Anda di halaman 1dari 9

Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dan

Implementasinya Dalam Pembangunan Karater Bangsa

Sutan Syahrir Zabda


Dosen PPKN-FKIP UMS
e-mail:
ssz196@ums.ac.id

Abstract
The problems discussed in this paper were; 1) why the Pancasila (the five
Indonesian National Principles) values had not been fully understood and acted in
the Indonesian, 2) how Pancasila Values could be revitalised so that it could be
characteristically internalised in the daily society activities. Based on the deep
review from some theories, the conclusions were: 1) the tentative manners were
the main problems of unimplemented Pancasila values in the most Indonesian. 2)
The Pancasila values must be revitalised trough seriously dissemination process
with the appropriate strategies and scientifically instead of doctrine. Every effort
of Pancasila values internalisations must use persuasion approach.
Keywords : Pancasila values, Philosophy, Nation

PENDAHULUAN yang menjerat para remaja didorong


Ada yang salah dalam kehidupan untuk menjual tubuh mereka dengan
masyarakat modern kita saat ini, imbalan obat-obatan/narkoba.
halmana gejala menunjukkan bahwa Di sisi lain orang tua sudah
kita sebagai penghuni bumi ini banyak yang kehilangan kontrol
seharusnya menjadi khalifah bumi terhdap putera-putera mereka atau
yang tugasnya mengelola dan keturunan mereka. Sudah sudah
memelihara, namun justru manusia menjadi pengetahuan kita bersama
menjadi penghancur rumah bumi kita bahwa pertikaian antar remaja hanya
sendiri. Perilaku kebiasaan tersebut karena perkara sepele, anak saling
berkontribusi terhadap degradasi atau mangsa satu sama lain. Terlalu
kerusakan lingkungan fisik dan banyak bayi yang lahir dari ibu
lenyapnya bentuk kehidupan yang menikah usia remaja bahkan di luar
sangat berharga / bernilai. nikah akibat pergaulan bebas, seks
Penyalahgunaan narkoba sudah bebas yang mengabaikan nilai-nilai
menjadi perilaku banyak orang dari kehidupan yang berharga. Terlalu
semua lapisan masyarakat bahkan banyak anak muda yang menipu dan
semakin merajalela dan sulit melanggar hukum tanpa penyesalan.
mengontrolnya. Di jalan-jalan telah Terlalu banyak media berita kita
banyak menjadi tempat-tempat justru mengajarkan generasi muda
berbahaya di mana predator atau menjadi pahlawan pahlawan maya
pemangsa berkeliaran mengintai yang dimplementasikan dalam
remaja dan terjebak dalam telikungan perilaku kekerasan, pragmatis,

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
106
berpikir pendek, sikat dulu urusan Permasalahan yang muncul dalam
belakang, mereka menjadi budak tulisan ini adalah:
industri dunia maya, sehingga para Mengapa nilai-nilai Pancasila
remaja asik dengan dirinya sendiri belum sepenuhnya dapat diamalkan
dalam permainan games on line, dalam kehidupan bermasyarakat,
pornografi dan lain sebagainya. Hal berbangsa dan bernegara Indonesia?
ini membuat generasi muda pasif, Bagaimana Nilai-nilai Pancasila
reksioner negatif, dan tidak kreatif dapat direvitalisasi agar dapat
positif. diamalkan dalam kehidupan
Terlalu banyak para pemimpin bermasyarakat, berbangsa dan
atau tokoh politik, para profesional bernegara yang berkarakter?
dan bisnis telah meninggalkan etika,
menghalalkan cara demi tujuan. ARGUMEN TEORITIS
Banyak fakta yang membuktikan Gejala dalam masyarakat di atas
perilaku pemimpin kita yang menurut Pat Duffy Hutcheon
mengabaikan nilai dan etika disegala sebagaimana dinyatakaannya di
bidang seperti: bidang politik para bawah ini:
politisi kita banyak yang There is a dawning
mengabaikan etika berpolitik, dalam recognition among ordinary
bidang ekonomi, sudah bukan people that something is
rahasia lagi para pembisnis dreadfully wrong in modern
melanggar etika bisnis; dalam bidang industrial society. We are
sosial sudah terlalu banyak para destroying our earthly home.
tokoh, para remaja, bahkan awam Too many of our habitual
yang mengabaikan etika sosial, tidak behaviors contribute to the
ada lagi sopan dan santun dalam degradation of our physical
pergaulan sehari-hari, semua surroundings and the
dihitung pada keuntungan materi disappearance of valuable forms
semata. of life. We are losing control of
Gejala di atas melahirkan our lives. Too many people from
pertanyaan, bahwa Apakah gejala all walks of life are abusing
perilaku masyarakat mengisyaratkan drugs. We are losing control of
nilai-nilai kehidupan yang menjadi our cities. Too many of our
landasan moral etik sudah tidak ada. streets have become dangerous
Secara sosiologis, setiap masyarakat places where predators lurk in
memiliki tata nilai mereka sendiri. the dark and pre-adolescents are
Secara kebangsaan, Indonesia masih encouraged to sell their
tetap berlandaskan nilai-nilai unformed bodies in return for
Pancasila sebagai dasar falsafah drugs. We are losing control of
bangsa, sebagai way of life , namun our offspring. Too many
kenyataannya nilai-nilai Pancasila children prey on one another,
belum mencerminkan karakter dan with guns and knives. Too many
perilaku kehidupan bermasyarakat babies are being born to unwed
dan berbangsa tidak sesuai antara teen-aged mothers. We are
dass sollen dan dass sein antara losing the precious core of
idealisnya dengan kenyataannya. values necessary for keeping any

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
107
society workable. Too many Gejala tersebut di atas
youngsters cheat and break the sebenarnya dapat berpangkal pada
law without compunction. Too kegagalan dalam proses
many of our news media make pembangunan karakter banga.
heroes of ruthless commercial Hutcheon,1999) menyatakan:
exploiters and serial murderers. “In the face of all this it may
Too many of our political seem trite to say that it all comes
leaders and professional and down to a matter of character,
business people have abandoned and how that character is
ethics (Hutcheon,1999:1). formed, and to a matter of
culture, and how that culture is
Eric Fromm menyatakan bahwa formed. But it is true. Character
perkembangan Eropa sebagai and culture are what it is all
perkembangan peradaban modern, about. Until we understand what
yang berpangkal pada timbulnya it means to be a human being
kebebasan (freedom) yang terjadi capable of acquiring a character
pada level individu maupun and participating in and
masyarakat (Budimansyah,2010:14). contributing to a culture, ..........”
Lebih lanjut From menyatakan
bahwa pada level individu kebebasan Pernyatan Hutcheon di atas
itu diawali timbulnya “diri” (self) walau mungkin pernyataan klise,
dalam proses individuasi sejak lahir, bahwa itu semua bermuara pada soal
sedang pada level masyarakat, kebe- karakter, dan bagaimana karakter
basan menentukan perkembangan yang terbentuk, dan masalah budaya,
kepribadian melalui proses dan bagaimana budaya terbentuk.
individuasi sepanjang sejarah, seperti Tapi itu memang benar, itulah
yang dialami masyarakat Barat kenyataannya. Semua tentang
sebagai hasil perjuangan kebebasan Karakter dan budaya sehingga kita
individu Budiman,201). Kebebasan
memahami apa artinya menjadi
Individu dalam dimensi masyarakat manusia yang cakap memiliki
mengakibatkan lepasnya ikatan- karakter dalam/dan berpartisipasi
ikatan nilai dalam masyarakat atau dalam dan memberikan kontribusi
kelompok. Lepasnya individu den- untuk berbudaya. Penulis sependapat
gan nilai-nilai kemasyarakatannya bahwa persoalan yang dihadapi
berakibat pada munculnya pribadi bangsa Indonesia dalam kontek krisis
anggota masyarakat yang mengalami peradaban di atas lebih karena
gangguan kejiwaan seperti: bangsa Indonesia sudah atau sedang
kegelisaan (anxiety), perasaan mengalami krisis atau degradasi
kesendirian (aloneness). Perasaan karakter bangsa.
tercabut dari akar kemasyarakat,
berkembangnya perasaan saling
Membangun Karakter Bangsa
curiga, negative prejudice dengan
Indonesia
orang lain atau kelompok lain yang Membangun karakter bangsa
berujung pada saling permusuhan sebenarnya sudah terpikirkan oleh
(hostility). bangsa Indonesia melalui para the
founding father nya jauh sebelum

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
108
bangsa Indoensia merdeka. Bung atau character. Pengetahuan
Karno amat sering menyampaikan kewarganegaraan berkenaan dengan
pentingnya membangun karakter apa yang seharusnya diketahui oleh
bangsa (nation character building). seorang warganegara mengenai
Awal rintisan membangun bangsa negaranya seperti kehidupan politik,
Indonesia sebelum sumpah pemuda undang-undang kewarganegaraan,
28 Oktober 1928 dalam lagu pemerintahan, konstitusi dan
kebangsaan hasil gubahan WR seterusnya. Kecakapan kewarga-
Supratman Indonesia raya negaraan berkenaan dengan
menyatakan bahwa Indonesia Raya kecakapan intelektual, kecakapan
dapat dibangun melalui membangun emosional dan kecakapan spiritual.
jiwanya. Simaklah bunyi syair lagu Sedang watak kewarganegaraan atau
Indonesia Raya “bangunlah jiwanya, karakter kewarganegaraan/ bangsa
bangunlah badannya untuk Indonesia berkenaan dengan nilai-nilai unik
Raya”. Syair lagu kebangsaan yang terinternalisasi dan terintegrasi
Indonesia Raya tersebut tidak cukup dalam diri seseorang yang melandasi
cuma dinyanyikaan melainkan dan mengarahkan sikap dan
ditindak lanjuti dengan aksi tindakannya sehingga termini-
membangun bangsa ini mulai dari festasikan dalam perilaku seseorang
membangun Jiwa atau karakter warganegara. Nilai-nilai unik
Bangsanya. Namun, yang terjadi tersebut dari berasal dari nilai
pada bangsa Indonesia dalam budaya, ajaran agama, atau dasar
pembangunannya justru dimulai dan filsafat yang dimiliki dan disepakati
menitik beratkan pada aspek fisik oleh bangsa tersebut.
material. Dan tidak aneh kalau Furqon (2010:12-13), menulis
hasilnya adalah lahirnya anak-anak dalam bukunya Pendidikan Karakter
bangsa yang berorientasi pada faktor membangun peradaban bangsa
fisik material, individualistis. Hal ini bahwa karakter adalah kualitas
tercermin dalam kurikulum mental atau moral, kekuatan moral,
Pendidikan Nasional, bahkan dalam nam, reputasi; sifat-sifat kejiwaan,
Ujian Nasionalnya. Artinya, walau akhlak atau budi pekerti yang
amanat para pendiri bangsa membedakan dari orang lain; watak,
mengedepankan pembangunan tabi’at, mempunyai kepribadian.
karakter bangsa, namun yang Lebih lanjut menurut Furqon,
dilakukan bangsa ini justru aspek seseorang berkarakter jika telah
fisik material. berhasil menyerap nilai dan
keyakinan yang dikehendaki
Pengertian dan Konsep Mem- masyaarakat serta digunakan sebagai
bangun Karakter Bangsa kekuatan moral dalam hidupnya
Berdasarkan perspektif (Furqon,2010). Dalam kontek
pendidikan kewarganegaraan dikenal karakter bangsa, maka kualitas
tiga kompetensi yaitu: pengetahuan mental atau moral, kekuatan moral
kewarganegaraan (civic knowledge), seseorang warga bangsa mampu
kecakapan kewarganegaraan (civic berperilaku berbasis nilai dasar
skill), dan watak kewarganegaraan / bangsa dalam wujud kegiatan hidup
civic disposition(Budimansyah,2010) dan kehidupan bermasyarakat,

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
109
berbangsa dan bernegara Indonesia Berkenaan dengan tema atau
di segala bidang.. topik di atas, sudah barang tentu
Oleh karena itu membangun sasaran pembahasan di sini adalah
karakter bangsa merupakan proses Pancasila sebagai dasar falsafah
internalisasi nilai-nilai kehidupan bangsa dan negara Indonesia sebagai
luhur bangsa indonesia ke dalam acuan yang akan direvitalisasi untuk
jiwa setiap warga bangsa Indonesia membangun karakter bangsa.
sehingga nilai-nilai tersebut Namun, persoalannya adalah
terwejantahkan / termanifestasi bagaimana Pancasila di derivasi
dalam perilaku bagi pribadi masing- dalam implementasinya bagi
masing dan dan bagi kehidupan pembentukan karakter bangsa
bersama bermasyarakat, berbangsa, tersebut. Banyak pendapat dan
dan bernegara Indonesia. Dalam hal pemahaman dikalangan para tokoh
ini, Hutcheon menyatakan: bangsa ini mengenai Pancasila. Baik
‘‘Where does character come dari aspek sejarah, politik, yuridis,
from?’’ The search for answers maupun aspek kultural. Oleh karena
takes us into the sources of menyepakati lebih dahulu konsep
popular beliefs about whether or revitalisasi Pancasila sebagai dasar
not people learn to be sinners or falsafah negara Indonesia harus
saints. Religious and dilakukan secara terbuka namun
philosophical world views that berada dalam koridor staatsside yang
imply an ethical role for humans digagas oleh para pendiri negara
in the yang menginginkan Dasar falsafah
universe.................(Hutcheon,19 Pancasila sebagai dasar pemikiran
99) (Dari mana karakter berasal? filsafati dalam membangun
Mencari jawaban membawa kita masyarakat, bangsa dan negara
ke dalam sumber keyakinan Indonesia baik untuk kekinian
populer tentang apakah atau maupun untuk masa depan bangsa
tidak orang belajar untuk dan negara Indonesia.
menjadi orang berdosa atau
orang-orang suci Pandangan Mencari jabaran Pancasila dan
dunia keagamaan dan filosofis Implementasinya.
yang menyiratkan peran etis
untuk manusia di alam Menjabarkan Pancasila ke dalam
semesta.......) implementasinya untuk membangun
karakter bangsa adalah bagian upaya
Sedang menurut Dasim, karakter merevitalisasi Pancasila ke dalam
secara koheren memancar dari hasil bentuk fungsional dalam membentuk
olah pikir, olah hati, olah rasa, dan karakter bangsa Indonesia. Dengan
oleh karsa, serta olah raga yang kata lain menjadikan Pancasila
mengandung nilai, kemampuan, sebagai paradigma karakter bangsa.
kapasitas moral, dan ketegaran dalam Keberadaan Pancasila dapat dilihat
menghadapi kesulitan dan tantangan dari dua sudut, pertama secara hitoris
(Budimansyah,1999). dan secara kultural. Kaelan yang
mengutip pendapat Notonagoro
menyatakan bahwa “Secara historis

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
110
Pancasila adalah merupakan suatu Ralp Linton, dan Abraham Kardiner
pandangan hidup bangsa yang nilai- dalam Anthropology to Day, disebut
nilainya sudah ada sebelum secara sebagai National Character.
yuridis bangsa Indonesia membentuk Selanjutnya Linton lebih condong
negara. Bangsa Indonesia secara dengan istilah Peoples Character,
historis ditakdirkan oleh Tuhan atau dalam suatu negara disebut
YME, berkembang melalui suatu sebagai National Identity
proses dan menemukan bentuknya (Kaelan,2011) , sehingga nilai-nilai
sebagai suatu bangsa dengan jati- kebudayaan dan nilai religius yang
dirinya sendiri. Secara kultural telah ada pada bangsa Indonesia,
dasar-dasar pemikiran tentang kemudian dibahas dan dirumuskan
Pancasila dan nilai-nilai Pancasila oleh the founding fathers bangsa
berakar pada nilai-nilai kebudayaan Indonesia, yang kemudian disepakati
dan nilai-nilai religius yang dimiliki dalam suatu konsensus sebagai dasar
oleh bangsa Indonesia sendiri hidup bersama dalam suatu negara
sebelum mendirikan negara” Indonesia.
(Kaelan,2011:8).
Nilai-nilai Pancasila sebelum Sebagai dasar falsafah,
terbentuknya negara dan bangsa Pancasila yang merupakan suatu
Indonesia pada dasarnya terdapat pilihan bangsa Indonesia melalui The
secara sporadis dan fragmentaris Founding Fathers adalah core
dalam kebudayaan bangsa yang philosophy bangsa Indonesia, bahwa
tersebar di seluruh kepaulauan dalam hidup kenegaraan dan
nusantara baik pada abad kedua kebangsaan Pancasila sebagai dasar
puluh maupun sebelumnya, di mana filsafat negara yang secara yuridis
masyarakat Indonesia telah tercantum dalam tertib hukum
mendapatkan kesempatan untuk Indonesia, yaitu dalam Pembukaan
berkomunikasi dan berakulturasi UUD 1945. Oleh karena itu nilai-
dengan kebudayaan lain. Nilai-nilai nilai Pancasila adalah sebagai
tersebut merupakan suatu local sumber nilai dalam realisasi normatif
genius dan sekaligus sebagai suatu dan praksis dalam kehidupan
local wisdom bangsa kenegaraan dan kebangsaan. Dalam
Indonesia(Kaelan,2011) yang pengertian seperti ini nilai-nilai
kemudian disintesiskan secara Pancasila merupakan das sollen bagi
dialektis kemudian dituangkan ke bangsa Indonesia, sehingga seluruh
dalam sebuah dasar negara yang derivasi normatif dan praksis
sering disebut sebagai dasar falsafah berbasis pada nilai-nilai
negara (staats philosofiche Pancasila(Kaelan,2007:10). Dalam
grondslag). kedudukannya yang demikian ini,
maka Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila yang sebab yang tercantum dalam Pembukaan
materialnya (causa materialis) UUD 1945, adalah merupakan suatu
bersumber pada bersumber pada cita-cita hukum (Rechtsidee), yang
nilai-nilai budaya bangsa ini, menguasai hukum dasar, baik hukum
menurut Kaelan yang meminjam dasar tertulis maupun hukum dasar
meminjam istilah Margareth Mead, tidak tertulis. Sebagai cita-cita

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
111
hukum Pancasila merupakan Dengan demikian membangun
konstruksi pikir yang merupakan karakter bangsa berbasis falsafah
suatu keharusan untuk mengarahkan Pancasila adalah menjadikan nilai-
hukum dan perilaku masyarakat nilai Pancasila tercermin dalam
kepada cita-cita yang diinginkan perilaku hidup dan kehidupan setiap
masyarakat. Oleh karena itu, orang anggota masyarakat. Jika nilai
integritas Pancasila sebagai sistem Pancasila telah terimplementasi
filsafat menjadi asas kerohanian dalam karater setiap orang, secara
bangsa harus dijadikan basis dan inti outmatif membudaya dalam perilaku
dalam membangun karakter bangsa masyarakat bangsa, dan
(nation and haracter building) yang penyelenggara negara.
sinergi dengan sistem pembangunan
nasional(Syam,2009). Persoalannya adalah,
bagaimana wujud kongrit nilai-moral
Mengngingat pembangunan Pancasila tersebut yang secara
karakter harus bersifat berlanjut terus universal dapat dilaksanakan. Lima
menerus (sustainable), maka nilai Sila dari Pancasila diderivasikan ke
yang dijadikan paradigma karakter dalam bentuk nilai operasional yang
haruslah nilai (values) yang bersifat secara aplikatif dapat dilaksanakan.
berlanjut. Membangunan karakter Dulu di zaman orba, ada eka persetya
merupakan pembangunan manusia,, pancasikarsa pernah dirinci menjadi
maka sustainable values merupakan tiga puluh enam butir; bahkan juga
core dari pembangunan adalah pernah dirinci menjadi 45 butir.
Pancasila sebagai nillai-nila Secara tentatif, rumusan operasional
kemanusia yang dapat dirumuskan nilai Pancasila dapat saja disusun dan
sebagai debatable.
berikut(Sastraprateja,1998:72):
Sila Ketuhanan Yang Mahaesa,
1. Hormat menghormati dapat dioperasionalkan seperti: setiap
terhadap keyakinan regius orang Indonesia seharusnya beriman
orang lain kepada Tuhan Yang Mahaesa, yang
2. Hormat terhadap martabat wujud perilakunya adalah
manusia sebagai pribadi atau menjalankan perintah ajaran
subyek yang tidak boleh agamanya masing, bertoleransi
direduksi sebagai obyek. terhadap orang lain yang menjalani
3. Kesatuan sebagai bangsa ajarannya agamanya. Kemudian
yang mengatasi segala mengamalkaan ajaran agama betul
sektarianisme memberi manfaat baagi kepentingan
4. Nilai-nilai terkait dengan orang lain/banyak. Sila Kemanusian
demokrasi konstitusional yang adil dan beradab, diwujudkan
5. Keadilan sosial persamaan dalam bentuk perilaku yang saling
(equlity) dan (equity) menghargai harkat dan martabat
manusia, kesamaan dalam
Dalam kontek revitalisasi kemasyarakatan dan hukum, saling
Pancasila tersebut, akan lebih efektif mengasihi, dan menyayangi satu
jika terimplementasikan dalam sama lain hingga mewujudkan
bentuk budaya perilaku masyarakat. kondisi yang serasi selaras dalam

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
112
masyarakat. Sila Persatuan dalam implementasi manusia sebagai
Indonesia, diwujudkan tiadanya indidu dan masyarakat. Nilai-nilai
diskriminasi individu dan antar Pancasila tersebut perlu
golongan, kesedian bekerjsasama direvitalisasikan melalui proses
untuk kepentingan bersama, deseminasi secara serius dan
bergotong royong, rela berkorban, menggunak strategi metode pendekat
senantiasa sama berupaya yang tepat dan rasional ilmiah, bukan
menciptakan kerukunan, mencitai indoktrinasi. Jangan pernah ada
tanah air dengan cara mencintai unsur pemaksaan, melalinkan
karya bangsa sendiri, dan lain-lain. pendekatan persuasive educkatif
Sila Kerakyatan yang dipimpin leh
hikmat kebijaksanaan dalam Disamping itu, praktek
permusyawaratan/perwakilan. Sila kehidupan dalam segala bidang
itu diwujud ke dalam menyelesaikan tercerminkan dalam etika setiap
masalah dengan musyawarah, orang dan kelompok. Misal nilai
demokrasi substansial, dan tidak kejujuran adalah selaras dengan Nilai
memaksakan kehendak, dan Pancasila. Oleh karena itu dalam
seterusnya. Sila keadilan sosial bagi bidang politik, maka etika politik
seluruh rakyat Indonesia, diwujudkan melahirkan perilaku politik yang
dalam bentuk perilaku menghargai jujur. Dalam bidang ekonomi, jujur
hak orang lain, karya cipta orang dalam berbisnis, dalam sosial jujur
lain, mengedepankan kewajiban sehingga dapat dipercai oleh sesama,
kemudian hak yang dilaksanakan dalam bidang hukum, jujur dalam
secara seimbang. penegaakan hukum, maka tercegah
mafia hukum, dalam bidang hankam,
Sekali lagi bentuk perilaku di bahwa jujur melahirkan kepercayaan
atas masih bersifat tentatif, dan dapat masyarakat pada penegak hukum,
dirinci lebih detil lagi sehingga betul- dan seterusnya.
betul menjadi pedoman perilaku
sebagai kaarakter setiap anak bangsa. Tuntunan operasional tersebut
Dalam implementasinya, pedoman di atas perlu dikaji secara bersama
tersebut harus bersifat penuntun dan terbuka sehingga hasil rumusan
perilaku bukan perilaku paksaan, operasional nilai Pancsila dapat
harus bersifat manusia, sesuai diterima oleh semua laapisan
dengan kodrat manusia, serta selaras masyarakat bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah, Dasim, 2010, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa, Bandung: Widya Aksara Press.,
Furqon Hidayatullah, 2010, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsa,Surakarta: UNS Press.
Hutcheon, Pat Duffy, 1999, Building Character dan Culture, London:
Greenwood Publishing Group, Inc.

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
113
Kaelan, 2011, Fungsi ancasila sebagai Paradigma Hukum dalam Menegakkan
Konstitusionalitas Indonesia, Yogyakarta: Sarasehan Nasional Pancasila,
Mahkamah Konstitusi RI dan Universitas Gajah Mada, 2-3 Mei 2011
Kaelan, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta.
Sastraprateja, M., 1998, Pancasila sebagai Etos Pembangunan Nasional, Jurnal
Filsafat Pancasila: Nasionalisme dala m Perspektif Historis, Politis,
Yuridis, dan Filosofis, Yogyakarta:Pusat Studi Pancasila Univesitas
Gajah Mada
Syam, Mohammad Noor, 2009, Sistem Filsafat Pancasila (Tegak sebagai sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 1945, dalam Kongres
Pancasila: Pancasila dalam berbagai Perspektif, Jakarta: Setjend MK RI

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, ISSN:1412-3835
114

Anda mungkin juga menyukai