Anda di halaman 1dari 55

MANAGEMEN PRAKTIK KEFARMASIAN APOTEKER

RESUME SKENARIO 2

PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN

OLEH

NAMA : ADE RAFNI AMALIAH Z


STAMBUK : 15120190147
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ANGKATAN : VIII (DELAPAN)
TUTOR : MASDIANA TAHIR, S. Farm., M. Si., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode dalam penyimpanan dan
distribusi di RS
Jawaban:
a) Penyimpanan
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah
Sakit, 2010
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
menurut bentuk sediaan san alfabetis dengan menerapkan prinsip
FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan
pemakai dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi.
Menurut Jurnal Evaluasi Penyimpanan Dan Pendistribusian Obat
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Siloam Manado
Prosedur Sistem Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Siloam Manado Berdasarkan Ketentuan dalam standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Permenkes No. 58 tahun,
2014
1. Penyimpanan obat sesuai metode FEFO
2. Penyimpanan obat sesuai metode FIFO
3. Penyimpanan obata disimpan dalam gudang/ruangan khusus untuk
obat, tidak tercampur dengan peralatan lain
4. Obat diletakkan diatas rak/lemari
5. Obat tidak diletakkan langsung di lantai
6. Penyimpanan obat LASA (Look a like sound a like) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusu
7. Obat tidak diletakkan menempel di dinding
8. Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan
9. Penyimpanan obat berdasarkan abjad
10.Penyimpanan obat berdasarkan jenis obat
11.Obat yang rusak di letakkan terpisah dengan obat yang yang masih
baik
12.Obat yang kadaluarsa diletakkan terpisah dengan obat yang masih
baik
13.Obat-obatan Narkotika dan Pisikotropika diletakkan dilemari yang
terpisah
14.Lemari obat-obatan Narkotika dan Pisikotropika selalu terkunci
15.Diberikan pelabelan (nama obat) pada rak/lemari.
Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun
2016
Macam-macam sistem penyimpanan tersebut adalah:
1) Fixed Location
Sistem ini sangat mudah di dalam mengatur barang, karena
masing-masing item persediaan selalu di simpan dalam tempat
yang sama dan di simpan dalam rak yang spesifik, rak tertutup
atau dalam rak bertingkat. Sistem ini diibaratkan seperti rumah, di
mana seluruh penghuni dapat mengetahui semua letak barang.
2) Fluid Location
Dalam sistem ini, penyimpanan di bagi menjadi beberapa tempat
yang dirancang. Masing-masing tempat ditandai sebuah kode.
Setiap item disimpan dalam suatu tempat yang disukai pada waktu
pengiriman. Sistem ini dirancang seperti hotel. Ruangan ditandai
hanya ketika barang datang. Administrasi sistem fluid location
berdasarkan pada:
a. Unit pengadaan memberikan informasi mengenai tipe, volume,
dan jumlah barang yang datang.
b. Staf gudang menganalisis di mana lokasi barang yang akan
digunakan untuk barang yang akan datang dan dapat memilih
tempat yang tepat. Data ini dapat dilaporkan di dalam sistem
pengontrolan stok.
c. Jika tempat sudah tidak cukup lagi, maka barang-barang lain
dapat dipindah untuk menciptakan ruangan yang baru lagi.
d. Pelaporan sistem pengontrolan stok harus diperbaharui.
3) Semi Fluid Location
Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem kedua di atas. Sistem
ini diibaratkan seperti hotel yang digunakan oleh tamu. Setiap
barang selalu mendapatkan tempat yang sama. Barang yang
khusus diberikan tempat tersendiri. Dalam sistem ini, setiap item
ditandai dengan penempatan barang yang cocok supaya
mempermudah dalam mengambil stok. Saat menyediakan
pesanan karyawan harus mengetahui di mana letak setiap item,
untuk memudahkan dalam mengingat setiap item. Untuk barang
yang slow moving perlu dilakukan pemilihan lokasi dan penataan
ulang.
Kesimpulan:
Metode-metode penyimpanan yang luas digunakan saat ini di Rumah
Sakit adalah dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO. Adapun
metode-metode penyimpanan lain dengan berdasarkan kelas terapi,
menurut bentuk sediaan dan jenis sediaan kemudian disusun secara
alfabetis. Obat yang rusak atau kadaluarsa diletakkan terpisah dengan
obat yang masih baik. Obat-obatan narkotika dan psikotropika
diletakkan di lemari yang terpisah dari obat-obat lain. Dalam
penyipanan juga menggunakan system Fixed Location, Fuid Location
dan Semi Fluid Location.
Penyimpanan Obat-Obat LASA
Menurut Guide On Handling Look Alike, Sound Alike Medications,
2012
Obat Look Alike Sound Alike (LASA) melibatkan obat-obatan yang secara
visual mirip dalam penampilan fisik atau kemasan dan nama-nama obat
yang memiliki kesamaan ejaan dan / atau fonetik yang serupa.
Penyimpanan obat LASA

a. Gunakan Tall Man lettering untuk menekankan perbedaan dalam


pengobatan dengan nama yang mirip. Tall Man lettering (Tallman
lettering) adalah praktik menulis bagian dari nama obat-obatan yang
mana menggunakan huruf kapital untuk bantuan membedakan suara
sama, obat yang mirip satu sama lain yang mana untuk menghindari
kesalahan obat. Tall Man lettering menyoroti huruf-huruf yang berbeda
dalam dua nama untuk membantu membedakan keduanya.
Contohnya penulisan Tall Man lettering adalah metFORMIN and
metoPROLOL.

b. Gunakan label peringatan tambahan untuk obat-obatan yang


mirip. Label peringatan harus seragam di seluruh fasilitas masing-
masing untuk memfasilitasi identifikasi

c. Untuk obat-obatan yang sama suara di mana huruf Tall Man tidak
berlaku nama kepemilikan (merek atau merek dagang) dapat
ditambahkan untuk membedakan antara obat-obatan.

d. Simpan obat LASA secara terpisah dari pasangan LASA mereka. 


Berikan spasi jenis obat yang lain agar meminimalisir pengambilan
obat yang salah
Menurut Bahan Ajar Farmasi : Farmasi Klinik, 2018
Penanganan obat kategori LASA adalah :
1. Obat disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya,
terpisah/diantarai dengan 1 (satu) item/obat lain.

Gambar 2.5. Box atau Tempat penyimpanan


Obat Ketegori LASA/NORUM
2. Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak
penyimpanan obat dan menampilkan kandungan aktif dari obat
tersebut dan berikan label penanda obat dengan kewaspadaan tinggi
atau LASA/NORUM.
Gambar 2.6. Stiker LASA sebagai penanda obat
dengan kewaspadaan tinggi.
3. Obat LASA diberi stiker warna berbeda (contohnya: warna biru)
dengan tulisan obat LASA (contohnya: warna hitam) dan ditempelkan
pada kotak obat.
4. Jika obat LASA nama sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda, maka
masing-masing obat tersebut diberi warna yang berbeda dengan
menggunakan stiker. Misalnya, pemberian warna dilakukan seperti
berikut:
a. Obat LASA kekuatan besar diberi stiker menggunakan warna biru.
b. Obat LASA kekuatan sedang diberi stiker menggunakan warna
kuning.
c. Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker menggunakan warna hijau.
5. Jika obat LASA nama sama tetapi hanya ada 2 (dua) kekuatan yang
berbeda, maka perlakuannya sama seperti obat LASA nama sama
dengan 3 kekuatan berbeda. Misalnya, menggunakan warna biru dan
hijau saja seperti berikut:
a. Obat LASA dengan kekuatan besar diberi stiker menggunakan
warna biru.
b. Obat LASA dengan kekuatan kecil diberi stiker menggunakan
warna hijau.
6. Tenaga farmasi harus membaca resep yang mengandung obat LASA
dengan cermat dan jika tidak jelas harus dikonfirmasi kembali kepada
penulis resep, dalam hal ini yang dimaksud dokter.
7. Tenaga farmasi harus menyiapkan obat sesuai dengan yang tertulis
pada resep.
8. Sebelum menyerahkan obat pada pasien, tenaga farmasi disarankan
mengecek ulang atau membaca kembali kebenaran resep dengan
obat yang akan diserahkan.
9. Perawat hendaknya membaca etiket obat sebelum memberikan
kepada pasien.
10. Etiket obat harus dilengkapi dengan hal-hal seperti berikut ini.
a. Tanggal resep.
b. Nama, tanggal lahir dan nomor RM pasien.
c. Nama obat.
d. Aturan pakai.
e. Tanggal kadaluwarsa obat.

Gambar 2.7. Label Obat Ketegori LASA/NORUM


Dalam melakukan penyimpanan terhadap obat jenis ini sebaiknya
menggunakan huruf pada penulisan obat kategori LASA/NORUM yang
berbeda. Jika memungkinkan diberi warna agar supaya terlihat
berbeda dengan obat jenis yang lain. Hal ini dilakukan untuk
menekankan pada perbedaannya.
Metode Tall man dapat digunakan untuk membedakan huruf
yang tampaknya sama dengan obat yang mirip. Dengan memberi
huruf kapital, maka petugas akan lebih berhati-hati dengan obat yang
LASA. Sekedar informasi buat Anda bahwa beberapa studi
menunjukkan penggunaan huruf kapital ini terbukti mengurangi error
akibat nama obat yang look-alike.Contohnya: metFORmin dan
metRONIdaZOL, ePINEFrin dan efeDRIN, AlloPURINOL dan
HaloPERIDOL, dan lain sebagainya.
Kesimpulan:
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di skenario terkait obat-obat
LASA, sebaiknya menggunakan Tall Man Lettering agar dapat
menekan kesalahan pada saat pengambilan obat. Contohnya:
noVOLIN dan noVOLOG. Gunakan label peringatan tambahan untuk
obat-obatan yang mirip. Label peringatan harus seragam di seluruh
fasilitas masing-masing untuk memfasilitasi identifikasi. Untuk obat-
obatan yang sama suara di mana huruf Tall Man tidak berlaku nama
kepemilikan (merek atau merek dagang) dapat ditambahkan untuk
membedakan antara obat-obatan. Simpan obat LASA secara terpisah
dari pasangan LASA mereka.  Berikan spasi jenis obat yang lain agar
meminimalisir pengambilan obat yang salah.
b) Distribusi
Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah
Sakit, 2010
Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh IFRS dalam
mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya. Adapun
metode yang dimaksud antara lain:
a) Resep Perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan
didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
b) Sistem Distribusi Persediaan Lengkap Di Ruang
Definisi sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah
tatanan kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai
dengan yang ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang
disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dengan
mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah persediaan
yang langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut. Dalam
sistem persediaan lengkap di ruangan, semua perbekalan farmasi
yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan
perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang
digunakan.
c) Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing =UDD)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi
yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau
beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam
kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup
untuk suatu waktu tertentu.
Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu
daru 3 metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada
kebijakan dan kondisi rumah sakit.
a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi dilakukan
oleh IFRS sentral ke semua unit rawat inap di rumah sakit
secara keseluruhan. Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya
satu IFRS tanpa adanya depo/satelit IFRS di beberapa unit
pelayanan.
b. Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh
beberapa depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada
dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini sama dengan
sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja
sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh
apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian
oleh IFRS sentral.
c. Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi, biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan
darurat dilayani depo/satelit IFRS. Dosis selanjutnya dilayani
oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain,
seperti pengemasan dan pencampuran sediaan intravena juga
dimulai dari IFRS sentral.
d. Sistem Distribusi Kombinasi
Definisi yaitu sistem distribusi yang menerapkan sistem
distribusi resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan
distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Perbekalan
farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan farmasi
yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan,
dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang harganya murah
mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan
farmasi bebas.
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Satndar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan
dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi
yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat
floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
b) Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi
Farmasi.
c) Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini
digunakan untuk pasien rawat inap.
d) Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap
dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Kesimpulan:
Sistem Distribusi di RS terdiri dari system persediaan lengkap di
ruangan (floor stock), system resep perorangan, system unit dosis dan
system kombinasi. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD)
sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem
ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai
kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep
individu yang mencapai 18%.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penanganan dan
penyebab dalam medication error
Jawaban:
a. Penyebab Medication Errors
Menurut Jurnal Farmaka Volume 15 Nomor 2 Tentang Review
Artikel: Medications Errors Pada Tahap Prescribing, Transcribing,
Dispensing dan Administering
Kesalahan obat dapat terjadi pada tahap prescribing, meliputi
resep yang tidak rasional, tidak tepat dan tidak efektif, serta kelebihan
dan kekurangan dosis. Kesalahan dalam tahap transcribing meliputi
kesalahan dalam mengartikan resep. Kesalahan pada manufacturing
meliputi salah dosis, adanya kontaminan, salah formula, salah
kemasan, dan salah label, serta kesalahan pada tahap dispensing,
salah dosis, salah rute, salah frekuensi dan salah durasi.
Kesalahan pada tahap prescribing meliputi resep yang tidak
masuk akal, tidak tepat, dan tidak efektif, resep diberikan kurang
ataupun berlebih, dan kesalahan dalam penulisan resep (termasuk
tidak sahnya resep). Tipe-tipe transcribing errors antara lain:
1) Kelalaian: ketika obat diresepkan namun tidak
2) Kesalahan interval: ketika dosis yang diperintahkan tidak mencapai
pasien pada waktu yang tepat.
3) Obat alternative: pengobatan diganti oleh apoteker tanpa
sepengetahuan dokter.
4) Kesalahan dosis: misalnya pada resep 0.125 mg menjadi 0.25 mg
pada salinan.
5) Kesalahan rute: misalnya pada resep Ofloxacin tablet menjadi
Ofloxacin IV.
6) Kesalahan informasi detail pasien: meliputi nama, umur, gender,
registrasi yang tidak ditulis atau salah ditulis pada lembar salinan.
Kesalahan pada tahap dispensing meliputi dosis yang tidak
berurutan, kelalaian dosis, salah dosis, salah perumusan obat.
Kesalahan dispensing dapat berupa kesalahan obat yang diberikan
kepada pasien, kesalahan pada label dan ketika pasien tidak
menerima informasi obat. Administering errors merupakan perbedaan
antara apa yang diterima pasien dengan apa yang seharusnya
diterima atau apa yang dimaksudkan oleh penulis resep pada urutan
awal.

Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun


2016
Faktor Penyebab Medication Errors adalah sebagai berikut.
1) Kurangnya pengetahuan tentang obat.
2) Kurangnya informasi tentang pasien.
3) Kesalahan dan kehilangan arsip.
4) Kesalahan pada tulisan.
5) Kesalahan interaksi dengan pemberi pelayanan yang lain.
6) Kesalahan dalam perhitungan dosis.
7) Masalah dalam memasukkan obat melalui selang infus lewat
parenteral.
8) Pengontrolan yang kurang.
9) Masalah dalam penyimpanan dan pengantaran obat.
10)Kesalahan dalam preparasi.
11)Kekurangan standarisasi.
b. Penanganan Medication Errors
Menurut Jurnal Farmaka Volume 15 Nomor 2 Tentang Review
Artikel: Medications Errors Pada Tahap Prescribing, Transcribing,
Dispensing dan Administering
Pencegahan medications errors dapat dilakukan dengan mendidik
tenaga kesehatan tentang factor resiko kesalahan pengobatan dan
dampaknya pada hasil terapeutik, mempersiapkan system pengobatan
terstruktur untuk pengaturan pasien rawat jalan, mendidik apoteker
untuk meningkatkan perannya dalam pengaturan komunitas.
Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun
2016
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep).

Kesimpulan:
Adapun faktor penyebab medication errors adalah kurangnya
pengetahuan tentang obat, kurangnya informasi tentang pasien,
kesalahan dan kehilangan arsip, kesalahan pada tulisan, kesalahan
interaksi dengan pemberi pelayanan yang lain, kesalahan dalam
perhitungan dosis, pengontrolan yang kurang, kesalahan dalam
preparasi, masalah dalam penyimpanan dan pengantaran obat, dan
yang sering terjadi adalah kesalahan dalam skrining resep. Biasanya
terjadi pada tahap prescribing, transcribing, dispensing, dan
administering. Berdasarkan scenario, medications errors yang terjadi
diakibatkan adanya masalah dlam penyimpanan dan pengantaran,
serta dalam skrining resep. Adapun penanganannya adalah dengan
melakukan pemeriksaan kembali mengenai jenis obat yang akan
diberikan.
3. Mahasiswa mampu memahai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan distribusi obat di RS
Jawaban:
Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun 2016
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah:
1) Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan risiko terbesar
dari penyimpanan, apalagi barang-barang farmasi sebagian adalah
mudah terbakar.
2) Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih
jumlah karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang
merupakan biaya, demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan
menimbulkan antrian di pusat pelayanan yang akan merugikan kedua
belah pihak.
3) Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin, baik dari segi
besarnya ruangan dan pembagian ruangan.
4) Memelihara gudang dan peralatannya sebaik mungkin.
5) Menciptakan suatu sistem penataan yang lebih efektif untuk lebih
memperlancar arus barang.

Menurut Manajemen Farmasi : lingkup apotek, farmasi rumah sakit,


industri farmasi, pedagang besar farmasi, 2016
Adapun dalam distribusi harus memperhatikan :
1) Distribusi obat harus aman, efektif dan efisien.
2) Harus dapat menjamin : obat benar bagi pasien tertentu, dengan dosis
yang tepat, pada waktu yang ditentukan dan cara penggunaan yang
benar.
Kesimpulan:
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah
masalah keamanan, pemeliharaan gudang dan peralatannya sebaik
mungkin, menciptakan system penataan ruang yang efektis, dan
penggunaan ruangan yang tersedia serta SDM seefektif mungkin.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah distribusi harus aman,
efektif, dan efisien. Harus dapat menjamin tepat pasien, tepat dosis,
tepat indikasi, tepat waktu penggunaan, dan tepat cara penggunaan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan kekurangan dan kelebihan pada
metode-metode penyimpanan dan distribusi obat di RS
Jawaban:
a) Penyimpanan
Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun
2016
1) Sistem Fixed Location
Keuntungan dalam sistem ini yaitu sangat mudah dalam
pengaturan barang, karena persediaan selalu disimpan dalam
tempat yang sama dan disimpan dalam rak yang spesifik, rak
tertutup atau dalam rak bertingkat.

Kerugian dalam penggunaan sistem ini yaitu:


 Sistem ini tidak fleksibel, jika ada perubahan dalam jumlah
pemesanan atau perubahan dalam pengemasan atau
keputusan untuk mengubah tempat menjadi lebih besar atau
lebih kecil.
 Jika ada item baru yang dipesan, mungkin tidak ada tempat
untuk menyimpannya.
 Pencurian oleh karyawan dapat meningkat karena seluruh
karyawan mengetahui tempat-tempat item yang diperhitungkan
(obat yang bernilai mahal).
 Tempat penyimpanan harus dibersihkan karena tempat yang
digunakan untuk jangka waktu yang lama jadi harus di jaga
kebersihannya.
2) Sistem Fluid Location
Kerugian dalam system ini yaitu harus selalu dilakukan pelaporan
stok beberapa batch dari setiap item yang disimpan.
Keuntungan dari sistem ini yaitu setiap item disimpan dalam suatu
tempat yang disukai pada waktu pengiriman, ruangan ditandai
hanya ketika barang dating, dan system ini hemat tempat.
3) Sistem Semi Fluid Location
Kerugian dalam sistem ini yaitu system ini tidak menghemat tempat
seperti sistem Fluid Location.
Keuntungan dalam sistem ini yaitu setiap item ditandai dengan
penempatan barang yang cocok supaya mempermudah dalam
mengambil stok, dan resiko tertukarnya barang relative lebih kecil.

b) Distribusi
1) Sistem Resep Perorangan
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang
kemudian memberikan keterangan atau informasi kepada
pasien secara langsung.
b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker,
dokter, perawat, dan pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
d. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi
pasien.
Kelemahan/Kerugian sistem resep perorangan, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
2) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Keuntungan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a. Pelayanan lebih cepat
b. Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak
terpakai ke IFRS.
c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.
Kelemahan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order
perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat,
dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian
persediaan dan mutu, kurang diperhatikan oleh perawat.
c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas
penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan
perawatan pasien.
e. Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena
kerusakan perbekalan farmasi.
3) Sistem Unit Dosis
Keuntungan Beberapa keuntungan sistem distribusi dosis unit yang
lebih rinci sebagai berikut:
a. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang
dikonsumsinya saja.
b. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah
disiapkan oleh IFRS.
c. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
d. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang
berlebihan.
e. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non
profesional yang lebih efisien.
f. Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan
farmasi.
g. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit
secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order
sampai pasien menerima dosis unit.
h. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan
farmasi bertambah baik.
i. Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu
memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang
diperlukan untuk perawatan psaien yang lebih baik.
j. Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
k. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.
Kelemahan:
a. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi.
b. Meningkatnya biaya operasional
4) Sistem Kombinasi
Keuntungan sistem distribusi kombinasi yaitu:
a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.
b. Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara
apoteker, dokter, perawat dan pasien/keluarga pasien.
c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi
pasien.
5. Mahasiswa mampu memahami syarat-syarat penyimpanan dan distribusi
di RS
Jawaban:
Menurut Modul Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik Tahun 2016
Persyaratan dalam penyimpanan obat meliputi:
1) Stabilitas dan keamanan,
2) Sanitasi,
3) Cahaya,
4) Kelembaban,
5) Ventilasi, dan
6) Penggolongan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
Kesimpulan:
Berdasarkan skenario, sebaiknya perlu memperhatikan syarat-syarat
dalam penyimpanan khususnya dari segi stabilitas. Karena pada
skenario, obat Novolog yang disiapkan ternyata telah berubah warna
karena penyimpanannya tidak memperhatikan kestabilan (suhu) dari
obat Novolog tersebut.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan penyimpanan dan
distribusi obat di RS
Jawaban:
a. Penyimpanan
Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah
Sakit, 2010
a) Memelihara mutu sediaan farmasi
b) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c) Menjaga ketersediaan
d) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Menurut Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit, 2019
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab,
menghindari kehilangan dan pencurian, serta memudahkan pencarian
dan pengawasan.
Menurut Manajemen Farmasi : lingkup apotek, farmasi rumah
sakit, industri farmasi, pedagang besar farmasi, 2016
Tujuan penyimpanan adalah :
a) Dapat mengoptimalkan penggunaan ruangan
b) Dapat meminimalisasi waktu dan tenaga yang diperlukan
c) Dapat memudahkan dalam pengambilan obat dan menghindari
kemungkinan salah ambil obat
d) Menjamin kualitas dan stabilitas obat
e) Memberi kenyamanan bagi karyawan yang mana akan berdampak
pada konsumen karena menyediakan stok obat dengan 5T (5
tepat) yaitu :
- Tepat jenis/item
- Tepat kuantitas
- Tepat kualitas
- Tepat waktu
- Tepat biaya
Menurut Farmasi Rumah Sakit, 2004
Prosedur dan kondisi penyimpanan bertujuan agar dapat
melindungi bahan baku, produk antara dan produk akhir dari
lingkungan dan bahaya keamanan.
Kesimpulan:
Adapun tujuan dari penyimpanan adalah untuk melindungi bahan
baku, memelihara mutu sediaan farmasi, mengoptimalkan
penggunaan ruang, memudahkan dalam pengambilan obat,
menghindari kesalahan dalam pengambilan obat, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, dan menghindari
kehilangan atau kecurian.
b. Distribusi
Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah
Sakit, 2010
Tujuan pendistribusian: Tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah
Menurut Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit, 2019
Tujuan pendistribusian adalah tersedianya sediaan farmasi dan BMHP
di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah.
Menurut Mutu Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, 2019
Tujuan pendistribusian adalah :
a) Terlaksananya distribusi obat yang berdaya guna dan berhasil
dengan penyebaran yang merata, teratur serta mudah diperoleh
pada saat diperlukan.
b) Terjaminnya mutu obat serta ketepatan, kerasionalan dan
efensiensi penggunaan obat
c) Pemerataan pelayanan obat kepada masyarakat
Menurut Administrasi Farmasi 3, 2015
Tujuan distribusi adalah :
a) Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan merata
sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan
b) Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan obat di
unit pelayanan kesehatan
c) Terlaksana pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan
pelayanan dan program kesehatan
Kesimpulan:
Adapun tujuan dari distribusi adalah terlaksananya distribusi obat yang
berdaya guna dan berhasil dengan penyebaran yang merata, teratur
serta mudah diperoleh pada saat diperlukan, tersedianya sediaan
farmasi dan BMHP di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis dan jumlah.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode penyimpanan
dalam skenario
Jawaban:
Dalam skenario, metode penyimpanannya belum menerapkan sistem
LASA dengan metode Tall Lettering. Oleh karena itu, sebaiknya
menggunakan metode Tall Lettering agar dapat meminimalisir kesalahan
pengambilan obat.

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan medication error yang


ada dalam skenario
Jawaban:
Menurut Guide On Handling Look Alike, Sound Alike Medications,
2012
Obat Look Alike Sound Alike (LASA) melibatkan obat-obatan yang secara
visual mirip dalam penampilan fisik atau kemasan dan nama-nama obat
yang memiliki kesamaan ejaan dan / atau fonetik yang serupa.
Penyimpanan obat LASA

a. Gunakan Tall Man lettering untuk menekankan perbedaan dalam


pengobatan dengan nama yang mirip. Tall Man lettering (Tallman
lettering) adalah praktik menulis bagian dari nama obat-obatan yang
mana menggunakan huruf kapital untuk bantuan membedakan suara
sama, obat yang mirip satu sama lain yang mana untuk menghindari
kesalahan obat. Tall Man lettering menyoroti huruf-huruf yang berbeda
dalam dua nama untuk membantu membedakan keduanya.
Contohnya penulisan Tall Man lettering adalah metFORMIN and
metoPROLOL.
b. Gunakan label peringatan tambahan untuk obat-obatan yang
mirip. Label peringatan harus seragam di seluruh fasilitas masing-
masing untuk memfasilitasi identifikasi

c. Untuk obat-obatan yang sama suara di mana huruf Tall Man tidak
berlaku nama kepemilikan (merek atau merek dagang) dapat
ditambahkan untuk membedakan antara obat-obatan.

d. Simpan obat LASA secara terpisah dari pasangan LASA mereka. 


Berikan spasi jenis obat yang lain agar meminimalisir pengambilan
obat yang salah
Menurut Bahan Ajar Farmasi : Farmasi Klinik, 2018
Penanganan obat kategori LASA adalah :
1) Obat disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya,
terpisah/diantarai dengan 1 (satu) item/obat lain.

Gambar 2.5. Box atau Tempat penyimpanan


Obat Ketegori LASA/NORUM
2) Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak
penyimpanan obat dan menampilkan kandungan aktif dari obat
tersebut dan berikan label penanda obat dengan kewaspadaan tinggi
atau LASA/NORUM.

Gambar 2.6. Stiker LASA sebagai penanda obat


dengan kewaspadaan tinggi.
3) Obat LASA diberi stiker warna berbeda (contohnya: warna biru)
dengan tulisan obat LASA (contohnya: warna hitam) dan ditempelkan
pada kotak obat.
4) Jika obat LASA nama sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda, maka
masing-masing obat tersebut diberi warna yang berbeda dengan
menggunakan stiker. Misalnya, pemberian warna dilakukan seperti
berikut:
a. Obat LASA kekuatan besar diberi stiker menggunakan warna biru.
b. Obat LASA kekuatan sedang diberi stiker menggunakan warna
kuning.
c. Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker menggunakan warna hijau.
5) Jika obat LASA nama sama tetapi hanya ada 2 (dua) kekuatan yang
berbeda, maka perlakuannya sama seperti obat LASA nama sama
dengan 3 kekuatan berbeda. Misalnya, menggunakan warna biru dan
hijau saja seperti berikut:
a. Obat LASA dengan kekuatan besar diberi stiker menggunakan
warna biru.
b. Obat LASA dengan kekuatan kecil diberi stiker menggunakan
warna hijau.
6) Tenaga farmasi harus membaca resep yang mengandung obat LASA
dengan cermat dan jika tidak jelas harus dikonfirmasi kembali kepada
penulis resep, dalam hal ini yang dimaksud dokter.
7) Tenaga farmasi harus menyiapkan obat sesuai dengan yang tertulis
pada resep.
8) Sebelum menyerahkan obat pada pasien, tenaga farmasi disarankan
mengecek ulang atau membaca kembali kebenaran resep dengan
obat yang akan diserahkan.
9) Perawat hendaknya membaca etiket obat sebelum memberikan
kepada pasien.
10)Etiket obat harus dilengkapi dengan hal-hal seperti berikut ini.
a. Tanggal resep.
b. Nama, tanggal lahir dan nomor RM pasien.
c. Nama obat.
d. Aturan pakai.
e. Tanggal kadaluwarsa obat.

Gambar 2.7. Label Obat Ketegori LASA/NORUM

Dalam melakukan penyimpanan terhadap obat jenis ini sebaiknya


menggunakan huruf pada penulisan obat kategori LASA/NORUM yang
berbeda. Jika memungkinkan diberi warna agar supaya terlihat
berbeda dengan obat jenis yang lain. Hal ini dilakukan untuk
menekankan pada perbedaannya.
Metode Tall man dapat digunakan untuk membedakan huruf
yang tampaknya sama dengan obat yang mirip. Dengan memberi
huruf kapital, maka petugas akan lebih berhati-hati dengan obat yang
LASA. Sekedar informasi buat Anda bahwa beberapa studi
menunjukkan penggunaan huruf kapital ini terbukti mengurangi error
akibat nama obat yang look-alike.Contohnya: metFORmin dan
metRONIdaZOL, ePINEFrin dan efeDRIN, AlloPURINOL dan
HaloPERIDOL, dan lain sebagainya.
Kesimpulan:
Dalam skenario terjadi kesalahan dalam pendistribusian obat ke pasien
akibat sistem penyimpanan yang belum menerapkan sistem LASA
dengan metode Tall Lettering. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan
metode Tall Lettering agar dapat meminimalisir kesalahan pengambilan
obat. Tenaga farmasi juga harus membaca resep yang mengandung obat
LASA dengan cermat dan jika tidak jelas harus dikonfirmasi kembali
kepada penulis resep, dalam hal ini yang dimaksud dokter. Sebelum
menyerahkan obat pada pasien, disarankan mengecek ulang atau
membaca kembali kebenaran resep dengan obat yang akan diserahkan.
HASIL DISKUSI PANEL

1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan terbagi pada sistem


distribusi?
Jawaban:
Sistem pelayanan terbagi (Desentralisasi) adalah system pendistribusian
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang mempunyai cabang di
dekat unit perawatan/pelayanan (Rusli, 2016).
2. Bagaimana peran apoteker dalam menangani pencurian?
Jawaban:
Peran apoteker dalam menangani pencurian adalah dengan melaporkan
kepada pihak yang berwajib mengenai pencurian tersebut. Di salah satu
sistem penyimpanan, yaitu sistem Fluid Location, mempunyai keuntungan
lebih dalam masalah pencurian karena pada sistem ini menggunakan
kode dalam penyimpanannya untuk eminimalisir kecurian.
3. Bagaimana prosedur pengembalian dan penggantian obat berdasarkan
masalah di skenario?
Jawaban:
Prosedur penyerahan yaitu:
a) Memastikan bahwa obat tersebut memang berasal dari IFRS tersebut
dengan menunjukkan bukti pembayaran
b) Menanyakan alasan kenapa dikembalikan obat tersebut.
c) Memastikan bahwa obatnya masih dalam keadaan baik tanpa adanya
kerusakan
d) Untuk penggantian obatnya diserahkan oleh Apoteker dan yang
menandatangani pengembalian obat yaitu Apoteker
Penanggungjawab
4. Sebutkan contoh-contoh obat dalam metode distribusi fixed location, fluid
location dan semi fluid location?
Jawaban:
a. Fixed location, obat-obat yang masuk dalam metode ini adalah obat-
obat dengan perputaran atau pergerakan distribusinya lambat (slow
moving) di IFRS.
b. Fluid location, obat-obat yang masuk dalam metode ini adalah obat-
obat dengan perputaran atau pergerakan distribusinya cepat (fast
moving) di IFRS contohnya Ringer Lactat atau nutrisi-nutrisi parenteral
lainnya.
c. Semi fluid location, obat-obat yang masuk dalam metode ini adalah
obat-obat slow moving maupun fast moving. Namun, untuk obat yang
fast moving perlu dilakukan pemilihan lokasi dan penataan ulang
karena sistem ini tidak seperti sistem fluid location yang menghemat
tempat
MATERI REFRESHING

Penyimpanan dan Distribusi obat di RS

Pelayanan Farmasi

Pelayanan Farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit

bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah

sakit tersebut. Terbagi dalam 2 yaitu Pelayanan Farmasi (perbekalan

farmasi), dan Pelayanan Kefarmasian.

Sistem Pengelolaan Obat


Penerimaan Barang

Penerimaan barang harus memperhatikan kesesuaian dengan faktur

yang meliputi nama barang, jumlah barang, tanggal kadaluarsa, nomor batch,

sertifikat yang diperlukan untuk bahan kimia maupun alat kesehatan, tanggal

jatuh tempo, dan fisik barang. Setelah melakukan pemeriksaan, dilakukan

pencatatan pada kartu stock.

Penyimpanan & Distribusi

Penyimpanan bertujuan untuk menjaga agar mutu perbekalan farmasi tetap

terjamin, menjamin kemudahan mencari perbekalan farmasi dengan cepat

pada waktu dibutuhkan untuk mencegah kehilangan perbekalan farmasi.

Pendistribusian bertujuan untuk memberikan perbekalan farmasi yang tepat

dan aman pada waktu dibutuhkan oleh pasien.

Penyimpanan Obat

Penyimpanan memiliki tujuan :

- Menyimpan obat yang bermutu baik dan siap didistribusikan

- Menampung obat rusak

Syarat : Aman, memenuhi syarat farmasetis dan tertib administrasi.

Penyimpanan obat di rumah sakit (gudang sentral, depo-depo farmasi,

bangsal-bangsal-emergency kit).

Pembagian Gudang Penyimpanan

Gudang di industri farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤30oC).
b. Gudang ber-AC (≤25oC).
c. Gudang dingin (2-8oC).
d. Gudang beku (<0oC).
2. Berdasarkan Jenis, yaitu:
a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat dan bahan cair.
b. Gudang bahan pengemas.
c. Gudang bahan beracun.
d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (gudang api)
e. Gudang bahan yang ditolak
f. Gudang karantina obat jadi
g. Gudang obat jadi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Struktur fisik gudang
2. Design gudang
3. Organisasi pengelolaan gudang
4. Prosedur pengeluaran
5. Efisiensi kerja gudang
6. Penyimpanan dan control stock
7. Keperluan untuk tiap unit pelayanan kesehatan
8. Penanganan khusus untuk barang yang membutuhkan perhatian stabilitas
Struktur Fisik
1. Jalur distribusi obat (penetapan jalur distribusi obat, jumlah dan
penyebaran distribusi, waktu yang diperlukan dan jumlah dan kapasitas
penyimpanan)
2. Seleksi lokasi dan letak (Gudang berada diantara daerah distribusi,
fasilitas listrik, air, jatingan telekomunikasi dan ukuran memadai dan
daerah aman).
Design
1. Design ditata, sehingga memudahkan pemindahan
2. Sirkulasi udara baik
3. Lantai mudah dibersihkan
4. Obat ditempatkan di rak obat ditata sesuai sumber dana, sesuai bentuk
sediaan, sesuai abjad, atau berdasarkan kelas terapi
5. Ada tempat penyimpanan khusus, freezer, ruangan pendingin, almari es,
almari narkotika.
6. Penyimpanan khusus untuk bahan yang mudah terbakar, tempat terpisah,
ventilasi baik dan dilapisi bahan tahan api
7. Alarm asap, ada pemadam kebakaran, dan penjaga malam.
Metode Penyimpanan Obat
2. Penggolongan obat : obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional,
kosmetik dan alkes.
3. Bentuk sediaan
a. Liquida : potio, tetes mata, inhaler
b. Semisolid : salep, krim, gel
c. Solid : tablet, kaplet, kapsul
4. Alfabetis
5. Kelas terapi
Tujuan penyimpanan ini adalah untuk menghindari kesalahan
pengambilan karena nama dan kemasan yang hampir sama
6. Berdasarkan suhu
Sistem Penyimpanan Obat (FIFO, FEFO, LIFO, dan LASA)
1. FIFO (First In First Out) adalah penggunaan obat yang tidak mempunyai
masa kadaluarsanya. Prioritas penggunaan obat berdasarkan waktu
kedatangan obat.
2. FEFO (First Expired First Out) adalah penggunaan obat berdasarkan
prioritas masa kadaluarsa obat tersebut.
3. LIFO (Last In First Out) adalah metode yang mengeluarkan barang yang
terakhir masuk.
4. LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat yang tampak mirip dan
penyebutannya mirip. Ditandai dengan stiker biru tulisan hitam.
5. High Alert, disimpan terpisah lemari khusus (penanda selotip merah).
Sampai unti terkecil diberi label high alert.
LIFO
Kelebihannya:
 Mudah membandingkan cost saat ini dengan pandangan sekarang
 Apabila harga naik barang jadi konservatif
 Laba operasional tidak tercemar oleh untung maupun rugi
Kekurangannya:
 Bertolak belakang dengan aliran fisik sesungguhnya
 Tidak dapat menunjukkan potensi jasa yang sesungguhnya/ cost yang
sudah lama
Penyimpanan Obat Narkotik
Ketentuan Penyimpanan Narkotik
Ketentuan lemari penyimpanan narkotika : dibuat dari kayu atau bahan lain
yang kuat. Mempunyai kunci yang kuat. Jika ukuran lemari kurang dari
40x80x100 cm, maka lemari harus dibuat pada tembok atau lantai. Dibuat
dalam 2 bagian, bagian 1 untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-
garamnya. Bagian 2 untuk menyimpan narkotika untuk kebutuhan sehari-hari.
Penyimpanan Psikotropika
Dalam lemari yang terpisah dengan obat/komoditi lainnya.
Ketentuan Penyimpanan Barang/Obatperlu diperhatikan lokasi dari tempat
penyimpanan di gudang dan menjain bahwa barang/obat yang disimpan
mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai penggolongan kelas terapi/khasiat
obat sesuai abjad. Perlu diperhatikan untuk obat dengan syarat penyimpanan
khusus, obat termolabil dan obat yang punya batas kadaluarsa.
Obat Sitotoksik
Obat sitotoksik harus disimpan sesuai dengan kode obat. Rekonstitusi obat
sitotoksik akan disimpan seperti yang ditunjukkan oleh label pada obat-
obatan. Obat-obatan sitotoksik disimpan pada:
1. Dalam kulkas terkunci harus berada di 2-8oC.
2. Pada suhu kamar (dibawah 25 derajat selsius) harus disimpan dalam
lemari terkunci di ruang yang sesuai untuk penyimpanan obat-obatan.
Penyimpanan Obat Berdasarkan Suhu
1. Lemari pembeku : (-20oC)-(-10OC)
2. Suhu dingin : tidak lebih dari 8oC
3. Lemari pendingin 2-8oC
4. Sejuk 8-15oC
5. Suhu ruang 15-30oC
6. Suhu ruang terkendali 20-25oC
7. Hangat 30-40oC
8. Panas berlebih > 40oC
9. Insulin aspartat NovoRapid: lemari pendingin 2-8 oC
10. Suppositoria antihemoroid: suhu sejuk
11. Tablet parasetamol: suhu kamar
12. Vaksin polio: suhu beku
Insulin
Penyimpanan suhu antara 2-8oC sebelu dibuka. Penyimpanan suhu antara
±25oC sesudah dibuka.
Distribusi Obat
System distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah
sediaan disiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau
professional pelayanan kesehatan lain untuk diberian kepada penderita.
Harapan SDO:
1. Tepat penderita
2. Tepat obat
3. Tepat jadwal pemberian
4. Tepat pemberian
5. Informasi obat penderita, tepat personel memberi ke penderita
Ciri Distribusi Yang Baik
- Obat disimpan dalam kondisi yang mampu menjamin mutu obat, kemasan
tidak rusak dan mudah melakukan monitoring
- Pengelolaan persediaan berjalan optimal
- Pengaturan stok (fasilitas sedang digunakan optimal)
- Memelihara pencatatan persediaan yang akurat
- Mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian dan penipuan
- Mengurangi kemungkinan terjadinya obat rusak/kadaluarsa
Pembagian Sistem Distribusi Obat Di RS
b. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
c. Berdasarkan penghantaran obat untuk penderita/pasien
1. SDO Resep perorangan
2. SDO Floor stock
3. SDO Kombinasi
4. SDO UDD
5. SDO Paket
Metode Distribusi Berdasarkan Ada atau Tidaknya Satelit Farmasi
1. Sentralisasi
Sentralisasi adalah system pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi,
seluruh kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan
disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil
oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep itu diproses sesuai dengan
kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan
kepada penderita tertentu. System ini kurang sesuai untuk RS yang
besar, misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang
menyebar sehingga jarak antara IFRS dengan perawatan pasien sangat
jauh.
2. Desentralisasi
Desentralisasi adalah system pendistribusian perbekalan farmasi yang
mempunyai cabang dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal
dengan istilah depo.pada desentralisasi, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat
pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggungjawab
terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo
farmasi.
Sistem Resep Perorangan
System ini biasa digunakan di RS kecil dan atau klinik. System distribusi obat
resep perorangan merupakan system penyampaian obat kepada penderita
secara individu sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter, setiap resep
dikaji dan disiapkan oleh instalasi farmasi.
Kerugian : kemungkinan ada penundaan untuk mendapatkan obat dan
meningkatnya kebutuhan personil.
Keuntungan : semau pesanan obat langsung diperiksa farmasis,
memungkinkan interaksi farmasis, dokter, perawat dan pasien,
emmungkinkan pengawasan obat lebih teliti, memberikan cara yang cocok
untuk melaksanankan pembayaran obat yang digunakan.
Alur sistem distribusi obat resep individual

Sistem floor stock lengkap


Sistem penyampaian obat kepada penderita sesuai dengan order dokter
yang obatnya disiapkan dan diambil oleh perawat dari persediaan obat yang
disimpan di ruang gawat darurat. Dalam sistem ini hampir semua obat
disuplai, kecuali yg jarang dipakai atau yg sangat mahal.
Keuntungan:
1. Ada persediaan obat-obatan yg siap dipakai untuk pasien
2. Menghindari kemungkinan pengembalian obatobatan yang tidak terpakai
kepada farmasis
3. Mengurangi jumlah transkrip pesanan obat
4. Mengurangi jumlah personil farmasis yang dibutuhkan
Kerugian :
1. Kesalahan pemberian obat akan bertambah
2. Meningkatnya persediaan obat di pos perawatan
3. Memperbesar kemungkinan pencurian obat
4. Meningkatnya bahaya yg berhubungan dengan kerusakan obat
5. Kemungkinan diperlukan modal tambahan: misal fasilitas penyimpanan
6. Dibutuhkan tambahan waktu kerja bagi perawat untuk menangani obat
Alur sistem obat persediaan lengkap di ruang

Kombinasi antara pesanan obat secara individu & floor stock


Yang termasuk dalam kategori ini adalah RS yang menggunakan sistem
penulisan resep atau pesanan obat secara individu sebagai sarana utama
untuk penjualan obat tetapi juga memanfaatkan floor stock secara terbatas
(sebagian obat disiapkan instalasi farmasi dan sebagian lagi disiapkan dari
persediaan obat yang terdapat di ruang )
Keuntungan Kombinasi
1. R/ order dikaji oleh apoteker, juga ada kesempatan untuk interaksi dari
perawat dan penderita
2. Obat-obat penggunaan umum dapat langsung tersedia di Ruangan
3. Beban IFRs berkurang, karena hanya melayani R/
Kerugian Kombinasi
1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat untuk sampai ke penderita
2. Kesalahan obat dapat terjadi di persediaan
Metode pengiriman pesanan obat dokter ke farmasis
Ada 4 cara untuk pengirim pesanan obat :
1. Resep ditulis pada kertas kosong tersendiri oleh dokter
2. Pesanan pada chart (catatan tentang pasien) ditulis oleh personil RS
yang bertugas di pos perawatan
3. Tembusan atau kopi lain dari ‘chart order’ (pesanan obat yg ditulis pada
catatan tentang pasien) dikirim ke farmasi)
4. E-precribing: << medication error
Catatan pemberian obat :
1. Formulir yang digunakan perawat untuk menyiapkan obat sebelum
diberikan pada pasien
2. Daftar riwayat farmasi pasien (pharmacy patient profile)
3. Lembaran yg digunaan farmasis untuk meninjau pengobatan,
menyiapkan obat untuk dikirim ke pos perawatan serta membuat catatan
yg diteliti untuk penagihan.
Unit Dose Dispensing System (UDDS)
UDDS adalah suatu sistem distribusi obat kepada penderita rawat inap dalam
bentuk kemasan siap pakai :
a) Dalam unit tunggal
b) Dispensing dalam bentuk siap dikonsumsi
c) Kebanyakan obat disediakan tidak lebih dari 24 jam
d) Dihantarkan ke ruang penderita setiap waktu konsumsi
Perbedaan fundamental UDD & metode lain :
Farmasis lebih aktif dalam proses pengobatan
1. Menguntungkan penderita
2. Perawat terfokus pada perawatan penderita
Pada proses pengobatan :
1. Memungkinkan farmasis meninjau kembali medication order
2. Mengawasi semua persiapan pengobatan
3. Riwayat pengobatan penderita yang spesifik
4. Interaksi dokter-farmasis
Alur Sistem Unit Dose

Keuntungan sistem UDD


1. Penderita dapat pelayanan obat 24 jam,hanya membayar obat g diberikan
2. Semua obat disiapkan farmasis-waktu perawat lebih banyak untuk
merawat penderita
3. Mengurangi medication errors: farmasis dapat memeriksa obat-resep
dokter sebelum obat diberikan. Perawat memeriksa obat yang akan
diberikan penderita. ( pemeriksaan ganda)
4. Meningkatkan pemanfaatan tenaga profesional & nonprofesional lebih
efektif
5. Menghemat ruang di pos perawatan: WFS berkurang
6. Mengurangi/menurunkan pencurian dan pemborosan obat
7. Farmasis dapat menjalankan peran sebagai konsultan obat di ruangan
Pembanding System Distribusi Obat
Total Floor
Individual Unit
Faktor Stock
Prescription Dose

Biaya obat dan Rendah Sedang - Rendah


Tinggi
pengadaannya

Biaya tenaga Rendah Tinggi


Tinggi
farmasi

Biaya tenaga Sedang -


perawat Rendah Rendah Rendah

Resiko Sedang
Tinggi Rendah
kebocoran

Resiko Tinggi Sedang - Rendah


Rendah
kesalahan obat

Potensi Medication Errors


1. Penyimpanan obat berpotensi menimbulkan medication error
2. Pisahkan obat yang termasuk High Alert
3. Pisahkan obat yang termasuk sitostatika
4. Beri tanda khusus
5. Hati-hati obat dengan nama yang sama, dengan bentuk kemasan yang
sama, obat sama dengan kekuatan/strength berbeda
Alur pelayanan resep:

Quality Control Resep (Penanganan Koreksi Resep)


Contoh obat LASA

Hal-hal yang perlu di konsultasikan ke Dokter :


1. Signa tidak lazim
2. Tulisan tidak jelas
3. Tidak ditulis kekuatan obat, signa, bentuk sediaan
4. Nama obat salah
5. Dosis
6. Duplikasi
7. Kombinasi obat tidak lazim dll
Hal-hal yang perlu dihindari :
Bila ada order /R .dokter yang dipertanyakan, hindari cara piker :
1. Ini adalah yang diorder dokter
2. Ini adalah kasus khusus
3. Kata pasiennya sudah biasa seperti ini
4. Kita biasa memberikan seperti ini
Penyimpanan obat high alert pada tempat terpisah

Struktur organisasi
Diperlukan pengaturan tugas yang jelas serta siapa yang bertanggung
jawab pada tiap tahapan
Pengeluaran barang
1. Sistem FIFO (First in First out)
2. Sistem FEFO (First Expired First Out)
3. Administratif
Peningkatan efisiensi
Suasana kerja : kebersihan ruangan, ventilasi
Petunjuk pelaksanaan alur kerja
Supervisi
Kontrol penyimpanan
1. Stock opname
2. Memantau stock dengan kartu stock
3. Pengelolaan obat yang me merlukan suhu tertentu
PENGENDALIAN APOTEK/FARMASI RUMAH SAKIT
Pengendalian dapat berupa pengendalian uang (baik uang tunai ataupun
piutang) dan pengendalian barang (yang terdiri dari barang regular dan
khusus).
Pengendalian Barang Reguler
 Cek stock
 Pengendalian Harga
 Pengendalian Barang Macet
 Pengendalian Barang Kadaluarsa
Pengendalian Barang Khusus
 Narkotika & Psikotropika dengan cara Standarisasi
Pengendalian Barang Macet
Kriteria barang macet : tidak masuk dalam transakasi penjualan selama 3
bulan terakhir dan tidak ada pengeluaran dari gudang sejak 3 bulan.]
Tata cara pengendalian barang macet
1) Setiap bulan, petugas gudang menerima Data Barang Macet dari SIM
2) Petugas Gudang memeriksa kembali : apakah barang tsb masuk kriteria
barang macet, kesesuaian Jumlah dan jenis barang
3) Barang macet disimpan berdasarkan produsen/ vendor
4) Lalu Membuat kesepakatan dengan vendor, Apakah barang dapat
dikembalikan / tidak yang mana :
a. Jika dapat dikembalikan maka :
- Barang macet & faktur Diserahkan ke Bagian Pembelian untuk
diretur
- Dibuat Berita Acara Retur Barang
- Lalu diarsipkan
b. Jika tidak dapat dikembalikan maka :
- Untuk barang layak jual, dapat dijual dan tanpa R/ dokter maka
barang tersebut Disimpan di etalase dan diusahakan terjual
- Untuk barang tidak layak jual dan tidak dapat dijual tanpa R/ dokter
maka barang tersebut Dikumpulkan & dimusnahkan (kerugian
apotik)
Pengendalian Barang Kadaluarsa
Tata cara pengendalian barang kadaluarsa
1) Setiap Bulan, SIM mengeluarkan data berupa Daftar Barang Kadaluarsa 6
bulan ke depan Untuk Petugas Gudang
2) Petugas Gudang cek ke etalase dan gudang
3) Barang ditarik ke gudang & ditandai
4) Disiapkan faktur pembelian
5) Barang & faktur diserahkan ke Bag. Pembelian
6) Proses retur ke vendor
Pengendalian Narkotika Dan Psikotropika
Pelayanan di apotek :
Ketika ada Resep masuk yang mana mengandung narkotika dan psikotropika
maka Petugas (AA) menerima dan menyiapkan obat yang dibutuhkan lalu Isi
kartu stock dan form kendali pemakaian narkotika dan psikotropika kemudian
barulah obat tersebut dapat diserahkan.
Adapun istilah dalam pengendalian obat narkotika dan psikotropika adalah
Kartu stok obat berisi nama, dosis, sediaan obat, satuan, tanggal dan jam
pemakaian, keterangan, jumlah obat masuk, keluar dan sisa serta paraf
petugas.
Form kendali pemakaian narkotika / psikotropika berisi tanggal, jam obat
dipakai, nama dokter yang meresepkan, nama dan alamat pasien yang
memerlukan, nama, jumlah obat yang digunakan, sisa stok obat serta acc
apoteker ybs.
Form serah terima narkotika / psikotropika antar shift berisi tanggal, jam
serah terima, nama dan jumlah sisa obat, serta nama dan paraf petugas yang
menyerahkan dan menerima.
Struktur Organisasi Dalam Pelayanan Farmasi Satu Pintu

ISTILAH ”SATU PINTU” BERARTI


 SATU KEBIJAKAN
 SATU SOP
 SATU PENGAWASAN OPERASIONAL
 SATU SISTEM INFORMASI
Satu Kebijakan
- Formularium RS
- Tata laksana obat (TLO)
- Harga jual obat seragam
- Menentukan distributor yang tepat
Satu Sop
Prosedur / Instruksi kerja :
 Pelayanan
 Pelaporan
 Monitoring dan evaluasi
Pengawasan Operasional
- Laporan rutin dari pihak ke 3
- Monitoring pengelolaan obat
- Evaluasi pengelolaan obat
- Pertemuan rutin dengan pihak ke 3
- Tindak lanjut
Sistem Informasi
 Informasi obat
 Konseling obat
 Pengkajian penggunaan obat
Logistik (pengadaan, persediaan, penyimpanan, penghapusan, pengawasan)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Guide On Handling Look Alike, Sound Alike Medications.


Selangor, Malaysia: Pharmaceutical Services Division.

Hastanto, UP., 2015, Administrasi Farmasi 3. Penerbit Deepublish :


Yogyakarta.

Julianti., dkk., 2017. Evaluasi Penyimpanan Dan Pendistribusian Obat Di


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Siloam Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi
– UNSRAT Vol. 6 No. 4.

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah


Sakit. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di


Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes RI.

Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian Di Rumah Sakit.

Rusli, 2016, Farmasi Rumah Sakit dan Klinik, Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Rusli, 2018, Farmasi Klinik, Pusat Pendidikan Sumberdaya Manusia


Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemerdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, Edisi 2018 Kemenkes RI.

Seto, S., Nita, Y. dan Triana, L., 2012. Manajemen Farmasi : Lingkup Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, ed.
4, Penerbit Universitas Airlangga, Surabaya.

Siregar, CJP., Amalia, L., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan,
EGC : Jakarta.
Ulfah, Siti Sahirah dan Soraya R. W., Review Artikel: Medication Errors Pada
Tahap Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administering.,
Jurnal Farmaka Volue 15 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai