Perampatan Operasi Baku Pada Himpunan Kabur & Potongan-A Pada Himpunan Kabur
Perampatan Operasi Baku Pada Himpunan Kabur & Potongan-A Pada Himpunan Kabur
Disusun oleh :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
A. Perampatan Operasi Baku pada Himpunan Kabur
1. Operasi Komplemen
Ada operasi komplemen baku, komplemen dari himpunan kabur Ã, adalah
himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan :
µ ô(x) = 1- µ à (x)
Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai µ à (x) ke nilai µ ô(x), yaitu pemetaan dari selang tutup [0,1]
ke selang tutup [0,1], yang mempunyai sifat yaitu :
a. Jika µ à (x)=0 maka µ ô(x)=1, dan jika µ à (x)=1 maka µ ô(x)=0
Dimana x adalah derajat keanggotaan suatu elemen dalam suatu himpunan kabur Ã,
yaitu µ Ã (y), dan k 0(x) adalah derajat keanggotaan elemen tersebut dalam himpunan
kabur ô (komplemen dari himpunan kabur Ã), yaitu µ Ã'(y).
Kelas pemetaan lainnya yang merupakan operasi komplemen kabur adalah kelas
yager yang didefinisikan sebagai berikut:
1
k ω (x)=(1- x ω ¿ ω
Dengan parameter ω ∈(0, ). Untuk setiap nilai parameter ω
diperoleh suatu komplemen kabur, dan untuk ω=1, diperoleh operasi komplemen
baku, yaitu k 1=1-x
2. Operasi gabungan
Pada operasi gabungan baku, gabungan himpunan kabur à dan himpunan kabur
~ yaitu Ã~ adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotan
B B
µ Ã ~B(x)=max{µ Ã (x), µ~B (x)
Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai µ Ã (x) dan nilai µ~B (x) ke nilai µ Ã ~B(x), yaitu pemetaan dari
perkalian kartesius [0,1]x[0,1] ke selang tutup [0,1], yaitu mempunyai empat sifat
yaitu
a. Jika µ Ã (x)=0, maka µ Ã ~B(x)=µ~B (x); jika µ~B (x)=0 maka µ Ã ~B(x)=µ Ã (x); dan jika µ Ã
(x)=µ~B (x) =1, maka µ Ã ~B(x)=1.
d. Jika µ Ã (x)≤ µ Ã(y) dan µ~B (x)≤ µ~B(y) maka µ Ã ~B(x)≤ µ Ã ~B (y)
Maka operasi baku gabungan pada himpunan-himpunan kabur dapat dirampatkan
menjadi operasi gabungan kabur sebagi berikut
Operasi gabungan kabur (seringkali juga disebut norma –s) adalah suatu
pemetaan s: [0,1x[0,1]→[0,1] yang memenuhi empat sifat (syarat) sebagai berikut:
S1. s(0,x)=s(x,0)=x dan s(1,1)=1 (disebut syarat batas)
S2. s(x,y)=s(y,x) (disebut syarat komutatif)
S3. s(s(x,y),z)=s(x,s(y,z)) (disebut syarat asosiatif)
S4. jika x≤x´ dan y≤y´ maka s(x,y)≤s(x´,y´) untuk semua x,y∈[0,1] (disebut syarat
tak turun)
Operasi gabungan baku, yaitu s(x,y) =max{x,y}, merupakan suatu norma-s.
contoh-contoh norma-s lainnya:
Jumlah aljabar: s ja(x,y)=x+y-xy
x+ y
Jumlah Einstein: s je(x,y)=
1+ xy
x jika y=0
Jumlah Drastis: s jd ( x , y )=
{ y jika x=0
1 jika x ≠ 0 dan y ≠ 0
Beberapa kelas pemetaan yang merupakan norma-s (gabungan kabur)
1
a. Kelas yager: sω(x,y)=min \{1,( x ω + y ω ) ω } dengan parameter ω ∈(0, ¿
x+ y −xy−min { x , y ,1−a }
b. Kelas Dubois-Prade sa (x,y)= dengan parameter
max {1−x , 1− y , a }
a ∈ [ 0,1 ]
1
c. Kelas Dombi s λ (x , y)= dengan parameter 𝜆∈(0, )
1+ ¿ ¿¿
x=s ( x , 0 ) ≤ ( x , y ) jikax ≥ y
max{x,y}= { y=s ( 0 , y ) ≤ s ( x , y ) jikax< y
{
s(x,y) ¿ s ( 0 , y )= y jika x=0
≤1 jika x ≠ 0 dan y ≠ o
3. Operasi Irisan
~ ~
Pada operasi irisan baku, irisan himpunan kabur A dan himpunan kabur B
~ ~
yaitu A ∪ B adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan
μ~A ∩ ~B (x)=min {μ~A ( x ) , μ~B ( x ) }
Untuk setiap x∈X aturan fungsi keanggotaan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu pemetaan dari nilai μ~A ( x )dan nilai μ~B ( x ) ke nilai μ~A ∩ ~B (x), yaitu pemetaan dari
perkalian kartesius [0,1] x [0,1] ke selang tutup [0,1], yang mempunyai empat sifat
yaitu:
a. Jika μ~A ( x )=1, maka μ~A ∩ ~B=μ~B ( x ) ; jika μ~B ( x )=0 ,maka μ~A ∩ ~B=μ~A ( x ) ;dan jika
μ~A ( x )=μ~B ( x )=0 ,maka μ~A ∩ ~B=0 .
b. μ~A ∩ ~B (x)=μ~B ∩ ~A ( x) untuk setiap x∈X.
c. μ~A ∩ ~B ( x )=μ~A ∩( ~B ∩~C ) ( x) untuk setiap x∈X.
d. Jika μ~A ( x ) ≤ μ~A ( y ) dan μ~B ( x ) ≤ μ~B ( y ) maka μ~A ∩ ~B ( x )=μ~A ∩~B ( y )
Bukti:
Ambil sebarang operasi irisan kabur t dan sebarang x,y ∈ [ 0,1 ]. Karena t memenuhi
syarat batas dan syarat takturun dari norma-t, maka diperoleh
x=t ( x , y ) ≥ t ( x , y ) jika x ≤ y
min{x,y}= { y=t ( 1, y ) ≥t ( x , y ) jika x> y
{
t(x,y) ¿ t ( 1 , y )= y jika x=1
≥0 jika x ≠ 1dan y ≠1
Contoh :
Dalam semesta X = { -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} ,
Untuk himpunan kabur à = 0.1/-4 + 0.3/-3 + 0.5/-2 + 0.7/-1 + 1/0 + 0.7/1 + 0.5/2 +
0.3/3 + 0.1/4 , potongan-⍺ dari à dengan ⍺ = 0.5 adalah A0.5 = { -2, -1, 0 , 1 , 2 },
sedangkan potongan-⍺ kuatnya adalah Ak0.5 = { -1, 0, 1}.
Teorema Dekomposisi
Jika à adalah himpunan kabur dalam semesta X, A⍺ adalah potongan-⍺dari
himpunan kabur Ã, X A adalah fungsi karakteristik dari himpunan (tegas) A⍺ dan à ⍺
⍺
⍺jika x A⍺
μà (x) = ⍺X A (x) ={
⍺
0 jika x A⍺
¿ ⍺ [0,1] Ã⍺
Maka à =
Bukti :
Ambil sebarang x X dan misalkan μà (x) = ⍺. Untuk setiap ⍺ [0,a], μà (x) = a ≥ ⍺ ,
yang berarti x A⍺ , sehingga μà (x) = ⍺.
Sedangkan untuk setiap ⍺ [a,1], μÃ(x) = a < ⍺, yang berarti x A⍺
μà (x) = 0. Maka
μ¿❑⍺ [0,1] Ã
(x) = sup μà (x)
⍺
= sup μà (x)
= sup ⍺
=⍺
= μà (x)
untuk setiap x ¿X
⍺ .
Jadi ÃÃ
[0,1] =
⍺
Suatu sifat , relasi, atau operasi pada himpunan kabur yang juga dimiliki oleh
setiap potongan-⍺ dari himpunan kabur itu ( sebagai himpunan tegas ) disebut sifat
layak-potongan (cutworthy).
Teorema 3.6.2.
~
Untuk setiap ⍺ [0,1], Ã ⊆ B jika dan hanya jika A⍺ ⊆ B⍺
Bukti :
~
Misalkan à ⊆ B . Untuk sebarang ⍺ [0,1], ambil sebarang x A⍺ . Maka μ Ã
~
(x) ≥ ⍺, dan karena μ~B (x) ≥ μà (x), maka μ~B (x) ≥ ⍺, sehingga x B⍺ , jadi à ⊆ B .
Berdasarkan teorema di atas diperlihatkan bahwa kesamaan antara
himpunan-himpunan kabur juga bersifat layak-potongan, yaitu
~
à ¿ B jika dan hanya jika A⍺ = B⍺ untuk setiap ⍺ [0,1]
Salah satu sifat himpunan kabur yang merupakan perampatan sifat himpunan
tegas melalui representasi potongan-⍺ -nya adalah konveksitas.
Suatu himpunan kabur dalam semesta Rn disebut konveks jika untuk setiap
⍺ [0,1] potongan-⍺ dari himpunan kabur itu adalah himpunan (tegas) yang
konveks. Dengan kata lain, sifat konveksitas pada himpunan kabur adalah suatu sifat
yang layak-potongan. Dapat dibuktikan bahwa himpunan kabur à adalah konveks
jika dan hanya jika
μà (λ x 1 + (1- λ) x 2) ≥ min{μ à ( x 1), μà ( x 2)}
Contoh :
Dalam semesta X = { -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} ,
Untuk himpunan kabur à = 0.1/-4 + 0.3/-3 + 0.5/-2 + 0.7/-1 + 1/0 + 0.7/1 + 0.5/2 +
0.3/3 + 0.1/4 , mempunyai titik silang x 1=−2 dan x 2 = 2.
Maka lebar(Ã) = │2 – (-2)│ = 4