswa maju tanpa mengalami frustasi. Ada
pun beberapa keterampilan menunjang adalah: (a) Memberikan pengua
tan (b) Mengembangkan supervisi proses awal, yang dikerjakan dengan
tujan meluhat apakah siswa sudah bekerja sesuai dengan arah, memberi
kan bila diperlukan, dan sebagainya (c) Mengadakan supervisi prors la
njut, dikerjakan setelah kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif. In
teraksi yang muncul dapat berupa memberikan bimbinga tambahan, me
libatkan diri peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan s
ebagai katalisator (d) Mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan unu
tuk mengtahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai dala
m rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman, dan pemantapan. Pada
akhirnya siswa dapat saling belajr serta memperoleh wawasan yang me
nyeluruh tentang kegiatan tersebut (4) Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, keterampilan meliput
i : (a) Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran (b) Merencanakan
kegiatan balajar bersama sisiwa (c) Berperan sebagai penasihat bagi sis
wa bila perlu (d) Membantu menilai pencapaian dan kemajuan sendiri

Selain itu, Sri Anitah (2011 : 8.56) mengemukakan bahwa ada 4 komp
onen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan peror
angan, yakni:
1)Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi memungk
inkan siswa merasa bebas mengungkapkan pikiran dan perasaannya tan
pa dihantui oleh rasa takut atau cemas akan ditolak atau dicemoohkan
oleh guru atau temannya. Siswa selalu merasa bahwa guru penuh perha
tian terhadapnya serta siap membantu bila diperlukan. Prinsip yang pen
ting dalam pengajara kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya
hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptak
an dengan cara: (a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap k
ebutuhan siswa ,baik dalam kelompok kecil maupun perorangan. Misal
nya, kelompok kelihatan dalam kebingungan, guru datang mendekati d
an dengan sikap hangat menanyakan apa yang terjadi atau seorang sisw
a yang bekerja sendiri kelihatan berhenti bekerja dan termenung , guru
mendekati dan dengan penuh perhatian menanyakan jika ada hal yang
dapat dibantu oleh guru. (b) Mendengarkan secara simpatik gagasan ya
ng dikemukakan oleh siswa. Sikap simpatik dapat ditunjukkan dengan
cara memperhatikan siswa ketika berbicara, menunjukkan mimik/gerak
an badan yang sesuai atau memberikan komentar bila perlu. (c) Memb
erikan respon positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukaka
n siswa.respon positif dapat berbentuk ungkapan tanda setuju atau dapa
t memahami perasaan siswa. (d) Membangun hubungan saling memper
cayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verb
al maupun nonverbal, seperti ucapan yang tulus, yang maknanya dapat
dipercaya oleh siswa. (e) Menunjukkan kesiapan untuk membantu sisw
a tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa.
Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan haruslah dibatasi sehingga sis
wa tidak terlalu tergantung dari bantuan yang diberikan oleh guru. (f)
Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
Dalam hal ini sangat diperlukan kemampuan guru untuk menempatkan
diri sebagai siswa sehingga dapat menghayati situasi perasaan yang dia
lami siswa. (g) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa
aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi. 2) Keterampilan mengorganisasi kegiatan p
embelajaran, salah satu peran yang harus dimainkan oleh guru dalam
mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator k
egiatan pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran tersebut dengan
baik, guru harus menguasai keterampilan berikut: (a) Memberikan orie
ntasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan,
sebelum kelompok atau perorangan mengerjakan berbagai kegiatan ya
ng telah ditetapkan bersama. (b) Memvariasikan kegiatan yang mencak
up penetapan/penyediaan ruangan kerja, perlatan, cara kerja, aturan-atu
ran yang diperlukan, serta alokasi waktu untuk kegiatan tersebut. (c) M
embentuk kelompok yang tepat dalam jumlah, tingkat kemampuan, dan
lain-lain sehingga siswa siap mengerjakan tugas dengan sumber yang s
udah tersedia. (d) Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat ke
majuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber sehin
gga dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat. Misalnya ada kel
ompok yang kelihatan belum memanfaatkan sumber yang disediakan p
adahal waktu bekerja sudah hampir habis maka guru mendekati kelom
pok dan menanyakan kemajuan dan masalah mereka. (e) Membagi-ba
gi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru si
ap datang membantu siapa saja yang memerlukan. Keterampilan ini sa
ngat berkaitan dengan “keawasan” seorang guru sehingga mampu men
getahui adanya masalah pada kelompok yang bekerja jauh dari tempatn
ya duduk atau berdiri. (f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi
yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai siswa, kemudian diserta
kan kesimpulan bersama tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam k
egiatan tersebut. 3) Keterampilan membimbing dan memudahkan b
elajar, dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru diharapk
an dapat membantu para siswa hingga dapat menyelesaikan tugasnya t
anpa mengalami frustasi. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus me
nguasai berbagai keterampilan, antara lain sebagai berikut: (a) Member
ikan penguatan yang sesuai, baik dalam bentuk, kuantitas maupun kual
itas sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru. Dalam hal ini, guru
harus selalu ingat bahwa penguatan memegang peranan penting dalam
mendorong siswa untuk belajar. (b) Mengembangkan supervisi proses
awal, yang merupakan operasinalisasi dari sikap tanggap guru terhadap
proses kerja siswa pada awal-awal mulainya kegiatan. Supervisi ini da
pat dilakukan guru dengan cara pergi ke setiap kelompok atau mendek
ati setiap siswa yang belajar secara perorangan untuk melihat apakah s
egala sesuatunya sudah berlangsung lancar dan memadai. dikerjakan d
engan tujan meluhat apakah siswa sudah bekerja sesuai dengan arah, m
emberikan bila diperlukan, dan sebagainya. (c) Mengadakan supervisi
proses lanjut, yang menekankan pemberian bantuan secara selektif aga
r kegiatan dapat berlangsung secara terarah sampai menjelang akhir ke
giatan berlangsung. (d) Mengadakan supervisi pemaduan, yang memus
atkan perhatian pada kesiapan kelompok/perorangan untuk melakukan
kegiatan akhir, seperti kegiatan merangkum atau menetapkan konsep.
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belaj
ar mengajar, dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, tugas u
tama guru adalah membantu siswa baik secara kelompok maupun pero
rangan agar dapat melakukan kegiatan dengan baik. Agar dapat melaku
kan tugas ini, guru harus menguasai keterampilan merencanakan dan m
elakukan kegiatan pembelajaran. Keterampilan merencanakan dan mel
aksanakan kegiatan pembelajaran terdiri dari 4 subkomponen, yaitu:
(a) Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran, antara lain dapat dil
akukan dengan diskusi atau penyediaan sumber-sumber belajar yang m
enarik sehingga dapat membuat siswa ingin mencapai tujuan tertentu.
(b) Merencanakan kegiatan balajar bersama siswa yang mencakup: krit
eria keberhasilan, cara/langkah kerja, waktu, bahan dan sumber yang di
perlukan. (c) Berperan dan bertindak sebagai penasihat bagi siswa apa
bila diperlukan. Berbagai cara dapat dilakukan guru dalam memainkan
peran ini, antara lain berinteraksi aktif, menunjukkan mimik tanda setu
ju, menjawab pertanyaan atau memberi saran/nasihat secara periodik, s
esuai dengan kemajuan yang dicapai siswa. (d) Membantu menilai pen
capaian dan kemajuan sendiri. Hal ini berarti bahwa ada kerja sama ant
ara guru dengan siswa dalam menilai pencapaian dan kemajuan siswa,
yang selama ini hanya dilakukan oleh guru. Kesempatan untuk menilai
diri sendiri merupakan faktor penentu dalam membentuk kemampuan
belajar secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agung b.k dan saptanto hari wibawa. 2014. Pelatihan pengajaran micro teaching.
Surakarta. Oase pustaka
Abdul, Majid.. 2015. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandu
ng: PT. Remaja Rosdakarya.
Alma, H. B. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surabaya:Yuma Pustaka.
Anita, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Anita. 2011. “Peningkatan Kemampuan memecahkan Masalah melalui Metode
Problem Based Intruction (PBI) Materi Pecahan Pada Siswa Kelas IV SDN 3
grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”. Purwodadi: Metodika Jurnal
Pendidikan Dasar (Dinas Propinsi Jawa Tengah)
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Asril, Zainal. 2011. Microteaching. Rajawali Pers. Jakarta
D.N. Pah. 1984. Keterampilan Memberi Penguatan. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, S. B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamzah B. U. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Hurlock, E. 1978. Perkembangan Anak: Jakarta: Penerbit Erlangga.
Husdarta & Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan Rohani. Bandung: Alfabeta.
Istadi, I. 2006. Mendidik dengan Cinta. Jakarta: Pustaka Inti.
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Majid, A. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno & Idris. 2008. Strategi & Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Marno dan M. Idris. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan Implementasi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

M. Uzer Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Raflis K. (1985). Katerampilan Menjelaskan. Panduan Penajaan Mikro NO.


4.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Sanjaya, W .2006. “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan”. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:Kencana

Saud, udin sysefudin.2009. Pengembangan profesi guru. Bandung: cv. Alfabeta

S.L.La. Sulo et al.(1985). Pengajaran Mikro.Jakarta: Proyek Pengembangan


Pendidikan Guru (P3G). DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Sumantri, M dan Permana, J. 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Proyek


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Supriadi, Didi & Darmawan, Deni. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT


Remadja Rosdakarya.
Suwarna. 2005. Pengajaran Mikro. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Saud, udin sysefudin.2009. Pengembangan profesi guru. Bandung: cv. Alfabeta

Usman, M. U. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja.


Usman, M. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai