Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Menurut
Zainal Aqib (2013:89) membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan
guru/infrastruktur untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh
perhatian pada diri siswa/peserta pelatihan. Sedangkan Saiful Bahri
(2010:138-139) mengemukakan bahwa keterampilan membuka pelajaran
adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental dan menimbulkan
perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh (Abdul Majid, 2015:242) Membuka pelajaran (set
induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatiannya terpusat pada bahan yang akan dipelajarinya
sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh (Husdarta dan Yudha, 2013: 56).
Kegiatan membuka pelajaran sebagai kegiatan awal sebuah pembelajaran
memiliki tujuan yaitu:
b. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari
dalam kegiatan belajar mengajar.
perkembangannya.
a) Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu
memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi
informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan
dengan siswa.
b) Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari
seorang siswa karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
c) Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam
pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan
secara acak. Ia hendaknya berusaha semua siswa mendapat giliran
secara merata.
d) Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru
perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum
menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
e) Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab,
guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa agar ia
dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
Adapun tujuan dari keterampilan bertanya sebagsi berikut:
a) Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
b) Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
c) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran,
dulu sering bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga pertanyaan
pikiran.
d) Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan
untuk mempelajarinya.
e) Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain6
a. Kata-kata.
Penguatan yang diberikan kepada siswa berupa kata saja, hal ini
dilakukan secara singkat, mudah dipahami sehingga siswa mudah
dalam menangkap respon dari guru.Contoh:
1)Bagus. Diutarakan ketika siswa mengerjakan tugas atau perintah
dengan baik, rapi, sistematis.
2)Tepat/ betul/ benar. Diutarakan ketika siswa menjawab suatu soal/
pertanyaan sesuai dengan sesuai/ benar.
3)Pintar. Disampaikan guru apabila siswa memiliki kemampuan
intelektual yang baik di banding teman yang lain, bisa juga
disampaikan pada saat siswa benar dalam menjawab pertanyaan atau soal.
4)Ya. Disampaikan guru apabila siswa menjawab soal atau pertanyaan
sesuai dengan harapan guru, atau memberikan pendapat dengan benar.
b. Kalimat
Umpan balik yang diberikan guru berupa rangkaian kata atau
kalimat untuk memperjelas susunan kata-kata yang ada, sehingga siswa
dapat mengerti kemampuan dan alasan mengapa guru memberikan
penguatan tersebut. Contoh:
1)Pekerjaan Andi bagus sekali!
2)Cara Agus memberikan penjelasan baik sekali!
3)Saya senang dengan pekerjaanmu!
Menurut Hurlock (1978: 90) apapun bentuk penguatan yang
digunakan, pada dasarnya penguatan harus sesuai dengan perkembangan
anak. Hal ini akan menimbulkan keefektivan dari penguatan itu sendiri.
Maka dari itu untuk penguatan verbal seharusnya dilakukan sesuai
tahap perkembangan siswa. Baik penguatan verbal berupa kata maupun
kalimat sebaiknya disampaikan dengan tepat dan benar sesuai
perkembangan bahasa anak dan usia.
2. Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Nonverbal
a. Pengertian Memberi Penguatan (Reinforcement) NonVerbal
Pendekatan nonverbal adalah segala aktivitas guru berupa gerak
isyarat yang dapet memberikan dorongan bagi aktivitas belajar siswa
secara positif. Dapat dilakukan guru dengan berbagai cara, akan tetpi guru
perlu memperhatikan prinsip dalam memberikanya agar dapat
meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh beberapa jenis
penguatan nonverbal. Hal tersebut tersimpul dari pendapat ahli yang
dijabarkan di bawah ini. Menurut Istadi (2006: 39) penguatan
nonverbal atau penguatan fisik adalah perhatian yang dilakukan secara
fisik berupa elusan di kepala, acungan jempol atau sekedar
terangkatnya alis mata karena ekspresi kagum sebagai umpan balik
positif terhadap perilaku baik yang dilakukan anak. Hal ini akan
menjadikan anak merasa dihargai, sehingga ia akan melakukan hal baik
yang sama di lain kesempatan
Menurut Sanjaya (2006: 36) penguatan nonverbal adalah respon
yang dilakukan guru terhadap perilaku siswa berupa bahasa isyarat.
Misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju, menggelengkan
kepala tanda tidak setuju, mengangkat pundak, dan sebagainya. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan tanda-tanda tertentu, misalnya
berjabat tangan, menepuk pundak secara halus sebagai tanda setelah
siswa melakukan repon yang baik. Selanjutnya Usman (2006: 81)
mendefinisikan penguatan nonverbal sebagai gerak isyarat sebagai
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang
berujuan memberikan umpan balik. Dapat dilakukan dengan
pendekatan, sentuhan, simbol dan sebagainya. Ada beberapa
penguatan non verbal yang tidak selamanya akan baik apabila
digunakan terlalu sering, sehingga guru harus selektif dalam memlih
jenisnya agar berfungsi secara maksimal.
3. Komponen Penguatan Nonverbal
Penggunaan komponen keterampilan dalam memberikan penguatan
dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, dengan menyesuaikan usia
siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan dan sifat-
sifat tugas. Hal ini bertujuan agar pemberian penguatan tersebut efektif,
sehingga mampu mencapai tujuan yang di harapkan oleh guru dan
bermakna bagi siswa. Menurut Hamzah (2005: 169) beberapa komponen
keterampilan pemberian penguatan yang termasuk ke dalam penguatan
nonverbal yaitu: a) penguatan gestural, b) penguatan dengan cara
mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d) penguatan berupa tanda atau
benda, e) penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
a. Penguatan gestural.
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau
anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa.
Misalnya, mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan,
anggukan tanda setuju, menaikan ibu jari tanda “jempolan”.
b. Penguatan dengan cara mendekati.
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk
menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi,
berdiri di samping siswa diberikan unutk memperkuat penguatan yang
bersifat verbal.
c. Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan
menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat
tangan siswa. Seringkali untuk anak-anak yang masih kecil, guru
mengusap rambut kepala siswa.
d. Penguatan berupa tanda atau benda.
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam
menggunakan bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang
tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain:
komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang
koleksi, bintang, permen.
e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membentu temanya
apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat,
siswa diminta memipmpin kegiatan.
Kemudian D.N. Pah (1984: 6-7) mengelompokan komponen
penguatan nonverbal menjadi 5 kelompok. Adapun pengelompokan
tersebut yaitu: a) penguatan berupa mimik dan gerakan badan, b)
penguatan dengan cara mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d)
penguatan dengankegiatan menyenangkan, dane) penguatan berupa
simbol atau benda.
4. Tujuan Memberikan Penguatan (Reinforcement)
Perihal pemberian penguatan, perlu diketahui tujuan yang akan
diperoleh. Hal ini dimaksudkan agar dalam dalam pelaksanaanya guru
tidak sekedar memberikan penguatan saja, akan tetapi mengetahui benar
tujuan yang harus dicapai. Karena dengan tujuan itu sendiri akan menjadi
arah bagiguru dalam melangkah. Secara garis besar pemberian penguatan
sebagai respon positif bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan perbuatan positif yang siswa lakukan dalam kegiatan
belajarnya, sehingga siswa akan termotivasi untukmeningkatkan prestasi
yang telah dicapainya.
Secara terperinci Saidimin (Hamzah, 2005: 168) menyatakan bahwa
keterampilan memberikan penguatan bertujuan untuk ;
a) meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan belajar, b) memudahkan
proses belajar mengajar baik bagi siswa maupun guru, c)
membangkitkan dan mempertahankan motivasi siswa, d) mengatur dan
merubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang
produktif, e) mengembangkan dan mengatur pribadi siswa dalam belajar, f)
mendorong atau mengarahkan pada cara berfikir yang baik/ divergen dan
inisiatif pribadi. Sedangkan penghargaan yang menjadi bagian dalam
penguatan memiliki tiga peranan penting dalam kegiatan mengajar bagi
siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan yang telah disetujui.
Suatu kenyataan yang tidak bisa dipunkiri bahwa dikelas ada siswa
dan siswi yang kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya
bidan studi yang dipegang oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Kurang
senangnya siswa terhadap guru disebabkan gaya belajar mengajar yang
kurang bervariasi. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah. Guru
kurang dapat mengusai kelas dan gagal menciptakan suasana belajar yang
membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.
Variasi ini meliputi variasi suara, gerakan anggota badan, dan variasi
perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa, variais tersebut dilihat
sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya
memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru dalam proses
belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi
anatara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong
penerimaan bahan pelajaran, dan memeberi stimulasi. Variasi dalam gaya
mengajar ini adalah sebagai berikut:
Zainal Asril (2011: 89) mengemukakan bahwa pada prinsipnya teknik dasar
variasi dalam mengajar adalah:
a) Suara guru enak didengar. b) Tidak banyak melihat jendela saat
sedang mengajar. c) Melibatkan kegembiraan dan semangat. d)
Menggunakan isyarat mata, tangan, kepala dengan tepat. e) Hafal nama-
nama peserta didik di kelas dan memanggil namanya saat diperlukan. (f)
Variasikan peserta didik menjawab pertanyaan tidak pada orang tertentu
aja. g) Mengadakan selingan yang menyegarkan. h) Memepertimbangkan
prinsip hadiah dan hukuman.
Kemudian Sri Anitah (2010: 7.47) mengemukakan pendapat agar variasi
dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan
sebagai berikut.
F. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelasakan adalah suatu keterampilan menyajikan
bahan belajar yang diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan
yang berarti, sehingga mudah dipahami para peserta didik.
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi
secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat,
definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan
urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru
dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru
cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh
langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh
sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar
tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut
sehingga bermakna bagi murid.
2. Prinsip-prinsip menjelaskan
a. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik
b. Penjelasan harus diselingi tanya jawab
c. Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru
d. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
e. Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta
didik
f. Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang
kongkrit dan dihubungkan dengan kehidupan
3. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menjelaskan
a. Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus sederhana, terang
dan jelas
b. Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan dikuasai terlebih
dahulu
c. Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan
d. Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan ilustrasi
e. Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman peserta didik
melalui pertanyaan-pertanyaan
4. Komponen Keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan
baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan.
Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan
masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada
diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus,
atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa)
hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap
anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin,
kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan
belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Kejelasan, penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari
penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”,
“umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak
dapat dimengerti oleh anak.
2) Penggunaan contoh dan ilustrasia, dalam memberikan penjelasan
sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan, guru harus
memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan
mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang
terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau
“Perhatikan, yang ini agak sukar”.
4) Penggunaan balikan, guru hendaknya member kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau
ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian
mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah
penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
5. Tujuan Memberikan Penjelasan
a. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil,
fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah
atau pertanyaan.
c. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya
dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Menurut Asril (2011:
belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal – hal yang
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
Sejalan dengan itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Awsan Zain (2006: 185-
kelas.
b)Perlunya tantangan yang digunakan untuk meningkatkan gairah dan
gairah dan menarik perhatian anak saat belajar. c) Penggunaan alat atau media
gangguan pada anak saat belajar. e) Penekanan pada hal-hal yang positif. f)
adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya
ini:
Selain itu, Sri Anitah (2011 : 8.56) mengemukakan bahwa ada 4 komp
onen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan peror
angan, yakni:
1)Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi memungk
inkan siswa merasa bebas mengungkapkan pikiran dan perasaannya tan
pa dihantui oleh rasa takut atau cemas akan ditolak atau dicemoohkan
oleh guru atau temannya. Siswa selalu merasa bahwa guru penuh perha
tian terhadapnya serta siap membantu bila diperlukan. Prinsip yang pen
ting dalam pengajara kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya
hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptak
an dengan cara: (a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap k
ebutuhan siswa ,baik dalam kelompok kecil maupun perorangan. Misal
nya, kelompok kelihatan dalam kebingungan, guru datang mendekati d
an dengan sikap hangat menanyakan apa yang terjadi atau seorang sisw
a yang bekerja sendiri kelihatan berhenti bekerja dan termenung , guru
mendekati dan dengan penuh perhatian menanyakan jika ada hal yang
dapat dibantu oleh guru. (b) Mendengarkan secara simpatik gagasan ya
ng dikemukakan oleh siswa. Sikap simpatik dapat ditunjukkan dengan
cara memperhatikan siswa ketika berbicara, menunjukkan mimik/gerak
an badan yang sesuai atau memberikan komentar bila perlu. (c) Memb
erikan respon positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukaka
n siswa.respon positif dapat berbentuk ungkapan tanda setuju atau dapa
t memahami perasaan siswa. (d) Membangun hubungan saling memper
cayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verb
al maupun nonverbal, seperti ucapan yang tulus, yang maknanya dapat
dipercaya oleh siswa. (e) Menunjukkan kesiapan untuk membantu sisw
a tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa.
Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan haruslah dibatasi sehingga sis
wa tidak terlalu tergantung dari bantuan yang diberikan oleh guru. (f)
Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
Dalam hal ini sangat diperlukan kemampuan guru untuk menempatkan
diri sebagai siswa sehingga dapat menghayati situasi perasaan yang dia
lami siswa. (g) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa
aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi. 2) Keterampilan mengorganisasi kegiatan p
embelajaran, salah satu peran yang harus dimainkan oleh guru dalam
mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator k
egiatan pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran tersebut dengan
baik, guru harus menguasai keterampilan berikut: (a) Memberikan orie
ntasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan,
sebelum kelompok atau perorangan mengerjakan berbagai kegiatan ya
ng telah ditetapkan bersama. (b) Memvariasikan kegiatan yang mencak
up penetapan/penyediaan ruangan kerja, perlatan, cara kerja, aturan-atu
ran yang diperlukan, serta alokasi waktu untuk kegiatan tersebut. (c) M
embentuk kelompok yang tepat dalam jumlah, tingkat kemampuan, dan
lain-lain sehingga siswa siap mengerjakan tugas dengan sumber yang s
udah tersedia. (d) Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat ke
majuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber sehin
gga dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat. Misalnya ada kel
ompok yang kelihatan belum memanfaatkan sumber yang disediakan p
adahal waktu bekerja sudah hampir habis maka guru mendekati kelom
pok dan menanyakan kemajuan dan masalah mereka. (e) Membagi-ba
gi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru si
ap datang membantu siapa saja yang memerlukan. Keterampilan ini sa
ngat berkaitan dengan “keawasan” seorang guru sehingga mampu men
getahui adanya masalah pada kelompok yang bekerja jauh dari tempatn
ya duduk atau berdiri. (f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi
yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai siswa, kemudian diserta
kan kesimpulan bersama tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam k
egiatan tersebut. 3) Keterampilan membimbing dan memudahkan b
elajar, dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru diharapk
an dapat membantu para siswa hingga dapat menyelesaikan tugasnya t
anpa mengalami frustasi. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus me
nguasai berbagai keterampilan, antara lain sebagai berikut: (a) Member
ikan penguatan yang sesuai, baik dalam bentuk, kuantitas maupun kual
itas sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru. Dalam hal ini, guru
harus selalu ingat bahwa penguatan memegang peranan penting dalam
mendorong siswa untuk belajar. (b) Mengembangkan supervisi proses
awal, yang merupakan operasinalisasi dari sikap tanggap guru terhadap
proses kerja siswa pada awal-awal mulainya kegiatan. Supervisi ini da
pat dilakukan guru dengan cara pergi ke setiap kelompok atau mendek
ati setiap siswa yang belajar secara perorangan untuk melihat apakah s
egala sesuatunya sudah berlangsung lancar dan memadai. dikerjakan d
engan tujan meluhat apakah siswa sudah bekerja sesuai dengan arah, m
emberikan bila diperlukan, dan sebagainya. (c) Mengadakan supervisi
proses lanjut, yang menekankan pemberian bantuan secara selektif aga
r kegiatan dapat berlangsung secara terarah sampai menjelang akhir ke
giatan berlangsung. (d) Mengadakan supervisi pemaduan, yang memus
atkan perhatian pada kesiapan kelompok/perorangan untuk melakukan
kegiatan akhir, seperti kegiatan merangkum atau menetapkan konsep.
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belaj
ar mengajar, dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, tugas u
tama guru adalah membantu siswa baik secara kelompok maupun pero
rangan agar dapat melakukan kegiatan dengan baik. Agar dapat melaku
kan tugas ini, guru harus menguasai keterampilan merencanakan dan m
elakukan kegiatan pembelajaran. Keterampilan merencanakan dan mel
aksanakan kegiatan pembelajaran terdiri dari 4 subkomponen, yaitu:
(a) Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran, antara lain dapat dil
akukan dengan diskusi atau penyediaan sumber-sumber belajar yang m
enarik sehingga dapat membuat siswa ingin mencapai tujuan tertentu.
(b) Merencanakan kegiatan balajar bersama siswa yang mencakup: krit
eria keberhasilan, cara/langkah kerja, waktu, bahan dan sumber yang di
perlukan. (c) Berperan dan bertindak sebagai penasihat bagi siswa apa
bila diperlukan. Berbagai cara dapat dilakukan guru dalam memainkan
peran ini, antara lain berinteraksi aktif, menunjukkan mimik tanda setu
ju, menjawab pertanyaan atau memberi saran/nasihat secara periodik, s
esuai dengan kemajuan yang dicapai siswa. (d) Membantu menilai pen
capaian dan kemajuan sendiri. Hal ini berarti bahwa ada kerja sama ant
ara guru dengan siswa dalam menilai pencapaian dan kemajuan siswa,
yang selama ini hanya dilakukan oleh guru. Kesempatan untuk menilai
diri sendiri merupakan faktor penentu dalam membentuk kemampuan
belajar secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agung b.k dan saptanto hari wibawa. 2014. Pelatihan pengajaran micro teaching.
Surakarta. Oase pustaka
Abdul, Majid.. 2015. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandu
ng: PT. Remaja Rosdakarya.
Alma, H. B. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surabaya:Yuma Pustaka.
Anita, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Anita. 2011. “Peningkatan Kemampuan memecahkan Masalah melalui Metode
Problem Based Intruction (PBI) Materi Pecahan Pada Siswa Kelas IV SDN 3
grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”. Purwodadi: Metodika Jurnal
Pendidikan Dasar (Dinas Propinsi Jawa Tengah)
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Asril, Zainal. 2011. Microteaching. Rajawali Pers. Jakarta
D.N. Pah. 1984. Keterampilan Memberi Penguatan. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, S. B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamzah B. U. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Hurlock, E. 1978. Perkembangan Anak: Jakarta: Penerbit Erlangga.
Husdarta & Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan Rohani. Bandung: Alfabeta.
Istadi, I. 2006. Mendidik dengan Cinta. Jakarta: Pustaka Inti.
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Majid, A. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno & Idris. 2008. Strategi & Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Marno dan M. Idris. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan Implementasi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
M. Uzer Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.