Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEANEKARAGAMAN HAYATI

“KEBERADAAN FLORA FAUNA DAN HUBUNGANNYA DENGAN


LINGKUNGAN”

OLEH :
KELOMPOK 11

WAODE RASNAWATI KAWASA M1 B1 18 008


RANA APRIANTI .S M1 B1 18 012
LAURIANUS ELNERIO M1 B1 18 083
WAODE HASNA M1 B1 18 007
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kekayaan hayati di dunia tidak tersebar seragam, daerah tropis umumnya merupakan tempat
hidup berbagai jenis spesies dalam jumlah yang besar dibandingkan daerah lain. Secara
efisien dan efektif diperlukan target dalam usaha konservasi dengan mengetahui di mana
pusat keanekaragaman hayati yang dijadikan tingkatan prioritas secara nasional maupun
internasional. Dalam skala global, secara sederhana dapat diidentifikasi daerah target yang
dimaksud dengan membuat penilaian (scoring) antar negara yang memiliki kekayaan spesies
yang tinggi.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati
yang tinggi dan merupakan aset bangsa yang tak ternilai dan perlu dilestarikan melalui
perlindungan dan pemanfaatan secara berkelanjutan, seperti diamanatkan dalam UU Nomor 5
Tahun 1994 Tentang Keanekaragaman Hayati, yang meliputi konservasi, pemanfaatan
berkelanjutan atas komponen keanekaragaman hayati, serta akses dan pembagian keuntungan
yang adil.
Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan tentang
keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian
mahasiswa akan memiliki kepekaan untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan
keanekaragaman hayati Indonesia secara berkelanjutan.
a) Batasan dan Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang
berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya. Keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dibedakan dan dikelompokkan
berdasarkan karakteristik wilayah maupun persebaran spesiesnya.
Berdasarkan karakteristik wilyah, keadaan abiotik yang sangat bervariasi ini membuat
Indonesia kaya akan jenis flora dan fauna. Indonesia memiliki 10% jenis tanaman dari
seluruh spesies tanaman yang ada di dunia, 16% spesies herpetofauna, 12% spesies mamalia,
dan 17% spesies burung di dunia. Sejumlah spesies pun bersifat endemik yang artinya spesies
tersebut hanya ada di Indonesia dan tidak ditemukan di wilayah manapun di seluruh dunia.
Sedangkan berdasarkan Persebaran Organisme, fauna di Indonesia sendiri mencerminkan
daerah biogeografi Australia dan Oriental. Pembagian wilayah ini dibagi menjadi 3
biogeografi di Indonesia, yaitu biogeografi oriental, peralihan, dan australia. Batas antara
oriental dan peralihan disebut dengan garis Wallace dan batas antara biogeografi australia dan
peralihan adalah batas weber.
b) Sejarah Singkat Konsep Keanekaragaman Hayati
Keragaman hayati yaitu istilah yang dipergunakan pertama kali oleh ilmuwan satwa liar dan
pelestari Raymond F. Dasmann di tahun 1968 menaruh buku kesukaan Aneka Negara
konservasi advokasi. Istilah ini jumlah dipergunakan hanya setelah lebih dari satu dekade,
ketika pada 1980-an itu benar ke dalam penggunaan umum dalam ilmu ilmu dan kebijakan
lingkungan. Thomas Lovejoy, dalam kata pengantar buku Biologi Konservasi,
memperkenalkan istilah untuk komunitas ilmiah. Sampai kemudian "keanekaragaman alam"
istilah itu biasa, yang dikenalkan oleh Divisi Ilmu dari The Nature Conservancy dalam studi
1975 yang penting, "Pelestarian Keanekaragaman Alam." Dengan program 1980 Ilmu awal
TNC dan kepalanya, Robert E. Jenkins, Lovejoy dan ilmuwan konservasi terkemuka lainnya
pada kala di Amerika menganjurkan penggunaan "keanekaragaman hayati".

Keanekaragaman hayati bentuk janji Istilah itu mungkin telah diwujudkan oleh WG Rosen
pada tahun 1985 ketika memprogramkan Wadah Nasional 1986 Keanekaragaman Hayati
yang disediakan oleh Dewan Riset Nasional (NRC). Ini pertama kali keluar dari kandungan
dalam suatu publikasi pada tahun 1988 ketika sociobiologist EO Wilson dipergunakan
sebagai judul prosiding dari wadah itu. Sejak periode ini istilah telah dicapai dipergunakan
secara luas di kalangan ahli biologi, lingkungan, pemimpin politik, dan warga masyarakat
yang peduli. Sebuah istilah yang sama di Amerika Serikat yaitu "warisan alam." Ini
menyaingi orang lain serta yang lebih diterima oleh khalayak yang lebih luas tertarik pada
konservasi. Lebih luas dari keanekaragaman hayati, itu termasuk geologi dan bentang alam.
Jika mendengar kata “Keanekaragaman”, dalam pikiran mungkin akan terbayang kumpulan
benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya.
Bayangan tersebut memang tidak salah. Kata keanekaragaman memang untuk
menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya
perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah.
Sedangkan kata “Hayati” menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati
menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman
dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk,
jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk
hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami
konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup pergilah ke halaman sekolah.
Amati lingkungan sekitarnya maka akan dijumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan.
Perhatikan tumbuhan-tumbuhan itu, maka terdapat tumbuhan-tumbuhan yang berbatang
tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa dan yang berbatang rendah, misalnya:
cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan yang berbatang keras, dan
berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada pula yang berdaun kecil, serta bunga
yang berwarna-warni.
Begitu pula tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun menyirip
atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup atau terbuka, mahkota
bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain. Begitu pula pada hewan-hewan, terdapat hewan-
hewan yang bertubuh besar seperti kucing, sapi, kerbau, dan yang bertubuh kecil seperti
semutserta kupu-kupu.
Ada hewan berkaki empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti ayam. Berkaki banyak seperti
lipan dan luwing. Juga akan tampak burung yang memiliki bulu dan bersayap.Di samping itu,
terdapat hewan yang hidupnya di air seperti: ikan mas, lele, ikan gurame. Dan hewan-hewan
yang hidup di darat seperti kucing, burung dan lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi
bulu seperti burung, ayam. Ada yang bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula
yang berambut seperti kucing, kelinci dan lain-lain.
TUMBUHAN
Mangga dan jambu memiliki sistem perakaran tunggang, urat daun menyirip, berbiji tertutup
dan lain-lain.- Kelapa dan bambu memiliki sistem perakaran serabut, urat daun sejajar dan
lain-lain.
HEWAN
Kucing dan anjing dilindungi oleh rambut, reproduksi secara generatif, menyusui dan lain-
lain.
Belalang dan kupu-kupu memiliki kaki 6 buah atau 3 pasang (Hexapoda), tubuh menjadi 3
bagian ( kepala, dada, dan perut ), bersayap dan lain-lain. Kesimpulannya ada keseragaman
dan keberagaman dari berbagai jenis tumbuham dan hewan. Keanekaragaman hayati tidak
saja terjadi antar jenis, tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman. Adanya
perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu jenis disebut variasi.Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang tingkatan keanekaragaman hayati, simak uraiannya berikut
ini:
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat gen? Untuk menemukan jawaban
ini, cobalah amati tanaman bunga mawar. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-warni,
dapat berwarna merah, putih atau kuning. Atau pada tanaman mangga, keanekaragaman
dapat ditemukan pada bentuk buahnya, rasa, dan warnanya. Demikian juga pada hewan,
terdapat perbandingan antara ayam kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya.
Terdapat keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan
bentuk pial (jengger).
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah
mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua
disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua
makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama.
Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu keanekaragaman
hayati tingkat ekosistem.
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
keanekaragaman jenis ditunjukkan oleh adanya variasi/perbedaan ciri di antara individu-
individu yang berbeda jenisnya ( interspecies ) dalam satu marga ataupun famili. beberapa
contoh keanekaragaman species, antara lain : pada marga Arthocarpus ditemukan beberapa
jenis yaitu : nangka, keluwih, dan sukun. pada familia Leguminosae ditemukan beberapa
jenis, yaitu : kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


Di lingkungan manapun di muka bumi ini, terdapat makhluk hidup lain selain manusi. Semua
makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya.
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik
Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler)
sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung. Komponen
abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor
fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman,
dan kandungan mineral.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh
karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen
abiotik pun bervariasi pula. Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di
dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun
makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini
menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Perbedaan letak geografis antara
lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan
terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya
penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna
(hewan) yang menempati suatu daerah. Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat
ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut.
Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim
sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah
tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.Pada iklim
tropis terdapat hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan
beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah
akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat
ekosistem. Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi
bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda
merupakan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati berkembang dari
keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat
ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah
spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian
keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-
komponennya yang mengalami gangguan.Gangguan-gangguan terhadap komponen-
komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya.
Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara
perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain
penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liardapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat
merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem.
Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem.
Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan
bencana tsunami. Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi
dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya
adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal
tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu di
Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik
(penyebaran terbatas).
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di
Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput,
ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan
lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri. Tumbuhan
(flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-
Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan
Filipina.
Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok
flora Malesiana. Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species
tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon
yang menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan
membentuk kanopi hutan.
Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing ( Dipterocarpus sp),
Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanops
aromatica).Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah,
dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat),
seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera
indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan
Sulawesi.
Di Malaysia dan Filipina juga terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar
atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma. Indonesia bagian
timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat
hutan non–Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin
(Ficus sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di
Irian.
Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia
(Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia
(Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Banyak species mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,
badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
• Terdapat berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
• Terdapat hewan endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang),
monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
• Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau.
Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa, murai
mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara,
relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
• Mamalia berukuran kecil
• Banyak hewan berkantung
• Tidak terdapat species kera4.Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus
ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan
yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa Tenggara,
terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis).
Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari
Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius bancanus),
maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik
Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu hanya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara
lain. Hewan yang endemik misalnya harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali
(sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu
(Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis
thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo
(hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.
Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik
di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan
Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii
(Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra bagian timur).
c) Nilai Penting Keanekaragaman Hayati
Saat ini, seperti biasanya, manusia sangat bergantung kepada keberadaannya, kesehatan fisik,
kesehatan mental dan kebahagian hidup yang berdasar pada sistem dan proses biologis.
Manusia mendapatkan semua makanannya dan bermacam obat-obatan serta hasil industri dari
komponen-komponen keanekaragaman hayati baik di alam liar maupun yang telah dibudi
dayakan. Sumber daya hayati juga memiliki fungsi untuk rekreasi dan pariwisata, serta
sebagai pendukung bagi ekosistem-ekosistem yang memberikan banyak manfaat untuk kita.
Sementara manfaat yang ada dapat digunakan sebagai pertimbangan, nilai dari
keanekaragaman hayati sendiri tidak terbatas hanya pada itu saja. Besarnya keragaman hidup
yang berada di dalamnya merupakan nilai penting, kemungkinan memberikan kesempatan
hidup yang lebih besar bagi ekosistem dan organisme. Keanekaragaman hayati juga memiliki
nilai-nilai sosial dan budaya yang penting.
NILAI DARI KOMPONEN-KOMPONEN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Pada umumnya, manfaat yang timbul dari konservasi terhadap komponen-komponen
keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga: fungsi-fungsi ekosistem, sumber
daya hayati dan manfaat sosial.
FUNGSI-FUNGSI EKOSISTEM
• Perlindungan terhadap sumber air
Penutupan vegetasi alami sebagai serapan air membantu untuk memelihara siklus hidrologi,
mengatur dan menstabilkan laju air, dan bersifat sebagai peredam terhadap kejadian-kejadian
ekstrim seperti banjir dan erosi. Penggundulan lahan menyebabkan jalur serapan air menjadi
berlumpur, kehilangan tampungan dan kualitas air, degradasi habitat air, diantara hal-hal
lainnya. Vegetasi juga berfungsi untuk mengatur lapisan air bawah tanah, mencegah
peningkatan salinitas pada lahan kering yang mempengaruhi daerah agrikultur Australia yang
luas, yang bernilai tinggi terhadap masyarakat. Lahan basah dan hutan berfungsi sebagai
sistem penjernih air, sementara mangrove memerangkap lumpur, mengurangi pengaruh
terhadap ekosistem-ekosistem laut.
Fungsi-fungsi ini berubah menjadi keuntungan yang penting secara finansial. Studi yang
disponsori oleh Victorian Government, sebagai contoh, menghitung keuntungan dari
persediaan air yang diperoleh Melbourne dari hutan serapan mencapai nilai $250 juta per
tahun.
Jumlah ini didasarkan pada studi yang menilai harga air yang diperoleh dari Thomson
Reservoir dan dipasok ke Melbourne seharga $530 per megaliter, dan fakta bahwa sejumlah
besar air yang dipasok ke Melbourne diperoleh dari hutan serapan seluas 80 000 ha dengan
jenis vegetasi eukaliptus. Tampungan air per tahun pada hutan-hutan ini berkisar antara enam
hingga dua belas megaliter per hektar, tergantung apakah hutan tersebut telah tumbuh selama
30 atau 200 tahun.
Saat ini sebagian besar hutan eukaliptus pada daerah serapan air berumur 54 tahun. Pada 50
hingga 100 tahun ke depan, seiring pertumbuhan hutan yang semakin tua, nilai air yang
diproduksi tiap tahun akan meningkat sebesar $150 juta dikarenakan laju aliran air yang
meningkat.
• Pembentukan dan perlindungan lahan
Keanekaragaman hayati membantu pembentukan dan pemeliharaan struktur lahan dan
penahan kelembaban dan tingkat nutrien. Hilangannya keanekaragaman hayati dari
pemusnahan vegetasi mempengaruhi salinitas lahan, penurunan nutrien, peluruhan mineral
dan mempercepat terjadinya erosi dari tanah lapisan atas, mengurangi produktivitas lahan.
Pepohonan, di lain pihak, menurunkan lapisan air dan memindahkan endapan garam dari
garis batas atas tanah Perlindungan lahan melalui pemeliharaan keanekaragaman hayati dapat
mempertahankan kapasitas produksi dari lahan, mencegah longsor, menjaga garis pantai dan
pinggiran sungai, serta mencegah degradasi terumbu karang dan perikanan pesisir yang
disebabkan pengendapan.
Pepohonan dan vegetasi lainnya juga mendukung susunan lahan. Kontribusi nyata yang ada
antara lain adalah pengenalan bahan organik melalui susunan sampah dan penguraian serta
regenerasi dari akar halus, keduanya dilakukan oleh aktivitas mikrobial. Kontribusi lain
adalah melalui efek dari sistem perakaran yang menghancurkan tanah dan bebatuan menuju,
diantara hal lain, ke arah air.
Sistem perakaran juga membawa nutrien mineral ke permukaan melalui pengangkutan akar.
Bahan organik yang terbentuk dari penguraian akar-akar halus dapat juga terikat dengan
mineral-mineral, seperti besi dan alumunium, yang dapat mengurangi efek penghilangan
potensial dari mineral ini oleh vegetasi lain.
• Penyimpanan dan siklus nutrient
Ekosistem menjalankan fungsi vital dalam mendaur ulang nutrien. Nutrien-nutrien ini
mencakup elemen-elemen dari atmosfer maupun yang ditemukan juga di dalam tanah, yang
penting untuk memelihara kehidupan. Keanekaragaman hayati sangat penting dalam proses
ini. Tanaman mampu untuk mengambil nutrien baik dari tanah maupun udara, dan nutrien ini
kemudian dapat membentuk dasar dari jaring makanan, untuk dapat digunakan oleh berbagai
bentuk kehidupan lainnya.
Status nutrien dalam lahan, sebaliknya, tergantikan kembali oleh bahan mati atau buangan
yang diubah oleh mikroorganisme; hal ini kemudian menyediakan makanan bagi spesies
lainnya seperti cacing tanah yang juga mencampur dan memberi aerasi tanah dan membuat
nutrien lebih mudah tersedia.
• Pemecahan dan penyerapan polusi
Ekosistem dan proses-proses ekologi memainkan peranan penting dalam pemecahan dan
penyerapan dari banyak polutan yang dihasilkan manusia dan aktivitasnya. Hal ini termasuk
limbah seperti air parit, sampah dan tumpahan minyak. Komponen-komponen ekosistem
mulai dari bakteri hingga bentuk kehidupan yang lebih tinggi terlibat dalam proses
pemecahan dan asimilasi ini.
Jumlah yang sangat tinggi dari polutan manapun, akan tetapi, dapat menjadi ancaman serius
bagi kelangsungan ekositem dan biotanya. Beberapa ekosistem, terutama lahan basah,
memiliki kualitas yang sangat sesuai dalam memecahkan dan menyerap polutan. Lahan basah
alami dan buatan digunakan untuk menyaring perairan tercemar untuk menghilangkan
nutrien, logam berat dan padatan terlarut, mengurangi biochemical oxygen demand dan
membunuh mikroorganisme yang memiliki potensi membahayakan.
• Kontribusi terhadap stabilitas iklim
Vegetasi mempengaruhi iklim pada tingkat makro dan mikro. Bukti yang timbul
menyarankan bahwa hutan yang tidak dijamah membantu untuk menjaga curah hujan secara
langsung dengan mendaur ulang penguapan air pada rata-rata yang stabil ke atmosfer dan
melalui efek kanopi mendukung pergerakan atmosfer. Pada skala yang lebih kecil, vegetasi
cukup berpengaruh pada iklim lokal dan dapat menciptakan iklim mikro yang spesifik.
Beberapa organisme sangat bergantung pada iklim mikro tersebut dalam mempertahankan
keberadaannya.

• Pemeliharaan ekosistem
Hubungan-hubungan ekosistem menyerupai jaringan hubungan dari satu makhluk hidup ke
makhluk hidup atau tidak hidup lainnya. Hal-hal ini tidak saja hanya memungkinkan untuk
bertahan hidup, tetapi juga memelihara keseimbangan antara makhluk hidup dengan sumber
daya (seperti makanan dan tempat tinggal) yang mereka butuhkan untuk hidup. Vegetasi
berkaitan dengan pemeliharaan air serta tingkat kelembaban dan penting dalam memelihara
keseimbangan oksigen/karbon dioksida di atmosfer.
Sehubungan dengan sifat alami yang kompleks dari hubungan-hubungan ekosistem, hilang
atau terganggunya salah satu bagian dari ekosistem dapat mempengaruhi fungsi komponen-
komponen lain dari ekosistem. Pengetahuan kita mengenai hubungan-hubungan ini belum
lengkap, sehingga dampak yang dihasilkan dari gangguan tersebut tidak dapat diperkirakan
seluruhnya. Menjaga habitat alami membantu fungsi-fungsi ekosistem pada area yang lebih
luas.
Habitat alami menyediakan tempat perlindungan bagi populasi burung untuk menetaskan
telurnya dan predator lainnya yang membantu untuk mengontrol hama serangga pada daerah
agrikultur, sekaligus mengurangi kebutuhan, serta biaya parameter kontrol buatan. Burung
dan serangga penyuka sari bunga yang berkembang dan memijah di habitat alaminya dapat
menjelajahi daerah yang cukup luas dan melakukan penyerbukkan pada tanaman dan flora
lokal di daerah sekitarnya.
• Pemulihan kembali dari kejadian-kejadian tak terduga
Menjaga ekosistem yang sehat dapat memperbaiki kemungkinan pulih bagi populasi
tumbuhan dan hewan dari kejadian yang menghancurkan seperti kebakaran, banjir dan angin
siklon serta dari bencana yag diakibatkan oleh manusia. Populasi terisolasi yang kurang
dilestarikan dengan baik, dan ekosistem yang terdegradasi, kecil kemungkinannya untuk
dapat pulih atau pulih secara cepat, dengan kondisi yang mereka miliki. Populasi dari biota
yang ada mungkin akan berakhir kecil, tidak produktif, berdasarkan genetik, dan dapat
mengarah menuju kepunahan.
SUMBER DAYA HAYATI
• Makanan
Keberadaan manusia (dan hampir seluruh organisme lain) sangat bergantung kepada apa
yang oleh orang-orang biologi disebut sebagai produsen primer, pada umumnya tanaman.
Lima ribu spesies tanaman telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan, tetapi
sekarang kurang dari dua puluh yang memberi makanan kepada sebagian besar populasi dinia
dan hanya tiga atau empat tanaman karbohidrat yang dikembangkan untuk penggunaan
secara luas.
Salah satu kegunaan penting dari konservasi keanekaragaman hayati adalah kolam gen dari
tanaman liar yang untuk melengkapi dasar genetik yang sedikit dari tanaman pangan yang
telah dikembangkan, menyediakan ketahanan terhadap penyakit, memperbaiki produktivitas
dan toleransi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Spesies lokal Australia turut menyumbang kontribusi terhadap kapasitas pangan dunia.
Australia memiliki industri pemanfaatan ikan dan krustasea lokal dan merupakan cadangan
terhadap keragaman genetik untuk macadamia dan quandong. Cadangan-cadangan seperti itu
meningkatkan peluang untuk dapat meningkatkan produktivitas agrikultur. Australia, sebagai
contoh, memiliki 15 dari 16 spesies kedelai liar. Hal ini dapat sebagai bukti betapa
berharganya cadangan genetik bagi masa depan karena, tidak seperti jenis-jenis yang
dikomersilkan sekarang, banyak dari tanaman liar ini memiliki gen-gen yang membantu
mereka tahan terhadap penyakit karat daun.
Terdapat juga potensial pangan yang tinggi pada tanaman lokal Australia. Nilai nutrisi dari
makanan ‘semak-semak’ cukup tinggi, beberapa memiliki jumlah protein yang besar, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin dibandingkan dengan tanaman pangan yang di budidayakan.
Sebagai contoh, biji akasia, sekitar 50 jenis yang digunakan oleh suku Aborigin sebagai
makanan, lebih unggul dibandingkan beras dan gandum dalam hal energi, protein dan lemak.
Potensi dari akasia Australia untuk mengatasi masalah pangan di Afrika sedang diteliti pada
saat ini, dan spesies lokal Australia dari Vigna sedang dieksplorasi untuk ditambahkan
karakteristik yang berguna terhadap kacang mung yang telah dibudidayakan, serta untuk
potensi mereka sendiri sebagai bahan pangan.
Biji dari rumput babi (Portulaca oleracea), yang biasa dimakan oleh suku aborigin,
mengandung 20 persen protein, 16 persen lemak, dan besi dalam tingkat yang tinggi.
Tanaman lokal, Ficus platypoda, memiliki tingkat kalsium yang sangat tinggi
(4000mg/100g), demikian juga dengan tingginya tingkat kandungan protein dan lemak yang
dapat diharapkan pada buah-buahan, sedangkan buah plum Arnhem Land memiliki jumlah
kandungan vitamin C yang spektakuler – lebih dari 50 kali lipat dari tingkat vitamin C yang
ditemukan pada buah citrus.
Struktur kimia baru berulang kali ditemukan setiap saat, dan konservasi dari keanekaragaman
hayati sangat penting untuk kelanjutan dari penelitian ini.
Nilai jangka pendek dan panjang dari sumber daya genetik ini sangatlah besar dan hampir
seluruh kemajuan dalam bidang agrikultur dan silvikultur bergantung pada
pemeliharaannya.Terlebih lagi, nilai kolam gen dari habitat alami akan meningkat seiring
dengan jumlah habitat alami yang semakin sedikit tersisa. Oleh karena itu area-area ini
memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai bank gen in situ, dan perlu untuk dikelola dengan
efektif.
• Sumber daya medis
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Masyarakat
Aborigin Australia menggunakan banyak sekali tanaman lokal sebagai obat-obatan;
setidaknya 70 telah digunakan oleh orang-orang Aborigin Australia bagian tengah sendiri. 30
contoh meliputi berbagai genus, termasuk akasia dan eremofila, begitu juga spesies
individual seperti Isotoma petraea dan tanaman nuri (Crotolaria cunninghamii).
Sebagian kecil obat-obatan Aborigin telah dipergunakan secara luas sebagai obat-obatan di
Barat, seperti minyak eukaliptus untuk melegakan infeksi jalur pernafasan, akan tetapi saat
ini lebih banyak lagi yang sedang diteliti. Contoh utama yang diberikan oleh penelitian saat
ini berada pada bagian dalam batang sebuah pohon yang ditemukan di daerah Kimberleys,
yang diketahui oleh suku Aborigin sebagai penghilang rasa sakit yang kuat.
Sejumlah spesies Australia merupakan dasar dari produk-produk kesehatan. Hyoscine (atau
scopolamine), digunakan untuk menangani mual, masalah perut dan efek dari terapi kanker,
adalah hasil dari dua spesies corkwood (Duboisia). Salah satunya, D. leichhardtii, terbatas di
Queensland, dan hibrida antara dua spesies menghasilkan lebih banyak hyoscine
dibandingkan tanaman lainnya. Pinus Tylophora merupakan asal dari bahan tylocebrine, yang
efektif untuk merawat leukimia limfoid, sementara apel kangguru Solanum aviculare dan S.
laciniatum, ditemukan di Australia serta New Zealand dan dibudidayakan di negara lain,
menyediakan salasodine, sangat untuk mudah dirubah menjadi steroid.
Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam
pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan, dan potensi lain dari biota Australia bagi
kesehatan modern mulai sedikit disadari. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal
dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru
ditemukan setiap saat. Lada lokal (Piper novae-hollandiae) dan kacang hitam
(Castanospermum australe) keduanya menawarkan potensi perawatan untuk kanker.
Penelitian saat ini di Macquarie University sedang mengeksplorasi potensi antibiotik dari
sekresi kelenjar semut bulldog (Myrmecia). Bahan tersebut memiliki kemampuan antibiotik
yang tinggi, dan dapat membunuh banyak jenis bakteri dan jamur terpilih. Potensi mereka,
khususnya pada industri biosida, sangat besar. Studi tentang bermacam bahan kimia yang
dihasilkan oleh hewan telah mengarahkan kepada penemuan-penemuan bahan medis yang
berguna.
Sebuah bahan yang disebut Prostaglandin E2, yang dapat berperan penting dalam perawatan
gastric ulcers, awalnya ditemukan pada dua spesies katak gastric brooding (Rheobatracus)
yang hanya dapat ditemukan di hutan tropis Queensland. Tetapi disayangkan, kedua spesies
tersebut tak terlihat lagi selama beberapa waktu, dan dapat diperkirakan bahwa salah satunya
(R. silus) telah punah.
• Hasil kayu
Kayu merupakan komoditas dasar yang dipergunakan di seluruh dunia, dan masih banyak
diambil dari alam. Benda ini merupakan sumber utama bahan bakar, digunakan dalam
konstruksi, dan sebagai dasar dari produksi kertas. Tanaman lokal Australia telah berperan
penting selama ini dalam pembangunan gedung-gedung dan furnitur, dan yang lebih baru
dalam produksi kertas. Industri kayu membentuk bagian penting dalam perekonomian
modern.
Sifat alami yang unik dari spesies Australia telah lama diketahui: pinus huon (Lagarostrobus
franklinii) tidak dapat membusuk; akasia gidgee (Acacia cambagei) dan mulga (Acacia
aneura sens. lat.) merupakan kayu yang sangat keras saat ini sedang diteliti untuk instrumen
musik; dan lignotubers (pelubang kayu) dari beberapa eukaliptus dan banksia disukai sebagai
furnitur yang sangat dekoratif. Banyak spesies Australia, terutama eukaliptus, dibudidayakan
di negara lain untuk hasil kayunya.
• Tanaman hias
Spesies lokal Australia berkembang dalam penggunaannya untuk tujuan hortikultura dan
penghias, dengan hibrida dan keturunan baru yang sedang dikembangkan dan dipasarkan.
Salah satu contoh yang dikenal baik adalah Grevillea “Robin Gordon”. Perdagangan bunga
potongan di Australia Barat juga cukup penting, dengan banyak spesies yang dipanen, dan
sebagian dibudidayakan untuk tujuan ini.
• Cadangan reproduksi
Cadangan populasi daerah alami menyediakan sistem dukungan untuk manfaat dan sumber
daya lingkungan yang bernilai komersil. Beberapa habitat melindungi tahap kehidupan atau
elemen yang sangat penting bagi populasi kehidupan liar yang di eksploitasi secara luas di
luar habitat ini, seperti daerah pemijahan di mangrove dan lahan basah. Sebagai contoh,
ketika daerah mangrove dihilangkan untuk dibangun resor dan pengembangan kota, populasi
dari ikan-ikan komersil yang mengandalkan daerah mangrove sebagai habitat untuk bertelur
juga akan ikut menghilang.
Beberapa dari habitat penting ini telah dinyatakan sebagai daerah yang dilindungi,
sehubungan dengan pentingnya kegunaan mereka untuk memelihara cadangan ikan, krustasea
seperti udang dan kepiting bakau, serta fauna air lain yang telah diketahui. Habitat lain
berperan sebagai cadangan genetik dimana benih dan bahan lainnya dapat digunakan untuk
pengembangan spesies yang dimanfaatkan. Kandungan minyak daun dari beberapa spesies
eukaliptus Australia Barat, sebagai contoh, dihitung dari luas sebaran alaminya untuk
mengidentifikasi populasi yang telah banyak dimanfaatkan untuk penyebaran yang lebih
berpotensi.
• Sumber daya masa depan
Sekitar 50 persen spesies di Australia telah dikenali tetapi hanya seperempatnya yang telah
dijelaskan secara formal. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, sumber daya
hayati baru untuk meningkatkan kesejahteraan manusia akan ditemukan dan dikembangkan.
Terdapat hubungan yang jelas antara konservasi keanekaragaman hayati dan penemuan
sumber daya hayati baru. Sebagian kecil spesies tanaman yang relatif telah dikembangkan
yang sekarang tengah dimanfaatkan telah berulang kali diteliti dan dilakukan pengembangan
secara selektif. Banyak sekali tanaman pangan yang kurang dimanfaatkan saat ini sebenarnya
memiliki potensi untuk menjadi penting di masa depan.
Dokumentasi dari pemanfaatan tanaman oleh manusia yang terus-menerus seringkali menjadi
sumber ide untuk mengembangkan spesies tanaman untuk kegunaan yang lebih luas dan/atau
keuntungan ekonomi dan masih banyak jumlah spesies tanaman yang mungkin dapat berguna
belum ditemukan saat ini. Produk-produk berpotensi yang dapat dihasilkan dari sumber daya
hayati meliputi tabir surya dari karang, serat ringan dan berdaya tahan tinggi dari laba-laba
sutra, serta perekat instan dari cacing dan lintah.
Mikroorganisme penting dalam produksi bermacam-macam bahan kimia pertanian, protein
untuk pakan ternak, enzim dan biopolimer. Terdapat juga potensi untuk pengembangan yang
lebih jauh dari sumber daya hayati untuk pestisida alami, serupa dengan mikroorganisme
pembasmi serangga Bacillus thuringiensis, dan hasil lain yang bermanfaat seperti lemak, dan
minyak. Konservasi dari keanekaragaman juga penting dalam menemukan organisme kontrol
biologis yang efektif dan untuk mengembang biakkan spesies yang tahan penyakit. Teknik
genetika dari mikroorganisme menjanjikan kemajuan lebih lanjut dalam menghasilkan bahan
dan proses baru.
MANFAAT SOSIAL
• Penelitian, pendidikan dan pemantauan
Masih banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati
secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai,
dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah alami menyediakan
laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan terhadap daerah
lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk penelitian yang berharga mengenai
ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa
pendekatan tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem
pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.
• Rekreasi
Keanekaragaman hayati merupakan bagian menarik dari daerah-daerah yang memiliki nilai
untuk tujuan pariwisata dan rekreasi di Australia. Kualitas estetika dari daerah-daerah
tersebut seringkali memiliki perbedaan yang mencolok, dengan ukuran yang besar
sehubungan dengan keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan pada benua ini.
Masyarakat menghargai daerah seperti itu sebagai ragam untuk tujuan rekreasi: film, foto
atau bahan pembelajaran melalui kehidupan liar, habitat alami dan fungsi alami; mengamati
burung; serta studi lapang ekologi dan tujuan ilmiah lainnya.
Lingkungan alam Australia merupakan faktor utama dalam menarik wisatawan. Penelitian
telah menunjukkan lebih dari 85 persen pengunjung dari Jepang dan 70 persen pengunjung
dari Eropa dan Amerika melihat lingkungan tersebut sebagai pemandangan yang indah
dengan kehidupan liarnya dan merupakan salah satu alasan utama dalam mengambil
keputusan tujuan perjalanan mereka. Sebagai tambahan, telah diperkirakan secara konservatif
bahwa setidaknya 10 juta orang mengunjungi lingkungan alami di Australia pada tahun
1987/88; lima juta mengunjungi taman dan cagar alam, empat juta mengunjungi empat taman
zoologi utama dan satu juta mengunjungi taman botani.
• Nilai budaya
Nilai budaya dari konservasi keanekaragaman hayati untuk generasi saat ini dan masa depan
merupakan alasan penting untuk tetap menjaganya sekarang. Budaya manusia turut
berevolusi sesuai dengan lingkungannya, dan konservasi keanekargaman hayati dapat
menjadi penting sebagai identitas budaya di seluruh Australia. Lingkungan alami
menyediakan banyak kebutuhan inspirasi, estetika, spiritual dan pendidikan bagi manusia,
dari berbagai budaya, sekarang dan di masa depan. Masyarakat Australia menempatkan nilai
budaya yang besar terhadap ‘semak-semak’ sementara spesies lain, seperti kangguru, koala
dan emu, telah menjadi ikon nasional.
Nilai estetika dari ekosistem dan lanskap alami kita berkontribusi terhadap keadaan
emosional dan spiritual dari populasi masyarakat kota. Konservasi keanekaragaman hayati
juga memiliki manfaat di bidang etika. Beragamnya organisme hidup yang ada mengingatkan
manusia bahwa mereka merupakan bagian dari Bumi yang saling tergantung satu sama
lainnya.
Hubungan-hubungan suku Aborigin terhadap daratan dan lautan, serta hewan dan
tanamannya sangatlah kompleks. Untuk orang-orang ini daratan dan lautan memiliki nilai
spiritual, ekonomi, sosial, perlindungan dan rekreasional.
Melalui berburu dan mengumpulkan makanan, suku Aborigin tidak hanya memenuhi
kebutuhan makan mereka dengan nilai nutrisi yang tinggi; mereka juga meyakinkan
kecukupan diri mereka dan, yang lebih penting, mendidik anak-anak mereka mengenai
hubungan antara daratan dengan aspek-aspek lain dari budaya mereka. Konservasi
keanekaragaman hayati dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi identitas budaya
suku Aborigin.
• Manfaat tindakan berjangka
Manfaat lain dari konservasi adalah untuk menghindari kenaikan biaya dari tidak adanya
tindakan. Australia telah mengalami kerugian dalam produksi akibat degradasi lingkungan
dan membelanjakan jumlah yang cukup besar untuk perbaikan lingkungan. Biaya degradasi
lahan di Australia diperkirakan telah mencapai $1150 juta per tahun, dan CSIRO telah
mengklasifikasikan sekitar 52 persen dari benua telah terdegradasi oleh berbagai sebab dan
memerlukan reklamasi.
Masalah yang berhubungan dengan salinitas di Murrary-Darling Basin sendiri diperkirakan
menghabiskan $35 juta per tahun, dan kerugian di bidang agrikultur pada wilayah ini
mencapai $260 juta per tahun. Ini adalah biaya-biaya yang teridentifikasi sekarang. Pada saat
ini, sekitar $320 juta telah dialokasikan kepada Decade of Landcare, yang akan dipergunakan
untuk mengontrol degradasi lahan.
Tanpa tindakan untuk memulihkan keadaan, degradasi tidak terelakkan lagi akan meningkat
dan biaya untuk memperbaiki yang akan dihadapi oleh masyarakat di masa depan akan
menjadi lebih besar. Biaya ini dapat dikurangi melalui tindakan konservasi yang strategis dan
berjangka.

NILAI DARI KEANEKARAGAMAN


Keseluruhan keragaman dari hidup ini tak dapat diperkirakan nilainya. Mereka menyediakan
dasar bagi berlangsungnya keberadaan planet yang sehat dan juga kesejahteraan kita. Banyak
ahli biologi sekarang mempercayai bahwa ekosistem yang kaya akan keragaman memiliki
daya tahan yang lebih tinggi dan oleh karena itu mampu untuk pulih secara lebih baik dari
tekanan-tekanan seperti pengurangan jumlah atau degradasi habitat yang disebabkan
manusia.
Ketika ekosistem mengalami perubahan fungsi, ada beberapa pilihan cara untuk menjalankan
produksi primer dan proses ekologi seperti siklus nutrien, sehingga salah satu rusak atau
hancur, ada cara lain yang dapat digunakan dan ekosistem bisa berfungsi seperti normal lagi.
Bila keanekaragaman hayati dihilangkan secara besar-besaran, maka fungsi dari ekosistem
terancam resikonya.
Mungkin nilai yang paling besar dari keragaman hidup adalah kesempatan yang diberikan
kepada kita untuk beradaptasi terhadap perubahan. Potensi yang tak diketahui dari gen-gen,
spesies dan ekosistem tidak dapat diperkirakan akan tetapi sangat tinggi nilainya. Keragaman
genetik akan menghasilkan keturunan tanaman pangan yang sesuai dengan kondisi iklim
yang baru, sementara biota Bumi tampaknya masih memiliki kemampuan yang belum
diketahui sebagai penyembuh dari penyakit yang ada dan sedang timbul. Keragaman gen,
spesies dan ekosistemadalah sumber daya yang dapat dipergunakan seiring dengan
berubahnya kebutuhan manusia.
Ada kemungkinan bahwa tidak terdapat satu alasan yang berdiri sendiri, menyediakan dasar
yang cukup untuk dapat menjaga keseluruhan keanekaragaman hayati. Pendekatan yang lebih
umum dan pragmatis, akan tetapi, menyadari bahwa berbeda tetapi tetap alasan untuk hal
yang sama – nilai sumber daya, nilai kewaspadaan, etika dan estetika, dan kepentingan
pribadi – berlaku pada kasus yang berbeda-beda, dan di antaranya menyediakan situasi yang
sangat kuat dan meyakinkan untuk konservasi keanekaragaman hayati.
Banyaknya nilai dari keanekaragaman hayati dan pentingnya hal itu bagi perkembangan
mengindikasikan mengapa konservasi keanekaragaman hayati berbeda dari konservasi alam
tradisional. Konservasi keanekaragaman hayati membutuhkan perubahan dari sikap pasif –
melindungi alam dari dampak perkembangan – ke arah usaha proaktif yang mencari
penyelesaian dari kebutuhan manusia akan sumber daya hayati sementara tetap menjamin
kelangsungan ekologi jangka panjang dari kekayaan biotik Bumi.
Pada tingkat global juga meliputi tidak hanya perlindungan terhadap spesies alami dan
habitatnya tetapi juga menjaga keragaman genetik dari spesies yang telah dibudidayakan dan
dimanfaatkan serta yang memiliki hubungan dekat dengan mereka di alam bebas. Konservasi
dari keanekaragaman hayati bertujuan untuk menjaga sistem pendukung kehidupan yang
disediakan oleh alam dan segala keragamannya, serta sumber daya hidup yang penting untuk
perkembangan yang dapat diterima secara ekologis.
• Nilai Eksistensi
Nilai ini dimiliki oleh keanekaragaman hayati karena keberadaannya di suatu tempat. Tidak
berkaitan dengan potensi suatu organisme tertentu, tapi berkaitan dengan hak hidupnya
sebagai salah satu bagian dari alam. Kadang juga disebut nilai Intrinsik dan dikaitkan dengan
etika atau agama. Meskipun manfaat yang didapatkan dari nilai eksistensi keanekaragaman
hayati sulit diukur dengan uang, manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis
manusia cukup jelas.
• Nilai Jasa Lingkungan
Nilai ini dapat dimanfaatkan apabila keanekaragaman hayati dipandang sebagai satu
kesatuan, dimana ada saling ketergantungan antara komponen di dalamnya. Nilai jasa
lingkungan sering diabaikan karena sulit diungkapkan dengan angka. Padahal keuntungan
yang diberikan cukup besar. Keanekaragaman spesies menyebabkan mereka mampu
membentuk rantai makanan yang menjamin kelangsungan pasokan pangan masing-masing
dan hubungan saling menguntungkan di dalam rantai makanan tersebut. Contoh : Ekosistem
terumbu karang dan padang lamun melindungi pantai dari abrasi, hutan mangrove sebagai
nursery, feeding, dan spawning ground.
• Nilai Warisan
Nilai ini berkaitan dengan hasrat untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati agar
dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang. Contoh : Masyarakat Mentawai hanya
membolehkan orang-orang tertentu untuk menangkap penyu dan jumlah hasil buruan juga
secukupnya serta dibagi sama rata diantara anggota masyarakat. Cara ini dimaksdukan agar
tidak terjadi pengurasan dan pemborosan sumber daya alam, sehingga masih tersedia untuk
generasi mendatang. Nilai ini sering terkait dengan nilai sosiokultural dan nilai pilihan.
Spesies tertentu sengaja dipertahankan dan diwariskan turun temurun untuk menjaga identitas
budaya dan spiritual kelompok etnis tertentu
• Nilai Pilihan
Nilai ini terkait dengan potensi keanekaragaman hayati dalam memberikan keuntungan bagi
masyarakat di masa depan (Primack dkk, 1998). Keanekaragaman hayati menyimpan nilai
manfaat yang sekarang belum disadari atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia, namun
seiring dengan perubahan permintaan, pola konsumsi, dan asupan tekhnologi, nilai ini
menjadi penting di masa depan. Contoh : 20 jenis obat-obatan yang paling sering dipakai di
Amerika senilai US$ 6 miliar per tahun mengandung bahan-bahan kimia yang ditemukan di
alam.
• Nilai Konsumsi
Nilai ini merupakan manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati
misalnya : ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun memiliki nilai konsumsi
yang sangat banyak dan beragam
• Nilai Produksi
Nilai ini adalah nilai pasar yang didapat dari perdagangan keanekaragaman hayati di pasar
lokal, nasional, maupun internasional. Contoh : nilai pasar global untuk obat-obatan yang
diperoleh dari sumberdaya genetis diperkirakan US$ 75.000 – 150.000 juta per tahun
Metode valuasi ekonomi
Kegunaan dari metode valuasi ekonomi adalah:
1. Meningkatkan pengertian tentang nilai dan jasa yang disediakan oleh sumberdaya
alam dan keanekaragaman hayati
2. Membantu para penentu kebijakan dalam memilih alternatif kebijakan pembangunan
yang paling menguntungkan bagi daerahnya
3. Mengidentifikasi dan membandingkan modal yang ditanam, biaya kesempatan, dan
manfaat keuntungan yang dihasilkan

Jenis Valuasi Ekonomi


1. Valuasi harga pasar, termasuk estimasi keuntungan dari konsumsi dan produksi
subsisten
2. Pendekatan pengganti pasar (surrogate market approach), termasuk model biaya
perjalanan, harga kenikmatan dan pendekatan barang subsitusi
3. Pendekatan fungsi produksi, yang menekankan pada hubungan biofisik antara fungsi
hutan dan kegiatan pasar
4. Pendekatan pilihan yang dinyatakan (stated preference approaches) terutama metode
valuasi kontingensi berserta variannya
5. Pendekatan berbasis biaya, termasuk biaya penggantian dan biaya untuk
mempertahankannya
Kriteria status flora atau fauna
1. Kritis (Critically Endangered) : jika taksa menghadapi resiko kepunahan yang sangat
ekstrim (tinggi) dalam waktu yang sangat cepat.Populasinya berkurang sebanyak 80 %
selama 10 tahun terakhir, luas wilayah diperkirakan kurang dari 100 km2, populasi kurang
dari 250 individu dewasa
2. Genting/Terancam (Endangered): jika taksa tidak termasuk kriteria genting tetapi
mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat. Populasinya
berkurang paling sedikir 50 % selama 10 tahun terakhir, luas wilayah diperkirakan kurang
dari 5000 km2, populasinya diperkirakan kurang dari 2500 individu dewasa
3. Rentan (Vurnerable) : jika taksa tidak termasuk kriteria kritis atau terancam tetapi
mengalami resiko kepunahan tinggi di alam. Populasinya berkurang paling sedikit 20 %
selama 10 tahun terakhir, luas wilayah diperkirakan kurang dari 20.000 km2, populasinya
diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa.

d) Keanekaragaman Hayati Sebagai Konsep Konservasi Universal


Keanekaragaman hayati sebagai suatu konsep universal dalam perspektif konservasi telah
menjadi salah satu tujuan utama dalam Millennium Development Goals (MDGs) dan menjadi
fondasi bagi beberapa poin MDGs yang lain. Perhatian negara-negara di dunia pada
konservasi keanekaragaman hayati tentunya tidak berlebihan. Konsep konservasi biodiveristy
tidak mengenal batas-batas administrasi negara, Mahluk hidup seperti burung tidak mengenal
teritori negara seperti yang dikenal umat manusia. Sebagai contoh, burung blackburnian
wabler dan scarlet tanager di benua amerika utara akan berimigrasi ke hutan-hutan tropis
selama musim dingin (Wilson & Peter, 1988).
Hutan-hutan tropis tersebut tentunya tidak berada di Amerika tetapi di negara
Brasil,Venezuela, Peru dan lima negara lain yang dibentengi oleh kawasan hutan trois
tersebut. Setiap penghuni bumi sama-sama memiliki kepentingan untuk bertahan hidup.
Masing-masing negara dan bahkan kelompok komunitas masyarakat memiliki cara-cara
tersendiri untuk melindungi sumber daya yang mereka miliki. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsep keanekaragaman hayati merupakan hal yang bersifat universal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hubungan keberadaan flora fauna dengan lingkungan?
2. Faktor lingkungan apa yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna?
3. Apa hubungan flora dengan lingkungan dilihat dari segi faktor biotik dan abiotik?
4. Apa peran fauna terhadap keseimbangan lingkungan?

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui hubungan keberadaan flora fauna dengan lingkungannya
2. Dapat mengetahui faktor lingkungan yang memepengaruhi persebaran flora dan fauna
3. Dapat mengetahui hubungan flora dengan lingkungan dilihat dari segi faktor biotik
dan abiotik
4. Apa peran fauna terhadap keseimbangan lingkungan?

BAB 2
PEMBAHASAN

 Hubungan Keberadaan Flora Fauna Dengan lingkungan

Hubungannya antara keberadaan flora dan fauna dengan lingkungan masuk dengan adaptasi
flora dan fauna tersebut,jika lingkungan sekitar flora dan fauna itu kotor,rusak,tak ada yg
peduli flora dan fauna akan punah dan jika sebaliknya flora dan fauna akan
berkembang.Hubungannya juga terdapat pada persebaran flora dan fauna.
 Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadan flora dan fauna di
muka bumi diantaranya ialah faktor klimatik (iklim), edafik (tanah), dan biotik
(makhluk hidup).
1. Faktor Iklim
Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu suhu,
kelembaban udara, angin, dan curah hujan
A. Suhu
Sumber panas bagi seluruh permukaan bumi berasal dari radiasi matahari secara langsung
maupun tidak langsung. Radiasi matahari ke bumi dipancarkan secara merata, akan tetapi
karena perbedaan lintang, derajat keawanan, ketinggian dan albedo maka suhunya akan
berbeda-beda disetiap tempat. Sehubungan dengan itu biasanya tumbuhan dan hewan
beradaptasi terhadap suhu lingkungan fisiknya, sehingga hanya daerah dengan suhu yang
sangat tinggi dan sangat rendah saja yang tidak dapat didiami oleh makluk hidup secara
permanen. Akibat perbedaan-perbedaan ini beberapa jenis tumbuhan dan hewan telah
berhasil beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab, dan lainnya beradaptasi dengan
lingkungan dingin dan kering atau lingkungan panas dan kering.
Bagi tumbuhan yang berkembang di daerah tropis, diperlukan variasi suhu untuk proses
perkembangbiakan, berbunga, berbuah, dan untuk tumbuh daun-daun baru. Begitu pula
tumbuhan didaerah dingin dan kering, memerlukan pola cuaca yang bervariasi untuk
melangsungkan serangkaian proses regenerasinya.
Berdasarkan faktor suhu, maka kita mengenal dua kelompok vegetasi, yaitu :
1. Kelompok vegetasi annual, yaitu kelompok tumbuhan yang hanya berkembang pada saat-
saat tertentu saja terutama pada musim panas. Sedangkan dimusim dingin, tumbuhan jenis ini
tidur karena berada dibawah lapisan es yang ketebalannya bervariasi. Umumnya tumbuhan
annual adalah tumbuhan kecil atau bunga-bungaan di daerah beriklim dingin.
2. Kelompok vegetasi perennial, yaitu kelompok tumbuhan yang mempunyai mekanisme
melindungi diri dari suhu yang sangat rendah di musim dingin secara bergantian, sehingga
dapat berkembang terus-menerus. Kemampuan inilah menyebabkan kelompok vegetasi
perennial dapat berumur lebih dari satu tahun.

B. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Zat hara
penting akan diserap oleh akar tumbuhan dengan bantuan air. Air juga sangat berperan dalam
reaksi pembentukan bahan organik bagi tumbuhan. Begitu pula bagi manusia dan hewan, air
merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia tumbuhan


dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Xerofit, berasal dari kata xero yang artinya kering dan phytos yang berarti tumbuhan.
Jadi xerofit merupakan kelompok tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
kekurangan air atau kering. Daerah persebarannya terutama dikawasan gurun ( kawasan
arid ). Contohnya kaktus.
2. Hidrofit, berasal dari kata hydros yang artinya basah atau berair. Jadi hidrofit adalah
kelompok tumbuhan yang khusus beradaptasi pada lingkungan yang berair atau basah. Ciri
khas vegetasi ini adalah cenderung mempunyai sistem perakaran yang dangkal, namun
daunnya lebar-lebar dengan ruang renik ( stomata ), mempunyai lapisan-lapisan kulit luar dan
daun-daunnya mengarah kearah datangnya sinar matahari. Contohnya teratai, enceng gondok,
paku-pakuan, selada air, kangkung dan sebagainya.
3. Mesofit, berasal dari kata meso yang artinya antara atau pertengahan. Jadimesofit
merupakan kelompok vegetasi yang hidup pada daerah-daerah lembab tetapi tidak sampai
tergenang air. Tumbuhan kelompok ini banyak terdapat di daerah li ntang rendah ( tropis )
dengan curah hujan yang tinggi dan relatif merata sepanjang tahun, Contohnya anggrek dan
beberapa jenis jamur.

4. Tropofit yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi pada lingkungan


dengan kondisi yang berubah-ubah ( menguntungkan dan tidak menguntungkan ) . Vegetasi
kelompok ini dapat hidup dengan perubahan musim yang jelas yaitu musim panas dan musim
dingin. Pada umumnya tumbuhan tropofit berupa tumbuhan yang besar-besar, berdaun lebat
dengan cabang-cabang yang banyak dan dikategorikan sebagai belukar atau pohon-pohon.
Berdasarkan ciri tersebut, maka kelompok vegetasi ini merupakan vegetasi khas daerah
tropis.
C. Sinar Matahari
Tumbuh-tumbuhan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk proses
fotosintesis. Energi ini khususnya dipergunakan untuk mengubah karbondioksida (CO2 ) dan
air menjadi glukosa dengan membentuk oksigen ( O2) di atmosfer sebagai hasil lainnya.
Dengan demikian sinar matahari yang sampai kepermukaan bumi merupakan sumber energi
bagi tumbuh-tumbuhan dalam rangka melangsungkan kehidupannya.
D. Curah hujan
Air merupakan kebutuhan penting bagi keberlangsungan flora dan fauna. Bagi lingkungan
kehidupan darat, sumber air untuk memenuhi kebutuhan organisme terutama berasal dari
hujan atau bentuk presipatasi lainnya. Perbedaan curah hujan tiap-tiap wilayah permukaan
bumi menghasilkan karakteristik vegetasi dan juga menyebabkan perbedaan jenis hewan
yang mendiaminya. Hal ini disebabkan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang
menyediakan sumber makanan bagi hewan.
E. Angin
Bagi tumbuhan angin berfungsi untuk membentuk CO2 dan memindahkan uap air dan
kelembaban dari suatu tempat ke tempat yang lain. Angin juga sangat berperan dalam proses
penyerbukan dan penyebaran biji-bijian yang akan menjadi tumbuhan baru.

2. Faktor tanah
Sebagai media tumbuh dan berkembangnya tanaman, tingkat kesuburan tanah berpengaruh
terhadap persebaran tumbuhan.
Faktor tanah dsebut pula faktor edafik yang berasal dari kata edapos yang artinya tanah atau
lapangan. Melihat pola persebaran vegetasi dengan faktor edafik berarti meninjau tanah dari
sudut tumbuhan atau kemampuan meumbuhkan vegetasi. Faktor fisik dan kimiawi tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman abtara lain tekstur, struktur, dan keasaman tanah.

1. Tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa tanah
terutama perbandingan antara pasir, debu dan lempung. Tekstur tanah sangat penting dalam
kaitannya dengan kapasitas menampung air dan udara tanah. Tanah dengan proporsi partikel
–partikel yang lebih besar dapat mempunyai tata air yang baik. Tanah yang halus biasanya
memiliki potidak tersebar merata. Selain itu alirannya juga sangat lambat sehingga tidak
menguntungkan bagi tumbuh-tumbuhan.

2. Struktur tanah
Struktur tanah adalah susunan atau pengikatan butir-butir tanah dan membentuk agregat
tanah dalam berbagai kemantapan bentuk dan ukuran. Struktur tanah menyebabkan
perbedaan tingkat kemampuan tanah dalam meloloskan air ( porositas ) dan besar pori-pori
antara butir-butir tanah ( permeabilitas ). Porositas dan permeabilitas mempengaruhi
penyaluran air, unsur hara dan udara keseluruh bagian tanah.
3. Keasaman tanah
Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh proses-proses kimia dan pertukaran unsur kimia
antar tumbuhan. Tumbuhan tidak mampu menyerap unsur-unsur hara tanpa diubah dalam
bentuk cairan. Jika keasaman tanah berkurang sampai beberapa tingkat, maka air akan
mempunyai kemampuan yang kecil dalam menahan mineral-mineral untuk diubah menjadi
unsur-unsur hara. Akibatnya sekalipun unsur-unsur hara ada di dalam tanah tumbuhan tidak
mungkin hidup dengan baik disana.

3. Faktor topografi
Faktor topografi meliputi ketinggian dan kemiringan lahan. Ketinggian suatu tempat erat
kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya menyebabkan pula perbedaan kelengasan
udara. Diantara daerah yang mempunyai ketinggian yang berbeda, akan ditumbuhi oleh
vegetasi yang jenisnya berbeda pula karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai
tingkat adaptasi yang berlainan. Oleh sebab itu kita mengenal jenis-jenis tumbuhan dan
hewan yang khas untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu.

Faktor topografi yang lain adalah kemiringan permukaan tanah. Permukaan tanah yang
miring menyebabkan air cepat menyusuri lereng. Semakin terjal permukaan semakin besar
kekuatan air mengikis permukaan tanah yang subur, sehingga ketebalan tanah menjadi
berkurang. Biasanya tanah yang miring setiap unitnya mempunyai jumlah flora dan fauna
lebih sedikit dari pada tanah yang relatif rata. Hal ini disebabkan oleh cadangan air cepat
hilang karena bergerak kebawah secara cepat.

4. Faktor Biotik (Manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan)


Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya
daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan
melakukan penebangan, reboisasi atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan
dari suatu tmpat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan
fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di
dunia ini. Selain faktor tersebut hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan
flora. Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu
dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh – tumbuhan adalah untuk
menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan
tumbuh – tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Contoh bakteri saprofit
merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah – sampah di tanah
sehingga dapat menyuburkan tanah.

 Hubungan Flora Dengan Lingkungan Dilihat Dari Segi Faktor Biotik Dan
Abiotik
Komponen biotik terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, cendawan, ganggang, lumut,
tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata serta manusia. Setiap
komponen biotic memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan
komponen biotik lainnya dan komponen abiotik. Misalnya tumbuhan hijau melakukan
fotosintesis untuk memperoleh makan, herbivora memakan tumbuhan, dan mikroorganisme
menguraikan sisa-sisa tumbuhan serta hewan untuk memperoleh energi.
Faktor abiotik merupakan faktor yang bersifat tidak hidup (non hayati), meliputi faktor-faktor
iklim atau klimatik (suhu, cahaya, tekanan udara, kelembaban, angin, curah hujan), dan
faktor-faktor tanah atau edafik (jenis tanah, struktur dan tekstur tanah, derajat keasaman
atapun pH, kandungan mineral dan air, serta dalamnya permukaan air tanah). Masing-masing
faktor tersebut dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup. Faktor abiotik
bersifat saling berkaitan dan tidak satu pun bekerja sendiri-sendiri.
 Peran Fauna Terhadap Keseimbangan Lingkungan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan
urutantertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen,
konsumen,dan dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan
dalam urutantertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat
trofik.
Padatingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri
yaitutumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen.
Organisme yangmenduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I).
Konsumen I biasanyadiduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat
tropik ketiga disebut konsumensekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan
daging (carnivora) dan seterusnya.Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut
konsumen puncak. Jadi jika salah satu komponen tersebut hilang maka akan terjadi lonjakan
populasi dan populasi yang lain akan
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hubungannya antara keberadaan flora dan fauna dengan lingkungan masuk dengan adaptasi
flora dan fauna tersebut,jika lingkungan sekitar flora dan fauna itu kotor,rusak,tak ada yg
peduli flora dan fauna akan punah dan jika sebaliknya flora dan fauna akan
berkembang.Hubungannya juga terdapat pada persebaran flora dan fauna.
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadan flora dan fauna di muka bumi
diantaranya ialah faktor klimatik (iklim), edafik (tanah), dan biotik (makhluk hidup).
1. Faktor Iklim
Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu suhu,
kelembaban udara, angin, dan curah hujan
2. Faktor tanah
Sebagai media tumbuh dan berkembangnya tanaman, tingkat kesuburan tanah berpengaruh
terhadap persebaran tumbuhan. Faktor tanah dsebut pula faktor edafik yang berasal dari kata
edapos yang artinya tanah atau lapangan. Melihat pola persebaran vegetasi dengan faktor
edafik berarti meninjau tanah dari sudut tumbuhan atau kemampuan meumbuhkan vegetasi.
Faktor fisik dan kimiawi tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman abtara lain tekstur,
struktur, dan keasaman tanah.
3. Faktor topografi
Faktor topografi meliputi ketinggian dan kemiringan lahan. Ketinggian suatu tempat erat
kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya menyebabkan pula perbedaan kelengasan
udara. Diantara daerah yang mempunyai ketinggian yang berbeda, akan ditumbuhi oleh
vegetasi yang jenisnya berbeda pula karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai
tingkat adaptasi yang berlainan. Oleh sebab itu kita mengenal jenis-jenis tumbuhan dan
hewan yang khas untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu.
4. Faktor Biotik (Manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan)
Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya
daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan
melakukan penebangan, reboisasi atau pemupukan.
Keanekaragamn hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang
berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi, yaitu keanekaragaman hayati
tingkat gen, keanearagaman hayati tingkat jenis, dan keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem.
 Hubungan Flora Dengan Lingkungan Dilihat Dari Segi Faktor Biotik Dan Abiotik
Komponen biotik terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, cendawan, ganggang, lumut,
tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata serta manusia. Setiap
komponen biotic memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan
komponen biotik lainnya dan komponen abiotik. Misalnya tumbuhan hijau melakukan
fotosintesis untuk memperoleh makan, herbivora memakan tumbuhan, dan mikroorganisme
menguraikan sisa-sisa tumbuhan serta hewan untuk memperoleh energi.
Faktor abiotik merupakan faktor yang bersifat tidak hidup (non hayati), meliputi faktor-faktor
iklim atau klimatik (suhu, cahaya, tekanan udara, kelembaban, angin, curah hujan), dan
faktor-faktor tanah atau edafik (jenis tanah, struktur dan tekstur tanah, derajat keasaman
atapun pH, kandungan mineral dan air, serta dalamnya permukaan air tanah). Masing-masing
faktor tersebut dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup. Faktor abiotik
bersifat saling berkaitan dan tidak satu pun bekerja sendiri-sendiri.
 Peran Fauna Terhadap Keseimbangan Lingkungan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan
urutantertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen,
konsumen,dan dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan
dalam urutantertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat
trofik.
Padatingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri
yaitutumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen.
Organisme yangmenduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I).
Konsumen I biasanyadiduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat
tropik ketiga disebut konsumensekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan
daging (carnivora) dan seterusnya.Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut
konsumen puncak. Jadi jika salah satu komponen tersebut hilang maka akan terjadi lonjakan
populasi dan populasi yang lain akan

B. SARAN
Sebagai mahasiswa sangat penting mempelajari keanekaragaman hayati yaitu agar
mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari keanekaragaman hayati secara berkelanjutan,
Secara umum umum Manfaat Mempelajari Keanekaragaman Hayati bisa dilihat darinilai
biologi, nilai pendidikan, nilai estetika dan budaya, nilai ekologi, dan nilai religius.

DAFTAR PUSTAKA

IUCN-UNEP, WWF, Bumi Wahana, Strategi Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan.


Jakarta:

PT. Gramedia.

Salim, E. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Soemarwoto, O. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Penerbit

Djambatan.

Soerjani, M., Rofiq, M. Dan M. Rozy, M. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Tim Penyusun Bahan Ajar PLH. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: UNNES

Press.

https://brainly.co.id/tugas/1813865. Diakses Pada Tanggal 23 Februari 2020

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/20/120000069/interaksi-makhluk-hidup-

dengan-lingkungan?page=all. Diakses Pada Tanggal 23 Februari 2020

https://brainly.co.id/tugas/18430056. Diakses Pada Tanggal 23 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai