Anda di halaman 1dari 8

Makalah Perampatan Operasi Baku pada Himpunan Kabur

Dan Potongan-⍺ pada Himpunan Kabur

Dosen Pengampu : Dr. Ade Mirza, M.Si

Disusun oleh :

Alfiah Pratiwi (F1041171069)

Kurniadi Pajarudin (F1041171037)

Mita Elia Sima (F1041171049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
A. Perampatan Operasi Baku pada Himpunan Kabur
1. Operasi Komplemen
Ada operasi komplemen baku, komplemen dari himpunan kabur Ã, adalah
himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan :
µ ô(x) = 1- µ à (x)

Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai µ à (x) ke nilai µ ô(x), yaitu pemetaan dari selang tutup [0,1]
ke selang tutup [0,1], yang mempunyai sifat yaitu :
a. Jika µ à (x)=0 maka µ ô(x)=1, dan jika µ à (x)=1 maka µ ô(x)=0

b. Jika µ à (x)<µ à (y), maka µ ô(y)<µ ô(x).


Maka opearsi baku komplemen pada himpunan kabur dapat dirampatkan menjadi
operasi komplemen kabur sebagai berikut:
k: Operasi komplemen kabur adalah suatu pemetaan [0,1]→ [ 0,1 ] yang memenuhi
dua sifat (syarat) sebagai berikut:
1. k(0)=1 dan k(1)=0 (disebut syarat batas)
2. Jika x<y, maka k(x)≥k(y) untuk semua x,y∈ [0,1] (disebut syarat tak naik
atau syarat monoton). x=y jika x dan y merupakan titik silang yaitu 0,5
1. Menunjukan bahwa jika sebuah elemen menjadi anggota himpuna kabur dengan
derajat 1, maka derajat keanggotaan pada komplemen himpunan kabur adalah o,
dan sebaliknya.
2. Menyatakan bahwa naiknya nilai keanggotaan akan mengakibatkan menurunnya
atau tanpa perubahan nilai keanggotaan komplemennya.
Suatu kelas pemetan untuk operasi komplemen kabur adalah kelas sugeno yang
didefinisikan sebagi berikut:
1−x
k λ (x)=
1+ λx
Dengan parameter ∈(-1, ). Umtuk setiap nilai parameter 𝜆 diperboleh suatu
komplemen kabur. Untuk 𝜆=0, diperoleh komplemen baku yaitu,
k 0(x)=1-x

Dimana x adalah derajat keanggotaan suatu elemen dalam suatu himpunan kabur Ã,
yaitu µ Ã (y), dan k 0(x) adalah derajat keanggotaan elemen tersebut dalam himpunan
kabur ô (komplemen dari himpunan kabur Ã), yaitu µ Ã'(y).
Kelas pemetaan lainnya yang merupakan operasi komplemen kabur adalah kelas
yager yang didefinisikan sebagai berikut:
1
k ω (x)=(1- x ω ¿ ω
Dengan parameter ω ∈(0, ). Untuk setiap nilai parameter ω
diperoleh suatu komplemen kabur, dan untuk ω=1, diperoleh operasi komplemen
baku, yaitu k 1=1-x

2. Operasi gabungan
Pada operasi gabungan baku, gabungan himpunan kabur à dan himpunan kabur
~ yaitu Ã~ adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotan
B B
µ Ã ~B(x)=max{µ Ã (x), µ~B (x)

Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai µ Ã (x) dan nilai µ~B (x) ke nilai µ Ã ~B(x), yaitu pemetaan dari
perkalian kartesius [0,1]x[0,1] ke selang tutup [0,1], yaitu mempunyai empat sifat
yaitu
a. Jika µ Ã (x)=0, maka µ Ã ~B(x)=µ~B (x); jika µ~B (x)=0 maka µ Ã ~B(x)=µ Ã (x); dan jika µ Ã
(x)=µ~B (x) =1, maka µ Ã ~B(x)=1.

b. µ Ã ~B(x) =µ~B Ã(x) untuk setiap x∈X

c. µ(Ã∪ ~B ¿ ∪ ~c ¿ (x)= µÃ(∪ ~B ∪~C ¿ ¿( x) untuk setiap x∈X

d. Jika µ Ã (x)≤ µ Ã(y) dan µ~B (x)≤ µ~B(y) maka µ Ã ~B(x)≤ µ Ã ~B (y)
Maka operasi baku gabungan pada himpunan-himpunan kabur dapat dirampatkan
menjadi operasi gabungan kabur sebagi berikut
Operasi gabungan kabur (seringkali juga disebut norma –s) adalah suatu
pemetaan s: [0,1x[0,1]→[0,1] yang memenuhi empat sifat (syarat) sebagai berikut:
S1. s(0,x)=s(x,0)=x dan s(1,1)=1 (disebut syarat batas)
S2. s(x,y)=s(y,x) (disebut syarat komutatif)
S3. s(s(x,y),z)=s(x,s(y,z)) (disebut syarat asosiatif)
S4. jika x≤x´ dan y≤y´ maka s(x,y)≤s(x´,y´) untuk semua x,y∈[0,1] (disebut syarat
tak turun)
Operasi gabungan baku, yaitu s(x,y) =max{x,y}, merupakan suatu norma-s.
contoh-contoh norma-s lainnya:
Jumlah aljabar: s ja(x,y)=x+y-xy
x+ y
Jumlah Einstein: s je(x,y)=
1+ xy

x jika y=0
Jumlah Drastis: s jd ( x , y )=
{ y jika x=0
1 jika x ≠ 0 dan y ≠ 0
Beberapa kelas pemetaan yang merupakan norma-s (gabungan kabur)
1
a. Kelas yager: sω(x,y)=min \{1,( x ω + y ω ) ω } dengan parameter ω ∈(0, ¿

x+ y −xy−min ⁡{ x , y ,1−a }
b. Kelas Dubois-Prade sa (x,y)= dengan parameter
max ⁡{1−x , 1− y , a }
a ∈ [ 0,1 ]
1
c. Kelas Dombi s λ (x , y)= dengan parameter 𝜆∈(0, )
1+ ¿ ¿¿

Teorema 2.1 memperlihatkan bahwa diantara semua operasi gabungan kabur


(norma-s), operasi gabungan baku adalah norma-s yang terkecil dan operasi jumlah
drastic adalah norma-s yang terbesar.
Teorema 2.1 : untuk setiap operasi gabungan kabur s dan setiap x,y ∈[0,1] berlaku
max{x,y}≤ s (x , y )≤ s jd ( x , y ).
Bukti:
Ambil sembarang operasi gabungan kabur s dan sebarang x,y ∈ [0,1]. Karena s
memenuhi syarat batas dan syarat tak turun dari norma-s, maka diperoleh

x=s ( x , 0 ) ≤ ( x , y ) jikax ≥ y
max{x,y}= { y=s ( 0 , y ) ≤ s ( x , y ) jikax< y

yang memperlihatkan bahwa max{x,y}≤ s ( x , y ). Selanjutnya,

¿ s ( x , 0 )=x jika y=0

{
s(x,y) ¿ s ( 0 , y )= y jika x=0
≤1 jika x ≠ 0 dan y ≠ o

yang memperlihatkan bahwa s(x,y)≤ s jd (x , y)

3. Operasi Irisan
~ ~
Pada operasi irisan baku, irisan himpunan kabur A dan himpunan kabur B
~ ~
yaitu A ∪ B adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan
μ~A ∩ ~B (x)=min ⁡{μ~A ( x ) , μ~B ( x ) }

Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai μ~A ( x )dan nilai μ~B ( x ) ke nilai μ~A ∩ ~B (x), yaitu pemetaan dari
perkalian kartesius [0,1] x [0,1] ke selang tutup [0,1], yang mempunyai empat sifat
yaitu:

a. Jika μ~A ( x )=1, maka μ~A ∩ ~B=μ~B ( x ) ; jika μ~B ( x )=0 ,maka μ~A ∩ ~B=μ~A ( x ) ;dan jika
μ~A ( x )=μ~B ( x )=0 ,maka μ~A ∩ ~B=0 .
b. μ~A ∩ ~B (x)=μ~B ∩ ~A ( x) untuk setiap x∈X.
c. μ~A ∩ ~B ( x )=μ~A ∩( ~B ∩~C ) ( x) untuk setiap x∈X.
d. Jika μ~A ( x ) ≤ μ~A ( y ) dan μ~B ( x ) ≤ μ~B ( y ) maka μ~A ∩ ~B ( x )=μ~A ∩~B ( y )

Maka operasi baku irisan pada himpunan-himpunan kabur dapatdirampatkan


menjadi operasi irisan kabur sebagai berikut.
Operasi irisan kabur (seringkali juga disebut norma-t) adalah suatu pemetaan t : [0,1]
x [0,1] →[0,1] yang memenuhi empat sifat (syarat) sebagai berikut:
T1.t(x,1) = t(1,x) = x dan t(0,0) = 0 (disebut syarat batas).
T2. t(x,y) = t(y,x) (disebut syarat komutatif).
T3. t(t(x,y),z) = t(x,t(y,z)) (disebut syarat asosiatif).
T4. Jika x≤ x' dan y≤ y ', maka t(x,y)≤ t(x ' , y ' ) untuk semua x,y ∈ [0,1] (disebut
syarat tak turun).
Operasi irisan baku, yaitu t(x,y) = min {x,y}, merupakan suatu norma-t. Contoh-
contoh norma-t lainnya.
a. Perkalian Aljabar: t da ( x , y ) =xy
xy
b. Perkalian Einstein: t de ( x , y )=
2−(x+ y−xy )
x jika y=1
c. Perkalian Drastis: t dd ( x , y )=
{
y jika x=1
0 jika ≠ 1dan y ≠ 1

Beberapa kelas pemetaan yang merupakan norma-t (irisan kabur):


a. Kelas Yager: t ω ( x , y )=1 min{1, ¿ ¿.
xy
b. Kelas Dubois-Prade: t α ( x , y ) = dengan parameter αϵ [ 0,1 ]
max { x , y , α }
1
c. Kelas Dombi: t λ ( x , y )= dengan parameter ∈(0, ).
1+ ¿¿
Teorema 3.1 memperlihatkan bahwa diantara semua operasi irisan kabur (norma-t),
operasi irisan baku adalah norma-t yang terbesar dan operasi perkalian drastis
adalah norma-t yang terkecil.
Teorema 3.1: untuk setiap operasi irisan kabur t dan setiap x,y ∈ [0,1] berlaku
t dd ( x , y ) ≤ t ( x , y ) ≤ min { x , y } .

Bukti:
Ambil sebarang operasi irisan kabur t dan sebarang x,y ∈ [ 0,1 ]. Karena t memenuhi
syarat batas dan syarat takturun dari norma-t, maka diperoleh

x=t ( x , y ) ≥ t ( x , y ) jika x ≤ y
min{x,y}= { y=t ( 1, y ) ≥t ( x , y ) jika x> y

yang memperlihatkan bahwa t(x,y)≤ min ⁡{x , y }. Selanjutnya


¿ t ( x , 1 )=x jika y=1

{
t(x,y) ¿ t ( 1 , y )= y jika x=1
≥0 jika x ≠ 1dan y ≠1

yang memperlihatkan bahwa t dd ( x , y ) ≤ t ( x , y ) .

B. Potongan-⍺ dari Himpunan Kabur


Untuk suatu bilangan ⍺  [0,1], potongan-⍺ dari suatu himpunan kabur Ã, yang
dilambangkan dengan A⍺ , adalah himpunan tegas yang memuat semua elemen dari
semesta dengan derajat keanggotaan dalam à yang lebih besar atau sama dengan
⍺, yaitu
A⍺  = { x  X │μ Ã (x) ≥ ⍺ }

sedangkan potongan-⍺ kuat dari himpunan kabur à adalah himpuna tegas

Ak⍺ = { x  X │μ Ã (x) > ⍺ }

Jelas bahwa Pend (Ã) = Ak0 dan Teras (Ã) = A1

Contoh :
Dalam semesta X = { -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} ,
Untuk himpunan kabur à = 0.1/-4 + 0.3/-3 + 0.5/-2 + 0.7/-1 + 1/0 + 0.7/1 + 0.5/2 +
0.3/3 + 0.1/4 , potongan-⍺ dari à dengan ⍺ = 0.5 adalah A0.5 = { -2, -1, 0 , 1 , 2 },
sedangkan potongan-⍺ kuatnya adalah Ak0.5 = { -1, 0, 1}.

Teorema Dekomposisi
Jika à adalah himpunan kabur dalam semesta X, A⍺  adalah potongan-⍺dari
himpunan kabur Ã, X A adalah fungsi karakteristik dari himpunan (tegas) A⍺  dan à ⍺ 
⍺ 

adalah himpunan kabur dalam semesta X dengan fungsi keanggotaan

⍺jika x  A⍺ 
μà (x) = ⍺X A (x) ={
⍺ 
0 jika x  A⍺ 

¿ ⍺   [0,1] Ã⍺ 
Maka à =

Bukti :
Ambil sebarang x  X dan misalkan μà (x) = ⍺. Untuk setiap ⍺ [0,a], μà (x) = a ≥ ⍺ ,
yang berarti x  A⍺ , sehingga μà (x) = ⍺.
Sedangkan untuk setiap ⍺   [a,1],  μÃ(x) = a < ⍺, yang berarti x  A⍺ 
μà (x) = 0. Maka

μ¿❑⍺   [0,1] Ã
(x) = sup μà (x)
⍺ 

= max { sup μ à (x) , sup μà (x)

= sup μà (x)
= sup ⍺
=⍺
= μà (x)
untuk setiap x ¿X
⍺ .
Jadi ÃÃ
[0,1] =
⍺ 

Suatu sifat , relasi, atau operasi pada himpunan kabur yang juga dimiliki oleh
setiap potongan-⍺ dari himpunan kabur itu ( sebagai himpunan tegas ) disebut sifat
layak-potongan (cutworthy).
Teorema 3.6.2.
~
Untuk setiap ⍺   [0,1], Ã ⊆ B jika dan hanya jika A⍺  ⊆ B⍺ 
Bukti :
~
Misalkan à ⊆ B . Untuk sebarang ⍺   [0,1], ambil sebarang x  A⍺ . Maka μ Ã
~
(x) ≥ ⍺, dan karena μ~B (x) ≥ μà (x), maka μ~B (x) ≥ ⍺, sehingga x  B⍺ , jadi à ⊆ B .
Berdasarkan teorema di atas diperlihatkan bahwa kesamaan antara
himpunan-himpunan kabur juga bersifat layak-potongan, yaitu
~
à ¿ B jika dan hanya jika A⍺  = B⍺  untuk setiap ⍺   [0,1]
Salah satu sifat himpunan kabur yang merupakan perampatan sifat himpunan
tegas melalui representasi potongan-⍺ -nya adalah konveksitas.
Suatu himpunan kabur dalam semesta Rn disebut konveks jika untuk setiap
⍺   [0,1] potongan-⍺ dari himpunan kabur itu adalah himpunan (tegas) yang
konveks. Dengan kata lain, sifat konveksitas pada himpunan kabur adalah suatu sifat
yang layak-potongan. Dapat dibuktikan bahwa himpunan kabur à adalah konveks
jika dan hanya jika
μà (λ x 1 + (1- λ) x 2) ≥ min{μ à ( x 1), μà ( x 2)}

Untuk setiap x 1, x 2    Rn dan setiap λ    [0,1]


Untuk himpunan kabur à yang normal dan konveks, didefinisikan lebar
himpunan kabur itu sebagai jarak antara kedua titik silangnya, yaitu
Lebar(Ã) = │ x 2 - x 1│

Di mana x 1 dan x 2 adalah titik silang dari himpunan kabur Ã, yaitu


μà ( x 1) = μ à ( x 2) = 0.5

Contoh :
Dalam semesta X = { -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} ,
Untuk himpunan kabur à = 0.1/-4 + 0.3/-3 + 0.5/-2 + 0.7/-1 + 1/0 + 0.7/1 + 0.5/2 +
0.3/3 + 0.1/4 , mempunyai titik silang x 1=−2 dan x 2 = 2.
Maka lebar(Ã) = │2 – (-2)│ = 4

Anda mungkin juga menyukai