Pracetak Buku ini diuraikan menjadi sepuluh bab yang meliputi: (1)
David Parluhutan pendahuluan, (2) metodologi, (3) konsep industri pariwisata dan
ekonomi kreatif, (4) kebijakan, (5) potensi, karakteristik dan perma-
Cetakan Pertama, November 2021 salahan industri parekraf, (6) data base industri parekraf, (7) eko-
sistem industri parekraf, (8) platform penguatan industri parekraf,
Penerbit (9) perumusan strategi penguatan industri parekraf, (10) indikasi
Direktorat Manajemen Industri program dan kegiatan.
Deputi Bidang Industri dan Investasi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini se-
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13, Gambir, RT.11/RW.2, hingga dapat menjadi acuan dalam pemahaman dan pelaksanaan
RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, kegiatan Direktorat Manajemen Industri untuk periode 2021-2024.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
P
ta dan Ekonomi Kreatif” ini bermanfaat untuk kebangkitan dan
uji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkembangnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indo-
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Konsep Pengua-
nesia, mampu meningkatkan daya tarik, peningkatan kunjungan
tan Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif ini dapat diselesaikan,
wisata dan penguatan rantai pasok dan nilai tambah industri pari-
sebagai acuan bagi personil Direktorat Manajemen Industri, Depu-
wisata dan ekonomi kreatif. Pada akhirnya dapat memperkuat
ti Bidang Industri Dan Investasi dalam melaksanakan tugasnya.
daya saing industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan adanya Buku konsep ini diharapkan dapat menjadi bekal
pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (comprehension) ten-
tang konsepsi, positioning, peran dan mekanisme kerja.
Jakarta, 29 Desember 2021
Buku ini menjelaskan mengenai konsep industri pariwisa-
ta dan ekonomi kreatif, kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif
Indonesia, ekosistem industri pariwisata dan ekonomi kreatif, plat-
form penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif, perumu-
Fadjar Hutomo san strategi penguatan industri parekraf, serta indikasi program
Deputi Bidang Industri Dan Investasi Kemeparekraf/ dan kegiatan. Platform penguatan industri pariwisata dan ekonomi
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kreatif dengan pendekatan proses kebijakan akan digunakan Di-
rektorat Manajemen Industri, Kemenparekraf/Baparekraf untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Tabel 4. Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, dan Strategi 33 Gambar 5. Hubungan Sistem Industri Kreatif dan 21
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Industri Pariwisata
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Gambar 6. Sertifikasi Destinasi Pariwisata Berkelanjutan 26
Tabel 5. Target Kinerja dan Sasaran 36 Indonesia
Direktorat Manajemen Industri Tahun 2020-2024
Gambar 7. Kerangka Strategis Kemenparekraf 2020-2024 29
Tabel 6. Tema Program dan Kegiatan Prioritas 38
Gambar 8. Pengetahuan Wirausaha 51
Direktorat Manajemen Industri
Gambar 9. Web Database Kemenparekraf 54
Tabel 7. Pola Hubungan Lingkup Bidang pada 38
Direktorat Manajemen Industri Gambar 10. Tujuan dari Data Base Parekraf 56
Tabel 8. Perbandingan Rantai pasokan dan Rantai nilai 69 Gambar 11. Skema Pembagain Urusan Pemerintah 58
Tabel 9. Platform Direktorat Manajemen Industri 82 Gambar 12. Ekosistem Pariwisata yang Berkelanjutan 61
Parekraf dengan Pendekatan Proses Kebijakan
Gambar 13. Sistem Pariwisata ditunjau dari konteks operasional 62
Tabel 10. Roadmap program dan kegiatan prioritas 103
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif Gambar 14. Konsep Smart Tourism Ecosystem (Gajdosik, 2018) 63
Tabel 12. Indikasi Program Penguatan Peran Pemerintah 106 Gambar 17. Model Sistem Pariwisata (Gunn, 2002) 67
1 Daya tarik wisata 93239 31 Penyediaan Akomodasi 55199 Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek Lainnya
7 2 Kawasan pariwisata Kawasan Pariwisata 32 Penyediaan Akomodasi 55900 Penyediaan Akomodasi Lainnya
Penyelenggaraan Kegiatan
8 3 49221 Angkutan Bus Pariwisata 33 7 90001 AktivitasSeni Pertunjukan
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
9 3 49442 34 7 90004 Jasa Impresariat Bidang Seni
Hiburan dan Rekreasi
50113 Penyelenggaraan Kegiatan
10 3 35 7 Aktivitas Operasional FasilitasSeni
Hiburan dan Rekreasi
50123 Penyelenggaraan Kegiatan
11 3 7 93111 Fasilitas Billiard
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
12 3 50213 37 7 93112 Lapangan Golf
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
13 4 79111 38 7 93113 Gelanggang Bowling
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
14 4 79120 39 7 93114 Gelanggang Renang
Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
15 5 Restoran 40 7 93115 Lapangan Sepak Bola
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Penyelenggaraan Kegiatan
5 41 7 Lapangan Tenis Lapangan
dan Minuman Catering) Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
17 5 Penyediaan Makanan Lainnya 42 7 93119 Aktivitas Fasilitas Olahraga Lainnya
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
18 5 Bar 43 7 93191 Promotor Kegiatan Olahraga
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
19 5 Rumah Minum/Kafe 44 7 93210 Aktivitas Taman Bertema atau Taman Hiburan
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
20 Penyediaan Akomodasi 55111 Hotel Bintang Lima 45 7 93223
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
21 Penyediaan Akomodasi 55112 Hotel Bintang Empat 7 93232
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
22 Penyediaan Akomodasi 55113 Hotel Bintang Tiga 47 7 93291 Kelab Malam Dan Atau Diskotik
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
23 Penyediaan Akomodasi 55114 Hotel Bintang Dua 48 7 93292 Karaoke
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
24 Penyediaan Akomodasi 55115 Hotel Bintang Satu 49 7 93293 Usaha Arena Permainan
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
25 Penyediaan Akomodasi 55120 Hotel Melati 50 7 Aktivitas Panti Pijat
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
Penyediaan Akomodasi 55130 51 7 93199
Hiburan dan Rekreasi
Kode Bidang Judul Bidang Usaha KBLI
No. Deskripsi KBLI 2015
Usaha Pariwisata 2015
Penyelenggaraan Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif,
52 8 82301
Pertemuan, Perjalanan Konferensi dan Pameran
lebih dahulu yang kemudian memicu atau bahkan dikembangkan Mempromosikan Mempromosikan
dengan berbagai produk ekonomi kreatif. Pelaku usaha sangat pertukaran budaya pertukaran budaya
beragam baik yang didesain sejak awal telah menghadirkan ekonomi Menyediakan platform Mengeksplorasi Poltensi
presentasi kreatif
kreatif, atau berkembang secara alami mengikuti permintaan pasar Koordinasi
Salah satu literatur ilmiah yang mengangkat keterkaitan ekonomi Efek ekonomi Efek ekonomi
kreatif dan industri pariwisata tersebut karena adanya aspek pengikat
Memperluas ruang Pemberdayaan Memberikan dukungan
yaitu “kreativitas” yang sama-sama berpusat pada budaya manusia. pasar Kreatif teknis
Pengembangan Industri Budaya dan Kreatif dan Industri Pariwisata dalam Cara Hubungan dan Koordinasi
Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut, dapat dikatakan bahwa Pariwisata Penghasil Devisa Terbesar
tujuan pengembangan pariwisata Indonesia adalah sebagai berikut : a. Tahun 2019, Industri Pariwisata diproyeksikan menyumbang
devisa terbesar di Indonesia, yaitu USD 20 miliar.
a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan
pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, b. Dampak devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat.
perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong
kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri c. Sektor pariwisata diharapkan menjadi kekuatan ekonomi
sampingan lainnya. bangsa pada dekade yang akan datang.
INDIKATOR
Realisasai
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Target
Target
Target
Target
Target
Target
Kontribusi pada
PDB Nasional (%) 4.23 4,25 4,50 4,13 5 5 5,25 5,50 4,7 4,8 4,1
Devisa (Trilyun
Rp)
144 175,71 172 200 202,13 323 224 280 277 58 51,2
Jumlah Tenaga
Kerja (Juta Orang) 11,4 11,8 12,28 12,0 12,7 13,0 13,0 13,0 13,9
Indeks Daya
#50 #50 n.a. n.a. #40 #42 n.a. n.a. #30 #40 #40
Mancanegara
d. (juta Kunjungan) 10 10,41 12 12,02 15 14,04 17 20 18 4,02
mencerminkan positioning dan differentiating Sumber: diolah oleh penulis dari berbagai Sumber
Pariwisata Indonesia.
e. Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional
Secara terminologi “Manajemen Industri” merupakan cabang
mengalami fluktuasi dari tahun ke cahun sebagaimana
ilmu teknik (engineering) yang memfasilitasi pembuatan sistem
terlihat pada Tabel 3.
manajemen dan mengintegrasikan proses rekayasa yang beragam.
Pariwisata berpeluang menjadi sektor unggulan yang Manajemen Industri berkaitan dengan desain industri, konstruksi,
berkontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) manajemen, dan penerapan prinsip-prinsip sains dan teknik untuk
Indonesia. Meskipun saat ini pariwisata masih menjadi sektor meningkatkan seluruh infrastruktur industri dan proses industri.
pilihan dalam kontribusi ke PDB, tapi dengan pengelolaan Namun, jika terminologi “manajemen industri” dipisah antara kata
yang serius sektor pariwisata dapat menjadi sektor unggulan “manajemen” dengan kata “industri” dan kemudian kata “industri” ini
bila menunjukkan kemampuan dalam neraca satelit pariwisata disambungkan dengan kata pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi
“industri pariwisata dan ekonomi kreatif”, maka pengertiannya akan
dan Ekonomi Kreatif). Saat ini sektor yang paling besar berbeda. Dan inilah pengertian yang lebih tepat untuk memahami
mendapatkan nilai tambah PDB dari pariwisata adalah hotel, terminologi “Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”
yaitu mencapai 95,13 persen, selanjutnya angkutan kereta yaitu sebuah penerapan konsep manajemen pada obyek industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
persen. Pariwisata juga menyumbangkan nilai tambah PDB
Manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif karenanya
kepada restoran (13,98 persen), konstruksi (3,72 persen), dan
dipahami sebagai pendekatan terstruktur untuk mengelola kegiatan
komunikasi (2,87 persen). Dengan perkembangan pariwisata
operasional suatu organisasi industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
maka muncul sarana dan prasarana menuju lokasi wisata
Sebagaimana lazimnya pembahasan tentang manajemen, dalam
maupun infratruktur komunikasi untuk menunjang pariwisata
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif, sebuah industri
(Eko Marsoro, Kasubdit Statistik Pariwisata BPS).
perlu menggunakan empat konsep utama manajemen yaitu planning
(perencanaan), organizing (pengaturan), leading (kepemimpinan) dan
controlling (pengendalian).
Industri pariwisata dan ekonomi kreatif, pada tataran mikro adalah
unit usaha sangat membutuhkan penguatan manajemen. Setiap unit
usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dalam meningkatkan kinerja
bisnisnya membutuhkan manajemen operasional, yaitu sebagai
bentuk pengelolaan menyeluruh dan optimal pada aspek tenaga
kerja, aset (peralatan) bahan baku, metode atau cara dan faktor
produksi lain yang bisa dijadikan produk barang dan jasa yang bisa
dipasarkan.
Cara pandang yang digunakan buku ini terhadap terminologi
Manajemen Industri adalah menjadikan industri pariwisata dan
ekonomi kreatif sebagai sasaran atau obyek kebijakan yang diperankan
oleh pemerintah (dalam hal ini Kemenparekraf/Baparekraf). Jadi untuk
selanjutnya program, kegiatan kajian dan seluruh aktivitas Direktorat
Manajemen Industri harus dioerientasi sebagai implementasi peran
pemerintah terhadap sukses dan berkembangnya industri pariwisata
dan ekonomi kreatif Indonesia. 1. Bagaimana generasi muda memahami dan menguasai
ekosistem digital. Salah satunya dengan menguasai dan bisa
3.6. Tantangan Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
mengelola data merupakan sumber kekuatan yang sangat
Tantangan utama yang dihadapi dalam mendorong sektor penting saat ini.
pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini dan ke depan adalah adanya
2. Bagaimana membuat data ini lebih berharga. Antara lain melalui
pandemi virus Corona. Sudah lebih dari setahun sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif menghadapi pandemi yang menghantam seluruh
aktivitas ekonomi sosial. Selain itu, sejumlah tantangan berikut juga 3. Mengoptimaapat iklan promosi pariwisata dan ekonomi kreatif
menghadang berkembangnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. secara digital. Dengan menguasai big data maka dapat dilakukan
micro targeting, sehingga promosi bisa tepat sasaran.
3.6.1. Tantangan Pandemi
4. Membangun brand produk atau jasa pariwisata dan ekonomi
Beberapa tantangan terkait pandemi COVID-19, yaitu pertama,
kreatif secara kelompok bersama sama memanfaatkan brand
kondisi mulai dapat dikendalikannya pandemi yang ditunjukkan
yang sudah terkenal. Tentu hal ini juga mengandalkan data
dengan mulai melandainya kurva penularan COVID-19 seiiring dengan
dengan tujuan terutama untuk meningkatkan kepercayaan
program vaksinasi secara masif. Kedua, adalah kondisi dimana
wisatawan asing.
adaptasi kebiasaan baru mulai berlaku dalam perilaku masyarakat
dalam berwisata. Perilaku berwisata masyarakat ini akan menjadi pola 3.6.3. Tantangan Standar Global Kepariwisataan
yang membutuhkan banyak penyesuaian terhadap aktivitas ekosnomi Pariwisata dalam beberapa tahun terakhir menjadi sektor andalan
pelaku usaha wisata. Tidak terkecuali pola rantai pasok dan rantai penyumbang devisa negara. Di dunia, pariwisata menjadi salah satu
nilai dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga mengalami industri dengan pertumbuhan tercepat dan merupakan sumber
perubahan. pendapatan utama bagi banyak negara. Perkembangan positif tersebut
3.6.2. Tantangan Era Digital mendorong banyak negara untuk mentransformasi perekonomiannya
menjadi berorientasi pada sektor pariwisata. Sebagai sektor yang
Kebiasaan orang yang sering menggunakan platform online di
terus bertumbuh dengan pesat, pariwisata memiliki dampak berganda
masa pandemi dapat menjadi kesempatan bagi industri pariwisata
dan ekonomi kreatif untuk menggali potensi era digital. Potensi digital
bawah masyarakat. Namun jika tidak dikelola dengan baik, pariwisata
pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini lebih besar dibandingkan
juga dapat menimbulkan masalah, seperti dislokasi sosial, hilangnya
sebelumya. Potensi di pariwisata banyak, di ekonomi kreatif justru
warisan budaya, ketergantungan ekonomi, hingga degradasi ekologis.
lebih besar lagi.
Berkaca pada dampak pariwisata, kini mulai banyak yang menyadari
Namun masih banyak aspek yang perlu pembenahan pada industri pentingnya liburan atau wisata yang lebih bertanggung jawab. Maka
pariwisata dan ekonomi kretaif menghadapi era digital ini. Adapun istilah pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism pun menjadi
tantangan pariwisata dan ekonomi kreatif di era digital antara lain: sangat populer. Mengutip dari situs UNESCO, pariwisata berkelanjutan
champion, start up dan inisiatif stakeholder dan pengembangan
yang menghormati masyarakat model bisnis serta program quality control/monitoring dan
lokal dan para wisatawan,
warisan budaya dan lingkungan’.
5. melakukan evaluasi, rekomendasi dan masukan strategis untuk
Pariwisata Indonesia mengatasi hambatan-hambatan dan menghasilkan solusi
pun kini tengah berbenah dan strategi dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata
dengan menggencarkan berkelanjutan.
pariwisata berkelanjutan
Dalam melaksanakan tugasnya ISTC bertanggung jawab kepada
dengan membentuk Indonesia
Menteri, dan menyampaikan laporan secara berkala atau sewaktu-
Sustainable Tourism Council
waktu diperlukan.
(IST-Council). IST-Council
merupakan sebuah Lembaga
akreditasi pemerintah (Kemenpar) yang dibentuk melalui surat
Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Nomor Km. 143/
Kd.00/Menpar/2019, tentang Dewan Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Tourism Council).
ISTC, sebagaimana dimaksud mempunyai tugas dan fungsi:
memberikan arahan kebijakan dan strategi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan program
Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menjadi acuan dalam Gerakan Bangga Buatan Indonesia
proses pembangunan Parekraf adalah arahan Presiden. Arahan Selain prinsip sustainable tourism pada pengembangan pariwisata,
Presiden terkait Parekraf tahun 2021 sebagai berikut: Akselerasi perlu juga digaungkan gerakan bangga buatan Indonesia, yaitu salah
pembangunan Infrastruktur di 5 Destinasi Prioritas, Penyiapan satu program untuk membantu para pelaku ekonomi kreatif khusus
Calendar of Event di Setiap Destinasi terutama di 5 Destinasi Super subsektor fesyen, kuliner dan kriya untuk kembali bangkit dari dampak
Prioritas, Implementasi Aspek K4 pada setiap destinasi pariwisata pandemi Covid 19. Kerja sama yang dilakukan meliputi co-branding,
sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman, dan mewujudkan penyaluran penjualan produk melalui platform transportasi daring
Ekonomi Kreatif menjadi lokomotif penciptaaan lapangan pekerjaan, dan marketplace terintegrasi, pendampingan konsultasi hukum untuk
terutama untuk sektor yang menyerap dan menggerakan ekonomi.
lain secara online.
Untuk dapat melaksanakan arahan Presiden, Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 4.2. Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2019 tentang
menetapkan 3 Platform Program Kemenparekraf/Baparekraf ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
depan yaitu: Inovasi, Adaptasi, dan Kolaborasi.
Republik Indonesia Nomor Tahun 2021 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Di dalam Pasal 107 Direktorat Manajemen
Industri mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan
teknis, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
VISI
Pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang maju, berdaya saing, berkelanjutan, serta mengedepankan kearifan lokal dalam mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong.
MISI
Memperkokoh Struktur Ekonomi Nasional yang Produktif, Mandiri, Berdaya Saing melalui Optimasi Pengelolaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Mendorong riset, inovasi, adopsi Mendorong riset dan inovasi terkait pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif yang berorientasi
teknologi, serta kebijakan pariwisata pada peningkatan nilai tambah dan daya saing;
dan ekonomi yang berkualitas.
TUJUAN SASARAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
mengelola kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian sesuai kebutuhan pembangunan pariwisata dan
ekonomi kreatif nasional.
4.4 Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf Direktorat Manajemen Industri adalah berkembangnya rantai nilai
industri pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tiga sasaran program,
Seperti yang sudah dijelaskan di depan, target kinerja yang
yaitu: meningkatnya kemitraan usaha pariwisata dengan berbagai
ditetapkan untuk Direktorat Manajemen Industri pada Renstra
pihak dalam rangka perluasan rantai nilai industri pariwisata dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
ekonomi kreatif Sasaran program, sasaran kegiatan, dan angka
Ekonomi Kreatif 2020-2024 adalah rasio usaha bidang pariwisata
indikator capaian setiap tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
sasaran kegiatan adalah jumlah usaha bidang pariwisata dan ekonomi Tabel 5. Target Kinerja dan Sasaran Direktorat Manajemen Industri
Tahun 2020-2024
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
TARGET SASARAN AKHIRTAHUN
SASARAN KEGIATAN 2021 2022 2023 2024
KINERJA PROGRAM PERENCANAAN
usaha pariwisata masih menjadi urusan Direktorat Manajemen
Berkembangnya Meningkatnya Jumlah usaha mikro,
Industri, sedangkan saat ini struktur organisasi tersebut telah diubah rantai nilai kemitraan usaha kecil, menengah yang
industri pariwisata pariwisata dengan difasilitasi kemitraannya
dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan dan ekonomi usaha mikro, kecil, dalam rangka penguatan
kreatif. dan menengah rantai nilai industri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2021. Pada struktur dalam rangka pariwisata dan ekonomi
perluasan rantai kreatif. (jumlah usaha) 25 50 100 150 150
nilai industri
pariwisata dan
menjadi urusan Direktorat Manajemen Industri, tetapi telah menjadi ekonomi kreatif.
Usaha. Oleh karena itu, perlu dirumuskan ulang target kinerja dan Jumlah usaha mikro,
Meningkatnya kecil, dan menengah
sasaran untuk Direktorat Manajemen Industri. kapasitas usaha yang dltlngkatkan
mikro, kecil, kapasitasnya untuk
menengah dalam mendukung penguatan
Penentuan target kinerja dan sasaran untuk Direktorat mendukung rantai nilai industri
25 100 150 200 200
penguatan rantai pariwisata dan ekonomi
Manajemen Industri dilakukan dengan mempertimbangkan: nilai industri kreatif. (jumlah usaha)
pariwisata dan
ekonomi kreatif.
1. fokus pengembangan manajemen industri pariwisata
dan ekonomi kreatif berdasarkan hasil kajian kebijakan Meningkatnya Jumlah usaha pariwisata
ketersediaan data dan
pembangunan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang dan informasi ekonomi kreatif yang
pariwisata dan tersedia dalam sistem
terkait dengan manajemen industri; ekonomi kreatif basis data dan
dalam bentuk basis informasi pariwisata dan
data. ekonomi kreatif. (jumlah 17.000 17.500 18.500 19.500 19.500
2. indikator dan target yang terkait dengan manajemen industri usaha)
Pengembangan usaha
pariwisata dan ekonomi
kreatif yang bertanggung
jawab terhadap
lingkungan alam dan
Pengembangan sosial budaya dalam
rangka peningkatan
kredibilitas dan daya saing.
DAN PERMASALAHAN nasonal tersebut, disebabkan potensinya yang cukup besar. Menurut
laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif, maka terdapat
“Jika kita benar-benar bisa memahami persoalan, jawabannya Menurut data BPS Tahun 2018, terdapat 2.087 destinasi
akan datang sendiri, sebab jawaban tidak pernah terpisahkan dari pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat yang menjadi tujuan
persoalan”
Tirta. Dilihat dari jenis perusahaan objek daya tarik wisata tahun 2018
yang masuk kategori Usaha Menengah Besar (UMB), usaha atau
Bagian ini akan menguraikan tentang potensi, karakteristik unik
perusahaan didominasi oleh jenis objek wisata tirta, yaitu sebanyak
5. Seni Kriya Tekstil; Kriya tekstil adalah jenis kerajinan yang Selain jenis seni kriya di atas, masih banyak lagi jenis kriya/
menggunakan bahan dasar benang atau kain. Dalam kerajinan yang ada di Nusantara yang menggunakan bahan-bahan
pembuatan kriya tekstil ini dikerjakan sesuai dengan jenis lokal daerah ataupun menggunakan bahan campuran (mix media)
benda yang akan dibuat. Ada berbagai jenis kriya tekstil sebagai bahan pembuatan seni kriya daerah.
seperti hasil tenun manual (dikerjakan dengan tangan), kain
songket, dan juga batik. Dari berbagai macam jenis kriya/
kerajinan tekstil tersebut memiliki teknik pembuatan yang
berbeda-beda, seperti pembuatan batik dapat dikerjakan
mendatang. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta
dengan teknik batik tulis, teknik jumputan, teknik cap, dll.
orang, 70 persen di antaranya berada di usia produktif yaitu berusia 15
Hasil kriya/ kerajinan tekstil ini antara lain pakaian, tas, topi,
dll.
mencari solusi dan hambatan dari bisnis anda dengan ciri sebagai berikut. Industri Jasa; Perusahaan yang membentuk
sumber daya yang masih terbatas pada saat awal merintis. industri pariwisata adalah perusahaan jasa (service industry) yang
masing-masing bekerja sama menghasilkan produk (good and
c. Lebih banyak Energi; Tenaga anda di usia 20-an pasti akan
services) yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata
jauh berbeda ketika memasuki 40 -- 50 tahunan. Untuk
pada daerah tujuan wisata. Pengertian-pengertian yang terkandung
itu, jika anda mulai berbisnis dari usia muda, anda lebih
dalam services industry adalah (1) Penyediaan jasa-jasa pariwisata
memiliki energi dan kesempatan dibanding dengan mereka
(tourist supply) berlaku pula hukum ekonomi dan tidak terlepas dari
yang baru merintis usahanya di usia 30 -- 40 an. Karena
permasalahan permintaan (demand) dan penawaran (supply), dan (2)
membangun bisnis dari nol akan membutuhkan banyak
Penawaran (supply) dalam industri pariwisata tidak tersedia bebas
energi dan kesempatan yang bisa anda dapatkan jika
akan tetapi diperlukan pengolahan dan pengorbanan (biaya) untuk
memulai bisnis anda di usia yang masih muda.
Infrastruktur yang mendukung pengembangan pariwisata persen) merupakan mereka yang berstatus berusaha mandiri,
seperti: hotel, jalan, pelabuhan, alat-alat transportasi, bandara dan sementara yang berstatus berusaha dibantu buruh dan karyawan/
lainnya di berbagai daerah masih kurang. Sehingga keterjangkauan
objek wisata di suatu daerah belum sepenuhnya baik dan hal tersebut sebagai pekerja tidak dibayar mencapai 17,47 persen. Apabila dilihat
menyebabkan biaya perjalanan wisata menjadi tinggi. Kualitas menurut pendidikan yang ditamatkan, tenaga kerja industri pariwisata
infratsruktur penunjang ini juga termasuk di dalamnya fasilitas untuk didominasi oleh mereka yang menamatkan pendidikan sampai SMP
meningkatkan kenyamanan wisatawan, misalnya: tidak tersedianya (59,39 persen). Hal ini menunjukkan pariwisata dapat menjadi salah
kamar kecil di objek-objek wisata. Masalah lain dalam infrastruktur satu alternatif bagi pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan
ini adalah konektivitas antara satu daerah dengan daerah lain di Indonesia karena secara umum bekerja pada industri pariwisata
yang belum seepenuhnya terjadi sehingga biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengunjungi sebuah objek wisata masih sangat
SDM yang ada khususnya di sekitar objek wisata kurang
tinggi. Masalah yang lain lagi di bidang infrastruktur pariwisata adalah
mendukung dalam hal ketrampilan berbahasa asing (khususnya
kurangnya penerbangan langsung dari tempta asal wisataawan ke
bahasa inggeris), maupun dalam hal etika dan keramahtamahan
tempat objek wisata yang dituju.
(hospitality) dalam menyambut kedatangan wisatawan, baik wisatawan
Selain infrastruktur, pendidikan juga menjadi halangan. domestik maupun asing. Di samping itu, tenaga pemandu pariwisata
Meskipun di Pulau Bali dan hotel-hotel mewah di Jakarta kebanyakan
penduduk asli yang bekerja di sektor pariwisata cukup fasih berbahasa
Inggris (dan bahkan bahasa-bahasa asing lainnya), di wilayah-wilayah objek pariwisata akan pentingnya tenaga pemandu pariwisata yang
yang lebih terpencil penduduk asli kesulitan untuk berkomunikasi
dengan para turis. Oleh karena itu, fokus pada mempelajari Bahasa (LSP) di bidang pariwisata.
Inggris akan membantu mengatasi keadaan ini. Halangan bahasa
Salah satu pendukung industri kreatif adalah ketersediaan
ini adalah alasan mengapa sejumlah warga Singapura lebih memilih
sumber daya manusia kreatif. Hal ini tentulah yang utama,
Malaysia ketimbang Indonesia sebagai tempat tujuan wisata mereka.
Kebanyakan turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari
intelektual ini terletak pada manusianya. Data menunjukkan bahwa
Singapura, diikuti oleh Malaysia dan Australia.
sampai tahun 2014 SDM kreatif Indonesia jumlahnya kurang dari 20%
5.3.3 Kualitas Sumberdaya Manusia total populasi. Menurut survey yang dilakukan Kementerian Pariwisata
atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan
serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
Perkembangan sektor pariwisata membutuhkan komunikasi lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
dan publikasi yang baik. Selama ini oleh pemerintah Pariwisata pusat Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai,
dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memang sudah melakukan kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
publikasi dan komunikasi. Hanya saja perlu lebih ditingkatkan hidup usaha. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha
lagi, khususnya yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan yang adalah: (a) Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasukidirintis
dan lingkungan usaha yang ada, (b) Pengetahuan tentang peran dan
Thailand. Di berbagai bandara dan terminal maupun Stasiun Kereta tanggung jawab. (c) Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi
Api disediakan brosur tentang tujuan atau objek wisata yang bisa bisnis.
dikunjungi lengkap dengan rute atau arah jalan, moda transportasi
Menurut Suryana dan Scarborough dalam Kristanto (2009),
yang bisa digunakan, hotel dan penginapan yang tersedia, serta biaya
indikator yang terkait dengan pengetahuan wirausaha yaitu:
yang harus dikeluarkan. Bahkan uniknya di Thailand, di booklet atau
(a) Mengerti tentang bidang usaha yang dijalankan (b) Memiliki
brosur ditawarkan jika seorang wisatawan punya uang sejumlah
pembukuan sederhana (c) Mampu berkomunikasi dengan baik (d)
tertentu maka objek wisata yang bisa dikunjungi apa saja. Jadi objek
Memiliki pengetahuan tentang manajemen (e) Memiliki pengetahuan
wisata yang bisa dikunjungi akan tergantung dari dana yang dipunyai
tentang pemasaran. Hal ini perlu ditekannkan mengingat masih
banyak pelaku industri kreatif yang berpotensi tinggi dengan kualitas
2017).
SDM yang tinggi, namun belum memiliki pengetahuan kewirausahaan
yang komprehensif. Pengetahuan kewirausahaan tersebut antara
memanfaatkan digital skills yang baik. Pemanfaatan teknologi lain legalitas usaha, manajemen keuangan dan penguasaan tren
digital merupakan salah satu strategi dari 3 strategi pelaku industry pasar. Kekurangan pengetahuan tersebut yang menyebabkan pelaku
kreatif untuk bertahan di masa Pandemic Covid-19. tiga strategi
yang dilakukan seniman dan pelaku industri kreatif untuk bertahan
di tengah pandemi. “Membuka peluang kegiatan secara digital,
meningkatkan kolaborasi untuk penggali potensi kreativitas lokal
melalui kegiatan di lingkupnya, serta mengenali potensi dan peluang
baru untuk mengubah strategi komunikasi.
DATABASE INDUSTRI Organisasi. Database yang dibuat dan dikelola dengan baik
juga dapat membantu perusahaan membuat aplikasi baru
Secara teori variabel/indikator yang ada pada data base meliputi g. Penggunaan oleh banyak pemakai (multiple user). Sebuah
database bisa dimanfaatkan sekaligus secara bersama oleh
berikut: banyak pengguna.
Entitity atau entititas adalah orang, tempat, kejadian atau h. Melakukan perlindungan dan pengamanan data. Setiap data
konsep yang informasinya direkam. Industri Parekraf meliputi hanya bisa diakses atau dimanipulasi oleh pihak yang diberi
Industri Pariwisata dan Industri kreatif. Maka data base yang otoritas dengan memberikan login dan password terhadap
dibutuhkan adalah nama pengusaha, tempat atau alamat, masing-masing data.
Field adalah sebutan untuk mewakili suatu entitas. Sebagao i. Agar pemakai mampu menyusun suatu pandangan (view)
contoh, seorang siswa dapat dilihat dari atributnya misalnya, abstraksi dari data. Hal ini bertujuan menyederhanakan
NIM, Nama_pelaku usaha, alamat. interaksi antara pengguna dengan sistemnya dan database
dapat mempresentasikan pandangan yang berbeda kepada
Record adalah kumpulan isi elemen data (atribut) yang saling
para pengguna, programmer
berhubungan menginformasikan tentang suatu entitas secara
lengkap. Gambar 10. Tujuan dari Data Base Parekraf
Apa isi dari data base Industri Parekraf?. Saat buku ini disusun pada
situs https://industri.kemenparekraf.go.id/ terdapat 4 menu utama
yaitu: Home, Kontribusi, Hubungi Kami, dan Dashboard. Pada menu
Dashboard terdapat informasi Umum, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif.
Pada menu Pariwisata ditampilkan tentang informasi Total Industri
Pariwisata Nasional, Top 10 Jumlah Industri Pariwisata Berdasarkan
Provinsi, dan informasi pariwisata berdasarkan Sub Sektor Usaha
dan berdasarkan Jenis Perusahaan. Semenetara itu, pada menu
Ekonomi kreatif ditampilkan tentang informasi Total Industri Ekonomi
Kreatif Nasional, Top 10 Jumlah Industri Ekonomi Kreatif Berdasarkan
Provinsi, dan informasi ekonomi kreatif berdasarkan Sub Sektor
Usaha dan berdasarkan Jenis Perusahaan. Hal ini memberikan dasar
yang baik untuk proses perencanaan program maupun kegiatan .
Salah satu fungsi Baparekraf adalah menyelenggarakan 1 Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
fungsi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di 2 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sesuai ketentuan peraturan Pemerintahan Daerah.
BAB 7
EKOSISTEM DAN TOOLS
PENGUATAN INDUSTRI
PAREKRAF
keterkaitan yang menguntungkan perusahaan untuk menciptakan industri Parekraf dapat disusun suatu skema Klaster Industri Industri
keterkaitan yang menguntungkan bagi setiap perusahaan di dalam
klaster. Perusahaan di dalam klaster menikmati manfaat yang jauh
lebih banyak dibandinkan bila mereka berada di luar dan melakukan
bisnis seperti umumnya.
Bagian 1: Demand
Model Supply-Demand dalam Sistem Pariwisata Gunn (dari Perspektif
Bisnis)
Faktor yang Mempengaruhi Pasar
Permintaan pasar dipengaruhi faktor
internal atau eksternal wisatawan,
yaitu kebutuhan, motivasi, dan
persepsi untuk bepergian, serta
program pemasaran usaha pariwisata
Model sistem pariwisata Gunn (2002) tidak menggambarkan
dan proses dimana wisatawan
membuat keputusan pembelian. keseluruhan sistem pariwisata, model sistem pariwisata Gunn masih
bersifat linear, sementara sistemnya digambarkan sebagai sistem
Bagian 2: Strategi
Bagian 4: Perjalanan:
Karakteristik Perjalanan.
Pemasaran, Perencanaan,
Promosi dan Distribusi
yang tertutup. Namun model sistem pariwisata Gunn dapat digunakan
Deskripsi perjalanan utama
.
Pemeriksaan proses di mana dalam menganalisis elemen-elemen vital sumber daya tarik pariwisata
terutama yang terdapat di daerah tujuan pariwisata.
segmen, arus perjalanan, daerah tujuan dan bisnis
pariwisata memasarkan
moda transportasi bekas. layanan dan fasilitas kepada
pelanggan potensial dengan
penekanan pada
penggunaan saluran promosi
dan distribusi yang efektif.
Bagian 3: Destinasi:
Perencanaan, Pengembangan dan
Pengendalian Pariwisata.
Identifikasi prosedur yang diikuti oleh
daerah tujuan untuk menetapkan
rencana kebijakan,
mengendalikan, mengembangkan,
dan melayani pariwisata, dengan
menekankan pada pariwisata
berkelanjutan.
.
Agar dapat menyelesaikan aktivitas Matchmaking (misalnya, Sumber: Ivarsson & Svahn (2020)
negosiasi) secara otomatis, tugas Pemerintah yang dalam hal ini Gambar 18 . Model Matchmaking
diwakili oleh Direktorat Manajemen Industri harus dilengkapi dengan
pengetahuan (misalnya, strategi negosiasi). Selain itu, model panduan
Rantai Pasok adalah koneksi semua pihak, sumber daya, bisnis, Operasi manufaktur : Konversi input menjadi produk jadi.
dan aktivitas yang terlibat dalam pemasaran atau distribusi di mana Logistik Outbound : Ini berkaitan dengan pengumpulan,
suatu produk mencapai pengguna akhir. Ini menciptakan tautan penyimpanan, dan distribusi produk atau layanan kepada
antara mitra saluran seperti pemasok, produsen, grosir, distributor, pelanggan.
pengecer, dan pelanggan. Sederhananya, itu mencakup aliran dan
Pemasaran dan Penjualan : Libatkan kegiatan yang
penyimpanan bahan baku; barang setengah jadi dan barang jadi dari
menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat umum
tempat asal ke tujuan akhirnya yaitu konsumsi.
tentang produk.
Proses yang merencanakan dan mengendalikan operasi rantai Layanan : Semua aktivitas yang meningkatkan nilai produk
pasokan dikenal sebagai Manajemen Rantai Pasokan. Ini adalah atau layanan.
sistem lintas fungsional yang mengelola pergerakan bahan baku,
di dalam organisasi dan perpindahan barang jadi dari perusahaan AKtivitas Pendukung: Kegiatan ini membantu kegiatan utama dan
bersama dengan kepuasan pelanggan secara berdampingan. termasuk pengadaan, pengembangan teknologi, manajemen
Kegiatan-kegiatan berikut termasuk dalam rantai pasokan: sumber daya manusia dan infrastruktur.
Platform organisasi
Direktorat Manajemen
Penilaian
Perum usan
A tau
A lternatif
Industri Parekraf mencakup
Evaluasi
Kebijakan PRO SES Kebijakan jalinan hubungan antar
KEBIJA KA N bagian organisasi dalam
PU BLIK hal peran, struktur, dan
pendekatan organisasi yang
merupakan amanat dari
Pelaksanaan
atau Penetapan
peraturan perundangan yang
Im plem entasi Kebijakan mengaturnya. Mengingat
Kebijakan
kementerian adalah organisasi
pemerintah maka pendekatan
Tabel 9. Platform Direktorat Manajemen Industri Parekraf dengan Pendekatan Proses Kebijakan
No Tahapan Karakteristik Kegiatan Metode Output
1. Penyusunan Agenda (Agenda Pengenalan Masalah 1. Pendataan pelaku usaha Parekraf (pihak Supply) yang 1. Analisis Suplai Demand Situasi Masalah Industri Parekraf yang dianalisis,
Setting) dapat menyuplai Demand. 2. Analisis Klaster Industri mencakup:
2. Koordinasi dengan pihak Demand (Hotel, Restoran, dsb) 3. Analisis Supply Chain 1. Peta Suplai Demand dan industri dan institusi
untuk mendapatkan data. 4. Analisis Value Chain pendukung (Matchmaking Instittion)
3. Melaksanakan kurasi terhadap pelaku usaha Parekraf yang 5. Analisis Kelayakan Usaha 2. Kebutuhan produk yang dapat disupply pelaku
dapat memenuhi kebutuhan dan perrsyaratan Quality, usaha Parekraf
Price, Delivery dan Payment dari Demand Mencari tahu serangkaian situasi eksternal yang dialami yang menimbulkan 3. Persyaratan produk yang ditetapkan oleh pihak
rasa ketidak-puasan atau ketidakmudahan dan terasa ada sesuatu yang demand (Hotel dan Restoran), mencakup: Quality,
salah dimata pelaku usaha. Price, Delivery, dan Payment
menerima supply dari
pelaku Ekraf yang terkurasi
yang diharapkan
Hasil Kurasi terhadap produk dan pelaku usaha.
Pencarian Masalah Pendalaman masalah dengan mengkaitkan masalah yang Simulasi, Brainstorming untuk mendiskusinya apa saja kemungkinan Meta Masalah Industri Parekraf, yaitu masalah
dikenali dengan faktor-faktor lain yang akan berpengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi situasi masalah yang dirumuskan. level tinggi yang mencakup faktor-faktor lain yang
baik internal dan eksternal. Misal Masalah budaya, karakter lebih luas, misal terkait kemampuan UKM dalam
SDM dsb. mensuplai secara berkelanjutan, permodalan,
kualitas dan kapasitas produk, kemampuan SDM,
Dukungan Perbankan UKM.
Diskusi dan melakukan penilaian di antara Meta Masalah yang Masalah Substantif yaitu masalah yang sudah dapat
masalah substantif ke dalam istilah-istilah yang paling dasar dipilah atau dibagi-bagi ke dalam kriteria tertentu.
dan umum. Contoh kriteria: Apa yang disentuh dengan tindakan
yang kecil akan berdampak besar.
Masalah Permodalan: jaminan, akses, lembaga
keuangan, dll
Kualitas dan kapasitas produk: SDM, Teknologi.
Pemahaman masalah dengan analisis mengembangkan Masalah substantif sudah diketemukan, Masalah Formal yang dirumuskan dalam bentuk
representasi masalah substantif secara formal (logis atau Merumuskan masalah dalam bentuk formal (Problem Statement) Policy Brief yang memuat isu utama yang menjadi
matematis). Penyusunan Policy Brief fokus permasalahan perlunya dilakukan suatu
tindakan kebijakan.
2. Perumusan alternatif Mendesain dan Menyusun rencana. Planning, Organizing Kelengkapan Policy Brief dalam bentuk
kebijakan p e n y u s u n a n Berkoordinasi lintas Unit, Deputi dan Instansi K/L/D Koordinasi beberapa alternatif kebijakan.
rancangan tujuan FGD Contoh alternatif kebijakan adalah content dari
kebijakan serta strategi MOU/PKS dan Rencana Aksi Bersama.
untuk pencapaian Rencana Intervensi kebjakan yang disusun
tujuan kebijakan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran
(RKAKL).
3. Penetapan kebijakan P e n g a m b i l a n Rapat Koordinasi dan penetapan intervensi kebijakan. Rapat Koordinasi Dokumen:
keputusan terhadap Penyusunan Draft MOU/ PKS wujud komitmen. FGD MOU/PKS sebagai komitmen antara Suplai,
alternatif kebijakan Penyusnnan Draft Rencana Aksi Bersama Temu Bisnis (event) Demand yang sudah ditanda tangani.
yang tersedia atau Penandatanganan MOU/PKS dan Rencana Aksi Bersama Bimbingan Teknis Rencana Aksi Bersama antara Suplai,
penegasan kebijakan Demand, Industri dan Institusi Pendukung
secara formal (antara lain Kemenparekraf, Dinas Parekraf,
dll) yang ditandatangani. Contoh: Bimbingan
teknis, pendampingan, insentif, fasilitasi akses
permodalam serta stimulus lainnya.
4. Pelaksanaan atau Upaya atau proses Bedah Kapasitas Usaha yang sudah menandatangani PKS Bedah kapasitas usaha terhadap demand dengan metode ERP Dokumen:
Implementasi Kebijakan untuk mencapai tujuan antara pihak Suplai dan Demand. (Enterprise Resource Planning) Gap atau kesenjangan antara kapasitas usaha
yang ditetapkan Pemberian insentif /stimulus untuk peningkatan kapasitas Melakukan prediksi ke depan. pihak suplai terhadap demand.
dengan memobilisasi usaha. Analisis Gap Rencana pendampingan penerapan ERP
SDM dan anggaran pada pihak suplai dengan contoh sebagaimana
terlampir.
Memberikan dukungan Bimbingan Teknis dan Pelaksanaan kegiatan Insentif kebijakan, meliputi: Menghasilkan keadaan yang direncanakan (Sesuai
Pendampingan: Bimbingan teknis, Rencana Intervensi Kebijakan).
1. Peningkatan Kapasitas Usaha Pelaku Usaha Parekraf Pendampingan,
2. Akses Pembiayaan dan PengelolaanKeuangan UKM Insentif, Memastikan interaksi suplai demand akan
Fasilitasi akses permodalam berkelanjutan. Dilihat dari tumbuhnya peranan
4. Pengembangan SDM Pelaku Usaha Parekraf serta stimulus lainnya baik oleh Direktorat Manajemen Industri swasta atau pihak di luar pemerintah dalam
5. Pendaftaran HKI maupun Unit lainnya. penguatan industri Parekraf di DSP. Menghindari
ketergan-tungan dengan dukungan pemerintah.
No Tahapan Karakteristik Kegiatan Metode Output
5. Penilaian dan Evaluasi Berfokus pada Koordinasi, pemantauan dan evaluasi Controling dengan monitoring serta proses melihat dampak kebijakan. Laporan output, outcome dan dampak kegiatan
kebijakan sesuai tingkatannya. (kegiatan, output, rincian
dan akibat-akibat output).
dari implementasi
kebijakan. Meningkatnya peranan swasta / LSM dalam
penguatan Industri Parekraf.
Berdasar Platform Direktorat Manajemen Industri Parekraf sebagaimana Tabel 9 di atas, maka setiap personil Direktorat Manajemen Industri dapat melakukan
kegiatan secara lebih sistematis. Selain itu, dalam setiap pelaksanaan kegiatan diharapkan personil dapat melaksanakannya dengan lebih biak karena memahami
Menurut Selo Soemardjan (1991) peranan pemerintah dalam Gambar 22. Peran pemerintah dalam penguatan Industri
mengembangkan pariwisata secara garis besarnya adalah Parekraf
STRUKTUR OTORITAS dan ekonomi kreatif adalah dan ingin dilakukan oleh sektor
swasta” (WTO)
bertindak sebagai katalis
HUBUNGAN LATERAL DAN STRUKTUR RENTANG BATAS
dan untuk melengkapi efek
BERBAGI INFORMASI DAN PENGETAHUAN dari sektor swasta termasuk
SPESIFIKASI, STANDAR DAN KONTROL
organisasi nirlaba. WTO menunjukkan bahwa sebagai prinsip
umum, pemerintah tidak boleh melakukan apa yang mampu dan
ingin dilakukan oleh sektor swasta.
Oleh karena itu, strategi yang dimaksud pada bab ini tidak lain berbasis masalah atau berbasis misi, perlu diperiksa kembali pada
adalah strategi pelaksanaan program dan kegiatan yang berisi langkah tujuan kegiatan yang direncanakan. Salah satu sumber informasi
langkah organisasi untuk menetapkan sasaran, membuat kebijakan, yang menjadi acuan adalah dari sasaran strategis level Kementerian,
memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga
strategi dapat dilaksanakan (Fred R. David 2004). Pelaksanaan strategi
Falsafah yang kedua, Holistik atau berpikir seutuhnya dapat
juga mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi,
dimaknai berpikir pada konteks ekosistem. Dalam ekosistem
mengupayakan organisasi berjalan secara efektif, pengarahan kembali
usaha-usaha sosialisasi, penyiapan anggaran, pengembangan dan
dalam pengembangan pariwisata sekaligus penguatan nilai tambah
pemanfaatan sistem inlormasi, serta mendukung karyawan berkinerja
ekonomi kreatif. Hal tersebut harus menjadi perhatian tanpa mereduksi
terbaik bagi tujuan organisasi.
Tata kelola Perumusan sistem Pengembangan Penyusunan dan pemutakhiran data usaha
pengelolaan industri Tata Kelola pariwisata dan ekonomi kreatif.
pariwisata dan ekonomi Industri Pengembangan sistem informasi industri
kreatif untuk membangun Pariwisata Dan pariwisata dan ekonomi kreatif.
rantai nilai industri Ekonomi Kreatif Kajian dan uji coba indikator pengukuran TKDN
pariwisata dan ekonomi di industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
kreatif yang terintegrasi Penyusunan concept note perluasan Rantai nilai
dan berkelanjutan, meliputi industri pariwisata dan ekonomi kreatif (fungsi,
konsep, basis data, dan stuktur, hierarki, pola hubungan, kemitraan).
mekanisme operasional Penyusunan mekanisme operasional untuk
industri pariwisata dan mendorong peningkatan tanggung jawab
ekonomi kreatif industri pariwisata dan ekonomi kreatif
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
Penyusunan dan koordinasi penerapan
mekanisme operasional untuk mendorong
terwujudnya rantai nilai industri pariwisata dan
ekonomi kreatif.
Penyusunan dan koordinasi penerapan
mekanisme operasional untuk integrasi rantai
nilai industry pariwisata dengan ekonomi
kreatif.
Penyusunan mekanisme operasional untuk
pengelolaan krisis dan peningkatan ketahanan
industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Penyusunan mekanisme operasional
pemantauan dan evaluasi penerapan
mekanisme operasional manajemen industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi tata
kelola industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kemitraan Pengembangan kemitraan Pengembangan Penyusunan dan pemutakhiran data kemitraan
usaha usaha pariwisata untuk Kemitraan Usaha usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.
membangun rantai nilai Penyelenggaraan temu bisnis antarusaha
industri pariwisata pariwisata dan antarusaha ekonomi kreatif (di
dan ekonomi kreatif destinasi prioritas, lintas provinsi, internasional).
yang terintegrasi dan Fasilitasi dan pendampingan kemitraan
berkelanjutan. antarusaha pariwisata dan antarusaha ekonomi
kreatif (di destinasi prioritas, lintas provinsi,
internasional).
Fasilitas dan pendampingan kemitraan antara
usaha pariwisat dan ekonomi kreatif dengan
organisasi sosial/ masyarakat terkait pariwisata,
organisasi pelestarian lingkungan alam dan
budaya.
Pelaksanaan pengukuran TKDN industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
kemitraan usaha pariwisata.
Ketahanan Penyiapan ketahanan usaha Peningkatan Pelatihan dan pendampingan pengelolaan
usaha dan rantai nilai industri Ketahanan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif pada
pariwisata dan ekonomi Usaha masa krisis.
kreatif dalam menghadapi Pariwisata Dan Dukungan pengelolaan krisis dan ketahanan
krisis menuju keberlanjutan. Ekonomi Kreatif usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (hibah
dan insentif).
Koordinasi dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan ketahanan terhadap krisis.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program
peningkatan ketahanan usaha pariwisata dan
ekonomi kreatif.
1. Pelaksanaan Matchmaking 1.Koordinasi pengukuran TKDN industri 1. Pelaksanaan pengukuran TKDN 1. Fasilitasi dan pendampingan kemitraan antarusaha
usaha pariwisata dan ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif. industri pariwisata dan ekonomi pariwisata dan antarusaha ekonomi kreatif (di
kreatif. 2. Koordinasi dalam pemantauan dan evaluasi kreatif. destinasi prioritas, lintas provinsi, internasional).
2. Penyelenggaraan temu bisnis kemitraan usaha pariwisata. 2. Pelaksanaan pemantauan 2. Fasilitas dan pendampingan kemitraan antara usaha
antarusaha pariwisata dan dan evaluasi kemitraan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dengan organisasi
Kemitraan Usaha antarusaha ekonomi kreatif pariwisata. sosial/ masyarakat terkait pariwisata, organisasi
(di destinasi prioritas, lintas pelestarian lingkungan alam dan budaya.
provinsi, internasional).
3. Penyelenggaraan Apresiasi
Green Hotel
Penyusunan dan pemutakhiran 1. Koordinasi dengan berbagai pihak untuk Penyusunan Prosedure dan Kriteria 1. Pelatihan dan pendampingan pengelolaan usaha
data pelaku usaha pariwisata dan meningkatkan ketahanan terhadap krisis. pelatihan dan pendampingan pariwisata dan ekonomi kreatif pada masa krisis.
Resiliensi Usaha ekonomi kreatif terdampak krisis. 2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengelolaan usaha dan pengelolaan 2. Dukungan pengelolaan krisis dan ketahanan usaha
program peningkatan ketahanan usaha krisis dan ketahanan usaha Parekraf. pariwisata dan ekonomi kreatif (hibah dan insentif).
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Penyusunan dan pemutakhiran 1. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Penyusunan Prosedure dan Kriteria 1. Pelatihan dan pendampingan peningkatan kapasitas
data program tanggung jawab program pengembangan usaha pariwisata pelatihan dan pendampingan usaha dalam mendukung penguatan rantai nilai
lingkungan usaha pariwisata dan dan ekonomi kreatif. peningkatan kapasitas usaha industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pengembangan Usaha ekonomi kreatif. 2. Pemberian penghargaan kepad program 2. Pelatihan dan pendampingan pengembangan
tanggung jawab lingkungan alam, sosial, dan tanggung jawab usaha pariwisata terhadap
budaya usaha pariwisata da ekonomi kreatif lingkungan alam, sosial, dan budaya.
yang memberikan manfaat berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Chunfeng Li, Peng Ju. (2020). Coupling Coordinative Degree
Analysis of Cultural and Creative Industry and Tourism Industry
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
under the Background of Cultural and Tourism Integration.
Kepariwisataan;
Journal of Service Science and Management > Vol.13 No.1,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
February 2020. Shenzhen Tourism College of Jinan University,
Daerah yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Shenzhen, China.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Fatmawati, Santoso, (2020). Penguatan Rantai Nilai Pariwisata
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Sebagai Strategi Pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta
tentang Pemerintahan Daerah;
Menjadi Kawasan Wisata Ramah Muslim. Jurnal Ilmiah
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Manajemen Bisnis, Volume 6, No. 03, November 2020.
Kreatif;
Gunn, C. A dengan Var, Turgut (2002). Tourism Planning: Basics,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja; Concepts, Cases, 4 th edition. New York: Routledge.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Creative Industry in Indonesia:
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-
2025;
Shakya, M. (2009). Competitiveness Assessment of Tourism in Raymond McLeod and George P Schell, Management
Paper 5083.
Soeseno Bong (2019). Manajemen Risiko, Krisis, Dan Bencana
Stewart Moore, Bill Carter (1993). Untuk Industri Pariwisata Yang Berkelanjutan. Gamedia
Pustaka Utama. Jakarta
Tomas Gajdosik. (2018). Smart Tourism: Concepts and Insights Strategi Meningkatkan Daya Saing Industri Kreatif Indonesia:
Studi Kasus Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Kecamatan Tamansari, Bogor. Available from: https://
Banskej Bystrici www.researchgate.net/publication/332296519_Strategi_
Meningkatkan_Daya_Saing_Industri_Kreatif_Indonesia_Studi_
Zainal, V. R., Hadad, M. D., & Ramly, M. (2010). Kepemimpinan
Kasus_Pengembangan_Klaster_Industri_Alas_Kaki_Kecamatan_
Tamansari_Bogor [accessed Jun 25 2021].
Buku :
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide
Arman Hakim Nasution. (2006). Manajemen Industri. Penerbit
dan Menciptakan Peluang. Jagakarsa, Jakarta Selatan: Penerbit
ANDI Yogyakarta, Cetakan : Edisi I tahun 2006.
Salemba Empat.
Claudia U. Claudia U. Ciborra, (1996) The Platform
Yuyun Rachmayuniawati, M.M. Sri Mulyeni, M. Pd. 2020.
Organization: Recombining Strategies, Structures, and
Kepemimpinan Organisasi Penerbit Media Sains Indonesia (CV.
Surprises. Organization Science 7(2):103-118. http://dx.doi.
Media Sains Indonesia) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota
org/10.1287/orsc.7.2.103.
Bandung - Jawa Barat.
Website
Sistemdanstrukturmanajemen
Dasar dalam membangun model ini diambil Heeks (2002) dari ITPOSMO cukup memadai untuk memberikan pengertian yang
penelitian Venkatraman (1989), juga penelitian sebelumnya oleh komprehensif tentang design-reality gap (Hawari dan Heeks, 2010).
Model ini bukan untuk menilai kualitas rancangan dan kualitas realitas
faktor sistem informasi yang berbeda seperti; kecocokan antara apakah baik atau buruk, tapi menilai bahwa ketidaksesuaian antara
proses, orang, struktur dan teknologi. Menurut Soh et al. (2000) ada rancangan dengan realitas akan meningkatkan risiko kegagalan,
tujuh ketidakcocokan dalam sistem ERP yang harus diperhatikan; sebaliknya kesesuaian rancangan - realitas akan menghasilkan
model data, kebutuhan akses untuk melaksanakan tugas, prosedur kesuksesan.
validasi, SOP, presentasi format output, dan konten informasi pada
input. 2. Transfer Pengetahuan
Informasi: Penyimpanan data, alur data, dan lain-lain Untuk mengetahui hasil luaran implementasi berhasil, gagal atau
gagal parsial, langkah pertama yang dilakukan adalah memberikan
tingkat kesenjangan 1-10 pada masing-masing dimensi dalam Tingkat Kesenjangan Tujuan dan nilai: ….
model ini. Nilai kesenjangan setiap dimensi ITPOSMO dalam model
Tingkat kesenjangan Kemampuan dan Penempatan Staf: ....
rancangan-realitas ini disebut juga nilai kesenjangan individu.
Penilaian adalah proses subyektif, tetapi panduan secara garis besar Tingkat Kesenjangan Sistem dan Struktur Manajemen: ….
untuk menilai kesenjangan dimensi tertentu sebagai penyebab Tingkat Kesenjangan Sumber daya lain: ........
kemungkinan kesuksesan ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tingkat kesenjangan Kemungkinan sukses Sebelum proses implementasi ERP dilaksanakan di UKM maka hasil
8.1 - 10 Sangat tidak Mungkin analisis kesenjangan yang ditemukan perlu dikemukanan bagaimana
6.1 - 8 Tidak Mungkin kesenjangan yang terjadi. Misalnya pada dimensi informasi apakah
4.1 - 6 Mungkin cukup besar? Apa saja yang belum lengkap yang seharusnya ada.
2.1 - 4 Mungkin sekali Misalnya Data yang dibutuhkan untuk proses implementasi tidak
0.0 - 2 Sangat mungkin
lengkap dan model database yang digunakan sebelum implementasi
apakah cocok dengan kebutuhan implementasi ERP. Pada dimensi
Langkah kedua, memberikan nilai total kesenjangan rancangan- teknologi juga perlu kemukakan kesenjangan yang terjadi dan dimana
realitas (diperoleh dengan menambahkan nilai dari tujuh kesenjangan dan berupa apa yang kurang. Misalnya dukungan infrastruktur jaringan
individu). Dari nilai total ini dapat diketahui proyek implementasi dan perangkat PC yang tidak memadai untuk mengintegrasikan
berhasil, gagal total atau gagal parsial. Penjelasan dari nilai keseluruhan proses bisnis dari kantor pusat ke kantor pemasaran di daerah. Pada
dapat di lihat di tabel 2. dimensi proses kesenjangan juga perlu dikemukakan dan pada proses
Tabel 2. Prediksi Proyek implementasi dari total nilai kesenjangan apa itu terjadi, misalnya proses penginputan data dan pengolahan
data. Selain itu perlu dikemukakan juga kesenjangan lainnya misalnya
Total Nilai kesenjangan Keterangan proses bisnis pada masing-masing bagian yang belum terintegrasi
satu sama lain.
57 - 70 Proyek hampir pasti akan gagal
43 - 59 Proyek kemungkinan gagal Dari hasil analisa awal sebelum implementasi tim internal dan
Proyek kemungkinan gagal sama
konsultan adakan mendapatkan gambaran awal tentang pekerjaan-
29 - 42 sekali, atau mungkin akan gagal
sebagian pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan rancangan
Proyek kemungkinan gagal implementasi ERP, kemudian improvisasi-improvisasi apa yang
15 - 28
sebagian
diperlukan di masing-masing dimensi untuk mewujudkan realitas
0 - 14 Proyek kemungkinan sukses
agar sesuai rancangan.