Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan
risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan
yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai
ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang
diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan
statistika.1
Dalam menjalankan tugasnya departemen keuangan memiliki banyak
tugas agar mencapai sasarannya. Tugas (kewajiban) ini kemudian dituangkan
dalam berbagai kegiatan yang harus direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan
dikendalikan, sehingga dapat memuluskan pencapaian tujuan tersebut. Semua
tugas ini lebih banyak menjadi tanggung jawab manajer keuangan atau direktur
keuangan sebagai pemimpin tertinggi di departemen keuangan.2
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan
memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan
istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga
dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko
dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan
perlu memperhitungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif
digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang
diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat
pengembalian yang diharapkan.

1
Dewi Indah, dkk, RISK AND RETURN, (Jakarta:Universitas Mercubuana, 2015), h. 1.
2
Kasmir, PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN, (Jakarta:Kencana,2009), h.16.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian Risk and Return ?
1.2.2 Jelaskan mengenai risiko investasi !
1.2.3 Jelaskan mengenai expected return !
1.2.4 Bagaimana hubungan karakteristik dengan risk and return ?
1.2.5 Jelaskan sumber-sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko
suatu investasi !
1.2.6 Apa saja tipe-tipe dalam pengambilan keputusan ?
1.2.7 Bagaimana alternatif-alternatif menghindari risiko ?
1.2.8 Bagaimana mengelola risiko ?
1.2.9 Bagaimana perhitungan risiko ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini dibuat selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko juga memberikan pengetahuan
kepada kita sebagai mahasiswa mengenai:
1.3.1 Definisi Risk and Return.
1.3.2 Risiko investasi.
1.3.3 Expected return.
1.3.4 Hubungan karakteristik dengan Risk and Return.
1.3.5 Sumber-sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu
investasi.
1.3.6 Tipe pengambilan keputusan.
1.3.7 Alternatif-alternatif menghindari risiko.
1.3.8 Pengelolaan risiko.
1.3.9 Perhitungan risiko.

2
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat atau kegunaan penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang
Manajemen Risiko, khususnya mengenai Risiko Risk and Return, tipe
risiko dan sumbernya juga dapat memahami perbedaan antara risiko
dan tingkat pengembalian serta hubungan keduannya.
1.4.2 Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua para
pembaca, khususnya buat teman-teman satu lokal dalam memahami
materi yang disampaikan.

1.5 Metode Pembuatan Makalah


Untuk mempermudah dan membantu kelancaran dalam pembuatan makalah,
maka kami menggunakan metode kajian pustaka, yakni :
1.5.1 Mencari berbagai referensi buku sebagai sumber penulis untuk
membuat makalah.
1.5.2 Dan juga mencari sumber lainnya melalui situs-situs internet, berupa
Jurnal.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Risk and Return


1. Risiko (Risk)
Langkah pertama untuk dapat melakukan manajemen risiko adalah
mengetahui dengan pasti definisi risiko. Tanpa mengetahui apa yang dimaksud
dengan risiko maka seseorang akan kesulitan dan mungkin tidak dapat melakukan
manajemen risiko.3
Menurut salah satu definisi, risiko atau risk adalah sama dengan
uncertainty atau ketidakpastian. Bila ingin menjadi pengusaha sukses, maka anda
harus berani menghadapi risiko. Kalimat tersebut dianggap resep untuk menjadi
pengusaha dianggap sukses. Kehidupan usaha penuh dengan risiko, baik itu risiko
finansial maupun manajerial.
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri
keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high
return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan
pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas
atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang
untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak
ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.4
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty
about future event. Risiko dapat di tafsirkan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
keputusan yang di ambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.5

3
Hinsa Siahaan, MANAJEMEN RISIKO, (Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2007), h.4.
4
Fery N. Indroes dan Sugiarto, Manajemen Resiko Perbankan, (Jakarta:RajaGrafindo
Persada,2006), h.7.
5
Irham Fahmi, MANAJEMEN RISIKO, (Bandung:Alfabeta, 2014), h.274.

4
Bahwa pembahasan resiko memiliki keterkaitan kuat dengan investasi. Ini
sebagaimana di kemukakan oleh Raharjo, bahwa risiko adalah tingkat potensi
kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang di harapkan tidak
sesuai harapan.
Setiap keputusan investasi memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya
risiko, karena perangkat keputusan investasi tidak selamanya lengkap dan bisa
dianggap sempurna, namun disana terdapat berbagai kelemahan yang tidak dapat
teranalisis secara baik dan sempurna. Karena itu resiko selalu di jadikan
barometer utama untuk dianalisis jika keputusan investasi dilakukan, ini seperti
yang dikemukakan oleh Joel G.Siegel dan Jae K. Shim menjelaskan pengertian
dari analisis risiko adalah proses pengukuran dan penganalisisan risiko disatukan
dengan keputusan keuangan dan investasi.
Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H.
Moffett mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate
bases for assosiated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat
ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu
pertimbangan.
Beberapa pengertian risiko yang berkembang berdasarkan definisi-definisi
di atas dan dari literatur lainnya, bahwa risiko dapat pula diartikan:
a. Bahaya (menurut kamus Webster).
b. Kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
c. Probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan
(expected return).
d. Kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari
return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain
kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return
yang diharapkan.

5
2. Return
Harapan keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu
dan risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan.
Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut sebagai
return. Eduardus Tandelilin mengemukakan bahwa: “Return merupakan salah
satu faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya.” Singkatnya, return adalah keuntungan yang diperoleh investor
dari dana yang ditanamkan pada suatu investasi.6
Return adalah keuntungan yang di peroleh oleh perusahaan, individu dan
dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Adapun menurut
R.J Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.7
Ada beberapa pengertian return yang umum dipakai dalam dunia investasi
yaitu:
a. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan
bersih dibagi ekuitas pemegang saham.
b. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas
yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil
modal yang di investasikan dan bukannya distribusi dividen.
c. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pedapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka
yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
d. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi
merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi
total kapitalisasi perusahaan.
e. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
f. Return on net work atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan
pemegang saham dapat menentukan imbal hasilnya dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
6
Sitti Ma’arifah, dkk, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Expected Return,
(Palu:Universitas Tadulako, 2012), h.20.
7
Irham Fahmi, op.cit, h.275.

6
g. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk
menentukan efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat
membandingkan persentse penjualan bersihnya yang mencerminkan laba
sebelum pajak terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya.
h. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan
akan di peroleh oleh investor dimasa datang.
i. Return total (total return) merupakan return keseluruhan dari suatu
investasi dalam suatu periode yang tertentu.
j. Return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan rata rata
tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio tersebut.
k. Return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) merupakan rata-
rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing masing sekuritas
tunggal dalam portofolio.

Secara garis besar ada dua jenis asset yang dapat digunakan sebagai sarana
investasi yaitu:
1. Real asset yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-asset yang berwujud
nyata seperti: emas, real estate dan karya seni.
2. Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada sektor-sektor financial,
seperti: deposito, saham, obligasi, reksadana.

Berinvestasi di financial asset bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu langsung


dan tidak langsung. Langsung artinya investor membeli asset-asset keuangan
perusahaan, tidak langsung membeli saham dari perusahaan investasi yang
mempunyai portofolio asset-asset keuangan dari perusahaan lain.

3. Risk and Return

7
Risk and Return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi,
dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan
dalam suatu periode akuntansi.8
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1. Bersifat linear atau searah.
2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi
maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari


hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka
penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan
meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak
dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian.

2.2 Risiko Investasi


Besar tingkat risiko yang dimaksudkan dalam penilaian investasi akan
mempengaruhi besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal. Apabila perusahaan
membandingkan tingkat risiko yang tinggi pada suatu investasi yang dianggarkan,
maka pemodal yang akan menanamkan dananya pada investasi tersebut
mengharapkan hasil/ mensyaratkan hasil (required rate of return) yang tinggi pula
dan terjadi sebaliknya.9
Memang antara hasil dan risiko (risk and return) memiliki hubungan
linear yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil yang
diperoleh. Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin  rendah pula hasil
yang diperoleh/disyaratkan.

8
Ibid., h.276.
9
Fery N. Indroes dan Sugiarto, loc.cit.

8
Risiko terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat
mengelola bagaimana agar risiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi
keputusan perusahaan. Risiko yang terjadi diperusahaan ada yang dapat
dikelola/diatasi perusahaan terdapat pula risiko yang tidak dapat diatasi
perusahaan.
Risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan ini biasanya karena tidak dapat
dikontrol oleh perusahaan. Risiko yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga
jenis risiko:
1. Risiko Individual
Risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa
dipengaruhi oleh proyek lain.
2. Risiko Perusahaan
Risiko yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan keanekaragaman yang
dihadapi/portofolio yang dilakukan oleh investor.
3. Risiko Pasar (market risk)
Risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada
investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan-perusahaan
lain.

Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya


perbedaan antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor
dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha
meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan
mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap
memperoleh return.
Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate Of Return)
merupakan kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, yakni dengan perhitungan rata-rata tertimbang dari distribusi
probabilitas hasil-hasil yang mungkin terjadi. Tingkat pengembalian yang
diharapkan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.

9
o Kondisi internal perusahaan.
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol
perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang
digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas
SDM dan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang
diharapkan.

o Kondisi eksternal perusahaan.


Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan
pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional serta tingkat inflasi yang
terjadi. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia
bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat
pengembalian investasi dapat dinaikkan. Selain perkiraan kondisi ekonomi,
kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi.
Kebijakan menaikkan pajak, misalnya diperkirakan akan menurunkan
tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun.
Faktor sosial politik   juga  menentukan gairah investasi karena
jika sosial politik stabil maka padaa umumnya juga meningkat. Demikian pula
faktor keamanan (kondisi keamanan negara).

2.3 Expected Return


Expected Return adalah keuntungan yang diharapkan oleh seorang
investor dikemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya.
Pengharapan menggambarkan sesuatu yang bisa saja terjadi diluar dari yang
diharapkan. Contohnya seorang investor mengharapkan akan memperoleh
keuntungan sebesar 25% namun ternyata dia hanya memperoleh 22% saja, maka
ini dapat dipahami bahwa keuntungan sebesar 22% tetaplah bisa dikatakan ia

10
tetap memperoleh return namun sudah berkurang dari yang di harapkan
(expected).

2.4 Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return


Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut
mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Latar belakang
karakter ini menjadi bagian yang dominan untuk dikaji sebagai bahan analisis
pendukung tentunya. Karakteristik adalah sesuatu yang tumbuh sejalan dengan
waktu dan telah menempa serta membentuk sikap seseorang yang selanjutnya itu
memberi pengaruh pada setiap keputusan yang dibuat oleh orang tersebut.

Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:


a. Takut pada Risiko atau Risk Avoider
Karakteristik risk avoider dianggap menempati posisi yang aman dan jauh
dari risiko. Sehingga mereka yang menempatkan diri dengan kepemilikan
karakteristik ini cenderung memiliki asset yang terjaga, karena ia tidak pernah
ingin memasuki wilayah spekulasi. Adapun ciri-ciri dari pemilik risk avoider
adalah:
1) Karakteristik seperti ini adalah sang decision maker sangat hati-hati
terhadap keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi
melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul
jika keputusan diaplikasikan.
2) Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan
tindakan yang biasanya disebut dengan safety player.
3) Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan
lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator.
4) Namun yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor adalah
bertipe penghindar risiko, dalam artian mereka tidak ingin menanggung
risiko yang akan timbul dalam bentuk kerugian yang akan timbul
dikemudian hari.

11
5) Bagaimana investasi selalu dilihat sebagai bentuk usaha mencari
keuntungan dalam bentuk finansial dikemudian hari, terhadap sejumlah
dana yang telah ditanamkan pada saat ini.
6) Ciri utama bagi penghindar risiko, utilitasnya akan menurun dengan cepat
begitu kerugian yang diderita semakin mendasar/meningkat, sedangkan
utilitas untuk jumlah yang positif tidak tumbuh dengan cepat, secepat
perolehan uang.
7) Oleh karena sifat penghindar risiko dinyatakan dengan premi risiko yang
positif, maka kurvanya akan selalu berada disebelah kiri atas dari garis
netral (garis putus-putus), dengan perkataan lain kurva utilitasnya
berbentuk cekung (concave) apabila dilihat dari bawah.

Return
on
Investment
Risk Avoider

0
Gambar: Posisi Risk Avoider secara Teknikal

12
b. Hati-hati pada Risiko atau Risk Iindifference
Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-
hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika
keputusan tersebut dilakukan. Sikap netral terhadap risiko sebenarnya sebetulnya
merupakan sikap antara dua sikap yang ekstrim yaitu sikap penghindar dan pecari
risiko.
Adapun ciri-ciri mereka yang memiliki karakteristik risk indifference
(hati-hati pada risiko) adalah:
1) Seorang pengambil keputusan dengan sikap netral terhadap risiko ialah
mereka yang menilai uang seperti apa yang tercantum (as its face value),
tak akan membeli asuransi kerusakan sebab nilai premi akan lebih tinggi
dari nilai harapan yang hilang.
2) Namun bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan
kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah
keputusan tersebut diambil ia tidak akan mengubahnya begitu saja.
3) Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini
secara esktrem sebagai tipe peragu.
4) Setiap tindakan yang mereka lakukan cenderung selalu berusaha menjaga
image dimata publik, kadangkala sikap ini telah menyebabkan publik
melihat yang bersangkutan berusaha menempatkan konsep pencitraan yang
stabil.
5) Setiap keputusan yang dibuat dilakukan dengan analisa yang mendalam
serta memikirkan dampaknya kedepan. Termasuk dari dampak segi internal
dan eksternal. Sehingga keputusan yang dibuat dianggap dan bisa dikatakan
bijaksana namun lambat atau terlalu lama diputuskan.
6) Pada umumnya, sikap netral terhadap resiko hanya benar pada suatu jumlah
uang dalam batas tertentu, ini terbukti dengan adanya perusahaan-
perusahaan besar tanpa memiliki asuransi kerusakan.

13
Return
on Risk Indifference
Investment

0 Risk
Gambar: Posisi Risk Indifference secara Teknikal

c. Suka pada Risiko atau Risk Seeker atau Risk Lover


Sikap seseorang dalam menghadapi risiko sangat tergantung pada
beberapa hal, yaitu: sifat dasar orang yang bersangkutan, jenis persoalan yang dia
hadapi, situasi yang ada dan faktor lainnya.
Adapun ciri-ciri mereka yang memiliki karakteristik risk indifference (hati-
hati pada risiko) adalah:
1) Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena
bagi dia semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya.
2) Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar
terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa dengan
spekulasi dan itu pula yang membuat mereka penganut karakteristik ini

14
selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi
pekerja dan kalaupun berada pada posisi sebagai pekerja maka itupun
tidak akan berlangsung lama.
3) Mental risk seeker atau juga disebut dengan risk lover adalah mental yang
dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga
umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah-
payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu
berupa kemenangan.
4) Cenderung menyukai tantangan dan tidak suka berpikir statis.
5) Dalam melaksanakan pekerjaan sangat menghargai proses. Karena proses
baginya adalah sebuah pengayaan dalam pembentukan keyakinan secara
lebih baik. Beberapa manajer yang menyukai tantangan telah menjadikan
proses dari pengalaman-pengalaman yang lalu sebagai referensi atau
rujukan dari setiap pengambilan keputusan yang akan diambil. Dan
mereka yang tidak mau menghargai proses atau berfikir instan cenderung
sulit untuk sukses, karena kesuksesan adalah sebuah proses.
6) Selalu bersikap menyelesaikan masalah, dan tidak pernah
mengesampingkan masalah, menimbun masalah baginya ibarat
menciptakan bom waktu yang siap suatu saat untuk meledak.
7) Sikap pencari risiko ditemui dalam kejadian dimana terdapat suatu tingkat
aspirasi yang amat penting.
8) Semakin besar hadiah yang akan diterima, makin besar beda sikap antara
pencari risiko dengan penghindar resiko.
9) Pencari risiko sering disebut “Self-insured” artinya mengasuransikan
dirinya sendiri, percaya bahwa risiko lebih superior dibandingkan dengan
sejumlah uang yang hilang untuk membeli polis/lotere.10

10
Ibid., h.308-309.

15
Return Risk Seeker
on
atau Risk Lover
Investment

0 Risk
Gambar: Posisi dan Pergerakan Risk Seeker atau Risk Lover

2.5 Sumber-sumber Risiko yang Mempengaruhi Besarnya Risiko


Suatu Investasi
Menurut Eduardus Tandelilin ada beberapa sumber resiko yang
mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara
lain:
1. Risiko Suku Bunga. Naik turunya suku bunga perbankan deposito
tabungan dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam
menetapkan keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami
kenaikan maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam
bentuk deposito.

16
2. Risiko pasar. kondisi ini tergambarkan pada fluktuasi pasar krismon, dan
resesi ekonomi.
3. Risiko inflasi (yaitu daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi
penurunann namun bila inflasi stabil atau menurun maka daya beli
masyarakat akan meningkat).
4. Risiko Bisnis. Perkembangan dalam bidang trend, mode, dan dinamika
lainnya telah mampu memepengaruhi berbagai keputusan.
5. Risiko Finansial (memakai utang dalam pembiayan perusahaan, maka
akan menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko
yang ikut meningkat juga sehingga otomatis risiko financial akan ikut
meningkat).
6. Risiko Likuiditas (menyangkut kemampuan likuiditas perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan,
teknisi, membayar listrik, telepon dan biaya operasional lainnya).
7. Risiko nilai tukar mata uang (risiko pasar mata uang).
8. Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
9. Risiko Sistematis, Tidak Sistematis dan Total.

a. Systematic Risk (Risiko Sistematis)


Risiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.
Risiko sistematis adalah risiko yang  bisa dideversifikasikan atau resiko yang
sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun
1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang
bangkrut dan  meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi pula pada
tahun 2008 yaitu saat dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya disebabkan
oleh kredit subprime mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah
terlalu tinggi, dan ternyata tidak bisa diatasi lagi.11

11
Ibid., h.288-290.

17
b. Unsystematic Risk (Risiko Tidak Sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan risiko spesifik atau risiko yang
dapat dideversifikasikan. Risiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa
dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami
Unsystematic  Risk  maka kemampuan  untuk mengatasinya masih akan bisa
dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk
mengatasinya. Contohnya jika harga sekuritas perusahaan jatuh, maka perusahaan
menerapkan berbagai strategi investasi.

c. Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk
dan Unsystematic Risk. Jadi hasil penjumlahan tersebut kita akan memperoleh
total risiko. Adapun rumus untuk menghitung total risiko adalah:

Total risk = unsystematic risk + systematic risk

2.6 Tipe Pengambilan Keputusan


Para pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan tipe
yang dimilikinya. Tipe adalah bahagian dari diri seseorang yang terbentuk oleh
berbagai latar belakang, seperti kepribadian, intuisi, intelegensi, konsistensi,
kompetensi, skill, dan lain sebagainya. Selanjutnya Komaluddin mengatakan
“Nilai-nilai tersebut selanjutnya akan tercemin pada keputusan yang diambilnya”.
Karena itu seorang pengambil keputusan dalam memutuskan suatu
keputusan dipengaruhi oleh berbagai jenis tipe. Erich Form membedakan 5 tipe.
 Tipe ketergantungan.
 Tipe eksploitatif.
 Tipe tabungan.
 Tipe pemasaran.
 Tipe produktif.

18
Adapun penafsiran dari kelima bentuk tipe tersebut dapat kita jelaskan
sebagai berikut.
a. Tipe Ketergantungan.
Pada tipe ini seseorang pengambil keputusan memiliki sifat yang
kurang percaya diri, dan sering setiap ada masalah melibatkan orang lain dalam
usaha mencari solusi. Sehingga dengan begitu jika suatu saat keputusan yang
dibuat adalah kurang tepat atau bahkan salah maka kesalahan itu tidak harus
ditanggung oleh dirinya sendiri.

b. Tipe Eksploitatif.
Kebalikan tipe yang pertama, pengambilan keputusan akan
mengeksploitasikan orang lain atau bawahan untuk kepentingan diri sendiri. Pada
tipe ini kejadian yang sering terjadi pada diri pengambil keputusan adalah ia
cenderung kurang memahami masalah secara detail, namun meminta pendapat
dan masukan dari banyak pihak khususnya mereka yang berada dibawah lini
kekuasaannya.

c. Tipe Tabungan.
Pada tipe ini seorang pengambil keputusan sering cenderung berfikir
dan bersikap picik dan memiliki egois yang tinggi. Ini terlihat pada saat ia selalu
berusaha meningkatkan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki serta tidak
berkeinginan membagi kemampuan itu untuk orang lain. Bahkan konsep serta ide
dari berbagai pihak dia kumpulkan dan selanjutnya dipakai untuk memperkuat
posisinya.

d. Tipe Pemasaran.
Pada tipe ini seorang pengambil keputusan sering menerapkan konsep
marketing,seperti salah satunya ide advertising. Yaitu ia sering mengiklankan
dirinya pada banyak pihak khususnya kepada para bawahannya tentang ide dan
konsep yang ia miliki.

19
e. Tipe Produktif.
Pada tipe ini seorang pengambil keputusan memiliki semangat
produktif yang tinggi, dan setiap ide pemikirannya cenderung memiliki visi dan
misi yang jauh kedepan. Dan ia sangat mengutamakan konsep cooperative dengan
berbagai pihak, khususnya kalangan internal organisasi.12

Pengambilan keputusan dalam berbagai kondisi:


Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan
keputusan (decision making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam
pengambilan keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
a. Kondisi Pasti
Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan
adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah
jelas pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan sebagai
penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu menggunakan
program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan kerja.

b. Kondisi Tidak Pasti


Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau
lebih kompleks dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai
probabilitas atau hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan
sekali terjadi dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh baik informasi
yang sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya.
Untuk menghindari timbulnya masalah dalam situasi yang tidak pasti seperti ini
adalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu, mencari informasi sebanyak
mungkin dan mempergunakan beberapa metode pengambilan keputusan yang
paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang mungkin timbul. Hal ini dapat
menggunakan:

12
Ibid., h.312-313.

20
 Metode laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi
bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
 Metode maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya
mengutamakan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain
yang mungkin terjadi.
 Metode maximin → proses pengambilan keputusan dengan memilih
alternatif yang minimalnya paling besar.
 Metode regret → proses pengambilan keputusana dengan didasari
pada hasil keputusan yang maksimal berdasarkan data pada masa lalu
sebagai bahan perbandingannya.
 Metode realisme → proses pengambilan keputusan dengan
menggabungkan metode maximax dan maximin. 

c. Kondisi Konflik
Pada kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan
akan menimbulkan dampak yang mungkin saja dapat merugikan salah satu pihak.
Dalam keadaan seperti ini lahirnya keputusan sebelumnya telah diawali oleh
keadaan yang saling bertentangan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Untuk
menyelesaikan masalah di sini biasanya dilakukan pendekatan secara teori
permainan, yang dalam dunia bisnis teraplikasi dalam bentuk tawar-menawar
harga dan hingga terealisasinya suatu kontrak atau kesepakatan.

Sebab-sebab Timbulnya Konflik


Setiap terjadinya konflik pasti memiliki latar belakang penyebabnya.
Secara umum ada beberapa sebab timbulnya konflik, yaitu:
a) Hedricks W mengidentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga
tahap: pertama; peristiwa sehari-hari, kedua: adanya tantangan,
sedangkan yang ketiga;timbulnya pertentangan.
b) Perebutan tenaga ahli yang professional. Suatu organisasi ingin
memiliki tenaga kerja yang handal dan berkualitas, ini salah satunya
dapat dilakukan dengan cara mengambil atau menarik SDM yang

21
berasal dari organisasi atau perusahaan lain. Ini sebagaimana
ditegaskan oleh Wahyudi, yaitu “Pada saat permulaan muncul suatu
krisis ditandai adanya pertentangan untuk memperebutkan
sumberdaya organisasi yang terbatas, maupun disebabkan lingkungan
kerja yang tidak kondusif.”
c) Keinginan pihak top management yang terlalu ambisius dan juga
mengandung maksud tertentu. Dimana ini telah terbaca oleh pihak
komisaris sehingga menimbulkan reaksi konflik antara manajemen
dan komisaris. Ini dari segi teori sering disebut dengan agency theory.
d) Konflik juga memungkinkan terjadi karena kondisi dan situasi
eksternal perusahaan yang dianggap tidak sisi representatif dalam
rangka memberikan kenyamanan pada perusahaan. Ini terjadi seperti
adanya teror dan gangguan dari pihak luar, sehingga kegelisahan kerja
selalu terjadi dan manajemen perusahaan tidak bisa fokus dalam
membangun dan melaksanakan rencana yang dibuatnya.

2.7 Alternatif-alternatif Menghindari Risiko


Untuk menghindari resiko yang timbul terhadap aktifitas investasi yang
dilakukan, perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan,
alternatif yang diambil adalah yang dianggap realisistis dan tidak akan
menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bahan
strategi investasi.
Bahwa sebagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai
yang lebih besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut dari keputusan strategis
ini adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk
mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak
yang bertanggung jawab atas implementasi ini.

22
2.8 Mengelola Risiko
Dalam aktivitas yang namanya risiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk
dihindari sehingga bagi sebagian lembaga bisnis misalnya perbankan sangat
penting untuk mengelola atau me-manage risiko tersebut, pada dasarnya risiko
tersebut dapat dikelola dengan empat (4) cara, yaitu:13

a. Memperkecil risiko
Dengan cara tidak memperbesar risiko setiap keputuasan yang
mengandung risiko tinggi tetapi membatasinya bahkan meminimalisirkan guna
agar risiko tersebut tidak bertambah menjadi besar.

b. Mengalihkan risiko
Dengan cara risiko yang kita terima tersebut, kita alihkan ke tempat
lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis guna
menghindari terjadinya resiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.

c. Mengontrol risiko
Dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya
risiko sebelum risiko itu terjadi, kebijakan ini biasanya dilakukan dengan
memasang alat pengaman atau penjaga keamanan ditempat tempat yang dianggap
vital.

d. Pendanaan risiko
Adalah menyangkut dengan menyediakan sejumlah dana sebagai
reserve (cadangan) guna mengantisipasi timbulnya risiko dikemudian hari seperti
perubahan terhadap nilai tukar dolar dipasaran maka kebijakan sebuah perbankan
adalah harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga sejumlah
perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan tersebut.

13
Ibid., h.293-294.

23
2.9 Perhitungan Risiko
Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond)
yang dijual oleh pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang
dijual oleh perusahaan. Ada model perhitungan risiko yang paling sering
dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian.
Risiko bisa didefiniskan sebagai kemungkinan penyimpangan dari hasil
yang diharapkan. Untuk mengoperasionalkan definisi tersebut, kita bisa
menggunakan standar deviasi yang menghitung dispersi (penyimpangan) dari
hasil yang diharapkan. Dengan demikian standar deviasi kita gunakan untuk
mengukur risiko, semakin besar standar deviasi tingkat keuntungan suatu aset,
semakin tinggi risiko aset tersebut.14
Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas
perbedaan return nyata dari return yang diharapkan.

 Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :


Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran
probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar.
Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.
Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang
direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban,
penganalisaan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki
untuk mencari kemungkinan perbaikan.15

Ada model perhitung risiko yang paling sering dipergunakan khususnya


dalam investasi adalah secara varians dan standar deviasi. Standar deviasi
merupakan rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi nilai yang diharapkan, dan
nilai tersebut memberikan gambaran tentang seberapa jauh kemungkinan
pengembalian aktual dibandingkan pengembalian yang diharapkan, dimana makin

14
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta:UPP STIM YKPN, 2014), h.202.
15
Siti Ma’arifah, loc.cit, h.20.

24
kecil standar deviasi, makin rapat distribusi probabilitasnya, dan makin rendah
tingkat risiko sahamnya.
Perhitungan risiko dalam suatu investasi menyangkut perhitungan
terhadap return yang diharapkan dari suatu investasi atau apa yang biasa disebut
dengan return on investment (ROI).
Return on Investment menurut Joel G. Siegel adalah rasio untuk mengukur
kekuatan penghasilan atas aktiva. Rasio tersebut menyatakan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh penghasilan terhadap operasi bisnis dan menjadi
ukuran keefektifan manajemen. Dan memang bagi seorang pebisnis atau investor
memperhitungkan risiko dan pengembalian (risk and return) adalah penting.
Dalam pendekatan matematis untuk menghitung varians dan standar
deviasi dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:

Varians return ¿ σ 2 =¿
Standar Deviasi¿ σ =¿

Keterangan:
σ 2= varians return
σ = standar deviasi
E(R) = return yang diharapkan dari suatu surat berharga.
Ri = return ke-i yang mungkin terjadi.
Pri = probabilitas kejadian return ke-i.

25
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Risiko (risk) diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang
diharapkan/uncertainty. dan tingkat pengembalian keuntungan (return) adalah
keuntungan yang diperoleh investor dari dana yang ditanamkan pada suatu
investasi, atau dapat diartikan sebagai hasil pengembalian investasi (pada
umumnya dinyatakan dalam persentase dari investasi).
Risk and Return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi,
dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan
dalam suatu periode akuntansi.
Dalam mengelola risiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu : Memperkecil risi
ko, Mengalihkan resiko, Mengontrol resiko, dan Pendanaan risiko. Model
perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi,
yaitu secara standar deviasi dan varian.
Ada karakteristik manusia yang mencari risk, tanpa adanya risk ia kurang
senang. Karakteristik demikian disebut dengan Risk Seeker atau Risk Lover.
Karakteristik manusia yang mencari keseimbangan antara risk and return.
Karakteristik manusia ini disebut dengan Risk Indifference. Kemudian, manusia
yang menginginkan tambahan return yang lebih besar dengan adanya kenaikan
tambahan risk yang ia hadap. Karakter ini disebut dengan Risk Avoider.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan
memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan
istilah “High Risk High Return”

26
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham.2014.MANAJEMEN RISIKO.Bandung:Alfabeta.

Siahaan, Hinsa.2007.MANAJEMEN RISIKO.Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Muhamad.2014.Manajemen Keuangan Syariah.Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Kasmir.2009.PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN.Jakarta:Kencana.

Indah, Dewi, dkk.2015.RISK AND RETURN.Jakarta:Universitas Mercubuana.

Indroes, Ferry N, Sugiarto.2016.Manajemen Resiko Perbankan.


Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Ma’arifah, Siti.dkk.2012.Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Expected


Return. Palu:Universitas Tadulako.

27

Anda mungkin juga menyukai