Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................1

I. PENDAHULUAN...................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3


2.1 ANATOMI..........................................................................................................3
2.2 PATOGENESIS TUMOR HATI.......................................................................6
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................6
2.4.1 MODALITAS DIAGNOSIS PENCITRAAN..................................................7
2.4.2 USG...........................................................................................................8
2.4.3 CT SCAN..................................................................................................9
2.4.4 MRI..........................................................................................................10
2.5 KLASIFIKASI TUMOR HATI.......................................................................10
2.6 TUMOR KISTIK HATI...................................................................................11
2.7 TUMOR JINAK HATI ....................................................................................13
2.8 TUMOR GANAS HATI..................................................................................20

III. KESIMPULAN..................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34

1
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor hati dapat berbentuk primer atau sekunder. Tumor hati primer dapat
bersifat jinak atau ganas, dan dapat timbul dari sel parenkim hati, epitel duktus
biliaris, atau dari jaringan mesenkim. Tumor hati sekunder merupakan hasil
penyebaran sel tumor(metastasis) yang berasal dari jaringan lain, paling sering berasal
dari metastasis tumor saluran cerna, mammae atau paru.1

Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang


berasal dari hepatosit, karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati
lainnya, kolangiokarsinoma dan sistoadenokarsinoma berasal dari sel epitel bilier,
sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim.1

Secara global, kanker hati menempati peringkat ke lima penyakit kanker


terbanyak pada tahun 2012, sekitar 9,1% angka kematian disebabkan oleh kanker di
seluruh dunia. Angka kejadian kanker hati di Indonesia menempati urutan ke dua
terbanyak setelah kanker paru, sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 7,6 per 100.000 penduduk.2,3

Hepatoma dialami pria lebih banyak daripada wanita dan sering terjadi pada
pasien yang menderita hepatitis B atau C, penyakit hati kronis dan sirosis hati. Di
negara berkembang, hepatoma didiagnosis kurang baik oleh karena gejala dari
penyakit hati yang mendasari justru menutupi diagnosis hepatoma. Karena sulitnya
mengenali gejala pada tahap awal dan pesatnya perkembangan tumor, kebanyakan
kasus KHS ditemukan pada stadium lanjut.1,3

Pemeriksaan dengan pencitraan non-invasif berperan penting dalam mengenali


dan menentukan stadium tumor hati, sehingga prognosis pasien menjadi lebih baik.
Ultrasonography (USG), computed tomography (CT), magnetic resonance imaging
(MRI) merupakan modalitas dalam mendiagnosis tumor hati.1,4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Hati

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat ±1,500g atau kurang lebih
2,5% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas
abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat
kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan dan batas
bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati
berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta
hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri
hepatis, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava
dan dibalik kandung empedu.6

Gambar 1. Anatomi hepar anterior dan posterior

Sumber: Moore KL. Agur AMR. Dalley AF. Essential Clinical Anatomy. Ed 5. Philadelphia:
Wolters Kluwer. 2015.

3
Hati bersifat lunak dan lentur dan menduduki regio hipokondrium kanan,
meluas sampai epigastrium. Permukaan atas hati yang cembung melengkung pada
permukaan bawah kubah diafragma. Permukaan postero-inferior atau permukaan
viseral membentuk cetakan visera yang berdekatan dan oleh karena itu bentuknya
tidak teratur; permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus,
lambung, duodenum, flexura coli dextra, ginjal kanan dan kelenjar suprarenalis, dan
kandung empedu.

Gambar 2. Anatomi hepar pada proyeksi sagital

Sumber: Moore KL. Agur AMR. Dalley AF. Essential Clinical Anatomy. Ed 5. Philadelphia:
Wolters Kluwer. 2015.

Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya


perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran
kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung
empedu di lobus kanan terdapat lobus kuadratus dan sebuah daerah yang disebut
sebagai lobus kaudatus yang biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan
ligamentum venosum pada permukaan posterior.

Porta hepatis, atau hilus hati ditemukan pada permukaan postero-inferior. Pada
tempat ini terdapat duktus hepatikus kanan dan kiri, cabang kanan dan kiri arteri
hepatis, vena porta dan serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Disini terdapat
beberapa kelenjar limfe hati; kelenjar ini mengalirkan cairan limfe hati dan kandung
empedu dan mengirimkan pembuluh eferennya ke nodi lymphatici coeliacus.

4
Pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hati adalah arteri hepatis (30%)
dan vena porta (70%). Arteri hepatis membawa darah teroksigenasi ke hati, sedang
vena porta membawa darah venosa yang kaya akan hasil pencernaan yang telah
diabsorpsi dari saluran pencernaan. Darah arterial dan darah venosa dimasukkan ke
vena sentralis dari setiap lobulus hati melalui sinusoid hati. Vena sentralis
mengalirkan darah ke vena hepatis kanan dan kiri, vena ini meninggalkan posterior
hati dan bermuara langsung ke vena cava inferior

Hati menghasilkan banyak cairan limfe, sekitar sepertiga sampai separuh


cairan limfe tubuh. Pembuluh limfe meninggalkan hati dan masuk ke sejumlah
kelenjar limfe dalam porta hepatis. Pembuluh eferen berjalan ke nodi lymphatici
coeliaca. Saraf yang mempersarafi hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
yang melewati plexus coeliacus. Trunkus vagus anterior mempercabangkan banyak
rami hepatis yang berjalan langsung ke hati.

Gambar 3. Gambaran hepar normal pada MRI

Sumber: Townsend. Sabiston Textbook of Surgery. Ed 20. Canada: Elsevier. 2016.

2.2. Patogenesis Tumor Hepar

5
Tumor hepar dapat terbentuk melalui banyak faktor. Pada tahun 1981, Beasley
menyatakan bahwa adanya hubungan riwayat infeksi hepatitis B dengan terbentuknya
tumor ganas hepar yaitu hepatocelluler carcinoma (KHS). Dalam penelitian lebih
lanjut, dikatakan bahwa sirosis hepatis merupakan etiologi yang mendasari terjadinya
KHS. Sirosis hepatis adalah kondisi dimana hepar mengalami inflamasi kronik dan
disertai terbentuknya jaringan fibrosa, disamping itu inflamasi yang berulang
memudahkan pembentukan karsinogenik. Proses inflamasi dan fibrogenesis
mempengaruhi sel-sel hepar mengalami malignansi dan displasia.8

Patogenesis dari tumor hepar baik jinak maupun ganas melibatkan faktor
genetik atau terjadi penyimpangan epigenetik yang berbeda dan terdapat perubahan
dalam beberapa jalur sinyal yang mengarah pada heterogenitas penyakit dalam hal
biologis dan perilaku klinis. Bukti saat ini menunjukkan bahwa dalam
hepatokarsinogenesis, terdapat dua mekanisme utama yang terlibat, yaitu sirosis dan
yang berhubungan dengan regenerasi sel hati (remodelling) setelah terjadinya
kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh beberapa faktor (infeksi hepatitis, toksin
datau gangguan metabolik), serta adanya sejumlah mutasi DNA yang menyebabkan
gangguan dari keseimbangan onkogenesis-onkosupresor dari sel yang mengarah ke
perkembangan sel-sel neoplastik. Beberapa jalur penting dari sinyal seluler (P53,
PIK3CA, dan β-catenin) telah diamati menjadi bagian dari keterlibatan onkogenetik
pada karsinoma hepatoseluler.5,8

Penelitian yang sedang berlangsung sedang melihat adanya mutasi ARID2


yang tidak aktif, merupakan suatu gen remodeling kromatin dalam subtipe utama
KHS. Sekitar 18% individu dengan KHS di Eropa dan Amerika Serikat, memiliki
mutasi inaktivasi ARID2, hal ini menunjukkan bahwa ARID2 adalah subtipe mutasi
umum dalam gen penekan tumor.5,8

2.3. Pemeriksaan Penunjang

Kadar alfa-fetoprotein (AFP) meningkat pada 60% sampai 70% dari pasien
KHS, dan kadar lebih dari 400gn/mL adalah diagnostik atau sangat sugestif untuk
KHS. Nilai normal juga dapat ditemukan juga pada KHS stadium lanjut. AFP adalah
protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali
oleh saluran gastrointestinal fetal. Penanda tumor lain untuk KHS adalah des-gamma
carboxy prothrombin (DCP) atau PIVKA-2, yang kadarnya meningkat hingga 91%

6
dari pasien KHS, namun juga dapat meningkat pada defisiensi vitamin K, hepatitis
kronik aktif atau metastasis karsinoma.9

Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati kronik,
hipervaskularisasi arterial dari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar AFP serum ≥
400 ng/mL memenuhi kriteria diagnostik.9

2.4.1. Modalitas Diagnosis Pencitraan

Banyak modalitas pencitraan yang dapat dipakai dalam mendekteksi dan


mendiagnosis tumor hati, mulai dari yang paling sederhana seperti ultrasonografi
(USG), sampai yang tercanggih seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pada
pemilihan modalitas mana yang akan dipergunakan terlebih dahulu harus
dipertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat radiasi dari sebuah alat pencitraan,
biaya pemeriksaan, mudah tidaknya mendapatkan alat pencitraan.10,20

USG menawarkan keringanan dari segi ekonomi, kemudahan teknik, tanpa


bahaya radiasi, dan merupakan tindakan non-invasif yang unggul sebagai alat
pemeriksaan penapisan (screening) atau deteksi dini. Namun demikian, untuk
diagnosis definitif , perencanaan terapi dan jika USG kurang memberikan informasi,
CT dan MRI dibutuhkan dalam pemeriksaan. Penggunaan CT dengan kontras dan
MRI memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat mengetahui hipervaskularisasi dari
sebuah tumor, gambaran fase arterial yang dapat menilai perkembangan suatu massa,
adanya metastasis.4,10

Dibandingkan dengan MRI, penggunaan CT scan lebih menyenangkan untuk


pasien karena pemeriksaan ini tidak membutuhkan kooperasi pasien yang tinggi,
waktu pemeriksaan lebih cepat, dengan multislice CT hanya membutuhkan beberapa
detik (One breath hold) dan resolusi gambar lebih baik. Penggunaan kontras
memberikan informasi contrast enhancement (penyangatan kontras) yang sudah biasa
dikenal para ahli radiologi.4,10

Kelemahan CT scan dibandingkan MRI hanya pada resiko alergi pada


penggunaan kontras serta penggunaan radiasi yang membuat pemeriksaan CT scan
tidak dianjurkan pada wanita hamil dan tidak etis untuk diulang-ulang dalam waktu
singkat. Penggunaan CT scan pada kasus kontrol ulang serta anak kecil harus
mempertimbangkan indikasi yang kuat.4,10

7
MRI merupakan alat diagnosis imaging yang bersifat non-radiasi yang aman.
Cara ini dipergunakan untuk kontrol atau pemeriksaan yang berulang-ulang, tetapi
saat ini MRI belum merupakan standar pencitraan hati. Kelemahan dari MRI adalah
waktu pemeriksaan yang lebih lama, kooperasi pasien yang lebih tinggi, biaya
pemeriksaan lebih mahal dan bentuk lubang gantri yang panjang dan sempit yang
membuat sebagian kecil pasien mengalami klaustrofobia.4,10,20

2.4.2. USG

Parenkim hepar terlihat sebagai jaringan dengan struktur eko homogen dengan
sonodensitas menengah (lebih tinggi dari pada parenkim limpa, namun lebih rendah
dari pada parenkim pankreas). Di dalam parenkim hepar terdapat vena hepatica
beserta cabang-cabangnya yang akan bermuara pada vena cava inferior (anterior,
media dan posterior). Vena hepatica beserta cabang-cabangnya akan terlihat sebagai
pembuluh-pembuluh anekoik dengan dinding yang tipis. Vena Porta beserta cabang-
cabangnya tampak sebagai pembuluh anekoik dengan dinding yang tebal dan
berlanjut sampai hilus. 9

Gambar 4. Vena hepatika (VH) sebagai pembuluh anekoik, semakin perifer ukuran semakin
kecil.

Sumber: Rasad S. Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta: FK UI. 2011.

8
Gambar 5. Vena porta (VP) sebagai pembuluh anekoik dengan dinding tebal.

Sumber: Rasad S. Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta: FK UI. 2011.

Gambar 6. Gambaran hati normal pada USG.


Sumber: www.ultrasoundpaedia.com

2.4.3. CT Scan

Dari potongan aksial/transversal scan, organ hati dibagi dalam 4 segmen


menurut pembagian oleh inferior vena kava, vena hepatika kanan-kiri dan tengah
menjadi segmen anterior dan posterior lobus kanan hati dan segmen medial dan lateral
lobus kiri hati. Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh vena kava inferior, vena
hepatika tengah dan kandung empedu.

Nilai normal parenkim hati pada CT scan adalah 55-65 H.U. nilai ini sedikit
lebih tinggi dari soft tissue lain karena kadar glikogen yang tinggi di dalam hati. 10

9
Gambar 7. Anatomi hepar normal pada CT scan fase portal.

Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/

2.4.4. MRI

Dengan menggunakan MRI, struktur pembuluh darah (vena hepatika, vena


porta) dan saluran empedu dapat dengan jelas diketahui. Tumor ganas memiliki waktu
T1 dan T2 lebih panjang. Dengan penggunaan yang tepat dapat diketahui antara
jaringan yang sehat dengan jaringan yang rusak dan dapat menggambarkan struktur
tumor. Menurut Moss, metastasis dapat diketahui pada gambar T2, sedangkan
menurut Kuni Ohtomo dkk, tumor ganas hati dengan hemangioma di hati dapat
dibedakan dengan perbedaan waktu T2. Nilai pemeriksaan MRI kurang lebih setaraf
dengan CT dalam menilai metastasis, tetapi CT dapat mengetahui perkapuran dan
neovaskularisasi lebih baik dari MRI.7

10
Gambar 8. Gambaran hati normal pada MRI T2.

Sumber: www.radiopaedia.org

2.5. Klasifikasi Tumor Hati

Berdasarkan jenis asalnya, tumor hati diklasifikasikan sebagai berikut:23

JINAK GANAS
TUMOR EPITELIAL
Adenoma hepatoseluler Karsinoma hepatoceluler (HCC)
Adenoma bilier intrahepatic Karsinoma fibrolamelar
Papilomatosis bilier Hepatoblastoma
Sistadenoma bilier entrahepatik Kolangiokarsinoma (CC)
Kistadenokarsinoma
TUMOR MESENKIMAL
Hemangioma Angiosarkoma
Fibroma Fibrosarkoma
Leiomyoma Leiomiosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Angiomiolipoma Rabdomiosarkoma
Limfangioma Limfoma hepatic primer
Mesothelioma Hemangioendotelioma – epiteloid
TUMOR LAIN LAIN
Hiperplasia nodular fokal (FNH) Tumor hati metastasis
Kista hati

11
2.6. Tumor Kistik Hati

a. Simple Liver Cyst

Gambaran khas dari suatu kista murni adalah lesi hipodens berbatas tegas,
berpermukaan licin dan rata, berdensitas homogen rendah mendekati nilai 0-10 H.U.
sesuai dengan cairan dan pasca kontras tidak menyangat pada fase apapun. 10,11

Gambaran USG: Tampak gambaran anekoik dengan batas tegas, disertai


posterior acoustic enhancement.22

Gambar 9. Gambaran simple liver cyst pada USG.

Sumber: Borhani AA, Wiant A, Heller MT. Cystic Hepatic Lesions: A Review and an
Algorithmic Approach. Gastrointestinal Imaging. American Journal of
Roentgenology. Los Angeles. 2014;203:1192-204.

Gambaran CT: prakontras kista tampak sebagai lesi hipodens, densitas


berkisar antara 0-15 H.U, ukuran dari mm sampai 20cm, biasanya berbentuk bulat
berbatas tegas, permukaan licin dan rata, dan tidak ada internal septa. Lesi tidak
menyangat (non-enhanced) pada fase apapun. Potongan tipis dengan multislice CT
dapat membedakan lesi kecil < 10mm dengan metastasis. 10,11

12
Gambar 10. Simple liver cyst

Sumber: Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-


abdomen-general/

Gambaran MRI: kista memiliki atenuasi yang sama dengan gambaran cairan
pada MRI. Tampak sebagai lesi hipointens homogen pada T1 dan tampak hiperintens
pada T2. Pada pemberian kontras tidak tampak menyangat.14,22

Gambar 11. Gambaran tumor kista pada MRI.

2.7. Tumor Jinak

a. Hemangioma

13
Merupakan lesi jinak yang paling sering dijumpai. Lesi ini lebih sering
ditemukan pada wanita (2-5 kali lebih sering dari laki-laki). Penyakit ini biasanya
asimtomatik. Hemangioma pada 10-50% bisa bersifat multipel. Lesi > 10 cm disebut
hemangioma raksasa. Pemeriksaan dengan kontras minimal harus diambil dua kali
scan dalam waktu yang berbeda, diambil fase arteri dan porta. 10,11,12

Gambaran USG: Tampak sebagai lesi hiperekoik, meskipun pada 10% kasus
dapat dijumpai hipoekoik jika parenkim hati mengalami peningkatan ekogenitas pada
hepatic steatosis.16

Gambar 12. Gambaran hemangioma dengan USG. Tampak gambaran hiperekoik homogen
dengan posterior enhancement.

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambaran CT scan: Pada prakontras tampak sebagai lesi/masa hipodens,


letaknya tipikal di sub kapsular. Kalsifikasi dapat dijumpai pada 10% kasus dengan
area trombus.10,11

14
Gambar 13. Tampak kontras menyangat di tepi permukaan lesi dan menebal
ke arah sentral

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambar 14. Bentuk penyangatan kontras pada tumor jinak hati.

Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/

Gambaran MRI: Tampak sebagai lesi yang hiperintens pada waktu T2 dan
hipointens pada T1. Pada pemberian kontras tampak nodular dengan gambaran

15
“flame shaped”, menyangat pada bagian perifernya, kontras mengisi lesi dari perifer
ke sentral. Pada hemangioma besar, pengisian kontras tampak tidak penuh di semua
fase, berbeda dengan hemangioma kecil (< 2 cm), kontras mengisi lesi secara penuh
pada fase arteri. Walaupun demikian, hemangioma dapat memberikan gambaran yang
tidak khas, gambaran yang memungkinkan yaitu berupa adanya kalsifikasi, septasi,
retraksi kapsul. terbentuknya kista dan air fluid level.14

Gambar 15. Hemangioma pada MRI. (C) Gambaran pra dan (D) post kontras pada T1. (E)
fase portal (F) fase interstitial.

Sumber: Matos PA, Velloni F, Ramalho M, et al. Focal Liver Lesions: Practical Magnetic
Resonance Imaging Approach. World Journal of Hepatology. United States. 2015;1987-2008.

b. Focal Nodular Hyperplasia (FNH)

FNH merupakan lesi jinak kedua yang sering dijumpai. Kelainan ini biasa
dijumpai pada usia 20-50 tahun, dan 4-10 kali lebih sering pada wanita. Lesi bersifat
hipervaskular dengan suplai arteri predominan. Tumor terdiri dari hepatosit, sel
Kupffer, dan duktulus empedu yang abnormal membentuk massa padat. Jaringan
fibrosa membentuk sentral scar dengan pembatas mengelilingi sentral feeding arteri.
FNH biasanya soliter, tetapi pada 20% kasus mungkin multipel. Umumnya lesi

16
terletak di perifer dengan ukuran < 5 cm. MRI dengan kontras adalah gold strandard
pemeriksaan pada FNH. 10,11,12

Gambaran USG: Ekogenisitas dapat bervariasi, tetapi cenderung isoekoik.


FNH sulit dinilai pada pemeriksaan USG. Pada lesi yang besar dengan menggunakan
color Doppler akan tampak gambaran “spoke wheel” pada pembuluh darah arteri,
yang merupakan tipikal pada FNH, dan dapat disertai adanya central scar. Pada lesi
yang kecil seringkali gambaran tersebut tidak tampak pada pemeriksaan USG. 17

Gambar 16. Gambaran FNH pada USG. (A) lesi tampak hipoekoik, (B) gambaran “spoke-
wheel) pada color Doppler

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambaran CT scan: prakontras tampak sebagai lesi berbatas tegas, densitas


sedikit rendah, kadang isodens. Sentral scar hampir tidak tampak. Lesi tidak berkapsul
dan dapat terjadi bentuk pedunculated. Fase arteri khas memberi penyangatan yang
kuat (intens) dan hampir merata. Hipodens sentral scar sangat patognomonik untuk
FNH, Rapid wash-out dari penyangatan kontras juga khas untuk FNH. 10,11,12

17
Gambar 17. Tampak lesi hipodens dengan sentral scar pada gambaran CT scan

Sumber: www.radiopaedia.ord

Gambaran MRI: FNH adalah lesi jinak yang tersusun dari hepatosit, sehingga
sulit dibedakan dengan parenkim hati yang normal pada prakontras. Pada gambar T1
tampak sebagai lesi isodens atau hipodens, dan cenderung hiperedens pada T2.
Sentral scar dengan densitas rendah (T1) atau densitas tinggi (T2) dijumpai pada
50%-84% kasus. Pada pemberian kontras dapat dijumpai gambaran tipikal FNH,
berupa hiperintens homogen pada fase arteri dan cenderung menjadi isointens dengan
jaringan hati di sekitarnya pada fase portal, dan tampak sentral scar pada fase
delayed. Tidak tampak gambaran washout pada FNH.15

Gambar 18. (E) Lesi tampak hiperintens homogen pada fase arteri. Pada fase portal tampak
penurunan intensitas (F).

Sumber: Shelmerdine SC, Roebuck DJ, Towbin AJ, McHugh K. MRI of Pediatric
Liver Tumours: How We Review In Report. Cancer Imaging. BioMed Central.
London. 2016:4-5.

18
c. Hepatocellular Adenoma (HCA)

HCA merupakan lesi jinak yang termasuk jarang, lebih sering dijumpai pada
wanita muda. Risiko tumbuhnya tumor berhubungan dengan dengan lamanya
penggunaan kontrasepsi, kehamilan, diabetes melitus, glycogen storage disease dan
kelebihan besi pada talasemia. Adenoma yang semakin membesar berisiko untuk
terjadi perdarahan. 10,11,12

Gambaran USG: Tampak lesi hiperekoik (30%) atau hipoekoik (20-40%),


soliter dengan batas tegas. Pada color Doppler dapat dijumpai gambaran pembuluh
darah di perifer subscapsular.

Gambar 19. Lesi HCA pada pemeriksaan USG

Sumber:https://radiopaedia.org/articles/hepatic-adenoma?lang=us

Gambaran CT scan: sekitar 80% adenoma adalah soliter dan terbanyak


ditemukan di lobus kanan. Ukuran mencapai 5-10 cm dan letaknya subkapsuler.
Prakontras tampak masa isodens berbatas tidak begitu tegas. Pasca kontras fase arteri,
massa tumor tampak hiperdens sedang, kemungkinan inhomogen karena perdarahan
atau nekrosis. Berbeda dengan FNH, adenoma tidak ada sentral scar dan tidak terlalu
menyangat. Kebanyakan adenoma mengandung banyak jaringan lemak sehingga
tampak isodens pada fase porta. 10

19
Gambar 20. Gambaran HCA pada CT scan

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambaran MRI: Meskipun HCA terdiri dari beberapa subgrup, pada pada
umumnya HCA tampak sebagai lesi dengan intensitas sedang sampai tinggi non-
homogen (T2) pada fase arteri dan porta.

Gambar 21. lesi HCA tampak hiperintens non-homogen pada MRI T1.

Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/

20
2.8. Tumor Ganas

a. Metastasis

Hati merupakan salah satu organ yang subur untuk tumbuhnya metastasis,
karena hati menerima 25% aliran darah dari cardiac output, sinusoidnya memiliki
membran basal yang mudah ditembus, dan mekanisme lokal humoral yang ada di
dalam sel hati berpotensi merangsang pertumbuhan sel. Yang paling sering
bermetastasis ke hati antara lain Ca colon (40%) Ca gaster (>20%), kegaasan
pankreas (20%), ca mammae, dan paru (masing masing 10%). Sebagian besar
metastasis bersifat multipel dan lebih sering ditemukan di lobus kanan. 10,11

Gambaran USG: Metastasis hati mempunyai lima gambaran dasar, yaitu :

1. Bull’s eye atau target pattern , tampak suatu kapsul hipoekoik yang mengelilingi
suatu nodul solid. Metastasis jenis ini sering ditemui pada penderita kanker paru
bronkogenik.
2. Tampak gambaran hipoekoik bulat yang hipovaskular, bisa ditemui pada
keganasan limfoma malignan, pankreas, ca cervix, adenokarsinoma paru ,
karsinoma faring.
3. Hiperekoik metastasis, akan tampak sebagai nodul hiperekoik. Terkadang dapat
dijumpai posterior acoustic shadow lemah. Biasanya lesi ini mengandung banyak
pembuluh darah yang tidak normal. Dapat dijumpai pada kanker kolon, hepatoma,
koriokarsinoma, dan renal karsinoma.
4. Kistik metastasis, sangat menyerupai kista kompleks dengan penyengatan
posterior acoustic shadow kuat, biasanya dijumpai pada penderita dengan
keganasan yang mempunyai unsur kistik.
5. Kalsifikasi metastasis, tampak sebagai nodul solid hiperekoik dengan bayangan
posterior acoustic shadow kuat. Biasanya ditemui pada penderita dengan
karsinoma tipe musin pada kolon, pancreas, lambung, ovarium, melanoma
malignan, payudara, testis, karsinoma bronkogenik dan neuroblastoma.

21
Gambar 22. Gambaran tumor metastasis pada USG proyeksi transversal.
Sumber: www.radiopaedia.org
Gambaran CT Scan: prakontras lesi metastasis kadang tidak tampak atau dapat
bersifat nodul hipodens dengan ukuran yang bervariasi. Pasca kontras pada fase arteri
tampak ireguler rim enhancement, hipovaskular ataupun hipervaskular tergantung
jenis tumor primernya. Teknik bifasik dianjurkan untuk optimalisasi deteksi lesi
metastasis. Lesi metastasis umumnya tampak lebih jelas pada fase porta karena relatif
menjadi hipodens dibandingkan parenkim hati di sekitarnya yang lebih menyangat.
10,11

Gambar 23. Gambaran tumor metastasis pada pasien Ca colorectal.

Sumber: www.radiopaedia.org

22
Gambaran MRI: Gambaran bervariasi, tetapi MRI lebih sensitif dibandingkan CT
untuk mendeteksi tumor metastasis hati. Umumnya tampak sebagai lesi hipointens
pada T1. Pada T2 biasanya hiperintens ringan sampai sedang.

Gambar 24. Gambaran tumor metastasis pada MRI

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambar 25. Gambaran tumor metastasis pada MRI T2 koronal.

Sumber: www.radiopaedia.org

b. Karsinoma Hepatoseluler (KHS)

23
KHS merupakan tumor ganas yang paling sering dijumpai dan merupakan 80-
90% tumor ganas di hati. Laki-laki lebih banyak terkena penyakit ini daripada wanita
(4-8:1), terjadi pada usia rata-rata 50-70 tahun. KHS cenderung menginvasi pembuluh
darah vena porta, diafragma, dinding abdomen atau pankreas. Penyebaran hematogen
biasanya ke paru, peritoneum, kelenjar adrenal dan tulang. Kebanyakan dari KHS
terdiagnosis secara radiologi dengan gambaran sirosis hati yaitu, permukaan
bernodul, penyusutan parenkim hati, hipertrofi lobus kiri dan lobus kaudatus dan
10,11,12,24
splenomegali.

Terdapat terobosan baru mengenai pencitraan KHS dengan hadirnya


Gadolinum Ethoxybenzyl magnetic Resonance Imaging (Gd-EOB-DTPA-enhanced
MRI. Kontras ini mampu mendeteksi masa KHS lebih dini dan lebih sensitif, dengan
gambaran konsolidasi lesi prakanker terhadap EOB. Metode ini terbukti lebih baik
dibandingkan penggunaan MRI double contrast atau superparamagnetic iron oxide
(SPIO). Pada 6-20 menit pasca injeksi kontras (fase hepatobilier) hati akan tampak
hiperintens secara merata, sedangkan nodul KHS tampakhipointens dibandingkan
parenkim hati normal.25

Gambaran USG: secara umum pada USG sering ditemukan adanya hepar yang
membesar, permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intrahepatik dengan
struktur eko yang berbeda dengan parenkim hati normal. Biasanya menunjukkan
struktur eko yang lebih tinggi disertai dengan nekrosis sentral dengan gambaran
hipoekoik sampai anekoik dengan tepi ireguler. Namun pada stadium awal gambaran
menunjukkan struktur eko yang masih isoekoik dengan parenkim hati normal,
sehingga sulit untuk menentukan hepatoma pada stadium awal. 9

24
Gambar 26. Karsinoma hepatoseluler difus. Lesi-lesi bulat dengan ciri keganasan yang
memenuhi seluruh lobus hati kanan dan kiri.

Sumber: Rasad S. Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta: FK UI. 2011.

Gambar 27. Karsinoma hepatoseluler. Bentuk dan batas lesi sukar terlihat.

Sumber: Rasad S. Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta: FK UI. 2011.

Gambaran CT scan: prakontras umumnya KHS tampak sebagai masa/nodul


soliter atau multipel yang hipodens ringan atau isodens. Kalsifikasi hanya terlihat
pada 5-10%. Nodul KHS kecil biasanya 50% berkapsul tipis, dan berbatas tegas, serta
encapsulated dengan internal mosaic pattern. KHS yang bersifat infiltratif seringnya
bersegmen, heterogen dan berbatas suram. Tipe difus adalah yang paling jarang dari
semua tipe KHS, terdiri dari nodul-nodul kecil yang tak terbilang jumlahnya yang
tersebar di seluruh lobus.Tumor hipervaskular pada fase arteri menunjukkan

25
penyangatan yang kuat menjadi difus hiperdens. Pada tumor besar, penyangatan
inhomogen terjadi karena nekrosis atau perdarahan. Fase porta terjadi washout (95%
tipikal diagnosis KHS) yang cepat sehingga tumor menjadi relatif hipodens terhadap
parenkim hepar yang menyangat tinggi pada fase porta. Kapsul tumor biasanya masih
hiperdens pada delayed scan. Tumor hipervaskular dengan kapsul dan mosaic pattern
pada sirosis hati mudah didiagnosis sebagai KHS.10,11,12

Gambar 28. Gambaran lesi hati hipervaskular pada fase arteri. Pada fase porta dan fase
delayed tampak gambaran wash out.

Gambar 29. Gambaran KHS besar pada hati lobus kanan. Tampak penyangatan heterogen
(fase arteri), tampak washout dan mosaic appearance (fase porta)

Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/

26
Gambar 30. Bentuk penyangatan kontras pada tumor ganas hati.

Sumber: http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/

Gambaran MRI: Dapat berupa masa soliter (50%) multiple (40%) atau difus
infiltratif (10%), KHS pada MRI memiliki gambaran yang bervariasi pada gambar T1,
tampak hiperintens sampai dengan hipointens. Gambaran lemak intratumoral relatif
sering dijumpai, sehingga gambaran lemak intratumoral sangat membantu dalam
mengenali lesi KHS. Pada fase arteri lesi tampak menyangat, pada fase portal tidak
memberi gambran mencolok tetapi tampak gambaran washout, dan pada fase delayed
dapat terlihat adanya kapsul tumor (80%). Pada gambar T2 umunya lesi tampak
isointens, tampak gambaran “nodule in nodule” yaitu adanya lesi KHS di dalam nodul
displastik yang berdensitas rendah.13

27
Gambar 31. Gambaran KHS pada MRI T1

Sumber: Tiwari HA, Kalb B, Chundru S, et al. MRI of Hepatocellular Carcinoma: An


Update of Current Practices. Abdominal Imaging. Arizona. 2014; 20:209-21.

c. Karsinoma Fibrolamelar (KFL)

KFL adalah tumor ganas hati yang relatif jarang. Gejala klinis, histologis dan
prognosis berbeda dengan KHS. Biasanya terjadi pada penderita usia muda 5-35 tahun
tanpa riwayat penyakit hati kronis atau sirosis. AFP umumnya normal level B 12 atau
ikatan protein-copper mungkin meningkat. KFL jarang berdarah dan nekrosis. Prognosis
cukup baik dibandingkan KHS. KFL merupakan tumor besar yang terdiri dari jaringan
fibrous lamellar dan di tengah membentuk skar fibrosis stelat sentral.10,11,12

Gambaran USG: tidak menunjukkan gambaran yang spesifik. Tampak lesi dengan
ekogenisitas yang bervariasi disertai sentral scar.20

28
Gambar 32. Gambaran KFL pada USG. Tanda panah lurus menunjukkan sentral scar di
bagian tengah lesi

Sumber: Ganeshan D, Szklaruk J, Kundra V, et al. Imaging Features of Fibrolamellar


Hepatocellular Carcinoma. Gantrointestinal Imaging. American Journal of
Roentgenology. Texas. 2014;202(3):544-52.

Gambaran CT scan: CT menunjukkan kalsifikasi kecil (<5 mm) dengan lokasi


di sentral lesi. Prakontras tampak sebagai massa padat besar, batas cukup tegas, tepi
agak lobular, ukuran 4-17 cm, dan dapat disertai satelit nodul. Densitas lebih rendah
dibandingkan parenkim hati. Pasca kontras tampak penyangatan sedang sampai kuat
terutama di bagian perifer tumor, sementara sentral scar tetap hipodens tidak
menyangat.10,11

Gambar 33. Gambaran KFL pada CT scan.

Sumber: www.radiopaedia.org

29
Gambaran MRI: Pada gambar T1 KFL tampak sebagai masa hipointens atau
isointens dan pada T2 tampak hiperintens atau isointens dengan scar fibrotik di
sentral yang tampak hipointens baik pada T1 maupun T2. Berbeda dengan FNH, Scar
fibrotik ini tidak tampak menyangat setelah pemberian kontras.4

Gambar 34. Gambaran MRI KFL pada fase arteri (A) dan fase porta.

Sumber: Corona CP, Pawlik TM, Kamel IR. Imaging of The Patient with A Biliary
Tract or primary Liver Tumor. Baltimore. 2014;189-94.

d. Hepatoblastoma

Hepatoblastoma merupakan tumor ganas embrionik hati paling sering pada


anak-anak (>50%). Predileksi pada penderita Beckwith-Wiedemann syndrome,
hemihipertrofi, Wilm’s tumor, Glycogen storage disease dan Meckel’s divertide, fetal
alcohol syndrome dan penggunaan kontrasepsi oral. Sering ditemukan pada lobus
kanan (>60%). AFP meningkat pada 90%.10

Gambaran USG: menunjukkan masa solid relatif hiperekoik, dapat disertai


septum fibrotik hipoekoik.21

30
Gambar 35. Gambaran hepatoblastoma pada USG.

Sumber: Staziaki PV, Almeida BC, Pedrazzani BM, Gugelmin ES, Zapparolli M.
Hepatoblastoma With Solid and Multicystic Aspect Mimicking A Mesenchymal
Hamartoma: Imaging and Anatomopathologic Findings. Scielo. Sao Paulo.
2017;50(1):62-8.

Gambaran CT scan: prakontras tampak massa besar hipodens yang hampir


menempati seluruh hepar, umunya soliter. 30-50% merupakan tipe campuran dimana
terdapat area nekrosis, fibrosis dan kalsifikasi kasar. Fase arteri dan porta
menunjukkan penyangatan yang tinggi menjadi hiperdens inhomogen.10

Gambar 36.Tampak lesi hiperdens pada hampir seluruh lobus hati.

31
Sumber: www.radiopaedia.org

Gambaran MRI: Gambaran tipikal hepatoblastoma tampak lesi hiperintens


non-homogen pada T2, dan tampak hipointens non-homogen pada T1. Dapat dijumpai
kalsifikasi (50% kasus), perdarahan dan nekrosis.15

Gambar 37. Hepatoblastoma pada MRI

Sumber: Shelmerdine SC, Roebuck DJ, Towbin AJ, McHugh K. MRI of Pediatric
Liver Tumours: How We Review In Report. Cancer Imaging. BioMed Central.
London. 2016:4-5.

e. Primary Hepatic Lymphoma

Primary Hepatic Lymphoma didefinisikan sebagai limfoma yang terbatas pada


hati dan kelenjar getah bening perihepatik, tanpa adanya keterlibatan organ visceral
lainnya, kelenjar getah bening yang lebih jauh atau sumsum tulang selama setidaknya
6 bulan setelah timbulnya penyakit hati. PHL biasanya ditemukan pada dekade ke-4
dan ke-5 dan dominasi pada laki-laki. Gambaran lesi berupa nodular soliter atau
multipel.10,19

Gambaran USG: Relatif tampak sebagai lesi hipoekoik atau anekoik disertai
septum, menyerupai gambaran kista.4,19

32
Gambar 38. Gambaran PHL pada USG

Sumber: Rajesh S, et al. The Imaging Conundrum of Hepatic Lymphoma Revisited. Insights
into imaging. Springer. New Delhi. 2015;6(6): 679-92.

Gambaran CT scan: Jenis infiltrasi difus tidak dapat terdetaksi dengan CT


scan. Jenis nodular bersifat hipodens pada prakontras dengan batas suram. Pasca
kontras fase arteri dan porta lesi hipodens dengan batas suram, tetapi pada fase
delayed lesi menjadi sedikit hiperdens.10

Gambar 39. Tampak lesi hipodens nodular dengan batas suram.

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambaran MRI: Gambaran lesi dapat bervariasi dan tidak memberikan


gambaran yang spesifik, dapat berupa lesi hiperintens, hipointens ataupun isointens.4

33
Gambar 40. Gambaran HPL pada MRI T2.

Sumber: www.radiopaedia.org

Gambar 41. lesi nodular muptipel pada MRI T2.

Sumber: www.radiopaedia.org

34
Gambar 42. Lesi infiltratif pada MRI T2.

Sumber: www.radiopaedia.org

35
BAB III

KESIMPULAN

Hati merupakan organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang
lebih 2,5% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas
abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks.
Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekresi empedu, saluran empedu
mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dam mengeluarkan empedu
kedalam usus halus sesuai kebutuhan.
Tumor hati dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malign). Hemangioma adalah
tumor jinak hati yang paling banyak dijumpai, sedangkan tumor ganas yang terbanyak adalah
Karsinoma Hepatoseluler (KHS). Masing-masing tumor dapat memberikan gambaran
radiologi yang tipikal, tetapi dalam beberapa kasus dilaporkan dapat memiliki gambaran yang
atipikal.
Pemeriksaan radiologi memiliki peranan penting dalam mendeteksi dan mendiagnosis
adanya masa di hati, yang terdiri dari USG, CT scan dan MRI. Masing-masing pemeriksaan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Secara garis besar USG berperan sebagai alat
pemeriksaan penapisan (screening) atau deteksi dini. Namun demikian, untuk diagnosis
definitif , perencanaan terapi dan jika USG kurang memberikan informasi, CT dan MRI
dibutuhkan dalam pemeriksaan.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Lange A, Muniraj T, Aslanian HR. Endoscopic Ultrasound for The Diagnosis and
Staging of Liver Tumors. Surgical Oncology Clinic. Elsevier. USA. 2019:339-50.
2. Wong MCS, Jiang JY, Goggins WB, et al. International Incidence And Mortality
Trends of Liver Cancer: A Global Profile. Scientific Reports. Hong Kong. 2017;1-6.
3. www.depkes.go.id. Hari Kanker Sedunia 2019.
Diakses pada tanggal 1 Agustus 2019.
4. Corona CP, Pawlik TM, Kamel IR. Imaging of The Patient with A Biliary Tract or
Primary Liver Tumor. Baltimore. 2014;189-94.
5. Townsend. Sabiston Textbook of Surgery. Ed 20. Canada: Elsevier. 2016.
6. Moore KL. Agur AMR. Dalley AF. Essential Clinical Anatomy. Ed 5. Philadelphia:
Wolters Kluwer. 2015.
7. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta: FK UI. 2011.
8. Waller LP, Deshpande V, Pyrsopoulos N. Hepatocellular Carcinoma: A
Comprehensive Review. World Journal of Hepatology. Amerika Serikat:
2015;7(26):2648-63.
9. Budihusodo U. Karsinoma Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 6. Jilid III.
Jakarta: Internal Publishing. 2014:3044-6.
10. Widjaja PM. Gambar Tomografi Dikomputerisasi (CT Scan) Hati. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Hati. Jakarta: Sagung Seto. 2012.
11. Verdult J. CT abdomen general. 2017.
http://www.startradiology.com/internships/general-surgery/abdomen/ct-abdomen-
general/ diakses pada tanggal 8 Agustus 2019.
12. Carr BI. Tumors of The Livers and Biliary Tree. HARRISON’S Gastroenterology and
Hepatology. Ed 19. New York: McGraw-Hill. 2015.
13. Tiwari HA, Kalb B, Chundru S, et al. MRI of Hepatocellular Carcinoma: An Update
of Current Practices. Abdominal Imaging. Arizona. 2014; 20:209-21.
14. Matos PA, Velloni F, Ramalho M, et al. Focal Liver Lesions: Practical Magnetic
Resonance Imaging Approach. World Journal of Hepatology. United States.
2015;1987-2008.
15. Shelmerdine SC, Roebuck DJ, Towbin AJ, McHugh K. MRI of Pediatric Liver
Tumours: How We Review In Report. Cancer Imaging. BioMed Central. London.
2016:4-5.

37
16. Hartung MP, Weerakkody Y, et al. Hepatic Hemangioma.
https://radiopaedia.org/articles/hepatic-haemangioma-3?lang=us diaskes pada tanggal
9 Agustus 2019.
17. Muzio BD, Gailard AP. et al. Focal Nodular Hyperplasia.
https://radiopaedia.org/articles/focal-nodular-hyperplasia?lang=us diakses pada
tanggal 9 Agustus 2019.
18. Glick Y, Jacob K, et al. Hepatic Adenoma. https://radiopaedia.org/articles/hepatic-
adenoma?lang=us diakses pada tanggal 9 Agustus 2019.
19. Rajesh S, et al. The Imaging Conundrum of Hepatic Lymphoma Revisited. Insights
into imaging. Springer. New Delhi. 2015;6(6): 679-92.
20. Ganeshan D, Szklaruk J, Kundra V, et al. Imaging Features of Fibrolamellar
Hepatocellular Carcinoma. Gantrointestinal Imaging. American Journal of
Roentgenology. Texas. 2014;202(3):544-52.
21. Staziaki PV, Almeida BC, Pedrazzani BM, Gugelmin ES, Zapparolli M.
Hepatoblastoma With Solid and Multicystic Aspect Mimicking A Mesenchymal
Hamartoma: Imaging and Anatomopathologic Findings. Scielo. Sao Paulo.
2017;50(1):62-8.
22. Borhani AA, Wiant A, Heller MT. Cystic Hepatic Lesions: A Review and an
Algorithmic Approach. Gastrointestinal Imaging. American Journal of
Roentgenology. Los Angeles. 2014;203:1192-204.
23. Enjoji M. Liver Tumors: An Overview. Atlas Genet Cytogenet Oncol Haematol.
2009;13(5):391-4.
24. Han S, Choi JI, Park MY, et al. The Diagnostic Performance of Liver MRI Without
Intravenous Contrast for Detecting Hepatocellular Carcinoma: A case-Controlled
Feasibility Study. Korean Journal of Radiology. Seoul. 2018;19(4):568:77.
25. Shah S, ShuklaA, Paunipagar B. Radiological Features of Hepatocellular Carcinoma.
Journal of Clinical and Experimental Hepatology. Mumbai. 2014;4:63-6.

38

Anda mungkin juga menyukai