Anda di halaman 1dari 48

MEDICINUS

Vol.21, Nov - Des | No.4 | 2008 | ISSN 1979 - 391x

SCIENTIFIC JOURNAL OF PHARMACEUTICAL DEVELOPMENT AND MEDICAL APPLICATION

Diagnosis dan Terapi


Cairan pada Demam
Berdarah Dengue

9 Apakah Fungsi 14 Asam Valproat 22 Pencegahan Quorum


Kognitif Penderita untuk Mencegah Sensing: Suatu
Diabetes Dipengaruhi Migren Pendekatan Baru
oleh Status Vitamin E untuk Mengatasi
Infeksi Bakteri
IKLAN
TRIXIM
dari redaksi
Cairan pada Demam Berdarah
Dengue”.
Kami juga menyajikan berb-
daftar isi
agai article research dan case report
yang menarik untuk menambah 1 Dari Redaksi
wawasan kalangan dokter.
Pada rubrik medical review 2 Petunjuk Penulisan
kami menyajikan tentang Quo-
rum Sensing. Pengetahuan baru Leading Article
tentang Quorum Sensing memberi-
kan strategi alternatif dalam usa- 3 Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
ha manusia untuk mengendalikan
bakteri patogen, baik itu patogen
Berdarah Dengue
pada manusia, hewan, dan tana- Original Article (Research)
Demam berdarah dengue
man.
tetap menjadi salah satu masalah
Peran gap junction intercel- 9 Apakah Fungsi Kognitif Penderita Diabe-
kesehatan di Indonesia. Dengan
mengikuti kriteria WHO 1997, di- lular communication (GJIC) pada
agnosis klinis dapat segera diten- karsinogenesis adalah artikel tes Dipengaruhi oleh Status Vitamin E?
tukan. Dan dengan memahami pada rubrik medical review yang
lain yang tidak kalah menarik Original Article (Case Report)
patogenesis, perjalanan penyakit,
gambaran klinis dan pemeriksaan untuk dibaca.
14 Asam Valproat untuk Mencegah Migren
laboratorium, diharapkan penata-
laksanaan dapat dilakukan secara 17 Timpanolpasti Pendekatan Ganda pada
efektif dan efisien. Untuk lebih Selamat membaca!!!!
lengkapnya kami sajikan artikel Otitis Media Supuratif Kronik dengan Ja-

MEDICINUS
pada rubrik leading article yang
berjudul “Diagnosis dan Terapi
REDAKSI ringan Granulasi
Medical Review

Ketua Pengarah/Pemimpin Redaksi Dr. Raymond R. Tjandrawinata


22 Pencegahan Quorum Sensing: Suatu Pen- 1
Redaktur Pelaksana Dwi Nofiarny, Pharm., Msc.
Staf Redaksi dr. Della Manik Worowerdi Cintakaweni, dr. Lydia Fransisca Hermina dekatan Baru untuk Mengatasi Infeksi Bak-
Tiurmauli Tambunan, Liana W Susanto, M biomed., dr. Lubbi Ilmiawan, dr. Prihatini,
dr. Ratna Kumalasari, Tri Galih Arviyani, SKom. teri
Peer Review Prof.Arini Setiawati, Ph.D, Jan Sudir Purba, M.D., Ph.D, Prof.Dr.Med.
Puruhito,M.D.,F.I.C.S., F.C.T.S, Prof DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Redaksi/Tata Usaha Jl. RS Fatmawati Kav 33, Cilandak, Jakarta Selatan
28 Peran Gap Junction Intercellular Communi-
Tel. (021) 7509575, Fax. (021) 75816588, Email: medical@dexa-medica.com
cation (GJIC) pada Karsinogenesis
Meet the Expert

32 Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SpPD-KE

35 Events

43 Calender Events

44 Literatur Services

DBD

SUMBANGAN TULISAN
Redaksi menerima partisipasi berupa tulisan, foto dan materi
lainnya sesuai dengan misi majalah ini. Redaksi berhak menge-
dit atau mengubah tulisan/susunan bahasa tanpa mengubah isi
yang dimuat apabila dipandang perlu.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


instructions for authors

Petunjuk Penulisan
Redaksi menerima tulisan asli/tinjauan pustaka, penelitian atau laporan kasus the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg
dengan foto-foto asli dalam bidang Kedokteran dan Farmasi. 1993;325-33
1. Tulisan yang dikirimkan kepada Redaksi adalah tulisan yang belum pernah 11. Nomor halaman dalam angka romawi
dipublikasikan di tempat lain dalam bentuk cetakan. Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Intro-
Keaslian dan keakuratan informasi dalam tulisan menjadi tanggungjawab pe- duction Hematol Oncol Clin North Am 1995; Apr; 9(2):xi-xii
nulis
2. Tulisan berupa ketikan dan diserahkan dalam bentuk disket, diketik di pro- Buku dan monograf lain
gram MS Word dan print-out dan dikirimkan ke alamat redaksi atau melalui 12. Penulis perseorangan
e-mail kami. Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed.
3. Pengetikan dengan point 12 spasi ganda pada kertas ukuran kuarto (A4) dan Albany (NY):Delmar Publishers; 1996
tidak timbal balik. 13. Editor sebagai penulis
4. Semua tulisan disertai abstrak dan kata kunci (key words). Abstrak hendaknya Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for eldery people. New
tidak melebihi 200 kata. York:Churchill Livingstone; 1996
5. Judul tulisan tidak melebihi 16 kata, bila panjang harap di pecah menjadi anak 14. Organisasi sebagai penulis
judul. Institute of Medicine (US). Looking at the future of the medicaid program.
6. Nama penulis harap di sertai alamat kerja yang jelas. Washington:The Institute; 1992
7. Harap menghindari penggunaan singkatan-singkatan 15. Bab dalam buku
8. Penulisan rujukan memakai sistem nomor (Vancouver style), lihat contoh pe- Catatan: menurut pola Vancouver ini untuk halaman diberi tanda p, bukan
nulisan daftar pustaka. tanda baca titik dua seperti pola sebelumnya).
9. Bila ada tabel atau gambar harap diberi judul dan keterangan yang cukup. Phillips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM,
10. Untuk foto, harap jangan ditempel atau di jepit di kertas tetapi dimasukkan ke editors. Hypertension: Patophysiology, Diagnosis and Management. 2nded.
dalam sampul khusus. Beri judul dan keterangan yang lengkap pada tulisan. New York:Raven Press; 1995.p.465-78
11. Tulisan yang sudah diedit apabila perlu akan kami konsultasikan kepada peer 16. Prosiding konferensi
reviewer. Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent Advances in clinical neurophysiology.
MEDICINUS

12. Tulisan disertai data penulis/curriculum vitae, juga alamat email (jika ada), Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neuro-
no. telp/fax yang dapat dihubungi dengan cepat. physiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996
17. Makalah dalam konferensi
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and secu-
Daftar pustaka di tulis sesuai aturan Vancouver, diberi nomor sesuai urutan pemu- rity in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, editors. MED-
nculan dalam keseluruhan tulisan, bukan menurut abjad. Bila nama penulis lebih INFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992
2 dari 6 orang, tulis nama 6 orang pertama diikuti et al. Jumlah daftar pustaka di- Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam:North-Hollan; 1992.p.1561-5
batasi tidak lebih dari 25 buah dan terbitan satu dekade terakhir. 18. Laporan ilmiah atau laporan teknis
Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Artikel dalam jurnal Smith P, Golladay K. Payment for durable medi-cal equipment billed during
1. Artikel standar skilled nursing facility stays. Final report. Dallas(TX):Dept.of Health and Hu-
Vega KJ,Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased man Services (US), Office of Evaluation and Inspections; 1994 Oct. Report No.:
risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996; 124(11):980-3. Lebih HHSIGOEI69200860
dari 6 penulis: Parkin DM, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, Diterbitkan oleh unit pelaksana:
et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 years follow-up. Br J Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Health Services Research: Work
Cancer 1996; 73:1006-12 Force and Education Issues. Washington:National Academy Press; 1995. Con-
2. Suatu organisasi sebagai penulis tract No.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical Exercise Stress and Research
Testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996; 164:282-4 19. Disertasi
3. Tanpa nama penulis Kaplan SJ. Post-hospital home health care: The eldery’s access and utilization
Cancer in South Africa (editorial). S Afr Med J 1994; 84:15 [dissertation]. St. Louis (MO): Washington Univ.; 1995
4. Artikel tidak dalam bahasa Inggris 20. Artikel dalam koran
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 ad-
tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996; 116:41-2 missions annually. The Washington Post 1996 Jun 21; Sept A:3 (col.5)
5. Volum dengan suplemen 21. Materi audio visual
Shen HM, Zhang QE. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupa- HIV + AIDS: The facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-
tional lung cancer. Environ Health Perspect 1994; 102 Suppl 1:275-82 Year Book; 1995
6. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women’s psychological reactions to breast Materi elektronik
cancer. Semin Oncol 1996; 23(1 Suppl 2):89-97 22. Artikel jurnal dalam format elektronik
7. Volum dengan bagian Morse SS. Factors in the emergence of infection diseases. Emerg Infect Dis [se-
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin rial online] 1995 jan-Mar [cited 1996 Jun 5];1(1):[24 screens]. Available from:
dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6 URL:HYPERLINK
8. Edisi dengan bagian 23. Monograf dalam format elektronik
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap lacerations of the CDI, Clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT,
leg in ageing patients. N Z Med J 1990; 107(986 Pt 1):377-8 maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San
9. Edisi tanpa volum Diego: CMEA; 1995
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheu- 24. Arsip komputer
matoid arthritis. Clin Orthop 1995; (320):110-4 Hemodynamics III: The ups and downs of hemodynamics [computer pro-
10. Tanpa edisi atau volum gram]. Version 2.2. Orlando [FL]: Computerized Educational Systems
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of the cancer patient and

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


leading article

Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert Sinto


Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak. Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai
saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam strati-
fikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian
akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005)
terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01%
(2007).4-5
Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni pemberian
cairan pengganti.6 Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan

MEDICINUS
penatalaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

3
51

Pendahuluan DBD. DBD adalah salah satu manifestasi simptomatik dari infeksi vi-
7

Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah rus dengue.
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini,
infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh
World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tinggi-
nya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khusus-
nya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada
tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah
penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, deng-
an case fatality rate sebesar 1,01% (2007).4-5
Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan
dan penyebaran kasus DBD, antara lain:
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi,
2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali,
3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah en-
demis, dan
4. Peningkatan sarana transportasi.4 Gambar 1. Spektrum klinis infeksi virus Dengue8

Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (ter-


utama kontrol vektor nyamuk) harus terus diupayakan, di samping Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai berikut
pemberian terapi yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan (gambar 1):5
menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai 1. Demam tidak terdiferensiasi
saat ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama 2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut se-
dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni pemberian cairan peng- lama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri
ganti.6 Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit, gambaran kepala, nyeri retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifesta-
klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan da- si perdarahan [petekie atau uji bendung positif], leukopenia) dan
pat dilakukan secara efektif dan efisien. pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien yang
sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi
Definisi dan waktu yang sama.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang 3. DBD (dengan atau tanpa renjatan)
disebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Patogenesis Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi perdaran lain.
dengue adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infec- Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tion theory) dan hipotesis immune enhancement. tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipo-
tensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tam-
pak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.

Keempat derajat tersebut ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 2. Hipotesis infeksi sekunder9

Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte,


1977 (gambar 2), sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus deng-
ue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu,
menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan
MEDICINUS

titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi


limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue.
Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang Gambar 3. Patogenesis dan spektrum klinis DBD (WHO, 1997)5
selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah Pemeriksaan Penunjang
4
dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hema-
peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya tokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya
cairan dalam rongga serosa.9,10 limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari
Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara ke 3). Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak tim-
tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus bulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita 3 demam.5
DBD berat. Antibodi herterolog yang telah ada akan mengenali virus Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan
lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan terjadinya gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemos-
dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tasis (PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain
tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang yang dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ krea-
kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, tinin.
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.9,10 Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik
melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi
Diagnosis molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membu-
hal ini terpenuhi:2,5,9 tuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bi- 1–2 minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan
fasik. ini, seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung deteksi materi genetik virus melalui pemeriksaan reverse transcription-
positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; he- polymerase chain reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan
matemesis dan melena. hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan iso-
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml). lasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah meng-
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb: alami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif
• Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemerik-
umur dan jenis kelamin. saan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue.
• Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, Imunoserologi berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi
• Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipopro- primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi
teinemia, hiponatremia. sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2.11
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkem-
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:2,5,9 bang adalah pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya mani- nonstructural protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan
festasi perdarahan adalah uji torniquet. sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


berbagai literatur mengenai berapa lama antigen NS1
dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan
mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat
terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sam-
pai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue
atau sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue.
Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA juga
dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai ke-
unggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan
deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk
pelayanan primer.11
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan Gambar 4. Penanganan tersangka DBD tanpa syok5
lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk me-
lihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemi-
toraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma
hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks.
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
USG.5,9

Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat supor-
tif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan un-
tuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran
plasma dan memberikan terapi substitusi komponen
darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi
cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah Gambar 5. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat5
pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.

MEDICINUS
Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombosito-
penia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga
6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses
kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan
kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Te- 5
rapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap
dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah
pemberian cairan sudah cukup atau kurang, peman-
tauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan
cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites
yang masif perlu selalu diwaspadai.
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meli-
puti tirah baring (pada trombositopenia yang berat)
dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi
yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau
bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai ter-
api simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa
parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi
keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat
antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena
berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna
bagaian atas (lambung/duodenum).
Protokol pemberian cairan sebagai komponen
utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 pro-
tokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini ter-
bagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok (gambar
4).
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di
ruang rawat (gambar 5).
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hema-
tokrit >20% (gambar 6).
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD
dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
(gambar 7).

Gambar 6. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%5

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


yang akan diberikan. Karena
tujuan terapi cairan adalah
untuk mengganti kehilangan
cairan di ruang intravaskular,
pada dasarnya baik kristaloid
(ringer laktat, ringer asetat,
cairan salin) maupun koloid
dapat diberikan. WHO meng-
anjurkan terapi kristaloid
sebagai cairan standar pada
terapi DBD karena dibanding-
kan dengan koloid, kristaloid
lebih mudah didapat dan lebih
murah. Jenis cairan yang ideal
yang sebenarnya dibutuhkan
dalam penatalaksanaan antara
lain memiliki sifat bertahan
lama di intravaskular, aman
dan relatif mudah diekskresi,
tidak mengganggu sistem koa-
gulasi tubuh, dan memiliki efek
alergi yang minimal.1-3
Secara umum, peng-
gunaan kristaloid dalam tata-
laksana DBD aman dan efek-
tif. Beberapa efek samping
yang dilaporkan terkait deng-
an penggunaan kristaloid
MEDICINUS

adalah edema, asidosis laktat,


instabilitas hemodinamik dan
hemokonsentrasi.12,13 Krista-
loid memiliki waktu bertahan
yang singkat di dalam pem-
6
buluh darah. Pemberian laru-
tan RL secara bolus (20 ml/kg
BB) akan menyebabkan efek
penambahan volume vaskular
hanya dalam waktu yang sing-
kat sebelum didistribusikan
ke seluruh kompartemen in-
terstisial (ekstravaskular) den-
gan perbandingan 1:3, sehing-
ga dari 20 ml bolus tersebut
dalam waktu satu jam hanya
5 ml yang tetap berada dalam
ruang intravaskular dan 15
ml masuk ke dalam ruang in-
terstisial.14 Namun demikian,
dalam aplikasinya terdapat
beberapa keuntungan peng-
gunaan kristaloid antara lain
mudah tersedia dengan harga
terjangkau, komposisi yang
menyerupai komposisi plas-
ma, mudah disimpan dalam
temperatur ruang, dan bebas
dari kemungkinan reaksi ana-
filaktik.15,16
Dibandingkan cairan
kristaloid, cairan koloid memi-
Gambar 7. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa5 liki beberapa keunggulan yaitu:
pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume
plasma (intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk waktu
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan lebih lama di ruang intravaskular. Dengan kelebihan ini, diharapkan
khususnya pada penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama koloid memberikan oksigenasi jaringan lebih baik dan hemodinamik
adalah jenis cairan dan kedua adalah jumlah serta kecepatan cairan terjaga lebih stabil. Beberapa kekurangan yang mungkin didapatkan

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


modinamik tidak stabil (derajat 3 dan 4) cairan diberikan secara bolus
Dibandingkan cairan kristaloid, atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan, dan setelah he-
modinamik stabil secara bertahap kecepatan cairan dikurangi hingga
cairan koloid memiliki beberapa kondisi benar-benar stabil (lihat protokol pada gambar 6 dan 7). Pada
kondisi di mana terapi cairan telah diberikan secara adekuat, namun
keunggulan yaitu: pada jumlah kondisi hemodinamik belum stabil, pemeriksaan kadar hemoglobin
dan hematokrit perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadi-
volume yang sama akan nya perdarahan internal.

didapatkan ekspansi volume Kesimpulan


Demam berdarah dengue tetap menjadi salah satu masalah kesehatan
plasma (intravaskular) yang di Indonesia. Dengan mengikuti kriteria WHO 1997, diagnosis klinis
dapat segera ditentukan. Di samping modalitas diagnosis standar un-
lebih besar dan bertahan untuk tuk menilai infeksi virus Dengue, antigen nonstructural protein 1 (NS1)
Dengue, sedang dikembangkan dan memberikan prospek yang baik
waktu lebih lama di ruang untuk diagnosis yang lebih dini.
Terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi ke-
intravaskular. Dengan kelebihan hilangan cairan akibat kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal
terpenting yang perlu diperhatikan adalah: jenis cairan, jumlah serta
ini, diharapkan koloid memberi- kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris
untuk menilai respon kecukupan cairan.
kan oksigenasi jaringan lebih Daftar Pustaka
baik dan hemodinamik terjaga 1.
2.
Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-6
World Health Organization. Prevention and control of dengue and dengue haemor-
rhagic fever: comprihensive guidelines. New Delhi, 2001.p.5-17
lebih stabil. 3. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shock
syndrome in the context of the integrated management of childhood illness. Depart-
ment of Child and Adolescent Health and Development. WHO/FCH/CAH/05.13. Ge-
neva, 2005

MEDICINUS
4. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta,
dengan penggunaan koloid yakni risiko anafilaksis, koagulopati, dan 2007
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pela-
biaya yang lebih besar. Namun beberapa jenis koloid terbukti memi- yanan kesehatan, 2005.p.19-34
liki efek samping koagulopati dan alergi yang rendah (contoh: he- 6. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam: Su-
tastarch).15,16 Penelitian cairan koloid diban-dingkan kristaloid pada doyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta:Pusat
Penerbitan IPD FKUI, 2006.p.1774-9 7
sindrom renjatan dengue (DSS) pada pasien anak dengan parameter 7. Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
stabilisasi hemodinamik pada 1 jam pertama renjatan, memberikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI,
2006.p.137-8
hasil sebanding pada kedua jenis cairan.17,18 Sebuah penelitian lain 8. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, preven-
yang menilai efektivitas dan keamanan penggunaan koloid pada pen- tion and control. Geneva, 1997
9. Hadinegoro SRH, et al. (editor). Tata laksana demam berdarah dengue di Indonesia.
derita dewasa dengan DBD derajat 1 dan 2 di Indonesia telah selesai Departemen Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dilakukan, dan dalam proses publikasi. dan Penyehatan Lingkungan. 2004
Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung dari banyaknya 10. Sutaryo. Perkembangan patogenesis demam berdarah dengue. Dalam: Ha-dinegoro
SRH, Satari HI, editor. Demam Berdarah Dengue: Naskah Lengkap. Jakarta: Balai Pener-
kebocoran plasma yang terjadi serta seberapa jauh proses tersebut bit FKUI, 1999.p.32-43
masih akan berlangsung. Pada kondisi DBD derajat 1 dan 2, cairan 11. Nainggolan L. Reagen pan-E dengue early capture ELISA (PanBio) dan platelia dengue
NS1 Ag test (BioRad) untuk deteksi dini infeksi dengue. 2008
diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk meng- 12. Stoelting RK, Miller RD. Basics of anestesia. 4th ed. New York:Churchill Livingstone,
ganti cairan akibat kebocoran plasma. Secara praktis, kebutuhan ru- 2000.p.236-7
matan pada pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah seban- 13. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, editors. Clinical Anesthesiology. 4th ed. New
York:Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2006.p.692-4
yak kurang lebih 2000 ml/24 jam; sedangkan pada kebocoran plasma 14. Kaaallen A J and Lonergan JM. Fluid resusciaation of acute hypovolemic hypoperfusion
yang terjadi seba-nyak 2,5-5% dari berat badan sebanyak 1500-3000 status in pediatrics. Pediat Clin N Amer 1990; 37(2):287-94
15. Venu Goppal Reddy. Crystalloids versus colloids in hypovolemic shock. Proceedings of
ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan cairan pada DBD dengan 5th Indonesian-International Symposium on Shock and Critical Care 26-33
hemodinamik yang stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam. Namun 16. Liolios A. Volume resuscitation: the crystalloid vs colloid debate revisited. Medscape
2004. Available from: URL:http://www.medscape.com/viewarticle/480288
demikian, pemantauan kadar hematokrit perlu dilakukan untuk me- 17. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison of three fluid
nilai apakah hemokonsentrasi masih berlangsung dan apakah jumlah solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med 2005; 353:877–
cairan awal yang diberikan sudah cukup atau masih perlu ditambah. 89
18. Ngo NT, Cao XT, Kneen R, Wills B, Nguyen VM, Nguyen TQ, et al. Acute management
Pemantauan lain yang perlu dilakukan adalah kondisi klinis pasien, of dengue shock syndrome: a randomized double-blind comparison of 4 intravenous
stabilitas hemodinamik serta diuresis. Pada DBD dengan kondisi he- fluid regimens in the first hour. Clin Infect Dis 2001; 32:204–13

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


MEDICINUS

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


original article

research
Luthfan Budi Purnomo1, Astuti2, Harakati Wangi3, Harli Amir Mahmudji4,
Rizka Humardewayanti Asdie5, Setyo Purwono6
1. Subdivision of Endocrinology and Metabolic, Internal Department of Gadjah Mada University/Sardjito
Hospital Yogyakarta
2. Neurology Department of Gadjah Mada University/Sardjito Hospital Yogyakarta
3. Internal Department of RSPAD Jakarta
4. Internal Department of RSJ Magelang
5. Internal Department of Gadjah Mada University/Sardjito Hospital Yogyakarta
6. Pharmacology Department of Gadjah Mada University/Sardjito Hospital Yogyakarta

Abstract. Background: Long-term oxidative stress is believed to be one of the major factors contributing to the decline of cogni-
tive function observed with aging. Oxidative stress due to the generation of free radicals resulting from normal metabolism causes
accumulated oxidative damage to critical biomolecules, especially when coupled with insufficient endogenous antioxidant defense

MEDICINUS
mechanisms.
Brain tissue, which has relatively little antioxidant protection, also contains high levels of polyunsaturated fatty acids (PUFA), making
it more vulnerable to oxidative insult. Interventions to increase antioxidant capacity and reduce oxidative damage have been sug-
gested as a potentially useful strategy to prevent or retard this process. Due to its antioxidant properties, vitamin E plays a role in the
prevention of certain diseases, including cancer, diabetes, cataracts, cardio and cerebrovascular disease, and has been related to the 9
prevention or slowing of cognitive decline.
Mild cognitive impairment is one of the risk factors to get dementia. Dementia connected with the risk factor of diabetes mellitus
(DM). At prospective study Rotterdam and Hisamaya, and also the retrospective Rochester study show that the risk of Alzheimer (AD)
become two time greater as risk as at person with type 2 DM.
Aim: The aim of this study was to examine associations between vitamin E status and cognitive performance in diabetic people.
Method: Cross sectional study was done to 46 DM patients of 23 men and 23 women, aged more than 50 years old, who came at
Endocrine’s clinic Sardjito Hospital on August–December 2006 as subject. Serum levels of α-tocopherol (vitamin E) was determined
by HPLC method. The cognitive capacity of subjects was tested using the mini mental examination state (MMSE). Mild cognitive im-
pairment (MCI) if MMSE value ≤24.
Result: There were 18 diabetic people with MCI. We found no different significantly in serum levels of α-tocopherol in both group
according cognitive status (7.28 + 4.69 in diabetic people with MCI vs. 6.69 + 4.51 in diabetic people without MCI, p=0.678).
Conclusion: This study shows there is no relationship between vitamin E status and cognitive function in diabetic people.

Keyword: Cognitive function, alpha tocopherol, diabetic people.

ABSTRAK. Latar Belakang: Stres oksidatif jangka panjang diyakini sebagai salah satu faktor utama yang berperan dalam penurunan
fungsi kognitif seiring dengan proses penuaan. Stres oksidatif berupa radikal bebas hasil metabolisme menyebabkan akumulasi
kerusakan oksidatif biomolekul, terutama pada kondisi insufisiensi mekanisme pertahanan antioksidan endogen.
Jaringan otak, yang hanya memiliki sedikit perlindungan antioksidan dan memiliki kadar asam lemak tak jenuh (polyunsaturated
fatty acid/PUFA) yang tinggi, mudah terkena oksidasi. Intervensi untuk meningkatkan kapasitas antioksidan dan mengurangi keru-
sakan oksidasi diperkirakan akan menjadi strategi yang sangat berguna untuk mencegah atau menghambat proses ini. Dengan meli-
hat fungsinya sebagai antioksidan, vitamin E memegang peranan dalam pencegahan beberapa penyakit, termasuk kanker, diabetes,
katarak, penyakit kardio dan serebrovaskular, dan telah dihubungkan dengan pencegahan atau penghambatan penurunan kognitif.
Gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment/MCI) adalah salah satu faktor risiko demensia. Demensia dihubungkan dengan
faktor risiko diabetes melitus (DM). Pada suatu studi prospektif yang dilakukan Rotterdam dan Hisamaya, dan studi retrospektif Ro-
chester menunjukkan bahwa risiko Alzheimer (AD) menjadi dua kali lebih besar pada penderita DM tipe 2.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara status vitamin E dan kondisi kognitif pada penderita diabetes.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 46 penderita DM, 23 laki-laki dan 23 perempuan, usia lebih dari 50 tahun,
yang datang ke poliklinik Endokrin RS Dr. Sardjito pada bulan Agustus–Desember 2006. Kadar α-tocopherol serum (vitamin E) diukur
dengan metode HPLC. Kapasitas kognitif subjek diukur dengan mini mental examination state (MMSE), dan dinyatakan gangguan
kognitif ringan/mild cognitive impairment (MCI) bila nilai MMSE ≤24.
Hasil: Didapatkan 18 pasien diabetes dengan MCI. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar α-tocopherol serum kedua
kelompok berdasar status kognitifnya (7,28 ± 4,69 pada penderita diabetes dengan MCI vs 6,69 ± 4,51 pada penderita diabetes
tanpa MCI, p=0,678).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara status vitamin E dan fungsi kognitif pada penderita diabetes.

Kata kunci: fungsi kognitif, alpha tocopherol, penderita diabetes

Pendahuluan Tujuan Penelitian


Stres oksidatif jangka panjang diyakini sebagai salah satu faktor utama Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara status vi-
yang berperan dalam penurunan fungsi kognitif seiring dengan pro- tamin E dan kondisi kognitif pada penderita diabetes.
ses penuaan.1,2 Stres oksidatif berupa radikal bebas hasil metabolisme
normal menyebabkan akumulasi kerusakan oksidatif biomolekul-bi- Metode
omolekul, terutama pada kondisi insufisiensi mekanisme pertahanan Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 46 penderita DM, 23
antioksidan endogen.2-4 laki-laki dan 23 perempuan, usia lebih dari 50 tahun, yang datang ke
Jaringan otak, yang hanya memiliki sedikit perlindungan antiok- poliklinik Endokrin RS Dr. Sardjito pada bulan Agustus – Desember
sidan dan memiliki kadar asam lemak tak jenuh (polyunsaturated fatty 2006.
acid/PUFA) yang tinggi, mudah terkena oksidasi.1,2 Intervensi untuk Kriteria inklusi adalah penderita DM tipe 2 usia lebih dari 50 tahun
MEDICINUS

meningkatkan kapasitas antioksidan dan mengurangi kerusakan ok- yang kontrol di poliklinik Endokrin RSUP Dr. Sardjito dan pada saat
sidasi diperkirakan akan menjadi strategi yang sangat berguna untuk pemeriksaan tidak sedang minum suplemen obat yang mengandung
mencegah atau menghambat proses ini.2 Vitamin E (α-tokoferol) dike- vitamin E dan menyetujui informed consent. Kriteria eksklusi adalah
tahui merupakan antioksidan paling poten dan paling banyak terdapat penderita dengan tanda klinis, dan hasil laboratorium menunjukkan
10 pada manusia.5,6 Di samping itu, vitamin E juga dapat memodulasi ber- infeksi, sedang menderita penyakit akut, terdapat penyakit inflamasi
bagai fungsi seluler yang tidak terkait dengan aktivitas antioksidan.7,8 (demam reumatik, eritema nodosum, artritis reumatoid, artritis kronik,
Dengan melihat fungsinya sebagai antioksidan, vitamin E memegang spondilitis ankilosis, psoriasis, vaskulitis sistemik, reumatik polimial-
peranan dalam pencegahan beberapa penyakit, termasuk kanker, gia, penyakit Reiter, diare kronis, lupus eritematosus sistemik (LES),
diabetes, katarak, penyakit kardio dan serebrovaskular, dan telah di- skleroderma, dermatomiositis, osteoartritis), penyakit jantung koro-
hubungkan dengan pencegahan atau penghambatan penurunan kog- ner, terdapat riwayat pembedahan atau stroke dalam 3 bulan sebelum
nitif.2,9,10 penelitian, terdapat keganasan, gagal jantung kongesti, penurunan
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko terjadi- fungsi ginjal, penurunan fungsi hati, merokok dan terdiagnosis de-
nya demensia. Demensia yang berhubungan dengan faktor risiko dia- mensia.
betes adalah Alzheimer dan vaskular. Pada studi prospektif Rotterdam Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dicatat dalam formulir
dan Hisayama, serta studi retrospektif Rochester, menunjukkan risiko penelitian, yaitu usia, jenis kelamin dan alamat. Kemudian dilakukan
kejadian demensia Alzheimer (AD) meningkat dua kali pada individu anamnesis dan pemeriksaan fisik (tekanan darah, denyut nadi, respira-
dengan DM tipe 2.11 Demensia vaskular dihubungkan dengan diabetes si, suhu, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, pemeriksaan fisik
melalui kejadian vaskular (VaD) yang diikuti dengan penurunan kog- jantung, paru, abdomen dan ekstremitas) untuk mengetahui adanya
nitif, gangguan vaskuler ini salah satunya merupakan manifestasi dari penyakit infeksi akut, penyakit inflamasi (demam reumatik, eritema
komplikasi makrovaskular diabetes.11,12 nodosum, artritis reumatoid, artritis kronik, spondilitis ankilosis, pso-
Gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment/MCI) adalah riasis, vaskulitis, diare kronis, penyakit Reiter, lupus eritematosus sis-
suatu gangguan kognitif berupa gangguan orientasi, atensi, konsen- temik (LES), skleroderma, dermatomiositis, osteoartritis), hipertensi,
trasi, memori, bahasa, dan intelektual, yang tidak masuk dalam krite- adanya riwayat pembedahan atau stroke dalam 3 bulan sebelum pene-
ria demensia, dengan kata lain MCI merupakan keadaan predemen- litian, penyakit jantung koroner, keganasan, sirosis hati, merokok ak-
sia.13,14 Gangguan kognitif merupakan proses awal kecacatan dalam tif, dislipidemia.
otak berupa demensia. Berdasarkan studi terdahulu, menunjukkan Kemudian pasien dipesan untuk datang ke poliklinik penyakit
hipotesis mengenai diabetes dan faktor komorbidnya terlibat dalam dalam untuk dilakukan pengambilan darah dengan puasa minimal 10
patogenesis demensia baik demensia Alzheimer (AD) ataupun demen- jam sebelumnya. Pengambilan darah 10 cc untuk pemeriksaan darah
sia vaskular (VaD).11,15 rutin, profil lipid, fungsi ginjal, enzim transaminase, HbA1c, kadar
Insidensi gangguan fungsi kognitif pada DM diperkirakan akan kolesterol total, kadar trigliserida, kadar low density lipoprotein (LDL),
meningkat sehubungan dengan meningkatnya jumlah populasi pen- kadar high density lipoprotein (HDL) serta kadar α-tokoferol serum serta
derita DM, sehingga perlu strategi untuk mencegah penurunan fungsi diminta untuk mengisi mini mental examination state (MMSE) untuk me-
kognitif. Mekanisme terjadinya risiko demensia pada diabetes belum nilai fungsi kognitifnya.
dapat dijelaskan, diperkirakan salah satunya melalui stres oksida- Pengukuran vitamin E dilakukan dengan HPLC (high-performance
tif dan diketahui pula bahwa kadar vitamin E plasma pada pengidap liquid chromatography). Sejumlah 20 mL plasma (dari darah EDTA) di-
diabetes melitus (DM) tipe 2 lebih rendah dibandingkan dengan orang tambah 100 mL larutan ekstrak (etanol/butanol [50 : 50, vol/vol, 5 mg
sehat16,17, sehingga diperkirakan gangguan fungsi kognitif pada pend- BHT/ml]). Campuran tersebut disentrifugasi selama 5 menit. Sejumlah
erita DM lebih banyak terjadi dibandingkan nonDM. 20 mL supernatan diinjeksikan ke HPLC. Spektrofotometer yang digu-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


nakan adalah UV-VIS l 292 nm. Puncak tokoferol akan muncul pada Tabel 1. Data karakteristik dasar subjek penelitian
menit ke 3-6. Pengukuran trigliserida dilakukan dengan metode tes en- Variabel Rerata ± simpangan baku
zimatik kolorimetri dengan menggunakan glycerol-3-phosphate-oxidase. Usia (tahun) 63,64 ± 6,98
Sampel yang diukur adalah plasma yang diambil dari darah EDTA. Indeks massa tubuh (kg/m2) 24,38 ± 3,38
Penentuan trigliserida dilakukan setelah pemisahan oleh lipoprotein Lama DM (tahun) 10,83 ± 5,18
lipase. Sebagai indikator adalah quinonimine yang berasal dari reaksi Kolesterol total (mg/dl) 216,48 ± 49,87
4-aminoantipyrine, 4-chlorophenol, dan hidrogen peroksida di bawah aksi Trigliserida (mg/dl) 158,22 ± 70,89
katalis peroksidase. Pengukuran kolesterol dilakukan dengan metode High density Lipoprotein (mg/dl) 42,02 ± 9,43
tes fotometrik enzimatik. Sampel yang dipakai adalah plasma (dari Low density Lipoprotein (mg/dl) 143,15 ± 44,51
darah EDTA). Penentuan kolesterol dilakukan setelah reaksi hidrolisis HbA1c (%) 7,26 ± 1,55
dan oksidasi. Sebagai indikator kolorimetri adalah Chinonimine yang Gula darah puasa (mg/dl) 132,67 ± 51,21
berasal dari reaksi 4-aminoantipyrine, phenol, dan hidrogen peroksida Gula darah 2 jam pasca makan (mg/dl) 189,98 ± 61,32
di bawah aksi katalis peroksidase. Kadar LDL dihitung dengan rumus: Vitamin E 6,92 ± 4,54
LDL = kolesterol total - trigliserida/5 - HDL. Pengukuran HbA1c di- MMSE 24,61 ± 3,49
lakukan dengan metode fast ion-exchange resin separation. Reagen yang
dipakai adalah Glycohemoglobin Test (Human®). Sampel yang dipakai
adalah darah EDTA. Darah dicampur dengan reagen lysing yang berisi Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar α-tocopherol
deterjen dan ion borat konsentrasi tinggi. Eliminasi basa Schiff labil ter- serum kedua kelompok berdasar status kognitifnya (7,28 ± 4,69 pada
capai selama proses hemolisis. Hemolisat kemudian dicampur dengan penderita diabetes dengan MCI vs 6,69 ± 4,51 pada penderita diabetes
resin penukar ion selama 5 menit. HbA1c akan terikat pada resin, ke- tanpa MCI, p = 0,678), dapat dilihat pada tabel 2.
mudian digunakan separator untuk memisahkan resin dari superna-
tan yang berisi glycohemoglobin. Presentase glycohemoglobin ditentukan Tabel 2. Perbandingan data pasien dengan dan atau tanpa mild cognitive In-
dengan mengukur fraksi glycohemoglobin dan fraksi total hemoglobin pairment
pada Hg 405 atau 415 nm. Pemeriksaan kadar vitamin E dilakukan di Dengan MCI Tanpa MCI
laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Variabel p
(n=18) (n=28)
Yogyakarta. Pemeriksaan lainnya dilakukan di laboratorium Prodia
Yogyakarta. Usia (tahun) 66,05 ± 7,42 61,78 ± 6,26 0,04
Kapasitas kognitif subjek diukur dengan perangkat sederhana Indeks Massa tubuh (kg/m2) 23,90 ± 3,22 24,68 ± 3,49 0,448

MEDICINUS
yaitu mini mental examination state (MMSE) dari Folstein, yang sudah di- Lama DM (tahun) 10,72 ± 5,55 10,89 ± 5,02 0,915
standardisasi secara nasional. Pada MMSE variabel yang dinilai adalah Kolesterol total (mg/dl) 221,39 ± 64,69 213,32 ± 38,51 0,598
orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, mengingat kembali, bahasa, dan Trigliserida (mg/dl) 169,61 ± 92,19 158,22 ± 70,89 0.848
clock drawing test (CDT) digunakan untuk menilai fungsi interpretasi.18 High density Lipoprotein (mg/dl) 40,89 ± 9,17 42,75 ± 9,69 0,52
Untuk penilaian tes gambar jam batasan nilainya bersifat subjek- Low density Lipoprotein (mg/dl) 147,05 ± 56,03 140,64 ± 36,17 0,639
HbA1c (%) 7,39 ± 1,70 7,18 ± 1,47 0,609
11
57
tif, dengan interpretasi apabila gambar dengan gangguan kontur yang
hebat atau gambar yang tidak berhubungan sangat jarang dihasilkan Gula darah puasa (mg/dl) 132,17 ± 48,66 133,66 ± 53,66 0,958
oleh seseorang dengan kognitif yang utuh. Gambar yang sempurna Vitamin E 7,28 ± 4,69 6,69 ± 4,50 0,678
tidak mungkin dihasilkan oleh individu dengan gangguan kognitif.
Acuan termudah penilaian CDT masuk dalam kemungkinan kognitif
terganggu apabila skor <418. Pembahasan
Kriteria penurunan fungsi kognitif, berdasar status mental mini Dalam menentukan status vitamin E tubuh, beberapa peneliti meng-
(MMSE) adalah: Normal = >28, dugaan MCI/VCI = 24 - 28, probabili- gunakan rasio vitamin E/lipid total karena kadar lipid plasma sangat
tas kognitif terganggu/dugaan demensia = 17 - 23, gangguan kognitif mempengaruhi kadar vitamin E. Tanpa menggunakan rasio ini, in-
definitif = 0 – 16.18,19 Pada penelitian ini dinyatakan gangguan kognitif dividu dengan lipid rendah akan keliru diklasifikasikan sebagai de-
ringan bila nilai MMSE ≤24. fisiensi vitamin E, padahal kenyataannya normal.5 Hal yang serupa
Kukull et al. (1994) melakukan penelitian potong lintang instru- dapat terjadi pada individu dengan hiperlipidemia. Pada penelitian
men untuk mendeteksi demensia pada populasi klinik dengan jumlah Sokol et al. (1984) beberapa subjek yang menunjukkan gejala dis-
pasien 150, mendapatkan bahwa MMSE mempunyai sensitivitas 63%, fungsi neurologis (dalam penelitian didefinisikan sebagai defisiensi
spesifisitas 96%, positive predictive value (PPV) 96%, negative predictive vitamin E) terdapat hiperlipidemia dan mempunyai kadar vitamin
value (NPV) 63%, dengan class of evidence I20. E plasma normal. Rasio vitamin E/lipid total menunjukkan nilai di
bawah normal. Dalam kondisi ini rasio vitamin E/lipid total lebih
Analisis Statistik sesuai dengan disfungsi neurologis (yang disebabkan defisiensi vita-
Data karakteristik subjek penelitian disajikan dalam angka rerata dan min E). Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis berdasarkan rasio
simpangan baku. Hubungan antara mikroalbuminuria (positif atau vitamin E/lipid total.
negatif) dengan kadar vitamin E plasma dianalisis dengan uji-t tak ber- Keadaan yang dapat menghubungkan antara diabetes dengan
pasangan. Untuk membandingkan 2 kelompok dengan variabel kate- proses penurunan fungsi otak, adalah:
gori digunakan uji chi-square. Uji korelasi Pearson dipakai untuk me- a. Hiperglikemia menyebabkan toksisitas saraf
lihat kaitan antara 2 variabel numerik. Hubungan antara faktor-faktor Hiperglikemia mempengaruhi viabilitas saraf melalui peningkatan
lain (usia, jenis kelamin, lama terdiagnosis DM, HbA1c, kadar kolesterol stres oksidatif, struktur dan fungsi pembuluh darah, jalur O gliko-
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida) dengan fungsi protein, dan formasi advanced glycation end product (AGEs). Advanced
kognitif dianalisis dengan regresi logistik. Batas kemaknaan yang di- glycation end product (AGEs) secara eksperimental terbukti berpen-
terima bila p <0,05. garuh terhadap kerusakan vaskular dan fungsi endotel, kerusakan
protein, DNA dan mitokondria, serta meningkatkan radikal bebas
Hasil Penelitian dan inflamasi.15
Selama penelitian data lengkap yang dapat dianalisis sebanyak 46 b. Komplikasi diabetes menyebabkan gangguan kognitif
orang, didapatkan 18 pasien diabetes dengan MCI. Adapun data ka- Hipertensi meningkatkan risiko kerusakan vaskular dan endo-
rakterisitik dasar dapat dilihat pada tabel 1. tel, gangguan pada pembuluh darah kecil dan besar, dan meng-

Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember 2008


oksidasi yaitu jalur siklooksigenase (COX) yang akan membentuk
Dalam menentukan status prostaglandin, jalur lipooksigenase (LO), membentuk asam hidrok-
sieikosatetraenoik (HETEs) dan leukotrin, dan jalur sitokrom P-450
vitamin E tubuh, beberapa monooksigenasi/epoksigenase yang membentuk epoksid dan HETEs.
Khusus untuk sitokrom P-450 lebih berperan pada vasoaktif pada gin-
peneliti menggunakan rasio jal, dan belum didapatkan data mengenai keterlibatan pada angiopati
diabetik.26
vitamin E/lipid total karena Pada jalur siklooksigenase, COX-1 dan COX-2 dikatalisis menjadi
prostaglandin dalam bentuk (prostaglandin H2) PGH2 yang terkonversi
kadar lipid plasma sangat menjadi prostaglandin lain dan eikosanoid seperti PGE2, PGD2, PGF2α
(isoprostan), PGI2 (prostasiklin) dan tromboksan. COX-1 berperan se-
mempengaruhi kadar vitamin E. cara fisiologis pada beberapa sel dan jaringan. COX-2 ekspresinya se-
ring tidak terdeteksi pada jaringan dan sel, tetapi menjadi signifikan
Tanpa menggunakan rasio ini, bila tersimulir lipopolisakarida, dan sitokin (IL-6, IL-1α, IL-1β, TNF-α,
dan faktor pertumbuhan), dan produk-produk dari COX-2 berperan
individu dengan lipid rendah dalam proses inflamasi termasuk arterogenesis.26,27
Jalur lipooksigenasi (LO) terbagi dalam 4 kelompok yaitu LO5,
akan keliru diklasifikasikan LO8, LO12, dan LO15, yang dibedakan berdasar kemampuannya
dalam proses memasukkan molekul oksigen pada rantai karbon ke
sebagai defisiensi vitamin E, dalam asam arakhidonat. Kelompok LO5 dan O8 tidak berperan dalam
diabetes. Untuk LO12 dan LO15 dapat membentuk 12/15 HETEs dari
padahal kenyataannya normal.5 AA, produk tersebut akan tampak pada beberapa jaringan pembuluh
darah dan sel, termasuk sel otot polos pembuluh darah (vascular smooth
Hal yang serupa dapat terjadi muscle cells /VSMC), endotel dan monosit.26
Jalur mediator inflamasi lipid pada sistem saraf pusat hampir sama
pada individu dengan dengan jalur asam arakhidonat, hanya pada sistem saraf pusat, fungsi
neurotropik (fisiologis) dari jalur tersebut dapat berubah menjadi neu-
hiperlipidemia. rotoksik (patologis). Komponen penting pada metabolisme lipid pada
MEDICINUS

otak adalah AA dan DHA (docosahexaenoic acid/asam dokosaheksae-


ganggu sawar darah otak. Hipotesis mengenai efek kenaikan noik), yang akan dimetabolisme menjadi eikosanoid, dokosanoid, liso-
tekanan darah dan AD secara patologi adalah kerusakan endotel, fosfolipid, reative oxygen species (ROS), 4-HNE (4­hidroksinonenal/ok-
yang berakibat meningkatnya respon proinfalamsi, prokoagulan, sidasi dari AA), dan 4-HHE (4-hidroksiheksenal/oksidasi dari DHA).
12 dan oksidatif, seperti pada hipotesis mengenai formasi pada plak Komponen tersebut akan memberikan efek neurotropik bila terdapat
neuritik pada AD.15 dalam kadar rendah, tetapi bila komponen jalur tersebut terpicu untuk
Kolesterol mempunyai peran esensial pada pemeliharaan struktur termobilisasi kadarnya akan meningkat dan memberikan efek neuro-
membran otak. Hiperinsulinemia merefleksikan tingginya kadar toksik. Asam dokosaheksaenoik dihidrolisis oleh plasmalogen selektif
insulin otak, dan hipoinsulin merupakan kegagalan dari insulinisa- fosfolipase A2.28
si pada otak. Transpor insulin ke dalam sistem saraf pusat mening- Efek neurotoksik AA akibat hiperstimulasi adalah kerusakan pada
katkan kondisi hiperinsulinemia, yang mengakibatkan terjadinya struktur sel dan fungsi saraf. Asam arakhidonat mengakibatkan asido-
proses resistensi insulin.15 sis intraseluler dan tidak terkendalinya oksidasi fosforilasi, sehingga
c. Diabetes menyebabkan gangguan kognitif terjadi disfungsi mitokondria. Siklooksigenase dan lipooksigenase
Kejadian diabetes dengan demensia Alzheimer (AD) juga mempu- yang mengubah AA menjadi protaglandin, leukotrin, dan tromboksan.
nyai keterkaitan yang positif. Pada studi Rotterdam menunjukkan Komponen eikosanoid tersebut apabila terstimulasi akibat kondisi pa-
hasil diabetes dengan AD mempunyai relative risk (RR) 1,9 (95% CI: tologis berefek pada gangguan aliran pembuluh darah otak dan mem-
1,2 – 3,1), dengan rincian yang disertai penyakit serebrovaskular pengaruhi trombosit dan leukosit, sehingga aliran mikrosirkulasi akan
RR 1,8 (95% CI: 1,0 – 9,3) tanpa penyakit serebrovaskular RR 1,8 terganggu dan sistem saraf pusat akan terganggu.28
(95% CI: 1,1 – 3,0), diabetes dengan demensia vaskular (VaD) RR Lisofosfolipid yang merupakan hasil oksidasi fosfolipid selain
2,0 (95% CI: 0,7 – 5,6), diabetes dengan demensia lainnya RR 1,6 AA, yang dapat teralkilasi oleh koenzim A menjadi fosfolipid kem-
(95% CI: 0,5 – 5,0).22 bali, pada kondisi patologis seperti iskemik, epilepsi, dan overstimu-
lasi fosfolipase akan mengakibatkan akumulasi lisofosfolipid dan
Pada penelitian dari Rochester menunjukkan kejadian AD dua kali asam lemak bebas. Lisofosfolipid dapat memproduksi faktor aktivasi
lipat lebih besar pada laki-laki dengan diabetes (RR 2,3, 95% CI: 1,6- platelet, sebagai mediator proinflamasi yang poten. Pada sel endotel
3,3). Pada penelitian British cohort menunjukkan peningkatan risiko lisofosfolipid dapat memodulasi sinyal kalsium, dan fosforilasi nitrit
Alzheimer pada subjek dengan diabetes dibanding tanpa diabetes (RR oksid dan sitosolik fosfolipase 2. Sehingga bila terjadi akumulasi liso-
1,4 95% CI: 1,1 – 17,0).15,23 fosfolipid yang berlebih akan berakibat demielinisasi dan kerusakan
Dasar mekanisme biokimia komplikasi vaskular diabetes, berawal sel saraf.28
dari diabetes memicu resistensi insulin, hiperglikemia, dan terjadi pe- 4-hidroksinonenal (4-HNE/oksidasi dari AA), pada kadar rendah
lepasan asam lemak bebas atau dislipidemia, keadaan tersebut mela- berefek menyampaikan sinyal hingga ke sel basal, stimulasi fosfolipase
lui jalur stres oksidatif (reactive oxigen species = ROS), protein kinase c, adenil siklase, dan menurunkan aktivitas ornitin dekarboksilase, bila
C, aktivasi reseptor advanced glycation end product (RAGE), peningkatan terstimulasi berlebihan mengakibatkan efek neurotoksik berupa efek
jalur poliol, mioinositol, dan heksosamin akan mengakibatkan aktivasi deteriorisasi sel, menghambat sintesis DNA dan RNA, mengganggu
sinyal sel molekul gangguan pada faktor pertumbuhan, angiotensin II, homeostasis kalsium, dan menghambat respirasi mitokondria, 4-HNE
dan dikeluarkannya sitokin24,25 yang merangsang membran fosfolipid juga meningkatkan permeabilitas sawar darah otak selama eksitoksisi-
sel atau endotel berubah menjadi asam arakhidonat melalui aktivasi tas, menurunkan fungsi mitokondria dengan mengganggu transpor
enzim fosfolipase (PLA2).26 gula, dan berperan dalam memicu stres oksidatif dan proses apoptosis
Asam arakhidonat (AA) akan dimetabolisme menjadi tiga jalur sel saraf.28

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Perkin et al. (1999) melakukan analisis terhadap 5000 orang usia 5-S80
3. Halliwell B & Gutteridge IMC. Free radicals. In: Biology and Medicine. 2nd ed.
lanjut pada the Third National Health and Nutrition Examintaion Survey Oxford University Press Oxford:UK; 1995.p.543
III (NHANES III) mendapatkan hasil terdapat hubungan yang sang- 4. Floyd RA. Antioxidants, oxidative stress, and degenerative neurological disor-
at lemah antara jeleknya fungsi memori dengan kadar vitamin C, A, ders. Proc. Soc. Exp. Biol. Med. 1999; 222:236-45
5. Farrell PM and Roberts RJ. Vitamin E. Dalam: Modern Nutrition in Health and
β-karoten dan selenium, tetapi mendapatkan hasil korelasi yang ber-
Disease.8th ed. Lea & Febiger. Philadelphia; 1994.p.326-41
makna antara fungsi memori dengan rendahnya kadar vitamin E sete- 6. Young IS and Woodside JV. Antioxidants in Health and Disease. J Clin Pathol
lah diadjust dengan kadar kolesterol.10 2001; 54:176-86
Ortega et al. (2002) dalam penelitiannya terhadap 120 orang usia lan- 7. Ricciarelli R, Zingg J, and Azzi A. Vitamin E: protective role of janus molecule.
FASEB J. 2001; 15:2314-25
jut berusia 65-91 tahun tanpa gangguan fungsi kognitif mendapatkan 8. Traber MG. Does vitamin E decrease heart attack risk? summary and implica-
hasil terdapat korelasi yang bermakna antara vitamin E (r= -0.3519) tions with respect to dietary recommendations. J Nutr. 2001; 131:395S-397S
dan rasio vitamin E/kolesterol (r= -3014) dengan PMSQ (pfeiffer mental 9. Foy CJ, Passmore AP, Vahidassr MD, Young IS and Lawson JT. Plasma chain-
status questionnaire). Lebih lanjut dalam analisanya, Ortega et al. me- breaking antioxidants in Alzheimer’s disease, vascular dementia and Parkin-
son’s disease. Q. J. Med. 1999; 92:39-45
nemukan kadar vitamin E dan rasio vitamin E/kolesterol yang rendah 10. Perkins AJ, Hendrie HC, Callahan CM, Gao S, Unverzagt FW, Xu Y, et al. As-
pada subjek dengan ada kesalahan pada PMSQ dibandingkan dengan sociation of antioxidants with memory in a multiethnic elderly sample using
yang tanpa kesalahan dalam PMSQ.29 the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Am. J. Epidemiol.
Foy et al. (1999) juga menemukan hal yang sama yaitu pasien de- 1999; 150:37-44
11. Strachan MWJ. Cognitive decline and the older patient with diabetes. Clin Ger.
ngan demensia kadar vitamin E-nya rendah pada dibandingkan den- 2002; 10(6):29–35
gan kontrol, tetapi tidak terjadi pada tingkat defisiensi nutrisi. Jadi 12. Hartono B. Insulin, diabetes and cognitive function: from vascular cognitive
rendahnya status antioksidant pada pasien-pasien demensia menun- impairment to vascular dementia. Dalam Naskah Lengkap PIT V PERKENI. Se-
marang; 2004.p.313-27
jukkan peningkatan stres oksidatif, yang merupakan faktor penting 13. Visser PJ. Mild cognitive impairment. Dalam: Pathy, M.S., Sinclair, J. & Morley,
pada gangguan fungsi kognitif.9 J.E. (Eds) Principles and Practice of Geriatric Medicine 4th (ed). John Wiley and
Vitamin E mungkin berguna dalam mencegah penurunan fungsi Sons. Ltd:2006.p.1-7
kognitif melalui aksi antioksidannya yang potensial yang dapat mence- 14. Wright JD and Tranel D. Mild cognitive impairment. Up To Date®14.1; 2006
15. Launer LJ. Diabetes and Brain Aging: Epidemiologic Evidence. Curr. Diab.
gah kerusakan jaringan saraf, tetapi juga mencegah demensia vaskular. Rep.2005; 5:59-63
Hubungan vitamin E dengan penurunan risiko demensia vaskular da- 16. Gokkusu C, Palanduz S, Ademoglu E and Tamer S. Oxidant and antioxidant
pat dihubungkan dengan beberapa macam efek pada sistem vaskular, system in NIDDM patients: influence of vitamin E supplementation. Endocr
termasuk pada kemampuannya mencegah stroke dengan menurunkan Res 2001; 27(3):377-86
17. Nourooz-Zadeh J, Rahimi A, Tajaddini-Sarmadi J, Tritschler H, Rosen P, Hal-
gregrasi dan adhesi platelet, memperlambat progresi dari aterosklero-

MEDICINUS
liwell B. et al. Relationship between plasma measures of oxidative stress and
sis a. carotis.30 metabolic control in NIDDM. Diabetologia 1997; 40:647-53
Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap demensia adalah: 18. Assosiasi Alzheimer Indonesia (AazI). Konsensus nasional – pengenalan dan
penatalaksanaan demensia alzheimer dan demensia lainnya; 2003.p.61-3
umur, pada studi populasi insidensi AD 0,6% pada usia 65–69 tahun,
19. Soejono CH, Harimurti K, Setiati S & Damping CE. Pedoman diagnosis dan
1% pada usia 70–74 tahun, 2% pada usia 75-79, 3,3% pada usia 80–85 tatalaksana MCI dan VCI. Dalam: Konsensus Nasional-Peran Dokter Spesialis
tahun, dan 8,4% pada usia 85 tahun ke atas, riwayat keluarga akan Penyakit Dalam Untuk Deteksi Dini, Diagnosis Dan Penatalaksanaan Gang-
13
me-ningkatkan risiko demensia 10–30%. Petersen et al. (2001), menya- guan Kognitif Ringan Pada Usia Lanjut. Perhimpunan Gerontologi Medik Indo-
nesia. Jakarta; 2006.p.1-28
takan analisis kejadian usia akan bermakna bila dihubungkan dengan 20. Petersen RC, Stevens JC, Ganguli M, Tangalos, Cummings and DeKosky. Prac-
risiko demensia Alzheimer, sedangkan bila hanya dihubungkan den- tice parameter: early detection of Dementia: mild cognitive impairment (An
gan gangguan kognitif perbedaannya tidak bermakna, dan pada studi Evidence Based Review). Report of the Quality Standards Subcommittee of the
Framingham, oleh Bachman et al. (1993) menunjukkan bahwa annual America Academy of Neurology. Neur; 2001; (56):1133-42
21. Sokol RJ, Heubi JE, Iannacone ST, Bove KE and Balistreri WF. Vitamin E defi-
rate antar usia dengan kejadian demensia akan berbeda dengan annual ciency with normal serum vitamin E concentrations in children with chronic
rate antar usia dengan kejadian demensia jenis Alzheimer.20 Pada pene- cholestasis. N Engl J Med 1984; 310:1209-12
litian ini pada kelompok MCI didapatkan usia yang lebih tua diban- 22. Ott A, Stolk RP, Harskamp van, Pols HAP, Hofman A and Breteler MMB. Dia-
dingkan dengan kelompok non MCI, dan perbedaan ini secara statis- betes mellitus and the risk of dementia–The Rotterdam Study. Neur 1999;
(53):1937-42
tik bermakna, sehingga apakah gangguan fungsi kognitif yang terjadi 23. Luchsinger JA, Tang MX, Stern Y, Shea S and Mayeux R. Diabetes mellitus and
pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia yang tua pada kelompok risk of Alzheimer’s disease and dementia with stroke in a multiethic cohort.
MCI masih belum dapat dibuktikan. Am J Epidemiol 2001; 154(7):635-41
24. Beckman JA, Creager MA and Libby P. Diabetes and atherosclerosis – epidemi-
Risiko dari arterosklerosis, seperti dislipidemia, diabetes melitus,
ology, pathophysiology, and management. JAMA 2002; 287(19): 2570-81
penggunaan insulin, hipertensi, merokok, faktor risiko lainnya seperti 25. Kanwar Y, Akagi S, Sun L, Nayak B, Xie P, Wada J, et al. Cell biology of diabetic
trauma kepala, alkohol, gagal ginjal kronis, diet tinggi lemak, indeks kidney disease. Nephron Exp Nephrol 2005; 101:e100-110
masa tubuh (IMT), dan penggunaan estrogen merupakan faktor risiko 26. Natarajan R.and Nadler JL. Lipid inflamatory mediator in diabetic vascular dis-
ease. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2004; 24:1542-48
terjadi gangguan kognitif.31 Pada analisis hubungan antara profil lipid, 27. Helmersson J, Vessby B, Larsson A and Basu S. Association of type 2 diabetes
pengontrolan kadar gula darah (HbA1c) dan gula darah puasa sendiri With cyclooxygenase-mediated inflamation and oxidative stress in an elderly
serta IMT, tidak berhubungan dengan gangguan kognitif. population. Circulation 2004; 109:1729-34
28. Farooqui AA and Horrocks LA. Phospholipase A2-generated lipid mediators in
the brain: the good, the bad, and the ugly. Neuroscientist 2006; 12(3):245-
Kesimpulan 60
Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara status vitamin 29. Ortega RM, Roquejo AM, Lopez-Sobaler AM, Andres P, Navia B, Perea JM, et al.
E dan fungsi kognitif pada penderita diabetes. Cognitive function in elderly people is influenced by vitamin E status. J Nutr
2002; 132:2065-8
30. Kritchevsky SB, Shimakawa T, Tell GS, Dennis B, Carpenter M, Eckfeldt JH, et
Daftar Pustaka
al. Dietary antioxidants and carotid artery wall thickness. The ARIC Study.
1. Kalmijn S, Feskens EJ, Launer LJ and Kromhout D. Polyunsaturated fatty acids,
Atherosclerosis Risk in Communities Study. Circulation 1995; 92:2142-50
antioxidants, and cognitive function in very old men. Am. J. Epidemiol. 1997;
31. Shadlen MF and Larson EB. Risk Factors for dementia. Up To Date® , 14.1;
145:33-41
2006
2. Meydani M. Antioxidants and cognitive function. Nutr. Rev. 2001; 59:S7-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


original article
case report

I Made Oka Adnyana


Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Abstrak. Migren merupakan nyeri kepala primer yang cukup sering dijumpai. Serangan migren terkadang sangat menganggu
baik kehidupan sosial maupun ekonomi penderita. Semakin sering terjadi serangan, kehidupan penderita akan semakin ter-
ganggu, sehingga perlu diberikan terapi pencegahan. Beberapa obat yang bisa dipakai untuk pencegahan migren adalah: Ca
blocker (flunarizin, nimodipin), penyekat beta (propanolol, timolol), antidepresan (amitriptilin, nortriptilin, flouxetin), antiepi-
lepsi (asam valproat, gabapentin, topiramat). Artikel ini membahas satu kasus penderita migren yang mengalami perbaikan
setelah diterapi dengan obat antiepilpepsi yaitu asam valproat.
Kata kunci: migren, pencegahan, asam valproat
MEDICINUS

Pendahuluan Adapun prinsip umum terapi pencegahan adalah:


Setiap orang pasti pernah menderita nyeri kepala selama hidupnya, 1. Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan.
14
dan nyeri kepala merupakan kasus yang paling sering berobat ke po- 2. Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan.
liklinik saraf. Kasus migren merupakan kasus kedua terbanyak sete- 3. Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabili-
lah nyeri kepala tipe tegang yang datang berobat ke poliklinik saraf. tas.
Puncak prevalensi migren antara usia 25-55 tahun usia yang dimana
sangat produktif, sehingga serangan migren harus diobati dengan Sedangkan indikasi terapi pencegahan adalah:
sebaik-baiknya.1 1. Serangan berulang dan mengganggu aktivitas.
Migren merupakan gangguan neurobiologik, yang berhubung-an 2. Nyeri kepala sering terjadi (2 kali atau lebih dalam seminggu).
dengan perubahan kepekaan sistem saraf dan aktivasi sistem trigemi- 3. Ada kontraindikasi terhadap terapi akut.
novaskular. Dimana penderita migren lebih peka dari pada orang 4. Kegagalan terapi atau overuse.
tanpa migren. Pada setiap serangan migren di samping mengganggu 5. Efek samping yang berat pada terapi akut.
kehidupan sosial dan ekonomi juga akan mengakibatkan perubahan 6. Biaya untuk terapi akut dan pencegahan.
permanen dari sistem saraf pusat. Beberapa penderita migren de- 7. Keinginan yang diharapkan penderita.
ngan atau tanpa aura menunjukkan bertambahnya risiko lesi sub- 8. Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa, misalnya
klinik pada daerah tertentu. Seperti daerah serebelum dan sirkulasi migren basiler, hemiplegia, aura yang memanjang.
posterior pada penderita dengan migren menunjukkan prevalensi
infark yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (5,4%: 0,7%). Asam Valproat (Antiepilepsi) sebagai Pencegahan Mi-
Risiko tertinggi adalah pada penderita migren dengan aura yang gren
serangannya lebih dari 1 kali/bulan. Pada wanita risiko terjadinya Antiepilepsi sebagai antinyeri telah digunakan sejak tahun 1960.
deep white matter lesion (DWML) lebih besar pada pende-rita migren Beberapa mempunyai efek nyata pada nyeri neuropati, dan disertai
dibandingkan dengan kontrol. Risiko ini bertambah bila serangan bukti efektivitasnya. Saat ini obat antiepilepsi telah banyak digu-
lebih dari dua kali/bulan, akan tetapi risikonya sama pada penderita nakan sebagai pencegahan migren. Obat antiepilepsi yang dipakai
migren dengan atau tanpa aura. Pada laki-laki tidak menunjukkan untuk pencegahan migren adalah golongan valproat (asam/sodium)
perbedaan DWML antara kontrol dan penderita migren. Pada pend- dan topiramat dengan bukti klinis A dan gabapentin dengan bukti
erita migren juga ditemukan adanya akumuluasi ion Fe di daerah peri klinis B.
aquductus gray yaitu area yang memodulasi penghantaran nyeri se- Dalam percobaan telah terbukti selama serangan migren terjadi
cara desenden, dan bila daerah ini mengalami gangguan akibat aku- ketidakseimbangan konsentrasi neuron inhibisi (GABA) dan neuron
mulasi Fe akan mengganggu proses inhibisi penghantaran nyeri.2 eksitasi (glutamat dan aspartat) di dalam plasma. Valproat mening-
katkan konsentrasi GABA di otak dengan jalan menghambat enzim
Pencegahan serangan migren3-5 GABA transaminase dan juga mengaktifkan enzim glutamat dekar-
Mengingat efek perubahan pada susunan saraf pusat akibat serangan boksilase yang akan menurunkan kadar glutamat. Seperti yang telah
migren, maka serangan migren perlu diobati dan yang lebih pen-ting diketahui bahwa saat terjadi serangan migren kadar glutamat me-
adalah mencegah kekambuhan serangan agar jangan sampai beru- ningkat, sesuai dengan teori hipereksitabilitas saat terjadinya sera-
lang. ngan migren. Valproat juga meningkatkan kadar asam homovanilik,

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


untuk antiepilepsi, hasilnya yaitu divalproat mampu menurunkan
Valproat juga meningkatkan frekuensi serangan migren sebanyak 39% jika dibandingkan dengan
plasebo. Penelitian multicenter tentang rentang dosis perlu dilakukan
kadar asam homovanilik, karena dengan dosis rendah mungkin efektif untuk beberapa pasien.
Dengan dosis 500–1500 mg hasilnya lebih superior dari plasebo. Pada
ekepalin yang berfungsi untuk percobaan klinis, efek asam valproat sebagai pencegahan migren tel-
ah diteliti dalam suatu studi randomized double-blind and placebo control
transmisi nyeri di striatum, dimana asam valproat berhasil menurunkan serangan migren seba-
nyak 44%.8
batang otak, hipotalamus dan Preitag dkk (2002) meneliti secara double blind randomized di mana
dosis yang digunakan adalah 500 mg dan dinaikkan secara perlahan
korteks. Efek yang nyata dari sampai dosis 1000 mg per hari dapat mencegah serangan migren se-
banyak 81% dibandingkan dengan plasebo.9
valproat adalah penurunan Pada penelitian oleh Pulley (2005) dengan rancangan double blind
dibandingkan dengan plasebo dengan dosis 400 mg, dapat mencegah
ekstravasasi plasma pada saat serangan migren sebanyak 86,2%.10
Pada penelitian yang dilakukan oleh Modi dkk (2006) dengan
terjadinya inflamasi neurogenik subjek sebanyak 34 pasien ternyata hasilnya sangat efektif untuk
mencegah serangan migren.
pada awal serangan migren Pada suatu penelitian multicenter randomized dan plasebo kontrol
dari divalproat pada penderita migren dengan aura dan migren tan-
dengan jalan interaksi dengan pa aura, dengan dosis titrasi sampai dosis setara dengan antiepilepsi
(500-1000 mg), ternyata asam valproat bisa mencegah serangan mi-
reseptor GABA. Percobaan pada gren sebanyak 39% dibandingkan dengan plasebo.
Pada dosis 500-1500 mg hasilnya lebih bagus dibandingkan de-
binatang, valproat memblok ngan plesebo. Terapi dengan valproat digunakan apabila obat pilihan
pertama untuk pencegahan migren seperti penyekat beta (flunarizin)
c fos expression dan neurogenic tidak efektif atau ada kontraindikasi. Dosis yang digunakan adalah

MEDICINUS
500 mg sebagai dosis awal, dosis bisa dinaikkan tergantung efektivi-
inflamasi. Reseptor GABA juga tas dan efek samping.11

terdapat di nukleus raphe Laporan Kasus


Seorang wanita umur 36 tahun, suku Bali sudah menikah dengan
dorsalis, di mana aktivitasnya 2 anak, datang ke poliklinik rumah sakit Puri Raharja Denpasar,
15
mengeluh nyeri kepala berdenyut di kepala sebelah kiri, intensitas
menurunkan firing rate neuron nyeri sedang sampai berat. Dalam setiap serangan berlangsung 4
jam kadang-kadang lebih dari 1 hari, keluhan semakin berat dengan
serotoninergik yang terlibat adanya aktivitas fisik, seperti berjalan dan naik tangga. Keluhan di-
sertai mual dan muntah. Pada saat serangan penderita merasa tidak
dalam serangan migren. enak bila melihat cahaya. Serangan muncul 2-3 kali/minggu. Kelu-
han sakit seperti ini sudah diderita sejak umur 15 tahun, dan dengan
ekepalin yang berfungsi untuk transmisi nyeri di striatum, batang minum obat yang dibeli di toko obat/warung keluhan nyeri kepala
otak, hipotalamus dan korteks. Efek yang nyata dari valproat adalah bisa hilang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil; kedaan umum
penurunan ekstravasasi plasma saat terjadinya inflamasi neurogenik mengalami nyeri kepala berat. Tanda vital: tekanan darah 130/80
pada awal serangan migren dengan jalan interaksi dengan reseptor mmHg, denyut nadi 80 x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh
GABA. Percobaan pada binatang, valproat memblok c fos expression 36,4°C. Pada pemeriksaan status general dalam batas normal.
dan neurogenic inflamation. Reseptor GABA juga terdapat di nukleus Pada pemeriksaan neurologi: nervus kranialis normal, funduskopi
raphe dorsalis, di mana aktivitasnya menurunkan firing rate neuron se- normal, tanda rangsangan meningen tidak ada, motorik baik, senso-
rotoninergik yang terlibat dalam serangan migren. rik baik, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-. Diagnosis kerja:
Pemberian asam valproat peroral cepat diabsorpsi dan kadar migren tanpa aura.
maksimal dalam serum tercapai setelah 1-3 jam. Dengan masa paruh Penderita diterapi dengan:
8-10 jam, kadar dalam darah stabil dalam 48 jam setelah terapi. Ekre- 1. Analgetik (campuran metampiron 500 mg, klordiazepoksid HCl
si sebagian besar lewat urin. Efek samping yang bisa terjadi adalah 5 mg, vitamin B1, B6, B12 dan kafein anhidrat 50 mg), kalau per-
gangguan saluran cerna (mual, muntah dan anoreksia). Efek samping lu.
pada SSP adalah rasa mengantuk, ataksia, dan tremor.6 2. Flunarizin 5 mg (malam hari) sebagai pencegahan.
Dalam penelitian klinik efek sodium valproat sebagai profilaksis 3. Antimigren (alkoloid beladona, ergotamin tartat 0,3 mg dan feno-
migren diketahui dari suatu percobaan randomized double-blind con- barbital 20 mg), dua kali sehari maksimal 3 hari.
trol placebo dengan menggunakan dosis 800 mg, berhasil menurunkan
frekuensi serangan migren sebanyak 44%, dibandingkan dengan Selama minum obat keluhan berkurang sampai hilang tetapi
plasebo. Pada penelitian lain dengan randomized control trial, dengan begitu obat habis keluhan muncul lagi, sehingga penderita datang
dosis sesuai dosis antiepilepsi (500-1000 mg), ternyata valprota menu- kontrol lagi. Kemudian penderita diminta untuk minum obat antimi-
runkan 43% hari tanpa migren dibandingkan dengan plasebo, tetapi gren 2-3 kali/minggu dan analgetik diminum kalau perlu serta obat
berat dan durasi serangan migren tidak dipengaruhi.7 flunarizin sebagai pencegahan. Keluhan nyeri kepala berkurang se-
Penelitian multicenter randomized, plasebo kontrol studi dari di- hingga penderita bisa beraktivitas lagi. Tetapi keluhan nyeri kepala
valproat pada penderita migren dengan atau tanpa aura. Dosis yang kadang-kadang masih muncul, meskipun penderita sudah minum
digunakan adalah dosis titrasi sampai dosis sesuai dengan dosis obat flunarizin sebagai terapi pencegahan selama 3 bulan, sehingga

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


tangga).
Pemberian asam valproate D. Selama nyeri kepala disertai salah satu gejala di bawah ini:
1. Mual dan atau muntah.
peroral cepat diabsorpsi dan 2. Fotofobia dan fonofobia.
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
kadar maksimal dalam Melihat kasus pada penderita di atas maka penderita cocok deng-
serum tercapai setelah 1-3 jam. an kriteria diagnostik migren tanpa aura, karena nyeri kepala unila-
teral (satu sisi kepala), serangan 4 jam, kadang sampai lebih 1 hari,
Dengan masa paruh 8-10 jam, diperberat oleh aktivitas fisik, mengalami mual dan muntah serta tid-
ak enak melihat cahaya. Pengobatan yang diberikan adalah analgetik,
kadar dalam darah stabil dalam antimigren dan obat untuk pencegahan migren yaitu flunarizin. Sete-
lah diterapi dengan flunarizin selama 2 bulan, serangan migren belum
48 jam setelah terapi. terkontrol, sehingga dilakukan pemeriksaan penunjang (CT scan dan
EEG) untuk mengetahui ada atau tidak kelainan organik penyebab
Ekresinya sebagian besar lewat nyeri kepala. Hasil CT scan kepala dan EEG normal. Dengan demi-
kian kemungkinan penyebab yang berasal organik bisa disingkirkan.
urine. Efek samping yang bisa Pencegahan migren dengan flunarizin efektif setelah diberikan mini-
mal 2 bulan dan hanya mengurangi serangan sebanyak 50%, hal ini
terjadi adalah gangguan salu- mungkin dapat menjelaskan kenapa pada penderita pemberian flu-
narizin kurang memuaskan. Pada penderita ini tidak diberikan terapi
ran cerna (mual, anotreksia dan pencegahan dengan penyekat beta, karena tekanan darah penderita
dalam batas normal, sehingga pada penderita kemudian diberikan
muntah). Efek samping pada SSP asam valproat dengan dosis 2x250 mg. Setelah dievaluasi selama 3
bulan serangan migren pada penderita ini bisa terkontrol.
adalah rasa mengantuk, ataksia
Kesimpulan
dan tremor.6 Migren merupakan nyeri kepala primer yang menempati urutan ke-
MEDICINUS

dua dalam kunjungan ke klinik sefalgia poliklinik saraf. Serangan mi-


penderita disarankan untuk pemeriksaan CT scan kepala dan EEG, gren mengakibatkan efek yang merugikan terhadap pasien, keluarga,
untuk mengetahui apakah ada kelainan organik di intraserebral se- maupun masyarakat, sehingga bila serangannya sering perlu dilaku-
bagai penyebab nyeri kepalanya. Hasil pemeriksaan CT scan kepala kan pencegahan. Salah satu obat yang bisa dipakai untuk pencegahan
dan EEG adalah normal, sehingga kecurigaan kelainan organik se- adalah obat antiepilepsi, karena salah satu teori timbulnya bangkitan
16
bagai penyebab nyeri kepala sudah tersingkirkan. Diagnosis tetap epilepsi dan migren karena ketidakseimbangan neurotransmiter ek-
migren tanpa aura. Kemudian terapi diganti dengan pemberian an- sitasi (glutamat) dan neurotransmiter inhibisi (GABA), di mana pada
algetik, antimigren dan asam valproat sebagai pencegahan. Setelah migren terjadi peningkatan neurotransmiter eksitasi.
diterapi dengan asam valproat sebagai pencegahan keluhan nyeri Pada kasus yang dilaporkan ternyata dengan terapi flunarizin
kepala hilang. Dan setelah 3 bulan ternyata keluhan nyeri kepalanya sebagai pencegahan serangan migren belum terkontrol dan setelah
sudah tidak pernah kambuh lagi. diberikan asam valproat baru penderita bebas dari serangan migren.

Daftar Pustaka
Diskusi 1. Djoenaedi Wijaya. The impact of migraine and the need of prophylactic treat-
Migren adalah gangguan neurobiologik yang berkaitan dengan peru- ment. In: Hassan S, Aldy SR, editor. Buku Proseding Pertemuan Nasional I
bahan kepekaan sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminovaskular. Nyeri Kepala. 7-8 Agustus 2004. Medan.p.21-45
Ciri-cirinya adalah terjadinya serangan sakit kepala dan gejala neu- 2. Welch KM. Brain hyperexcitability: the basis for antiepileptic drug in mi-
graine prevention. Headache 2005; 45 Suppl 1:S25-32
rologik, gastrointestinal dan otonom. 3. Nissan GR, Diamond ML. Advance in migraine treatment. JAOA 2005; 105(4
Migren menurut International Headache Society (IHS) dibagi men- Suppl 2):S9-5
jadi: migren tanpa aura, migren dengan aura, sindrom periodik pada 4. Silberstein SD. Treatmen of migraine. AAN 2004
5. Sun C, Rapoport A. New treatment strategies for migraine prevention. US
anak yang sering menjadi prekursor migren, migren retinal, kompli- Neurological Disease 2006; 18-22
kasi migren dan probable migren. Sedangkan kriteria diagnostik mi- 6. Steiner TJ, Hansen PT. Antiepileptic drugs in migraine prophylaxis. In: Olesen
gren tanpa aura menurut IHS adalah:12 J, Hansen PT, Welch KM, editor. The Headache. 2nd ed. Philadelphia:Lippnicot
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria Williams and Wilkins; 2000.p.483-88
7. Cuter FM, Limmroth V, Moskowitz MA. Possible mechanism of valvroate in
B-D. migraine Prophylaxis. Cephalgia 1997; 17:93-100
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati 8. Spasic M, Zivkovic M, Lukic S. Prophylactic treatment of migraine by val-
atau tidak berhasil diobati). proate. Medicine and Biology 2003; 10(3):106-10
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua di antara karakteristik 9. Freitag FG, Collins SD, Carlson AA, Goldstein J, Saper J, Silberstein SD, et
al. A randomized trial of divalproate sodium extended release tablets in
berikut: migraine prophylaxis. Neurology 2003; 58:1652-9
1. Lokasi unilateral. 10. Pulley MT. Migraine headache. Origins consequences. Diagnosis and treat-
2. Kualitas berdenyut. ment. Northeas Florida Medicine 2005:10-3
11. Modis, Lowder DM. Medications for migraine prophylaxis. Americans Family
3. Intensitas nyeri sedang sampai berat.
Physician 2006; 73:72-80
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita 12. International Headache Society. The International Classification of Headache
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik Disorder, 2nd Edition. Cephalgia 2004; 24 Suppl 1:9-160

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


original article

case report
M. Fadjar Perkasa
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran UNHAS/RS. dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar

Abstrak. Dilaporkan satu kasus timpanoplasti pada seorang anak berumur 9 tahun dengan keluhan keluar cairan dari telinga
kanan berwarna kekuningan sejak 5 tahun lalu, hilang timbul. Telah dilakukan tindakan timpanomastoidektomi tipe 1 dengan
combined approach timpanoplasti pada penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) yang disertai dengan jaringan granu-
lasi.
Pasca operasi, penderita sadar baik dan tidak ditemukan komplikasi saraf fasialis perifer. Pada kasus ini kami menyimpulkan
bahwa hasil operasi memuaskan.

Kata Kunci: OMSK, timpanoplasti

MEDICINUS
Pendahuluan proses menjadi lebih kronis.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah penyakit telinga tengah Faktor-faktor yang menyebabkan penya­kit infeksi telinga tengah 17
dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid di- supuratif menjadi kronis sangat bervariasi, antara lain:
sertai perforasi dari membran timpani yang permanen disertai sekret 1. Gangguan fungsi tuba Eustachius yang kronis akibat:
(otore) yang hilang timbul dengan konsistensi encer atau kental, ben- a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang,
ing atau berupa nanah (mukopurulen) berlangsung lebih dari 2 bulan. b. obstruksi anatomik tuba Eus­tachius parsial atau total.
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = 2. Perforasi membran timpani yang menetap.
benign) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = maligna) sedang ber- 3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik
dasarkan aktivitas sekretnya yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan menetap lainnya pada telinga tengah.
OMSK tenang.1,2 4. Obstruksi menetap terhadap aerasi te­linga tengah atau rongga
Prinsip terapi OMSK adalah konservatif atau dengan medikamen- mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaring­an parut, penebalan
tosa serta operatif/pembedahan. Ada beberapa jenis pembedahan atau mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpano­sklerosis.
teknik operasi yang dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronik 5. Terdapat daerah-daerah dengan se­kuester atau osteomielitis per-
baik tipe aman atau bahaya antara lain (1) mastoidektomi sederhana sisten di mastoid.
(2) mastoidektomi radikal (3) mastoidektomi radikal dengan modifi- 6. Faktor-faktor konstitusi dasar seper­ti alergi, kelemahan umum
kasi (4) miringoplasti (5) timpanoplasti (6) timpanoplasti pendekatan atau per­ubahan mekanisme pertahanan tu­buh.
ganda (combined approach tympanoplasty).2
Tujuan utama dalam timpanoplasti pendekatan ganda (combined OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada
approach tympanoplasty) adalah untuk membersihkan semua jaringan menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan waktu dan stadium
patologis dimana anatomi dari meatus eksternus termasuk sulkus daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidaksera­gaman ini di-
timpani utuh. Kavum mastoid dibuka untuk menghindari sistem sebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan
aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh dengan membersihkan ditambah efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan
penyumbatan antara kavum timpani, antrum dan sistem sel mastoid. jaringan parut. Secara umum gambaran yang ditemu­kan adalah:
Teknik timpanotomi posterior diperkenalkan oleh penciptanya pada 1. Terdapat perforasi membran timpani di bagian sentral.
akhir tahun 1950 di mana hasilnya baik pada tulang temporal. Ini dapat Ukurannya dapat bervaria­si mulai kurang dari 20% luas membran
dilakukan dengan penipisan yang luas pada dinding posterior dalam timpani sampai seluruh membran dan terkenanya bagian-bagian
rongga mastoid sehingga dapat mengevaluasi semua bagian dari te- dari anulus.
linga tengah.3 Dalam proses penyembuhan dapat terjadi pertumbuhan epitel sku-
amosa ke dalam telinga tengah. Pertumbuhan ke dalam ini dapat
Patogenesis OMSK4,5 menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga
Pada saat ini patogenesis otitis media supuratif kronis (OMSK) tetap telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini ke dae-
tidak diketahui. Kemungkinan besar proses primer terjadi pada sistem rah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom
tuba Eustachius, telinga tengah dan sel mastoid. Proses ini khas mem- sekunder. Kadang-kadang terjadi pembentukan membran timpani
punyai ak­tivitas derajat rendah, tidak jelas tampak dan menetap, ber- atrofik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat. Membran ini cepat rusak
akibat hilangnya sebagian membran timpani sehingga memudahkan pada periode infeksi aktif.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


2. Mukosa bervariasi sesuai stadium pe­nyakit. Kontraindikasi3,6,7
Dalam periode tenang, kondisi akan tampak normal kecuali bila in- Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para
feksi telah menye­babkan penebalan atau metaplasia mukosa men- ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali. Pada ke-
jadi epitel transisional. banyakan kasus tumor ganas pada meatus merupakan kontraindikasi.
Selama infeksi aktif, mukosa menjadi te­bal dan hiperemis serta Fistula pada sistem Kanalis semisirkularis harus dipertimbangkan.
menghasilkan sekret mukoid atau mukopurulen. Setelah pengoba-
tan, penebalan mukosa dan sekret mukoid dapat menetap akibat
disfungsi kronik tuba Eustachius. Faktor alergi dapat juga meru­
pakan penyebab terjadinya perubahan mu­kosa menetap. Pada se-
bagian kasus, pene­balan mukosa terjadi karena iritasi fisik akibat
terpaparnya mukosa dengan dunia luar. Penebalan mukosa bisa
menutup seluruh rongga atik dan mastoid, yang mengakibat­kan
terisinya ruangan ini dengan mukus. Dengan berjalannya waktu,
kristal-kris­tal kolesterin terkumpul dalam kantong mukus, mem-
bentuk granuloma kolesterol. Proses ini bersifat iritatif, menghasil-
kan granulasi pada membran mukosa dan infil­trasi sel datia pada
cairan mukus kolesterin. Proses ini juga dapat terlihat dalam te-
linga tengah pada otitis media sekretoria kronik.
Dalam penyembuhan, mukosa dapat me­nunjukan perubahan
menjadi timpanosklerosis, yang terdiri dari formasi lempeng hia-
lin amorf dalam submukosa, dengan ben­tuk bervariasi mulai dari
lapisan tipis sampai ke massa yang tebal. Pada stadium awal, mu-
kosa tampak tebal dan seperti karet. De­ngan berlanjutnya proses
penyembuhan, lempeng ini menjadi kekuningan dengan kon-
sistensi seperti dempul. Suatu saat terjadi penimbunan garam
kalsium, membentuk massa sekeras tulang. Tempat predikleksi
proses ini adalah di daerah anulus membran timpani, khususnya
anterosuperior dan se­keliling tulang-tulang pendengaran. Proses
MEDICINUS

ini menyebabkan fusi atau fiksasi rangkaian tulang pendengaran


yang mengakibatkan tuli berat.
Mukosa juga dapat mengalami pemben­tukan jaringan granulasi
dan/atau polip. Proses ini berhubungan dengan adanya sek­ret
persisten atau infeksi aktif yang berlangsung lama. Pembentu-
18
kan polip biasanya berhubungan dengan adanya epitel skuamo­sa
di telinga tengah. Massa ini dapat muncul keluar lewat perforasi
kecil, menghalangi sebagian drainase dan mengakibatkan pe­nyakit
menjadi persisten.
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung
pada beratnya infeksi sebelumnya.
Biasanya prosesus lo­ngus inkus telah mengalami nekrosis karena Gambar 3. Batas timpanotomi posterior7
penyakit trombotik pada pembuluh darah mukosa yang memper-
darahi inkus ini. Ne­krosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, Laporan Kasus
kecuali kalau terjadi pertumbuhan skuamosa secara sekunder ke Seorang anak berumur 9 tahun datang dengan keluhan keluar cairan
arah dalam sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak. dari telinga kanan yang berwarna kekuningan tidak berbau yang dike-
Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan luhkan sejak umur 4 tahun yang hilang timbul dengan disertai penuru-
oleh ter­bentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan nan pendengaran pada telinga kanan. Riwayat demam (-), otalgia (-),
ikat subepitel. tinitus (-), cephalgia (-), vertigo (-), paresa pada wajah (-).
4. Tulang Mastoid. Keluhan pada hidung dan tenggorokan disangkal.
OMSK paling sering berawal pada masa anak-anak. Pneumatisasi Pemeriksaan fisis
mastoid paling aktif terjadi an­tara 5 - 10 tahun. Bila infeksi kro- Keadaan umum: Baik/ gizi cukup/ kompos mentis
nik terus berlanjut mastoid mengalami proses sklerotik, sehing­ga Otoskopi:
ukuran prosesus mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil Kanan: MAE dalam batas normal, membran timpani perforasi sedang,
dan pneuma­tisasi terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar mukosa kavum timpani hiperemis, sekret (+) mukopurulen, jaringan
antrum. granulasi (-)
Kiri: MAE dalam batas normal, membran timpani utuh, pantulan ca-
Indikasi3 haya (+), sekret (-)
Teknik operasi timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined Rinoskopi: Konka normal, mukosa normal, sekret (-)
approach tympanoplasty) dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya Faringoskopi: T1/T1 tenang, mukosa dorsal faring normal
atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan Pemeriksaan penunjang
operasi adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki Tes garputala: - R + ← W ↑SN
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidectomy radikal (tanpa Tes Audiometri:
meruntuhkan dinding posterior liang telinga) antara lain pada pe- Kanan: Tuli konduktif ringan (38,3 dB)
nyakit kronik telinga tengah, otomastoiditis kronik dengan jaringan Kiri: Pendengaran normal (18 dB)
granulasi atau kolesterol granuloma, tumor pada telinga tengah dan Patch test:
mastoid, otitis media seromucin yang gagal dengan pemasangan pipa Kanan/pendengaran normal (30 dB)
Grommet, dekompresi saraf facialis. Tes fungsi tuba (+)

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Tes fistula: Vertigo (-) nistagmus (-)
Tes keseimbangan:
tes Manns: Tidak ada kelainan
tes Romberg: Tidak ada kelainan
tes Stepping: Tidak ada kelainan
Laboratorium : Dalam batas normal
Foto thoraks: Dalam batas normal
CT scan Mastoid potongan axial:
- tampak perselubungan pada rongga telinga tengah dengan air
cell mastoid kanan berkurang
- osikel telinga kanan intak
- struktur telinga dalam intak
- telinga kiri: struktur telinga dalam, osikel, dan pneumatisasi
mastoid dalam batas normal
Kesan: Otomastoiditis kanan

MEDICINUS
19

- Bebaskan kulit dinding posterior MAE D/ → maleus utuh, mobile


(+), kavum timpani kosong, muara tuba terbuka. Identifikasi Pro-
cessus Brevis Inkus → utuh, mobile(+) → tampak jaringan granulasi
di sekitar inkus yang menutupi additus ad antrum, aerasi tidak ada
→ coba bersihkan jaringan granulasi, aerasi tetap tidak ada.

Diagnosa kerja: Otitis media supuratif kronik dekstra


Tindakan: Timpanomastoidektomi tipe 1 dengan pendekatan ganda
Laporan operasi:
- pasien baring dalam posisi supine di bawah pengaruh anastesi
umum.
- dilakukan insisi retroaurikuler sampai tampak fasia temporalis, la-
pisan fasia temporalis profunda dielevasi dan diambil untuk graft.
- dilakukan insisi “H” pada periosteum kemudian dielevasi.
- identifikasi spine of henle, linea temporalis serta segitiga Mc-ewen.
- pahat korteks mastoid lalu diperdalam dengan bor sampai tampak
antrum→ jaringan granulasi (+) dibersihkan, evaluasi diperluas
sampai epitimpanum→ jaringan granulasi (+) dibersihkan.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


- Pasang drain serta masukkan tampon antibiotik, tutup luka insisi.
- Operasi selesai.

Perawatan hari 1
KU: Baik Instruksi perawatan:
N: 100x/menit, P: 24x/menit, - awasi tanda vital dan perda-
S: 37° C rahan
Perdarahan (-), Parese fasialis - IVFD RL: Dex 5%=1:1=18 tts/
perifer (-) mnt
Cephalgia (+) Vertigo (-) - Inj. Cefotaxime 500 mg/12
MEDICINUS

jam/hari

Mual/muntah (-) - Inj. Dexamethasone 2,5 mg/8


- buat timpanotomi posterior pada ressesus fasialis dengan Diamond jam/hari
Burr → Kanalis fasialis pars mastoid terkikis, saraf facialis terpapar - Inj. Ulsikur 100 mg/8 jam/hari
20
tetapi tetap utuh (tidak putus).
- Inj. Antrain 25 mg/8 jam/hari
- antrum dan kavum timpani sudah terhubung → aerasi baik dan
lancar.
- tandur graft diletakkan secara overlay.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Perawatan hari 3
KU: Baik Instruksi perawatan: OMSK merupakan penyakit
N: 100x/menit, P: 24x/menit,
S: 37°C
- awasi tanda vital dan perda-
rahan
telinga tengah yang sering
Perdarahan (-), Parese facialis - Aff drain, ganti verband ditemukan pada anak-anak dan
perifer(-)
Cephalgia (-) Vertigo (-) - IVFD RL: Dextrosa 5%=
tidak jarang menyebabkan
1:1= 18 tts/mnt
gangguan fungsi pendengaran
Luka insisi baik, tanda infeksi (-) - Inj. Cefotaxime 500 mg/12jam/
hari yang permanen. Pada kasus
- Inj. Dexamethasone 2,5 mg/8
jam/hari OMSK yang tidak berespon
- Inj. Ulsikur 100 mg/8 jam/hari
terhadap pengobatan perlu
- Inj. Antrain 25 mg/8 jam/hari
Perawatan hari ke 5 ditelusuri faktor predisposisi
KU: Baik Instruksi perawatan : yang menyebabkan kekambuhan
N: 100x/menit, P: 24x/menit, - Aff infus, ganti oral
S: 37°C penyakit.
Parese facialis perifer(-) - Ganti verband
Cephalgia (-)
kanalis facialis terpapar, namun saraf facialis tetap utuh, sehingga tidak
Luka insisi baik, tanda infeksi (-) - Cefadroxil tab 3x250 mg perlu dilakukan reanimasi saraf fasialis. Kemudian dilakukan pema-
- Methylprednisolone 3x2 mg sangan graft fascia temporalis profunda secara overlay.
Pasca operasi, penderita sadar baik, komplikasi pasca operasi
- Asam mefenamat 3x250 mg

MEDICINUS
berupa perdarahan, parese saraf fasialis perifer dan vertigo tidak ada,
- Boleh pulang, kontrol di poli terapi antibiotik, analgetik dan antiinflamasi diberikan per injeksi ke-
THT mudian dilanjutkan terapi oral.
Keberhasilan operasi timpanomastoidektomi ditentukan oleh
dua hal utama, yaitu viabilitas dari graft dan perbaikan pendengar-
Diskusi an pasca operasi yang diukur tiga bulan pasca operasi. Pada kasus 21
OMSK merupakan penyakit telinga tengah yang sering ditemukan pada ini kami menyimpulkan bahwa operasi dan perawatan pasca operasi
anak-anak dan tidak jarang menyebabkan gangguan fungsi pendengar- berjalan baik.
an yang permanen. Pada kasus OMSK yang tidak berespon terhadap
pengobatan perlu ditelusuri faktor predisposisi yang menyebabkan Kesimpulan
kekambuhan penyakit, seperti gangguan fungsi tuba yang kronik, per- OMSK merupakan penyakit telinga tengah yang dapat menyebabkan
forasi membran timpani yang menetap, aerasi kavum timpani-kavum komplikasi berupa gangguan fungsi pendengaran yang permanen
mastoid yang menetap akibat jaringan granulasi, kolesteatoma. yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa pen-
Dilaporkan satu kasus, anak laki-laki 9 tahun dengan keluhan otore derita jika perluasan penyakit ke intraranial.
kronik sejak 5 tahun yang lalu, hilang timbul. Penderita mempunyai ri- Pemeriksaan radiologi, foto polos mastoid dan CT-Scan mastoid
wayat berobat sebelumnya, dari anamnesis dan pemeriksaan fisis THT potongan axial pre operasi sangat penting dalam mendeteksi perlu-
tidak ditemukan faktor predisposisi seperti yang disebutkan di atas, asan penyakit dan dalam merencanakan tindakan terbaik yang akan
kecuali terdapatnya perforasi yang menetap. dilakukan untuk kesembuhan penderita.
Pemeriksaan audiometri pure tone, didapatkan telinga kanan tuli Penatalaksanaan pada kasus ini adalah combined approach tympano-
konduktif ringan (38,3 dB) dan kiri normal. Hal ini menunjukkan ter- plasty yang bertujuan untuk eradikasi penyakit dan tetap memperta-
dapat gangguan fungsi konduksi telinga tengah akibat perforasi uku- hankan pendengaran.
ran sedang dan kemungkinan besar rantai ossikula masih utuh. Tidak
ditemukan adanya gangguan keseimbangan, gangguan fungsi tuba Daftar Pustaka
1. Helmi. Otitis media supuratif kronik. Dalam: Helmi, Otitis Media Supura-
dan tes fistula negatif. tif Kronik Pengetahuan Dasar, Terapi Medik, Mastoidektomi, Timpanoplasti.
Pemeriksaan radiologi, foto polos mastoid tampak kesan mas- Jakarta:Balai Penerbit FKUI,2005.p.55-69
toiditis kronik kanan dan CT-scan mastoid potongan axial tampak 2. A Zainul, Djaafar, Helmi. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku Ajar Ilmu
perselubungan pada rongga telinga tengah dengan air cell mastoid Ke-sehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 2007.p.64-77
kanan berkurang tanpa tanda-tanda destruksi tulang di sekitarnya. 3. Jansen CW. Combined approach tympanoplasty. In: Ballantyne JC. Operative
Dari pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan diagnosis penderita Surgery Ear. 4th edition. United Kingdom:Butterworths, 1986.p.91-101
ini adalah OMSK tipe benigna. Oleh karena itu penatalaksanaan ter- 4. Ballenger JJ. Anatomi dan embriologi telinga. Dalam: Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jilid dua, Edisi 13. Jakarta Barat:Binarupa
baik pada kasus ini adalah pembedahan dengan tujuan utama untuk
Aksara,1997.p.101-51
eradikasi penyakit dan sebisa mungkin tetap mempertahankan pen- 5. Ballenger JJ. Penyakit telinga kronis. Dalam: Penyakit Telinga Hidung
dengaran karena ambang pendengarannya tuli konduktif ringan. Tenggorok Kepala dan Leher. Jilid dua, Edisi 13. Jakarta Barat:Binarupa
Durante operationem didapatkan jaringan granulasi pada antrum Aksara,1997.p.392-403.
6. A Zainul, Djaafar, Helmi. Komplikasi otitis media supuratif. Dalam: Buku Ajar
mastoid, meluas ke epitimpanum di sekitar inkus yang menutupi Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ke-6.
aditus ad antrum sehingga aerasi tidak ada. Jaringan granulasi dibersi- Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 2007.p.78-86
hkan namun aerasi tetap tidak ada sehingga diputuskan untuk dilaku- 7. Bennet M, Warren F, Haynes D. Indications and technique in mastoidecto-
kan timpanotomi posterior. Pada saat melakukan prosedur tersebut my.In: Otolaryngologic Clinics of North America. USA:Elsevier Saunders Inc,
2006.p.1095-112

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


medical review

Yaya Rukayadi* dan Jae Kwan Hwang**


* Natural Products and Biomaterials Lab., Department of Biotechnology, College of Engineering,
Yonsei University, Republic of Korea; Biopharmaca Research Center, Bogor Agricultural University, Indonesia
** Natural Products and Biomaterials Lab., Department of Biotechnology, College of Engineering,
Yonsei University, Republic of Korea

Abstract. Quorum sensing (QS) is a process that enables bacteria to communicate using secreted signaling molecules called
autoinducer. This process enables a population of bacteria to regulate gene expression. Link between QS and virulence factors
as well as the formation of biofilms have been established for a number of important pathogenic bacteria, suggesting that
interference with these signaling circuits might be therapeutically useful. There are two broad strategies for the control of
bacterial infection: kill the organism or attenuate its pathogenicity using inhibiting bacterial QS systems. The major concern
MEDICINUS
MEDICINUS

with the first approach is the frequently observed development of resistance to antimicrobial compounds. Hence, the identi-
fication of antagonistic molecules to block QS systems (anti-QS) would be of great interest as therapeutic measures against
bacterial infection; additionally, the combination of anti-QS with traditional antibiotics may reduce either the required dosage
of antibiotics or duration of therapy. The application of anti-QS may potentially be useful in inhibiting the growth or virulence
22 mechanisms of bacteria in different environments. It is important that pharmacist has an awareness and an understanding of
the mechanisms involved in bacterial QS, since strategies targeting QS may offer a means to control the growth of pathogenic
bacteria in new drug (antibiotic) design.

Abstrak. Quorum sensing (QS) merupakan suatu proses yang memungkinkan bakteri dapat berkomunilasi dengan meng-
sekresikan molekul sinyal yang disebut autoinduser. Proses ini memungkinkan suatu populasi bakteri dapat pengatur suatu
ekspresi gen tertentu. Ekspresi faktor-faktor virulen dan pembentukan biofilm pada sejumlah bakteri patogen penting diken-
dalikan oleh proses QS, hal ini mengisyaratkan bahwa campur-tangan pada proses QS sangat berguna pagi pengobatan. Ada
dua strategi utama untuk mengontrol infeksi bakteri yaitu membunuh bakteri itu dan menurunkan derajat patogennya dengan
menggunakan penghambatan QS. Akan tetapi, strategi yang pertama sering kali menimbulkan resistensi bakteri terhadap se-
nyawa antimikroba. Jadi, identifikasi molekul antagonis yang dapat memblokir proses QS (anti-QS) merupakan hal yang sangat
menarik untuk melawan infeksi bakteri. Sebagai tambahan, kombinasi antara anti-QS dengan antibiotik kemungkinan akan
menurunkan dosis dan lama pengobatan. Penggunaan anti-QS diharapkan dapat digunakan untuk penghambatan pertumbu-
han dan mekanisme virulensi pada bakteri di lingkungan yang berbeda. Memahami proses QS dan anti-QS sangat penting bagi
ahli farmasi, sebab dengan memahami pendekatan proses QS dan anti-QS ini akan memberikan peluang dan kerangka kerja
baru untuk mendisain obat baru.

Pendahuluan tersebut berhasil diidentifikasi berupa N-3-oxo-hexanoyl-L-homoserine


Istilah quorum sensing (QS) pertama kali diperkenalkan oleh Profesor lactone pada tahun 1981.4 Selanjutnya pada tahun 1983, gen penyandi
Clay Fuqua pada tahun 1994.1 QS digunakan untuk menjelaskan komu- protein pengatur pengaktivasi transkripsi (protein R) dan penyandi
nikasi di antara sel-sel bakteri. Sebenarnya hal-hal yang berkaitan den- molekul sinyal AI (protein I) berhasil dikloning, gen tersebut disebut
gan QS sudah dilaporkan sebelumnya, misalnya Tomasz and Mosser gen lux, atau luxR-luxI yang menghasilkan protein LuxR-LuxI.5 Pada
(1966) melaporkan bahwa bakteri Gram-positif, Streptococcus pneumo- awal tahun 1990-an, homologi luxR-luxI diteliti pada berbagai jenis
niae, menghasilkan molekul sinyal yang disebut sebagai competence fac- bakteri dan sistem sinyal LuxR-LuxI pada V. fischeri menjadi paradigma
tor, yang merupakan faktor pengendali pengambilan DNA dari alam baru untuk menjelaskan proses komunikasi di antara sel-sel bakteri.
(natural transformation).2 Laporan lain, pada tahun 1970, dilaporkan Sejak tahun 1994, laporan ilmiah tentang QS meningkat tajam, menurut
bahwa proses perpendaran cahaya (luminescence) pada bakteri Gram- data NCBI (National Center for Biotechnology Information) sampai awal
negatif asal laut, Vibrio fischeri, diatur oleh sebuah molekul sinyal yang tahun 2009 terdapat 2074 laporan.
dihasilkannya sendiri yang disebut autoinduser (AI).3 Molekul sinyal QS terjadi pada sejumlah bakteri, bakteri menghasilkan senyawa

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


berberat molekul rendah yang disebut autoinduser (AI) atau pherom- Tabel 2. Spesies bakteri yang mempunyai QS yang diatur oleh LuxS atau AI-2
ones bakteri, senyawa AI-lah yang menjadi sinyal komunikasi pada Spesies Bakteri Aktivitas yang Diatur
bakteri. AI umumnya bersifat khusus untuk spesies bakteri tertentu. Actinobacillus actinomycetemcomitans - Virulensi, penambatan besi
AI tersebut dilepaskan ke luar sel sehingga dapat dikenali oleh sel yang
Borrelia burgdorferi - Ekspresi protein pleiotropik
lainnya yang sama-sama menghasilkan AI. Selama proses tersebut, ter-
jadi akumulasi AI diluar sel dan tentu saja akumulasi AI sejalan dengan Campylobacter jejuni - Motilitas
penambahan densitas atau kerapatan sel bakteri. Bila jumlah selnya te- Clostridium perfringens - Produksi toksin
lah mencapai kepadatan tertentu atau mencapai quorum tertetu, maka
Escherichia coli W3110 - Pembelahan sel, motilitas dan me-
AI akan diserap kembali kedalam sel dan membentuk kompleks den- tabolisma
gan protein pengatur pengaktivasi transkripsi. Kompleks antara AI
Escherichia coli EHEC dan EPEC - Sekresi virulensi tipe III
dengan protein pengatur pengaktivasi transkripsi akan mengaktifkan
tersekspresinya gen-gen penyandi tertentu, misalnya gen penyandi Neisseria meningitides - Infeksi bakterimia
bioluminescence, berbagai enzim, konjugasi, sporulasi, pembentukan Photorhabdus luminescens - Produksi antibiotik (carbapenem)
sel kompeten, pembentukan biofilm, faktor-faktor virulen, antibiotik,
Porphyromonas ginggivalis - Pembentukan biofilm, penambatan
simbiosis, dan lain sebagainya.6,7 Jadi, QS bisa diartikan sebagai suatu heme, produksi protease
pengaturan ekspresi gen atau aktivitas atau tingkah laku atau fenotipik
bakteri yang bergantung kepada jumlah populasi bakteri tersebut dan Salmonella typhi - Pembentukan biofilm
akumulasi AI-nya. Sejumlah aktivitas bakteri yang diatur oleh proses Salmonella typhimurium - Ekspresi transfor ABC
QS disajikan pada Tabel 1.6,7 Shigella flexneri - Transkripsi faktor-faktor yang beraso-
siasi dengan virulensi
Tabel 1. Beberapa contoh aktivitas atau fenotipik bakteri yang diatur oleh QS6,7
Streptococcus mutans - Pembentukan biofilm
Spesies Bakteri Molekul Sinyal atau Gen/Protein Aktivitas/
Streptococcus pneumoniae - Virulensi
Autoinduser (AI) Pengatur Fenotipik
Streptococcus pyogenes - Ekspresi faktor-faktor virulen
Aeromonas C4-HSL ahyI-ahyR/ - Pembentukan
hydrophila AhyI-AhyR biofilms, dan Vibrio cholerae - Ekspresi faktor-faktor virulen
produksi enzim- Vibrio harveyi - Luminescence, produksi protease,
enzim eksopro- sekresi tipe III, morfologi koloni,
tease

MEDICINUS
produksi siderophore
Agrobacterium 3-oxo-C8-HLS traI-traR/TraI- - Konjugasi plas- Vibrio vulnificus - Virulensi
tumefaciens TraR mid Ti
Bacillus subtilis ComX pheromones comX/ComX - Pembentukan
(a modified decapep- kompeten sel, Aktivitas QS pada bakteri sebenarnya merupakan suatu tanggapan
tide) / Competence- sporulasi 23
atau respon bakteri terhadap kondisi lingkungannya yang seringkali
Stimulating Factor (a
pentapeptide)
berubah secara cepat. Respon tersebut sangat diperlukan guna men-
jaga kelestarian bakteri tersebut, atau dengan kata lain supaya bakteri
Burkholderia C8-HSL cepI-R/CepI-R - Produksi tersebut tetap survive. Respon tersebut bisa berupa adaptasi terhadap
cepacia siderophore dan
keberadaan nutrisi, pertahanan melawan mikroorganisme lain yang
eksoprotease
mungkin memiliki kesamaan nutrisi, dan menghindar dari senyawa-
Chromobacterium C6-HSL cviI-cviR/CviI- - Produksi senyawa toksik yang membahayakan bakteri tersebut.8
violacein CviR eksoenzim, HCN,
Meskipun QS juga terjadi pada sel eukariotik seperti Candida al-
violacein
bicans,9 akan tetapi artikel ini hanya membahas QS pada bakteri saja.
Erwinia carotovora 3-oxo-C6-HSL carI-carR/CarI- - Produksi antibi- Bahasan artikel ini terdiri dari: (1) pendahuluan yang membahas ten-
subsps. CarR otik carbapenem
tang sekilas sejarah QS serta pengertian QS sendiri, seperti yang telah
caratovora expI-expR/ dan eksoenzim
ExpI-ExpR
dijelaskan di atas; (2) autoinduser (AI), membahas tentang macam-
macam AI serta sumber dan kegunaannya; (3) mekanisme umum
Pseudomonas Cd-HSL/3-oxo-C12- lasI-lasR/LasI- - Produksi quorum sensing, yang ditekankan hanya pada mekanisme QS yang
aeruginosa HSL LasR eksoenzim, HCN,
melibatkan AI-1 dan AI-2; (4) QS hubungannya dengan patogenisitas
rhlI-rhlI/RhlI- rhamnolipid dan
RhlR pembentukan
bakteri, yang membahas bahwa patogenisitas sejumlah bakteri patogen
biofilms diatur oleh QS; (5) pencegahan QS, yang membahas tentang peluang
penghambatan QS; (6) potensi disain anti-QS, yang membahas tentang
Serratia C4-HSL swrI-swrR/SwrI- - Motilitas swarm-
liquefaciens SwrR ing, produksi
beberapa kemungkinan untuk disain anti-QS sebagai obat baru; dan (7)
eksoprotease penutup, berupa rangkuman dan pandangan tentang potensi Indone-
sia yang memungkinkan sebagai sumber pencarian anti-QS. Selain itu,
Staphylococcus Peptide thiolactones agrBDCA/AgrB- - Produksi ekso-
dalam artikel ini, bahasan QS lebih ditekankan kepada QS hubungan-
aureus DCA toksin, eksoen-
zim, protein A nya dengan infeksi bakteri.
Vibrio fischeri 3-oxo-C6-HSL luxI-luxR/LuxI- - Biolumines-
LuxR cence
Autoinduser (AI)
Autoinduser (AI) merupakan molekul sinyal yang disekresikan, kemu-
Vibrio harveyi 3-hydroxy-C4-HSL luxLM-luxN/ - Biolumines- dian diakumulasikan, selanjutnya diserap kembali dan dikenali oleh
LuxLM-LuxN cence
bakteri pada saat proses QS terjadi. AI dapat dikategorikan menjadi
Yersinia pseudo- 3-oxo-C6-HSL/C8- yesI-yesR/YesI- - Motilitas dan empat yaitu: (i) turunan asam lemak, pada umumnya berupa N-acyl
tuberculosis HSL YesR agregasi homoserine lactones (AHLs), dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif, serta
digunakan untuk komunikasi dalam spesies yang sama (intraspecies
communication among Gram-negative bacteria), AI ini dikenal sebagai
AI-1; (ii) rangkaian asam amino atau peptide pendek atau oligopep-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


tida, dihasilkan oleh bakteri Gram-positif, umumnya digunakan un-
tuk komunikasi dalam spesies yang sama (intraspecies communication,
among Gram-positive bacteria), dan juga dikelompokan ke dalam AI-1;
(iii) furanocyl borate diester, dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif dan
Gram-positif, serta digunakan untuk komunikasi antar spesies (inter-
species communication) baik sesama Gram-negatif atau Gram-positif
atau antara Gram-positif dengan Gram-negatif dan sebaliknya, AI
ini dikelompokan ke dalam AI-2; dan (iv) autoinducer-3 (AI-3), struk-
turnya belum diketahui, digunakan untuk komunikasi silang dengan
epinephrine (suatu sistem sinyal sel-inang mamalia), AI-3 dilaporkan
terdapat pada Eschericia coli O157:H7.10,11,12 Selain itu, ada juga sistem
AI yang lain yang belum jelas struktur dan mekanismenya.7 Sejumlah
contoh AI disajikan pada Gambar 1.13

Gambar 2. Mekanisme QS pada bakteri Gram-negatif6


MEDICINUS

24

Gambar 3. Mekanisme QS pada Vibrio fischeri15

Gambar 1. Beberapa contoh autoinduser (AI) dari beberapa spesies bakteri: (a) be- 2. QS pada bakteri Gram-positif
berapa turunan acyl-homoserine lactone (AHL) dari sejumlah bakteri Gram-negatif; Berbeda dengan bakteri Gram-negatif, bakteri Gram-positif meng-
(b) oligo peptide dari sejumlah bakteri Gram-positif; (c) g-butryolactones dari Strep- gunakan senyawa oligopeptida sebagai sinyal komunikasi.13 Selain
tomyces griseus; dan (d) AI -2 dari Vibrio harveyi dan Salmonella typhymurium13 itu juga melibatkan dua komponen sensor berupa histidin kinase
yang terikat pada membran sel, sensor histidin kinase tersebut ber-
Mekanisme Umum Quorum Sensing fungsi sebagai reseptor.13 Sebagai contoh, QS pada Staphylococcus
Ada tiga komponen penting dalam pengaturan QS pada bakteri yaitu aureus (Gambar 4).13 QS pada S. aureus diatur oleh sinyal komunika-
(i) sintesa molekul sinyal atau sintesa AI, (ii) akumulasi molekul sinyal, si yang disebut autoinducing peptide atau AIP dan dua sensor kinase
dan (iii) pengenalan molekul sinyal.14 berupa protein AgrB dan AgrC, yang masing-masing dikodekan
1. QS pada bakteri Gram-negatif oleh gen agrB dan agrC. Gen argD akan mengekspresikan protein
QS pada bakteri Gram-negatif melibatkan dua komponen gen/ AgrD, protein AgrD ini diekspor keluar membran melalui sensor
protein pengatur yaitu protein R dan protein AI. Molekul sinyal kinase AgrB pada membran, selain itu protein AgrB juga akan me-
atau AI yang diproduksi oleh sel-sel secara individu tidak ber- nambahkan cincin thiolactone pada AgrD dan memodifikasi pro-
pengaruh apa-apa terhadap transkripsi gen target, baru akan tein tersebut sehingga membentuk autoinducing peptide (AIP) yang
berpengaruh jika telah mencapai jumlah minimal tertentu (men- merupakan peptida siklik. Selanjutnya AIP akan dikenali oleh
capai quorum tertentu). Dengan kata lain, jika densitas populasi sensor kinase kedua yaitu AgrC sehingga membentuk kompleks
sel rendah maka konsentrasi AI yang dihasilkan juga rendah, AgrC-AIP. Kompleks AgrC-AIP akan memfasilitasi terjadinya fos-
pada kondisi non-quorum ini konsentrasi AI belum cukup untuk forilasi pada protein AgrA sehingga terbentuk AgrA~P, akibatnya
mengaktifkan protein R, sehingga akan terjadi proses akumulasi AgrA berada dalam keadaan aktif. AgrA~P akan menginduksi
AI yang sejalan dengan penambahan jumlah populasi bakteri. terekspresinya gen regulator RNA yang disebut RNAIII. RNAIII
Akan tetapi jika populasi atau densitas sel telah mencapai jumlah ini akan menekan ekspresi faktor-faktor pelekatan sel dan akan
minimal atau quorum tertentu, maka AI yang dihasilkan juga akan menginduksi ekspresi faktor-faktor sekresi. AgrA~P atau AgrA
cukup untuk mengaktifkan protein R, pada kondisi quorum ini, yang teraktivasi ini juga akan menginduksi ekspresi gen agrBDCA.
AI akan membentuk kompleks dengan protein R, kompleks AI- Proses ini akan meningkatkan jumlah AIP sejalan dengan pertam-
protein R ini akan mengaktifkan terjadi transkripsi dan translasi bahan jumlah sel sehingga membentuk suatu quorum.13
gen pada gen target (Gambar 2).6 Contoh umum QS pada bakteri
Gram-negatif adalah proses bioluminescence pada V. fischeri (Gam-
bar 3).15

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


atau bersamaan, seperti pada V. harveyi dan Bacillus subtilis (Gam-
bar 5).18 Sistem QS yang melibatkan AI-1 dan AI-2 sering di-sebut
juga QS hibrid.

Gambar 4. Mekanisme QS pada bakteri Gram-positif, Staphylococcus au-


reus. P2 dan P3 masing-masing merupakan promotor untuk gen agrBDCA
dan RNAIII13

3 QS yang melibatkan AI-2


QS yang melibatkan AI-1 (AHSL dan oligopeptida) terjadi pada
kebanyakan bakteri yang sama spesiesnya. Akan tetapi AI-1 ti-
dak cukup memadai jika bakteri dalam kondisi multispesies atau
dalam komunitas tertentu yang terdiri dari berbagai spesies yang
berbeda.12 Sejumlah bakteri baik Gram-negatif ataupun Gram-posi-

MEDICINUS
tif, memiliki tambahan sinyal komunikasi lain yaitu AI-2. Berbeda
dengan AI-1 yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar spe- Gambar 5b. QS hibrid pada Bacillus subtilis18
sies yang sama, AI-2 ini berfungsi sebagai alat komunikasi antar
spesies yang berbeda jenis. Bagi bakteri yang hidup dalam suatu QS Hubungannya dengan Patogenisitas Bakteri
komunitas populasi yang beragam, misalnya pada multi-spesies bio- Tabel 1 dan 2 menyajikan sejumlah aktivitas bakteri yang dikendalikan
films, AI-2 tidak hanya berguna untuk merespon akibat perubahan oleh sistem QS. Dari Tabel tersebut bisa dilihat bahwa sejumlah proses 25
jumlah densitas pada spesies yang sama, akan tetapi juga dapat di- patogenitas bakteri patogen manusia dikendalikan oleh QS, misalnya
gunakan untuk merespon jumlah densitas spesies lain yang hadir ekspresi gen-gen yang terlibat dalam virulensi, pembentukan biofilm,
dalam komunitas tersebut.16 serta resistensi terhadap suatu antimikroba. Jadi jelas terjadi hubungan
kuat antara QS dengan terjadinya penyakit infeksi bakteri.
Salah satu yang paling populer adalah patogenisitas pada Pseu-
domonas aeruginosa penyebab cystic fibrosis.19 QS pada P. aeruginosa diken-
dalikan oleh dua AI-1 yaitu N-(3-oxododecanoyl)-L-homoserine lactone
(OdDHL) yang mengatur ekspresi elaste, eksotoksin A, protein LasA,
protease alkalin, neuraminidase, serta sekresi protein dan kedua adalah
N-butanoyl-L-homoserine lactone (BHL) yang mengatur ekspresi protease
alkalin, elastase, haemolysin, pyocyanin, cyanida (HCN), aktivitas staphylo-
lytic, lectins, chitinase serta sekresi protein, kesemuanya itu merupakan
faktor virulensi yang terlibat dalam patogenisitas P. aeruginosa.20
Biofilm merupakan sebuah komunitas mikroorganisme baik se-
jenis ataupun berlainan jenis yang menempel pada suatu permukaan.
Biofilm menyebabkan lebih dari 80% penyakit infeksi dan lebih kurang
dari 65% infeksi nosokomial disebabkan oleh mikroorganisme yang
berkembang dalam biofilm.21,22 Sejumlah penyakit infeksi yang dise-
babkan atau dipengaruhi oleh pembentukan biofilm adalah plak gigi
dan dental caries, periodontitis, cystic fibrosis pneumonia, infective endocar-
ditis, muscle skeletal infections, necrotizing fasciitis, osteomielitis, meloido-
sis, infectious kidney stones, bacterial endocarditis, airway infections, otitis
Gambar 5a. QS hibrid pada Vibrio harveyi8 media, biliary tract infections, chronic bacterial prostatitis dan infeksi yang
disebabkan karena adanya kontak dengan alat-alat kesehatan seperti
Pada V. harveyi, sintesa AI-2 tergantung kepada sintesa protein LuxS intravenous catheters, artificial joints dan contact lenses. Penelitian selan-
yang disandikan oleh gen luxS. Homologi gen luxS terdapat pada jutnya, dilaporkan bahwa hampir semua biofilm bakteri dikendalikan
berbagai bakteri Gram-negatif ataupun Gram-positif (Tabel 2).17 oleh sistem QS dan berhubungan dengan terjadinya penyakit infeksi.23
Artinya bakteri-bakteri yang terdapat pada Tabel 2 tersebut dapat
berkomunikasi dengan spesies lainnya dengan menggunakan AI-2 Pencegahan Quorum Sensing (QS)
sebagai sinyal komunikasinya, sehingga AI-2 ini disebut juga se- Pada umumnya orang dapat menggunakan antibiotik untuk mengen-
bagai “bahasa umum” atau “bahasa universal” pada bakteri. Pada dalikan penyakit infeksi bakteri. Akan tetapi, seringkali menyebabkan
kenyataannya, sering kali bakteri melakukan QS secara berseri atau resistensi pada bakteri tersebut, apalagi kalau patogen itu membentuk
secara paralel yang melibatkan AI-1 dan AI-2 secara bergantian biofilm yang sukar ditembus oleh antibiotik karena terlindungi oleh

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


extracellular polymeric
Dengan memahami substance (EPS). Deng-
an memahami proses
proses QS, maka kita QS, maka kita dapat
mengembangkan cara
dapat mengembangkan pengendalian bakteri
yang tidak selalu ber-
cara pengendalian basis antibiotik, yaitu
dengan cara pendeka-
bakteri yang tidak selalu tan pencegahan QS.
Sebenarnya bakteri
berbasis antibiotik, yaitu patogen tidak meng-
hasilkan faktor-faktor
dengan cara pendekatan virulen yang pada
gilirannya tidak me-
pencegahan QS. nimbulkan infeksi,
jika bakteri patogen
itu populasi atau Gambar 6b. Skema umum pencegahan QS kompetisi
densitasnya tidak mencapai quorum tertentu. Dengan demikian, pence-
gahan QS berarti juga mencegah bakteri berkumpul atau ber-quorum,
artinya kita tidak berusaha memberantas atau membunuh bakteri itu
selama bakteri itu hidup berdampingan tanpa menimbulkan penyakit.
Pencegahan QS ditujukan untuk merusak sistem komunikasi bakteri
sehingga massa bakteri tidak berkumpul. Dengan mencegah bakteri
untuk tidak berkumpul diharapkan faktor-faktor virulensi pada bakteri
tidak terekspresi, atau paling tidak kita berusaha menurunkan derajat
virulensi suatu patogen sehingga tidak menimbulkan infeksi atau pen-
yakit.
MEDICINUS

Pencegahan QS dapat dilakukan dengan cara penggunaan sen-


yawa atau molekul tertentu yang dapat mencegah terjadinya QS atau
merusak QS yang sudah terjadi. Senyawa atau molekul yang bisa
memblok atau merusak sistem QS disebut anti-QS. Sejumlah senyawa
anti-QS telah banyak dilaporkan baik yang diisolasi dari alam atau-
26
pun yang dibuat secara sintetis, misalnya senyawa sintetis analog dari
AI dan furanone yang diisolasi dari alga merah (Delisea pulchra).24,25 Ar-
tikel terbaru dan relatif lengkap tentang sejumlah senyawa yang dapat
menghambat atau bersifat antagonistik terhadap QS dilaporkan oleh Gambar 6c. Skema umum pencegahan QS antagonis
Ni et al.26
Senyawa anti-QS dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) se- Gambar 6 (a) senyawa AI didegradasi oleh senyawa degradator
nyawa pendegradasi atau degradator, adalah golongan senyawa-se- (misalnya enzim laktonase), akibatnya tidak terjadi kompleks AI-
nyawa yang dapat mendegradasi AI atau komponen pengatur QS lain- LuxR, sehingga tidak terjadi transkripsi gen target. Pada Gambar
nya, golongan ini biasanya adalah enzim, misalnya enzim laktonase 6 (b), senyawa kompetitor akan bersaing dengan AI untuk mem-
yang bisa mendegradasi sennyawa AHL; (2) senyawa antagonis; dan bentuk kompleks AI-LuxR, jika senyawa kompetitor atau senyawa
(3) senyawa kompetitor, adalah senyawa-senyawa yang dapat berkom- analog AI menang maka akan terjadi kompleks analog AI-LuxR,
petisi dengan AI membentuk kompleks dengan protein R atau LuxR, akan tetapi kompleks ini tidak dikenali oleh gen target akibatnya
senyawa analog AI termasuk ke dalam kelompok ini. Skema umum tidak terjadi transkripsi gen target. Sedangkan pada Gambar 6 (c),
mekanisme pencegahan QS oleh anti-QS disajikan pada Gambar 6. senyawa antagonis, senyawa antagonis akan mengkelat senyawa
AI sehingga AI tidak dikenali lagi oleh protein LuxR, atau jika
senyawa antagonis berikatan dengan protein LuxR akan mengaki-
batkan melawan kerja LuxR secara berlawanan atau antagonistik,
akibatnya kompleks senyawa antagonis dengan LuxR tidak dapat
menempel pada gen target yang pada akhirnya tidak terjadi tran-
skripsi pada gen target tersebut.

Potensi Disain Anti-QS


Fenomena QS yang sangat erat hubungannya dengan terjadinya
penyakit infeksi bakteri ditambah dengan semakin meningkatnya
masalah resistensi pada sejumlah bakteri patogen, memberikan
kerangka kerja baru bagi para ahli yang bergerak dalam bidang
pencarian dan pembuatan obat baru. Gambar 7 merupakan con-
toh target yang berpotensi untuk disain pencarian atau pembuatan
anti-QS untuk obat.27 Sebenarnya, disain anti-QS bisa dimulai dari
tahapan sintesa AI, kita bisa melalukan penghambatan langsung
pada sintesa AHL atau AIP atau AI-2 misalnya dengan mendisain
senyawa yang dapat menghambat penggabungan asam lemak den-
Gambar 6a. Skema umum pencegahan QS degradasi senyawa AI gan acyl-ACP (acyl carrier protein). Bisa juga dilakukan pada tahap

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


transfer AI keluar membran dengan cara memblokir AI supaya tidak tuk anti-QS. Dengan bahasan artikel ini diharapkan dapat mendorong
dapat disekresikan ke luar membran. Tentu saja masih banyak potensi- peneliti dan perusahaan farmasi Indonesia untuk turut serta dalam
potensi lain yang bisa jadi bahan pemikiran bagi para ahli untuk mend- pencarian senyawa biologis untuk anti-QS dari bahan alam asli Indo-
isain anti-QS untuk kepentingan pencegahan penyakit dan pengobatan nesia.
penyakit. Secara umum disain obat baru untuk pencegahan penyakit
yang disebabkan oleh aktivitas QS dapat dilakukan dengan memper- Daftar Pustaka
1. Fuqua WC, Winans SC, Greenberg EP. Quorum sensing in bacteria-the LuxR-
hatikan ligan-ligan dan reseptor-reseptor yang terlibat dalam QS itu LuxI family of cell density-responsive transcriptional regulators. J Bacteriol
sendiri.28 1994; 176(2):269-75
Pencarian dan modifikasi anti-QS dari bahan alampun semakin 2. Thomasz A, Mosser JL. On the nature of the pneumococcal activator sub-
banyak dilakukan. Senyawa furanone yang dilaporkan mempunyai stance. Proc Natl Acad Sci USA 1966; 55:625-32
3. Nealson KH, Platt T, Hasting JW. Cellular control of the synthesis and activity
aktivitas anti-QS dan diisolasi dari alga merah (D. pulchra),25 ternya- of the bacterial luminescent system. J Bacteriol 1970; 104(1):313-22
ta toksik terhadap manusia, hal ini mendorong sejumlah ahli untuk 4. Eberhard A, Burlingame AL, Kenyon GL, et al. Structural identification of au-
mencari senyawa anti-QS dari bahan-bahan alam yang aman dikon- toinducer of Photobacterium fischeri luciferase. Biochemistry 1981; 20:2444-
9
sumsi. Sejumlah ekstrak tanaman telah dilaporkan dapat menghambat
5. Engebrecht J, Nealson K, Silverman M. Bacterial bioluminescence: isolation
QS. Penulis telah melaporkan bahwa extract vanila dan vanillin yang and genetic analysis of functions from Vibrio fischeri. Cell 1983; 32:773-81
merupakan senyawa yang diisolasi dari ekstrak vanilla ternyata bisa 6. de Kievit TR, Iglewski BH. Bacterium quorum sensing in pathogenic relation-
menghambat QS pada Chromobacterium violacein dan menghambat ships. Infect Immun 2000; 68(9):4839–49
7. Swift S, Downie JA, Whitehead NA, Barnard AML, Salmon GPC, Williams P.
produksi faktor-faktor virulensi yang dikendalikan oleh QS pada Pseu- Quorum sensing as a population-density-dependent determinant of bacterial
domonas aeruginosa.29,30 physiology. Adv Microb Physiol 2001; 45:199–270
8. Miller MB, Bassler BL. Quorum sensing in bacteria. Annu Rev Microbiol 2001;
55:165-99
9. Kruppa M. Quorum sensing and Candida albicans. Mycoses 2009; 52(1):1-10
10. Whitehead PM, Barnard AML, Slater H, Simpson NJL, Salmond GPC. Quorum-
sensing in gram-negative bacteria. FEMS Microbiol Rev 2001; 25:365-404
11. Sperandio V, Torres AG, Giron JA, Kaper JB. Bacteria-host communications: the
language of hormones. Proc Natl Acad Sci USA 2003; 100:8951-6
12. Schauder S, Bassler BL. The languages of bacteria. Genes Dev 2001; 15:1468-
80
13. Waters CM, Bassler BL. Quorum sensing: cell-to-cell communication in bacte-
ria. Annu Rev Cell Dev Biol 2005; 21:319-46

MEDICINUS
14. Leonard BA, Podbielski A. Emerging density dependent control system in
gram-positive cocci. In: Dunny GM, Winans SC, editors. Cell-cell signaling in
bacteria. Washington, D.C: ASM Press; 1999.p.315-31
15. Brenner K, Haseltine E, Tracewell C. Genetic circuits and synthetic ecosystems:
Quorum sensing and genetic circuit design [on line] [cited 2009 Jan 29] 1(1):
[2 screens]. Available from: http://www.che.caltech.edu/groups/fha/quorum.
html 27
16. Taga ME, Semmelhack JL, Bassler BL. The LuxS-dependent autoinducer AI-2
controls the expression of an ABC transforter that functions in AI-2 uptake in
Salmonella typhimurium. Mol Microbiol 2001; 42:777-93
17. Federle MJ, Bassler BL. Interspecies communication in bacteria. J Clin Invest
2003; 112:1291–9
18. Henke JM, Bassler BL. Bacterial social engagements. TREND Cell Biol 2004;
16(11):649-56
19. Geisenberger O, Givskov M, Riedel K, HÖiby N, Tummler B, Eberl L. Production
Gambar 7. Target yang berpotensi untuk pencegahan QS27
of N-acyl-L-homoserine lactones by P. aeruginosa isolates from chronic lung
infection associated with cystic fibrosis. FEMS Microbiol Lett 2000; 184:273-
Kesimpulan 8
20. Finch RG, Pritchard DI, Bycroft BW, Williams P, Stewart GSAB. Quorum sens-
Pengetahuan baru tentang QS memberikan strategi alternatif dalam
ing: a novel target for anti-infective therapy. J Antimicrob Chemother 1998;
usaha manusia untuk mengendalikan bakteri patogen, baik itu patogen 42:569-71
pada manusia, hewan, dan tanaman. Sejumlah ahli dari berbagai labo- 21. Schachter B. Slimy business—the biotechnology of biofilms. Nat Biotechnol
ratorium, baik di universitas-universitas maupun di lembaga-lembaga 2003; 21:361-5
22. Douglas LJ. Medical importance of biofilms in Candida infections. Rev Iberoam.
penelitian lainnya, banyak melakukan penelitian QS yang ditekankan Micol 2002; 19(3):139-43
pada pencarian senyawa baru yang dapat digunakan sebagai anti-QS 23. Rice D, McDougald D, Kumar N, Kjelleberg S. The use of quroum-sensing
selanjutnya diharapkan untuk dapat digunakan sebagai obat baru. blockers as therapeutic agents for the control of biofilm-associated infections.
Banyak perusahaan farmasi di luar negri, mengalokasikan sejumlah Curr Opin Investig Drugs 2005; 6(2):178-84
24. Smith KM, Bu Y, Suga H. Induction and inhibition of Pseudomonas aeruginosa
dana untuk secara khusus meneliti QS ini dengan harapan dapat dipe- quroum sensing by synthetic autoinducer analogs. Chem Biol 2003; 10:81-9
roleh bahan pengendali bakteri yang baru (anti-QS). Sejumlah kan- 25. Hentzer M, Wu H, Andersen JB, Riedel K, Rasmussen TB, Bagge N, et al. At-
didat senyawa anti-QS sudah banyak dilaporkan, akan tetapi baru tenuation of Pseudomonas aeruginosa virulence by quorum sensing inhibi-
sebatas skala laboratorium. Sejauh pengetahuan penulis, sampai saat tors. The EMBO J 2003; 22(15):3803-15
26. Ni N, Li M, Wang J, Wang B. Inhibitors and antagonists of bacterial quorum
ini, belum ada senyawa anti-QS yang benar-benar telah dikomersial- sensing. Med Res Rev 2009; 29(1):65-124
kan dan aman digunakan oleh manusia seperti halnya obat antibiotik 27. Whitehead NA, Welch M, Salmond GPC. Transgenic plants expressing an en-
umum yang ada dipasaran. zyme that degrades microbial signaling molecules show promise in control-
ling damage caused by bacterial infection. Nat Biotechnol 2001; 19:735-6
Sejalan dengan itu, dengan dikumandangkannya slogan kembali ke
28. Raffa RB, Iannuzzo JR, Leine DR, Saeid KK, Schwartz RC, Sucic NT, et al. Bac-
alam (back to nature) dan menghindari efek samping kurang baik dari terial communicarion (“quorum sensing”) via ligands and receptors: a novel
penggunakan bahan-bahan kimia. Pencarian senyawa anti-QS juga di- pharmacologic target for the design of antibiotic drugs. J Pharmacol Exp Ther
arahkan ke bahan alam (senyawa biologis), baik bahan alam asal darat 2005; 312(2):417-423
29. Choo JH, Rukayadi Y, Hwang JK. Inhibition of bacterial quorum sensing by
(terestrial) atau darat maupun bahan alam asal laut (marine). Indonesia vanilla extract. Lett Appl Microbiol 2006; 42:637-41
sebagai salah satu megabiodiversitas dunia mempunyai banyak kes- 30. Rukayadi Y, Choo JH, Hwang JK. Vanillin inhibits quorum sensing - regulated
empatan untuk berpartisipasi dalam pencarian senyawa biologis un- virulence factors production of Pseudomonas aeruginosa. Curr Microbiol (In
press)

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


medical review

Kartika Widayati Taroeno-Hariadi


SubBagian Hematologi dan Onkologi Medik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta
SMF Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Abstrak. Gap junction intercellular communication (GJIC) berperan dalam pertukaran metabolit dan ion antar sel. Berbagai
zat kimia dapat mempengaruhi pembentukan GJIC di membran dan menyebabkan perubahan komunikasi interseluler se-
hingga Ion, metabolit, dan zat-zat pengatur tidak dihantarkan secara normal pada jaringan akibatnya terjadi gangguan pada
integritas organ. Berbagai promoter tumor mengganggu GJIC. Fokus tumor akan mengalami gangguan komunikasi dengan
sel-sel normal di sekitarnya, sehingga tidak bisa diatur dan terisolasi dari sel-sel normal di sekitarnya. Pada berbagai penelitian
didapatkan penurunan GJIC pada tumor yang sedang berkembang. Peran GJIC pada lesi metastasis masih kontroversial.GJIC
dibutuhkan oleh tumor metastasis untuk berkomunikasi dan bermetastasis pada tempat baru. Transfeksi GJIC secara spesifik
diharapkan mampu menekan pertumbuhan tumor.
MEDICINUS

Pendahuluan akan melekat membentuk channel (saluran). Channel ini bisa membuka
Sel secara individual memiliki perlengkapan untuk dapat berfungsi menutup dengan cara merapatkan connexin pada tiap connexon.6
mandiri, namun hidup dan perilaku sel tersebut tergantung pada sel- Connexin memiliki untaian tetap dan untaian variabel. Letak con-
sel dan kondisi di sekitarnya. Dengan kata lain homeostatis dan kelang- nexin ini pada membran dijelaskan sebagai berikut: akhiran amino dan
sungan keutuhan seluler tergantung pada hubungan interseluler.1 karboksi terdapat pada sitoplasma, dan protein melekuk 2 kali pada
28
66 Tidak seperti sel normal, sel kanker memiliki perangai yang ber- membran memberikan gambaran seperti huruf M, dengan 2 regio eks-
beda dari sel-sel di sekitarnya dan tumbuh di luar kendali homeostasis traseluler dan 3 regio sitoplasma.
normal. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan komunikasi in-
terseluler yang memelihara homeostasis normal terganggu pada ber-
bagai tahap karsinogenesis sehingga dihipotesiskan bahwa komunikasi
interseluler kemungkinan berfungsi sebagai elemen penekan pertum-
buhan tumor.1
Ada 2 macam cara sel-sel melakukan komunikasi. Pertama, komu-
nikasi melalui faktor pertumbuhan atau hormon ekstraseluler. Kedua,
melalui kontak sel. Berbeda dengan komunikasi interseluler melalui
hormon atau faktor pertumbuhan yang secara teknik mudah diiden-
tifikasi, komunikasi interseluler melalui cara kontak sel sukar dii-
dentifikasi apa yang dikomunikasikan dan efek komunikasi tersebut.
Dengan kemajuan di bidang biologi molekuler melalui kloning cDNA
yang mengodekan aparatus komunikasi tersebut, dapatlah diketahui
peranan komunikasi interseluler melalui kontak sel. Salah satu elemen
terpenting pada kontak sel adalah gap junction intercellular communica-
tion (GJIC).1,2
Tulisan ini dibuat untuk membantu memahami peranan GJIC
dalam memelihara homeostasis dan pertumbuhan sel, konsekuensi
adanya gangguan GJIC, peranan GJIC pada proses karsinogenesis, dan
aplikasi pengetahuan ini terhadap perkembangan terapi kanker.

Komunikasi Interseluler melalui GJIC


Antar satu sel dengan sel terdekat terdapat suatu saluran yang
memungkinkan terjadi kontak langsung dan transfer ion, metabo-
lit, molekul seperti: kalium, cAMP, inositol triphosphate, calcium, yang Gambar 1. Skema GJIC pada membran lipid bilayer dan topologi connexin1
disebut GJIC.1,3-5 GJIC mampu menghantarkan molekul bila memiliki
ukuran <1000 dalton.1 Pada jaringan yang berbeda, struktur penyusun GJIC dapat ditemukan pada semua jaringan tubuh kecuali pembu-
GJIC juga tidak sama. Meskipun strukturnya berbeda, pada umumnya luh darah dan otot skelet. Beberapa connexin menunjukkan spesifisi-
GJIC terdiri dari 6 subunit (hexamer) protein connexin yang membentuk tas ekspresi pada jaringan tertentu, namun juga sebaliknya beberapa
satu hemichannel (connexon) pada tiap sisi membran sitoplasma. Con- jaringan dan sel-sel penyusunnya juga bisa mengekspresikan berbagai
nexon (hemichannel) dari masing-masing sitoplasma yang berdekatan connexin yang berbeda.1,2

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Tabel 1. Ekspresi gena connexin2 ting untuk keutuhan dan fungsi GJIC. Sebagai contoh sel-sel dengan
Connexin Klas Jaringan Tipe Sel Cx43 yang gagal mencapai membran plasma merupakan sel dengan
defisiensi komunikasi. Namun bila ditransfeksikan LCAM akan terjadi
Cx26 β hepar, ginjal, lien, testes, paru, hepatosit, neuron, kerati-
translokasi Cx43 dari sitoplasma menuju membran plasma. Dengan
lambung, otak, pankreas, kulit, nosit, pinealosit
demikian meskipun protein GJIC tetap ada pada berbagai jenis tumor
kelenjar pineal
namun tidak diproses dengan benar dan tidak ditransportasikan untuk
Cx30.3 β kulit
membentuk GJIC.2
Cx31 β kulit, testes keratinosit
Hemichannel biasanya dalam keadaan tertutup dan pada saat ter-
Cx31.1 β epitel skuamosa terstratifikasi, keratinosit
buka berfungsi sebagai saluran untuk melepas molekul pemberi sinyal
kulit, testes
parakrin seperti ATP, glutamat, NAD+, dan prostaglandin. Hemichan-
Cx32 β hepar, otak, ginjal, lien, uterus, hepatosit, oligodendrosit,
nel menutup pada konsentrasi mikromolar fisiologis kalsium ekstrase-
testes, paru, lambung, usus neuron, sel epitel tiroid, sel
luler. Saluran akan membuka bila terjadi penurunan kadar kalsium
halus Schwann
ekstraseluler, depolarisasi membran yang kuat, stimulasi mekanik,
Cx33 α testes sel Sertoli
ekstraseluler UTP, penghambatan metabolik, infeksi shigela, dan pe-
Cx37 α vaskuler, jantung, otak, lam- sel endotel, miosit, kerati-
ningkatan kalsium sitoplasma. Beberapa kinase dan asam arakidonat
bung, usus halus, lien, ginjal, nosit
diketahui mampu memodulasi GJIC.6
uterus, ovarium, paru, kulit
GJIC didegradasi secara cepat dengan waktu paruh 1-3 jam. Con-
Cx40 α vaskuler, jantung, ginjal, sel endotel, serabut
nexin akan mengalami proteolisis yang diperantarai oleh ubiquitin pro-
uterus, ovarium, paru, usus Purkinje
teasomal pathway.
halus
Susunan connexon ditentukan oleh protein connexin. Connexon homo-
Cx43 α jantung, otak, otot polos, miosit, otot polos, astrosit,
meric adalah connexon yang tersusun oleh protein connexin yang sama
ginjal, uterus, ovarium, testes, sel endotel fibroblas, ke-
dan connexon heteromeric adalah connexon yang tersusun oleh connexin
paru, lambung, usus halus, ratinosit, sel ependima
yang berbeda. Connexon heteromeric terbentuk akibat mutasi dominan
kulit, lensa, kornea, tulang, sel Leydig, makrofag, os-
negatif. Connexon homomeric bisa mengadakan ikatan dengan connexon
plasenta teosit, sel B pankreas, sel
yang berbeda pada sel yang berbeda (ikatan heterotypic). Dengan demi-
folikuler dan epitel tiroid,
kian sekarang sudah jelas dibuktikan bahwa interaksi antar connexon
sel trofoblas
ditentukan oleh protein connexin yang terlibat. Connexin tertentu dapat
Cx45 α paru, jantung, otak, ginjal,
membentuk saluran fungsional dengan beberapa connexin dan tidak

MEDICINUS
usus halus
dengan connexin yang lainnya.2,9
Cx46 α lensa, hati, ginjal, saraf perifer serabut lensa, sel
Schwann
GJIC dan Karsinogenesis
Cx50 α lensa, kornea, jantung serabut lensa, sel-sel
Pertumbuhan sel yang tidak teratur merupakan ciri khas tumor, se-
epitel, katup AV
hingga tidak mengejutkan bahwa sel-sel kanker menunjukkan adanya
29
GJIC yang abnormal. GJIC abnormal terjadi pada GJIC homolog dan
Penyusunan connexon dan gap junction dimulai dengan sel kontak GJIC heterolog.10
melalui cellular adhesion molecules (CAMs). Kontak suatu sel dengan sel GJIC homolog melakukan komunikasi antar sel yang serupa.2 Pada
lain memerlukan suatu adhesion molecule (molekul pelekat). Terdapat sel-sel tumor GJIC tipe ini sering terganggu namun ada juga beberapa
korelasi antara ekspresi CAMs dan protein gap junctions. Adanya adhe- tumor yang mempertahankan kadar GJIC homolog yang sama seperti
sion molecule menginduksi ekspresi GJIC, dengan asumsi bahwa kon- sel-sel normal. Hilangnya GJIC tipe homolog di antara sel-sel kanker
tak interseluler menginduksi terbentuknya saluran gap junction. Tran- itu sendiri akan
feksi E-cadherin pada sel line dengan defisiensi komunikasi dan tidak meningkatkan
mengekspresikan CAMs akan berakibat induksi GJIC pada klonal Fosforilasi protein gap heterogenitas
yang mengekspresikan E-cadherin.2,7 Transfeksi LCAM pada sel yang sehingga sel-sel
tidak mampu berkomunikasi akan menginduksi ekspresi GJIC disertai junction memegang peran dengan fenotipe
fosforilasi connexin endogen Cx43 dari sitoplasma menuju membran paling ganas yang
plasma. Fosforilasi connexin ini memegang peranan penting dalam penting dalam membentuk akan mendomi-
ekspresi GJIC. Masing-masing untai connexin memiliki pola fosforilasi nasi populasi.
tertentu sehingga memiliki regulasi ekspresi dan fungsi yang berbeda. gap junction yang dapat GJIC hete-
rolog terganggu
Cx32 mengalami fosforilasi oleh cAMP, protein kinase C (PKC) dan
Ca2+/calmodulin dependent protein kinase II, sementara Cx43 hanya di-
berfungsi baik. Sebagian pada beberapa tu-
mor berdasarkan
fosforilasi oleh PKC dan mitogen-activated protein kinase. Abnormalitas
pada proses fosforilasi connexin ini ternyata akan menyebabkan ken-
besar connexin mengalami bukti bahwa sel-
sel tumor tidak
dali pertumbuhan sel menjadi berubah.
Fosforilasi protein gap junction memegang peran penting dalam
fosforilasi in vivo berkomunikasi
membentuk gap junction yang dapat berfungsi baik. Sebagian besar
connexin mengalami fosforilasi in vivo terutama pada residu seri-
terutama pada residu dengan sel-sel
normal di seki-
ne, residu threonine, dan residu tyrosine yang terletak pada akhiran
karboksil (Carboxyl-terminal=CT). Fosforilasi ini dibutuhkan untuk
serine, residu threonine, dan tarnya. Sel kanker
memerlukan per-
menyusun dan memfungsikan GJIC.6 Faktor pertumbuhan, kinase
protein onkogen, hormon, dan mediator inflamasi berperan pada GJIC
residu tyrosine yang tumbuhan tanpa
gangguan dari
melalui proses fosforilasi domain protein CT (asam amino 236-382).
Beberapa kinase yang mempengaruhi GJIC berhasil diidentifikasi ter-
terletak pada akhiran sel-sel normal di
sekitarnya karena
masuk Protein Kinase C (PKC) (Ser 368 and Ser 372), mitogen-activated
protein kinases (MAPKs) (Ser 255, Ser 279, and Ser 282), cdc2/cyclinB
karboksil (Carboxyl- itu dibutuhkan
penghambatan
(Ser 255), dan casein kinase I (Ser 325, Ser 328, dan Ser 330).8 terminal=CT). pada GJIC tipe
heterolog.
Proses perpindahan connexin menuju membran plasma juga pen-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Kedua tipe GJIC ini juga bisa menurun kadarnya pada kultur sel- GJIC yang diinduksi karsinogen. Sebagai contoh: kultur epitel sel liver
sel epitel kanker hati pada tikus, dan tumor hati pada manusia.11,12 tikus tidak menunjukkan perubahan gen Cx43 di tingkat mRNA. Pro-
Sementara itu pada tumor metastasis atau anak sebar, peran GJIC tein Cx43 juga tidak mengalami perubahan jumlah sebelum dan sesu-
masih kontroversial. Diduga fungsional GJIC heterolog dan reekspresi dari dah penambahan karsinogen TPA, namun bentuk fosforilasi meng-
adhesion molecule dibutuhkan untuk menghubungkan sel kanker metasta- alami perubahan sehingga protein connexin terletak pada sitoplasma,
sis dengan endotel kapiler dan tempat baru untuk metastasis. Pada daerah tidak pada membran sel, akibatnya terjadi gangguan GJIC.2
metastasis atau limfonodi metastasis reekspresi GJIC dan adhesion molecule Terdapat kaitan fungsional yang erat antara connexin dan adhesion
lebih sering ditemukan dibandingkan dengan tumor primer.13 molecule cell. Telah dilaporkan bahwa ekspresi E-cadherin sangat pen-
ting bagi Cx43 untuk membentuk fung-
Down Regulation GJIC oleh Agen Pe- sional GJIC di keratinosit tikus. Hal ini juga
numbuh Tumor (Tumor-Promoting Connexin memiliki peran menjelaskan mengapa GJIC pada kerati-
nosit tikus sangat tergantung Ca2+ karena
Agents), Onkogen, dan Faktor Pertum-
buhan
pada penekanan tumor. E-cadherin merupakan sel yang tergan-
tung pada Ca2+. Ekspresi E-cadherin sangat
Banyak bukti menunjukkan bahwa agen pe-
numbuh tumor mampu menghambat GJIC.
Connexin menghambat menurun pada tumor kulit tikus selama
perkembangan invasive dan metatasis.
GJIC pada kultur sel dapat dihambat secara
reversibel oleh forbol ester sehingga trans-
pertumbuhan sel dan Penurunan ekspresi dan mutasi E-cadherin
juga ditemukan pada berbagai jenis kanker
fer molekul dan ion terganggu. Bukti in vivo
diperlukan karena kompleksitas komunikasi
menghambat pengaturan pada manusia.2,19
inteseluler tidak bisa semuanya ditiru se-
cara in vitro. Beberapa penumbuh tumor hati
diferensiasi jaringan. Di GJIC membutuhkan mekanisme pengena-
lan sel yang memadai. Tumor tidak mampu
menurunkan gap junction dan menghambat
GJIC pada hati tikus in vivo. Kurangnya GJIC
samping itu connexin membentuk GJIC heterolog dengan sel-sel
normal di sekitarnya. Bila barisan sel epitel
akan menyebabkan pertumbuhan klonal yang meningkatkan apoptosis hepar tikus bertumor dikultur bersamaan
dengan barisan sel epitel hepar tikus tanpa
mendahului perubahan ke arah ganas yaitu
promosi tumor.2 melalui transfer molekul tumor, maka tidak akan terbentuk GJIC he-
terolog. Dapat disimpulkan bahwa sel-sel
Beberapa onkogen dan faktor pertumbu-
signaling melalui GCIJ homolog mempunyai suatu mekanisme un-
MEDICINUS

han juga menghambat GJIC, seperti onkogen


retroviral (v-src, v-Ha-ras, v-raf, v-fps), onko- tuk mengenali sel-sel sejenis di antara mere-
gen virus DNA (polioma-middle T, SV-40 T, dengan mekanisme yang ka, dan mekanisme pengenalan ini tidak ada
di antara sel-sel normal dan sel tumor.2,20
HPV 16 E5) dan onkogen seluler (c-src, C-Ha-
ras, c-erbB2). Faktor pertumbuhan dan hor- belum jelas dan terutama Supresi Tumor oleh Connexin
30 mon yang menghambat GJIC adalah fibrob-
last growth factor, platelet derived growth factor, dilakukan oleh connexin Adanya percobaan transfeksi over expres-
transforming growth factor B, epidermal growth sion cDNA connexin pada sel tumor mem-
factor dan testosterone.2 yang terletak pada plasma buktikan bahwa GJIC fungsional mampu
menekan tumorigenesis pada beberapa
Kaitan Antara Down Regulation GJIC membran. tipe sel-sel yang mengalami transformasi.
Dan Karsinogenesis Fibroblast sel-sel tikus, sel glioma, sel-sel
Ada 3 proses yang terlibat pada abnormalitas rhabdomyosarcoma manusia yang ditrans-
GJIC di kanker yaitu: formasikan secara kimiawi, mengalami defisiensi Cx43, dan setelah
1. abnormalitas GJIC pada tumor, ditransfeksikan Cx43 akan mengalami pengurangan pertumbuhan tu-
2. down regulation GJIC oleh agen penumbuh tumor atau gen penum- mor dan perlambatan tumorigenesis. Begitu pula transfeksi Cx32 pada
buh tumor, dan sel-sel hepatoma manusia, dan Cx26 pada HeLa cell yang berasal dari
3. up-regulation GJIC oleh penghambat karsinogenesis. sel-sel servikal uteri. Jadi tampaknya efek connexin pada pengham-
batan pertumbuhan sel bersifat selektif menurut spesifikasi connexin
Riset pada syrian hamster embrio (SHE) membuktikan adanya kore- tersebut.2,24
lasi antara penghambatan GJIC dengan peningkatan transformasi sel
oleh phorbol ester.14,15 Namun penghambatan GJIC tidak tampak deng- Connexin dan Apoptosis21
an agen penumbuh tumor lain. Penurunan ekspresi Cx26 dan Cx43 Perubahan molekul yang terlibat pada pengaturan proses kematian
juga terlihat pada karsinoma skuamosa kulit tikus.16 sel melalui apoptosis penting pada karsinogenesis. Connexin menjadi
Penghambatan GJIC lebih merupakan faktor penyerta penting molekul target modulasi apoptosis. Connexin yang tetap berada pada
pada karsinogenesis namun bukan menjadi faktor utama. sitoplasma dan tidak diekspresikan pada membran sel kehilangan
fungsinya dalam komunikasi antar sel dan mungkin berperan pada per-
Mekanisme Molekuler yang Terlibat dalam Penghambatan tumbuhan tumor. Connexin sitoplasma ini sering dijumpai pada tumor.
GJIC pada Tumor yang Diinduksi Karsinogen Mutasi pada regio ekstraseluler dan transmembran connexin akan
Karena GJIC dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti agen penumbuh menyebabkan connexin tetap berada pada sitoplasma dan kehilangan
tumor, onkogen, dan faktor pertumbuhan, dipikirkan adanya suatu me- fungsinya dalam pengaturan pertumbuhan tumor, namun salah satu
kanisme pengaturan pada GJIC yang menjadi sasaran dari faktor-faktor penelitian lain menyebutkan bahwa mutasi salah satu regio ekstrase-
tersebut. GJIC dapat dimodulasi melalui beberapa mekanisme baik luler lain pada connexin menyebabkan lokalisasi ke sitoplasma namun
yang terlibat pada mekanisme pengaturan protein seperti transkripsi, fungsi penghambatan tumor oleh Cx43 tersebut tidak terganggu. Jadi,
stabilisasi mRNA, kontrol translasi, fosforilasi post-translation ataupun pengaturan pertumbuhan tumor pada Cx43 tidak tergantung pada
mekanisme lain seperti translokasi ke membran sitoplasma, adhesion fungsi GJIC. Connexin sitoplasma mampu mengontrol pertumbuhan
molecule, matriks ekstraseluler, faktor pertumbuhan, faktor penentu tumor melalui pengaruhnya pada ekspresi gen yang mengatur fungsi-
membuka dan menutupnya channel, serta mutasi gen connexon.2,17,18 fungsi sel kanker. Jadi, lokasi connexin pada sitoplasma atau membran
Modulasi post-translation merupakan mekanisme utama perubahan plasma memiliki fungsi yang berbeda antara sel kanker dan sel normal.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Connexin memiliki peran pada penekanan tumor. Connexin meng- dengan gen HSV-tk dan juga sel-sel di sekitarnya dapat dibunuh oleh
hambat pertumbuhan sel dan menghambat pengaturan diferensiasi ganciclovir karena GJIC masih berfungsi normal.
jaringan. Di samping itu connexin meningkatkan apoptosis melalui
transfer molekul signaling melalui GCIJ dengan mekanisme yang be- Kesimpulan
lum jelas dan terutama dilakukan oleh connexin yang terletak pada GJIC berperan menjaga homeostasis normal dan kendali pertumbu-
plasma membran. Dihipotesiskan bahwa peran connexin pada apop- han sel melalui keutuhan komunikasi interseluler. Pada beberapa jenis
tosis ini di antaranya melalui pengaturan pada protein. famili Bcl-2. tumor terjadi gangguan ekspresi connexin. Gangguan ini bisa berupa
Connexin pada sitoplasma memiliki signaling pathway yang berbeda down regulation protein connexin karena gangguan fosforilasi. Terjad-
dari connexin pada plasma membran. Transduksi sinyal connexin mem- inya gangguan GJIC heterolog akan menyebabkan sel tumor tumbuh
butuhkan interaksi dengan protein-protein intraseluler lain. Huang dan berkembang tanpa pengaruh kendali sel-sel di sekitarnya, dan
dkk menemukan penurunan ekspresi Bcl-2 pada sel-sel ganas yang gangguan GJIC homolog akan menyebabkan perbedaan fenotipe antar
ditransfeksikan Cx43 namun tidak terjadi pada sel-sel nontransfeksi.22 sel-sel tumor yang sama. Dalam kaitannya dengan kepentingan terapi,
Gen connexin mengatur ekspresi gen lain pada tumor sel. Tanaka dkk GJIC bisa digunakan untuk menekan pertumbuhan tumor atau memo-
juga menemukan bahwa sel-sel tumor prostat yang ditransfeksikan dulasi efek kemoterapi melalui bystander effect.
Cx26 akan tertekan pertumbuhannya, terjadi induksi penghentian si-
klus sel pada fase G2/M, penurunan ekspresi Bcl-2, dan peningkatan Daftar Pustaka
1. Yamasaki H. Gap Junctional intercellular comunication and carcinogenesis
apoptosis.23
Carcinogenesis 1990; 7:1051-8
Pada karsinogenesis terjadi perubahan ekspresi, lokalisasi connexin 2. Yamasaki H, Naus CC. Role of connexin genes in growth control. Carcinoge-
dan mungkin penurunan fungsi. nesis 1996; 17(6):11990-213
3. Pitts JD and Finbow ME. The gap junction. J Cell Sci 1986; 4(Suppl.):239-266
4. Lawrence TS, Beers WH, and Gilula NB. Hormonal stimulation and cell com-
Mekanisme Kontrol Pertumbuhan Negatif oleh Connexin2 munication in cocultures. Nature 1978; 272:501-6
GJIC membentuk saluran antar sel untuk penyebaran atau dispersi fak- 5. Saez JC, Conner JA, Spray DC and Bennett MV. Hepatocyte gap junctions are
tor intraseluler terlarut guna mengontrol pertumbuhan sel. Faktor ini permeable to the second messenger, inositol 1,4,5-triphosphate, and to cal-
cium ions. Proc Nail Acad Sci USA; 1989: 86:2708-12
melewati GJIC heterolog antara sel-sel normal dengan sel yang menga-
6. De Vuyst E, Decrock E, De Bock M, Yamasaki H, Naus CC, Evans WH, et al.
lami transformasi dan menghambat pertumbuhan sel-sel yang menga- Molecular Biology of the Cell 2007; 18:34-46
lami transformasi. 7. Jongen WM, Fitzgerald DJ, Asamoto M, Piccoli C, Slaga TJ, Gros D, et al. Regu-
Jika GJIC memiliki efek pada pertumbuhan sel, maka tentunya ada lation of connexin 43-mediated gap junctional intercellular communication
by Ca2+ in mouse epidermal cells is controlled by E-cadherin. J Cell Biol 1991;
perubahan pada siklus sel, namun ternyata peran GJIC pada siklus sel

MEDICINUS
114:545-55
masih belum jelas. Beberapa bukti menunjukkan, bahwa GJIC hilang 8. Lampe PD and Lau AF. The effects of connexin phosphorylation on gap junc-
pada saat aktivitas mitosis dan pada saat terjadi perubahan stabilitas tional communication. Int J Biochem Cell Biol 2004; 36:1171–86
mRNA. GJIC juga menurun di antara waktu mitosis dan nonmitosis 9. Bruzzone R, White TW, dan Paul DL. Connections with connexins: the mo-
lecular basis of direct intercellular signaling. Eur J Biochem 1996; in press
sel-sel granulosa tikus imortal. Namun GJIC juga muncul pada fase 238(1):1-27
antara mitosis dan interfase kultur fibroblas, dan kadar transcript con- 10. Yamasaki H. Gap Junctional intercellular comunication and carcinogenesis
31
nexin meningkat selama fase S. Carcinogenesis 1990; 7:1051-8
Pada sel-sel yang mengalami transformasi dan ditransfeksikan 11. Mesnil M dan Yamasaki H. Selective gap-junctional communication capacity
of transformed and non-transformed rat liver epithelial cell lines. Carcinogen-
Cx43 akan terjadi penurunan ekspresi gen yang terlibat pada siklus sel esis.1988; 9:1499-502
seperti cyclin A, D1, D2 dan CDK5, CDK6. 12. Krutovskikh VA, Mazzoleni G, Mironov N, Omori Y, Aquelon AM, Mesnil M, et
Sel glioma yang ditransfeksikan dengan Cx43 dikultur bersama- al. Altered homologous and heterologous gap-junctional intercellular com-
munication in primary human liver tumors associated with aberrant protein
sama dengan sel-sel glioma yang tidak ditransfeksi. Percobaan ini un-
localization but not gene mutation of connexin 32. Int J Cancer 1994; 56:
tuk melihat apakah transfeksi Cx43 mampu mengubah pertumbuhan 87-94
sel melalui GJIC heterolog. Hasil penelitian menunjukkan sel glioma 13. Kanczuga-Koda L, Sulkowski S, Lenczewski A, Koda M, Wincewicz A, Baltaziak,
membentuk gap junction dengan sel-sel yang ditransfeksi Cx43, dan ter- et al. Increased expression of connexins 26 and 43 in lymph node metastases
of breast cancer. J Clin Pathol 2006;59:429–33
jadi penurunan tingkat proliferasi. 14. Rivedal E, Sanner T, Enomoto T, Yamasaki H. Inhibition of intercellular com-
Jadi GJIC mampu memodulasi pertumbuhan sel melalui peruba- munication and enhancement of morphological transformation of syrian ham-
han ekspresi gen. ster embryo cells by TPA. Use of TPA-sensitive and TPA-resistant cell lines.
Carcinogenesis 1985; 6:899-902
15. Rivedal E, Roseng LE, Sanner T. Vanadium compounds promote the induction
Peran dan Aplikasi Connexin atau GJIC Terhadap Kemo- of morphological transformation of hamster embryo cells with no effect on
prevensi dan Terapi Kanker gap junctional cell communication. Cell Biol and Toxicol 1990; 6:303-14
Banyak sel tumor hanya memiliki sedikit GJIC. Oleh karena connexin 16. Ruch RJ, Klaunig JE, Kerckaert GA, LeBoeuf RA. Modification of gap junctional
intercellular communication by changes in extracellular pH in syrian hamster
lebih menyerupai gen penekan tumor, maka transfeksi gen connexin embryo cells. Carcinogenesis 1990; 11:909-13
akan menjadi suatu terapi kanker yang efisien melalui dua jalan yaitu 17. Musil LS, Goodenough DA. Biochemical analysis of connexin43 intracellular
bystander effect dan pengendalian pertumbuhan sel. Jadi efek terapi transport, phosphorylation, and assembly into gap junctional plaques. J Cell
kanker bisa ditingkatkan dengan transfeksi gen connexin. Terapi yang Biol 1991; 115:1357-74
18. Unwin PN, Ennis PD. Calcium-mediated changes in gap junction structure:
diterima oleh sel-sel tumor akan diteruskan pada sel-sel di sekitarnya evidence from the low angle X-ray pattern. J. Cell Biol. 1983; 97:1459-66
melalui GJIC sehingga akan meningkatkan efek terapi. Contoh pada 19. Risinger JI, Berchuck A, Kohler MF, Boyd J. Mutation of the E-cadherin gene in
sel HeLa dengan defisiensi GJIC yang ditransfeksikan thymidyne kinase human gynecological cancers. Nat Genet1994; 7:98-102
20. Mesnil M, Asamoto M, Piccoli C, Yamasaki H. Possible molecular mechanism
dari Herpes simplex virus (HSV-tk). Sel HeLa HSV-tk ini akan mati oleh
of loss of homologous and heterologous gap junctional intercellular commu-
ganciclovir karena ganciclovir diaktifkan oleh HSV-tk; namun sel-sel nication in rat liver epithelial cell lines. Cell Ahes. Commun 1994; 2:377-84
HeLa di sekitarnya yang tidak ditransfeksikan HSV-tk (tk-) tetap hidup 21. Kanczuga-Koda. L, Sulkowski S, Koda M, Skrzydlewska E, Sulkowska M. Con-
karena ganciclovir tidak aktif pada jenis sel ini. Namun bila digunakan nexin 26 correlates with Bcl-xL and Bax proteins expression in colorectal can-
cer. World J Gastroenterol 2005:11(10):1544-8
sel HeLa yang ditransfeksikan dengan gen penyandi protein gap junc- 22. Huang RP, Hossain MZ, Huang R, Gano J, Fan Y, Boynton AL. Connexin 43
tion Cx43, maka ganciclovir tidak saja membunuh sel-sel dengan tk+ na- (cx43) enhances chemotherapy-induced apoptosis in human glioblastoma
mun juga tk-. Hal tersebut mengindikasikan bahwa molekul ganciclovir cells. Int J Cancer 2001; 92:130-8
toksik yang difosforilasi oleh HSV-tk ditransfer melalui GJIC ke sel- 23. Tanaka M, Grossman HB. Connexin 26 induces growth suppression, apopto-
sis and increased efficacy of doxorubicin in prostate cancer cells. Oncol Rep
sel tk-. Contoh lain adalah pada terapi tumor otak dengan transfeksi 2004; 11:537-541
gen tymidine kinase dari HSV (HSV-tk). Sel-sel yang ditransfeksikan

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Meet the Expert

Ketua Pusat Diabetes dan Lipid RS Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran,


Universitas Indonesia

D
i bagian Metabolik dan ilmu yang mempelajari hormon
Endokrinologi nama dalam tubuh dari ubun-ubun
Prof. Slamet Suyono su- sampai ujung kaki, tidak terbatas
dah tidak asing lagi. Beliau seka- pada organ tubuh secara sentral
rang ini masih menjabat sebagai tapi menyeluruh. Jadi ketertari-
Ketua di Pusat Diabetes dan Li- kan saya nomor satu pada saat
pid di RSCM/FKUI, dan merupa- itu adalah karena hal itu, yaitu
kan salah satu tokoh yang turut mengobati seorang manusia se-
mengembangkan Pusat Diabetes cara keseluruhan. Jadi, ketika
dan Lipid ini. Bahkan beliau juga saya lulus kedokteran pada ta-
sempat secara khusus mengikuti hun 1963, saya mengambil spe-
training mengenai Lipid pada sialis penyakit dalam. Setelah
tahun 1968 yang diadakan di Pe- saya berkecimpung di penyakit
MEDICINUS

rancis, di mana pada saat itu Li- dalam, saya lalu berpikir se-
pid merupakan sesuatu hal yang pertinya saya lebih tertarik lagi
baru di bidang Penyakit Dalam. di endokrinologi. Kembali lagi
Pusat Diabetes dan Lipid Ja- karena saya ingin mengobati
32 karta merupakan badan yang pasien secara holistik atau kese-
bersifat multidisiplin. Badan ini luruhan. Pada waktu itu saya
menangani masalah diabetes dan banyak merawat pasien-pasien
lipid, yang kegiatannya meliputi diabetes dan tiroid. Ketertari-
3 bidang, yaitu pelayanan, pene- kan saya di bidang endokrin ini
litian dan penyuluhan. Pada salah satunya juga adanya pe-
nama pusat itu tercantum kata ngaruh figur Prof. Utoyo Suka-
lipid, karena lipid merupakan ton yang menjadi panutan buat
salah satu faktor penyakit jan- saya. Prof. Utoyo Sukaton da-
tung koroner (PJK). hulu adalah Kepala Bagian Ilmu
Pada kesempatan kali ini, Penyakit Dalam dan Kepala Sub-
kami mewawancarai beliau dise- bagian Metabolik dan Endokrin
la-sela jadwal Prof. Slamet yang padat. siswa, yang pertama di Farmasi Institut juga sebagai pendiri bagian Metabolik
Berikut hasil wawancara kami dengan Teknologi Bandung (ITB) dan yang ke- dan Endokrinologi. Ketika saya menyele-
Prof. Slamet Suyono. dua di Kedokteran Universitas Indonesia saikan spesialis penyakit dalam, akhirnya
(UI). Ternyata dua-duanya diterima. Tapi Prof. Utoyo meminta saya untuk menjadi
Redaksi MEDICINUS (RM): Apakah karena dorongan yang begitu kuat dari staff-nya.
memang sedari kecil Prof. Slamet sudah orangtua untuk masuk kedokteran UI Kemudian pada tahun 1968 saya diki-
bercita-cita menjadi seorang dokter? maka sayapun akhirnya memilih kuliah rim ke Perancis untuk mengikuti training
Prof. Slamet Suyono (SS): Sebetulnya di kedokteran. Jadi tradisi dokter saya bidang baru, yaitu tentang Lipid. Di In-
waktu kecil saya tidak bercita-cita menjadi lanjutkan di keluarga saya. Dan pada donesia pada tahun tersebut belum ada
seorang dokter. Walaupun keluarga saya akhirnya sayapun sangat menyukai bi- ahli mengenai Lipid. Adapun training
terutama dari keluarga ayah saya banyak dang ini dan alhamdullilah studi saya di yang saya ikuti di Perancis pada waktu
yang menjadi dokter. Ketika saya masuk kedokteran berhasil dan tidak ada halang- itu adalah “Training on Hyperlipidemia and
SD pun saya masih belum tahu apa cita- an apapun. Endocrinology”. Jadi saya belajar di sana
cita saya sebenarnya. Hanya saja waktu untuk Lipid-nya selama lebih kurang 10
di sekolah dulu saya lebih menyukai bi- RM: Sekarang ini Prof. Slamet sudah bulan. Dan dari sinilah saya mulai terta-
dang eksakta. Saya selalu mempunyai ni- menjadi seorang yang ahli dalam bidang rik di bidang Lipid karena ingin mengo-
lai-nilai yang bagus pada mata pelajaran Endokrinologi. Apa yang menyebabkan bati pasien secara keseluruhan dan itu ha-
eksakta tersebut terutama pada pelajaran Prof. Slamet akhirnya memilih bidang nya terdapat pada bidang endokrinologi
Kimia. Kemudian ketika saya lulus SMA tersebut? dalam artian tidak terpaku pada organ
saya mengikuti 2 tes penerimaan maha- SS: Endokrinologi adalah suatu cabang tertentu saja. Ketika ingin belajar di Pe-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


racis saya mengetahui bahwa di sana itu sudah menjadi spesialis penyakit dalam SS: Turunan keluarga saya banyak yang
tidak banyak orang Perancis yang bisa ba- mengikuti jejak saya. terkena penyakit jantung dan kolesterol.
hasa Inggris maka sebelum saya mengiku- Waktu operasi dikatakan oleh dokter
ti training di sana saya mengikuti kursus RM: Kegiatan ilmiah apa saja yang pernah bahwa pembuluh darah saya jelek sekali.
bahasa Perancis terlebih dahulu di Indo- Prof. Slamet ikuti selama ini? Banyak sekali aterosklerosisnya. Dokter
nesia. Saya mengikuti kursus mulai dari SS: Sebenarnya saya sudah pensiun pada yang menangani saya pada saat itu me-
nol sampai bisa berbahasa Perancis dalam tahun 2002, tetapi alhamdullilah saya ngatakan bahwa operasi ini bukan menye-
kurun waktu selama 3 bulan. Sehingga masih dipakai untuk konsultasi atau se- lesaikan masalah tapi yang bisa menyele-
ketika saya ke Perancis, saya sudah bisa bagai penasehatlah untuk yang muda- saikannya hanyalah anda sendiri, yaitu
berbahasa Perancis dan terkadang men- muda di sini. Saya juga masih diberikan saya harus merubah lifestyle. Kemudian
jadi penerjemah buat teman-teman ketika ruang kerja pribadi di sini. Karena itulah saya berpikir bahwa apa yang dikatakan
berada di sana. saya jadi tidak terlalu pikun karena justru beliau ada benarnya juga. Jadi dahulu kalau
saya makin sibuk karena setiap minggu saya terlalu over confidence dalam arti saya
RM: Prestasi apa saja yang pernah Prof. saya selalu mempunyai kegiatan. Kadang- merasa sehat dan tidak mengalami kelu-
Slamet dapatkan selama ini dan apa yang kadang menjadi pembicara untuk acara han apa-apa sampai umur 68 tahun tetapi
paling membanggakan Prof. Slamet sela- simposium atau kegiatan ilmiah. Saya di- satu hal yang tidak saya sadari bahwa life-
ma menjalani profesi dokter? minta sharing pengalaman ilmiah kepada style itu pusatnya adalah makanan. Dulu
SS: Banyak orang yang mengatakan kalau yang muda-muda. Itulah yang menyebab- saya sangat menyukai makanan dari da-
saya jadi pembicara dalam suatu acara kan saya masih berkecimpung di dunia ging kambing. Tapi kemudian saya beralih
simposium atau acara ilmiah lainnya, apa ilmiah ini walaupun usia saya sudah 71,5 banyak makan sayuran dan buah-buahan
yang saya sampaikan tidak muluk-muluk tahun. serta untuk proteinnya saya makan ikan
jadi saya bicara to the point. Sekarang ini yang serba direbus. Terkadang saya juga
banyak sekali orang-orang pintar, dan RM: Bisa ceritakan hobi Prof. Slamet sen- makan ayam (hanya dagingnya saja) tapi
biasanya mereka itu banyak yang ingin diri apa ya? dengan porsinya yang sedikit. Dan yang
menunjukkan kepintarannya dan merasa SS: Dalam hobi, saya bagi 2. Ketika saya utama selalu menggunakan “JAMU” alias
tahu banyak hal. Padahal belum tentu kecil hobi saya adalah olahraga bulutang- jaga mulut saya untuk tidak memakan

MEDICINUS
audien bisa menerima apa yang dia sam- kis. Sejak saya SD sampai SMA-pun saya makanan yang dahulu sangat saya sukai.
paikan. Audien itu kan ingin menimba masih main bulutangkis. Sejak berkuliah Saya berusaha untuk menjaga pola hidup
ilmu. Jadi prinsip saya, kalau kita bicara di kedokteran sekitar tahun 1957 saya saya dengan menjaga pola makan, tidak
seperti berbicara dalam suatu simposium berhenti bermain bulutangkis karena ber- stres dan olahraga yang teratur. Terlambat
kita harus ada transfer of knowledge. Untuk bagai kesibukan perkuliahan. Kemudian sih sebenar-nya karena saya baru memu-
transfer of knowledge kita harus membuat baru tahun 1972 saya kembali bermain lainya saat berumur 68 tahun ketika saya 33
suatu ikatan batin antara siapa yang kita bulutangkis kembali karena ajakan teman harus menjalani pembedahan jantung.
ajak bicara. Untuk itu persiapan sebelum- sampai tahun 2005. Terakhir saya bertan- Tapi saya kira lebih baik terlambat dari-
nya untuk menjadi pembicara adalah saya ding dengan anak-anak muda ketika pada tidak sama sekali. Bahkan sekarang
harus tahu terlebih dahulu siapa audien umur saya sudah di atas 68 tahun. Karena ini saya menjadi lebih baik dan fit dari se-
saya nantinya apakah itu orang awam, terlalu bersemangat dalam bertanding belumnya.
mahasiswa kedokteran, dokter umum, saya mengalami cedera lutut. Berselang 6
dokter spesialis atau setingkat professor. bulan kemudian badan saya merasa tidak RM: Kegiatan apa yang biasa dokter laku-
Sehingga kita harus memberikan tehnik enak karena sudah lama tidak berolah- kan di waktu luang (akhir pekan/hari li-
penjelasan yang baik dalam arti supaya raga akhirnya saya memilih olahraga re- bur)?
dapat diterima 100% apa yang kita sam- nang. Dan ketika saya berenang tiba-tiba SS: Yang pasti olahraga, pergi bersama
paikan kepada audien. Oleh sebab itu se- ada yang terasa sakit dan saya merasa cucu saya setiap akhir pekan. Pokoknya
tiap kali saya menjadi pembicara, penya- bahwa ada sesuatu yang terjadi pada jan- saya harus ketemu mereka bagaimanapun
jian dalam satu slide tidak terlalu penuh, tung saya. Akhirnya, besoknya pun saya juga. Cucu saya sekarang sudah 6 orang.
tapi saya buat sedikit-sedikit sehingga periksakan diri, dan hasilnya sangat bu- Saya juga tetap hobi makan ketika ada
akan gampang untuk dimengerti dan saya ruk sekali. Dan saya harus menjalani be- waktu luang tapi tentunya hobi makan
juga menggunakan tambahan animasi dah by pass pada jantung saya sekitar 3,5 yang sekarang ini berbeda dengan yang
pada slide yang saya buat sendiri. Tentu- tahun yang lalu. Dan dari situlah saya dulu.
nya pembuatan slide ini juga harus kreatif benar-benar menghentikan hobi bermain
sehingga tampilan slide tidak terlalu mo- bulutangkis. Dan hobi olahraga saya beru- RM: Kebiasaan apa yang biasa diterapkan
noton dan membosankan bagi audien. bah menjadi berenang. Sampai saat ini, dilingkungan sekitar Prof. Slamet untuk
Hal lainnya, selama saya menjadi Ketua saya masih menjalani renang setidaknya mananamkan pola hidup sehat?
di Pusat Diabetes dan Lipid di RSCM/ 2x dalam seminggu. Semenjak pembeda- SS: Itu tadi, jangan hanya bicara tapi di-
FKUI, saya selalu memberikan kebebas- han jantung itu saya jadi merubah lifestyle. contohkan juga ke orang-orang sekitar
an kepada staff saya sehingga dengan ber- Hobi lain saya, yaitu dansa. Saya mengiku- saya. Saya juga sudah mencontohkan ke-
jalannya waktu, mereka menjadi sangat ti klub dansa antar dokter-dokter sampai pada teman, pasien dan keluarga saya.
berkembang dan ikut pula mengembang- sekarang. Dan yang terakhir adalah hobi Bahkan banyak dari teman-teman saya
kan bagian Metabolik dan Endokrinologi jalan-jalan bersama cucu. yang berkonsultasi kepada saya karena
ini. Hal inilah yang membuat saya bangga mereka melihat sendiri kalau saya keliha-
kepada mereka. RM: Terus apa nih yang membuat Prof. tan lebih sehat dan fit. Padahal usia saya
Satu hal lagi, anak saya yang terkecil juga Slamet selalu tampak segar dan fit? sudah 71 tahun. Dan saya selalu menga-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


takan kepada mereka supaya “JAMU”
atau jaga mulut dan banyak makan sayur
serta buah-buahan serta tentu saja melaku-
kan olahraga yang teratur. Walaupun saya
sendiri termasuk terlambat dalam meru-
bah lifestyle saya.
Untuk merubah lifestyle, awalnya tidak
mudah dan terasa berat tapi saya selalu
niatkan dalam hati bahwa saya harus
merubah kebiasaan saya yang dulu se-
perti makan keju, makan daging merah.
Sekarang ini saja orang-orang muda ba-
nyak yang sudah terkena diabetes, jan-
tung, stroke dan itu dari tahun ke tahun
jumlahnya terus meningkat karena pe-
rubahan pola makan seperti senang me-
makan makanan siap saji.

RM: Harapan dokter di pekerjaan dan


kehidupan pribadi dokter untuk 5 tahun
mendatang?
SS: Yang pasti ingin tetap sehat dan saya
berusaha menjadi orang yang sebijaksana
mungkin. Kadang-kadang dulu itu, saya
sering meletup-letup emosi nya. Sekarang
saya lebih meredam emosi saya.
MEDICINUS

Dalam pekerjaan untuk 5 tahun yang akan


datang, yaitu di bagian Metabolik dan
Endokrin RSCM/FKUI ini saya berharap
makin maju dan mengalami perubahan
yang lebih baik lagi. Dan di bagian ini PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi tidak selalu manis tapi juga ada pahitnya
34 juga terus terlibat dalam peningkatan ke- Indonesia) dan PERSADIA (Persatuan terutama bila berhadapan dengan pa-
sehatan terutama dalam hal pencegahan Diabetes Indonesia) sehingga guideline ini sien-pasien yang sulit. Malahan si pasien
melalui penerangan kepada masyarakat digunakan merata di seluruh Indonesia. belum apa-apa sudah mendikte dan dia
bagaimana cara hidup yang sehat. Bahkan di Depok sendiri sudah melaku- merasa bahwa dia lebih pinter dari dok-
kan upaya pencegahan diabetes kurang ternya. Apalagi zaman sekarang ini orang
RM: Saat ini penyakit-penyakit di bidang lebih 7 tahun mulai tahun 2001 dengan dengan mudah bisa browsing di internet
Endokrinologi yang paling sering diha- melibatkan DEPKES. untuk mencari informasi penyakit-pe-
dapi apa ya Prof.? nyakit tertentu sehingga mereka merasa
SS: Yang paling banyak adalah yang per- RM: Bisa ceritakan pengalaman suka sudah mengetahui pengobatannya. Tapi
tama diabetes dan kedua tiroid. Diabetes maupun duka selama menjalani profesi hal itu alhamdullilah masih bisa ditangani
di Indonesia sudah ada data sekarang dari dokter? dengan memberikan penjelasan yang baik
Departemen Kesehatan (DEPKES), yaitu SS: Saya sangat menikmati profesi saya tentang penyakit dan pengobatannya ke-
kalau di kota besar prevalensinya orang meskipun kerjanya berat. Pengalaman pada pasien.
yang terkena diabetes sekitar 12%. Itu ni- yang baik itu adalah saya merasa sangat
lai yang cukup besar menurut saya. Tapi puas sekali apabila kita melihat pasien RM: Apa harapan Prof. Slamet, khususnya
kemudian tahun 2008 kemarin keluar data itu sembuh dari penyakitnya dari pengo- untuk dokter-dokter muda di Indonesia?
gabungan dari kota dan pedesaan di selu- batan yang diberikan. Jawabannya klise SS: Saya berharap dokter-dokter muda
ruh Indonesia disurvey dan ternyata pen- barangkali ya. Tapi memang betul kalau ini harus bisa menemukan cara-cara baru
derita diabetes di Indonesia sebesar 5,7%. kita melihat pasien sembuh rasanya se- pengobatan atau pencegahan terhadap
Untuk kasus tiroid juga banyak di Indo- nang sekali. Dan biasanya mereka akan penyakit-penyakit dan bisa menemukan
nesia. Penyebabnya karena stres sehingga berterimakasih kepada saya padahal saya vaksin untuk mencegah penyakit-penyakit
timbulah hipertiroid. tidak mengharapkan terimakasih tersebut. yang kita takutkan. Dan juga penelitian-
Saya juga suka bilang kepada pasien saya penelitian para dokter muda ini harus kita
RM: Penatalaksanaan penyakitnya sendiri bahwa yang menyembuhkan penyakit itu pacu dan biaya yang tentu saja didukung
bagaimana ya? bukan saya tapi Allah SWT. Saya ini ha- kalau bisa oleh pemerintah. Karena untuk
SS: Sampai sekarang untuk diabetes, kita nya sebagai penyambung tangan dengan melakukan suatu penelitian itu memerlu-
sudah membuat guideline untuk penatalak- ilmu-ilmu yang saya pelajari. kan biaya yang sangat besar. GLH
sanaan diabetes karena kita mempunyai Hubungan saya dengan pasien tentunya

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


events

Round Table Discussion


“Update Management in Dengue
Hemorrhagic Fever”
20 Desember 2008
Hotel Borobudur, Ruang Timor, Jakarta-Pusat

P
ada tanggal 20 Desember Apabila kita bisa mengetahui masuk ke dalam makrofag. Me- bedaan tekanan hidrostatik dan
2008, diadakan acara round patofisiologi demam berdarah nurut antibody dependent enhance- tekanan onkotik di intra dan ek-
table discussion “Update dengan baik, umumnya kita tidak ment, antigen infeksi pertama stravaskular. Tekanan hidrostatik
Management in Dengue Hemor- akan kecolongan. Karena fase kri- pada makrofag justru menjadi dipengaruhi oleh tekanan pompa
rhagic Fever” yang diadakan di tis Cuma pada jam ke-24 - 48, asal- semacam opsonisasi untuk mem- jantung yang mendorong plasma

MEDICINUS
Hotel Borobudur, ruang Timor, kan pasien datang belum shock. fasilitasi virus menempel ke per- keluar dari intravaskular ke eks-
Jakarta Pusat. Acara dibuka den- Ada falsafah yang mengatakan mukaan makrofag dan masuk ke travaskular. Tekanan onkotik
gan sambutan dari Ketua PAPDI jika terjadi kasus demam berdarah dalamnya. Makrofag akan me- adalah nilai tekanan zat-zat yang
JAYA DR. dr. Idrus Alwi, SpPD, pre-shock tetapi meninggal, maka lepaskan monokin, sitokin, hista- terkandung dalam darah yang
K-KV, FACC. hal ini merupakan kesalahan dok- mine, dan interferon, yang akan memiliki sifat osmolaritas untuk
Diskusi dimulai oleh modera- ter. mengakibatkan celah endotel me- menahan plasma tetap berada 35
tor Dr. Tunggul D Situmorang, Patogenesis DBD bermacam- lebar, selanjutnya terjadi keboco- pada intravaskular. Pada arteri
SpPD, KGH dengan menekankan macam. Ada yang menerangkan ran cairan intravaskular ke ruang tekanan hidrostatik lebih besar
bahwa penyakit DBD merupakan bahwa virulensi virus yang sang- eks-travaskular. Konsekuensinya, dari tekanan onkotik maka plas-
penyakit yang perlu diwaspadai. at berperan terhadap severity of terjadi hipovolemia, hemokon- ma bisa keluar ke ekstravaskular
Menurut Dr. Tunggul D Situmo- disease. Ada juga teori peranan sentrasi, tubuh lemah, edema, dan memberikan nutrisi dan oksigen
rang, SpPD, KGH, patofisiologi mediator, apoptosis, genetik, dan kongesti visceral. Perenggangan pada jaringan tubuh. Sedangkan
demam berdarah sampai saat ini antibody dependent enhancement. celah antar sel endotel dapat juga di mikrokapiler tekanan hidrosta-
tidak banyak berubah sedangkan Sebagian ahli menganut antibody disebabkan oleh virus dengue itu tik lebih kecil dari tekanan onkotik
untuk diagnosis kita sekarang dependent enhancement, di mana sediri. Saat sel endotel terinfeksi sehingga cairan tubuh yang telah
mengenal NS1 antigen. infeksi virus dengue yang kedua DV, terjadi kerusakan sel endotel. kehilangan nutrisi dan mengan-
dengan serotype virus yang ber- Akan tetapi pelebaran celah sel dung CO2 dapat dikembalikan
Kemudian acara dilanjutkan beda akan memberikan mani- endotel terutama disebabkan oleh ke dalam pembuluh darah. Perlu
dengan presentasi dari Dr. Leo- festasi penyakit yang lebih parah. pelepasan sitokin inflamasi. dipahami bahwa apabila kita te-
nard Nainggolan, SpPD, KPTI, Teori-teori ini pada akhirnya men- Dengan demikian, manifestasi lah mengetahui kalau kebocoran
yaitu tentang: jelaskan akan adanya gangguan klinis yang paling penting dalam plasma dipengaruhi oleh tekanan
hemostasis, permeabilitas kapiler penyakit DBD adalah kebocoran onkotik, penggunaan koloid un-
Patofisiologi dan Diagnosis De- dan kebocoran plasma. plasma. Dan untuk mengetahui tuk meningkatkan tekanan osmo-
mam Berdarah Dengue” Nyamuk membutuhkan da- tanda-tanda kebocoran plasma tik dapat dilakukan apabila telah
Dr. Leonard memulai sharing rah untuk mematangkan telurnya, bukannya trombosit yang dipan- diketahui adanya tanda-tanda ke-
materi dengan memaparkan epi- tidak hanya darah manusia, darah tau tetapi hematokrit. Selain itu, bocoran plasma.
demiologi infeksi dengue secara sapi juga bisa. Jadi sapi juga bisa penting juga pemantauan urine Pelebaran celah endotel da-
global, sampai pada distribusi se- mengalami DBD. Virus dengue output dan hemostasis. Dari peng- pat juga menyebabkan leukosit
rotype, dan jumlah kasus demam membutuhkan waktu kira-kira 10 alaman dokter, apabila tidak terja- keluar dari intravaskular menge-
berdarah dengue (DBD) secara hari untuk bereproduksi. Kemu- di pendarahan massive, trombosit jar makrofag yang mengandung
lokal. Di mana kasus infeksi de- dian nyamuk yang mengandung 3.000 atau 7.000 juga tidak meng- virus dengue, sehingga dapat di-
ngue secara global semakin me- virus menggigit manusia sehat. akibatkan kematian pasien. mengerti terjadi leukopenia pada
luas. Kemudian secara lokal, di Virus dengue akan ada untuk se- Adapun tingkat keparahan DBD.
Indonesia dari tahun 2004-2007 lamanya dalam tubuh virus sam- sindrom kebocoran kapiler ter- Manisfestasi trombositopeni
di mana kasus DBD semakin pai nyamuk mati. gantung ukuran celah endotel dan pada infeksi dengue memiliki be-
meningkat. Akan tetapi BMS ber- lokasi atau daerah yang terkena berapa hipotesa penyebab:
harap kasus DBD menurun apa- Patofisiologi: infeksi, komposisi matriks kom- (1) terjadi destruksi trombosit aki-
bila PSN-DBD berhasil. Virus demam berdarah akan partemen perivaskular, dan per- bat interaksi antibody-antigen

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


virus dengue di permukaan sehingga paling mudah terde- penurunan hematokrit setelah tersebut tidak bisa bertahan dalam
trombosit; teksi dan merupakan biang kerok pemberian cairan pengganti kapiler dalam waktu yang lama.
(2) kerusakan dinding endotel utama manifestasi respon imun >20% terhadap baseline. Cairan itu umumnya akan keluar
oleh virus dengue sehingga yang telah diterangkan sebelum- - Tanda-tanda kebocoran plasma dari pembuluh darah. Memang
menyebabkan interaksi trom- nya. Dr. Leonard sempat bertemu lainnya: efusi pleura, asites, dan pemberian koloid belum direko-
bosit dengan kolagen suben- dengan penemu alat rapid test un- hipoproteinemia. mendasikan pada protokol WHO.
dotel sehingga terjadilah agre- tuk NS1 ini, dan menurut sang Tapi koloid dengan molekul yang
gasi dan destruksi trombosit; penemu hari ketiga merupakan Tatalaksana DHF umumnya lebih besar dapat bertahan lebih
(3) IL-6 menginduksi antibodi puncak kadar NS1 sehingga pa- adalah tatalaksana yang bersifat lama dalam plasma. Kita belum
IgM antitrombosit sehingga ling memungkinkan deteksi NS1 suportif. Kita tidak mempunyai ada data untuk pemakaian koloid
terjadilah destruksi trombos- pada hari itu. Akan tetapi setelah obat-obat yang bisa menyetop pada DHF I/II. Tetapi untuk DHF
it; hari kelima, jumlah antigen sudah proses imunologi yang terjadi. yang mengalami shock sudah ada
(4) manifestasi pendarahan pada menurun sampai tidak bisa terde- Tetapi kebocoran plasma akibat penelitian yang dilakukan.
DBD meningkatkan kebutu- teksi. Untuk antibodi, dapat dide- respon imunologi akan berhenti Prinsip tatalaksana pemberian
han akan trombosit. Mani- teksi setelah kelima demam. dengan sendiri. Umumnya yang cairan: volume cairan yang diberi-
festasi (nomor 3) menguatkan Pemeriksaan NS1 tidak bisa diberikan kepada pasien adalah kan merupakan jumlah defisit
bahwa tidak perlu diberikan menggantikan pemeriksaan an- cairan pengganti cairan tubuh, cairan tubuh ditambah deng-an
infus trombosit pada pederita tibodi. Akan tetapi tidak dapat istirahat yang cukup, nutrisi. jumlah cairan yang diperlukan
DBD, karena pada akhirnya menentukan infeksi yang terjadi Selain itu diberikan pula obat an- untuk maintenance.
trombosit yang di berikan primer atau sekunder. Kita juga tipiretik, akan tetapi hindari pem- Formula:
akan didestruksi dengan telah melupakan uji tourniquet. berian aspirin dan NSAID karena Need of fluid / day
adanya antibodi antitrom- Padahal uji tourniquet merupa- obat-obat tersebut dapat memicu = Fluid deficit + maintenance
bosit. kan uji yang paling sederhana dan pendarahan. Hal yang paling 5% BW deficit
spesifik untuk DBD. penting juga dalam tatalaksana = (5% x BW x 1000) mL
Perjalanan penyakit dengue dr. Leonard menutup pre- DHF adalah Maintenance
seperti lagu menghitung hari. sentasi dengan menekankan per- 1. monitoring tanda-tanda shock, bi- = 1500 + 20 x [BW(kg) - 20]
Pada kasus dengue, kita meng- bedaan antara demam dengue asanya selama fase afebril (hari Pemberian cairan harus
hitung hari, ada masa inkubasi dengan demam berdarah dengue, ke-4-6); disesuaikan sesuai dengan kondisi
MEDICINUS

(virus dengue ada dalam tubuh pada DBD sudah pasti terjadi 2. monitoring kesadaran, denyut klinis pasien, evaluasi kondisi vi-
tapi tidak ada manifestasi klinis plasma leakage, sedangkan pada nadi, dan tekanan darah; tal Ht dilakukan setiap 4 jam seka-
penyakit), fase akut (demam hari demam dengue tidak terjadi. 3. monitoring hematokrit (Ht) dan li. Jangan sampai terjadi kelebihan
I-IV), dan fase kritis (hari V-VII), jumlah platelet. cairan.
36 dan fase konvalesense. Proses Acara dilanjutkan kembali den-
plasma leakage hanya terjadi gan presentasi yang akan disam- Kita memiliki beberapa pilihan Pedoman Tatalaksana Klinis
pada fase kritis, dan hanya terjadi paikan oleh dr. Kie Chen, SpPD, cairan. WHO menuliskan pem- Infeksi Dengue di Sarana Pela-
dalam 24-48 jam. Untuk meng- KPTI, yaitu mengenai: berian cairan kristaloid, yaitu yanan Kesehatan Depkes 2005
identifikasi fase kritis perhatikan cairan yang mengandung elek-
bahwa pada sekitar hari kelima Penatalaksanaan Demam trolit. Sebaiknya jangan berikan Berikut adalah tatalaksana DHF
demam sudah mulai turun, tetapi Berdarah Dengue cairan maintenance yang seperti dengan peningkatan Ht >20%:
kematrokit makin meningkat, leu- Dr. Kie Chen memulai dengan dekstrosa dan cairan lainnya un-
kosit makin anjlok, dan trombosit penekanan bahwa Indonesia tuk nutrisi, karena cairan-cairan
juga makin anjlok. Leukopeni merupakan endemik demam ber-
rata-rata selalu mendahului trom- darah dengue (DBD) dan pada de-
bositopeni, dan trombositopeni mam berdarah terjadi kebocoran
mendahului plasma leakage. plasma.
Pemeriksaan serologi baru Terapi pada demam berdarah
dapat terdeteksi setelah hari ke- adalah terapi suportif. Yaitu mem-
lima, karena disitu kemungkinan berikan cairan pengganti sampai
besar konsentrasi antibodi cukup respon imunologi itu berhenti.
di atas batas deteksi alat. Sedang- Kematian yang terjadi 1%.
kan pemeriksaan antigen NS1 Penetapan kasus DHF menu-
dapat dilakukan dari H-1 sam- rut WHO pada tahun 1997, yaitu:
pai dengan hari keempat, kadar - Demam atau pernah demam,
optimal NS1 adalah pada hari dalam 2-7 hari terakhit, dan bi-
ketiga. Pemeriksaan antigen NS1 asanya biphasic.
ada dua, yaitu dengan ELISA dan - Trombositopenia (<100.000/
rapid test. Pemeriksaan de-ngan mm3)
ELISA lebih akurat tetapi mem- - Test tourniquet positif
butuhkan waktu yang lama (4 - Petecheae, ecchymoses, atau pur-
jam). Sedangkan pemeriksaan pura.
dengan rapid test hanya mebu- - Pendarahan di mukosa, saluran
tuhkan waktu 5 menit. GI, tempat injeksi, atau lokasi
NS1 merupakan non structure lainnya.
protein yang terdapat pada per- - Hematemesis atau melena.
mukaan virus, merupakan an- - Kejadian kebocoran plasma:
tigen yang letaknya paling luar peningkatan hematokrit >20%,

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


Tatalaksana renjatan sehingga lebih mudah diekskresi,
lebih aman bagi ginjal, minimal
mempengaruhi sistem koagulasi,
dan kemungkinan menyebabkan
alergi kecil.
Hasil dari penelitian pilot dari
Haemaccell® ini menunjukkan
bahwa Haemaccell® aman dan
efektif digunakan sebagai terapi
cairan pada pasien demam berda-
rah tahap I/II. Uji klinis kompara-
tif dengan jumlah subjek yang
lebih besar akan dilakukan untuk
menegaskan efikasi dan keamanan
Haemaccell®.

Beberapa Hasil Diskusi Round


Table Discussion
Transfusi trombosit hanya diberi-
kan pada kondisi pendarahan dan
tidak pernah diberikan untuk pro-
filaksis. Dalam beberapa peneli-
tian yang telah dilakukan Dr. Kie
Chen, SpPD, KPTI dkk, rendah-
nya jumlah trombosit ti-dak selalu
menimbulkan pendarahan. Yang
penting adalah selalu monitoring,
pendarahan tidak akan terjadi tan-

MEDICINUS
pa diketahui. Bila terjadi epistaksis
namun hemodinamik stabil, nadi
tidak cepat, tidak gelisah, Ht nor-
mal, maka tidak diberikan pembe-
rian trombosit. Namun bila yang
37
terjadi adalah sebaliknya, yaitu:
pasien gelisah, hemodinamik tid-
ak stabil, Ht turun, adanya nyeri
yang hebat pada abdomen, terasa
mual yang hebat, barulah pem-
berian transfusi trombosit harus
dipertimbangkan.
Apakah benar alat diagnostik
NS1 berguna? Karena biayanya
mahal sekali. Filosofi NS1 rapid
test: mendeteksi sedini mungkin.
Pada kesempatan ini, dipaparkan 1. terjadinya hemokonsentrasi memiliki pengaruh yang minimal Dibutuhkan di daerah endemik
secara singkat hasil penelitian selama terapi cairan pengganti terhadap sistem koagulasi, dan seperti di Indonesia. Tapi untuk
“An Open Pilot Study of the Ef- sehingga dibutuhkan lebih ba- less allergic potential. pasien menengah ke bawah, bia-
ficacy and Safety of Polygeline nyak cairan; Haemaccell® adalah cairan sanya dilakukan deteksi dini dari
(Haemaccell®) in Adult Subjects 2. terjadi akumulasi cairan pada koloid yang memiliki kompo- kadar leukosit. Ingat leucopenia
with Dengue Hemorrhagic Fe- rongga-rongga tubuh seperti sisi polygeline yang diperoleh mendahului trombositopenia. Ra-
ver” yang diteliti oleh Herdiman pleural efusi, asites, dan udem dari tulang rawan sapi. Kandun- pid test NS1 sekarang bisa false posi-
J Pohan, Khie Chen Lie, Widayat pada kadnung kemih. gan koloid yang memiliki Berat tive. Tapi sekarang sedang diteliti
Djoko Santaso, Suhandro, dan Molekul lebih besar dibanding untuk menghindari false positive.
Eppy dengan sponsor PT Dexa Problema ini memunculkan cairan kristaloid memungkinkan Kemudian acara diakhiri
Medica. kebutuhan akan adanya cairan Haemaccell® bertahan dalam in- dengan penutupam oleh modera-
Terapi cairan pada pende- pengganti yang dapat bertahan travaskular lebih lama, dan apa- tor (Dr. Tunggul D Situmorang,
rita demam berdarah tahap I/II lebih lama dalam intravaskular, bila dibandingkan dengan cairan SpPD, KGH) dengan applause me-
memiliki beberapa problema, se- mudah diekskresi, lebih aman koloid lainnya, berat molekul riah dari peserta. Wila, Taufik, Ana,
bagai berikut: untuk organ tubuh (misal ginjal), polygeline adalah yang paling kecil Natalia, Lydia

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


MEDICINUS

38

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


MEDICINUS
133

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


MEDICINUS

IKLAN STIMUNO / HISTRIN FT


134

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


events

STIMUNO Raih Anugerah


Produk Asli Indonesia 2008

Bisnis dan Teknologi, Marketing Direktur PT Astra Honda Motor.


Director PT Oracle Indonesia, 7. Sebelumnya, STIMUNO juga

S
TIMUNO yang diproduk- ca mewakili Managing Director Narga S. Habib, Ketua Umum pernah memenangkan penghar-
si PT Dexa Medica Dexa Medica, Ferry Soetikno. Se- Persatuan Perusahaan Periklan- gaan Primanyarta Award (2005)
memperoleh Anugerah mentara itu, Pemimpin Redaksi an Indonesia (PPPI), 8. Maya- dan BJ Habibie Technology Award
Produk Asli Indonesia (APAI) Bisnis Indonesia, Ahmad Djau- dewi Hartarto, Presiden Direktur (2008). Corporate Communica-
2008, Pemenang Kategori Obat. har dalam sambutannya men- Esmod Jakarta, 9. Julius Aslan, tions Dexa Medica
Penghargaan ini diberikan oleh jelaskan bahwa para pemenang
harian ekonomi terkemuka Bis- APAI 2008 akan difasilitasi un-
nis Indonesia, yang diserahkan tuk mengikuti ABAC (ASEAN
pada Kamis, 11 Desember 2008, Business Advisory Council)
di Gedung Balai Kartini, Jakarta. Award tahun 2009 mendatang.

APAI 2008 mengangkat tema Dewan Juri APAI 2008 terdiri


“Goes Global” dirancang dan dari: 1. Insan Budi Maulana,
diwujudkan untuk mengang- Pengamat Hak Kekayaan Inte-
kat produk asli Indonesia, baik lektual, Managing Partner and
berupa barang maupun jasa, Head of Intellectual Property Prac-
agar dapat menjadi tuan ru- tice pada Lubis, Santosa Maulana
mah di negeri sendiri maupun Law Offices,  2. Yongky S. Susilo,
mampu berlaga di ajang antar- Director, Business Development,

MEDICINUS
bangsa. Retail Services PT The Nielsen
Company Indonesia, 3. Rofikoh
Penghargaan APAI 2008 un- Rokhim, Ekonom Harian Bisnis
tuk STIMUNO diserahkan oleh Indonesia, 4. Amalia E. Maula-
Wakil Pemimpin Perusahaan na, Head of MM Strategic Mar-
Harian Bisnis Indonesia, Harya- keting BiNus Business School, 5. 41
di B. Sukamdani kepada Sylvia Bambang Setiadi Kepala Badan
Andriani Rizal, Head of Marke- Standardisasi Nasional (BSN),
ting and Sales OTC Dexa Medi- 6. Goenawan Loekito, Pemerhati

Website Dexa Medica Tampil dengan Wajah Baru

W
ebsite Dexa Medica Selain menu-menu baru, bera-
kini tampil dengan gam pilihan menu lain yang
wajah baru. Disain dapat diakses seperti info
dan menu-menu baru terlihat produk (ethical dan OTC), be-
lebih dinamis. Website ini akan rita kesehatan dan farmasi, ca-
menjadi pintu gerbang infor- lendar of event, ragam aktivitas
masi tentang Dexa Medica. sosial Dharma Dexa, hingga
info karir.
Tampilan baru ini mulai dapat
diakses pada Rabu, 4 Februari Web Dexa Medica akan senan-
2009, setelah Managing Director tiasa dikembangkan mengikuti
Dexa Medica, Ferry Soetikno dinamika teknologi informasi.
melakukan browsing di sejum- Silahkan kunjungi, tampilan
lah menu-menu baru dalam baru www.dexa-medica.com !
website ini, seperti Presentations, Corporate Communications Dexa
40 Tahun Dexa Medica, dan Hot Medica
News.

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


events

Dua Tahun Berturut-turut:


Dexa Medica Perusahaan Pembina
Tenaga Kerja Perempuan Terbaik

D
ua Tahun berturut-turut, tion Center, oleh Menteri Tenaga Ferry Soetikno.
Dexa Medica terpilih se- Kerja dan Transmigrasi RI, Erman Penghargaan
bagai Perusahaan Pem- Suparno disaksikan Presiden RI ini digelar ber-
bina Tenaga Kerja Perempuan Susilo Bambang Yudhoyono, dan samaan Perin-
Terbaik Provinsi Sumatera Sela- Ibu Negara, Ani Bambang Yudho- gatan Hari Ibu
tan tahun 2008 dan 2007. yono, Wakil Presiden Yusuf Kalla, ke-80 dan Pen-
Menteri Megara Pemberdayaan canangan Ta-
Penghargaan Perusahaan Pem- Perempuan, Meutia Hatta, Menteri hun Indonesia
bina Tenaga Kerja Perempuan Kesehatan, Siti Fadillah Supari, Kreatif 2009.
Terbaik 2008 diberikan Senin, 22 Menteri Perdagangan, Mari Elka
Desember 2008, di Jakarta Conven- Pangestu, dan sejumlah Menteri Ada tujuh kate- Tingkat Provinsi, dan Penghar-
Kabinet Indo- gori penghargaan yang diberi- gaan Perusahaan Pembina Tenaga
nesia Bersatu kan, yaitu Penghargaan Anuge- Kerja Perempuan Terbaik Tingkat
lainnya. rah Parahita Ekapraya Tingkat Provinsi.
Provinsi dan Kabupaten/Kota,
Dari Dexa Penghargaan Pengelola Program Pemenang Perusahaan Pembina
Medica, ha- Terpadu Peningkatan Peran Wa- Tenaga Kerja Perempuan Terbaik
dir pada nita menuju Keluarga Sehat Se- Tingkat Provinsi Sumatera Sela-
penyerahan jahtera (P2WKSS) Terbaik Tingkat tan Tahun 2008 adalah, Pemenang
penghargaan Provinsi, Penghargaan Pengelola Pertama: PT Dexa Medica, Jl.
tersebut, Program Bina Keluarga Balita Bambang Utoyo Palembang deng-
MEDICINUS

Karyanto, (BKB) Terbaik Tingkat Provinsi, an nilai 7.323, Pemenang Kedua


Corporate Penghargaan Kelompok Bina PT Interbis, Jl HBR Motik KM 7,
Communica- Keluarga Balita (BKB) Terbaik Palembang dengan nilai 6.808,
tions Manag- Tingkat Provinsi, Penghargaan dan Pemenang Ketiga adalah PT
er, mewakili Pengelola Kecamatan Sayang Ibu PN VII Unit Usaha Beringin, Ka-
42
Managing (KSI) Terbaik Tingkat Provinsi, bupaten Muara Enim dengan nilai
Director Dexa Penghargaan Rumah Sakit Sayang 6.662. Corporate Communications
M e d i c a , Ibu dan Bayi (RSSI dan B) Terbaik Dexa Medica

Dexa Award untuk Lulusan di Balai Sidang

Terbaik Apoteker UI UI, Depok, Rabu,


4 Februari 2009.

Acara itu diha-

D
exa Medica kembali Pengambilan Sumpah Apoteker diri pula Ketua
memberikan penghar- Angkatan LXVII, Departemen Umum Ikatan
gaan Dexa Award ke- Farmasi, Fakultas Matematika Sarjana Farmasi
pada lulusan terbaik program dan Ilmu Pengetahuan Alam UI, Indonesia (ISFI),
profesi Apoteker dari universitas Prof. Dr. Har-
terakreditasi A di Indonesia. Kali yanto Dhanutir-
ini, Nova Trisnawaty, S.Farm, Apt, to. Ada 60 lulu-
terpilih untuk menerima penghar- san Apoteker
gaan Dexa Award sebagai lulusan Angkatan ke- obat Dexa Medica tidak hanya
terbaik program profesi Apoteker 67 yang dilantik dan diambil didistribusikan di dalam negeri,
Angkatan ke-67, Universitas Indo- sumpahnya dalam acara terse- tetapi juga diekspor ke manca ne-
nesia (UI). Nova yang berasal dari but. Dexa Award merupakan gara. STIMUNO yang merupakan
Palembang, Sumatera Selatan ini, penghargaan dari Dexa Medica produk herbal untuk memperkuat
memiliki Indeks Prestasi Kumula- kepada para apoteker dan dok- sistem imun telah mendapatkan
tif (IPK) 3,46. ter yang telah dengan upaya sertifikat Fitofarmaka dari Badan
gigih menjadi lulusan terbaik. Pengawasan Obat dan Makanan
Dexa Award diserahkan oleh (BPOM). Bahkan belum lama ini,
Head of Marketing and Sales OTC Dalam sambutannya, Sylvia STIMUNO juga meraih penghar-
Dexa Medica, Sylvia Andriani mengatakan Dexa Medica didi- gaan Anugerah Produk Asli Indo-
Rizal, mewakili Direksi Dexa rikan di Palembang pada 27 nesia (APAI) 2008. Corporate Com-
Medica, pada Pelantikan dan September 1969. Produk-produk munications Dexa Medica

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


calender events

1. 5th Jakarta International FESS Course & PKB IKA Departemen Ilmu Kesehatan Anak PT GPD Indonesia, Jl. Ciasem I No. 30A Kebayoran
Workshop FKUI/RSCM, Jl. Salemba Raya 6 Jakarta 10430 Baru, Jakarta Selatan 12180
Tanggal: 7-9 Maret 2009 Telp.: 021-3161420 Telp.: 021-7254424, 7246720
Tempat: Gran Melia Hotel, Jakarta Faks: 021-3161420 Faks: 021-72794826
Sekretariat: E-mail: salsa_nahdi@yahoo.com.sg
Ear Nose Throat Department Website: http://www.idai.or.id/agenda/ 11. Disfunctional Uterine Bleeding dan Hiper-
Gedung A (Medical Staff Building) - 7th Floor Contact Person: Sdri. Indri Nethalia / Dinnisa plasia Endometrium
Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta Adirisnur Tanggal: 14-15 Mei 2009
Indonesia Tempat: Auditorium Sarwono Lt. 1 Gedung A/
Telp.: +62-21-3910701 / 3912144 6. Non Surgical Management of Benign Gyne- Public Wing RSCM
Faks: +62-21-3912144 / 394154 cology Sekretariat:
E-mail: retno_wardani@yahoo.com atau Tanggal: 27-28 Maret 2009 RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo
thtrscm@indo.net.id Tempat: Auditorium Sarwono Lt. 1 Gedung A/ Telp.: 021-3928720, 68275657
Website: http://www.pediatric-ent.asia/index. Public Wing RSCM Faks: 021-3928719
php?option=com_content&view=category&lay Sekretariat: Contact Person: Sdr. Rima/Frany
out=blog&id=30&itemid=102 RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo
Telp.: 021-3928720 / 021-68275657 12. The 5th International Endoscopy Workshop
2. PIT FETOMATERNAL MALANG Faks: 021-3928719 & Indonesian Digestive Diseases week
Topik: Management of Obstetric Emergen- Contact Person: Sdr. Rima/Frany Tanggal: 14-17 Mei 2009
cies from Biomolecular to Vlinical Practice Tempat: Borobudur Hotel, Jakarta dan RSCM
Tanggal: 7-11 Maret 2009 7. Update on Diagnosis & Management of Sekretariat:
Tempat: Kusuma Argo Wisata Hotel Batu, Clinical Problem in Daily Practice (KPPIK Divisi Gastroenterologi
Malang FKUI 2009) Bagian Ilmu Penyakit Dala, FKUI/RSUP Dr.
Sekretariat: Tanggal: 14-19 April 2009 Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro 71,
RSU Dr. Saiful Anwar Malang Div. Obstetric & Gine- Tempat: FKUI dan Shangri La Hotel, Jakarta Jakarta
cology Sekretariat: Telp.: +62-21-3148680, 83792121
Jl. Jaksa Agung No. 2 Malang dan Jl. Ciasem I No. CME-PDU FKUI Lt.2 E-mail: gitipdui@cbn.net.id atau pt_mts@
30A Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Jl. Salemba Raya No. 6 Jakarta Pusat indo.net.id

MEDICINUS
Telp.: 0341-353331 / 021-7254424 Telp.: 021-3106737, 70752375 Website: http://www.ina-hgic.
Faks: 0341-353332 / 021-72794826 Faks: 021-3106443 or.id/?page=event
E-mail: fetomalang@yahoo.com E-mail: kppik09.fkui@gmail.com atau cme_
Contact Person: Dewi fkui@yahoo.com 13. 12th Asian Conference on Diarrhoeal Dis-
Contact Person: Yaya/Fiona/Wafi eases and Nutrition (12th ASCODD)
3. Workshop on Stem Cell Isolation, Culture Tanggal: 25-29 Mei 2009 43
and Analysis 2009 8. Joint Meeting - 3rd Congress of Association Tempat: Yogya
Tanggal: 17 Maret 2009 of Souteast Asan Pain Society (ASEAPS) and Sekretariat:
Tempat: Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Pulo- Neuropathic Pain Special Interest Group Pediatric Research Unit Child Health Depart-
mas, Jakarta (NeuPSIG) 2009 ment Faculty of Medicine Gadjah Mada Univer-
Sekretariat: Tanggal: 17-20 April 2009 sity, Jl. Kesehatan No. 1 Yogyakarta 55281
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Tempat: Hyatt Hotel - Nusa Dua, Bali Telp.: +62-274-7011570, 555455
Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa - Jakarta Selatan Sekretariat: Faks: +62-274-555255
Telp.: 021-7864727 Anesthesiology Department, Faculty of E-mail: ascodd12@hotmail.com
E-mail: tasq.julianti@gmail.com Medicine, Hasanuddin University/Dr. Wahidin
Contact Person: Tasqiah J (08122440698); Sudirohusodo General Hospital 14. Jogya Dsypepsia Forum 2009
Lungguk H (0812199185); Esti M Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Tamalanrea, “Dyspepsia Management Strategy”
(08151663201) Makassar, South Sulawesi, Indonesia Where are We Now and Where are We Go-
Telp.: +62-411-582583 ing?
4. 7th National Obesity Symposium Faks: +62-411-590290 Tanggal: 5-6 Juni 2009
Topik: Obesity: Mission Possible E-mail: joint_meeting@yahoo.co.id Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta
Tanggal: 21-22 Maret 2009 Website: http://www.aseaps2009.net Sekretariat:
Tempat: Flores Room - Hotel Borobudur, Jakarta Contact Person: Abdillah Khomeini Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito
Sekretariat: Jl. Kesehatan No. 1 Sekip, Yogyakarta
Prodia Clinical Laboratory 9. 10th Jakarta Antimicrobial Update (JADE) Telp.: 62 274 587333 psw 316 / 553119
Jl. Kramat VI No. 5, Jakarta Pusat 2009 Faks: 62 274 553120
Telp.: 021-3145256, 3145296, 3145013, Topik: Improving Clinical Skills in Manag- E-mail: gitrss@yahoo.com
3145014 ing Tropical and Infectious Diseases
Faks: 021-31902310, 3159610 Tanggal: 25-26 April 2009 15. 4th National Symposium on Vascular Medi-
E-mail: prodiaorganizer@yahoo.com; wil3. Tempat: Shangri-La Hotel, Jakarta cine
pemasaran@yahoo.co.id Sekretariat: Topik: Integrative Approach on Vascular
Contact Person: Pipih (0818196087); Nurul Telp.: 021-3929106 / 021-3920185 Disease: from Prevention to Intervention
(085711118648) Faks: 021-3911873 / 021-3929106 Tanggal: 30 Juli - 1 Agustus 2009
Contact Person: Lenni Sibarani/Dewi/Yulianto Tempat: Ritz Carlton Hotel, Jakarta
5. HIV Infection in Infants and Children in Indo- Sekretariat:
nesia: Current Challenges in Management 10. Anesthesia and Cardiovascular Problems Rumah sakit Pusat Jantung Nasional Harapan
Tanggal: 22-23 Maret 2009 Tanggal: 8-9 Mei 2009 Kita, Jl. S Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta
Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta Tempat: Patra Convention Hotel, Semarang Telp.: 021-5684085, 5684093 (ext 2831)
Sekretariat: Sekretariat: Faks: 021-56963795

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


literature services

Pembaca yang budiman,

Jurnal MEDICINUS melayani permintaan literatur services hanya dengan melalui Tim Promosi Dexa Medica Group.
Di bawah ini akan diberikan daftar isi beberapa jurnal terbaru yang dapat anda pilih. Bila anda menginginkannya, mohon halaman
ini difotokopi, artikel yang dimaksud diberi tanda dan dikirimkan ke atau melalui Tim Promosi.

o Outcomes of patients hospitalized with ical progress to date. Drugs 2009; 69(1):31-

community-acquired, health care-associated, 50

and hospital-acquired pneumonia. Annals of o Management of NSAID-induced gastrointes-


Internal Medicine 2009; 150:19-26 tinal toxicity. Focus on proton pump inhibi-

o Screening for skin cancer: An update of the evi- tors. Drugs 2009; 69(1):51-69

dence for the US preventive services task force. o Effect of high-dose simvastatin therapy on glu-
Annals of Internal Medicine 2009; 150:194-8 cose metabolism and ectopic lipid deposition in

o Prognosis of fatigue and functioning in pri- nonobese type 2 diabetic patients. Diabetes Care

mary care: A 1-year follow-up study. Annals of 2009; 32:209-14


MEDICINUS

Family Medicine 2008; 6:519-27 o Metabolic syndrome and risk for incident

o Oxidative stress and left ventricular remod- Alzheimer’s disease or vascular dementia.

elling after myocardial infarction. Cardiovas- Diabetes Care 2009; 32:169-74


44
cular Research 2009; 81:457-64 o Allopurinol and nitric oxide activity in the

o Long-term use of thiazolidinediones and cerebral circulation of those with diabetes.

fractures in type 2 diabetes: A meta-analy- Diabetes Care 2009; 32:135-7

sis. CMAJ 2009; 180(1):32-9


o 
Giant osteoclast formation and long-term
oral bisphosphonate therapy. The New Eng-
o  cupuncture treatment for pain: Systemic
A
land Journal of Medicine 2009; 360:53-62
Review of randomised clinical trials with
o 
Fractional flow reserve versus angiography
acupuncture, placebo acupuncture, and no
for guiding percutaneous coronary inter-
acupuncture groups. BMJ 2009; 338:330-44
vention. The New England Journal of Medicine
o 
Long-term survival after evidence based
2009; 360:213-24
treatment of acute myocardial infarction
o 
Primary ovarian insufficiency. The New Eng-
and revascularisation: follow-up of popula-
land Journal of Medicine 2009; 360:606-14
tion based Pert MONICA cohort, 1984-2005.
o 
Association of mild anemia with hospitaliza-
BMJ 2009; 339:b36
tion and mortality in the elderly: the health
o Antidepressants for the treatment of chronic and anemia population-based study. Haema-
pain. Drugs 2008; 68(18):2611-32
tologica 2009; 94(1):22-8
o Novel targets for antiretroviral therapy. Clin-

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


IKLAN KEPPRA

MEDICINUS

Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009


IKLAN HOSPITAL EXPO

Anda mungkin juga menyukai