Akuntansi Untuk Pendirian Firma PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN FIRMA

Januari 10, 2013 by Adirta

AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN FIRMA

 PENDAHULUAN

 AKUNTANSI PENDIRIAN FIRMA

 PEMBAGIAN LABA-RUGI FIRMA

 RANGKUMAN

Tujuan mempelajari bab I mengenai Akuntansi Pendirian Firma adalah para mahasiswa atau
pembaca diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian Firma beserta karakteristiknya

2. Memahami beberapa alternatif cara pendirian Firma

3. Memahami prosedur akuntansi pendirian firma dengan metode pembukuan


mengunakan buku baru dan atau metode pembukuan melanjutkan buku
milik salah seorang anggota yang sebelumnya sudah mempunyai usaha

4. Memahami prosedur akuntansi dan perhitungan pembagian Laba-Rugi Firma


dengnn menggunakan berbagai macam metode pembagian.

1.1. Pendahuluan

Firma adalah merupakan bentuk perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk
memperluas usahanya atau untuk memperoleh laba. Firma dapat dibentuk oleh dua orang atau
lebih yang semuanya belum mempunyai usaha atau dapat merupakan perluasan dan
perusahaan perseorangan

Tujuan pendirian firma ini biasanya adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal
agar lebih kuat dan mampu bersaing dengan yang lain. Firma biasanya disebut juga Persekutan
(Partnership) sebab perusahaan yang berbentuk firma memang didirikan oleh orang-orang atau
sekutu-sekutu sebagai pemiilik dan firma tersebut. Dengan demikian pemilik Firma disebut
dengan anggota atau sekutu atau partner.

Perusahaan dengan bentuk firma dapat dijumpai pada berbagam jenis perusanaan, misalnya
perusahaan penerbitan perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, dan termasuk juga kantor-
kantor konsultan hukum dan akuntan publik.

Di dalam firma sernua anggota atau sekutu adalah pemilik yang sekaligus merangkap pengelola
(manajemen) yang Secara langsung aktif melaksanakan usaha perusahaan Karena adanya hal
tersebut, maka firma mempunyal beberapa karakteñstik yang berbeda dengan bentuk-bentuk
organisasi perusahaan yang lain.

Adapun beberapa karakteristik firma menurut Drebin (1982) adalah sebagai berikut:

1. Mutual Agency (saling mewakili), artinya setiap anggota dalam


menjalankan usaha firma adalah rnerupakan wakil dari anggota-anggota
firma yang lain. Jadi apabila ada salah seorang anggota beroperasi dalam
bidang usaha firma, maka secara tidak langsung anggota tersebut mewakili
anggota-anggota firma yang lain.

2. Limited Life (umur terbatas), artinya firma yang didirikan oleh beberapa
orang anggota mempunyai umur yang terbatas. Maksudnya adalah apabila
ada anggota/sekutu yang keluar berarti firma tersebut secara hukum
dinyatakan bubar, demikian pula apabila ada anggota baru yang masuk Jadi
kesimpulannya firma dinyatakan masih beroperasi atau belum bubar apabila
tidak ada perubahan dalam komposisi ke- anggoaannya atau tidak terjadi
pergantian dalam anggotanya dan anggota firma harus tetap sama seperti
saat pendirian.

3. Unlimited Liability (TanggungJawab terhadap kewajiban firma tidak


terbatas), artinya tanggung jawab atas hutang atu kewajiban firma tidak
terbatas pada kekayaan yang ditanamkan dalam firma saja, tetapi iuga
sampai harta milik pribadi anggota firma. Jadi apabila dalam keadaan
tertentu firma mempunyai kewajiban atau hutang pada kreditan dan firna
tersebut tidak mampu untuk membayarnya karena jumlah kekayaan tidak
mencukupi maka kreditar tersebut berhak menagih kepada anggota-anggota
firma sampai harta milik pribadiya.

4. Ownership of an Interest in a Partnership, artinya bahwa kekayaan


masing-masing sekutu yang telah ditanamkan dalam Firma merupakan
kekayaan bersama dan tidak bisa dipisah-pisahkan secara jelas. Masing-
masing sekutu/anggota adalah sebagai pemilik bersama atas kekayaan
Firma. Tanpa seijin anggota yang lain, seorang anggota tidak boleh
menggunakan kekayaan Firma. Hak anggota terhadap kekayaan firma akan
tampak dalam saldo modal akhir masing-masing anggota firma yang terdiri
dan unsur-unsur sebagai berikut : penanaman modal awal, penanaman
modal tambahan, pengambilan prive, penambahan dan pembagian laba, dan
pengurangan dan pembagian rugi.

5. Participating in Partnership Profit, artinya laba atau rugi sebagai hasil


operasi Firma akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan
partisipasi atau aktitivitas masing-masing anggota di dalam firma. Apabila
ada salah seorang anggota yang aktif menjalankan usaha firma, maka
anggota tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota
yang lain meskipun modal yang ditanamkannya lebih kecil daripada modal
yang ditanamkan oleh anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan secara
lain atas sepertujuan anggota-anggota Firma. Ketentuan mengenai proporsi
pembagian laba-rugi ini harus dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akte
pendirian firma tersebut.

Selain Drebin (1982) yang mengemukakan karakteristik Firma seperti yang tercantum di atas,
Fischer, Taylor, dan Jeer (1990, hal. 823) menyatakan bahwa Karakteristik
Firma akan lebih mudah dipahami dengan lebih jelas jika dibandingkan dengan karakteristik
perseroan seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:

BEBERAPA PERBEDAAN PENTING ANTARA

FIRMA DAN PERSEROAN

Firma Perseroan

1 KESINAMBUNGAN Umur Firma dan secara Umur dianggap tidak


USAHA hukum dinyatakan bubar terbatas. Perubahan
jika ada perubahan dalam komposisi pemilikan
komposisi sekutu atau perusahaan tidak
anggota, tetapi secara mengakibatkan berakhirnya
ekonomis dapat terus umur perseroan.
beroperasi untuk
melanjutkan usahanya
tidak perlu dilikuidasi.
2 PERIJINANPENDIRIAN Diperlukan sedikit Didirikan berdasarkan ijin
prosedur untuk negara dan harus taat pada
memperoleh formalitas aturan-aturan yang telah
usahanya. ditetapkan. Prosedur untuk
memperoleh ijin usaha
biasanya relatif lama dan
sulit.
3. TANGGUNGJAWAB Tanggung jawab setiap Kewajiban pemilik (pemegang
PEMILIK TERHADAP anggota pemilik tidak saham) hanya terbatas
HUTANG/KEWAJIIBAN terbatas, bahkan sampai sebesar modal yang
harta milik pribadinya ditanamkan/diinvestasikan
dijaminkan.
4. KETERLIBATAN DALAM Masing-masing anggota Pemegang saham bisa tidak
PENGELOLAAN terlibat aktif dalam aktif dalam pengelolaan
PERUSAHAAN perdeloaan firma secara perseroan. Mereka memilih
Iangsung. dewan Direksi untuk
melaksanakan pengelolaan
langsung terhadap perseroan.
Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma dengan bentuk
perusahaan yang lain, maka jelaslah bahwa firma memiliki kekhasan tersendiri. Meskipun tidak
dapat dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi
pada firma harus tetap berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, yaitu firma
merupakan salah satu unit usaha yang berdiri sendiri dan rnempunyai kedudukan yang terpisah
dan pemiliknya (business entity).

Dalam pendirian suatu persekutuan atau firma, sebelum operasi biasanya para anggota
membuat suatu kesepakatan atau perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian yang biasanya
berisi tentang hal-hal berikut ini:
1. Nama dan alamat firma.

2. Jenis usaha firma, misalnya usahanya dalam bidang jasa, perdagangan, atau
menufaktur

3. Hak dan kewajiban masing-masing anggota, misalnya siapa yang menjadi


manajer serta tugas dan wewenang anggota yang lainnya.

4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh masing-masing anggota,


termasuk uraian lengkap tentang aktiva non-kas yang diserahkan (bila ada)
yang digunakan dalam operasi firma.

5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk rasio antara


anggota yang satu dengan yang lainnya.

6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.

7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.

8. Prosedur keluarnya anggota firma.

9. Prosedur pembubaran firma apabila firma dilikuidasi.

10.Dan uraian penting lainnya.

Firma didirikan oleh anggota yang


semuanya belum memiliki usaha
sebelumnya

Akuntansi pendirian firma akan mencakup pembahasan masalah prosedur akuntansi pada saat
pendirian firma oleh para anggota dan pembagian laba-rugi firma. Apabila dibuat skema
pembahasan mengenai akuntansi pendirian firma akan tampak sebagai berikut :
Firma didirikan oleh anggota yang salah
satunya sudah memiliki usaha sebelumnya

Firma didirikan oleh anggota yang


semuanya sudah memiliki usaha
sebelumnya

Pembagian Laba-rugi kepada anggota


Firma

1.2 Akuntansi Pendirian Firma

Firma biasanya didirikan oleh beberapa anggota untuk memperluas usahanya masing-masing
atau untuk memperoleh tambahan laba. Masing-masing anggota yang mendirikan firma dapat
terdiri dari beberapa kemungkinan sebagai berikut:

1. Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum mempunyai


usaha (semua anggota baru)

2. Firma didirikan oleh anggota yang sudah memiliki usaha sebelumnya dan
anggota yang belum punya usaha.

3. Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya sudah memiliki usaha


sebelumnya.
Akibat adanya beberapa kemungkinan anggota-anggota pendiri, maka ada 2
(dua) metode akuntansi yang dapat digunaka untuk mencatat pendjrjan
firma yaitu:

1. Pembukuan firma menggunakan buku baru.


2. Pembukuan firma melanjutkan milik salah seorang anggota firma yang
sudah memiliki usaha

1.2.1. Firma Didirikan Oleh Anggota-anggota Yang Semuanya Belum Memiliki Usaha

Apabila firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum memiliki usaha, maka
setoran pertama di masing-masing anggo tersebut akan langsung dicatat dalam rekening modal
masing-masing anggota. Apabila ada anggota yang menyetorkan modal pertama berupa aktiva
non-kas maka aktiva non-kas tersebut terlebih dahulu harus dinilai sebesar nilai wajar atau
harga pasarnya Jika tidak dapat ditentukan nilai wajar atau harga pasar aktiya non-kas tersebut
maka aktiva non-kas tersebut dinilai berdasarkan perjanjian dan para anggota. Jumlah setoran
pertama dan masing masing anggota ini harus dicantumkan dajam akte pendirian firma.

Untuk memperoleh gambar yang jelas mengenaj prosedur akuntansi pendirian firma dapat
diikuti dalam contoh berikut ini.

Contoh 1 :

Pada tanggal I Januari 19A, Tuan Ali, Ahmad dan Ardi sepakat untuk mendirikan sebuah firma.
Berikut ini adalah setoran modal masing-masing anggota.

Tuan Ali Tuan Ahmad Tuan Ardi

– Rp 20.000.000,00 – 5.000.000,00
Kas……………………….–
Persediaan……………….. – 16.000.000,00 8.000.000,00

3.000.000,00 – 7.000.000,00
Kendaraan………………..

– 4.000.000,00 10.000.000,00
– Tanah…………………….

2.000.000,00 – –
– Bangunan
Kantor……….. Rp 25.000.000,00 20.000.000,00 30.000.000,00

Jumlah
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi penyetoran modal masing-masing anggota
adalah sebagai berikut:

1) Kas …………………. Rp 20.000.000,00

Kendaraan ………….. 3.000.000,00

Bangunan Kantor …… 2.000.000,00

Modal Tuan Ali…………………… Rp 25.000.000,00

(Untuk mencatat penyetoran modal Tuan Ali)

2) Persediaan ………….. Rp 16.000.000,00

Tanah ………………. 4.000.000,00

Modal Tuan Ahmad………………. Rp 20.000.000,00

(Untuk mencatat penyetoran modal Tuan Ahmad)

3) Kas …………………. Rp 5.000.000,00

Persediaan………….. 8.000.000,00

Tanah ………………. 10.000.000,00

Kendaraan ………….. 7.000.000,00

Modal Tuan Ardi …………………. Rp 30.000.000,00

(Untuk mencatat penyetoran modal Tuan Ardi)

Setelah jurnal penyetoran modal masing-masing anggota dibuat, maka selanjutnya transaksi
penyetoran tersebut diposting ke dalam masing-masing rekening buku besar sehingga pada saat
pendirian, firma tersebut memiliki delapan buah buku besar, yaitu:
1. Buku besar Kas.

2. Buku besar Persediaan

3. Buku besar tanah

4. Buku besar kendaraan

5. Buku besar Bangunan Kantor

6. Buku besar Modal tuan Ali

7. Buku besar Modal tuan Ahmad

8. Buku besar Modal tuan Ardi

Perlu diketahui pula bahwa buku-buku yang digunakan oleh firma tersebut semuanya adalah
buku baru, hal ini disebabkan karena semua pendiri firma merupakan anggota-anggota yang
sebelumnya tidak memiliki usaha-usaha perseorangan sehingga pembukuan firma menggunakan
buku baru.

Apabila masing-masing rekening sudah dicatat dalam buku besarnya, maka neraca awal pada
saat pendirian firma akan tampak sebagai berikut:

Firma “AAA”

NERACA AWAL

1 Januari 19A

Aktiva Lancar :Kas Hutang :Modal :


Persediaan Barang Modal Tn. Ali

Total Akt. Lancar Modal Tn. Ahmad


25.000.000,00
Aktiva Tetap : Modal Tn. Ardi
24.000.000,00
Tanah Total Modal
Bangunan kantor 49.000.000,00 Juml. Hut & Modal

Kendaraan

Total Akt. Tetap

Jumlah Aktiva

14.000.000,00 25.000.000,00

2.000.000,00 20.000.000,00

10.000.000,00 30.000.000,00

26.000.000,00 75.000.000,00

75.000.000,00 75.000.000,00

Setelah neraca awal firma dibuat, selanjutnya ditentukan pula rasio atau perbandingan
pembagian laba-rugi firma untuk masing-masing anggota dan perjanjian mengenai
perbandingan pembagian laba-rugi ini harus dicantumkan dalam akte pendirian.

1.2.2. Firma Didirikan Oleh Anggota yang Sudah Memiliki Usaha dan Anggoga yang Belum
Memiliki Usaha

Apabila firma didirikan oleh salah seorang anggota yang sudah memiliki usaha perusahaan
perseorangan dan beberapa anggota yang belum memiliki usaha, maka prosedur akuntansinya
adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan penilaian kembali aktiva atau kekayaan milik anggota yang


sudah memiliki usaha.

2. Mencatat penyetoran kekayaan anggota yang belum memiliki usaha


3. Menyusun neraca awal firma.

Akibat adanya anggota pendiri firma yang sudah memiliki usaha dan yang belum memiliki
usaha, maka ada dua metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mencatat pendirian firma,
yaitu :

1. Pembukuan firma menggunakan buku-buku baru, dan

2. Pembukuan firma melanjutkan buku milik anggota yang sudah memiliki


usaha

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, dapat diikuti kasus dalam contoh berikut ini :

Contoh 2

Pada tanggal 3 Maret 19B, Tuan Arpra, Nyonya Fina, Tuan Riski, dan Nona Rahma bersepakat
untuk mendirikan sebuah firma yang bergerak dalam bidang perdagangan konveksi. Nyonya
Fina, Tuan Riski dan Nona Rahma adalah merupakan anggota-anggota yang sebelumnya belum
memiliki usaha, sedangkan Tuan Arpra sudah memiliki perusahaan perseorangan yang berupa
Toko Konveksi pakaian jadi yang pada saat firma akan didirikan mempunyai posisi keuangan
sebagai berikut:

NERACA TUAN ARPRA

3 Maret 19B

KasPiutang dagang 6.000.000,00 Hutang dagangHutang 3.500.000,00


Persediaan Barang bank
1.500.000,00 Modal 4.500.000,00
Alat-alat toko
8.750.000,00 Total
Total
2.250.000,00 10.500.000,00
18.500.000,00 18.500.000,00

Sedangkan anggota-anggota yang lainnya menyetorkan kekayaan sebagai berikut :

Ny. Fina Tuan Risky Nn. Rahma

Kas………………………..Persediaan Rp – 4.600.000,00
………………… 12.000.000,00
Kendaraan……………….. – 16.000.000,00 –

Tanah…………………….. 18.000.000,00 – –

Peralatan kantor…………. – – 6.000.000,00

Bangunan Kantor…….….. – 8.000.000,00 –

Jumlah – – 6.000.000,00

Rp 24.000.000,00 16.600.000,00

20.000.000,00

Setelah ke-empat anggota pendiri firma tersebut bersepakat untuk mendirikan firma,
maka mereka mengadakan perjanjian mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Kas milik tuan Arpra diambil seluruhnya oleh Tuan Arpra.

2. Persediaan barang dagangan tuan Arpra dinilai kembali dan diturunkan


nilainya Sebesar Rp 2.500.000,00

3. Hutang Bank tuan Arpra akan dilunasi sendiri oleh Tuan Arpra.

4. Tanah milik Nona Rahma dinilai kembali sebesar nilai wajarnya, yaitu sebesar
Rp 8.400.000,00

5. Kendaraan milik Nyonya Fina juga dinilai kembali menjadi Rp l4.000.000,00

6. Firma tersebut diberi nama Firma ‘KURNIA’.


Berdasarkan transaksi pada contoh 2 di atas, maka prosedur akuntansi pendirian firma dengan
menggunakan dua metode pembukuan adalah sebagai berikut:

1. Bila pembukuan menggunakan buku baru.

Jika firma Kurnia menggunakan buku baru, maka prosedur akuntansi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal ini
Tuan Arpra), yaitu dengan membuat jurnal penyesuaian sesual dengan perjanjian sebagai
berikut:

Hutang Bank ……………… Rp 4.500.000,00

Modal Tn. Arpra ………….. 4.000.000,00

Kas …………………………………………Rp 6.000.000,00

Persediaan ………………………………… 2.500.000,00

Akibat adanya jurnal di atas, maka kekayaan dan modal tuan arpra akan menjadi sebagai
berikut :

– Piutang dagang …………………………. Rp 1.500.000,00

– Persediaan Barang Dagangan

Rp. 8.750.00,00 – Rp. 2.500.000,00 6.250.000,00

– Alat-alat toko …………………………… 2.250.000,00

– Hutang dagang …………………………. 3.500.000,00

– Modal Tuan Arpra :

Rp 10.500.000,00 – Rp 4.000.000,00 6.500.000,00


2) Melakukan penutupan buku rekening-rekening milik tuan arpra yaitu dengan membuat
jurnal penutup sebagai berikut :

Hutang dagang Rp 3.500.000,00

Modal tuan Arpra 6.500.000,00

Piutang dagang Rp 1.500.000,00

Persediaan 6.250.000,00

Alat-alat toko 2.250.000,00

3) Mencatat penyetoran kekayaan anggota-anggota yang belum memiliki usaha, termasuk


penyetoran kekayaan tuan Arpra.

a) Jurnal penyetoran kekayaan Nyonya Fina:

Kas ……………………….. Rp 12.000.000,00

Kendaraan ………………… 14.000.000,00

Modal Nyonya Fina ………………….. Rp 26.000.000,00

b) Jurnal penyetoran kekayaan Tuan Risky


Persediaan ……………… Rp 16.000.000,00
Peralatan Kantor ……….. 8.000.000,00

Modal Tuan Risky …………………. Rp 24.000.000,00

c) Jurnal penyetoran kekayaan Nona Rahma:

Kas ……………………… Rp 4.600.000,00

Peralatan Kantor ……….. 8.400.000,00


Bangunan ………………. 6.000.000,00

Modal Nona Rahma ……………….. Rp 19.000.000,00

d) Jurnal penyetoran kekayaan Tuan Arpra

Piutang dagang …………. Rp 1 .500.000,00

Persediaan ………………. 6.250.000,00

Alat-alat Toko ………………. 2.250.000,00

Hutang dagang …………………….. Rp 3.500.000,00

Modal tuan Arpra ………………….. Rp 6.500.000,00

4) Membuat neraca awal firma Kurnia, yaitu sebesar masing-masing rekening dari
penyetoran kekayaan masing-masing anggota yang sudah dicatatdalam buku besar. Adapun
neraca awal firma akan tarnpak sebagai berikut :

Aktiva Lancar :Kas Rp 16.000.000,00 Hutang :Hutang Rp.


……………………. 1.500.000,00 dagang … 3.500.000,00Rp
Piutang dagang ……….. Modal : 26.000.000,00
22.500.000,00 24.000.000,00
Persediaan barang …….. Modal Ny. Fina …..
2.250.000,00 19.000.000,00
Alat-alat toko …………. Modal Tn. Risky …
6.500.000,00
Total Akt. Lancar …….. Modal Nn. Rahma..

Aktiva Tetap : Modal Tn. Arpra…


Rp 75.500.000,00
Tanah …………………. Total Modal ……..
Rp 42.000.000,00
Bangunan ……………… Juml. Hut & Modal
Kenderaan ……………..

Peralatan kantor ………. Rp.79.000.000.00

Total Akt. Tetap ……… Rp 8.400.000,00

Jumlah Aktiva ………… 6.000.000,00

14.000.000,00

8.000.000,00

Rp 36.000.000,00

Rp 79.000.000,00

Sctelah neraca awal firma dibuat, langkah seianjutnya adalah menentukan rasio pembagian
laba-rugi firma, kemudian barulah firma tersebut mulai beroperasi.

1. Bila firma melanjutkan buku anggota yang sudah memiliki usaha.

Apabila firma Kurnia menggunakan buku melanjutkan buku milik salah seorang anggota yang
sudah memiliki usaha, maka prosedur akuntansi yang dilakukan

Adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal mi
Tuan Arpra). Jurnal penyesuaian yang dibuat identik dengan jurnal penyesuaian pada metode
pembukuan firma dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di muka.

2) Mencatat penyetoran kekayaan anggota-anggota yang belum memiliki usaha, yaitu


Nyonya Fina, Tuan Risky, dan Nona Rahma. Sedangkan tuan Arpra tidak perlu membuat jurnal
penyetoran kekayaannya, sebab firma menggunakan bukunya untuk mencatat transaksi-
transaksi firma. Dengan demikian, maka jurnal penyetoran kekayaan Nyonya Fina, Tuan Risky,
dan Nona Rahma adalah identik dengan jurnal nomor 3a, 3b, dan 3c pada metode pembukuan
firma dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di muka.

3) Membuat neraca awal firma yang caranya sama persis dengan metode pembukuan firma
dengan menggunakan buku baru (lihat di muka).

Dengan adanya dua metode pembukuan yang telah dibahas di atas, ternyata pada dasarnya
keduanya akan menggunakan cara pencatatan dan penjurnalan yang sama. Perbedaan yang
ada antara menggunakan buku baru dengan melanjutkan buku salah satu anggota yang sudah
memiliki usaha hanyalah terletak pada ‘Penutupan buku anggota yang sudah punya usaha’.

Untuk metode yang pertama, buku anggota yang sudah punya usaha perlu ditutup sebab firma
akan menggunakan buku baru dan anggota tersebut dianggap tidak punya usaha dan sebagai
akibatnya dibuat pula jurnal penyetoran kekayaan anggota yang sudah punya usaha (Lihat
jurnal nomor 3d pada metode yang pertama).

Sedangkan pada metode yang ke dua, tidak diadakan penutupan buku dan jurnal penyetoran
kekayaan anggota yang sudah punya usaha, sebab pembukuan firma menggunakan buku
rniliknya atau rnelanjutkan buku-buku miliknya.

Neraca awal pendirian firma dengan menggunakan metode pertama dan metode ke dua akan
menghasilkan informnasi yang sama.

1.2.3. Firma Didjrikn Oleh Anggota-anggota Yang Semuanya Sudah Memiliki usaha
Perseorangan

Apabila firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya sudah punya usaha sebelumnya,
maka prosedur akuntansi yang digunakan untuk mencatat pendirian firma:

1. Modal tuan A :
Masa modal Jumlah Modal yang Jumlah modal dalam jangka
ditamankan bulan ditanamkan waktu penanaman

1 Peb – 3 Mei 3 bulan Rp 20.000.000,00 Rp 60.000.000,00


3 Mei – 5 Nop 6 bulan Rp 15.000.000,00 Rp 90.000.000,00
5 Nop – 31 Des 2 bulan Rp 21.000.000,00 Rp 42.000.000,00
11 bulan Rp 192.000.000,00
Modal rata-rata tuan A= Rp 192.000.000,00 = Rp 17.454.540,00

11

1. Modal tuan B :

Perhitungan modal tuan B dapat menggunakan caraseperti pada perhitungan modal rata-rata
tuan A. tetapi untuk memberikan alternatif cara perhitungan yang lain kepada para pembaca,
dapat pula digunakan cara berikut:

Modal yang ditanam X jumlah bulan = Jumlah modal dalam jangka


penanaman
Rp 10.000.000,00 X 2 bln(1 Peb – 2 April) Rp 20.000.000,00
Rp 14.000.000,00 X 3 bln(2 April – 1 Juli) Rp 42.000.000,00
Rp 11.000.000,00 X 6 bln(1 Juli – 31 Des) Rp 66.000.000,00
11 bulan Rp 128.000.000,00
Modal rata-rata tuan B = Rp 128.000.000,00 = Rp 11.636.360 (dibulatkan)

11

1. Modal rata- rata tuan C :

Perhitungan modal rata-rata tuan C dapat menggunakan cara seperti pada perhitungan modal
rata-rata tuan A dan tuan B. tetapi untuk mmemberikan alternatif cara perhitungan yang lain
kepada para pembaca, dapat pula digunakan cara perhitungan sebagai berikut:

(5 X 15.000.000)+(4 X 18.000.000)+(2 X 14.000.000) = Rp 15.909.090,00(dibulatkan)

11
Keterangan:

Angaka 5 pada rumus diatas menunjukkan masa modal tuan C ditanamkan dalam bulan, yaitu
mulai tanggal 1 Pebruari 19X0 – 1 Juli 19X0. Demikian pula angka 4 dan 2 yang merupakan
jumlah bulan penanaman.

Setelah modal rata-rata masing-masing anggota dengan berdasarkan perbandingan modal rata-
rata tersebut sebagai berikut:

Nama Anggota Modal Rata-rata Hak atas Laba Firma

Tn. A Rp 7.454.540 X Rp 60.000.000,00 = Rp


17.454.540,00 32.272.725,0044.999.990
Tn. B Rp 11.636.360 X Rp 60.000.000,00 = Rp
11.636.360,00 15.515.150,0044.999.990
Tn. C Rp 15.909.000 X Rp 60.000.000,00 = Rp
15.909.000,00 21.212.125,00
44.999.990
Rp = Rp 60.000.000,00
44.999.990,00
Jurnal pembagian Laba Firma adalah sebagai berikut:

Laba – Rugi ………………………. Rp 60.000.000,00

Modal tuan A ………………………………………… Rp 23.272.725,00

Modal tuan B ………………………………………… Rp 15.515.150,00

Modal tuan C ………………………………………… Rp 21.212.125,00

Dengan adanya pembagian laba firma tersebut, maka saldo masing-masing anggota akan
bertambah sebesar haknya atas laba masing-masing anggota. Perlu dicatat disini bahwa untuk
menghitung modal rata-rata dapat menggunakan salah satu cara dari tiga cara yang diuraikan
dimuka, tinggal memilih cara mana yang dianggap paling mudah.

1.3.6. Laba – Rugi Dibagi Sama Setelah Dikurangi Gaji dan Bonus
Apabila laba-rugi Firma dibagi setelah dikurangi gaji dan bonus maka yang menjadi hal
penting disini adalah jumlah gaji dan bonus kepada para anggota. Dalam hal ini terlebih
dahulu ditetapkanbesarnya gaji (misalnya gaji bulanan) kepada para anggota dan juga di
perhitungkan adanya bonus kepada anggota. Setelah gaji dan bonus ditetapkan jumlahnya,
maka akan mengurangi laba-rugi Firma dan sisa laba setelah dikurangi gaji dan bonus tersebut
barulah dibagikan kepada para anggota sesuai dengan keputusan yang telah disetujui.

Dengan menggunakan contoh 4 dimuka, apabila diketahui bahwa gaji dan bonus untuk masing-
masing anggota adalah sebagai berikut:

Nama Anggota Gaji Bulanan Bonus

Tuan A Rp 400.000,00 8% dari laba


Tuan B Rp 350.000,00 Rp 1.800.000,00
Tuan C Rp 500.000,00 Rp 3.650.000,00
Berdasarkan data gaji dan bonus tersebut dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:

Tuan A Tuan B Tuan C Jumlah

Gaji pemilik Rp Rp Rp Rp
(11 bulan) 4.400.000,00 3.850.000,00 5.500.000,00 13.750.000,00
Bonus Rp Rp Rp Rp
4.800.000,00 1.800.000,00 3.650.000,00 10.250.000,00
Jumlah Rp Rp Rp Rp
9.200.000,00 5.650.000,00 9.150.000,00 24.000.000,00
Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah gaji dan bonus untuk para anggota adalah Rp
24.000.000,00. Dengan demikian sisa laba yang akan dibagikan para anggota adalah sebesar
Rp 60.000.000,00 – Rp 24.000.000,00 = Rp 36.000.000,00. Sisa laba sebesar Rp 36.000.000,00
dibagi rata kepada anggota yaitu masing-masing sebesar Rp 12.000.000,00

Akibat dari perhitungan diatas, maka laba sebesar Rp 60.000.000,00 akan dibagikan kepada
anggota sebagai berikut:

Tuan A = Rp 9.200.000,00 + 36.000.000 = Rp 21.200.000,00


3

Tuan B = Rp 5.650.000,00 + 36.000.000 = Rp 17.650.000,00

Tuan C = Rp 9.150.000,00 + 36.000.000 = Rp 21.150.000,00

Jumlah = Rp 60.000.000,00

Jurnal Pembagian laba sebagai berikut:

Laba – Rugi ………………………. Rp 60.000.000,00

Modal tuan A ………………………………………….. Rp 21.200.000,00

Modal tuan B ………………………………………….. Rp 17.650.000,00

Modal tuan C ………………………………………….. Rp 21.150.000,00

1.3.7. Laba – Rugi Dibagi Sama Setelah Dikurangi Bunga Modal Rata-rata

Dalam menggunakan contoh 4 dimuka, apabila ditentukan bahwa besarnya bunga modal rata-
rata untuk masing-masing anggota adalah 9%, maka besarnya bunga modal rata-rata masing-
masing anggota dapat dihitung sebagai berikut:

Tuan A = 9% x Rp 17.454.540,00*) = Rp 1.570.900,00 (pembulatan)

Tuan B = 9% x Rp 11.636.360,00*) = Rp 1.047.200,00 (pembulatan)

Tuan C = 9% x Rp 15.909.090,00*) = Rp 1.431.800,00 (pembulatan)

Jumlah = Rp 4.049.900,00

*) lihat perhitungan modal rata-rata pada bahasan dimuka.


Sisa laba setelah modal rata-rata adalah:

Rp 60.000.000,00 – Rp 4.049.000,00 = Rp 55.950.100,00

Dengan demikian, maka hak laba untuk masing-masing anggota adalah sebagai berikut:

Tuan A = Rp 1.570.900,00 + Rp 55.950.100,00 = Rp 20.220.930,00

Tuan B = Rp 1.047.200,00 + Rp 55.950.100,00 = Rp 19.697.230,00

Tuan C = Rp 1.431.800,00 + Rp 55.950.100,00 = Rp 20.081.840,00

Jurnal pembagian laba Firma adalah sebagai berikut:

Laba – Rugi …………………………………. Rp 60.000.000,00

Modal tuan A …………………………………………………….. Rp 20.220.930,00

Modal tuan B …………………………………………………….. Rp 19.697.230,00

Modal tuan C …………………………………………………….. Rp 20.081.840,00

1.4. Rangkuman

1. Firma (persekutuan/partnership) adalah suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh dua
orang anggota atau lebih yang bekerja sama dan atas nama bersama. Biasanya Firma
merupakan bentuk perluasan dari usaha perseorangan yang memiliki beberapa
sifat/karakteristik seperti mutual agency, limited life, unlimited liability, ownership of an interest
in partnership, dan participating in partnership profit.

2. Akuntansi pendirian Firma dapat dicatat dengan menggunakan dua metode pembukuan,
yaitu pembukuan Firma menggunakan buku-buku baru dan pembukuan Firma melanjutkan buku
milik salah seorang anggota Firma yang sudah punya usaha. Penggunaan metode-metode
tersebut dipengaruhi oleh komposisi anggota-anggota pendiri Firma. Apabila Firma didirikan
oleh anggota-anggota yang semuanya belum memiliki usaha, maka hanya satu pembukuan yang
dapat digunakan yaitu metode pembukuan dengan menggunakan buku baru. Tetapi apabila
Firma didirikan oleh anggota-anggota yang salah satu atau semuanya sudah memiliki usaha
maka kedua metode tersebut dapat digunakan semuanya.

3. Pembagian Laba-Rugi Firma adalah merupakan masalah yang sangat penting untuk menjaga
adanya kerukunan antar anggota dan kelangsungan usaha Firma. Olehsebab itulah pembagian
laba-rugi Firma harus ditetapkan terlebih dahulu yang selanjutnya harus dicantumkan di dalam
akte pendirian Firma untuk mendapatkan jaminan hukum apabila ada ketidakberesan dalam
pembagian laba-rugi Firma.

4. Terdapat beberapa macam cara pembagian laba-rugi Firma yang pada dasarnya merupakan
kesepakatan antara anggota-anggota pendiri Firma dan yang paling penting adalah pembagian
laba-rugi Firma harus dinyatakan secara jelas (explisit) dalam akte pendirian Firma. Apabila
tidak ada perjanjian mengenai pembagian laba-rugi Firma, maka sesuai dengan Undang-
Undang Firma, laba atau rugi Firma akan dibagi sama besar atau dengan perbandingan yang
sama kepada setiap anggota
PARTNERSHIP (PERSEKUTUAN)

I. Definisi Partnership
Partnership merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang individu atau lebih untuk
memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama-sama dengan tujuan memperoleh
laba dan membagi keuntungan yang diperoleh secara bersama-sama.
Menurut Allan R. Drebin definisi Persekutuan Firma (Partnership) Adalah
Asosiasi antara dua atau lebih individu sebagai pemilik untuk menjalankan perusahaan
dengan tujuan mendapatkan laba.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa persekutuan adalah hubungan yuridis yang timbul dari
perjanjian sukarela antara berbagai pihak yang bersangkutan, baik secara lisan, maupun tertulis
atau tersirat dari tindakan pribadi sekutu bersangkutan.
II. Sifat Partnership (Firma)

1. Limited Life (Umurnya Terbatas)

Persekutuan firma dinyatakan dalam hubungan yang timbul dari perjanjian antara
beberapa pihak yang bersangkutan, maka apabila adaperubahan terjadi dalam hubungan
tersebut akan mengakhiri perjanjian dan membubarkan persekutuan firma tersebut.

2. Unlimited Liabilities (Tanggung Jawab Yang Tak Terbatas)

3. Mutual Agency (Keagenan atau Perwakilan Bersama)

4. Hak atas Laba Rugi

5. Pemilik Kepentingan dalam Firma

Perjanjian dalam firma berisikan:

 Sifat Bisnis

 Hak dan kewajiban masing-masing anggota

 Pengaturan tambahan modal dan pengambilannya

 Pembagian laba rugi

 Prosedur untuk pembubaran partnership

III. Jenis-jenis Partnership (Firma)


1. Persekutuan Firma dagang dan non-dagang

2. Persekutuan Umum dan Terbatas

3. Perusahaan saham patungan

4. Yang diartikan dengan Firma adalah satu bentuk perusahaan dengan dua orang atau lebih
bergabung, dan bersepakat untuk menjalankan usaha bersama, dengan tujuan
memperoleh laba. Tanda-tanda persekutuan Firma antara lain :

1. Tanggung jawab yang tidak terbatas (unlimited liabilities)


5. Scoop anggota akan bertanggung jawab kepada pihak ketiga (kreditur) atas hutang
hutang yang dibuat oleh persekutuan. Artinya bila harta perusahaan tidak mencukupi
untuk menutupi seluruh hutang-hutang kepada pihak luar tadi, maka para anggota
diharuskan untuk menutupi seluruh hutang-hutang / kerugian tadi dengan harta pribadi.

2. Pemilikan bersama atas kekayaan perusahaan.


6. Setiap anggota yang menanamkan hartanya ke dalam perusahaan dengan sendirinya harta
tadi akan menjadi milik bersama anggota persekutuan. Konsekuensi dari hal ini ialah
bahwa scoop partner akan menanggung akibat perbuatan partner lainnya.

3. Umur usaha yang terbatas


7. Apabila salah satu anggota keluar dari persekutuan oleh karena suatu alasan, misalnya
mengundurkan diri, bangkrut, meninggal dunia, membawa akibat perusahaan lama akan
bubar. Mungkin pula terjadi dengan masuknya anggota baru setelah memperoleh
persetujuan dari anggota lama, akan membawa konsekuensi bubarnya persekutuan lama,
dikarenakan dengan masuknya anggota baru berarti timbal persekutuan baru dengan
komposisi yang berubah.

4. Pembagian Laba
8. Pembagian rugi atau laba dari aktivitas usaha perusahaan biasanya dibagikan sesuai
dengan perjanjian yang dituangkan dalam akte pada saat perusahaan baru tersebut
didirikan. Jika mengenai pembagian rugi atau laba ini tidak dicantumkan secara jelas,
menurut kebiasaan yang berlaku di dalam dunia usaha maka rugi atau laba tersebut akan
dibagi/ dipikul bersama.

5. Akte pendirian
9. Timbulnya persekutuan Firma didahului dengan dibuatnya perjanjian yang memuat
unsur-unsur penting bertalian dengan aktifitas perusahaan. Tidaklah merupakan
keharusan bahwa perjanjian tersebut dibuat secara tertulis, tetapi kebiasaan pedagang
yang baik sangat menganjurkan bahwa perjanjian tersebut diutarakan secara tertulis.

Perjanjian persekutuan (partnership agreement/article of partnership) harus memuat


secara jelas mengenai ;
- jumlah investasi setiap anggota.
- pembatasan-pembatasan di dalam pengambilan-pengambilan pribadi untuk setiap
anggota sekutu.
- penarikan modal.
- pembagian rugi atau laba.
- cara masuk atau keluarnya anggota persekutuan.
- lain-lain yang dianggap penting.

AKUNTANSI UNTUK PERSEKUTUAN FIRMA


10. Bila diperhatikan mengenai sistim akuntansinya, maka dapat dikatakan secara umum
hampir seluruh akuntansi untuk perusahaan berbentuk Firma, misalnya jurnal-jurnal
untuk perusahaan perorangan dapat diterapkan tanpa perlu mengalami perubahan dan
juga
tidak berbeda dengan akuntansi bentuk-bentuk organisasi lainnya. Perbedaan yang jelas
hanya mengenai perkiraan modal dan perkiraan pengambilan pribad i .

Persoalan yang penting diperhatikan di dalam persekutuan Firma yaitu mengenai


pembentukan, pembagian rugi dan laba, Pembubaran serta pendistribusian.

PENCATATAN INVESTASI
11. Untuk setiap penanaman modal ke dalam persekutuan, agar diperoleh gambaran yang-
jelas haruslah dibuat dengan ayat-ayat jurnal yang terpisah. Penanaman ini dapat terjadi
dalam bermacam-macam variasi, misalnya penggabungan dilakukan dimana setiap
angggota hanya memasukkan hartanya berupa kas, dapat pula menginvestasikan ke
dalam persekutuan berupa harta dan kewajiban perusahaan pribadi yang selama ini
dipegang serta variasi-variasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai