Anda di halaman 1dari 4

VI.

Pembahasan

6.1 Sistem Saraf


Sistem saraf merupakan suatu sistem yang bertugas untuk melakukan fungsi-
fungsi yang akan dideteksi oleh tubuh yang dibantu oleh neurotransmiter.
Neurotransmiter merupakan suatu penghubung atau jembatan dari senyawa kimia
endogen dari asam amino yang dapat menghantarkan dan membantu fungsi-fungsi
sistem saraf. Neurotransmiter terdiri dari dua golongan berdasarkan fungsinya,
yaitu nerotransmiter perangsangan (pengeksitasi) dan neutransmiter penghambatan
(penginhibisi).
Pada neurotransmiter pengeksitasi kerjanya dapat meningkatkan penghantaran
impuls, seperti asetilkolin dan dopamine. Sementara neurotransmiter penginhibisi
kerjanya menghambat penghantaran impuls pada suatu sinaps sehingga
penghantaran impuls menurun, seperti stimulant sistem saraf pusat. Menurut Pearce
(2004), sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang memiliki fungsi
untuk menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk bisa dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf terdiri dari dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer atau tepi. Pada sistem saraf pusat terbagi menjadi dua bagian, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terbagi oleh dua bagian pula,
yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf somatik.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
merupakan suatu organ tubuh yang bertanggungjawab dalam mengatur aktivitas
sadar manusia (Waluyo, 2016). Menurut Djuwita (2015: 125) otak merupakan
organ tubuh yang penting yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi
semua aktivitas normal pada tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori.
Jaringan otak memiliki sel saraf yang merupakan sel utama otak yang berfungsi
untuk menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya.
Bagian otak selanjutnya yaitu otak kecil (serebelum), yang berfungsi dalam
koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh
(Campbell, 2004:244). Selanjutnya medulla oblongata (sumsum sambung), yang
berfungsi untuk menghantar impuls yang datang dari medulla spinalis menuju ke
otak. Medulla oblongata juga mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, volume
dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan
(Campbell, 2004:242).
Kemudian sistem saraf pusat yang selanjutnya yaitu sumsum tulang belakang
yang berfungsi dalam aktivitas gerak refleks atau penghantaran impuls dan
keseimbangan. Refleks merupakan respon dari sebagian tubuh yang secara otomatis
bergerak terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Stimulus tersebut dapat berupa
mekanik, kimia, suhu, cahaya. Contoh gerak refleks tersebut yaitu berkedip, bersin,
atau batuk (Waluyo, 2016:12).
Bagian dari sistem saraf yang kedua yaitu sistem saraf perifer yang terdiri dari
dua bagian, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf somatik. Sistem saraf
otonom merupakan sistem saraf tidak sadar yang berfungsi untuk mengontrol suatu
kerja yang tidak diatur oleh otak seperti denyut jantung, gerak peristaltik pada
sistem pencernaan, pengeluaran keringat, dan sebagainya. Kerja saraf otonom
sedikit dipengaruhi oleh hipotalamus pada otak karena apabila hipotalamus
dirangsang maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik merupakan sistem saraf yang
memiliki fungsi untuk memicu kerja suatu organ tubuh atau mengalami kontraksi.
Seperti memicu mempercepat detak jantung, memperbesar bronkus saat
pernapasan, dan memperkecil pupil mata. Sementara sistem saraf parasimpatik
memiliki fungsi yang sebaliknya yaitu seperti mengalami relaksasi. Saraf
parasimpatik dapat menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, dan
memperkecil bronkus. Dengan adanya mekanisme yang berlawanan antara sistem
saraf simpatik dan parasimpatik maka dapat mengakibatkan keadaan tubuh yang
normal.
Sistem saraf perifer yang kedua yaitu sistem saraf somatik. Saraf somatik
merupakan sistem saraf sadar yang berfungsi untuk mengontrol suatu kerja yang
diatur oleh otak. Pada sistem saraf ini terjadi ketika kita sedang makan, minum,
menulis, berbicara dan sebagainya. Saraf akan meneruskan impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat yang kemudian diteruskan ke semua otot kerangka tubuh. Sistem
saraf ini terdiri dari 12 pasang saraf kranial yang keluar dari otak dan 31 pasang
saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang

6.2 Pemberian Stimulan SSP Dengan Kafein


Selanjutnya percobaan pertama pada praktikum ini yaitu pengamatan
stimulasi SSP dari kafein. Obat stimulan SSP kafein merupakan obat yang
berfungsi untuk meningkatkan neurotransmitter pengeksitasi dan dapat
menurunkan neurotransmitter penginhibisi. Dimana pada saat neurotransmitter
meningkat, maka kerja penghantaran impuls akan meningkat dan mengakibatkan
aktivitas tubuh juga meningkat misalnya rasa lelah pada seseorang akan hilang
menjadi semangat.
Pengujian aktivitas stimulan ini dilakukan terhadap mencit. Hal ini berfungsi agar
mengetahui respon yang diberikan oleh mencit. mencit diberikan kafein 0,6 mL/32 gram.
Terlebih dahulu dilakukan pengamatan terhadap mencit, dimana sebelum diberikannya kafein
seluruh perilaku mencit diamati normal. Namun setelah diberikan kafein kepada mencit, untuk
dipastikan sikap tubuh mencit normal, untuk jengukan kepala menghadap kebawah dan aktivitas
motorik pada mencit, mencit yang sudah diberikan kafein mengalami aktivitas, hal itu terjadi
dikarenakan kafein memiliki aktivitas stimulat yang dapat meningkatkan aktivitas karena adanya
pelepasan suatu dopamine yang dapat menyebabkan lelah menjadi hilang. Kemudian mencit
mengalami grooming pada menit ke 0, ke 15 dan ke 60. Hal ini menunjukan adanya rasa
kegelisahan terhadap mencit. Apabila kafein dikonsumsi dalam dosis yang lebih besar dan terus
menerus dapat berdampak menurunnya tingkat kecerdasan, rasa sulit untuk fokus, mudah merasa
lelah dan gelisah. Karena tubuh yang terbiasa dengan mengkonsumsi kafein, pada bagian otak
akan menambah jumlah produksi adenosin. Apabila tidak mengkonsumsi kafein seperti biasanya,
maka jumlah adenosin yang berjumlah banyak akan membuat tubuh menjadi lelah. Bermula dari
terasanya migrain pada kepala karena terdapat penyempitan pembuluh darah pada otak.
Penyempitan tersebut dapat menyebabkan darah mengalir lebih cepat maka apabila dihentikan
secara mendadak pembuluh darah akan melebar. Tekanan darah dan detak pada jantung akan
meningkat sehingga dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh pada otak hingga menimbulkan
rasa migrain. Mencit mengalami defekasi pada menit ke 15, dan menglami urinasi pada menit ke
15 dan 30. Hal ini terjadi dikarenakan pada kafein terdapak efek diuretika yang bilamana akan
meningkatkan filtrasi pada glomelurus.
Pada uji aktivitas kafein ini seharusnya, semua mencit mengalami peningkatan aktivitas
pada tubuh dikarenakan kafein merupakan salah satu stimulan SSP yang pada dasarnya dapat
meingkatkan aktivitas dari mencit serta agresivitas. Pada dosis yang lebih tinggi juga di pusat
vasomotor dan pusat pernapasan akan distimulasi oleh kafein. Akan tetapi tekanan darah tidak
mengalami kenaikan, hal ini terjadi karena pada saat bersamaan terjadi dilatasi pembuluh kulit,
ginjal, dan koronar, sehingga akibatnya kerja pada sistem saraf perifer. Setelah pemberian
dilakukan secara oral, kafein akan diabsorpsi dengan cepat dan sempurna dan didalam organisme
sebagian akan mengalami demetilasi dan oksidasi. Produksi eksresi utama didalam urin adalah
monometilxantin (Muschleir, 1991).
Kemudian di menit ke 15 dan 30 pada percobaan menggelantung, retablishment, fleksi.
Mencit kurang memberikan respon dan jadi melemah. Hal ini bisa terjadi diantaranya karena
perhitungan konversi dosis yang tidak depat
Berdasarkan data hasil pengamatan terdapat hewan uji kontrol diantaranya dengan sikap
tubuh yang ditampakan normal, aktivitas motorik normal serta memiliki rasa ingin tahu yang
baik. Hal ini menandakan bahwa hewan uji masih dapat memberikan respon terhadap lingkungan
sekitarnya dan mengembangkannya kedalam suatu gerak melalui kegiatan syaraf dan otot yang
terkoordinasi. Sehingga dapat diketahui pula bahwa proses penghantaran implusnya berjalan
dengan normal, hewan uji dapat melakukan menggelantung yang menandakan bahwa aktivitas
motoriknya baik berjalan baik, refleks potensi, refleks kornea. Respon-respon tersebut
menandakan bahwa proses penghantaran rangsangan-rangsangan stimulus dari luar dapat
dihantarkan dan diolah secara normal juga.

Anda mungkin juga menyukai