Anda di halaman 1dari 8

Referat

MODALITAS PENGOBATAN KEMOTERAPI

Oleh :
DIAN HANDAYANI
NIM. 1808436228

Pembimbing :
dr. HARIANTO, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2019
MODALITAS PENGOBATAN KEMOTERAPI

I. DEFINISI KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah salah satu tipe pengobatan kanker dengan menggunakan
obat untuk merusak sel-sel kanker. Obat kemoterapi biasa disebut juga obat
sitotoksik.1 Beberapa tipe kanker dapat diobati hanya dengan kemoterapi, namun
kadang kemoterapi digunakan dengan pengobatan lain seperti radioterapi dan
operasi. Obat-obat kemoterapi dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active
single agent), tetapi umumnya berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker.2

II. TUJUAN KEMOTERAPI


Kemoterapi memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk penyembuhan, kontrol,
dan paliatif. Pemilihan tujuan kemoterapi didasarkan pada tingkat keganasan, dan
efikasi terapi yang tersedia. Pengobatan kemoterapi dengan maksud
penyembuhan menyiratkan ada harapan berdasarkan studi klinis bahwa
pengobatan kemungkinan akan menghilangkan kanker dan tidak akan kembali.1,3
Kemoterapi pada kanker yang bertujuan untuk pengendalian (kontrol)
kanker dengan harapan bahwa kanker mungkin tidak sepenuhnya hilang tetapi
akan dikontrol, mencegah penyebaran kanker dan memperlambat
pertumbuhannya sehingga memungkinkan pasien memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dan berpotensi bertahan hidup lebih lama dengan kanker sebagai
penyakit kronis.1,3
Tujuan kemoterapi yang diberikan sebagai kemoterapi paliatif adalah untuk
meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Kemoterapi paliatif
digunakan pada kanker stadium lanjut, yang artinya kanker sudah tidak bisa
dikontrol dan telah meluas ke bagian tubuh lainnya.3
Tujuan pengobatan kemoterapi ini dapat dicapai dengan kemoterapi saja atau
dikombinasikan dengan melakukan pembedahan, radiasi, atau molecularly
targeted agents.3

1
III. MODALITAS PENGOBATAN KEMOTERAPI
Pemberian kemoterapi terbagi dalam 4 kategori:
1. Pengobatan induksi primer
Kemoterapi induksi primer mengacu pada terapi obat yang diberikan
sebagai pengobatan utama untuk pasien yang menderita kanker yang tidak ada
pengobatan efektif lainnya.4 Kemoterapi merupakan modalitas utama
pengobatan pada beberapa jenis kanker, contohnya leukemia akut, Non-
Hodgkin’s lymphoma, dan germ cell cancer.5
2. Pengobatan neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum terapi
definitif, seperti pembedahan dan radiasi. 6 Kemoterapi neoadjuvan mengacu
pada penggunaan kemoterapi untuk pasien yang datang dengan kanker
terlokalisir dimana terapi lokal, seperti operasi dan/atau radiasi tersedia tetapi
kurang sepenuhnya efektif. Tujuan terapi neoadjuvan adalah untuk
mengecilkan ukuran tumor sehingga memberikan kesempatan yang lebih baik
bagi ahli bedah untuk melakukan reseksi total dan mengurangi potensi
penyebaran mikrometastasi.5 Tiga hal penting yang harus dipertimbangkan
dalam memilih cara pemberian kemoterapi yaitu manfaat untuk pasien, durasi
terapi dan survival. Survival tergantung stadium, ukuran tumor, dan status
fisik pasien. Beberapa kerugian cara kemoterapi neoadjuvan yaitu dapat
menurunkan kondisi pasien, ukuran tumor membesar, memperpanjang waktu
terapi, meningkatkan toksisitas serta biaya, dan menunda jadwal terapi
definitif.6 Terapi neoadjuvan paling sering digunakan dalam pengobatan
kanker anal, kanker kandung kemih, kanker payudara, kanker kerongkongan,
kanker laring, dan non–small cell lung cancer (NSCLC).4 Kemoterapi
neoadjuvan pada Karsinoma Nasofaring (KNF) dimaksudkan untuk
mengurangi besarnya tumor sebelum radioterapi. Pemberian kemoterapi
neoadjuvan didasari atas pertimbangan vascular bed tumor masih intak
sehingga pencapaian obat menuju massa tumor masih optimal. Disamping itu,

2
kemoterapi yang diberikan sejak dini diharapkan dapat memberantas
mikrometastasis sistemik seawal mungkin.7
3. Pengobatan adjuvan
Kemoterapi adjuvan mengacu pada penggunaan kemoterapi pasca
operasi/radiasi untuk menghilangkan sisa sel kanker yang tersisa dan
mengurangi risiko kekambuhan. Terjadinya kekambuhan penyakit, baik
secara lokal atau sistemik, setelah operasi, radiasi, atau keduanya terutama
disebabkan oleh penyebaran mikrometastase tersembunyi. Tujuan terapi
adjuvan adalah untuk menghancurkan mikrometastasis sehingga mengurangi
insiden kekambuhan dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien
secara keseluruhan.5 Kerugian cara ini, kondisi umum yang sudah menurun
dan vascular bed yang buruk menyebabkan obat tidak dapat maksimal
mencapai daerah tumor.7 Strategi ini efektif pada kanker payudara, usus besar,
dan karsinoma nasofaring.3,7,8 Terapi sistemik pada Karsinoma Nasofaring
adalah dengan kemoradiasi dilanjutkan dengan kemoterapi adjuvant, yaitu
Cisplatin + Radioterapi diikuti dengan Cisplatin/5-FU atau Carboplatin/5-FU.
Dosis preparat platinum based 30-40 mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap seminggu
sekali.9
4. Kemoterapi concurrent
Kemoterapi concurrent yaitu apabila kemoterapi diberikan bersamaan
dengan terapi definitif. Kemo-radioterapi konkuren (konkomitan) adalah
pemberian kemoterapi secara bersamaan dengan radioterapi. Dosis kemoterapi
yang diberikan biasanya lebih rendah dan berperan sebagai radiosensitizer.
Pemberian kemoterapi concurrent diharapkan dapat membunuh sel kanker
yang sensitif terhadap kemoterapi dan mengubah sel kanker yang resisten
menjadi lebih sensitif terhadap radioterapi. Keuntungan kemoradioterapi
konkuren yang lain adalah keduanya bekerja sinergistik yaitu mencegah
resistensi, membunuh subpopulasi sel kanker yang hipoksik dan menghambat
recovery DNA pada sel kanker yang sublethal.7

3
IV. RUTE PEMBERIAN KEMOTERAPI
Kemoterapi dapat diberikan dalam beberapa rute pemberian, yaitu :
1. Intravena (IV).
Pemberian kemoterapi paling sering diberikan melalui pembuluh darah vena.
Terapi intravena dapat diberikan melalui vena sentral atau perifer melalui bolus
atau infus. Kemoterapi intravena dapat diberikan melalui catheter, port, atau
pumps. Pemberian kemoterapi melalui Central Venous Access Device (CVAD)
lebih disarankan pada kemoterapi yang lama atau berkepanjangan dan obat-
obatan yang bersifat vesikan (obat yang dapat merusak jaringan). 10,11 contoh obat
kemoterapi intravena adalah cisplatin, 5-Fluorouracil, bleomycin, dan
carboplatin.7
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian kemoterapi intravena,
yaitu :
a. Semua terapi harus diberikan sesuai dengan urutan protokol, termasuk jenis
obat, dosis, dan kecepatan infus.
b. Pemrograman pompa infus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan
laju infus tepat dan benar sesuai dengan rentang waktu mL/jam atau mL/24
jam.
c. Patensi akses vena harus dikonfirmasi sebelum pemberian obat dilakukan.
d. Metode bolus intravena diberikan dengan lambat.
e. Waspadai risiko ekstravasasi dan mengidentifikasi obat mana yang vesikan
atau iritan.
f. Kenali risiko reaksi hipersensitivitas, identifikasi obat mana yang memiliki
potensi untuk reaksi ini serta efek samping lain yang terkait dengan terapi
selama dan setelah pemberian (mis., mual, muntah, pruritus, dan ruam).
g. Setelah pemberian, jalur intravena harus dibilas dengan cairan yang cukup
untuk memastikan obat dibersihkan dari selang infus.11
2. Injeksi.
- Injeksi Intramuskular. Injeksi intramuskular dapat diberikan pada otot
deltoid, rectus femoris, vastus lateralis, dan gluteal. Jarum yang tepat harus

4
dipilih berdasarkan pertimbangan panjang jarum yang diperlukan untuk
mengakses otot dan lubang jarum (yang harus sebesar mungkin untuk
meminimalkan tekanan saat injeksi diberikan).10,11 Contohnya obat L-
asparaginase pada Acute Lymphocytic Leukemia (ALL).12
- Injeksi subkutan. Suntikan diberikan melalui lapisan epidermis dan dermal
ke jaringan subkutan. Tepat di bawah kulit di bagian berlemak seperti
lengan, kaki, atau perut. Gunakan teknik cubitan untuk memberikan suntikan
pada sudut 45 derajat ke permukaan kulit. 11 Contoh obat methotrexate pada
acute lymphoblastic leukemia, omacetaxine, cytarabine pada acute
myelogeneus leukemia, dan bortezomib pada myeloma.13
3. Intra-arteri (IA). Kemoterapi diberikan langsung ke arteri yang
memperdarahi kanker. Obat sitotoksik untuk pemberian intra-arteri misalnya
melphalan dan topotecan dan carboplatin pada retinoblastoma.1,14
4. Intraperitoneal (IP). Kemoterapi diberikan langsung ke rongga peritoneum.
Terutama digunakan untuk kanker ovari dan colorectal. Contoh obat
kemoterapi intraperitoneal adalah cisplatin pada kanker ovari.10,15
5. Topikal. Obat sitotoksik topikal dapat diterapkan secara langsung ke kulit
dalam bentuk krim. Digunakan pada kanker kulit. Kemoterapi topikal juga
tersedia sebagai tetes telinga atau mata namun sangat jarang digunakan.
Contoh obat kemoterapi topikal adalah bleomycin, mitomycin C dan 5-
fluorouracil.10
6. Oral. Kemoterapi diberikan dalam bentuk pil, kapsul, atau cairan yang
diminum. Instruksi cara penggunaan obat kemoterapi (dosis, jadwal) yang
spesifik dan jelas harus diberikan kepada pasien. Contoh obat kemoterapi oral
adalah etoposid (VP-16).10,11

5
DAFTAR PUSTAKA

1. National Cancer Institute. Chemotherapy and you. 2018: [Cited 2019


September]. Available from: http://www.cancer.gov/publication/patient-
education/chemo-and-you

2. Firdaus MA, Prijadi J. Kemoterapi neoadjuvan pada karsinoma nasofaring.


Othorinolaringology head and neck surgery Bagian THT-KL Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2012:6-8. [Dikutip pada : September 2019]
Diambil dari : http://tht.fk.unand.ac.id/

3. Gullatte MM. Clinical guide to antineoplastic therapy : a chemotherapy


handbook. Chicago : Oncology Nursing Society. 2007. p.12-3

4. DeVita VT, Edward C. Physicians’ Cancer Chemotherapy Drug Manual.


Burlington: Jones & Bartlett Learning. 2015. p.2

5. DeVita VT, Rosenberg SA, Helman S. Cancer: principles and practice of


oncology, 8ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2008. p. 338-9

6. Adham M. Chemotherapy Workshop, Oncology Head and Neck Surgery.


Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2017. Hal.37.

7. Kentjono WA. Perkembangan terkini penatalaksanaan karsinoma nasofaring.


Maj Kedokteran Tropis Indonesia.2013;14(2):20-5

8. Ballenger JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16ed,


Spain: BC Decker. 2003.p.1329-32

9. Komite Penanggulangan Kanker. Panduan Penatalaksanaan Kanker Nasofaring.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016.Hal.4

10. Birmingham children's hospital NHS. Guidelines for the administration of


chemotherapy for malignant disease. [cited 2019 September]. Available from :
https://www.england.nhs.uk/midlands/wp-
content/uploads/sites/46/2019/05/guidelines-administration-chemotherapy-for-
malignant-disease-v2-1-0.pdf

11. Carrington C, Stone L, Koczwara B, Searle C, Siderov J, Stevenson B, Michael


M, Hyde S, Booth A, Rushton S. The Clinical Oncological Society of Australia
(COSA) guidelines for the safe prescribing, dispensing and administration of
cancer chemotherapy. Asia‐Pacific Journal of Clinical Oncology. 2010
Sep;6(3):220-37.

6
12. Bernard C, Hall MP, Doede T. Intravenous and Intramuscular Administration of
Asparaginase in Pediatric Patients with Acute Lymphoblastic Leukemia:
Treatment Patterns and Perceptions. American Society of Hematology.
2015;125(23):4914

13. Leveque D. Subcutaneous administration of anticancer agents. Anticancer


research. 2014 Apr 1;34(4):1579-86.

14. Klufas MA, Gobin YP, Marr B, Brodie SE, Dunkel IJ, Abramson DH. Intra-
arterial chemotherapy as a treatment for intraocular retinoblastoma: alternatives
to direct ophthalmic artery catheterization. American Journal of Neuroradiology.
2012 Sep 1;33(8):1608-14.

15. Yen MS, Juang CM, Lai CR. Intraperitoneal cisplatin‐based chemotherapy vs.
intravenous cisplatin‐based chemotherapy for stage III optimally cytoreduced
epithelial ovarian cancer. International journal of gynecology & obstetrics.
2001;72(1): 55-60.

Anda mungkin juga menyukai