Kanker serviks adalah satu dari sekian banyak jenis kanker yang kerap kali menyerang wanita.
Meski termasuk ganas, kanker yang berkembang di leher rahim ini sebenarnya dapat diketahui
dengan melakukan deteksi sejak dini. Tentunya, hal ini dapat membantu meningkatkan peluang
kesembuhan. Ada beberapa cara untuk mendeteksi kanker serviks, salah satunya dengan
melakukan IVA test alias pemeriksaan IVA.
Sebenarnya, apa sih tes IVA itu? Dan seberapa efektif pemeriksaan tersebut untuk mendeteksi
kemungkinan adanya kanker serviks? Agar lebih paham, selami lebih dalam seputar
pemeriksaan IVA dalam ulasan di bawah ini.
Sama seperti jenis kanker lainnya, jika kanker serviks dapat ditemukan dalam keadaan awal,
tentu akan meningkatkan peluang kesembuhan.
Mungkin Anda lebih umum mendengar deteksi dini kanker serviks dilakukan dengan
pemeriksaan pap smear atau tes pap. Padahal, masih ada pilihan tes detesi dini lainnya yakni
dengan metode IVA test.
IVA test adalah metode inspeksi visual dengan asam asetat, atau dikenal juga dengan
sebutan visual inspection with acetic acid (VIA). Artinya, pemeriksaan IVA juga termasuk ke
dalam salah satu metode skrining kanker serviks atau leher rahim.
Seperti namanya, pemeriksaan IVA adalah suatu cara untuk mendeteksi dini mengenai
kemungkinan adanya kanker serviks dengan melibatkan penggunaan asam asetat.
Pada pemeriksaan pap smear, biasanya dibutuhkan waktu beberapa hari sampai hasilnya
keluar. Hal ini menjadi salah satu perbedaan pemeriksaan pap smear dengan IVA.
Pasalnya, IVA test umumnya tidak memakan waktu lama dan tidak memerlukan pengamatan
laboratorium untuk tahu hasilnya. Dengan kata lain, hasil dari IVA test bisa langsung diolah,
sehingga lebih cepat diketahui.
Itulah mengapa pemeriksaan yang satu ini dianggap sebagai skrining awal yang efektif untuk
mendeteksi kanker serviks. Bahkan, harga yang dipatok untuk satu kali melakukan IVA test juga
relatif cukup terjangkau.
Namun, tidak mau kalah dengan metode deteksi dini kanker serviks lainnya, IVA test juga
menawarkan berbagai manfaat. Menurut Situasi Penyakit Kanker dari Pusat Data dan
Informasi, berikut beberapa manfaat dari pemeriksaan IVA untuk kanker serviks :
Tes IVA merupakan metode pemeriksaan yang sederhana, cepat, mudah, dan hasilnya
bisa langsung diketahui.
Proses pengolahan hasil pemeriksaan tidak perlu dilakukan di laboratorium, sehingga
bisa langsung diketahui.
Tes IVA tidak harus selalu dilakukan di rumah sakit, tapi juga bisa dilakukan di
puskesmas dengan dokter umum maupun bidan.
Tes IVA dinilai lebih efektif karena bisa dilakukan hanya dengan sekali datang
(kunjungan tunggal).
Deteksi dini dengan IVA test memiliki cakupan sekitar 80 persen dalam kurun waktu
sekitar 5 tahun, dan diperkirakan dapat menurunkan kemungkinan kanker serviks secara
signifikan.
Tes IVA memiliki sensitivitas sekitar 77 persen (rentang antara 56-94 persen), dan
spesifitas kurang lebih 86 persen (rentang antara 74-94 persen).
Melakukan skrining kanker serviks dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan
angka kejadian kasus kanker serviks.
Dengan melihat beragam manfaat tes IVA ini, dapat memberikan Anda gambaran mengenai
keuntungan menggunakan pemeriksaan ini untuk mendeteksi kanker serviks.
Angka kasus kejadian kanker serviks diperikirakan sekitar 23 per 100.000 penduduk. Atas
dasar inilah, para wanita disarankan untuk tidak menyepelekan penyakit kanker serviks.
Salah satu caranya bisa dengan melakukan deteksi ini, misalnya melalui metode pemeriksan
IVA atau inspeksi visual dengan asam asetat. Tak perlu bingung mengenai waktu untuk
melakukan tes ini.
Pasalnya, kelebihan tes IVA ketimbang tes deteksi dini lainnya yakni aman dilakukan kapan
pun. Bahkan, termasuk sebelum, sedang, dan setelah menstruasi.
Ya, ini juga yang menjadi perbedaan dari tes IVA dengan pap smear. Jika pap smear tidak
dianjurkan untuk dilakukan saat wanita sedang haid, IVA justru tidak masalah untuk dilakukan
selama menstruasi.
Hal ini dikarenakan proses uji dengan tes IVA terbilang cukup mudah, yakni dengan
menggunakan asam asetat. Sedangkan pada pap smear, prosesnya cukup sulit dan harus
melibatkan tenaga medis ahli seperti dokter.
Selanjutnya, dokter atau bidan memasukkan alat berupa spekulum ke dalam vagina. Alat
spekulum bertujuan untuk membuat vagina terbuka lebar, sehingga memudahkan untuk
mengamati bagian serviks atau leher rahim.
Kemudian asam asetat atau asam cuka dengan kadar sekitar 3-5 persen diusapkan pada
dinding serviks. Sel-sel pada dinding serviks yang normal biasanya tidak akan mengalami
perubahan apa pun ketika dioleskan dengan asam setat.
Sebaliknya, apabila sel-sel pada dinding serviks tersebut bermasalah, misalnya merupakan sel
prakanker atau sel kanker, otomatis warna serviks akan berubah menjadi putih.
Inilah mengapa pemeriksaan dengan metode IVA atau inspeksi visual dengan asam asetat
terbilang singkat. Sebab tanpa butuh waktu lama, Anda bisa segera mengetahui hasil setelah
asam asetat atau asam cuka dioleskan pada serviks.
Dokter dan bidan juga dapat segera menilai apakah Anda dicurigai memiliki kanker serviks atau
tidak. Meskipun terdengar menyeramkan, sebenarnya pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan
hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
Oleh karena cenderung singkat dan tanpa melalui pemeriksaan laboratorium, membuat IVA test
terbilang cukup murah ketimbang metode deteksi dini kanker serviks lainnya.
Bagaimana cara mengetahui hasil IVA test?
Hasil dari IVA test bisa segera Anda ketahui setelah pemeriksaan selesai. Sebagai gambaran,
berikut penjelasan masing-masing hasil dari pemeriksaan IVA:
IVA test yang menunjukkan hasil negatif merupakan sebuah kabar baik. Sebab artinya, tidak
ditemukan adanya pertumbuhan sel prakanker maupun sel kanker di dalam serviks atau leher
rahim Anda alias normal.
IVA test dengan hasil menunjukkan adanya radang, berarti ditemukan peradangan di dalam
leher rahim atau serviks. Peradangan ini bisa termasuk temuan jinak, seperti adanya polip.
Dalam kondisi seperti ini, biasanya Anda akan diberi pengobatan tertentu terlebih dahulu,
sampai sekiranya polip telah hilang dan serviks kembali normal. Setelah itu, IVA test baru bisa
diulangi kembali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Berkebalikan dengan IVA test dengan hasil negatif, hasil positif pada pemeriksaan IVA justru
menunjukkan adanya kelainan pada serviks.
Hasil IVA bisa dikatakan positif ketika ditemukan adanya warna putih pada serviks setelah
dioleskan dengan cairan asam asetat atau asam cuka. Kondisi ini bisa menandakan adanya
pertumbuhan sel-sel prakanker.
Hasil IVA test ini menandakan kalau ada kelainan pada pertumbuhan sel di dalam serviks. Hal
ini bisa diakibatkan karena adanya pertumbuhan sel kanker.
Jika hasil dari IVA test memperkirakan adanya perkembangan sel kanker di dalam serviks,
dokter biasanya tidak langsung mengambil tindakan pengobatan kanker serviks.
Sebelum sampai ke tahap tersebut, dokter bisa saja melakukan pemeriksaan lainnya lebih dulu
guna mencari tahu kebeneran dari perkembangan sel kanker serviks tersebut. Memastikan
adanya pertumbuhan sel kanker bisa dilakukan dokter dengan tes pap smear.
Jika sel di dalam kanker serviks masih tampak abnormal, ada beberapa pemeriksaan lain yang
bisa dilakukan guna memastikan kondisi Anda. Berikut contohnya:
Kolposkopi
Proses pemeriksaan kolposkopi sebenarnya hampir serupa dengan IVA test. Dokter akan
meminta Anda untuk berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka lebar, sehingga alat spekulum
bisa dimasukkan dengan mudah.
Bedanya, pada pemeriksaan kolposkopi ini dokter menggunakan alat berupa kolposkop yang
akan membantu memeriksa kondisi serviks Anda. Namun, dokter tidak akan memasukkan
kolposkop ke dalam vagina, melainkan tetap akan berada di luar tubuh.
Alat kolposkop memiliki kaca pembesar yang berguna untuk memudahkan dalam mengamati
permukaan serviks atau leher rahim. Lagi-lagi serupa dengan pemeriksaan IVA, tes kolposkopi
juga akan menggunakan asam asetat tapi dalam kadar yang lemah.
Cairan tersebut dioleskan ke dalam leher rahim atau serviks, sehingga bisa menimbulkan
perubahan pada area abnormal yang kemungkinan ditumbuhi oleh sel kanker. Jaringan
abnormal yang terdeteksi selanjutnya diambil dan diteliti lebih jauh di laboratorium.
Biopsi serviks
Biopsi serviks bisa jadi pilihan pemeriksaan lanjutan selain kolposkopi. Biopsi bukan selalu
mengenai prosedur pembedahan untuk mengambil benjolan pada tubuh.
Sebenarnya, ada dua jensi biopsi, yakni insisi dan eksisi. Proses pembedahan yang mengambil
benjolan tersebut tergolong ke dalam jenis biopsi eksisi.
Sementara biopsi insisi lebih mengarah pada mengambil sampel jaringan yang dicurigai
berisiko berkembang menjadi penyakit. Jadi, biopsi yang berguna sebagai pemeriksaan
lanjutan dari deteksi dini dengan IVA test adalah jenis biopsi insisi.
Pemeriksaan biopsi ini akan membantu mencari tahu kemungkinan adanya sel prakanker dan
sel kanker di dalam serviks. Tiga cara yang bisa dilakukan dalam proses biopsi serviks meliputi
biopsi kolposkopi, biopsi cone, dan kuretase endoserviks (pengikisan endoserviks).
Caranya dengan vaksin kanker serviks, atau yang secara tidak langsung disebut
dengan vaksinasi HPV. Vaksin HPV terbukti dapat menghindarkan kaum wanita dari kanker
serviks.
Bahkan disebutkan oleh National Cancer Institute, Amerika Serikat, bahwa vaksin HPV dapat
mencegah 97 persen kasus kanker serviks pada wanita.
Maka dari itu, sebaiknya segera lakukan vaksinasi HPV dengan mengunjungi pelayanan
kesehatan terdekat. Saat ini sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas
vaksin HPV.
Jangan lupa juga, ajak anak Anda untuk mendapatkan vaksin HPV. Sebab vaksin ini dinilai
cukup efektif ketika dilakukan pada anak yang berusia 9-10 tahun.