Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fadhil Muhammad

NIM:04011281924233

Kelompok: 4

Kelas:Alpha 2019

HIPOTHALAMUS DAN RESPON MAKAN

Dorongan (drive) primitif untuk mengambil makanan merupakan usaha organisme


untuk bertahan hidup yang umumnya dihubungkan dengan lapar murni. Selera makan
tidak perlu punya hubungan apapun dengan keperluan makan untuk bertahan hidup.
Rangsangan selera makan datang dari sumber-sumber beraneka ragam seperti distensi
lambung, kadar glukosa dalam darah dan asosiasi psikik seperti bau, melihat dan
mengecap makanan.

Daerah hipothalamus yang bersangkutan dengan respon makan dinamakan Appestat /


Appetite Control System (ACS). ACS juga merupakan kontrol bersama terhadap berat
badan, suhu, tingkat aktivitas, siklus reproduksi pada wanita, dan energi yang tersedia
untuk memutuskan berapa banyak makanan yang diperlukan hari ini.

Mekanisme Neural mengatur kontrol makan

Melalui nervus vagus, otak menerima informasi mengenai isi pencernaaan dari usus
dan metabolisme zat-zat makanan pada hepar. Peninggian konsentrasi glukosa setelah
makan menyebabkan penyampaian rangsang dari traktus solitarius pada nukleus
serabut saraf vagus. Melalui nukleus saraf vagus ini informasi rangsangan ini
diteruskan ke hipothalamus dan komponen dari sistem limbic pada forebrain.

Pada hipothalamus rangsang akan melibatkan daerah yang berperan dalam respon

makan meliputi :

1. Nukleus Ventromedial Hipothalamus dinamakan pusat kenyang, disebut sebagai

satiety system

2. Nukleus Lateral Hipothalamus dinamakan pusat lapar atau pusat makan atau

disebut sebagai feeding system

Pengaturan kimiawi
Rangsang pada hipothalamus seperti contohnya konsentrasi makanan di dalam
gastrointestinal dan lain – lain, juga akan menyebabkan reaksi pada sistem saraf
otonom yang mengakibatkan hipothalamus akan mensekresikan neurotransismiter
termasuk serotonin, katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin), opiat endogenous
dan neuropeptides. Neuropeptides yang dihasilkan yaitu :

• Neuropeptide Y (NPY): berperan dalam keinginan untuk makan/

rasa lapar

• Glucagon-like Peptide 1 (GLP-1): berperan pada rasa kenyang

Hipothalamus juga berhubungan dengan pengaturan hormonal tubuh, mengatur


kelenjar pituitary dimana hal ini akan menyebabkan pengaturan kelenjar –kelenjar
endokrin.Nukleus-nukleus hipothalamus yang berespon terhadap Kadar Glukosa Darah
apabila kadar glukosa darah rendah, maka akan hipothalamus melepaskan impuls ke
batang otak sehingga timbul rangsang pelepasan sejumlah hormon yang mempengaruhi
respon makan.

Hubungan antara Hipothalamus dan Leptin

Sejak tahun 1940 para ahli telah mengetahui bahwa hipothalamus memegang peranan
kunci pada pengaturan makan dan berat badan. Pada binatang percobaan kerusakan
daerah Ventrolateral hipothalamus ini akan mengakibatkan selera makan yang
meningkat, banyak makan dan menjadi gemuk sedangkan pada lesi daerah Lateral
Hipothalamus akan menyebabkan anoreksia dan penurunan berat badan.

Pada bagian Medial Hipothalamus, Leptin mengaktifkan sel saraf Anorectic yang akan
melepaskan neuropeptide yang menekan appetite (POMC, CRH dan CART). Pada saat
yang sama, Leptin akan menghambat kelompok sel saraf lain yang sensitif terhadap
Leptin yang disebut Orexigenic yang akan melepaskan neuropeptide yang mengatur
appetite ( NPY dan AGRP). Kedua kelompok sel saraf yang sensitif terhadap leptin ini
akan mengirim signal penekanan appetite untuk kunci sel saraf pada bagian lateral
hipothalamus mengontrol kebiasaan termasuk kebiasaan makan.

Sistem saraf saat tidur

Secara fisiologis, apa yang membedakan terjaga dari berbagai tahapan tidur? Salah satu
cara untuk mendefinisikan keadaan arousal adalah dengan pola aktivitas listrik yang
dibuat oleh neuron kortikal. Pengukuran aktivitas otak direkam dengan prosedur yang
dikenal sebagai electroencephalography. Elektroda permukaan yang ditempatkan pada
atau di kulit kepala mendeteksi depolarisasi neuron kortikal di wilayah tepat di bawah
elektroda. Dalam keadaan sadar, banyak neuron yang ditembakkan tetapi tidak secara
terkoordinasi. Agaknya desinkronisasi aktivitas listrik dalam keadaan terjaga dihasilkan
oleh sinyal naik dari formasi reticular. Elektroensefalogram, atau EEG, dari keadaan
sadar-terjaga (mata terbuka) menunjukkan pola yang cepat dan tidak beraturan tanpa
gelombang dominan. Dalam keadaan terjaga (mata tertutup), tidur, atau koma, aktivitas
listrik neuron mulai menyinkronkan menjadi gelombang dengan pola karakteristik. Saat
keadaan arousal seseorang berkurang, frekuensi gelombang berkurang. Semakin
sinkron penembakan neuron kortikal, semakin besar amplitudo gelombang. Dengan
demikian, keadaan istirahat-bangun ditandai oleh gelombang dengan frekuensi rendah,
frekuensi tinggi, dan tidur nyenyak ditandai oleh gelombang frekuensi tinggi dengan
frekuensi tinggi. Penghentian total gelombang otak adalah salah satu kriteria klinis
untuk menentukan kematian. Pada manusia, periode istirahat utama kita ditandai oleh
perilaku yang dikenal sebagai tidur, yang didefinisikan sebagai keadaan tidak aktif
yang mudah dibalik yang ditandai dengan kurangnya interaksi dengan lingkungan
eksternal. Kebanyakan mamalia dan burung menunjukkan tahap tidur yang sama
dengan manusia, memberi tahu kita bahwa tidur adalah properti yang sangat kuno dari
otak vertebrata. Mengapa kita perlu tidur adalah salah satu misteri yang belum
terpecahkan dalam neurofisiologi. Beberapa penjelasan yang telah diusulkan termasuk
untuk menghemat energi, untuk menghindari predator, untuk memungkinkan tubuh
memperbaiki dirinya sendiri, dan untuk memproses memori. Sejumlah penelitian baru-
baru ini menunjukkan bahwa kurang tidur mengganggu kinerja kita pada tugas dan tes,
tetapi juga bahwa 20–30 menit “power naps” dapat membantu mengurangi defisit tidur.
Sampai tahun 1960-an, tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dihasilkan dari
penarikan rangsangan ke otak. Kemudian percobaan menunjukkan bahwa aktivitas
neuron dalam saluran naik dari batang otak ke korteks serebral diperlukan untuk tidur.
Dari penelitian lain, kita tahu bahwa otak yang tidur mengkonsumsi oksigen sebanyak
otak yang terjaga, dan kadang-kadang bahkan lebih. Akibatnya, kami sekarang
menganggap tidur sebagai keadaan aktif.

Sistem saraf saat berlari


Saat berlari impuls yang diterima oleh resptor tubuh atau indra dan dibawa oleh saraf
sensorik ke sistem saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kemudian saraf
sensorik dihubungkan oleh neuron intermediet pada saraf motorik. Saraf motorik
menghantarkan rangsang dari susunan saraf efektor berupa otot atau kelenjar. Setelah
bagian efektor menerima rangsang maka akan melakukan respon tubuh (lari).

Selama berlari kegiatan jantung akan meningkat secara involunter yang diperlukan
antara lain untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh.Peningkatan jumlah darah yang dicurahkan jantung (cardiac output) karena
meningkatnya kekuatan kontraksi otot jantung dan frekunsi denyut jantung,
berlangsung sampai batas tertentu.Bila kegiatan berlari dilakukan lebih cepat dan lebih
lama maka pada suatu saat curah jantung akan menurun.Hal ini akan menyebabkan
penuruna kecepatan lari karena berkurangnya penyediaan energi otot rangka yang
antara lain disebabkan oleh menurunnya jumlah oksigen.

Daftar Pustaka

Singgih, S. A., & FKUI, P. D. I. F. (2003). Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali
Tubuh. Jakarta: Departemen Ilmu Faal FKUI.

Sari, M. I. (2007). Regulasi sistem saraf pada nafsu makan. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Silverthorn, D. U., 2013. Human Physiology an Integrated Approach. 6th ed. USA:
Pearson.

Anda mungkin juga menyukai