Anda di halaman 1dari 17

Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen Risiko

Skandal Rekening Fiktif dari Perusahaan Wells Fargo

Dosen Pengampu:
Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A

Penyusun:
Rifka Annisa 377383
Luthfi Nurlita Handayani 377378
Febriana Putri 382067
Muhammad Bilal Dzulqo’dah M 382083
Sherly Noor Gusprita 382101

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PROFIL PERUSAHAAN Wells Fargo
1.1.1 Sejarah Perusahaan
Wells Fargo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Maret 1852 di San Frascisco, California, Amerika
Serikat. Pendirinya bernama Henry Wells dan William Fargo. Selain mendirikan Wells
Fargo, keduanya juga berhasil mendirikan American Company Express. Saat ini Wells
fargo merupakan perusahaan terbesar nomor enam dan Bank terbesan nomor empat di
Amerika Serikat .
Pada tahun 1866 perusahaan ini mulai melakukan ekspansi ke Nebrasca kemudian
di tahun 1888Texas, Chicago hingga Arizona. Slogan untuk memotivasi dilakukan
ekspansi secara masiv adalah “Ocean-to-Ocean”. Di tahun 1910 Wells Fargo berhasil
melakukan ekspansi di hingga 6000 lokasi. Di tahun 2009, Wells Fargo mempekerjakan
hingga 276.000 karyawan dan masih terus bertambah hingga tahun 2016.
1.1.2 Fokus usaha
Wells Fargo memiliki tiga core bisnis, yaitu :
a. Community Banking
Merupakan bank yang dioperasikan dan dimiliki oleh pebisnis lokal atau cabang di mana
bank tersebut berada. Pemberian kredit kepada nasabahnya berdasarkan rekomendasi
orang-orang sekitar, seperti keluarga, partner bisnis dan kerabat yang dikenal dekat.
b. Wholesale banking
Wells Fargo melayani transaksi perdagangan dalam jumlah yang besar, seperti
perdagangan antar satu bank dengan institusi besar lain
c. Investment Management
Wells Fargo juga bergerak dalam bidang pengeloaan investasi bagi investor di bursa efek.

1.2 RINGKASAN KASUS


1.2.1 Kronologi Kejadian
Belakangan, publik Amerika dikejutkan dengan fraud yang terjadi di Bank Wells
Fargo. Wells Fargo adalah bank ketiga terbesar di Amerika Serikat. Fraud ini berkaitan
dengan adanya 2 juta rekening tabungan/kartu kredit yang dibuka tanpa seizin nasabah.
Staf-staf frontliners membuka sendiri rekening-rekening tersebut supaya mereka
mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan. Jika tidak memenuhi target, staf
frontliners tersebut terancam dipecat. 5300 staf frontliners dipecat akibat dari mencuatnya
kasus ini, padahal, sebelumnya, mereka dianggap sebagai high performers.
Wells Fargo menggunakan teknik pemasaran yang disebut dengan cross selling.
Cross selling adalah menjual produk lainnya ke konsumen yang terlebih dahulu menjadi
nasabah di bank tersebut. Salah satu contoh cross selling yang sering kita temui adalah
kasir KFC menawarkan CD musik saat kita membeli makanan di sana. Produk utama
KFC adalah makanan dan produk yang di-cross selling adalah CD musik. KFC
mendapatkan fee dari penjualan CD musik tersebut. Sama halnya di industri perbankan,
ada kalanya bank sudah tidak bisa bersaing dalam hal bunga. Sehingga bank mengalihkan
fokusnya ke produk-produk yang mendatangkan fee. Produk-produk ini misalnya
asuransi, produk investasi, tabungan berjangka atau jasa lainnya. Pendapatan non bunga
ini disebut fee based income. Dalam kasus Wells Fargo, teller memberikan penawaran ke
nasabah saat nasabah bertransaksi di kantor cabang. Meskipun nasabah tersebut menolak,
teller/front liner ini tetap membuka rekening tanpa seizin nasabah tersebut. Kemudian,
sejumlah dana ditransfer dari rekening lama dan rekening baru. Seiring berjalannya
waktu, dana di rekening nasabah ini akan habis karena terpotong biaya administrasi. Saat
rekening nasabah habis, maka rekening tersebut bersaldo minus dan dikenakan biaya
overdraft (rekening saldo minus). Biaya administrasi dan biaya overdraft ini menjadi fee
based income bagi Wells Fargo. Ironisnya, kasus ini ditemukan oleh unit internal control
Wells Fargo sendiri.

Berikut kronologi kejadian Wells Fargo :

8 September 2016 :
Skandal akun palsu terpecahkan. Regulator Federal mengungkapkan bahwa karyawan
Wells Fargo diam-diam menciptakan jutaan rekening bank dan kartu kredit yang tidak
sah tanpa diketahui pelanggan. Bank dikenakan denda sebesar $185juta. Dengan adanya
kejadian tersebut maka Wells Fargo memecat sebanyak 5.300 karyawan.

14 September 2016 :
Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada CNN, Departemen Kehakiman telah
mengeluarkan surat panggilan dalam pemeriksaan terkait skandal akun palsu.

27 September 2016 :
CEO Wells Fargo John Stumpt membayar denda tersebut. Stumpf mengatakan bahwa
dia akan menyerahkan sebagian besar gajinya pada tahun 2016, termasuk bonus dan $41
juta dari saham yang seharusnya ia terima. Eksekutif besar yakni kepala divisi bisnis ritel
Carrie Tolstedt keluar dari perusahaan tanpa menerima pembayaran gaji.
28 September 2016 :
Wells Fargo dituduh secara ilegal mengambil kembali mobil-mobil anggota layanannya.
Perusahaan setuju untuk membayar $24 juta untuk menyelesaikan hal tersebut.
Kehakiman Amerika Serikat (​DOJ)​ mengklaim bank mengambil 413 mobil tanpa perintah
pengadilan, yang melanggar hukum federal. Perusahaan meminta maaf dan berkomitmen
untuk mengembalikan uang.

29 September 2016 :
Wells Fargo berjanji untuk mengakhiri penjualan yang tidak realistis. Karyawan Wells
Fargo menyalahkan atasan mereka karena mendorong akun palsu secara efektif.
Sebelumnya anggota parlemen di Capitol Hill, CEO John Stumpf dituduh menjalankan
"sebuah perusahaan kriminal."

5 Oktober 2016 :
Jaksa Agung California membuka penyelidikan kemungkinan penipuan identitas terkait
dengan skandal akun palsu.

12 Oktober 2016 :
CEO John Stumpf mundur. Perusahaan mengumumkan bahwa John Stumpf pensiun.

3 November 2016 :
Pemeriksaan SEC terungkap. Pengajuan publik baru dari bank mengungkapkan bahwa
Securities and Exchange Commission sedang menyelidiki bank untuk masalah yang
terkait dengan pembuatan sebanyak 2 juta akun palsu.

13 Desember 2016 :
Wells Fargo dihukum oleh regulator federal karena tindakannya terkait dengan akun
palsu. Bank ini gagal mematuhi ketentuan tertentu dari Dodd-Frank, undang-undang
pasca-2008 dimaksudkan untuk mengatur lebih baik bank-bank besar dan melindungi
konsumen.

23 Januari 2017 :
Wells Fargo mengakui adanya pembalasan pada para pekerja potensial. Bank
mengatakan ada tanda-tanda pekerja membalas dengan mencoba bersuara mengenai akun
palsu.
20 Februari 2017 :
Empat karyawan bank senior dipecat. Para karyawan tersebut bekerja di divisi perbankan
komunitas Wells Fargo, yang menjadi pusat skandal akun palsu.
27 Maret 2017 :
Agensi federal menuduh Wells Fargo melakukan praktik "diskriminatif", "diskriminatif
dan ilegal". Regulator perbankan federal menurunkan jumlah pinjaman Wells Fargo.
Keputusan ini berasal dari faktor di luar skandal akun palsu.

27 Maret 2017 :
Wells Fargo menyelesaikan gugatan class action. Kesepakatan awal menjanjikan $ 110
juta untuk konsumen yang dirugikan.

10 April 2017 :
Mantan eksekutif diminta untuk mengembalikan uang. Bank clawsbank kembali sebesar
$75 juta dari dua mantan eksekutif untuk peran mereka dalam skandal akun palsu,
termasuk $28 juta dari mantan CEO John Stumpf. Sebuah laporan baru dari direktur
independen dewan Wells Fargo mengungkapkan bank menyiapkan laporan internal pada
tahun 2004 tentang praktik yang dapat mendorong karyawan untuk membuat akun palsu.
Mantan eksekutif termasuk John Stumpf diminta mengembalikan uang sebesar $75 juta
untuk peran mereka dalam skandal akun palsu.

21 April 2017 :
Jumlah biaya penyelesaian meningkat. Penyelesaian dalam gugatan class action
meningkat menjadi $142 juta.

14 Juni 2017 :
Tuduhan baru tentang hipotek. Dalam gugatan baru, Wells Fargo dituduh memodifikasi
hipotek tanpa izin dari pelanggan. Itu berarti sebagian pelanggan bisa membayar lebih
banyak dari hutangnya. Tidak jelas berapa banyak pelanggan yang terpengaruh. Wells
Fargo mengatakan dengan tegas membantah keras klaim tersebut.

27 Juli 2017 :
Tuduhan baru tentang asuransi mobil terungkap. Bank mengakui bahwa pihaknya
membebankan setidaknya 570.000 pelanggan untuk asuransi mobil yang tidak mereka
butuhkan. Wells Fargo mengatakan kajian internal menemukan sekitar 20.000 pelanggan
dapat mengalami gagal bayar atas mobil pinjaman untuk alasan tersebut.

4 Agustus 2017 :
Wells Fargo dituntut karena diduga merampas usaha kecil. Sebuah gugatan menuduh
Wells Fargo terlalu membebani usaha kecil untuk transaksi kartu kredit dengan
menggunakan kontrak 63 halaman yang "menipu" dan membingungkan mereka.

31 Agustus 2017 :
Lebih banyak akun palsu ditemukan. Wells Fargo mengatakan telah menemukan 1,4 juta
akun palsu tambahan. Ini membuat jumlah total akun palsu menjadi 3,5 juta.

3 Oktober 2017 :
Wells Fargo mengatakan bahwa salah menerapkan biaya denda terhadap klien hipotek.
Wells Fargo mengakui bahwa 110.000 pemegang hipotek didenda karena kehilangan
tenggat waktu - meskipun penundaan itu adalah kesalahan perusahaan. Perusahaan
berjanji untuk mengembalikan uang pelanggan.

16 Oktober 2017 :
Regulator mengatakan Wells Fargo menjual investasi berbahaya yang tidak dipahami.
Regulator memerintahkan bank untuk membayar kembali $ 3,4 juta kepada para
pelanggan broker karena para penasihat merekomendasikan produk yang sangat mungkin
dapat kehilangan nilainya dari waktu ke waktu. Wells Fargo tidak mengakui ataupun
membantah tuduhan itu.

13 November 2017 :
Wells Fargo mengakui bahwa secara tidak sah mengambil alih lebih banyak mobil
anggota layanan. Perusahaan menemukan bahwa mereka telah mengambil kendaraan dari
450 anggota layanan lain. Menurut Departemen Kehakiman, Wells Fargo setuju untuk
membayar tambahan $ 5,4 juta. Perusahaan menjanjikan pengembalian uang.

2 Februari 2018 :
Federal Reserve menghukum Wells Fargo. Fed mengatakan bank tidak akan diizinkan
untuk menumbuhkan asetnya sampai bank membersihkan aksinya tersebut. Bank juga
akan merombak dewan direksinya.
23 Februari 2018 :
Kota Sacramento, California, menuduh Wells Fargo dari "pola lama dan praktik"
pinjaman ilegal di komunitas minoritas dan berpenghasilan rendah yang mengurangi nilai
rumah, pendapatan pajak properti yang terbatas dan mendorong penyitaan. Bank
mengatakan tuduhan itu "tidak mencerminkan bagaimana kami beroperasi di komunitas
yang kami layani" dan mengatakan akan "mempertahankan dengan penuh semangat"
catatan peminjamannya.

20 April 2017 :
Biro Perlindungan Keuangan Konsumen dan Kantor Pengawas Keuangan Mata Uang
mengumumkan bahwa mereka menetapkan denda Wells Fargo sebesar $1 miliar untuk
asuransi mobil dan pelanggaran hipotek.

1.2.2 Penyebab Kejadian


Kejadian Wells Fargo ini disebabkan oleh kesalahan perusahaan memberikan
reward insentif untuk memacu kepuasan pada karyawan. Dalam kasus ini perusahaan
menerapkan insentif cross selling, dimana tujuannya agar para pegawai khususnya yang
memiliki fungsi penjualan dan layanan pelanggan berusaha maksimal untuk menjual,
bukan hanya produk yang dihasilkan perusahaan atau divisinya tetapi ikut membantu
menjualkan produk yang dihasilkan perusahaan atau divisi lainnya dengan memanfaatkan
pelanggan yang sudah ada termasuk calon pelanggan.

1.2.3 Akibat Kejadian


Akibat dari kesalahan perusahaan dalam memberikan reward insentif yakni
menimbulkan fraud dan merugikan pihak perusahaan. Insentif ini justru berdampak pada
karyawan yang tergiur dengan bonus sehingga menimbulkan kecurangan, atau mungkin
karyawan merasa tertekan dengan insentif ini. Dalam kasus Wells Fargo, perusahaan
tidak sesuai dalam memberikan insentif yang memacu kepuasan karyawan sehingga
timbulah fraud yaitu pembuatan rekening fiktif.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa penyebab Wells Fargo gagal dalam mengelola karyawan?

2. Tindakan Represif apa yang bisa dilakukan Wells Fargo pasca kejadikan fraud
yang terjadi di dalam perusahaan?
3. Apa solusi untuk wells fergo agar tidak mengalami hal yang sama dikemudian hari
(Tindakan Preventif)?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI DAN ANALISIS KASUS
2.1.1 Risiko Operasional
2.1.1.1 Definisi risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi karena adanya kegagalan
dalam proses internal perusahaan, kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia
(karyawan), kegagalan dalam mengoperasikan sistem perusahaan, dan atau sebagai akibat
dari kejadian eksternal.
Dalam kasus Wells Fargo, kegagalan dari perusahaan terjadi karena adanya
kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia (karyawan) dan kegagalan dalam
proses internal.

2.1.1.2 Analisis kasus Wells Fargo


Perusahaan Wells Fargo mengalami kerugian yang cukup besar akibat terjadinya
kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia (karyawan) dan kegagalan dalam
proses internal. Kerugian yang ditanggung akibat dari tindakan ilegal yang dilakukan
oleh perusahaan adalah denda sebesar $185 juta, remediasi keuangan sebear $5 juta yang
telah dibukukan per 30 Juni 2016, dan ganti rugi kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar $2.6 juta. Titik awal munculnya permasalahan tersebut adalah akibat dari praktik
leadership yang tidak tepat, yaitu adanya tekanan dari Stumph sebagai Direksi
Perusahaan Wells Fargo kepada para karyawan untuk mencapai target yang dibuat oleh
perusahaan dengan menggunakan program Gr-Eight. Program tersebut memberikan
tawaran kepada karyawan berupa insentif (​fee)​ jika karyawan berhasil mencapai target
tersebut.
Kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia pada perusahaan Wells Fargo
terjadi akibat beberapa hal, yaitu
1. adanya penetapan target yang tidak tepat oleh manajer dengan mendorong para
karyawan untuk mencapai target dengan program yang dibuat tanpa meninjau
kembali akibat yang terjadi akibat implementasinya,
2. adanya sistem pembagian ​reward ​berupa ​fee bagi karyawan yang berhasil
mencapai target dan sistem ​punishment ​berupa intimidasi karyawan di depan
karyawan lain oleh manajer, dua tindakan yang ekstrem tersebut tentunya
membuat karyawan menjadi tertekan dan akan melakukan pekerjaan secara agresif
dengan acara apapun tanpa mempertimbangkan kosekuensi yang akan dihasilkan.

Selain kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia, adapun kegagalan


proses internal yang juga merupakan penyebab terjadinya ​fraud ​di p​ erusahaan Wells
Fargo. Kegagalan proses internal tersebut meliputi
1. penyuluhan terkait penerapan strategi ​cross selling ​kepada karyawan belum
maksimal karena masih kurangnya aturan yang tegas mengenai penerapan startegi
dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh manajer yang pada dasarnya juga
mendorong para karyawan untuk melakukan hal- apapun dalam mencapai target
perusahaan, hal tersebut dapat dibuktikan dengan tindakan karyawan yang
menyimpang dari yang seharusnya. Adapun program yang dibuat untuk penerapan
strategi ​cross selling b​ erupa Gr-Eight ​(Eight is great), ​yang berarti idealnya setiap
nasabah Wells Fargo memiliki 8 produk. Oleh karena itu , maka para karyawan
melakukan cara apapun untuk mencapai target perusahaan, bahkan dengan cara
yang tidak etis sekalipun seperti memanipulasi akun rekening seorang nasabah
untuk diaktifkan ke produk lain dari bank Wells Fargo seperti asuransi, produk
investasi, tabungan berjangka atau jasa lainnya,
2. adanya praktik ​leadership y​ ang tidak sesuai dengan yang seharusnya oleh manajer
terhadap karyawan berupa pemberian tekanan kerja yang cukup tinggi dengan cara
mendorong para karyawan untuk mencapai target perusahaan, hal tersebut dapat
menjadi hal positif berupa dorongan motivasi agar tujuan perusahaan tercapai
namun disertai dengan peninjauan kembali pada penerapannya. Peninjauan yang
perlu dilakukan adalah berupa analisis besar dan kecilnya dampak negatif dan
positif yang dihasilkan dari keberlangsungan program tersebut dan analisis
seberapa penting program tersebut dilakukan untuk pencapaian target perusahaan,
3. ketegasan untuk keberlangsungan dari penerapan nilai-nilai perusahaan belum
tercapai. Pada kasus ini, perusahaan memiliki 5 nilai yang telah dirumuskan oleh
manajer tingkat atas untuk diterapkan pada perusahaan, salah satu nilainya adalah
Ethichs, we’re commited to the highest standards of integrity, transparency, and
principled performance. We do the right thing, in the right way, and hold
ourselves accountable, y​ ang berarti perusahaan seharusnya selalu berkomitmen
untuk penerapan standar integritas yang tinggi, transparan terhadap hak para
stakeholder p​ erusahaan, berkerja dengan prinsip, melakukan hal yang benar,
dengan cara yang benar dan penuh pertanggungjawaban akan setiap tindakan yang
dilakukan di perusahaan. Namun, pada praktiknya karyawan dan bahkan direksi
tidak melakukan nilai tersebut, melainkan melakukan hal yang sebaliknya seperti
mengesampingkan standart integritas, tidak transparan khususnya kepada para
nasabah, melakukan pekerjaan dengan tidak menggunakan prinsip yang baik, cara
ilegal yang dilakukan untuk mencapai target, dan pertanggungjawaban
dimanipulasi oleh para karyawan. ​Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
ketidakjelasan informasi yang diterima oleh karyawan terhadap penyuluhan
nilai-nilai perusahaan yang diberikan oleh manajer, kurangnya kontrol dari
manajer terhadap implementasi nilai-nilai perusahaan, adanya tekanan akibat
persaingan yang tinggi antar bank di Amerika, dan tawaran insentif yang cukup
tinggi sebesar 455 kali lipat untuk CEO di Amerika sehingga mendorong Stumph
sebagai CEO mengabaikan tanggung jawabnya terhdap ​stakeholders p​ erusahaan,
4. kurangnya ​best efforts d​ ari manajer tingkat atas atau CEO untuk pencapaian visi
perusahaan ​we want to satisfy our customers’ financial needs and help them
succeed financially. D ​ alam hal ini, CEO sebagai perumus visi telah melakukan
penyimpangan terhadap pencapaian visi yang ingin memberikan kepuasan pada
kebutuhan nasabah terhadap pengelolaan keuangan yang sukses. Hal tersebut
terjadi karena CEO bukan memberikan dorongan pencapaian target yang sesuai
dengan standar, yaitu mendorong karyawan untuk mengerjakan sesuatu hal yang
tidak realistis untuk dilakukan, atau bisa saja menjadi realistis untuk dilakukan
dengan syarat dan ketentuan tertentu seperti pengawasan terhadap penerapan
program dan ​standar operation procedure (SOP) dirancang lebih baik lagi agar
tidak terjadi ​fraud.
5. kurangnya kontrol terhadap impelementasi prinsip ​corporate governance ​yang
dirumuskan oleh OECD ​(Organization of Economic Cooperation and
Development), salah satu negara yang ikut dalam organisasi OECD adalah
Amerika dan Wells Fargo merupakan bank yang beroperasi di Amerika. Oleh
karena itu, Wells Fargo seharusnya ikut serta menerapakan prinsip-prinsip yang
ada pada organisasi tersebut. Dalam kasus ini, perusahaan Wells Fargo telah tidak
patuh pada tiga dari enam prinsip yang ada. Prinsip-prinsip tersebut adalah
a. The role of stakeholders in corporate governance
Pada prinsip ini, seharusnya perusahaan tidak hanya memperhatikan
hak para investor dan profitabilitas perusahaan, melainkan juga harus
memperhatikan hak seluruh ​stakeholders ​perusahaan seperti karayawan,
masyarakat sekitar, nasabah, dan seluruh yang terlibat dalam ekosistem
bisnis. Namun, perusahaan Wells Fargo telah melakukan praktik startegi
yang mengabaikan prinsip tersebut dan akhirnya menimbulkan kerugian
yang cukup besar bagi perusahaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
tidak adanya kebebasan berkomunikasi bagi para karyawan untuk
mengevaluasi praktik dari startegi yang dibuat.
b. Disclosure and transparency
Pada prinsip ini, seharusnya perusahaan diwajibkan memiliki tata
kelola yang baik terhadap seluruh aset yang dimiliki dan menyampaikan
informasi yang akurat dan tepat waktu, baik dari kondisi keuangan,
performa, kepemilikian, serta tata kelolanya. Namun, perusahaan Wells
Fargo telah memberikan informasi yang tidak tepat, yaitu menampilkan
pencatatan performa perusahaan yang “anti badai”, yang berarti performa
perusahaan selalu dalam keadaan baik bahkan meningkat walaupun kondisi
yang terjadi pada industri perbankan sedang mengalami penurunan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pelaporan yang tidak menunjukkan
adanya praktik yang salah dari strategi ​cross selling, ​melainkan
menunjukkan kepada para ​stakeholders b​ ahwa hasil pelaporan yang baik
tersebut berdasarkan dari penerapan strategi tersebut.
c. The resposibilities of the board
Pada prinsip ini, seharusnya CEO bertanggung jawab terhadap
seluruh ​stakeholders ​perusahaan, bukan hanya terhadap para investor dan
perusahaan saja. Selain itu kesehatan lingkungan sosial juga menjadi
tanggung jawab CEO. Namun, CEO telah mengabaikan prinsip tersebut
dengan memberikan tekanan kepada para karywan untuk melakukan
strategi yang telah dibuat. Oleh karena itu, praktik tersebut menimbulkan
lingkungan kerja yang tidak sehat dan kerugian yang didapatkan oleh para
nasabah.
2.2 SOLUSI
2.2.1 Analisis Kerangka Teori ​Triangel

Adanya target tidak masuk akal yang diberikan oleh perusahaan akan memberikan
tekanan bagi karyawan. Untuk mengatasi tekanan, akhirnya karyawan melakukan segala
cara untuk mencapai target agar karyawan tidak mendapat hukuman. Karyawan melihat
peluang atau celah untuk berbuat curang di bagian kontrol dan pengawasan. Pada
akhirnya karyawan menggunakan rasionalitasnya untuk mecari cara agar dapat mencapai
target. Ide yang tertanam dalam benak adalah pembuatan akun fiktif. Hal ini mengajarkan
bahwa untuk menghindari adanya fraud, maka yang harus dilakukan adalah mengurangi
tekanan sehingga pemanfaatan peluang dan rasionalitas tidak untuk hal-hal yang
merugikan perusahaan.
2.2.2 Analisis Tindakan Preventif dan Tindakan Represif
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan sebelumnya serta landasan teori yang
dipakai, Wells Fargo dapat melakukan upaya preventif dan represif untuk mengatasi
permasalan yang terjadi di perusahaan.
a. Tindakan Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan (Oktavia, 2013). Upaya preventif yang bisa
dilakukan oleh Wells Fargo agar skandal pembuatan rekening fiktif oleh karyawan adalah
sebangai berikut :
1. Penetapan tujuan yang realistis
Seperti yang kita ketahui bahwa penyebab utama permasalahan yang
menimpa Wells Fargo adalah karena penetapan tujuan yang terlalu berat dan
menekan karyawan. Teori motivasi menyatakan bahwa tingkat kesulitan tujuan
akan berpengaruh kepada ​job performa.​ Semakin sulit tujuan, maka performa akan
semakin baik. Wells Fargo lupa bahwa tingkat kesulitan yang dimaksud dalam
teori ini masih dalam batas wajar dan realistis, bukan suatu hal yang mustahil
untuk dicapai.
2. Budaya Nilai Karyawan
Strategi ​Cross Selling ​yang dilakukan membuat karyawan memikirkan
tindakan curang agar ia dapat bertahan di perusahaan. Pemberian ​reward dan
punishment seharusnya tidak hanya diukur melalui jumlah nasabah atau rekening
yang berhasil dikumpulkan oleh karyawan, lebih dari itu usaha dan kerja keras
yang dilakukan karyawan seharusnya menjadi faktor yang dapat digunakan
sebagai tolok ukur.
3. ​Review​ Tujuan
Hampir sama dengan poin 1, tujuan merupakan bagian yang penting bagi
perusahaan. Penetapan tujuan harus selaras dengan misi dan visi perusahaan.
Tujuan menjadi rujukan manajer untuk merumuskan misi-visinya. Perusahaan
harus sesering mungkin melihat apakah karyawan sudah paham terhadap tujuan
dan misi-visi perusahaan agar mereka memiliki pegangan dalam bertindak.
Tujuan yang pada akhirnya dijabarkan dalam misi-visi perusahaan harus mampu
memotivasi karyawan, bukan malah memberikan tekanan yang berlebihan.
4. Melibatkan Karyawan
Dengan melibatkan karyawan dalam pembuatan tujuan, misi dan visi
perusahaan, maka perusahaan akan memeroleh banyak dampak positif. Pertama,
perusahaan dapat mendapatkan ide-ide dan masukan dari karyawan sebagai
eksekutor. Kedua, karyawan akan merasa memiliki perusahaan dan akan lebih
bertanggung jawab atas keputusan yang ada karena mereka turut terlibat di
dalamnya. Hal ini berakibat pada konsekuensi akan pencapaian yang telah
disepakati juga akan dirasakan oleh karyawan. ​Employee satisfaction ​akan
meningkat yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan ​job performance

b. Tindakan Represif
Tindakan represif yang telah dilakukan wells fargo dan beberapa usulan diantaranya :
1. Human Resources :
a. Kenaikan Upah
Wells Fargo pada akhirnya memberikan kebijakan peningkatan upah bagi
karyawan pemula untuk meminimalisir tindakan curang. Harapannya dengan
peningkatan upah akan meningkatkan kepuasan karyawan, meskipun biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan semakin besar yang pasti akan berdampak pada
laporan keuangan (neraca dan laba rugi)
b. Peningkatan investasi untuk pelatihan, pengawasan dan kontrol
Sumber daya manusia merupakan bagian penting yang menentukan
kesuksesan suatu perusahaan. Dengan pertimbangan tersebut, Wells Fargo dapat
meningkatkan pengeluaran untuk program training, pengawasan dan kontrol.
Pengawasan dan kontrol penting untuk dilakukan karena seperti yang telah kita
ketahui bahwa skandal yang terjadi merupakan akibat dari kurangnya kontrol
atasan terhadap karyawan. Hal tersebut disebut sebagai investasi dengan harapan
pengeluaran untuk keperluan training, pengawasan dan kontrol akan
mendatangkan benefit bagi perusahaan kelak.
c. Penguatan ukuran kinerja
Perusahaan, terutama manajer sumber daya manusia menganalisis ukuran
kinerja yang tepat bagi bank. ​Job performace s​ eharusnya tidak hanya diukur dari
segi kuantitas, namun juga kualitas meskipun harus diakui bahwa pengukuran dari
segi kualitas akan lebih sulit. Dari segi kuantitas, ​job performance ​dapat diukur
melalui jumlah peningkatan penjualan atau jumlah nasabah apabila karyawan
berada di bagian ​marketing. ​Pada bidang keuangan, diukur dari seberapa baik
karyawan mengelola dana yang ada. Bagian operasional dapat diukur dengan
penilaian servis dan indeks kepuasan pelanggan. Untuk mengukur kualitas
performa kerja, dapat dinilai melalui tingkat kedisiplinan karyawan dalam
mematuhi aturan yang berlaku seperti datang tepat waktu, keterlibatan dalam
kegiatan dan indikator-indikator sejenis.

2. Marketing
a. Peningkatan servis
Dari segi pemasaran perusahaan dapat melakukan peningkatan servis untuk
konsumen seperti penyediaan layanan panggilan bebas pulsa. Layanan ini
ditujukan untuk memberikan servis kepada pelanggan terkait dengan informasi
produk baru atau promo yang sedang dilakukan oleh perusahaan.
b. ​ Rebranding
Wells Fargo pada akhirnya menyisihkan dana sebesar $142 juta untuk
pemulihan perusahaan serta mengganti kerugian yang dialami oleh nasabah.
Seperti yang kita ketahui bahwa bank merupakan industri yang mengedepankan
rasa percaya konsumen. Apabila kepercayaan konsumen telah hilang terhadap
perbankan, maka bank berpotensi menderita risiko likuiditas dan dapat berujung
pada ​bank run. U ​ ntuk meminimalisir dampak tersebut, maka perlu dilakukan
rebranding ​dengan cara pemberian pertanggungjawaban kepada konsumen atas
perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi nasabah.

3. Operation
Pada bagian operasional, perusahaan dapat mengirimkan email konfirmasi
kepada pelanggan dalam waktu satu jam untuk membuka akun deposit apa pun,
dan mengirimkan surat pernyataan permohonan dan keputusan status setelah
mengirimkan aplikasi untuk kartu kredit.

BAB III
KESIMPULAN

` Kita paham bahwasannya risiko utama yang dimiliki oleh industri perbankan ketika kita
ingin berinvestasi di dalamnya adalah risiko stratejik dan juga risiko keuangan. Namun, dari
adanya kasus Wells Fargo kita belajar bahwasannya kondisi operational sebuah perusahaan
perbankan juga dapat menjadi penyebab utama masalah besar di dalam perusahaan. Karena,
apabila sistem operasional yang ada di dalam sebuah perusahaan diabaikan begitu saja, tentunya
akan mendukung terjadi segala tindakan yang bisa saja muncul. Dalam kasus ini Wells Fargo
tidak memahami bahwasannya rencana stratejik yang mereka gunakan akan mengakibatkan
fraud di dalam perusahaan, namun hal itu tidak akan terjadi apabila Wells Fafgo memiliki
sebuah sistem yang baik dimana tidak mungkin seorang karyawan bisa melakukan tindakan
seperti fraud di dlaam perusahaan. Apabila Wells Fargo juga memiliki sistem operatioal yang
baik tentu bukan fraud yang akan terjadi di dalam perusahaan, mungkin hal yang terjadi adalah
sebuah aksi demo yang dilakukan karyawan kepada perusahaan tanpa melakukan fraud yang
merugikan nasabah dan mencemarkan nama baik dari Wells Fargo. Jadi, bisa kita pahami
bahwasanya risiko tidak selalu berdiri secara terpisah, ada kalanya mereka menjadi sebuah
kesatuan dalam sebuah kasus yang bisa saja muncul karena berbagai hal. Oleh karena itu, akan
lebih baik bagi kita sebagai investment risk untuk bisa menganalisis sebuah risiko perusahaan
dengan mengabungkannya agar kita tidak menganggap remeh segala risiko yang ada walaupun
itu kecil dan dapat mempersiapkan beebagai macam jalan keluar alternatif yang ada dengan
semua risiko yang ada baik dengan skema berdiri sendiri maupun menjadi sebuah kesatuan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wellsfargo.com/about/corporate/vision-and-values/​ diakses pada 24 Mei 2018

https://www.wartaekonomi.co.id/read113102/skandal-wells-fargo-kelemahan-governance-risk-c
ompliance-berujung-fraud.html​ ​ diakses pada 24 Mei 2018

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160912111537-78-157676/skandal-rekening-fiktif-ba
nk-raksasa-as-didenda-rp243-t​ ​ diakses pada 24 Mei 2018

https://www.coursehero.com/file/p1ehsbm/Slogan-ini-juga-mendorong-karyawan-Wells-Fargo-untuk-
bekerja-lebih-agresif/​ diakses pada 25 Mei 2018

http://money.cnn.com/2018/04/24/news/companies/wells-fargo-timeline-shareholders/index.htm
diakses pada 25 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai