0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf dan pengaruh stimulan kafein terhadap aktivitas mencit. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan perifer yang bekerja untuk mengontrol dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pemberian kafein pada mencit menyebabkan peningkatan aktivitas motorik seperti grooming namun juga efek samping seperti migrain jika dikonsumsi berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf dan pengaruh stimulan kafein terhadap aktivitas mencit. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan perifer yang bekerja untuk mengontrol dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pemberian kafein pada mencit menyebabkan peningkatan aktivitas motorik seperti grooming namun juga efek samping seperti migrain jika dikonsumsi berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf dan pengaruh stimulan kafein terhadap aktivitas mencit. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan perifer yang bekerja untuk mengontrol dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pemberian kafein pada mencit menyebabkan peningkatan aktivitas motorik seperti grooming namun juga efek samping seperti migrain jika dikonsumsi berlebihan.
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang bertugas untuk melakukan fungsi- fungsi yang akan dideteksi oleh tubuh yang dibantu oleh neurotransmiter. Neurotransmiter merupakan suatu penghubung atau jembatan dari senyawa kimia endogen dari asam amino yang dapat menghantarkan dan membantu fungsi-fungsi sistem saraf. Neurotransmiter terdiri dari dua golongan berdasarkan fungsinya, yaitu nerotransmiter perangsangan (pengeksitasi) dan neutransmiter penghambatan (penginhibisi). Pada neurotransmiter pengeksitasi kerjanya dapat meningkatkan penghantaran impuls, seperti asetilkolin dan dopamine. Sementara neurotransmiter penginhibisi kerjanya menghambat penghantaran impuls pada suatu sinaps sehingga penghantaran impuls menurun, seperti stimulant sistem saraf pusat. Menurut Pearce (2004), sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang memiliki fungsi untuk menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk bisa dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri dari dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer atau tepi. Pada sistem saraf pusat terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terbagi oleh dua bagian pula, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf somatik. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak merupakan suatu organ tubuh yang bertanggungjawab dalam mengatur aktivitas sadar manusia (Waluyo, 2016). Menurut Djuwita (2015: 125) otak merupakan organ tubuh yang penting yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi semua aktivitas normal pada tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak memiliki sel saraf yang merupakan sel utama otak yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya. Bagian otak selanjutnya yaitu otak kecil (serebelum), yang berfungsi dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh (Campbell, 2004:244). Selanjutnya medulla oblongata (sumsum sambung), yang berfungsi untuk menghantar impuls yang datang dari medulla spinalis menuju ke otak. Medulla oblongata juga mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan (Campbell, 2004:242). Kemudian sistem saraf pusat yang selanjutnya yaitu sumsum tulang belakang yang berfungsi dalam aktivitas gerak refleks atau penghantaran impuls dan keseimbangan. Refleks merupakan respon dari sebagian tubuh yang secara otomatis bergerak terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Stimulus tersebut dapat berupa mekanik, kimia, suhu, cahaya. Contoh gerak refleks tersebut yaitu berkedip, bersin, atau batuk (Waluyo, 2016:12). Bagian dari sistem saraf yang kedua yaitu sistem saraf perifer yang terdiri dari dua bagian, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf somatik. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf tidak sadar yang berfungsi untuk mengontrol suatu kerja yang tidak diatur oleh otak seperti denyut jantung, gerak peristaltik pada sistem pencernaan, pengeluaran keringat, dan sebagainya. Kerja saraf otonom sedikit dipengaruhi oleh hipotalamus pada otak karena apabila hipotalamus dirangsang maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik merupakan sistem saraf yang memiliki fungsi untuk memicu kerja suatu organ tubuh atau mengalami kontraksi. Seperti memicu mempercepat detak jantung, memperbesar bronkus saat pernapasan, dan memperkecil pupil mata. Sementara sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang sebaliknya yaitu seperti mengalami relaksasi. Saraf parasimpatik dapat menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, dan memperkecil bronkus. Dengan adanya mekanisme yang berlawanan antara sistem saraf simpatik dan parasimpatik maka dapat mengakibatkan keadaan tubuh yang normal. Sistem saraf perifer yang kedua yaitu sistem saraf somatik. Saraf somatik merupakan sistem saraf sadar yang berfungsi untuk mengontrol suatu kerja yang diatur oleh otak. Pada sistem saraf ini terjadi ketika kita sedang makan, minum, menulis, berbicara dan sebagainya. Saraf akan meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat yang kemudian diteruskan ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf ini terdiri dari 12 pasang saraf kranial yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang
6.2 Pemberian Stimulan SSP Dengan Kafein
Selanjutnya percobaan pertama pada praktikum ini yaitu pengamatan stimulasi SSP dari kafein. Obat stimulan SSP kafein merupakan obat yang berfungsi untuk meningkatkan neurotransmitter pengeksitasi dan dapat menurunkan neurotransmitter penginhibisi. Dimana pada saat neurotransmitter meningkat, maka kerja penghantaran impuls akan meningkat dan mengakibatkan aktivitas tubuh juga meningkat misalnya rasa lelah pada seseorang akan hilang menjadi semangat. Pengujian aktivitas stimulan ini dilakukan terhadap mencit. Hal ini berfungsi agar mengetahui respon yang diberikan oleh mencit. mencit diberikan kafein 0,6 mL/32 gram. Terlebih dahulu dilakukan pengamatan terhadap mencit, dimana sebelum diberikannya kafein seluruh perilaku mencit diamati normal. Namun setelah diberikan kafein kepada mencit, untuk dipastikan sikap tubuh mencit normal, untuk jengukan kepala menghadap kebawah dan aktivitas motorik pada mencit, mencit yang sudah diberikan kafein mengalami aktivitas, hal itu terjadi dikarenakan kafein memiliki aktivitas stimulat yang dapat meningkatkan aktivitas karena adanya pelepasan suatu dopamine yang dapat menyebabkan lelah menjadi hilang. Kemudian mencit mengalami grooming pada menit ke 0, ke 15 dan ke 60. Hal ini menunjukan adanya rasa kegelisahan terhadap mencit. Apabila kafein dikonsumsi dalam dosis yang lebih besar dan terus menerus dapat berdampak menurunnya tingkat kecerdasan, rasa sulit untuk fokus, mudah merasa lelah dan gelisah. Karena tubuh yang terbiasa dengan mengkonsumsi kafein, pada bagian otak akan menambah jumlah produksi adenosin. Apabila tidak mengkonsumsi kafein seperti biasanya, maka jumlah adenosin yang berjumlah banyak akan membuat tubuh menjadi lelah. Bermula dari terasanya migrain pada kepala karena terdapat penyempitan pembuluh darah pada otak. Penyempitan tersebut dapat menyebabkan darah mengalir lebih cepat maka apabila dihentikan secara mendadak pembuluh darah akan melebar. Tekanan darah dan detak pada jantung akan meningkat sehingga dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh pada otak hingga menimbulkan rasa migrain. Mencit mengalami defekasi pada menit ke 15, dan menglami urinasi pada menit ke 15 dan 30. Hal ini terjadi dikarenakan pada kafein terdapak efek diuretika yang bilamana akan meningkatkan filtrasi pada glomelurus. Pada uji aktivitas kafein ini seharusnya, semua mencit mengalami peningkatan aktivitas pada tubuh dikarenakan kafein merupakan salah satu stimulan SSP yang pada dasarnya dapat meingkatkan aktivitas dari mencit serta agresivitas. Pada dosis yang lebih tinggi juga di pusat vasomotor dan pusat pernapasan akan distimulasi oleh kafein. Akan tetapi tekanan darah tidak mengalami kenaikan, hal ini terjadi karena pada saat bersamaan terjadi dilatasi pembuluh kulit, ginjal, dan koronar, sehingga akibatnya kerja pada sistem saraf perifer. Setelah pemberian dilakukan secara oral, kafein akan diabsorpsi dengan cepat dan sempurna dan didalam organisme sebagian akan mengalami demetilasi dan oksidasi. Produksi eksresi utama didalam urin adalah monometilxantin (Muschleir, 1991). Kemudian di menit ke 15 dan 30 pada percobaan menggelantung, retablishment, fleksi. Mencit kurang memberikan respon dan jadi melemah. Hal ini bisa terjadi diantaranya karena perhitungan konversi dosis yang tidak depat Berdasarkan data hasil pengamatan terdapat hewan uji kontrol diantaranya dengan sikap tubuh yang ditampakan normal, aktivitas motorik normal serta memiliki rasa ingin tahu yang baik. Hal ini menandakan bahwa hewan uji masih dapat memberikan respon terhadap lingkungan sekitarnya dan mengembangkannya kedalam suatu gerak melalui kegiatan syaraf dan otot yang terkoordinasi. Sehingga dapat diketahui pula bahwa proses penghantaran implusnya berjalan dengan normal, hewan uji dapat melakukan menggelantung yang menandakan bahwa aktivitas motoriknya baik berjalan baik, refleks potensi, refleks kornea. Respon-respon tersebut menandakan bahwa proses penghantaran rangsangan-rangsangan stimulus dari luar dapat dihantarkan dan diolah secara normal juga.