Anda di halaman 1dari 7

TEMA DALAM ARSITEKTUR

1. Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi adalah arsitektur yang memfokuskan pada modifikasi bentuk menjadi
bentuk lain dengan ubahan yang terutama pada struktur dan permukaan bangunan, cara termudah
untuk merancang dekonstruksi adalah dengan melipat - lipat kertas seperti origami.

2. Arsitektur Strukturalis

Arsitektur strukturalis merupakan gaya arsitektur dengan fokus pada ekspose struktur bangunan, jadi
kebalikan dengan bangunan umumnya yang strukturnya tertutupi oleh dinding, di gaya arsitektur ini
justru di tonjolkan, sehingga keliatan gimana struktur bangunan ini.
biasanya digunakan untuk menunjukkan kemodernan dan high tech.

3. Green Architecture a.k.a Sustainable building

Gagasan utama dari lahirnya green arsitektur adalah semakin meningkatnya global warming,
arsitektur hijau memiliki beberapa prinsip seperti :
Menggunakan material lokal dan dapat diperbarui
Memanfaatkan sumber daya alami untuk meminimalisir penggunaan listrik secara berlebihan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
Tidak mengeksploitasi lingkungan secara besar - besaran

4. Focus on material

Tema ini biasanya digunakan untuk bangunan dengan fungsi khusus yang ada hubungannya dengan
material yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan, misalnya bambu, kayu, batu.. karena dengan
itu dapat menambah kesan yang kuat terhadap fungsi bangunan tsb.
jadi yang difokuskan pada tema ini adalah penggunaan material yang sama dengan dominasi. jadi
sebagian besar akan menggunakan material tsb.

5. Arsitektur Minimalis

Arsitektur minimalis ini sempat jadi trend beberapa tahun lalu, fokus pada tema ini adalah pada
pengulangan garis garis vertikal dan horisontal dengan minimnya ornamentasi dan mengutamakan
pada ritme serta keseimbangan.
jadi intinya minimalis ini ya minimalis dalam arti sesungguhnya, tidak ada yang ditambahi atau di
kurangi,
6. Association with other art

intinya pada tema ini adalah menyelaraskan antara seni (bisa tari atau musik) kemudian diterjemahkan
dalam bentuk bangunan. jadi misalnya dari tari yang lemah gemulai ya nanti bangunannya dibuat
dinamis, lengkung2. masih belum banyak referensi tentang tema ini

Tema Green Architectur

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang
minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi
dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah
keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH
Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble
development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap,
interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau
bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapanarsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Berikut ini adalah beberapa contoh gambar-gambar bangunan yang menggunakan
konsep Green Architecture.

The Interlace Residential Building di Singapore

The Interlace terdiri dari tiga puluh satu blok apartemen. Setiap blok memiliki enam lantai
dan panjangnya identik. Blok ini ditumpuk dalam susunan heksagonal sekitar delapan
halaman terbuka dan permeable skala besar. Bangunan hunian kontemporer ini terletak di
situs delapan hektar di pegunungan hijau Selatan. Area situs 81.000 m2 untuk program ini:
1.040 asrama di 144.000 m2; clubhouse perumahan / fasilitas 1.500 m2; ritel 500m2;
tambahan / core / MEP 24.000 m2; parkir bawah tanah 2.600 ruang. Total area lantai
dibangun 170.000 m2. Tinggi blok perumahan adalah 83m dengan 24 lantai atas dan satu
ruang bawah tanah dengan dimensi 16,5 x 70m. OMA Architects telah merancang bangunan
tinggi mengingat fitur kesinambungan melalui analisis mendalam dari matahari, angin, dan
kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak pasif. 

Vertical Village -Mix- use Building wiht Solar Panels in Dubai

Vertikal Village adalah bangunan tinggi yang dirancang untuk mengurangi keuntungan dan
memaksimalkan produksi surya surya. Untuk mengurangi penetrasi matahari, di sisi utara dan
pada arah timur-barat bangunan ini menggunakan campuran self-teduh. Agregasi energi
matahari dimaksimalkan oleh kolektor surya di sebelah selatan. Bangunan ini memiliki
bentuk sudut futuristik seperti jaring laba-laba. Gedung ini dimaksudkan untuk mendapatkan
Sertifikat Emas LEED. 

Eco-Frendly Tower Design in Singapore

Singapura juga akan memiliki bangunan yang indah tinggi dengan perusahaan EDITT Tower
(Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan dibangun dengan dukungan finansial dari
National University. Desain menara ini terdiri dari 26 lantai dengan panel fotovoltaik.
Bangunan pencakar langit akan menggunakan vegetasi organik untuk membungkus bangunan
yang juga berfungsi sebagai insulator dinding hidup. Proyek ini diambil oleh TRHamzah &
Yeang dan dirancang untuk mengumpulkan air hujan, baik untuk irigasi tanaman dan
kebutuhannya. 

 Salah Satu Tokoh Arsitek Green Di Indonesia

Budi Pradono (1970....)

Konsep Desain: arsitektur hijau’

Budi Pradono adalah seorang arsitek muda yang memenangkan


banyak penghargaan lewat konsep ‘arsitektur hijau’. Pada tahun 2005
karyanya pernah diliput a+u, majalah arsitektur dan urbanisme Jepang
yang menjadi benchmark bagi para arsitek. Bukan saja karena publikasi
tersebut selalu mengangkat isu terkini dan menampilkan karya
spektakuler arsitek dunia, tapi juga karena penyebarannya yang
mendunia.

Menurut Budi profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan


yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang
dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat
menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada
Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu
lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek
dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energi, dan
pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggungjawab.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono


menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang
menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini
menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain
bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada
bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria. ‘Green’ dapat
diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly
(ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa sangat baik). Ukuran ‘green‘ ditentukan oleh berbagai faktor,
dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi
lebih hijau.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep ‘green‘ dalam


rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg
Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami
dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang
dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan
pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi
pencahayaan.

Tema Green Building Untuk Masa depan Indonesia

Masyarakat Indonesia sudah harus mulai memikirkan pembangunan yang tak hanya
untuk masa kini, namun juga untuk masa depan, serta memperhitungkan pengeluaran energi
bangunan. Jika sebuah bangunan bisa selesai dalam satu sampai dua tahun, biaya
pengoperasiannya pasti membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun. Hal tersebut lantas akan
memakan banyak energi.

Dalam acara ini, ia juga menjelaskan mengenai filosofi green building yang mencakup
kesehatan manusia dan lingkungan yang akan menghasilkan pembangunan ramah
lingkungan.

“Tujuan dari menjadi green adalah untuk menjadikan manusia dan bumi ini sehat. Kalau kita
bicara green building atau green movement, kita berbicara mengenai kesehatan,”

Anda mungkin juga menyukai