Anda di halaman 1dari 6

A.

INTERVENSI BERBASIS SEKOLAH

Intervensi berbasis sekolah meliputi program latihan keterampilan sosial, program latihan
meningkatkan prestasi akademik, latihan kontrol kemarahan, latihan konsep diri atau harga diri,
latihan control terhadap rangsangan, dan latihan memecahkan masalah. Masing-masing program
latihan tersebut dijelaskan berikut ini.

a. Latihan Keterampilan Sosial

Anak-anak GPPH umumnya bermasalah dengan teman sebayanya, hal ini disebabkan karena
mereka bermasalah dengan perhatian dan kurang sabaran sehingga mengganggu performan
sosialnya dalam berbagai hal (Guevremont, 1990). Ada beberapa alasan anak-anak GPPH
bermasalah dalam hal keterampilan sosial,antara lain:

1. Anak-anak GPPH mungkin memasuki aktivitas atau kegiatan bermain teman sebaya
dengan cara yang kasar dan perilaku yang destruktif sehingga menimbulkan
ketidakpuasan bagiteman sebayanya dalam melakukan aktivitas tersebut.
2. Anak-anak GPPH tidak mengikuti aturan dalam melakukan percakapan, misalnya
merekaa sering menyela pembicaraanorang lain atau anak menjawab sesuatu yang tidak
relevandengan pertanyaan.

3. Anak-anak GPPH sering menunjukkan kehilangan kontrol diridan mudah marah.

Oleh sebab itu dalam memberikan intervensi, Guevremont(1990) mengemukakan ada 3


komponen intervensi yang berkaitan dengan keterampilan sosial, yaitu:

Program Latihan Keterampilan

Ada 4 komponen yang menjadi bahasan latihan keterampilan sosial yakni memasuki
lingkungan sosial, keterampilan percakapan,pemecahan masalah dan kontrol kemarahan
(Guevremont, 1990).Masing masing komponen tersebut ditujukan pada setiap
keterampilan sosial yang berkaitan dengan GPPH. Pembelajaran untuk setiap masing-
masing komponen tersebut ditujukan pada setiap keterampilan, komponen keterampilan
tersebut dilakukan dalam bentuk terapi kelompok. Waktu pemberian terapi rata-rata 30-
45 menit. Latihan diberikan paling tidak sekali seminggu, jika dilakukan di sekolah.
Dalam hal ini konferensi kasus sangat penting dilakukan untuk mendiskusikan masalah-
masalah penting yang berkaitan dengan anak. Latihan keterampilan sosial ini sebaiknya
melibatkan ahli- ahli yang relevan seperti ahli psikologi sekolah, pekerja sosial, dan
konselor karena melibatkan intervensi perilaku dan intervensi perilaku kognitif.

Latihan keterampilan percakapan merupakan komponen utama program keterampilan


social (Guevremont, 1990). Anak-anak menerima pengajaran, contoh, bimbingan dan
umpan balik dalam latihan keterampilan verbal dan keterampilan nonverbal untuk
meningkatkan percakapan yang sesuai dalam kaca mata sosial. Keterampilan verbal
tersebut adalah:

1) menanyakan kepada orang lain tentang diri mereka sendiri,


2) memberikan informasi tentang diri sendiri atau seseorang, dan

3) membuat sugesti, memulai aktivitas, memberi bimbingan atau


memberikan umpan balik.

Sedangkan komponen perilaku nonverbal, meliputi :

1) membuat kontak ketika sedang berbicara atau mendengarkan,


2) orientasi tubuh (misalnya menghadapi teman sebaya dengan seseorang
yang sedang berbicara).

Kompornen latihan keterampilan sosial berikutnya adalah strategi memecahkan masalah


sosial. Partisipan diminta mengikuti langkah-langkah sebagai berikut

1) mengidentifikasi masalah dan menata tujuan,


2) mengatur berbagai pilihan pemecahan masalah,

3) menggambarkan konsekuensi setiap alternatif pemecahan masalah, dan

4) memilih rencana dan menilai hasil. Pada anak-anak GPPH keterampilan


memecahkan masalah ini diberikan kira-kira 3 - 5 sesi.

Komponen keterampilan sosial yang terakhir adalah kemampuanmengontrol kemarahan.


Ada 2 tahap latihan mengontrol kemarahan, DuPaul& Stoner (1994) menyatakan

1) Anak-anak diajarkan untuk mengindentifikasi peristiwa


pentinodilingkungan yang berkaitan dengan marah, dan memikirkan
tentang sesuatu yang membuat kemarahan. Langkah ini untuk
meningkatkan kesadaran setiap partisipan terhadap kemarahannya dan
bagaimana cara menghindari kemarahan.
2) Melatih keterampilan menghadapi masalah terhadapP perilaku agresif.

Latihan keterampilan menghadapi masalah ini terdiri dari 2 langkah:

1) Mengenal petunjuk internal sesuatu yang berkaitan dengan


2) Menggunakan cara pernyataan diri untuk mengekspresikan
3) Menyusun rencana untuk menghadapi provokasi (misalnya meninta teman
sebaya untuk menghentikan olok olokan)

4) Memiliki rencana persiapan tindakan (misalnya meninggalkan

5) situasi) jika anak menjadi terlalu marah.

b. Program Generalisasi

Guevremont (1990) mengemukakan bahwa program generalisasi dapat dibawa ke dalam


strategi latihan untuk mendukung pemeliharaan perilaku sosial. Berbagai prosedur harus
dimasukkan dalam sesi latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemungkinan
generalisasi kedalam kehidupan nyata. Strategi tersebut meliputi:

1) Menggunakan pola kehidupan nyata yang dilakukan oleh sekelompok partisipan.

2) Menggunakan contoh yang banyak dan kesempatan latihan yang bervariasi selama
modeling dan bermain peran.

3) Menugaskan pekerjaan rumah yang melibatkan prosedur penguatan diri dan


monitoring diri.

4) Memarnfaatkan sesi pendamping untuk meningkatkan dan memperkaya sesi latihan


yang terdahulu (DuPaul & Stoner, 1994). Pekerjaan rumah yang diberikan tersebut
digunakan untuk.meningkatkan penggunaan pemecahan masalah sehari-hari.

c. Strategi Pelibatan Teman Sebaya

Pelibatan teman sebaya sangat mendukung perilaku prososial anak di berbagai kondisi.
Pelibatan teman sebaya ini juga penting untuk menentukan apakah perubahan perilaku sosial
tersebut signifikan misalnya meningkatnya penerimaan sosial dan persahabatan).

Guevremont (1990) menyatakan teman sebaya hendaklah dilibatkan dalam semua tahap
intervensi keterampilan sosial.

Pertama, teman sebaya yang tidak mengalami kelainan dapat berpartisipasi sebagai model
dalam sesi pelatihan keterampilan. Melalui partisipasi mereka tersebut serta umpan balik
yang diberikan, mereka dapat berperan sebagai koterapis (pendukung terapis).

Kedua, teman sebaya dapat menjadi tutor di lingkungan dengan memberikan dan
meningkatkan perubahan perilaku sosial yang telah ditargetkan dalanm pelatihan
Ketiga, orangtua dapat menyusun pengalaman latihan persahabatan berbasis keluarga dengan
mengawasi anaknya dalam situasi yang diatur dengan ketat.

Rancangan Intervensi untuk Meningkatkan Prestasi Akademik

Ada beberapa strategi pengajaran yang dilakukan untukmeningkatkan dan prestasi


akademik anak-anak GPPH.

Pertama,berbagai tugas akademik disalurkan dari perilaku yang destruktif menjadi respon
yang konstruktif untuk menyalurkan potensi perilaku desruptif menjadi respon yang
konstruktif. Kedua, anak-anak GPPH akan menunjukkan respon positif yang lebih tinggi
jika umpan balik segera diberikan secara individual daripada dilakukan secara
berkelompok (Pifiner& Barkley, 1990).

Ketiga, anak-anak yang mengalami masalah perhatian akan lebih sukses dalam tugas-
tugas akademik jika sesual dengan kemampuannya.

Dengan demikian jika ingin pengajaran pada anak-anak GPPH berhasil harus
menyediakan kesempatan dan respon yang sesual dengan kondisinya dan menmberikan
umpan balik dengan segera.

Ada beberapa alternatif pengajaran yang dimediasi oleh guru yang dapat meningkatkan
prestasi akademik anak-anak GPPH, antara lain melalui

a. Tutor sebaya dan pengajaran berbasis komputer.


b. Latihan Memperhatikan (Attention)

Pada saat latihan keterampilan memperhatikan diberikan, ada beberapa pertanyaan


yang berkaitan dengan masalah perhatian, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan memberikan perhatian?


2. Kapan masalah perhatian itu muncul?

3. Apakah masalah perhatian tersebut muncul pada mata pelajarantertentu atau


dalam semua mata pelajaran?

4. Masalah perhatian tersebut dengan satu guru atau dengansemua guru?

5. Apakah masalah tersebut hanya pada satu bagian mata pelajarantertentu (seperti
membaca)?

6. Apakahperhatianitu terjadi dimana anakditempatkan?Apakah masalah tersebut


muncul pada saat pergantian matpelajaran?
7. Apakah masalah tersebut terjadi sepanjang waktu?

B.INTERVENSI BERBASIS KELUARGA

1. Program Pelatihan Perilaku bagi Orangtua

Program pelatihan bagi orangtua baru dikembangkan dalam dua puluk tahun terakhir kira-kira
tahun 1980-an. Program pelatihan perilaku tersebut ditujukan untuk mengatur perilaku seperti
agresif, perilaku yang menyimpang dan gangguan perilaku yang sangat parah. Saat ini, di
beberapa sekolah yang memiliki sarana prasarana lengkap, ahli psikologi sekolah atau pekerja
sosial memberikan pelatihan bagi orangtua yang diberikan di sekolah.

Program pelatihan bagi orangtua berbasis sekolah untuk bagaimana membantu orangtua
merngawasi kelengkapan tugas-tugas anak yang berkaitan dengan akademik seperti pekerjaan
rumah dan ujian. Salah satu bentuk pelatihan bagi orangtua adalah pelatihan strategi modifikasi
perilaku.Menurut Barkley (1990) program pelatihan orangtua lebih di khususkan untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan GPPH. Program pelatihan dapat dilakukan secara
individual dan kelompok. Anak tidak diikutsertakan dalam program pelatihan kecuali jika terapis
menginginkan orangtua mempraktekkannya secara langsung kepada anak. Waktu pelatihan
berkisar antara 1 - 1,5 jam untuk pelatihan secara individual dan 1,5-2 jam untuk pelatihan
berkelompok. Setiap sesi terdiri dari beberapa kegiatan seperti membahas materi. Program
pelatihan orangtua diberikan sebanyak 8-9 sesi setiap minggu. Gambaran masing-masing sesi
dijelaskan oleh Barkley (1990) berikut ini.

a. Sesi 1:Sekilas tentang GPPH. Berisi tentang segala informasi yang berkaitan dengan
GPPH antara lain pengertian, karakteristik, prevalensi, faktor penyebab kemungkinan
etiologis, dan intervensi yang efektif bagi GPPH
b. Sesi 2: Hubungan Orangtua dan Anak serta Prinsip Manajemen Perilaku. Model interaksi
antara anak dan orangtua dapat menimbulkan perilaku yang salah pada anak. Bell &
Harper's (dalam DuPaul & Stoner, 1994) menyatakan ada 4 faktor yang menjadi
penyebab, yaitu karakteristik anak dan orangtua, stressor keluarga, situasional yang
mengantarai, dan konsekuensi. Alasan dilakukannya pelatihan orangtua adalah untuk
memodifikasi cara bagaimana mereka merespon perilaku anaknya. Pada sesi ini juga
diberikan prinsip-prinsip manajemen perilaku (misalnya penguatan positif dan negatif)
disertai latihan setiap minggu.

c. Sesi 3 Meningkatkan Perhatian Orangtua terhadap Perilaku Anak. Perhatian keluarga


yang sangat kurang terhadap anak akan menimbulkan masalah perilaku, sehingga
orangtua diajarkan melakukan aktivitas waktu khusus yang dirancang untuk
meningkatkan intensitas dan kualitas perhatian orangtua terhadap anak-anaknya.
d. Sesi 4: Menghadirkan Perilaku yang Sesuai.Pada sesi ini orangtua diajarkan
menggunakan keterampilan penguatan untuk meningkatkan perilaku anak Yang muncul
selama aktivitas waktu khusus (pada sesi 3 di harapkan Orangtua memperoleh berbagai
informasi dan kesempatan mempraktekkan beberapa perilaku (misalnya mengajukan
permintaan vs menanyakan kesukaan).

e. Sesi 5: Membangun Sistem Penguatan Berbasis Keluarga Sistem ini dirancarng untuk
meningkatkan kesopanan dan kepatuhan terhadap orangtua. Tujuannya agar anak dapat
menyelesaikan tugas rumah dan belajar untuk mempersiapkan ujian.

f. Sesi 6:Penggunaan Peniadaan Penguatan Positif Dalam masa pelatihan ini diajarkan
memberikan penguatan positif tanpa memberikan hukuman. Dalam sesi ini dijelaskan ada
dua teknik hukuman ringan yakni penggunaan daya tanggap dan peniadaan penguatan
positif sebagai tambahan.

g. Sesi 7: Memanajemen Perilaku yang Salah di Tempat Umum. Anak GPPH terbiasa
berperilaku yang sulit dikontrol di tempat umum, seperti di pasar, rumah makan, rumah
sakit dan rumah lainnya. Jika orang tua sudah dibekali dengan keterampilan manajemen
perilaku yang cukup, maka mereka akan dapat mengimplementasikannya di rumah dan di
tempat umum, karena (1) orang tua sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi, (2)
orangtua dapat menjelaskan perlaku salah di tempat umum, dan (3) orangtua dapat
memberi nasehat dengan menggunakan pujian atau pengua tan positif.

h. Sesi 8: Mengatur Perilaku Salah yang Mungkin Akan Terjadi. Sesi terakhir program ini
digunakan untuk membahas prinsip- prinsip manajemen perilaku.

2. Terapi Perilaku bagi Remaja

Anak GPPH remaja sering menunjukkan tingkat disruptif yang tinggi, acuh, suka menentang,
selalu bermasalah dan sering berkonflik dengan keluarga (Guevremont & Fletsher, 1991). Anak
GPPH remaja juga memiliki konflik interpersonal dengan orangtua atau orang dewasa yang
mengontrolnya (Barkley & Anastopoulos, 1992).

Pendekatan intervensi perilaku keluarga diartikan sebagai pemecahan masalah dan pelatihan
komunikasi yang mengkombinasikan unsur latihan manajemen penguatan dan intervensi
berbasis keluarga. Intervensi tersebut menggunakan komunikasi dan pemecahan masalah yang
berguna untuk membangun keterampilan dalam keluarga. Dalam beberapa kasus prosedur terapi
kognitif diyakini oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang irrasional (Robin & Foster, 1989).

Anda mungkin juga menyukai