(PDF) Makalah Sejarah Promosi Kesehatan
(PDF) Makalah Sejarah Promosi Kesehatan
sejarah
“Promosi kesehatan”
KELOMPOK I
KELAS : IC
DIV KEPERAWTAN
1) Nur Fathan Suleman
2) Pratiwi Suga
3) Desrian Adam
4) Febrinando Pakaya
5) Muh. Irfandi Saleh
6) Agung Sentosa Utina
POLTEKKES KEMENKES
GORONTALo
TAHUN 2015/2016
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar.
Makalah kami yang berjudul “Patofisiologi Abses Paru”
Makalah ini disusun dari bebbagai sumber. Tak lupa pula kami
mengucapkan terimah kasih banyak kepada seluruuh pihak yang terlibat,
khususnya guru bidang studi atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan
makalah dan power point kami.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih
baik. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat member manfaat bagi kita
semua.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 5 : penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
1. 2 RUMUSAN MASALAH
INTERNASIONAL
BAB III
INDONESIA
3.1 ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT
(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960
an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten..Lambat laun
pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya,
bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada
anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah”
dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk
Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas
Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat.
Paling tidak ada dua hal penting dalam Undang-undang tersebut yang perlu
dikemukakan dan dijadikan landasan dalam penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat yaitu :
Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang
berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September
1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963
dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian
malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID
dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga
DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan
Lampung, sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari
kemungkinan serangan malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans
yang berhasil menurunkan ”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi
Hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta.
Meskipun peristiwanya sendiri merupakan upacara simbolis penyemprotan nyamuk,
tetapi kegiatan tersebut harus dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluhan
kepada masyarakat.
Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja
menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke
Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB Mantra
yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush, diadakanlah pertemuan
dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik internal penyuluhan kesehatan
maupun external dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan
sempat pula mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik
oleh Ibu Neni Surachni (kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman- teman
lain di Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia,
ia kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah
Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang
sudah waktunya diselenggarakan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof.
Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai
beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi
kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi
internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai
kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya serta dapat
mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai percontohan. Dengan
demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu oleh
perkembangan dunia internasional.
Konferensi ke IV di Jakarta ini dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78 negara,
termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini karena konferensi
tersebut juga merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang pertama
(Selanjutnya nanti ada konferensi nasional kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, tahun
2000, dan konferensi nasional ketiga di Yogyakarta, tahun 2003). Konferensi dibuka
oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, di Istana Negara. Selain pembicara-pembicara
internasional, juga tampil pembicara Indonesia, yaitu Prof Dr. Suyudi selaku Menteri
Kesehatan, dan Prof. Dr. Haryono Suyono, selain selaku Menteri Kependudukan juga
sebagai pakar komunikasi. Pada acara Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara
dari berbagai program, sektor dan daerah, menyampaikan pengalamannya dalam
berbagai kegiatan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau
daerah masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara
serentak/pararel).
Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health Promotion
into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi nama: “The
Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”. Selanjutnya
Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai berikut:
Pada tahun 1998 Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden Habibie. Sebagai
Menteri Kesehatan ditetapkan Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek. Setelah melalui
persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional dengan
daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR, pada 1
Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan : “Gerakan Pembangunan yang
Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma sehat”. Sebagai
konsekwensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus
mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi
kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat.
Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010, dengan
misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan; (2)
Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) Meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut
adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar lainnya yaitu: lingkungan sehat dan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program
pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan bahwa
salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat
dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan promosi kesehatan
sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra) Depkes 2005-2009
juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri dan
diposisikan pada urutan pertama. Ini menegaskan bahwa Paradigma Sehat dengan Visi
Indonesia Sehat-nya tersebut sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta, dan dengan
demikian promosi kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku hidup
sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.
Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan
menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada
bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih
sungguh-sungguh terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta
anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan
mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga
diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota DPR kkhususnya komisi
yang mengurusi bidang kesehatan.
BAB IV
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Perawat Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan
dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan
diterapkan oleh klien dan masyarakat. Dalam menerima promosi kesehatan klien
harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://nazmasweet.blogspot.co.id/2009/11/sejarah-perkembangan-promosi-kesehatan.html
(April 11, 2016 pukul 22:18)
e-book promosi kesehatan HDJ Maulana, S Sos, M Kes - 2009 - books.google.com (April 11,
2016 pukul 20:31)
Bahan ajar Ayubi Dian( 2010 ).Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku FKM UI.
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Oktaviani.2013.makalah promosi kesehatan. (online) available: http://oktioktaviani
36.blogspot.com/2013/05/makalah-promosi-kesehatan.html diakses tanggal 31 Agustus
Wikipedia.2011.(http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan) diakses tanggal 30
Agustus 2014
Kapalawi, Irwandi, 2007, Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam
Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008.
Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes,
diakses tanggal 15 Oktober 2008
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari
http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 25
September 2008.