Anda di halaman 1dari 71

MODUL

PARIWISATA
BERKELANJUTAN

RINA KURNIAWATI, MM,MBA

[Type text]
DAFTAR ISI
TOPIK HAL

I. KONSEPSI PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA


A. Pengertian Pembangunan Pariwisata 2
B. Falsafah Pembangunan Pariwisata Indonesia 2
C. Dasar Pengembangan Pariwisata Indonesia 4
D. Sistem Pariwisata Indonesia 7
E. Kesimpulan 10

II. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan 12
B. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan 16
C. Strategi Pembangunan Berkelanjutan 17
D. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan 19
E. Kesimpulan 22

III. KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN


A. Pembangunan Berkelanjutan 25
B. Aspek Mempengaruhi Pembangunan Berkelanjutan 27
C. Pariwisata Berkelanjutan 29
D. Prinsip-prinsip Berkelanjutan 29
E. Studi Kasus 35
F. Kesimpulan 36

IV. PARIWISATA BARU VS. PARIWISATA LAMA


A. Sejarah Pariwisata 39
B. Pariwisata Berkelanjutan 40
C. Pariwisata Baru VS. Pariwisata Lama 42
D. Pariwisata Baru yang Diminati 46
E. Dampak Pengembangan Objek Wisata 51
F. Dampak Ekonomi dan Sosial 51
G. Kesimpulan 56

V. KEBOCORAN DALAM PARIWISATA


A. Kebocoran Ekonomi 58
B. Pengaruh Negatif Pembangunan Pariwisata 60
C. Faktor Meningkatnya Kebocoran 66
D. Strategi Penanggulangan 67
E. Studi Kasus 69
F. Kesimpulan 70

Modul Pariwisata Berkelanjutan 1


BAB I
KONSEPSI PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PARIWISATA

Menurut peraturan pemerintah tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan


tahun 2010-2025. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesame wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan pengusaha.
2) Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang
di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan
pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang
dikehendaki.

Jadi disimpulkan, Pembangunan Pariwisata adalah Suatu proses perubahan untuk


menciptakan nilai tambah dalam segala aspek bidang pariwisata, mulai dari Sarana-
Prasarana, Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), dan aspek-aspek lainnya.

Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:


1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;
2) Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
3) Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional; dan
4) Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang
mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran
Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 2


B. FALSAFAH PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN INDONESIA

Kepariwisataan Berdasarkan Falsafah Hidup Sehari-hari

Landasan pertama dalam penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia


adalah Pancasila. Pancasila yang juga sekaligus falsafah negara dan dasar negara
menjadi pedoman dalam pengembangan kepariwisataan. Perkembangannya harus
berpedoman pada Pancasila. Butir-butir dalam Pancasila harus menjadi tujuan dari
pengembangan kepariwisataan nasional. Pancasila dijadikan penyaring atau filter
dari pembangunan kepariwisataan, oleh karena merupakan bagian yang tidak bisa
terlepas dari pembangunan nasional.

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 2


ditegaskan bahwa penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan berdasarkan asas
manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan kepercayaan pada diri sendiri.
Berdasarkan pasal tersebut, penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan untuk dapat
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Negara dan bangsa
Indonesia.

Dengan asas usaha bersama dan kekeluargaan, berarti bahwa


kepariwisataan harus merupakan usaha bersama dan gotong royong dan bukan
merupakan seseorang atau satu golongan. Bila ada persoalan harus dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah berdasarkan kekeluargaan.

Penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan agar terciptanya suasana yang


adil dan merata bagi seluruh bangsa Indonesia serta suasana yang penuh dengan
peri kehidupan yang seimbang menuju kemakmuran yang adil sejahtera.
Penyelenggaraan kepariwisataan harus mampu mendorong upaya memupuk rakyat
dan bangsa Indonesia untuk mencintai tanah air, mempertebal rasa memiliki
terhadap apa yang ada di Negara ini, menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan di
antara satu suku dengan suku lainnya, serta saling memahami adat dan kebudayaan
masing-masing daerah.

Penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan pula untuk meningkatkan


persahabatan antar bangsa, khususnya bangsa-bangsa lain melalui pengembangan
kepariwisataan mancanegara atau internasional. Pembangunan kepariwisataan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 3


Indonesia sebagai bagian integlar pembangunan nasional dilaksanakan secara
bekelanjutan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia
dan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta memerhatikan tantangan perkembangan global.

Kepariwisataan dikembangkan oleh banyak Negara di dunia sebagai salah


satu alternative dalam pembangunan ekonominya melalui berbagai macam
pendekatan dan cara. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dilakukan melalui
suatu konsepsi pembangunan yang bertumpu pada asas kehidupan yang
berkesinambungan. Untuk itu, diperlukan suatu konsepsi yang menjadi landasan
dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. Konsepsi tersebut meliputi falsafah
pembanguan kepariwisataan Indonesia, yaitu “Sistem Kepariwisataan Indonesia” dan
“Sistem Pariwisata Indonesia”.

C. DASAR PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN


Pengembangan pariwisata dalam negeri telah diarahkan untuk memupuk
cinta tanah air dan bangsa, menanamkan jiwa dan semangat serta nilai-nilai luhur
bangsa, meningkatkan kualitas budaya bangsa, memperkenalkan peninggalan
sejarah, kein dahan alam termasuk bahari dengan terus meningkatkan wisata
remaja-remaja pemuda. Peningkatan kesadaran dan pariwisata masyarakat melalui
usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok-kelompok seni budaya, industry
kerajinan, memperkenalkan dan mengembangkan budaya bangsa, terpeliharanya
kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
kebijaksanaan yang digariskan adalah yang dapt dijadikan objek dan daya tarik
wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna hasil karya manusia, serta peninggalan
sejarah dan budaya yang merupakan model bagi perkembangan dan peningkatan
kepariwisataan di Indonesia. Model ini harus dimanfaatkan secara optimal melaluim
penyelenggaraan kepariwisataan untuk berbagai tujuan nasional, termasuk untuk
masyarakat dan persahabatan antarbangsa.
Penyelenggaraan kepariwisataan tersebut dilaksanakan dengan tetap
memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup,
serta daya tarik wisata itu sendiri.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 4


Nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arak kemajuan peradaban,
mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna
memperkokoh jati diri bangsa dan dalam rangka perwujudan wawasan nusantara,
karena itu, untuk mewujudkan pembangunan pariwisata harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatakan perkembangan
kehidupan ekonomi dan social budaya.
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
4. Kelanjutan dari usaha pariwisata itu sendiri.

Asas perikehidupan dalam keseimbangan adalah penyelenggaraan


kepariwisataan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan
kehidupan social budaya serta hubungan antarmanusia dalam upaya meningkatkan
kehidupan bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Asas kepercayaan pada diri sendiri adalah segala usaha dan kegiatan
kepariwisataan harus mampu membangkitkan kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan diri sendiri, serta dilakukan dalam rangka keseimbangan aspek materiil dan
spiritual.

Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan


Indonesia dimaksudkan agar daya tarik wisata yang sedemikian banyak dimiliki
bangsa Indonesia dapat dikenal, baik oleh masyarakat Indonesia sendiri maupun
masyarakat dunia serta dapat didayagunakan secara optimal, dengan tetap menjaga
keutuhan dan keasliannya, serta menghindarkan dari kerusakan. Sebaliknya, dengan
adanya penyelenggaraan kepariwisataan tersebut harus senantiasa ditingkatkan.

Dengan keparisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan


kepariwisataan dalam aspek social yang menyanglut hubungan antara manusia,
yaitu wisatawan dengan masyarakat local di daerah tujuan wisata, di samping itu,
kegiatan ini tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap
lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 5


Sebagaimana telah diuraikan bahwa aktivitas perjalanan manusia dilator
belakangi oleh adanya keinginan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Dalam
kaitannya dengan perjalanan wisata, factor motivasi merupakan hal yang
berpengaruh terhadap terselenggaranya perjalanan tersebut. Motivasi perjalanan
sebenarnya timbul akibat adanya realisasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.

Pasal Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang


kepariwisataanmenyebutkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia
adalah:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi


2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
3) Menghapus kemiskinan
4) Mengatasi pengangguran
5) Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya
6) Memajukan kebudayaan
7) Mengangkat citra bangsa
8) Memupuk rasa cinta tanah air
9) Memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa
10) Mempererat persahabatan antarbangsa.

Berdasarkan undang-undang tersebut kepariwisataan diselenggarakan


dengan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:

1) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai


pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan
antara manusia Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan
sesame manusia, serta hubungan antara manusia dan lingkungan
2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia,keragaman budaya dan kearifan
local
3) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan
proposionalitas
4) Memelihara kelestariaan alam dan lingkungan hidup
5) Memberdayakan masyarakat setempat

Modul Pariwisata Berkelanjutan 6


6) Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah
yang merupakan satu kesatuan sistem dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antarpemangku kepentingan
7) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
dalam bidang pariwisata
8) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. SISTEM KEPARIWISATAAN INDONESIA

Pembangunan kepariwisataan nasional merupakan rangkaian upaya


pembangunan sector kepariwisataan secara nasional yang berkesinambungan.
Kesemuanya meliputi seluruh kegiatan masyarakat, bangsa dan Negara untuk
terwujudnya tujuan pembangunan nasioanal, yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskankehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosoal.

Untuk itu, pembanguan kepariwisataan nasional dilandasi konsep kehidupan


yang seimbang dan selaras, yaitu:

1. Hubungan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa


2. Hubungan antar manusia dengan sesame manusia
3. Hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia dengan
lingkungan alam baik berupa sumber daya alam maupun kondisi
geografis.

Konsepsi tersebut jelas sejalan dengan Pancasila sebagai landasan idiil,


Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, serta dalam
operasionalnya adalah bahwa pembangunan kepariwisataan nasional menempatkan
manusia sebagai titik sentral pembangunan,baik sebagai subjek pembangunan
maupun sebagai objek pembangunan.

Dengan demikian, embanguanan kepariwisataan nasional harus bertumpu di


atas semua aspek kehidupan masyarakat berupa ideology, politik, ekonomi, social
budaya dan hankam sebagai struktur fundamental.
Modul Pariwisata Berkelanjutan 7
Sedangkan kekuatan inti untuk menggerakkan pembangunan kepariwisataan
nasional adalah perpaduan kekuatan (sinergi) yang terdiri dari unsur-unsur dunia
usaha, masyarakat (termasuk LSM, akademisi, media massa dan pekerja) dan
pemerintah.

Sistem kepariwisataan nasional dilandasi oleh konsep kehidupan bangsa


Indonesia yang berkesinambungan, yaitu hubungan manusia dengan masyarakat
dan manusia dengan lingungan alam, baik yang berupa sumber daya alam maupun
kondisi geografis dengan menggunakan pendekatan ketahanan nasional.
Hubungan secara vertical manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
menempatkan nilai-nilai agama sebagai nilai tertinggi dalam pembangunan
kepariwisataan nasional. Segala usaha dan kegiatan pembangunan kepariwisataan
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral, dan etika
kepariwisataan nasional.
Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi titik sentral, subjek
pembangunan dan kekuatan dasar pembangunan kepariwisataan. Peran serta dan
keterlibatan masyarakat secara langsung menadi hal yang utama dalam wujud
partisipasi masyarakat secara nyata.
Kepariwisataan nasional yang bertumpu pada masyarakat sebagai kekuatan
dasar, menjadikan kepariwisataaan bertumpu pula pada semua aspek kehidupan
masyarakat, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
Kepariwisataan mampu membangun kondisi senua aspek kehidupan bangsa dan
pariwisata akan turut mampu membangun:
(1) Ketahanan ideologi, yaitu kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan
keyakinan dan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan
untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan
kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa.
(2) Ketahanan Politik, yaitu kondisi kehidupan politik bangsa yang berlandaskan
demokrasi yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang
sehat dan dinamis, serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas
dan proaktif.
Modul Pariwisata Berkelanjutan 8
(3) Ketahanan Ekonomi, yaitu kondisi perekonomian bangsa yang berlandaskan
ekonomi kerakyatan yang mengandung kemampuan memelihara kemampuan
stabilitas ekonomi, kemampuan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
(4) Ketahanan Sosial budaya, yaitu kondisi kehidupan social budaya bangsa yang
dijiwai kepribadian nasional yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu dalam
kehidupan yang serba selaras,serasi, dan seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
(5) Ketahanan Hankam, yaitu kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran
bela Negara seluruh insan pariwisata yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas keamanan, mengamankan pembangunan dan hasil-
hasilnya, mempertahankan kedaulatan Negara dan menangkal segala bentuk
ancaman.

Selain kelima aspek tersebut berpengaruh dan dipengaruhi oleh pembangunan


kepariwisataan, ada tiga faktor yang sangat berperan dalam pembangunan
pariwisataan di Indonesia yaitu:

Sumber Daya Alam

Telah diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang beranekan
ragan dan mempunyai unsur-unsur keindahan alam (natural beauty), keaslian
(originality), kelangkaan (scarcity), dan keutuhan (wholeness) dan diperkaya dengan
kekayaan alam berupa keanekaragaman flora dan fauna, ekosistem, serta gejala
alam yang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan
pariwisata di Indonesia.

Penduduk

Penduduk Indonesia yang beradat dan ramah tamah, terdiri atas beberapa
suku bangsa dengan keanekaragaman budaya yang sangat berpengaruh bagi upaya
pembangunan nasional yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada
pembangunan kepariwisataan di Indonesia.
Modul Pariwisata Berkelanjutan 9
Geografi

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 17.508
pulau yang mencakup wilayah yang luasnya lebih dari 1,9 juta km2 dan dua
pertiganya merupakan wilayah perairan dan memiliki garis pantai lebih 81.000 km.
Posisi Indonesia yang sangat strategis merupakan factor utama yang sangat
berpengaruh bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kondisi geografis yang
demikian memberikan peluang yang besar bagi upaya pembangunan pariwisata.

Melalui, pembangunan pariwisata yang komprehensif dan integral dengan


memanfaatkan sumber daya alam, budaya, dan kondisi geografis, maka akan
tercipta kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang pada akhirnya akan mampu mendorong terciptanya ketahanan
nasional yang tangguh.

Pelaku-pelaku Utama Kepariwisataan

Pariwisata meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, serta


usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan daya tarik wisata
yangbterwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora
dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan
purbakala. Pengembangan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan
pengembangan usaha pariwisata, seperti usaha perjalanan, usaha penyediaan
akomodasi dan transportasi wisata, akan dapat meningkatkan daya tarik bagi
berkembangnya jumlah kunjungan wisatawan dan juga mendukung pengembangan
daya tarik wisata yang baru. Hasil yang optimal dapat diperoleh apabila upaya
pengembangan tersebut didukung oleh pembanguanan prasarana yang memadai.

E. KESIMPULAN

Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dilakukan secara terpadu melalui


koordinasi lintas sektoral agar pembangunan pariwisata dapat mencapai
keberhasilan yang maksimal. Keberhasilan pembangunan juga tergantung dari
komponen lain, misalnya daya tarik wisata, akomodasi, restoran dan transportasi,
Modul Pariwisata Berkelanjutan 10
telekomunikasi,listrik, air bersih dan industry cenderamata. Semuanya itu, tentunya
melibatkan koperasi, swasta dan masyarakat luas. Selain itu, sumber daya manusia
yang merupakan pelaku utama dalam pembangunan kepariwisatan perlu
ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Kekuatan inti untuk menggerakkan roda pembangunan pariwisata dilakukan


oleh pelaku utama, yaitu dunia usaha pariwisata, masyarakat dan pemerintah. Peran
pemerintah hanyalah sebagai fasilitator atau sebagai pemacu, sedangkan swasta
dan masyarakat merupakan pelaku- pelaku langsung dalam kegiatan pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

A J, Muljadi.2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada

Modul Pariwisata Berkelanjutan 11


BAB II
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari
pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa
mendatang.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (1990) pembangunan (yang pada dasarnya


lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria
yaitu :

(1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural
resources;

(2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;

(3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable


resource.

Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran


pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration


equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem
atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable
dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang
unreplaceable.

b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan


lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam

Modul Pariwisata Berkelanjutan 12


rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan


mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik


masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam


dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
antar generasi.

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.

Dari sisi ekonomi Fauzi (2004) setidaknya ada tiga faktor alasan utama
mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan.

Faktor pertama menyangkut alasan moral, generasi kini menikmati barang dan jasa
yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu
untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi
mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya
alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi
generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama.

Faktor kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati misalnya,


memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi
semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi.

Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatiakan aspek keberlanjutan


adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan
karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum
memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi
berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi

Modul Pariwisata Berkelanjutan 13


ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi
(intergeneration welfare maximization).

Sutamihardja (2004), dalam konsep pembangunan berkelanjutan, tabrakan


kebijakan yang memungkin dapat terjadi antara kebutuhan menggali sumberdaya
alam untuk memerangi kemiskinan dan kebutuhan mencegah terjadinya degredasi
lingkungan perlu dihindari serta sejauh mungkin dapat berjalan secara berimbang.
pembangunan berkelanjutan juga mengharuskan pemenuhan kebutuhan dasar bagi
masyarakat dan adanya kesempatan yang luas kepada warga masyarakat untuk
mengejar cita-cita akan kehidupan yang lebih baik dengan tanpa mengorbankan
generasi yang akan datang.

Pengembangan konsep pembangunan yang berkelanjutan perlu


mempertimbangkan kebutuhan yang wajar secara sosial dan kultural,
menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar konsumsi yang berbeda
dalam batas kemampuan lingkungan, serta secara wajar semua orang mampu
mencita-citakannya. Namun demikian ada kecendrungan bahwa pemenuhan
kebutuhan tersebut akan tergantung pada kebutuhan dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi ataupun kebutuhan produksi pada skala maksimum.

Pembangunan berkelanjutan jelas mensyaratkan pertumbuhan ekonomi


ditempat yang kebutuhan utamanya belum bisa konsisten dengan pertumbuhan
ekonomi, asalkan isi pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Akan tetapi kenyataannya aktivitas produksi yang tinggi dapat saja terjadi
bersamaan dengan kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini dapat
membahayakan lingkungan. Jadi pembangunan berkelanjutan mensyaratkan
masyarakat terpenuhi kebutuahan dengan cara meningkatkan potensi produksi
mereka dan sekaligus menjamin kesempatan yang sama semua orang.

Bagaimana cara hal ini dapat dilakukan? Pemerintah tentunya memerlukan


suatu strategi kebijakan yang realistis dan dapat dilaksanakan disertai dengan sistem
pengendalian yang tepat.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 14


Eksploitasi sumber daya alam disarankan sebaiknya pada sumber daya alam
yang replaceable atau tergantikan sehingga ekosistem atau sistem lingkungan dapat
dipertahankan.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang


sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlajutanpun sangat
multidimensi dan multi-interpretasi.

Menurut Heal, (Fauzi,2004). Konsep keberlanjutan ini paling tidak


mengandung dua dimensi : Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan
tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang .Kedua
adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan
lingkungan.

Pezzey (1992) melihat aspek keberlajutan dari sisi yang berbeda. Dia melihat
bahwa keberlanjutan memiliki pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan dari sisi
statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan laju
teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi dinamik diartikan sebagai
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat teknologi
yang terus berubah.

Karena adanya multidimensi dan multi-interpretasi ini, maka para ahli sepakat
untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh komisi
Brundtland yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.”

Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep brunland
tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumber daya
alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi. Kedua,
menyangkut perhatian pada kesejahteraan (well-being)generasi mendatang.

Hall (1998) menyatakan bahwa asumsi keberlajutan paling tidak terletak pada
tiga aksioma dasar;
Modul Pariwisata Berkelanjutan 15
(1) Perlakuan masa kini dan masa mendatang yang menempatkan nilai positif dalam
jangka panjang;

(2) Menyadari bahwa aset lingkungan memberikan kontribusi terhadap economic


wellbeing;

(3) Mengetahui kendala akibat implikasi yang timbul pada aset lingkungan.

Konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional dari
konsep keberlanjutan ini pun banyak mengalami kendala. Perman et al.,(1997)
mencoba mengelaborasikan lebih lanjut konsep keberlanjutan ini dengan
mengajukan 5 lima alternatif pengertian:

(1) Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh
masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun
sepanjang waktu (non-declining consumption),
(2) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola sedemikian
rupa untuk memelihara kesempatan produksi dimasa mendatang,
(3) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam (natural capital
stock) tidak berkurang sepanjang waktu (nondeclining),
(4) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan keberlanjutan adalah
adanya kondisi keseimbangan dan daya tahan (resilience) ekosistem
terpenuhi.

Senada dengan pemahaman diatas, daly (1990) menambahkan beberapa aspek


mengenai definisi operasional pembangunan berkelanjutan, antara lain:

(1) Untuk sumber daya alam yang terbarukan : laju pemanenan harus sama
dengan laju regenerasi (produksi lestari)
(2) Untuk masalah lingkungan : laju pembuangan limbah harus setara dengan
kapasitas asimilasi lingkungan.
(3) Sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara
quasisustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan
energi substitusi.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 16


Selain definisi operasional diatas, Haris (2000) melihat bahwa konsep keberlajutan
dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman,

(1) Keberlajutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu


menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlajutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang
dapat merusak produksi pertanian dan industri.
(2) Keberlajutan lingkungan: Sistem keberlanjutan secara lingkungan harus
mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber
daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut
pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi
ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
(3) Keberlajutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang
mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

C. STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari
setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada lima komponen yang
perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan
perspektif jangka panjang.

Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus


dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,
meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai
dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, namun pemerataan bukanlah hal
yang secara langsung dapat dicapai.
Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat
diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh,
kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun
pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu

Modul Pariwisata Berkelanjutan 17


menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa
datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini.

Iniberarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa


datang dalam memenuhi kebutuhannya.

Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman


Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan
ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan
yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi
berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif


Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia
dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau
merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan
antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka
pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan
pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam
kelembagaan.

Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang


Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka
pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu
perlu dipertimbangkan.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 18


D. PENDEKATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan


pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek
kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik,
serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.

Keberlanjutan Ekologis

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan


kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi.
Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

(1) Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan


dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan
tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.
(2) Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan
lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak
mengganggu integritas tatanan lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan
modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku mutu
ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya
asimilatifnya lingkungan.
(3) Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang
menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian
jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek
keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan
lingkungan. Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-
hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang
kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara seluas
mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan
keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan
pertanian”.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 19


(4) Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan hal penting
untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat dilaksanakan melalui : pencegahan
pencemaran lingkungan; rehabilitasi dan pemulihan ekosistem dan sumberdaya
alam yang rusak; meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan
binaan manusia.

Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama


keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan
lainya. Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara
berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan
nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi
ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan
pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui
kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi
sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi
kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan
sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

Keberlanjutan Ekonomi Sektoral


Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi makro
secara jangka pendek akan mengakibatkan distorsi sektoral yang selanjutnya
mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini harus diperbaiki melalui kebijaksanaan
sektoral yang spesifik dan terarah. Oleh karena itu penting mengindahkan
keberlanjutan aktivitas dan ekonomi sektoral. Untuk mencapai keberlanjutan
ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan terhadap kegiatan ekonomi. Pertama,
sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan sebagai
kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip
harga sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi, ditambah biaya lingkungan
dan biaya pemanfaatannya.
Pakar ekonomi harus mengidentifikasi dan memperlakukan sumber daya
sebagai sumber yang terpulih, tidak terpulihkan, dan lingkungan hidup. Sumber yang
terpulihkan seperti hutan dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan bila tidak
Modul Pariwisata Berkelanjutan 20
memperlakukan produktivitas ekonomi sebagai fungsi yang pasif atau jasa yang
mengalir; menggunakan prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, sedangkan sumber
yang tidak terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan berkurang bila dimanfaatkan.
Oleh karena itu pada kondisi seperti ini konsep sustainable yeild tidak boleh
diterapkan.

Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya yang tidak dapat


dipulihkan berarti: pemanfaatan secara efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh
generasi masa mendatang dan diupayakan agar dapat dikembangkan substitusi
dengan sumberdaya terpulihkan; membatasi dampak lingkungan pemanfaatannya
sekecil mungkin, karena sumberdaya lingkungan adalah biosfer, secara menyeluruh
sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan kualitasnya.

Keberlanjutan Sosial Budaya

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam


keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.
Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:

(1) Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik


yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan
status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
(2) Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan
mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin
tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya
kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan
dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata,
pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
(3) Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan
menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan
memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat
masyarakat dan pembangunan ekonomi.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 21


(4) Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu :
prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan
untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya
meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan
ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan
harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif,
kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan
lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

Keberlanjutan Politik

Keberlanjutan politik diarahkasn pada respek pada human right, kebebasan individu
dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang
dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan
bertanggungjawab, kepastian kesedian pangan, air, dan pemukiman.

Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan.

Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman


dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu
diperhatikan.

E. KESIMPULAN

Keberlanjutan bukanlah merupakan konsep yang sederhana malainkan


komplek, karena dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan
saling berkaitan. Oleh karena pemahaman pembangunan berkelanjutan penting
ditingkatkan terutama bagi pengambil kebijakan baik skala makro maupun mikro
guna mencapai tujuan pembangunan.

Untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka dalam


aplikasi atau penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang dapat
Modul Pariwisata Berkelanjutan 22
dijadikan acuan dalam menuju arah pembangunan, oleh karena itu pada makalah ini
penulis telah mencoba mendalami dan menggambarkan berbagai konsep dan
pertimbangan-pertimbangan aspek keberlanjutan guna membantu mengidentifikasi
dan memformulasikan berbagai strategi, guna menjadi acuan dalan mencapai tujuan
pembangunan, khusus di Indonesia.

Dalam membangun paradigma pembangunan berkelanjutan, hendaknya


memperhatikan aspek berikut :

(1) Perilaku generasi kini tidak dapat sepenuhnya menentukan perilaku generasi
mendatang.
(2) Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat
konsumsi minimum.
(3) Pergerakan harga sumberdaya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi
dimasa mendatang harus ditentukan untuk menghindari eksploitasi yang
berlebihan terhadap sumber daya alam masa kini.
(4) Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non pasar.
(5) Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga
keberlanjutan.
(6) Dan yang lebih penting untuk menjaga tetap terjadi keberlajutan dalam
pembangunan dibutuhkan komitmen pemerintah dalam menentukan arah dan
kebijakan pembangunan baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadinigrat, 2001 Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan dan

Permasalah Lingkungan”, ITB.

Elang Lilik, 2003 Kumpulan Makalah Perubahan Lingkungan Global dan kerjasama

Internasional, IPB

Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Heal,G.1998 Valuing the Future : Economic Theory and Sustainability. Columbia

Modul Pariwisata Berkelanjutan 23


University Press.New York.

Redecon,ADB, 1990 Indonesia Economic Policies For Sustainable Development,

ADB Publication. 11

Tarumingkeng. R (2004) Pengantar Falsafah Sain, Semester Ganjil 2004 :


Pascasarjana

IPB.

Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana; IPB

Modul Pariwisata Berkelanjutan 24


BAB III
KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN

A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi perhatian para


ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru muncul beberapa dekade
yang lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus
pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan
penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap
keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun
1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth (Meadowet al.,1972)
dalam kesimpulannya, bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang
terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan
selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis). Meskipun
mendapat kritikan yang tajam dari para ekonom karena lemahnya
Fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit to Growth,
namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan pentingnya pembangunan
yang berkelanjutan. Karena itu perhatian terhadap aspek keberlanjutan ini mencuat
kembali ketika pada tahun 1987 World Commission on Environment and
Development (WCED) atau dikenal sebagai Brundland Commission menerbitkan
buku berjudul Our Common Future. Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda
baru mengenai konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan
lingkungan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini sekaligus
menjadi tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal yang merupakan
konsep pembangunan
Konvensional yang selama ini dikenal, yang menyatakan bahwa sustainable
development is one that meets the needs of the present without comprimising the
ability of the future generations to meet their own need atau pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
Modul Pariwisata Berkelanjutan 25
mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang.
Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki
mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang
mendukung kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah
dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah masyarakat
agar masyarakat maupun Negara kita dapat bersaing dan berkembang mengikuti
perkembangan jaman secara globalisas.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah upaya


pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan
budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi
kebutuhan generasi yang akan datang serta sehingga dapat menciptakan
masyarakat yang dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Maksud dari lingkaran adalah keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial


digambarkan sebagai lingkaran yang saling menutupi sebagaian dengan
keberlanjutan (sustainability) sebagai keadaan di tengah-tengahnya.

1) Aspek Ekonomi

Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan


pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi
dalam jangka panjang dan dapat meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang
tanpa mengurangi kemampuan alam, masyarakat dan ekonomi untuk menaikan
kesejahteraan generasi masa depan. Jadi, jika generasi saat ini bisa maju maka

Modul Pariwisata Berkelanjutan 26


masyarakt bisa mencapai kesejahteraan. Sehingga kemudian terdapat alur ekonomi
yang berjalan terus menerus, tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan dari generasi
ke generasi.

Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut :

 memaksimalkan kesejahteraan manusia


 memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya alam
 menciptakan iklim usaha

2) Aspek Sosial

Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai pendukung


komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi. Hal-hal yang
merupakan perhatian utama dalam aspek social adalah stabilitas penduduk,
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pertahanan keanekaragaman budaya dan
partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :

 memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan keuntungan dari
pembangunan disemua aspek kehidupan
 menghargai dan meningkatkan perhatian terhadap hak asasi manusia,termasuk
kebebasan masyarakat dan politik,budaya ekonomi dan keamanan

Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :

 mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


pengambilan keputusan
 mendorong kebesaan usaha dengan memberikan insentif,kebijakan dan sistem
yang mendukung
 meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan dan akurasi informasi
 meningkatkan akuntabilitas

3) Aspek Lingkungan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 27


Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang banyak disorot ketika
membahas tentang sustainable design. Hal ini disebabkan karena aspek ini terkait
langsung dengan faktor-faktor alami yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga
hal-hal yang menunjukkan degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.

Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut :

 meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan


 meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam
dan lingkungan
 melindungi modal alam yang kritis/penting

C. PARIWISATA BERKELANJUTAN

Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat,


termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan,
dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru dalam sektor
pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan
lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan
dampak negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk mengatur
pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan
sustainable tourism sebagai prioritas karena usaha atau bisnis yang baik dapat
melindungi sumber – sumber atau asset yang penting bagi pariwisata tidak hanya
untuk sekarang tetapi dimasa depan.

D. PRINSIP – PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha


menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk
pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang
akan datang.

“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang


artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang

Modul Pariwisata Berkelanjutan 28


sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap
masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)

Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam


Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara
ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap
masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan
terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur
penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara
berkelanjutan.

Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan


kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan
seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian,
pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga
isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri,
hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai
„resep‟ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-


prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi,
keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber
daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap
daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata


dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-
sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-
tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi
yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Modul Pariwisata Berkelanjutan 29


Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan
institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas


untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,
restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan
bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku
bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan
kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis
dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal
tersebut.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan


berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini
juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan
dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya
alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-
kriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata


agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat
setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural
tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,
sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Modul Pariwisata Berkelanjutan 30


Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus
sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan
pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan
penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus
mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup


penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan
indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.
Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala
nasional, regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan


mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal
yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin
akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi
secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-


program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya
meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-
topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan


dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas
masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut

Modul Pariwisata Berkelanjutan 31


seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang
memberikan kepuasan bagi pengunjung.

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata


berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri dari:

1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal ,


dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal juga dan untuk kesejahteraan
masyarakat lokal. Mestinya juga melibatkan masyarakat lokal sehingga
masyarakat lokal akan mempunyai rasa memiliki untuk peduli,bertanggung
jawab, komitment, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap pelestarian
lingkungan alam dan budaya terhadap keberlanjutan pariwisata dimasa sekarang
sampai untuk dimasa yang akan datang. Dan pemerintah juga harus dapat
menangkap peluang dengan cara memperhatikan kualitas daya dukung
lingkungan kawasan tujuan, memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari
dalam penyelanggaraan kegiatan ekowisata dan juga dapat mengelola jumlah
pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya lingkungan daerah tujuan
tersebut. Sehingga pemerintah dapat menigkatkan pendapatan masyarakat
setempat dengan membuka lapangan kerja.
2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat.
Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat
bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid. Komunitas
yang dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata,
dan organisasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat di
mana destinasi pariwisata dikembangkan. Maksudnya adalah dengan adanya
atas dasar musyawarah dan permufakatan masyarakat setempat dengan adanya
tersebut dapat menghasilkan dampak positif yaitu dapat membangun hubungan
kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan
pengelolaannya, terjalinnya komunikasi yang baik anata industry pariwisata,
peemrintan dan masyarakat ehingga akan terciptanya pariwisata berkelanjutan
sesuai yang direncanakan.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 32


3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan
dengan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik.
Serta harus dapat menampung pendapat organisasi masyarakat lokal, melibatkan
kelompok masyarakat miskin, kaum perempuan, asosiasi pariwisata, dan
kelompok lainnya dalam masyarakat yang berpotensi mempengaruhi jalannya
pembangunan.

4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan
menengah. Program pendidikan yang berhubungan dengan kepariwisataan harus
mengutamakan penduduk lokal dan industri yang berkembang pada wilayah
tersebut harus mampu menampung para pekerja lokal sebanyak mungkin
dengan itu membuka kesempatan kepada masyarakat untuk membuka usaha
dan mengajarkan masyarakat untuk menjadi pelaku ekonomi dalam kegiatannya
mengikuti tujuan pariwisata itu sendiri tanpa mengorbakan alam atau apapun.

5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya dalam


masyarakat, artinya pariwisata harus memberikan dampak pengganda pada
sector lainnya, baik usaha baru maupun usaha yang telah berkembang saat ini.
6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi wisata
dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu dibangun hubungan
kerjasama yang saling menguntungkan anatra satu sama lain dengan itu
menekan tingkat kebocoran pendapatan pemerintah dan dapatb mengingkatkan
pendapatan pemerintah maupun pelaku yang melakukan kegiatan itu sendiri.
7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian, peraturan,
perundang – undangan baik tingkat nasional maupun intenasional sehingga
pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala. Dan juga
membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan
pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan


keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan
datang. Karena anggapan bahwa pembangunan pariwisata berpotensi merusak

Modul Pariwisata Berkelanjutan 33


lingkungan adalah sesuatu yang logis, jika dihubungkan dengan peningkatan
jumlah wisatawan dan degradasi daerah tujuan pariwisata tersebut.
9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi.
10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik untuk memastikan
pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembangunan
berkelanjutan, dengan menggunakan prinsip pengelolaan manajemen kapasitas,
baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek wisata tertentu, kapasitas ekonomi,
kapasitas sosial, dan kapasitas sumber daya yang lainnya sehingga
pembangunan pariwisata dapat terus berkelajutan.
11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan
air bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumber daya lainnya
harus dapat dipastikan tidak disalah gunakan.
12) Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata agar para
pekerja ahli dalam bidangnya masing-masing.
13) Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu mewujudkan kualitas
hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya pariwisata harus
mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity” kepada para
penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang
terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of
experience”.

E. STUDI KASUS

Potensi Hotel (Accomodation And Hospitality Service) Di Bali

Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berdirinya hotel-hotel dan restaurant di bali
memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan Pulau Bali. Potensi kerusakan
alam dan lingkungan Pulau Bali antara lain (diadaptasi dari Wiyasha,2008) : water
resources (sumber air) , local resources like energy, food, and other raw materials
(sumber daya local seperti energi, makanan dan bahan-bahan mentah lainnya), Land
degradation (penurunan kualitas tanah), Air emissions (emisi udara) , Noise (suara),
Solid waste and littering (Sampah keras dan lunak) , Releases of sewage (limbah), Oil
and chemicals (minyak dan bahan-bahan kimia),Even architectural/visual pollution
(polusi arsitek) .

Pendirian sebuah hotel yang hanya mengindahkan sisi ekonomi dan arsitek
(Manuaba,2008) tanpa memperhatikan aspek lainnya secara terintegrasi, seperti aspek
Modul Pariwisata Berkelanjutan 34
sosial budaya dan lingkungan, akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Hal
ini terbukti dengan keadaan yang dirasakan saat ini, terutama dilihat dari sudut
pandang lingkungan. Tempratur Bali yang semakin tinggi, abrasi pantai,
meningkatnya kasus demam berdarah, nenurunnya kualitas air dan udara Pulau Bali,
merupakan akibat dari lalainya investor, pemerintah dan masyarakat dalam menjaga
keseimbangan pembangunan pariwisata di Pulau Bali. Meskipun berbagai macam
aturan telah di tetapkan seperti (i) UU No 24 Tahun 1992, tentang tata ruang dengan
konsep pembangunan berkelanjutan, (ii) UU No 3 Tahun 2004,tentang pengendalian
pengelolaan lingkungan, namun masih saja ada investor yang ’nakal’.
’Kenakalan’investor tidak lepas dari motiv ekonomi. Mereka membangun hotel dengan
memangkas tebing, jurang, pantai, demi sebuah pemandangan yang indah bagi
hotelnya untuk dapat dinikmati tamu/wisatawan.Mereka menggunakan air tanah untuk
mengisi kolam renang, menyirami lapangan golf. Kondisi ini semakin parah karena
nampaknya carrying capacity Pulau Bali sudah sampai pada titik nadir, yang tidak
mampu mentoleransi hal-hal seperti itu.

Konsep yang dapat diterapkan manajemen hotel, antara lain menggunakan


analisis POT (potensi dan tantangan). Dengan analisis POT , permasalahan
lingkungan dapat dipecahkan melalui potensi:

(1) Tataran filosofi (way of life), yakni menetapkan visi dari manajemen untuk
membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dan community
based tourism

(2) tataran mentalitas atau sikap mental dan , yakni dengan jalan membuat program-
program yang mendukung sustainable tourism development dan community
based tourism , seperti:

(i) memberikan program pendidikan pada manajemen mengenai sustainable tourism


development dan community based tourism dan

(ii) cinta lingkungan dengan wujud nyata penggunaan bahan-bahan pembersih yang
tidak merusak lingkungan (contoh ecolab product)

(3) tataran perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan individual atau kolektif, adalah
dengan mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan, seperti : mendukung
gerakan kebersihan pantai, tidak menggunakan air tanah untuk keperluan hotel, tidak
membangun hotel melewati sepadan pantai, dan tidak membangun hotel di kawasan
yang dapat menjaga keseimbangan alam,seperti :hutan, tebing, jurang serta lahan
produktif.

Strategi revitalisasi yang mencakup perencanaan, implementasi, koordinasi


dan valuasi nyata pada level mikro (manajemen hotel), meso (seluruh karyawan hotel)
dan makro (tamu-tamu dan seluruh karyawan hotel).

Modul Pariwisata Berkelanjutan 35


F. KESIMPULAN

Dari penjelasan tentang Sustainable Development dan sustainable tourism


development beserta dengan contoh diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.

(1) Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memperhatikan


kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan
datang. Dengan memperimbangkan kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dimana secara keseluruhan Sustainable development merupakan suatu ilmu
interdisiplener yang sangat kompleks dan saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Sehingga terjadi keharmonisan dan keserasian antara sumber
daya alam dengan sumber daya manusia.
(2) Sustainable development ditopang oleh sumber daya alam, kualitas
lingkungan dan manusia dari generasi ke generasi selanjutnya. Kemampuan
sumber daya alam berupa kualitas dan kuantitasnya berpengaruh pada
pembangunan berkelanjutan terkait dengan keserasian dengan alam dan
manusia.
(3) Pembangunan berkelanjutan memperhatikan kesejahteraan generasi saat ini
tanpa mengurangi kesejahteraan untuk generasi masa depan.
(4) Pembangunan pariwisata berkelanjutann berkaitan erat dengan usaha
menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan
untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk
generasi yang akan datang.
(5) Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat,
termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan
lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru
dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat
menyatu dengan lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif
dan meminimalkan dampak negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh
sektor public untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik
dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas karena
usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber – sumber atau asset
yang penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang tetapi dimasa depan.
Modul Pariwisata Berkelanjutan 36
DAFTAR PUSTAKA

http://madebayu.blogspot.com/2009/03/potensi-hotel-accomodation-and.html#links

http://rexxarsosio.wordpress.com/2008/05/13/sustainable-development-
pembangunan-berkelanjutan

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-11-
%28babxi%29-i.pdf

Modul : Sustainable tourism development

Modul Pariwisata Berkelanjutan 37


BAB IV
PARIWISATA BARU VS PARIWISATA LAMA

A. SEJARAH PARIWISATA INDONESIA

Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad


14 Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah
mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan
pedati dengan iring-iringan pejabat negara Setelah masuknya Bangsa Belanda ke
Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi
daya tarik bagi para pendatang yang berasal dariBelanda. Gubernur jenderal pada
saat itu memutuskan pembentukan biro wisata yang disebut Vereeeging Toeristen
Verkeer yang gedung kantornya juga digunakan untuk maskapai
penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut
dengan KLM). Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des
Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan. Tahun
1913, Vereeneging Touristen Verkeermembuat buku panduan mengenai objek
wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara
dan jumlah kedatangan wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun
1927.]Pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor
pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel
National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera
mengambil alih hotel - hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya
dinamai Hotel Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama
menjadi NV HORNET. Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk
Panitia InterDepartemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan
terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.

Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh


secara perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan
jumlah kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun
Kunjungan Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional

Modul Pariwisata Berkelanjutan 38


hingga 400.000 orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah
mencanangkan Dekade Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai
dengan tahun 2000.

Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai


mengalami penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang
menyebabkan penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror
lainnya seperti Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom
Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga memengaruhi jumlah kedatangan wisman ke
Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya peringatan
perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan Britania Raya pada tahun
2006.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan program Tahun


Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah wisatawan nusantara dan
wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini sekaligus untuk memperingati
100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Dana yang dikeluarkan untuk program ini
sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang sebagian besar digunakan untuk
program pengiklanan dalam maupun luar negeri. Hasil dari program ini adalah
peningkatan jumlah wisatawan asing yang mencapai 6,2 juta wisatawan
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta wisatawan

Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia,


Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun
Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan
perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan
wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran
lebih dari 128,77 triliun rupiah. Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif,
konvensi dan pertunjukan serta wisata laut". Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia
mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun Kunjung Museum
2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap
museum dan meningkatkan jumlah pengunjung museum Pada tahun 2011,
pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful Indonesia sebagai manajemen merek
baru pariwisata Indonesia, sementara untuk tema pariwisata dipilih "Eco, Culture,

Modul Pariwisata Berkelanjutan 39


and MICE". Logo pariwisata tetap menggunakan logo "Tahun Kunjungan Indonesia"
yang dipergunakan sejak tahun 2008.

B. PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah sebuah konsep


turunan dari konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan World
Commission on Environment and Development, berjudul Our Common Future (atau
lebih dikenal dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada
tahun 1987 (Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan
suatu proses pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang
dan selanjutnya diwariskan kepada generasi mendatang. Singkat kata, dengan
pembangunan berkelanjutan generasi sekarang dan generasi yang akan datang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati alam beserta isinya.

Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem


pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan
sumber daya alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang
akan datang. Intinya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat
memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian lokal tanpa merusak
lingkungan.

Salah satu mekanisme dari pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang


merupakan perpaduan antara konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan yang
diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang perlu
dilindungi untuk pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di
sekitarnya. Ekowisata menurut International Ecotourism Society adalah perjalanan
yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Munculnya istilah responsible tourism atau pariwisata yang bertanggung


jawab seakan ingin melengkapi konsep-konsep terdahulu. Definisi pariwisata
berkelanjutan menurut sebagian orang agak sulit dipahami maksud dan
operasionalisasinya secara langsung, sedangkan definisi ekowisata cenderung
mengarah hanya kepada wisata berbasis alam terutama kawasan yang dilindungi

Modul Pariwisata Berkelanjutan 40


seperti taman nasional dan cagar alam. Tujuan yang ingin dicapai olehresponsible
tourism sesungguhnya sama dengan kedua konsep sebelumnya yaitu pariwisata
yang berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Tetapi responsible tourism lebih menekankan pilihan yang diambil oleh konsumen
dalam menentukan tujuan wisata, akomodasi, model transportasi dan cara
melakukan perjalanan, misalnya memilih mengatur sendiri perjalanannya
dibandingkan mengikuti kelompok tur Responsible tourism juga menekankan
kesadaran wisatawan itu sendiri untuk meminimalkan dampak-dampak negatif dari
kunjungannya ke suatu tempat

D. PARIWISATA BARU VS PARIWISATA LAMA (NEW VS OLD TOURISM)

1. Pariwisata Lama (Old Tourism)

Merupakan Bentuk Pariwisata yang sudah ada sejak dahulu kala, turun-
temurun di wariskan dari generasi-ke generasi. Adapun Yang termasuk
Pariwisata Lama Yaitu :

 Heritage /peninggalan Berupa Bangunan Bersejarah

 Wisata Budaya

 Wisata Alam

Pariwisata lama pada dasarnya sangat menarik dan mempunyai filosofi


tersendiri jika di bandingkan dengan pariwisata modern melalui pariwisata lama kita
dapat belajar banyak tentang sejarah di masa lampau.

Melalui Suistanable tourism atau pariwisata berkelanjutan di harapkan mampu


membuat pariwisata lama dapat bertahan hingga kedepannya, Banyak potensi dari
pariwisata lama yang terabaikan dan tidak terawat terbukti dengan banyaknya
gedung-gedung tua yang sebenarnya mempunyai sejarah namun di biarkan terlantar
begitu saja tanpa ada memperdulikan, ada yang di gunakan sebagai tempat ternak,
dan yang paling miris adalah di gunakan sebagai sarang penjahat seperti copet dan
sebagainya.

Adanya sinergi antara masyarakat dan pemerintah sangat di perlukan disini


mengingat pariwisata lama merupakan citra atau cikal bakal dari sebuah

Modul Pariwisata Berkelanjutan 41


tempat.Pada dasarnya Indonesia merupakan kota sejarah namun karena sering di
abaikan bangunan bersejarah tersebut hanya menjadi sebuah gedung tua yang
menyeramkan dan tidak terawat sama sekali.Wisata sejarah juga sangat di minati
oleh wisatawan khususnya mancanegara karena sarat akan ilmu pengetahuan lalu
mengapa kita sebagai bangsa sendiri tidak mau merawatnya , kita lebih suka
berbelanja ataupun ke tempat pariwisata yang lebih modern seperti ancol.Sebagai
contoh ada beberapa bangunan berikut yang keadaanya kini sangat memprihatinkan
padahal tempat-tempat tersebut mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi.

TakTerurus : Salah satu peninggalan sejarah Aceh,


Benteng Indra Patra, kondisinya sangat memprihatinkan.
Kerusakan yang tak pernah selesai diperbaiki, sampah
yang berserakan, pamflet yang berkarat hingga kotoran
ternak menjadi pemandangan umum.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 42


Benteng Belanda Riwayatmu Kini

3 buah benteng Belanda yang berada di kaki gunung


Tangkuban Perahu, Subang. Senin (4/1) tak terurus, bahkan
2 benteng sudah tidak bisa di sambangi para wisatawan
karena keadaannya yang tak terawat.

Benteng peninggalan Belanda yang berada di kaki gunung


Tangkuban Perahu kini tersia-sia. Padahal nilai wisata dan
sejarah yang ditawarkan sebenarnya cukup menarik.

Terowongan Wilhelmina/Terowongan Sumber (1208 m)


Terowongan Wilhelmina yang di bangun pada zaman
penjajahan Belanda dan diresmikan pada tanggal 1 Juni
1921. Terowongan ini memiliki panjang sekitar 1208 m.
terowongan kereta api yang dulu menghubungkan Banjar-
Cijulang,

Gambar diatas hanya beberapa dari sekian banyak tempat yang ada di
indonesia yang keadaanya sangat memprihatinkan dan tidak adanya perhatian baik
dari masyarakat maupun pemerintah setempat.

Pariwisata lama pada dasarnya merupakan aset terpenting dan berharga bagi
bangsa indonesia sendiri jika lebih perhatian untuk menjaganya,Masyarakat di
berikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam dan
budaaya.Dewasa ini kaum muda pada khususnya sudah sangat jarang di temui
yang masih peduli dengan pariwisata lama warisan nenek moyang kita, pengunjung
museum rata-rata adalah orang asing atau turis mancanegara dan untuk kaum
muda sendiri sangat jarang di temui.

Menumbuhkan kesadaran akan cinta tanah air,budaya beserta peninggalan


sejarah memang tidak mudah namun hal tersebut harus segera di lakukan demi
keberlangsungan hidup sebuah sejarah yang merupakan jati diri bangsa indonesia.

2. Pariwisata Baru (New Tourism)

Modul Pariwisata Berkelanjutan 43


Merupakan Pariwisata Yang di buat sedemikian rupa, mengikuti
perkembangan zaman dan menggunakan tehnologi yang semakin canggih.Hiburan
yang di sajikan lebih bervariasi .Adapun yang termasuk kedalam pariwisata baru :

Wisata Belanja
Wisata Keluarga : Water park,Sea World,Ancol,Dufan,Trans Studio dll.

Dewasa ini perkembangan Pariwisata Modern sangat berkembang pesat,


melalui berbagai media di psarkan untuk menarik minat para pengunjung atau
wisatawan, Pada dasarnya pariwisata modern merupakan adopsi dari luar
negeri.Sehingga keberadaanya sering kali mengancam kelestarian pariwisata lama.

Pariwisata baru sangat di minati karena fasilitas yang di berikan juga


rirancang sangat apik dan modern ,memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
setiap pengunjung atau wisatawan, misalnya saja wisata belanja, di bandingkan
dengan pasar tradisional yang panas, kumuh dan kotor serta bau tentu para
pengunjung atau wisatawan lebih suka berbelanja di mall karena lebih bersih, sejuk
karena adanya fasilitas pendingin udara atau AC , dan berbagai fasilitas penunjang
lainnya.

Jika di bandingkan pariwisata lama yang benar-benar sangat ketinggalan


zaman terlebih lagi jika tidak terurus maka pariwisata baru lambat laun akan
menggantikan yang lama orang akan lebih cenderung mengkonsumsi hal-hal baru
yang dianggapnya lebih memudahkan.

Saat ini sudah banyak di bangun pariwisata modern seperti sea world ,Dufan
ancol dan lain sebagainya. Pertumbuhannya pun semakin pesat dan semakin sulit di
kendalikan.Dengan adanya pariwisata berkelanjutan maka di harapkan antara
pariwisata baru dan lama dapat bersinergi dan berkembang bersama-sama tanpa
merugikan satu sama lain.

Manfaat dari Pariwisata modern sendiri cukup banyak namun kerugian yang di
timbulkan juga tidak kalah banyak sehingga perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat sangat di perlukan bagi kelangsungan sebuah kebudayaan.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 44


E. PARIWISATA BARU YANG DIMINATI DAN PARIWISATA LAMA YANG
TERLUPAKAN

Ada beberapa alasan orang atau wisatawan menyukai pariwisata yang modern jika
di bandingkan dengan pariwisata lama.

Pariwisata Baru Pariwisata lama


Wisata Belanja Wisata Belanja

Mall : Bersih, Harum,Sejuk,Fasilitas Pasar Tradisional : Bau,


lengkap, Aman dan pelayanan yang Kotor,Panas,Kurang aman dan
ramah pelayanan yang kurang ramah.

Wisata Keluarga (Hiburan) Wisata Keluarga (Hiburan)

Trans Studio : Permainan lebih Museum : Sepi, aktivitas terbatas,


bervariasi,aman,banyak aktivitas hanya mendengarkan tour guide
yang bisa di lakukan,fasilitas lengkap menjelaskan, berdebu, kadang-
dan cenderung lebih ramai. kadang tampilannya menakutkan.

Agar pariwisata lama dapat tetap bersaing dengan pariwisata baru maka harus
di benahi tampilanya di buat semenarik mungkin fasilitas umum di perbaiki dan juga
pelayanan yang di berikan juga harus di tingkatkan, karena terkadang untuk
Pariwisata lama pelayanan yang di dapat pengunjung biasa-biasa saja, tidak ada
senyuman sapaan ramah dan sebagainya namun jika di bandingkan dengan
pariwisata baru yang sudah jelas mempunyai standart pelayanan tentu berbeda
mereka cenderung lebih ramah siap membantu dan fasilitas yang di berikan jauh
lebih memadai jika di bandingkan dengan pariwisata lama.

Misalnya saja Dufan dan TMII, merupakan wisata modern, dan „agak‟
meninggalkan budaya Jakarta. TMII sendiri masih dalam kreatifitas Indonesia, tetapi
Dufan, merupakan tempat bersenang-senang saja artinya, tempat itu merpakan
bukan tempat yang spesifik Jakarta dan meninggalkan budaya asli dari jakata
sendiri.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 45


Obyek Wisata Indonesia

Wisata alam

Indonesia memiliki kawasan terumbu


karang terkaya di dunia dengan lebih dari 18% terumbu
karang dunia, serta lebih dari 3.000 spesies ikan, 590
jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis
udang-udangan. Kekayaan biota laut tersebut
menciptakan sekitar 600 titik selam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke Raja
Ampat di Provinsi Papua Barat adalah taman laut terbesar di Indonesia yang
memiliki beraneka ragam biota laut dan dikenal sebagai lokasi selam scuba yang
baik karena memiliki daya pandang yang mencapai hingga 30 meter pada siang
hari. Hasil riset lembaga Konservasi Internasional pada tahun 2001 dan 2002
menemukan setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang dan 700 jenis
kerang di kawasan Raja Ampat. Bunaken yang terletak di Sulawesi Utara memiliki 25
titik selam dengan kedalaman hingga 1.556 meter. Hampir 70% spesies ikan di
Pasifik Barat dapat ditemukan di Taman Nasional ini. Terumbu karang di taman
nasional ini disebut tujuh kali lebih bervariasi dibandingkan dengan Hawaii. Beberapa
lokasi lain yang terkenal untuk penyelaman antara lain: Wakatobi, Nusa
Penida, Karimunjawa, Derawan dan Kepulauan Seribu.[30]

Terdapat 50 taman nasional di Indonesia, 6 di antaranya termasuk


dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Taman Nasional Lorentz di Papua memiliki
sekitar 42 spesies mamalia yang sebagian besar hewan langka. Mamalia yang ada
di kawasan ini antara lain: kangguru pohon, landak irian, tikus air,walabi, dan kuskus.
Taman nasional ini memiliki lebih dari 1.000 spesies ikan, di antaranya adalah ikan
koloso. Di taman ini terdapat salju abadi yang berada di puncak Gunung
Jayawijaya. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di
Indonesia yang dikenal karena hewan Badak jawa bercula satu yang populasinya
semakin menipis. Pengamatan satwa endemik komodo serta satwa lainnya
seperti rusa, babi hutan dan burung dapat dilakukan di Taman Nasional
Komodo. Taman Nasional Kelimutu yang berada di Flores memiliki danau kawah
dengan tiga warna yang berbeda.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 46


Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya
termasuk gunung berapi aktif. Gunung Bromo di Provinsi Jawa Timur dikenal
sebagai lokasi wisata pegunungan untuk melihat matahari terbit maupun
penunggangan kuda. Pada bulan-bulan tertentu, terdapat upacara
kebudayaanYadnya Kasada yang dilakukan oleh masyarakat Gunung Bromo. Lokasi
wisata lain yang terkenal di daerah Jawa Barat adalah Gunung Tangkuban
Parahu yang terletak di Subang. Gunung aktif ini menghasilkan mata air panas yang
terletak di kaki gunung yang dikenal dengan nama Ciater dan sering dimanfaatkan
untuk spa serta terapi pengobatan.

Keanekaragaman flora dan fauna yang ada di seluruh nusantara menjadikan


Indonesia cocok untuk pengembangan agrowisata.Kebun Raya Bogoryang terletak
di Bogor merupakan lokasi agrowisata populer yang telah berdiri sejak abad 19 dan
merupakan yang tertua di Asia dengan koleksi tumbuhan tropis terlengkap di dunia.
Hingga Maret 2010, Kebun Raya Bogor memiliki koleksi 3.397 spesies jenis koleksi
umum, 550 spesies tumbuhan anggrek, serta 350 tumbuhan non-anggrek yang
berada di rumah kaca. Taman Wisata Mekarsari merupakan taman buah tropis
terbesar dan terlengkap di dunia. Koleksi taman ini mencapai 100.000 tanaman buah
yang terdiri dari 78 famili, 400 spesies, dan 1.438 varietas.

Wisata belanja

Wisata belanja di Indonesia dibagi menjadi dua jenis:


pusat perbelanjaan tradisional dengan proses tawar-
menawar antara pembeli dan penjual dan pusat
perbelanjaan modern. Pasar tradisional umumnya menjual
barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berlokasi dalam
satu gedung atau jalan tertentu. Beberapa daerah dengan relief sungai-sungai
panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai
Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula
yang khusus menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar
Sukawati di Gianyaryang menjual berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas
Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual kain - kain batik, Kotagede dengan hasil

Modul Pariwisata Berkelanjutan 47


kerajinan perak, dan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan
khas Yogya

Pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota-kota metropolitan


terutama yang terletak di Pulau
Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung danSemarang. Kebanyakan pusat
perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota Jakarta yang memiliki lebih dari 170
pusat perbelanjaan. Jakarta merupakan kota dengan jumlah pusat perbelanjaan
terbanyak di dunia. Pusat perbelanjaan tertua yang pernah dibangun
di Jakarta yaitu Pasar Baruyang dibangun pada tahun 1820. Pusat perbelanjaan di
Jakarta, Semarang, dan Surabaya umumnya mengadakan diskon besar pada masa
ulang tahun kota untuk meningkatkan daya tarik wisata belanja. Jakarta secara rutin
mengadakan pesta diskon Festival Jakarta Great Sale, Semarang dengan
namaSemarang Great Sale, sementara Surabaya mengadakan Surabaya Shopping
Festival.

Wisata budaya

Berdasarkan data sensus 2010, Indonesia terdiri dari


1.128 suku bangsa. Keberagaman suku bangsa tersebut
mengakibatkan keberagaman hasil budaya seperti jenis
tarian, alat musik, dan adat istiadat di Indonesia. Beberapa
pagelaran tari yang terkenal di dunia internasional misalnya Sendratari
Ramayana yang menceritakan tentang perjalanan Rama dan dipentaskan di
kompleks Candi Prambanan. Desa Wisata Batubulan yang terletak di Sukawati,
Gianyar merupakan desa yang sering dikunjungi untuk pentas Tari Barongan, Tari
Kecak dan Tari Legong.

Beberapa tahun belakangan ini beberapa kota di Pulau Jawa mulai


mengembangkan konsep karnaval fesyen Jember Fashion Carnaval secara rutin
diadakan sejak tahun 2001 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval fesyen
Modul Pariwisata Berkelanjutan 48
lainnya namun memfokuskan tema pada batik adalah Karnaval Batik Solo yang
pertama kali diadakan pada tahun 2008. Selain karnaval fesyen, adapula karnaval
yang diadakan untuk memperingati hari jadi kota seperti yang diadakan di kota
Yogyakarta dengan nama Jogja Java Carnaval dan di kota Jakarta dengan nama Jak
Karnaval yang diadakan secara rutin setiap bulan Juni.

Sejarah kebudayaan Indonesia dari zaman prasejarah hingga


periode kemerdekaan dapat ditemukan di seluruh museum yang ada di Indonesia.
Total jumlah museum di Indonesia berjumlah 80 museum yang tersebar
dari Aceh hingga Maluku Sejumlah museum terletak dalam satu kawasan
seperti Kota Tua Jakartayang memiliki enam museum merupakan daerah yang
dikenal sebagai pusat perdagangan pada Zaman Batavia dan Taman Mini Indonesia
Indah yang menjadi pusat rekreasi dengan jumlah taman dan museum terbanyak
dalam satu kawasan di Indonesia.

Wisata keagamaan

Sejarah mencatat bahwa


agama Hindu dan Buddha pernah masuk dan
memengaruhi kehidupan spiritual di Indonesia dengan
adanya peninggalan sejarah
seperticandi dan prasasti di beberapa lokasi. Jejak-
jejak peninggalan agama Buddha yang terbesar
adalah Candi Borobudur yang terletak
di Magelang dan merupakan candi Buddha terbesar di
dunia dan masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun
1991. Pada abad ke-13 hingga ke-16 Islam masuk ke nusantara menggantikan era
kerajaan Hindu-Buddha. Pada masa ini, banyak ditemukan masjid yang merupakan
akulturasi kebudayaan antara Hindu-Buddha-Jawa dengan agama Islam seperti
terlihat pada Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus

Modul Pariwisata Berkelanjutan 49


F. DAMPAK PENGEMBANGAN OBYEK WISATA : DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan


sekitarnya. Hal ini dikatakan oleh Gee (1989) dalam bukunya yang berjudul “The
Travel Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers increases, so
does the potential for both positive and negative impacts”. (Gee mengatakan adanya
dampak atau pengaruh yang positif maupun negatif karena adanya pengembangan
pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat). Dampak dampak akibat
adanya tempat wisata tentu mempengaruhi ke lingkungan sekitarnya dan menurut
Lerner (1977) yang dikutip oleh Allister Mathieson and
Geoffrey Wall (1982) dalam „Tourism: Social, Economic, Environment Impacts” siapa
saja didalam lingkungan tersebut. Lerner menulis seperti berikut “ Environment now
includes not just only land, water and air but also encompass to people, their
creation, and the social, economic,and cultural condition that affect their lives.
Sehingga yang terkena dampak positif dan negatifnya adalah sesuai yang dikatakan
oleh Lerner adalah masyarakat, lingkungan,

G DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL.

Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam


kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi
daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana
kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana
pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan
hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan
dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan
menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat
(Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat
wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan
ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas setempat, teapi
juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam

Modul Pariwisata Berkelanjutan 50


bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168-169),
menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan
maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan
secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat


memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk
setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan
obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut, misalnya
bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan
budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen
cindera mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga
keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, aman
selama mereka berada di obyek wisata tersebut.

Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani
dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan
kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap
ekonomi maupun sosial. Menurut Prof Ir Kusudianto Hadinoto (1996) suatu tempat
wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan
lingkungan fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk
sekitar terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada akhirnya
menimbulkan kerugian bagi pengelola tempat wisata tersebut.

Penulis mengutip pernyataan Coccossis (1996) yang terdapat dalam buku “


Sustainable Tourism Management” karangan Swarbrooke, J (1999) yang tertulis “An
important characteristic of interaction between tourism and environment is the
existence of strong feedback mechanism : tourism often has adverse effects on
quantity and quality of natural and cultural resources”.
Sehingga teori ini memperkuat teori dari Prof Ir Kusudianto Hadinoto tentang
hubungan tempat wisata dan lingkungan dimana bila ditangani dengan baik maka
akan terjadi peningkatan lingkungan ke arah yang lebih baik tetapi apabila tidak
ditangani dengan baik bisa merusak. Berikut adalah dampak-dampak dari

Modul Pariwisata Berkelanjutan 51


pengembangan suatu obyek wisata,
yaitu :

a. Dampak Positif terhadap ekonomi

 Meningkatnya Devisa negara

 Dapat mengurangi pengangguran

b. Dampak positif pada lingkungan

 Konservasi Alam

 Konservasi dari segi Arkeologi dan Sejarah

 Perbaikan Lingkungan

 Perbaikan Infrastruktur

 Peningkatan Tentang kesadaran lingkungan

c. Dampak negatif pada lingkungan

 Polusi Lingkungan

 Pencemaran Lingkungan

 Merusak nilai arkeologi dan sejarah karena di adakannya perbaikan

d. Dampak positif pada sosial

 Konservasi benda-benda bersejarah

 Menghilangkan perbedaan budaya

e. Dampak negatif pada sosial

 Overcrowding and loss of amenities for residents

 Berakibat Buruk bagi kelangsungan Budaya

 Menimbulkan masalah sosial

Modul Pariwisata Berkelanjutan 52


Seperti yang tertera di atas bahwa di setiap pengembangan obyek wisata
akan mempunyai dampak-dampak. Pada makalah ini penulis akan memperdalam
dampak ekonomi dan sosial saja, dengan penjelasan di bawah ini :

a. Dampak ekonomi dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap


pengembangan obyek wisata.

Untuk segi positif dampak ekonomi ini ada yang langsung dan ada juga yang
tidak langsung. Dampak positif langsungnya adalah : membuka lapangan pekerjaan
yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai pegawai bagian kebersihan,
kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan, skill dari
masyarakat sekitar yang bisa dipergunakan oleh pihak PIM, atau dengan berjualan,
seperti : makanan, minuman atau voucher hp di sekitar PIM sehingga masyarakat
lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak.

Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi
pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Sedangkan
dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan
pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun
bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan dipantau
dengan baik tidak akan menghasilkan dampak negatif bagi sektor ekonominya, tetapi
apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan menimbulkan kerugian
baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun pihak komunitas lokal daerah
setempat.

b. Dampak positif sosial

- Conservation of Cultural Heritage : adanya perlindungan untuk benda-benda


kuno, bangunan sejarah, seni traditional seperti musik, drama, tarian, pakaian,
upacara adat. Adanya bantuan untuk perawatan museum, gedung theater, dan untuk
dukungan acara-acara festival budaya.

- Renewal of Cultural Pride : dengan adanya pembaharuan kebanggaan budaya

Modul Pariwisata Berkelanjutan 53


maka masyarakat dapat memperbaharui kembali rasa bangga mereka terhadap
peninggalan-peninggalan bersejarah ataupun budaya.

- Cross Cultural Exchange : pariwisata dapat menciptakan pertukaran budaya dari


wisatawan dengan masyarakat setempat, sehingga membuat para wisatawan
mengerti tentang budaya setempat dan mengerti akan nilai-nilai dari tradisi
masyarakat setempat begitu pula sebaliknya masyarakat lokal pun bisa tahu tentang
budaya dari para wisatawan tersebut baik yang domestik maupun internasional.

c. Dampak negatif sosial :

- Overcrowding and loss of amenities for residents : setiap pengelola obyek


wisata selalu menginginkan tempat wisata untuk menyedot wisatawan baik domestik
maupun internasional, tetapi ada hal-hal yang harus diperhitungkan karena apabila
suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa menyebabkan hilangnya kenyamanan
bagi penduduk setempat dan membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman
dan pada akhirnya akan terbentuk garis batas antara penduduk lokal setempat
dengan wisatawan yang terlalu banyak.

- Cultural impacts : karena ingin menyuguhkan sesuatu yang di inginkan


wisatawan, tanpa di sadari mereka sudah terlalu mengkomersialkan budaya mereka
sehingga tanpa sadar mereka telah mengurangi dan mengubah sesuatu yang khas
dari adat mereka atau bahkan mengurangi nilai suatu budaya yang seharusnya
bernilai religius. Contoh : upacara
agama yang seharusnya dilakukan dengan khidmat dan khusyuk, tetapi untuk
menyuguhkan apa yang diingini oleh wisatawan maka mereka mengkomersialkan
upacara tersebut untuk wisatawan sehingga upacara agama yang dulunya khidmat
dan khusyuk makin lama makin berkurang. Yang ke 2 adanya kesalahpahaman
dalam hal berkomunikasi, budaya, dan nilai agama yang dapat mengakibatkan
sebuah konflik.

- Social Problems : adanya percampuran budaya negatif antara wisatawan dengan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 54


masyarakat setempat.(Inskeep, 1991). Cara menjaga pelestarian Budaya Lama agar
tetap bersinergi dengan pembangunan pariwisata baru.yaitu:

 Pembangunan pariwisata baru harus lebih memperhatikan lingkungan dan


tidak boleh merusak kelestarian lingkungan periwisata lama.

 Pariwisata lama harus meningkatkan mutu terutama di bidang pelayanan, dan


renovasi yang di lakukan tidak menghilangkan keaslian dari pariwisata lama
yang ada.

 Pengemasan pariwisata lama harus lebih menarik.Agar kaum muda lebih


tertarik untuk mengunjunginya.

 Kesadaran bersama antara pemerintah dan masyarakat serta para


pengusaha sangat di perlukan ,karena tanpa hal tersebut maka apapun yang
di lakukan oleh pemerintah tidak akan membuahkan hasil.

H. KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara dengan banyak potensi pariwisata dunia, banyak hal
yang dimilik oleh indonesia yang tidak di miliki oleh negara lain misalnya saja
kebudayaan,sejarah, alam yang indah dan lain sebagainya.Banyak potensi wisata
yang ada di indonesia yang belum di gali .

Apabila indonesia tidak memperdulikan kelangsungan budaya yaitu Pariwisata lama


yang menjadi jati diri bangsa indonesia maka akan sama saja dengan negara lain
dan tidak akan ada potensi yang dimiliki oleh indonesia, apabila yang lama di
gantikan oleh yang baru maka indonesia akan mengalami kerugian yang luar biasa
jika tempat seperti Dufan semakin banyak bermunculan dan menggeser pariwisata
lama maka indonesia jelas kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang unik
dan mempunyai keberagaman.Akan sama saja bangsa ini dengan negara lain atau
bahkan akan ketinggalan dengan negara lain.

Oleh karena itu pentingnya kesadaran bersama sangat di perlukan, jadikan


indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan dan sejarahnya
bangga melestarikan pariwisata lama yang merupakan warisan leluhur kita.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 55


DAFTAR PUSTAKA:

HTTP://LOVEZ-INDUNESIA.BLOGSPOT.COM/2010_08_01_ARCHIVE.HTML
BANGUNAN YAG TAK TERURUS

http://potensi-wisata.kompasiana.com/2012/05/02/potensi-wisata-jakarta-wisata-
budaya-dan-kota-lama-vs-wisata-great-sale/

http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=310:responsible-
tourism-%E2%80%93-pariwisata-yang-bertanggung-jawab-beberapa-gagasan-
penerapannya-di-keseharian-kita

Modul Pariwisata Berkelanjutan 56


BAB V

KEBOCORAN (LEAKAGES) DALAM PARIWISATA

A. KEBOCORAN EKONOMI (ECONOMIC LEAKAGES)

Pariwisata tidak hanya dipandang sebagai penghasil devisa, tetapi sekaligus


juga berfungsi sebagai instrumen untuk menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk
sektor lain yang terkait pengembangan budaya daerah, pemerataan, pembangunan
sekaligus sebagai instrumen untuk melestarikan lingkungan dan mendukung sumber
daya manusia.

Mengukur manfaat dan kerugian pembangunan pariwisata pada beberapa


negara saat ini, masih menjadi perdebatan diantara para ahli ekonomi khususnya
yang telah melakukan riset dan evalusi terhadap ekonomi pariwisata. Beberapa
pandangan para fakar mewarnai pembahasan paper ini dari sudut pandangan yang
berbeda-beda.

Frechtling (1987), menyatakan bahwa untuk mengukur manfaat pariwisata


bagi perekonomian suatu Negara harus tersedia data yang cukup lengkap, Dia
menawarkan metode alternative khususnya berhubungan dengan metode
pengumpulan data tentang pengeluaran wisatawan di saat yang akan datang, dan
dia juga mereview beberapa metode yang telah digunakan oleh para ahli
sebelumnya, dengan menggunakan impact multipliers dan input-output analysis
untuk mengukur pengeluaran sector pariwisata.

Sementara Archer dan Cooper (1994), berpendapat bahwa: penelusuran


tentang manfaat dan dampak pariwisata terhadap ekonomi harus menyertakan
variabel sosial yang tidak pernah dihitung oleh fakar lainnya, dan social cost-
benefitanalysis mestinya digunakan. Menurutnya, untuk mengukur manfaat dan
dampak pariwisata tidak sekedar menghitung dampak ekonomi hanya dengan
mencari multiplier efeknya saja.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 57


Sedangkan, Sinclair dan Sutcliffe (1988), menjelaskan bahwa pengukuran
multiplier income untuk sektor pariwisata pada tingkat sub nasional memerlukan
pemikiran dan data yang lebih kompleks disebabkan sering terjadinya “leakages”
kebocoran sehingga analisis ini sebaiknya dilakukan pada tingkat local regional
tertentu dan leakages inilah yang mestinya harus diukur dan dibandingkan dengan
manfaat yang diharapkan.

Dalam banyak hal, pariwisata telah terbukti berpengaruh positif terhadap


perekonomian sebuah Negara yang didapatkan dari pendapatan nilai tukar valuta
asing, penerimaan devisa akibat adanya konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga
kerja, pembangunan infrastruktur pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat
local, dan di beberapa destinasi pariwisata juga sebagai generator pemberdayaan
perekonomian masyarakat local. WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata
disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu
kawasan dan dalam kenyataannya, masyarakat lokal lebih banyak berebut lahan
penghidupan dari sektor informal ini, artinya jika sektor informal bertumbuh maka
masyarakat lokal akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar. Sebagai
contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah “PDRB”
sangat besar bahkan telah mengungguli sektor pertanian yang pada tahun-tahun
sebelumnya memegang peranan penting di Bali.

Pada sisi lainnya, pembangunan pariwisata juga dapat berdampak negatif


terhadap sebuah negara atau destinasi jika pembangunan tersebut tidak dikoordinasi
dan direncanakan dengan baik, artinya pembangunan pariwisata harusnya diarahkan
untuk memperdayakan masyarakat dalam negari dengan sistem yang terkait
langsung dengan faktor-faktor produksi dalam negeri. Penggunaan factor-faktor
produksi dalam negeri seperti tanah, air, dan semua aspek yang terkait dengan
lingkungan fisik dan sosial dapat dilakukan secara bijaksana.

Economic leakages dianggap sebagai masalah yang paling sulit untuk


diatasi karena sektor pariwisata akan bertumbuh pada iklim liberalisasi yang
memungkinkan pihak asing dapat melakukan bisnis pada pasar domestik sehingga
terjadinya economic leakages tidak dapat dihindari. Economic leakages dapat
bersifat external, internal, dan invisible leakages, dimana ketiga jenis leakages

Modul Pariwisata Berkelanjutan 58


tersebut disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Leakages tidak dapat dihindari
pada kondisi pasar bebas atau liberalisasi perdagangan saat ini, walau demikian
economic leakages dapat diminimalkan dengan berbagai cara dan strategi. Strategi
yang terbaik adalah dengan strategi struktur clusture yang harusnya dapat
diterapkan oleh pemerintah melalui kesepakatan internasional baik yang dilakukan
pada level export, level supplier, maupun level input ekonomi yang dapat diatur
sedemikian rupa untuk mengurangi atau meminimalkan terjadinya economic
leakages.

B. PENGARUH NEGATIF PEMBANGUNAN PARIWISATA

Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah


berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak
pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya
bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya
bersifat positif tetapi juga berdampak negatif.

Menurut Spillane (hal 33, 1994), dampak positif pariwisata terhadap


pembangunan ekonomi antara lain; dampak terhadap penciptaan lapangan kerja,
sumber devisa negara dan distribusi pembangunan secara spritual. Sedangkan
dampak negatif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi antara lain; vulnerability
ekonomi, kebocoran pendapatan, polarisasi spasial, sifat pekerjaan yang musiman,
dan terhadap alokasi sumber daya ekonomi.Terhadap lingkungan fisik Spillane
(1996) berpendapat bahwa pariwisata dapat menimbulkan problemproblem besar
seperti polusi air dan udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari
pemandangan alam tradisional.

Beberapa pengaruh negatif dari pembangunan pariwisata dapat dijelaskan sebagai


berikut :

a. Kebobolan ( Enclave Tourism )

“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata


dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah
perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah pada
sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang telah
Modul Pariwisata Berkelanjutan 59
disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan kapal
pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak memberikan
manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya.

Kenyataan lain yang menyebabkan “enclave” adalah kedatangan wisatawan


yang melakukan perjalanan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan wisata asing
dari “origin country” sebagai contohnya, mereka menggunakan maskapai
penerbangan milik perusahaan mereka sendiri, kemudian mereka menginap di
sebuah hotel yang di miliki oleh manajemen chain dari negara mereka sendiri,
berwisata dengan armada dari perusahaan chain milik pengusaha mereka sendiri,
dan dipramuwisatakan oleh pramuwisata dari negerinya sendiri, dan sebagai
akibatnya masyarakat lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi secara optimal.

b. Pembiayaan Infrastruktur ( Infrastructure Cost )

Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar


internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya
cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun
infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan
pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.

Pembangunan pariwisata juga mengharuskan pemerintah untuk


meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan infrastruktur pendukungnya, dan
tentunya semua hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sangat
dimungkinkan pemerintah akan melakukan re-alokasi pada anggaran sektor lainnya
seperti misalnya pengurangan terhadap anggaran pendidikan dan kesehatan.

Kenyataan di atas menguatkan pendapat Harris dan Harris (1994) yang


mengkritisi bahwa analisis terhadap dampak pariwisata harusnya menyertakan faktor
standar klasifikasi industri untuk tiap aktifitas pada industri pariwisata yang sering
dilupakan pada analisis dampak pariwisata.

c. Peningkatan Harga ( Inflation )

Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan


menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflasi” yang pastinya akan
Modul Pariwisata Berkelanjutan 60
berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak
mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau pendapatan
masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan peningkatan harga-
harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi rendah.

Pembangunan pariwisata juga berhubungan dengan meningkatnya harga


sewa rumah, harga tanah, dan harga-harga property lainnya sehingga sangat
dimungkinkan masyarakat lokal tidak mampu membeli dan cenderung akan tergusur
ke daerah pinggiran yang harganya masih dapat dijangkau.

Sebagai konsukuensi logis, pembangunan pariwisata juga berdampak pada


meningkatnya harga-harga barang konsumtif, biaya pendidikan, dan harga-harga
kebutuhan pokok lainnya sehingga pemenuhan akan kebutuhan pokok justru akan
menjadi sulit bagi penduduk lokal. Hal ini juga sering dilupakan dalam setiap
pengukuran manfaat pariwisata terhadap perekonomian pada sebuah Negara.

d. Ketergantungan Ekonomi ( Economic Dependence )

Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan


sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan
perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan
menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.

Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki sumber


daya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan pariwisata yang
dianggap tidak memerlukan sumber daya yang besar namun pada negara yang
memiliki sumber daya yang beranekaragam harusnya dapat juga mengembangkan
sektor lainnya secara proporsional.

Ketika sektor pariwisata dianggap sebagai anak emas, dan sektor lainnya
dianggap sebagai anak diri, maka menurut Archer dan Cooper (1994), penelusuran
tentang manfaat dan dampak pariwisata terhadap ekonomi harusnya menyertakan
variabel sosial yang tidak pernah dihitung oleh pakar lainnya. Ketergantungan pada
sebuah sektor, dan ketergantungan pada kedatangan orang asing dapat

Modul Pariwisata Berkelanjutan 61


diasosiasikan hilangnya sebuah kemerdekaan sosial dan pada tingkat nasional,
sangat dimungkinkan sebuah negara akan kehilangan kemandirian dan sangat
tergantung pada sektor pariwisata.

e. Masalah Musiman ( Seasonal Characteristic )

Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti


misalnya musim ramai “high season” dimana kedatangan wisatawan akan
mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian kamar
maksimal dan kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis
pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini rata
- rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai
dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering disebut
“problem seasonal”.

Sementara ada kenyataan lain yang dihadapi oleh para pekerja, khususnya
para pekerja informal seperti supir taksi, para pemijat tradisional, para pedagang
acung, mereka semua sangat tergantung pada kedatangan wisatawan, pada kondisi
low season sangat dimungkinkan mereka tidak memiliki lahan pekerjaan yang pasti.
Kenyataan di atas, menguatkan pendapat West (1993) yang menawarkan SAM atau
social accounting matrix untuk memecahkan masalah pariwisata yang saling
berhubungan dari waktu ke waktu, kebermanfaatan pariwisata terhadap ekonomi
harusnya berlaku proporsional untuk semua musim, baik musim sepi maupun musim
ramai wisatawan.

f. Kebocoran Pariwisata ( Leakage in Tourism )

Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan


dari adanya kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export. Biasanya
kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan
yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri pariwisata, bahan
makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh masyarakat lokal
atau dalam negeri. Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk
yang dianggap berstandar internasional. Sedangkan kebocoran export seringkali
Modul Pariwisata Berkelanjutan 62
terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada negara miskin atau
berkembang yang cenderung memerlukan modal dan investasi yang besar untuk
membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya.

Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang
memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan
infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi
mereka akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa
dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran export.

Hal ini membenarkan pendapat dari Sinclair dan Sutcliffe (1988), yang
menjelaskan bahwa pengukuran manfaat ekonomi dari sektor pariwisata pada
tingkat sub nasional harunya menggunakan pemikiran dan data yang lebih kompleks
untuk menghindari terjadinya “leakages” kebocoran. Khusus masalah leakages pada
paper ini akan dibahas pada sub - bab khusus yakni economic leakages dan
strategi meminimalkan economic leakages.

C. JENIS-JENIS KEBOCORAN

External Leakage

Leakage ini terjadi akibat pengeluaran pada sector pariwisata yang terjadi di
luar destinasi dimana pengeluaran tersebut berhubungan dengan industry local.
External leakages dapat terjadi disebabkan oleh, (1) investor asing membangun
infrastruktur dan fasilitas pariwisata pada negara sedang berkembang, sehingga
profit dan pembayaran terjadi di luar negeri. (2) Arus uang bisnis pariwisata langsung
terjadi di luar negeri dikarenakan booking bisa dilakukan di luar negeri atau terjadi
secara online, wisatawan datang dengan maskapai penerbangan asing, cruise ship
atau kapal pesiar, atau bentuk usaha lain yang dimiliki oleh orang asing.

Luasnya dan dampak dari external leakages sangat bervariasi pada setiap
negara dan juga berbeda pada setiap destinasi pariwisata. Untuk external leakage
yang berhubungan dengan penanaman modal asing dalam pembangunan fasilitas
pariwisata, leakages ini akan berpengaruh dalam waktu pendek dan bahkan waktu
panjang tergantung seberapa besar modal yang ditanamkannya dan lamanya

Modul Pariwisata Berkelanjutan 63


kontrak kerjasamanya. Karena keterbatasan pembiayaan dalam negeri, leakages
tidak dapat dihindari khususnya pada pembangunan negera-negara yang sedang
berkembang, sementara pada negara maju, leakages dapat diminimalkan karena
kondisi keuangan negara maju relatif lebih baik.

Pada kasus leakages yang disebabkan oleh pemesanan perjalanan secara


langsung dari negara asing ( foreign booking intermediaries ), dapat dihindari
dengan menyediakan fasilitas didalam negeri yang dapat diakses dari luar negeri,
mungkin dengan cara online dan cara lainnya yang memungkinkkan transaksi
wisatawan dapat diterima secara langsung oleh negara atau perusahaan dalam
negeri.

Internal Leakage

Rata-rata internal leakages pada kebanyakan negara sedang berkembang


berada pada kisaran 40 sampai dengan 50% dari total penerimaan kotor sektor
pariwisata pada skala ekonomi yang lebih kecil. Sementara dalam skala ekonomi
yang lebih luas, internal leakage terjadi antara kisaran 10 sampai dengan 20% (
UNEP ). Internal leakages dominan disebabkan oleh penggunaan komponen import
yang diukur secara domestik. Menurut ( UNEP ) leakage internal dapat diukur
dengan Tourism Salelite Accounts ( TSA ) dan hal ini telah dilakukan oleh 44 negara
yang memiliki database update tentang kepariwisataannya ( WTO ). Internal
leakages pada negara berkembang terjadi pada rantai penyediaan suplies ( goods
and Services ) pariwisata yang diimport.

Internal leakages pada beberapa destinasi biasanya terjadi akibat permintaan


atau tuntutan tingkat kualitas terhadap pelayanan pariwisata dan hiburan pariwisata
khususnya terkait dengan produk - produk import. Produk-produk yang dimaksud
misalnya pengadaan wine dan beberapa minuman beralkohol yang bermerek
internasional yang diproduksi di luar negeri. Hotel-hotel chain dengan standar
internasionalnya juga menyebabkan internal leakages yang cukup berarti karena
mereka cenderung akan menuruti standar yang telah ditentukan dan diharapkan oleh
wisatawan.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 64


Invisible Leakage

Invisible leakages adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan


pendapatan dari sektor pariwisata yang terjadi secara nyata namun sangat sulit
untuk didokumentasi secara nyata tetapi akan berpengaruh secara kumulatif.
Aktivitas yang dapat menyebabkan invisible leakages misalnya: pajak, informal
transaksi yang biasanya tidak tercatat, serta tabungan dan investasi off - shore.

Leakages ini akan dapat dikurangi dengan tindakan melihat cluster


pariwisata, menerapkan kebijakan pajak pada semua cluster pariwisata, membuat
kebijakan keuangan dan fiskal, dan membuat perjanjian kerjasama dengan negara
lain yang berhubungan dengan kerjasama pariwisata sebagai investor maupun
pemasok wisatawan.

Invisible leakage yang lainnya dapat berbentuk penggunaan sumberdaya


alam yang tidak dapat diperbaharui, kerusakan lingkungan, degradasi budaya,
hilangnya sejarah, dan rusaknya aset - aset pariwisata dalam waktu lama sehingga
dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup masyarakat lokal.

C. FAKTOR MENINGKATNYA KEBOCORAN

Terdapat banyak faktor menyebabkan tingginya leakages, yang dapat


dijelaskan sebagai berikut :

(1) Negara kepulauan kecil cenderung berada pada skala ekonomi yang kecil
dan memiliki ketergantung import yang tinggi karena tidak memiliki kapasitas
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh sektor
pariwisata. Sementara pada negara kepulauan yang lebih besar tidak menghadapi
persoalan kapasitas produksi karena telah terbangun hubungan antar sektor
pariwisata dan pendukung pariwisata dalam skala ekonomi domestik.

(2) Keterbatasan Infrastruktur pada negara sedang berkembang dapat


menyebabkan tingginya leakages, berbeda dengan negara yang telah membangun
infrastruktur pariwisata, dapat meningkatkan kemungkinan produksi industri
Modul Pariwisata Berkelanjutan 65
domestik, dan dapat membangun hubungan yang lebih kuat antar industri dalam
negeri, sehingga diharapkan dapat menciptakan efisiensi distribusi barang dan jasa
dalam negeri, dan dapat menghalangi masuknya perusahaan asing ke dalam negeri
( Karagiannis 2004 ).

(3) Meningkatnya angka kunjungan wisata ke Karibia pada sepuluh tahun


terakhir menyebabkan meningkatnya permintaan barang dan jasa untuk keperluan
sektor pariwisata. Dan akhirnya sumberdaya domestik tidak mampu memenuhi
kebutuhan sektor pariwisata, dan sektor pendukung pariwisata seperti pertanian di
Karibia tidak efisien bahkan justru berbiaya tinggi atau un - efisien dan import
dianggap menjadi alternatif yang lebih baik ( Karagiannis, 2004 ).

D. STRATEGI PENGANGGULANGAN

Strategi untuk meminimalkan economic leakage pada sektor pariwisata


harusnya menjadi strategi pemerintah dengan cara memperhatikan semua cluster
industri yang berhubungan dengan struktur perekonomian regional.

Strategi Cluster dilakukan dengan memberikan peran kepada pemerintah baik


secara nasional maupun provinsi secara fleksibel untuk memainkan perannya dalam
pembangunan pariwisata. Fleksibiltas pemerintah dapat menciptakan kreativitas dan
keberlanjutan pembangunan dan pemasaran pariwisata, di saat yang sama
pemerinath juga harus mampu menciptakan pilihan untuk melakukan intervensi yang
dapat diterima oleh semua stakeholder pariwisata untuk berkreasi dan menciptakan
aturan dunia usaha yang kondusif pada sektor pariwisata. Campur tangan
pemerintah diperlukan pada semua level struktur cluster yang terbagi menjadi tiga
level sebagai berikut:

(1) Export level, campur tangan pemerintah pada level ini didasarkan pada
kenyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata memiliki
persamaan input seperti kebutuhan tenaga kerja, teknologi, pendanaan, infrastruktur
pada sebuah struktur yang harus diatur sedemikian rupa untuk meminimalkan
terjadinya leakages.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 66


(2) Regional Supplier level, campur tangan pemerintah juga diperlukan untuk
memfasilitasi provider asing, dimana provider asing diperlukan untuk menyediakan
komponen yang tidak mampu disediakan oleh provider domestik, kebutuhan barang
dan jasa inilah yang menarik masuknya supplier asing ke regional dengan tingkat
leakages yang sekecil mungkin.
(3) Economic Input Level, campur tangan pemerintah pada level ini
diperlukan bagi semua pihak untuk menyediakan landasan bisnis. Organisasi swasta
dan pemerintah atau agen yang lainnya memerlukan landasan untuk menjalankan
bisnisnya sehingga diperlukan dukungan pendidikan dan pelatihan, inovasi,
pendanaan, infrastruktur dan informasi, iklim usaha seperti pajak, aturan dan
administrasi, dan jaminan kualitas hidup.

Lebih lanjut dapat diuraikan bahwa penanaman modal asing ( finance ) pada
sektor pariwisata dan kerjasama antara perusahan-perusahan domestik dan asing
harus dilakukan dalam hubungan regional, dan dilakukan secara selektif untuk
pembangunan yang bersifat keharusan seperti (1) Modernisasi yang dilakukan
secara komprehensif pada sistem yang transparan khususnya yang berkaitan
dengan design dan engineering, equipment dan supplies (2) Menghindari adanya
peluang terjadinya tindak korupsi pada contract manufacturing. (3) Melakukan
regulasi pembatasan dan rasionalisasi. (4) Melakukan legal protection khususnya
untuk rekanan perusahaan pariwisata asing pada marketing dan distrubusi dan
logistik. Keempat poin di atas dapat dilakukan pada framework kerjasama GATS dan
dapat diterapkan pada keempat cluster segment pada gambar di atas. Pemerintah
juga dapat meminimalkan terjadinya external leakages dengan cara membuat model
kontrak kerjasama bagi perusahaan pariwisata dengan investor asing dan supplier
dengan perjanjian atau kesepakatan internasional yang berpihak pada sektor
pariwisata regional atau domestik.

Pemerintah harus juga dapat menyediakan sistem yang mendorong


pemberdayaan tenaga kerja lokal ( human resources system ), sehingga
mendorong adanya inovasi pada industri pariwisata ( innovations system ),
pemerintah juga harus dapat menjamin keberlanjutan pemasaran destinasi ( capital
markets system ), pembangunan infrastruktur fisik yang baik dapat menciptakan
efisiensi distribusi barang dan jasa dalam negeri, pemerintah juga diharapkan dapat
Modul Pariwisata Berkelanjutan 67
menjamin iklim bisnis yang kondusif dengan menjamin adanya stabilitas politik dan
keamanan yang terjamin, dan pada akhirnya pembangunan pariwisata harusnya
dapat menciptakan terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik bagi semua
stakeholder pariwisata ( host – wisatawan – investor – pemerintah )

E. STUDI KASUS

World Bank memperkirakan secara keseluruhan dari total pendapatan pada


negara-negara berkembang, 55% akan kembali “leakage” ke negara maju, namun
angka tersebut bervariasi pada setiap negara yang berbeda ( Frueh 1988, cited in Boo
1990 ). Leakages yang besar justru terjadi pada negara kecil atau kepulauan sedang
berkembang di mana pariwisata pada negara-negara tersebut tergantung pada
komponen import, seperti: St. Lucia 45% ( Spinrad 1982:85 ), sedangkan Caribbean
dilaporkan rata-rata 70% ( Pattullo 1996 ) sementara negara bagian Bahamas pada
tahun 1994 terjadi leakage mendekati 90% yang merupakan persentase tertinggi dari
sejarah economic leakages.

Sementara sebuah penelitian di Gambia, memperkirakan economic leakages


terjada pada level 77% termasuk internal dan external leakages ( Dieke 1993 ). Sebuah
studi yang diterbitkan pada tahun 1978 oleh Economic and Social Commission for
Asia and the Pacific memperkirakan terjadinya leakage berkisar antara 75 hingga 78%
yang disebabkan oleh maskapai penerbangan asing dan hotel berbintang yang dimiliki
oleh perusahaan asing, studi yang hampir sama menemukan bahwa leakage terjadi
pada kisaran 55 hingga 60% yang disebabkan oleh maskapai penerbangan asing
tetapi hotel-hotel di destinasi dimiliki oleh orang lokal ( Madeley 1996:18 ). Kedua
komparasi data tersebut mengindikasikan bahwa jika kepemilikan perusahan pada
industri pariwisata didominasi oleh pemilik lokal maka economic leakages dapat
dikurangi.

Sementara sembilan negara di kepualauan Karibia memiliki import rate pada


kisaran 45% hingga 90% sehingga pada kondisi ini, economic leakages terjadi pada
persentase yang sangat tinggi (Ramjee Singh 2002, 2003). Hasil penelitian yang
berbeda di New Zealand dan Philippines menunjukkan economic leakages terjadi
sangat rendah kisaran 11 hingga 20%, sementara di Kenya dan Korea Selatan angka
economic leakages terjadai antara 20 hingga 22%, hal ini disebabkan kebutuhan
komponen import relatif rendah.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 68


Data di atas menunjukkan bahwa komponen import berpengaruh terhadap
besaran multiplier pada sektor pariwisata, yang artinya jika terjadi leakages yang
tinggi maka akan menyebabkan multiplier sektor pariwisata menjadi rendah.

F. KESIMPULAN

Pengaruh positif pembangunan pariwisata sudah tidak perlu diragukan lagi


seperti pendapatan nilai tukar valuta asing, penerimaan devisa akibat adanya
konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur
pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat local, dan di beberapa destinasi
pariwisata juga sebagai generator pemberdayaan perekonomian masyarakat local.

Selain pengaruh positif tersebut, pariwisata juga dapat menimbulkan pengaruh


negatif seperti economic leakages, enclave, inflasi, tingginya pembiayaan
infrastruktur dan fasilitas, ketergantungan sektoral, dan masalah musiman. Dari
sekian banyak masalah negatif yang dapat ditimbulkan oleh sektor pariwisata,
economic leakages dianggap masalah yang paling sulit untuk diatasi karena sektor
pariwisata akan bertumbuh pada iklim liberalisasi yang memungkinkan pihak asing
dapat melakukan bisnis pada pasar domestik sehingga terjadinya economic
leakages tidak dapat dihindari. Economic leakages dapat bersifat external, internal,
dan invisible leakages, dimana ketiga jenis leakages tersebut disebabkan oleh
faktor yang berbeda-beda.

Leakages tidak dapat dihindari pada kondisi pasar bebas atau liberalisasi
perdagangan saat ini, walau demikian economic leakages dapat diminimalkan
dengan berbagai cara dan strategi. Strategi yang terbaik adalah dengan strategi
struktur clusture yang harusnya dapat diterapkan oleh pemerintah melalui
kesepakatan internasional baik yang dilakukan pada level export, level supplier,
maupun level input ekonomi yang dapat diatur sedemikian rupa untuk mengurangi
atau meminimalkan terjadinya economic leakages.

Modul Pariwisata Berkelanjutan 69


DAFTAR PUSTAKA

Bjorn Hettne, 2001, Teori Pembangunan Dan Tiga Dunia, Penerbit Gramedia Pusaka
Utama, Jakarta
H. Kodhyat, 1996, Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia, Penerbit
Grasindo, Jakarta
Pitana, I Gde, 2005, Sosiologi Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta
Gollub, James, Hosier, Amy and Woo, Grace. (2000). “Using Cluster - Based Economic
Strategy to Minimise Tourism Leakages”, ICF Consulting, San Francisco,
California.

Archer, B. and Cooper, C. (1994) “The Positive and Negative Impacts of Tourism”. Pp. 73 -
91 in W.F. Theobald (ed.) Global Tourism: The Next Decade, Butterworth -
Heinemann, Oxford.

Archer, B.H. (1982) “The Value of Multipliers and the Policy Implications”, Tourism

Modul Pariwisata Berkelanjutan 70

Anda mungkin juga menyukai