Anda di halaman 1dari 31

BUMI

DIPASENA
LAMPUNG - INDONESIA
Tentang
BUMI DIPASENA

Bumi Dipasena Utama adalah kampung di kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung,
Indonesia. Merupakan salah satu desa yang dibangun berdasarkan pembuatan salah satu pertambakan
udang terbesar di dunia PT. Dipasena Citra Darmaja, namanya depannya "Bumi Dipasena" diambil dari
sebagian nama perusahaan tersebut. Bumi Dipasena Utama berbatasan dengan Bumi Dipasena Agung di
utara, Bumi Dipasena Sentosa di selatan dan Jalur 62 di timur.

3
4

Total Luas Lahan 16.250 HA


Terbagi atas :
Lahan Pertambakan Mandiri (ex plasma) jenis SHM : 6.800 Ha
( 3,613 Ha cultivation area , 3,187 Ha supporting infrastructure area )
Lahan ex CPP Group (ex inti) jenis HGU : 9.450 Ha

BUMI
DIPASENA
5

Jumlah dan Kategori Tambak

Total Tambak : 17. 139 petak


Total tambak produktif : 14.609 petak
Tambak kurang produktif ( dimanfaatkan warga tambak-tambak
ini adalah kegagalan sistem tandon CPP group ) : 3070 petak
saluran air inlet dan outlet sepanjang 1.300 KM
BUMI
DIPASENA
6

Produksi
(udang diatas 10 Gram /ekor)

Produksi tahun 2014 :

14,171 Ton
Potensi produksi /tahun :

40.000 Ton

BUMI
DIPASENA
7

Jenis dan Varietas

Jenis udang yang


dibudidayakan,
udang vannamei

(litopenaeus vannamei)

BUMI
DIPASENA
8

Pemasaran udang vannamei dibumi dipasena selama 5 tahun


terakhir ini lebih cenderung memakai pola jual beli langsung
Pola Pemasaran dengan pengepul lokal, harga yang diterima oleh petambak sama
5 tahun Terakhir dengan harga pabrik. Keuntungan yang diterima oleh pengepul
didapat dari kondisi udang yang dijual kepabrik dalam keadaan
basah (sudah di packing dengan es) penambahan berat udang
dari saat di beli dari petambak (kondisi segar dan kering) hingga
saat dijual ke pabrik dapat mencapai 3% –10%. Pemasaran
dengan pola yang kini dilakukan sangat bergantung pada harga
dan stock di pabrik, dan sangat terpengaruh pada pasokan udang

BUMI dari wilayah lain.

DIPASENA
9
Sejarah
Pertambakan
Periode 1990 -1999
Megaproyek industri budi daya udang yang pertama dan terbesar dibangun di Indonesia.
Proyek berskala besar ini menggunakan konsep tambak inti rakyat (TIR) dan menghimpun
puluhan ribu tenaga kerja. Tambak modern ini kemudian dikenal dengan PT Dipasena
Citra Darmaja (DCD) milik pengusaha Sjamsul Nursalim

DCD membangun tambak di areal konsesi seluas 16.250 hektar dari 30.000 hektar
cadangan yang diberikan Pemda Provinsi Lampung dengan 16 blok dengan total
petambak Plasma sekitar 9000 orang. Tahun 1997, sempat terangkat sebagai produsen
udang terbesar kedua di dunia.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan PT DCD mengalami masalah.

BUMI
DIPASENA
10
Sejarah
Pertambakan
Periode 1999
Terjadi aksi massa dan protes yang dilakukan oleh petambak
yang dilatarbelakangi oleh praktek tidak transparannya
perusahaan (Inti) terhadap beban utang plasma dan Perjanjian
Kerja Sama yang tidak adil selama kemitraan berjalan. Protes
ini berujung pada sikap Petambak Plasma yang menyatakan
tidak bersedia lagi bermitra dengan perusahaan

BUMI
DIPASENA
11
Sejarah
Pertambakan
Periode 2002 -2003
Dipasena group diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) sebagai bagian dari sebagai bagian dari Penyelesaian Kewajiban
Pemegang Saham (PKPS) Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) milik Sjamsul
Nursalim dengan total nilai aset Dipasena sebesar + Rp 19 triliun.

BPPN membentuk “Tim Pemulihan’ untuk menangani masalah ‘Sosial


Kemasyarakatan’. Tim ini juga berhasil mengajak Plasma mau bekerja sama
kembali dengan Inti karena adanya komitmen untuk menggunakan “PKS 2005”
versi pemerintah (yang dibuat bersama oleh PT. Perusahaan Pengelola Aset,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah, Inti & Plasma).

BUMI
DIPASENA
12
Sejarah
Pertambakan
Periode 2004
Tanggal 7 dan 16 September 2004, digelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR
terkait pembiayaan program revitalisasi tambak udang Dipasena menyimpulkan
antara lain :

1. Menghindarkan potensi gangguan sosial (120.000 plasma )


2. Revitalisasi akan meningkatkan devisa negara
3. Menyelamatkan hajat hidup plasma dan masyarakat sekitar;
4. Memerintahkan Menteri Keuangan untuk menetapkan nilai baru hutang plasma

BUMI
DIPASENA
13
Sejarah
Pertambakan
Periode 2005- 2006
24 Januari 2005, terbit Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 30/KMK.01/2005, yang menetapkan nilai
hak tagih petambak Plasma PT. Dipasena Citra Darmaja dan PT. Wahyuni Mandira menjadi Rp.
20.000.000 per orang.

Berdasarkan arahan Menteri Keuangan kepada PT. Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk mencari
pembiayaan revitalisasi di luar APBN bagi plasma dan inti, terpilihlah PT. RECAPITAL sebagai Kreditur
baru Dipasena

PT. PPA dan PT. RECAPITAL mengubah komposisi manajemen lama dengan manajemen baru dan
menunjuk Sdr. Rudyan Kopot sebagai Direktur Utama Dipasena Group yang baru.

Manajemen baru mengubah PKS Pemerintah 2005 menjadi PKS yang sama dengan yang digunakan
oleh Plasma PT. Centra Pertiwi Bahari (PKS CPB) milik PT CPP Grup. Sikap ini mendapat penolakan
dari Petambak sehingga menyebabkan proses negosiasi berjalan alot dan lambat.

BUMI
DIPASENA
14
Sejarah
Pertambakan
Periode 2007
Karena proses negosiasi yang alot, pada tanggal 2 Maret 2007 PT. RECAPITAL secara resmi dinyatakan
default (cidera janji) oleh PT. PPA karena tidak sanggup menyediakan modal.

PT. PPA mengubah program pencarian kreditur dengan program “Penjualan Aset Kredit dan Saham
Group Dipasena Dengan Pengamanan Revitalisasi.”

PT. PPA mengabaikan anjuran Menteri Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah Tulang Bawang
dan Plasma yang meminta agar PKS Pemerintah 2005 dijadikan acuan kemitraan Inti Plasma yang
dipersyaratkan kepada calon pembeli aset Dipasena.

24 Mei 2007, PT. PPA berhasil menjual Aset Kredit dan Saham Group Dipasena yang bernilai +/- 19
Triliun kepada Konsorsium Neptune (CPP Group/PT AWS) hanya dengan harga U$ 53,5 juta US (Rp.
448 milliar);.

BUMI
DIPASENA
15
Sejarah
Pertambakan
Periode 2008
Petambak menegur perusahaan (CPP Group/PT AWS) karena pelaksanaan ‘Rehabilitasi’
tidak berjalan sesuai jadwal. Perusahaan mengabaikan teguran Plasma tersebut.

Perusahaan mengubah jadwal secara sepihak Rencana Rehabilitasi Revisi ke-1, yang
semula akan dilaksanakan selama 12 bulan maka saat ini dirubah menjadi 18 bulan
(April 2008~September 2009).

BUMI
DIPASENA
16
17
Sejarah
Pertambakan
Periode 2009
CPP Group/PT AWS secara sepihak kembali merubah ‘Rencana Rehabilitasi Revisi Ke-1’
menjadi Rencana Rehabilitasi Revisi Ke-2 (April 2008~September 2011).

Cpp Group/PT AWS secara sepihak kembali merubah ‘Rencana Rehabilitasi Revisi Ke-2’
menjadi Rencana Rehabilitasi Revisi Ke-3, yang hakikat mundur +/- 1~2 tahun (+/- selesai
pada 2012/2013).

Petambak menolak dan meminta CPP Group/PT AWS melaksanakan komitmen


sebagaimana “Rencana Rehabilitasi awal” dan mengadukan masalah ini kepada
Pemerintah Daerah Tulang Bawang dan Menteri Kelautan dan Perikanan RI

BUMI
DIPASENA
18
Sejarah
Pertambakan
Periode 2010
CPP Group/PT AWS gagal bayar bunga obligasi kepada obligornya (BNI, BRI, CIMB, China
Trust, Bank Permata dan Bumi Putra) sehingga mengakibatkan sahamnya di suspend
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menteri Kelautan dan Perikanan merespon mundurnya jadwal Revitalisasi tersebut


dengan mengeluarkan pernyataan tegas di media, bahwa Pemerintah akan mengambil
alih CPP Group/PT AWS kalau revitalisasi tidak berjalan

Petambak melakukan aksi protes di lokasi Pertambakan (tata kota) menuntut


pelaksanaan Revitalisasi oleh CPP Group/PT AWS

BUMI
DIPASENA
19
Sejarah
Pertambakan
Periode 2010
Pemda Tulang Bawang melalui surat Nomor 590/209/1.03/TB/2010, secara tegas
menyampaikan fakta gagalnya program revitalisasi dan mendorong ‘Menteri Kelautan
danPerikanan serta Menteri Keuangan’ serta mendesak pemerintah pusat untuk
mengambil alih tambak Dipasena dan Pemda TUBA siap mencarikan Investor baru

12 Agustus 2010, terjadi pemadaman listrik secara sepihak oleh perusahaan pada malam
hari terutama di blok 2 selama 9 jam dan di blok 3 selama 3 jam. Pemadaman listrik
tersebut menyebabkan Plasma mengalami kerugian milyaran rupiah.

BUMI
DIPASENA
20
Sejarah
Pertambakan
Periode 2011
Kementerian Kelautan dan Perikanan menerima perwakilan petambak Plasma CPP
Group/ PT AWS yang menyampaikan keinginan plasma untuk pemutusan hubungan
kemitraan dengan Inti (PT AWS); berikut bukti tanda tangan kesepakatan sebagian besar
Plasma memutuskan hubungan kerja sama dengan pihak perusahaan.

7 Pebruari 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan membentuk Tim Evaluasi Revitalisasi
Ex Dipasena. Pada bulan Maret hasil Tim evaluasi menyimpulkan bahwa program
revitalisasi tambak udang plasma PT Aruna Wijaya Sakti tidak berjalan sesuai dengan
perjanjian. Dimana hal tersebut memicu konflik kemitraan antara petambak udang
plasma dengan pihak perusahaan.

BUMI
DIPASENA
21
Sejarah
Pertambakan
Periode 2011
29 Maret 2011, KKP membentuk “Tim Pendukung Revitalisasi”. Intinya adalah
menegaskan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah (KKP) untuk memfasilitasi
pencapaian solusi yang saling menguntungkan antara pihak Perusahaan dan Petambak
dengan membentuk Tim Pendukung Revitaliasasi.

Mei 2011, PT AWS menghentikan seluruh aktifitas produksinya, menunda pembayaran


SHU milik petambak dan menghentikan pasokan listrik ke seluruh wilayah pertambakan
efektif dimulai pada tanggal 7 Mei 2011.

3 Agustus 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan Bpk Fadel Muhammad, Direktur
Utama PLN Bapak Dahlan Iskan dan Bupati Tulang Bawang yang diwakili oleh wakil
bupati Bapak Agus Mardihartono melakukan kunjungan ke lokasi pertambakan Bumi
Dipasena.

BUMI
DIPASENA
22
Sejarah
Pertambakan
Periode 2011
5 Agustus 2011, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) melakukan mediasi
dengan pihak-pihak terkait untuk pemenuhan dan pemulihan hak plasma Bumi
Dipasena. Forum mediasi ini dihadiri oleh: Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, PT. Perusahaan
Listrik Negara, Pertamina, dan BPH Migas.

Petambak membentuk Koperasi Petambak Bumi Dipasena (KPBD) untuk mendukung


kemitraan baru budidaya udang di Bumi Dipasena.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) memanggil pihak perusahaan,
pemerintah, PT. PLN, Petambak, dan perbankan (BNI, BRI, CIMB Niaga) untuk mencari
penyelesaian persoalan yang dihadapi oleh Petambak Dipasena

BUMI
DIPASENA
23
Sejarah
Pertambakan
Periode 2012
Terjadi proses mediasi yang difasilitasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) untuk penyelesaian polemik kredit. Mediasi ini dihadiri oleh perwakilan
Petambak, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemkab Tulang Bawang, BNI, BRI,
Jamkrindo, dan PT. AWS/ CPP. Mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan untuk
merestrukturisasi hutang-hutang petambak kepada bank.

21 Juni 2012, surat rekomendasi Komnas HAM No. 039/R/TUA/Mediasi/VI/2012


menyatakan bahwa CPP Group/ PT AWS telah gagal melaksanakan Program Revitalisasi
yeng mengakibatkan terlanggarnya hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya para
petambak.

BUMI
DIPASENA
24
Sejarah
Pertambakan
Periode 2013
Pengadilan Negeri Menggala menolak gugatan perdata PT. Aruna Wijaya Sakti (AWS)
terhadap 400 petambak plasma di Dipasena Kecamatan Rawajitu Timur Tulang Bawang

P3UW mendeklarasikan pelaksanaan “Program Revitalisasi Mandiri”. Program ini


mencanangkan pembiayaan gotong royong dalam skema investasi Rp 1000/Kg dari
setiap hasil panen petambak untuk pendanaan revitalisasi areal pertambakan secara
swadaya.

Pembelian 2 unit eksavator secara tunai untuk memulai revitalisasi mandiri areal
pertambakan rakyat.

BUMI
DIPASENA
25
Perkembangan
Revitalisasi Dipasena
Revitalisasi secara umum dipahami sebagai sebagai kegiatan untuk
mengembalikan pertambakan eks Dipasena pada kondisi awalnya, yaitu
budidaya udang Windu secara intensif.

Sejak Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) mengambil alih


aset Group Dipasena dari pemilik lamanya (Sjamsul Nursalim) pada
tahun 2002, Pemerintah dan DPR sudah menyadari bahwa
Pertambakan Dipasena merupakan aset nasional yang
perlu di revitalisasi. Pada saat diambil alih kondisi
kemitraan Inti dan Plasma tidak terjalin dan
Petambak melakukan budidaya secara mandiri.

Hal itu disebabkan karena adanya polemik


kemitraan dan nilai hutang Plasma. Untuk
memahami proses revitalisasi dipasena,
terdapat lima fase penting yang
saling berhubungan.

BUMI
DIPASENA
PERKEMBANGAN REVITALISASI DIPASENA
Pada fase ini disebut sebagai “Tahap Pemulihan”. Pada tahap ini, BPPN sebagai
kuasa pemerintah meminta manajemen eksisting berinisiatif untuk membentuk “Tim
Khusus” untuk memulihkan hubungan kemitraan antara Petambak dan Perusahaan

FASE agar dapat layak dilakukan revitalisasi. Usaha tersebut membuahkan hasil, hingga
akhirnya pada tahun 2003 hubungan Petambak dan Perusahaan akhirnya dapat

PERTAMA
dipulihkan kembali setelah Petambak menerima komitmen pemerintah untuk:

a. Membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang adil.


b. Mencarikan pendanaan untuk rehabilitasi sarana prasarana, Modal Investasi dan
Modal kerja yang cukup agar mereka dapat kembali berbudidaya “Intensif”.

Selanjutnya sambil menunggu pemerintah


mewujudkan janjinya, maka Petambak dan
perusahaan bersepakat untuk mengawali Berdasarkan Amanat tersebut, maka Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan
hubungan kemitraan dengan pola budidaya serangkaian kegiatan berikut untuk mendukung dan mempermudah berjalannya
“Pra intensif”. Pada bulan September 2004, Program Revitalisasi Dipasena, yaitu:
dilaksanakan Rapat Dengar Pendapat
antara Komite Kebijakan Sektor Keuangan
(KKSK) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Oktober2004 Tahun2005 Maret2005
Menetapkan bahwa Menteri Keuangan Menteri Keuangan memberikan arahan kepada
RI yang mengamanatkan agar Pemerintah program revitalisasi menyampaikan kebijakan PT. Perusahaan Pengelola Aset (PT. PPA) untuk
segera melaksanakan revitalisasi dimasukan dalam Program nilai aset ex Group mencari pembiayaan revitalisasi diluar APBN
pertambakan udang eks Dipasena. Amanat kerja 100 hari Dipasena dari + 19 triliiun bagi Plasma dan inti yang diterjemahkan oleh PT.
Pemerintahan Kabinet menjadi hanya sebesar PPA untuk mencari pembiayaan dari kreditur.
revitalisasi dilandasi oleh tiga pertimbangan: Indonesia Bersatu Jilid I. 53,5 juta dollar AS dan
Pertama, untuk mencegah gangguan sosial nilai hak tagih (hutang
keamanan yang lebih besar. Kedua, Plasma) dari rata-rata Rp
100 juta menjadi Rp 20
menyelamatkan hajat hidup 120.000 orang
yang menerima manfaat dari kegiatan
juta rata rata / Plasma. 4Juli2005
Wakli Presiden mempertegas dukungannya
budidaya pertambakan udang di Dipasena. dengan cara memberikan arahan kepada Menteri
Ketiga, untuk meningkatkan devisa negara Keuangan, Menteri Negara Koperasi dan UKM,
dari ekspor udang. Dengan demikian, Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Menteri
BUMN agar mendukung revitalisasi hingga
“Amanat Program Revitalisasi” ialah tuntas;
kegiatan untuk mengembalikan
pertambakan eks Dipasena pada kondisi
awalnya agar mensejahterakan
Tahun2005
Pemerintah Daerah Tulang Bawang
pembudidaya dan masyarakat serta membentuk Kecamatan Rawa Jitu Timur,
berkontribusi pada peningkatan devisa khusus untuk area Dipasena agar Inti dan
negara. Plasma dapat lebih mudah
mengkoordinasikan dirinya.

26
PERKEMBANGAN REVITALISASI DIPASENA
Selanjutnya tim Departemen Perikanan dan Langkah awal manajemen baru ialah
Kelautan bersama dengan Pemda Tulang menggunakan PKS yang biasa
Bawang mengawal dan mengarahkan digunakannya di pertambakan tempat

FASE
manajemen Inti dan perwakilan Plasma untuk mereka bekerja sebelumnya (PKS PT. CPB).
menyusun PKS (Perjanjian Kerja Sama) Kebijakan ini mendapat penolakan Plasma
yang mengacu pada pola kemitraan yang adil sehingga menyebabkan proses negosiasi

KEDUA dan setara. Maka pada bulan Juni 2005 PKS


dapat diselesaikan dan direncanakan untuk
budidaya “udang windu dengan pola
Intensif”. Saat ini Plasma menyebutnya
dengan nama “PKS Pemerintah”.
yang berkepanjangan antara kedua belah
pihak, karena Plasma tetap memilih untuk
menggunakan “PKS Pemerintah”.

Polemik Inti-Plasma mengenai penggunaan


PKS ini disikapi oleh pihak Pemerintah
Setelah PKS selesai, PT. PPA selanjutnya Daerah Tulang Bawang yang mengawal
Fase Kedua, yang disebut sebagai “Tahap melakukan proses seleksi calon kreditur. proses negosiasi, dengan mengirimkan surat
Pencarian Kreditur”. Pada tahap ini BPPN dan PT. Akhirnya, pada bulan Oktober 2005 PT. PPA secara resmi pada bulan Maret 2006 perihal
PPA mengeluarkan dana sekitar Rp 15 milliar menetapkan PT. RECAPITAL sebagai anjuran kepada PT. PPA agar dapat
untuk membiayai konsultan asing Ferrier Hogdson kreditur program revitalisasi. Untuk dapat mengarahkan Manajemen baru
dan Konsultan lokal Wiriadinata & Wiriawan untuk menempatkan perwakilan dari PT. Recapital menggunakan PKS Pemerintah, tetapi hal
merancang strategi yang tepat untuk pelaksanaan maka Komposisi Manajemen pun diubah tersebut tidak dihiraukan.
program revitalisasi, kebijakan strategis yang dengan menunjuk Sdr. Rudyan Kopot yang Pada akhir 2006, proses negosiasi
ditetapkan ialah sebagai berikut: sebelumnya bekerja sebagai Direktur PT. penyusunan PKS yang isinya mengatur
Centra Pertiwi Bahari milik PT. CPP Group tehnis budidaya “Vannamei” dengan pola
1. Memperbaiki pola kemitraan; agar terwujud pola sebagai Direktur Utama Dipasena Group Intensif akhirnya dapat diselesaikan. Saat ini
kemitraan yang adil dan setara dengan cara yang baru. Plasma menyebutnya dengan nama “PKS
Membuat PKS (Perjanian Kerja Sama) untuk Inti 2006”
dan Plasma.

2. Mencarikan Pembiayaan; untuk biaya Proses negosiasi PKS yang terlalu panjang
rehabilitasi sarana prasarana dan permodalan berdampak terhadap kacaunya rencana
budidaya bagi Inti dan Plasma dengan cara keuangan PT. Recapital sehingga dukungan
mencarikan Kreditur. dana operasional tersendat. Dan akhirnya
pada bulan maret 2007 PT. Recapital secara
Menteri Kelautan dan Perikanan (Bapak Fredy resmi dinyatakan default.
Numberry) mendukung ajakan PT. PPA dengan
membentuk Tim Revitalisasi (yang diketuai oleh
Bapak Made L. Nurjana). Dukungan juga diberikan
dari Bupati Tulang Bawang dengan mengirimkan
stafnya untuk turut mendampingi proses
penyusunan PKS.

27
PERKEMBANGAN REVITALISASI DIPASENA

FASE Pihak Plasma, Pemda Tulang Bawang dan

KETIGA Menteri Kelautan dan Perikanan kembali


melakukan desakan dan memberikan saran
secara terulis kepada PT. PPA agar
mensyaratkan kepada calon investor
menggunakan PKS Pemerintah. Akan tetapi
upaya tersebut tidak berhasil membuat PT.
PPA mensyaratkan PKS Pemerintah sebagai
Fase Ketiga, fase ini disebut oleh PT PPA sebagai PKS yang harus digunakan oleh calon
“Tahap Pengamanan Revitalisasi.” Pada tahap ini Investor.
menteri keuangan dan PT. PPA mengubah strategi
pencarian kreditur menjadi langkah Penjualan Aset Pada bulan Mei 2007 melalui proses seleksi
dan hak tagih yang dikemas dengan nama maka terpilihlah Konsorsium NEPTUNE,
“Program penjualan aset dan hak tagih group yang terdiri dari PT. Blue Lion Grup, PT.
Central Proteina Prima (CPP) dan PT. Pertiwi Dalam skenario program pengamanan
Dipasena dengan pengamanan Revitalisasi”.
Indonesia. Sebagai pemenang tender, revitalisasi versi PT PPA yang kemudian
Konsorsium Neptune membeli Aset Group direalisasikan dalam bentuk penjualan aset
Langkah ini diawali dengan undangan tender di
Dipasena dan membayar hak tagih Plasma Dipasena, Konsorsium Neptune (pemenang
beberapa media cetak sampai dengan penjelasan
Dipasena dengan total nilai sekitar Rp 668 tender) diwajibkan untuk melaksanakan dua
dalam Info Memo serta ketentuan di dalam TOR
milyar. hal: 1) membayar saham PT. Dipasena Citra
(Terms Of Reference), PT. PPA berupaya
Darmaja sebesar 53,5 juta US dolar dan
menjaring Investor yang diharapkannya.
membayar Hak Tagih Plasma (hutang
PT. PPA juga membentuk ‘Tim Independen’ yang
Plasma) sebesar Rp 220 miliar. 2)
terdiri dari individu yang dianggap memahami
melaksanakan kewajiban dengan
hukum, ekonomi dan tehnis budidaya yang
menyediakan pembiayaan untuk melakukan
dilibatkan untuk mendukung keabsahan proses
revitalisasi dan rehabilitasi sarana dan
seleksi Investor.
prasarana milik Inti dan menyediakan
pembiayaan untuk Modal Kerja dan Modal
Investasi bagi Petambak.

28
PERKEMBANGAN REVITALISASI DIPASENA

FASE Terhadap hal ini, Kementerian Kelautan dan

KEEMPAT Perikanan, Bupati Tulang Bawang, Komisi


Nasional Hak Asasi Manusia menegur pihak
perusahaan agar melaksanakan janjinya
untuk melaksanakan revitalisasi agar tercipta
suasana yang kondusif untuk berbudidaya
dan memenuhi hak-hak petambak.

Fase Keempat, pada fase ini Dipasena berubah Atas dukungan berbagai LSM di Jakarta,
menjadi “PT. Aruna Wijaya Sakti (PT AWS),” yang petambak juga melakukan audiensi dengan
merupakan anak perusahaan PT. Central Proteina sejumlah pihak (DPR dan Pemerintah) untuk
Prima (CPP) yang tidak lain adalah grup meminta dukungan. Intensitas dan bobot
perusahaan milik Charoen Pokphand dari konflik Inti-Plasma semakin meningkat sejak
Thailand. Pihak perusahaan kembali 2009, merosotnya volume produksi dan
menegosiasikan PKS model baru (versi CPP) eksport udang Indonesia mulai tahun 2007
kepada Plasma. Meskipun pada awalnya Plasma disertai banyaknya kelemahan dalam Tekanan berbagai pihak dijawab oleh
menolak usulan ini, tetapi karena mereka tidak kemitraan Inti-Plasma yang saat ini berjalan, perusahaan dengan menghentikan seluruh
mampu lagi mempertahankan keinginanannya oleh khususnya berkaitan dengan hak dan aktifitas produksinya termasuk menghentikan
karena kondisi yang sudah sangat melelahkan dan kewajiban maupun metode transaksi. Hal ini aliran listrik ke seluruh perkampungan Bumi
desakan kebutuhan ekonomi akhirnya Plasma menjadi dasar kesimpulan akan terjadinya Dipasena. Dalam perjalanannya secara
terpaksa menerima PKS baru dengan perjanjian kegagalan Program Pengamanan berangsur-angsur, PT AWS memindahkan
revitalisasi dan rehabilitasi pertambakan dalam Revitalisasi yang dilakukan oleh PT seluruh mesin, gardu listrik, dan sarana
waktu yang secepatnya. AWS/CPP. produksi lainnya ke luar Bumi Dipasena.
Pada tahun 2009, hubungan kemitraan Inti-Plasma
semakin memburuk, karena PT AWS/CPP
berulang kali mengubah rencana jadwal revitalisasi
yang sudah disepakati sejak tahun 2007 ditambah
beban hutang yang semakin menumpuk. Hal ini
menimbulkan keresahan hingga akhirnya
Petambak melakukan protes dan menggalang
dukungan dari berbagai pihak untuk meminta
keadilan.

29
PERKEMBANGAN REVITALISASI DIPASENA

FASE
KELIMA
Fase Kelima, fase ini disebut sebagai “Tahap
Revitalisasi Mandiri.” Pada fase ini petambak
berkomitmen melanjutkan budidaya udang dengan
membuat sistem kemitraan baru yang lebih adil
dan transparan melalui wadah ekonomi bernama
Koperasi Petambak Bumi Dipasena (KPBD).

Pada tahun 2013, di bawah koordinasi organisasi


petambak Perhimpunan Petambak Plasma Udang
Windu (P3UW) mendeklarasikan program
“Revitalisasi Mandiri.” Yang merupakan bentuk
gotong royong seluruh petambak Bumi Dipasena
untuk melakukan rehabilitasi dan revitalisasi
sarana dan prasarana pertambakan udang
miliknya secara swadaya.

30
31
BUMI DIPASENA

BUMI
Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulang Bawang

DIPASENA
Lampung - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai