Anda di halaman 1dari 65

Kata Pengantar

KONSEP PENGUATAN INDUSTRI PARIWISATA


DAN EKONOMI KREATIF B uku Konsep Penguatan Industri Pariwisata Dan Ekonomi
Kreatif ini merupakan dokumen konseptual yang di-
harapkan dapat menjadi pegangan atau pedoman dalam mema-
Penulis hami upaya penguatan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kezia Stephanie Dokumen konseptual ini dalam konsteks pemahaman diposisikan
Yudi Widayanto di atas dokumen perencanaan formal yang sudah ada agar dapat
Sundari memberikan landasan atau kerangka berpikir sistem serta plat-
form yang digunakan dalam mengoperasionalisasi program dan
Editor kegiatan.
Anggara Hayun Anujuprana
Substansi buku ini disusun mulai dari tataran teori, kon-
Tata Sampul sep dan fakta empiris yang berkembang kemudian disinkronkan
David Parluhutan dengan dokumen Rencana Strategis Deputi Bidang Industri dan
Investasi serta Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
Tata Isi Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Road-
David Parluhutan map Direktorat Manajemen Industri 2021-2024.

Pracetak Buku ini diuraikan menjadi sepuluh bab yang meliputi: (1)
David Parluhutan pendahuluan, (2) metodologi, (3) konsep industri pariwisata dan
ekonomi kreatif, (4) kebijakan, (5) potensi, karakteristik dan perma-
Cetakan Pertama, November 2021 salahan industri parekraf, (6) data base industri parekraf, (7) eko-
sistem industri parekraf, (8) platform penguatan industri parekraf,
Penerbit (9) perumusan strategi penguatan industri parekraf, (10) indikasi
Direktorat Manajemen Industri program dan kegiatan.
Deputi Bidang Industri dan Investasi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini se-
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13, Gambir, RT.11/RW.2, hingga dapat menjadi acuan dalam pemahaman dan pelaksanaan
RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, kegiatan Direktorat Manajemen Industri untuk periode 2021-2024.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110

Telp: (021) 3810325 Jakarta, 1 November 2021


Email: persuratan@kemenparekraf.go.id
Website: kemenparekraf.go.id Penyusun
Sambutan Deputi

S ektor pariwisata memiliki peranan strategis dan penting


dalam meningkatkan perekonomian suatu negara, teru-
tama pada saat terjadinya penurunan ekonomi secara global. Dari
tahun ke tahun, industri pariwisata telah menjadi industri terbesar
dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke
tahun. Pendapatan devisa dari sektor pariwisata berada di uru-
tan keempat setelah migas, batu bara dan kelapa sawit sebagai
penyokong devisa terbesar di tahun 2015. Dari data Kementerian
Pariwisata tahun 2015, sektor pariwisata berkontribusi sebesar
US$ 12,33 miliar atau setara dengan Rp 169 triliun. Empat tahun
kemudian, pendapatan devisa sektor pariwisata mengalahkan mi-
gas dan hasil ekspor di tahun 2019. Pemerintah menargetkan 20
juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia di tahun
2019 untuk mencapai target pendapatan devisa dari sektor pari-
wisata sebesar US$ 20 miliar.

Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia, tidak terle-


pas dari dukungan sektor ekonomi kreatif. Pariwisata dan ekonomi
kreatif merupakan dua sektor yang keberadaannya saling berkai-
tan, di mana sektor pariwisata di Indonesia dapat berkembang
dengan baik apabila didukung oleh ekonomi kreatif. Hubungan di
antara kedua sektor juga dapat terlihat dalam kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional, pendapatan per kapita,
penyerapan tenaga kerja, serta pendapatan valuta asing. Selain itu,
kedua sektor mampu memberikan sumbangsih besar terhadap to-
tal Produk Domestik Bruto di Indonesia dan mengalami perkem-
bangan yang cukup pesat.

Pada tahun 2021, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi


Kreatif menargetkan kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) naik menjadi 10-
12 persen dalam 5-10 tahun ke depan. Saat ini kontribusi sektor
parekraf kepada PDB sekitar 7,3 persen. Untuk mencapai target
kontribusi yang telah ditentukan, dibutuhkan konsep yang kuat
untuk mendorong agar tata kelola dan pengembangan rantai pa-
sok dan rantai nilai industri parekraf dapat berjalan dengan baik,
optimal dan tepat sasaran, sehingga mencapai target yang telah
ditetapkan.
Sambutan Direktur
Buku “Konsep Penguatan Rantai Pasok Industri Pariwisa-

P
ta dan Ekonomi Kreatif” ini bermanfaat untuk kebangkitan dan
uji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkembangnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indo-
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Konsep Pengua-
nesia, mampu meningkatkan daya tarik, peningkatan kunjungan
tan Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif ini dapat diselesaikan,
wisata dan penguatan rantai pasok dan nilai tambah industri pari-
sebagai acuan bagi personil Direktorat Manajemen Industri, Depu-
wisata dan ekonomi kreatif. Pada akhirnya dapat memperkuat
ti Bidang Industri Dan Investasi dalam melaksanakan tugasnya.
daya saing industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan adanya Buku konsep ini diharapkan dapat menjadi bekal
pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (comprehension) ten-
tang konsepsi, positioning, peran dan mekanisme kerja.
Jakarta, 29 Desember 2021
Buku ini menjelaskan mengenai konsep industri pariwisa-
ta dan ekonomi kreatif, kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif
Indonesia, ekosistem industri pariwisata dan ekonomi kreatif, plat-
form penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif, perumu-
Fadjar Hutomo san strategi penguatan industri parekraf, serta indikasi program
Deputi Bidang Industri Dan Investasi Kemeparekraf/ dan kegiatan. Platform penguatan industri pariwisata dan ekonomi
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kreatif dengan pendekatan proses kebijakan akan digunakan Di-
rektorat Manajemen Industri, Kemenparekraf/Baparekraf untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya.

Platform penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif


terdiri dari tahapan penyusunan agenda setting, perumusan alter-
natif kebijakan, penetapan kebijakan, pelaksanaan atau implemen-
tasi kebijakan serta penilaian dan evaluasi kebijakan, Berdasarkan
platform tersebut setiap personil Direktorat Manajemen Industri,
Kemenparekraf/Baparekraf dapat dilakukan secara sistematifdan
memahami

Kepada teman-teman sejawat yang menyusun dan


menyelesaikan buku ini, saya mengucapkan terima kasih yang se-
besar-besarnya serta penghargaan yang setulus-tulusnya.

Jakarta, 1 November 2021

Anggara Hayun Anujuprana


Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KATA PENGANTAR ii 6.2. Konten Data Base Parekraf 54
Daftar Isi SAMBUTAN DIREKTUR iv 6.3. Tujuan Data Base Parekraf 55
DAFTAR ISI vii 6.4. Bagaimana cara memanfaatkan database? 56
DAFTAR TABEL x 6.5. Pemanfaatan Database untuk Menyusun 57
DAFTAR GAMBAR xi Strategi Intervensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB 7 EKOSISTEM DAN TOOLS PENGUATAN 59
1.1. Latar Belakang 2 INDUSTRI PAREKRAF
1.2. Tujuan 4 7.1. Ekosistem Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif 60
1.3. Batasan 4 7.2. Klaster Industri Parekraf 63
1.4. Sistematika Buku 5 7.3. Supply Demand Industri Parekraf 66
BAB 2 METODOLOGI 8 7.4. Konsep Business Matchmaking 68
BAB 3 KONSEP INDUSTRI PARIWISATA DAN 11 7.5. Supply Chain dan Value Chain Industri Parekraf 69
EKONOMI KREATIF 7.6. Enterprise Resource Planning (ERP) 75
3.1. Konsep Industri Pariwisata 12 7.7. Produktivitas dan Daya Saing Klaster Industri Pariwisata 76
3.1.1 Konsep Industri Pariwisata dari Secara Teoritis 12 7.8. Kebutuhan NSPK Parekraf 77
3.1.2 Pariwisata dari Perspektif Kebijakan 14 BAB 8 PLATFORM PENGUATAN INDUSTRI PAREKRAF 78
3.2. Konsep Ekonomi Kreatif 18 8.1. Platform Direktorat Manajemen Industri 80
3.3. Hubungan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 19 dalam Perspektif Proses Kebijakan Publik
3.4. Peran Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 21 8.2 Peran Pemerintah dalam Penguatan Industri Prarekraf 85
di Indonesia 8.2.1 Struktur Organisasi untuk menunjang Peran 86
3.5. Cara Pandang tentang Manajemen Industri Parekraf 24 Pemerintah
3.6. Tantangan Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif 24 8.2.2 Pendekatan organisasi 87
3.6.1 Tantangan Pandemi 24 8.2.3 Azas Pengorganisasian Kelembagaan 88
3.6.2 Tantangan Era Digital 25 8.2.4 Mekanisme Koordinasi 90
3.6.3 Tantangan Standar Global Kepariwisataan 25 8.3. Peran Swasta dalam Penguatan Industri Prarekraf 92
BAB 4 KEBIJAKAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 28 BAB 9 STRATEGI PENGUATAN INDUSTRI PRAREKRAF 94
INDONESIA 9.1. Falsafah dalam Penguatan Industri Parekraf 94
4.1. Visi, Misi, Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/ 28 9.2. Strategi Implementasi 96
Baparekraf BAB 10 INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN 101
4.2. Peraturan Presiden Nomor 69 tahun 2019 tentang 31 10.1. Program dan Kegiatan Direktorat Manajemen Industri 102
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 10.2. Indikasi Program 105
4.4. Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf 36 DAFTAR PUSTAKA 108
4.5. Tema Program Dan Kegiatan Prioritas 37
BAB 5 POTENSI, KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN 40
INDUSTRI PAREKRAF
5.1. Potensi Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 41
5.2. Karakteristik Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 46
5.3. Permasalahan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 48
5.3.1 Isu Terorisme dan Penanganan Pandemi 48
5.3.2 Kekurangan Infrastruktur Pendukung Pariwisata 48
5.3.3 Kualitas Sumberdaya Manusia 49
5.3.4 Strategi Komunikasi dan Literasi Digital 50
5.3.5 Pengetahuan Kewirausahaan dan 50
Akses Permodalan
BAB 6 DATA BASE INDUSTRI PAREKRAF 52
6.1. Ragam Data Base Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 54
Daftar Tabel Tabel 1. Bidang Usaha Pariwisata menurut UU No. 10
Tahun 2009
14 Daftar Gambar Gambar 1. Sistematika Buku 5

Gambar 2. Skema Metodologi Penyusunan Buku 8


Tabel 2. Daftar Bidang Pariwisata dipetakan ke dalam 16
KBLI 2015 Gambar 3. Industri Pariwisata di dalam Sistem Pariwisata 14

Tabel 3. Performa Sektor Pariwisata 23 Gambar 4. Sub sektor Ekonomi Kreatif 18

Tabel 4. Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, dan Strategi 33 Gambar 5. Hubungan Sistem Industri Kreatif dan 21
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Industri Pariwisata
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Gambar 6. Sertifikasi Destinasi Pariwisata Berkelanjutan 26
Tabel 5. Target Kinerja dan Sasaran 36 Indonesia
Direktorat Manajemen Industri Tahun 2020-2024
Gambar 7. Kerangka Strategis Kemenparekraf 2020-2024 29
Tabel 6. Tema Program dan Kegiatan Prioritas 38
Gambar 8. Pengetahuan Wirausaha 51
Direktorat Manajemen Industri
Gambar 9. Web Database Kemenparekraf 54
Tabel 7. Pola Hubungan Lingkup Bidang pada 38
Direktorat Manajemen Industri Gambar 10. Tujuan dari Data Base Parekraf 56
Tabel 8. Perbandingan Rantai pasokan dan Rantai nilai 69 Gambar 11. Skema Pembagain Urusan Pemerintah 58

Tabel 9. Platform Direktorat Manajemen Industri 82 Gambar 12. Ekosistem Pariwisata yang Berkelanjutan 61
Parekraf dengan Pendekatan Proses Kebijakan
Gambar 13. Sistem Pariwisata ditunjau dari konteks operasional 62
Tabel 10. Roadmap program dan kegiatan prioritas 103
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif Gambar 14. Konsep Smart Tourism Ecosystem (Gajdosik, 2018) 63

Gambar 15. Klaster Industri Parekraf 65


Tabel 11. Program dan Kegiatan Manajemen Industri 104
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2021-2024 Gambar 16. Model Sistem Pariwisata 66

Tabel 12. Indikasi Program Penguatan Peran Pemerintah 106 Gambar 17. Model Sistem Pariwisata (Gunn, 2002) 67

Gambar 18. Model Matchmaking 69

Gambar 19. Rantai Pasok (Supply Chain) Parwisata 71

Gambar 20. Kerangka Teoritik Riset SCM di Bidang Pariwisata 72

Gambar 21. Rantai Nilai Industri Parwiwisata 74

Gambar 22. Peran pemerintah dalam penguatan Industri Parekraf 85

Gambar 23. Pola Hubungan Tema dan Lingkup Bidang di 90


Direktorat Manajemen Industri

Gambar 24. Model Perbaikan Koordinasi 91

Gambar 25. Analisis Masalah 97

Gambar 26. Tools untuk Analisis Masalah 97


Target sektor pariwisata selama ini adalah berapa banyak jumlah
BAB 1 wisatawan yang hadir ke Indonesia. Mensikapi kondisi pandemi
yang kemungkinan masih akan lama, maka target tersebut

Pendahuluan kemungkinan besar akan dirumuskan ulang dengan mengubah


orientasi dari quantity menjadi quality. Dalam hal ini pariwisata
Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan kunjungan wisatawan
1.1. Latar Belakang mancanegara tetapi harus fokus pada penambahan jumlah
wisatawan nusantara.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan berbagai macam
potensi, mulai dari alam, budaya dan sejarah, maupun kuliner. Dalam RPJMN 2020-2024, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
Oleh sebab itu, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi ditargetkan dapat memberikan kontribusi dan peran strategis
program pembangunan prioritas yang terus digalakkan oleh melalui transformasi pembangunan ekonomi nasional pada lima
pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Indonesia tahun ke depan. Transformasi pembangunan ekonomi tersebut
juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk difokuskan pada peningkatan nilai devisa pariwisata dan nilai
Domestik Bruto (PDB). Selain itu, pariwisata menjadi sektor yang tambah ekonomi kreatif nasional. Pencapaian pembangunan
berhasil dalam mengurangi angka pengangguran lewat dibukanya nasional target sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut
kesempatan usaha dan kerja. United Nations World Tourism tentunya diperlukan strategi serta terobosan dalam pelaksanaanya.
Organization (UNWTO) pun menjelaskan, bahwa dalam lima Terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan bencana
tahun terakhir, pertumbuhan sektor pariwisata sebagai salah nonalam pandemi Virus Corona yang terjadi di dunia. Pandemi
satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat mampu melebihi Covid19 diyakini menjadi titik balik perubahan pariwisata dan
perdagangan dunia serta mampu menunjukkan ketangguhannya desain model bisnis ekonomi kreatif, termasuk di Indonesia.
pada pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global. Pariwisata termasuk salah satu sektor yang terkena dampak
Sebelum masa pandemi sektor pariwisata memiliki peranan yang paling parah dari pandemi Covid-19. Kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) turun hingga 75%. Pada 2019, jumlah
devisa dari sektor pariwisata berada di urutan keempat setelah wisman lebih dari 16 juta. Adapun pada 2020 turun menjadi 4,08
migas, batu bara dan kelapa sawit sebagai penyokong devisa juta kunjungan wisman. Trend Wisata di masa pandemi masyarakat
terbesar di tahun 2015. Dari data Kementerian Pariwisata tahun juga kini menyukai tempat-tempat pariwisata yang sudah
2015, sektor pariwisata berkontribusi sebesar US$ 12,33 miliar menerapkan standar CHSE atau Cleanliness (Kebersihan), Health
atau setara dengan Rp 169 triliun. Empat tahun kemudian, (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability
pendapatan devisa sektor pariwisata mengalahkan migas dan (Kelestarian Lingkungan).
hasil ekspor di tahun 2019. Pemerintah menargetkan 20 juta Dunia pariwisata Indonesia pun wajib beradaptasi dengan
wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia di tahun 2019 kondisi new normal dengan memperhatikan aspek kebersihan,
untuk mencapai target pendapatan devisa dari sektor pariwisata keselamatan, dan keamanan, serta implementasi protokol
sebesar US$ 20 miliar. kesehatan. Pergeseran model bisnis dalam ekonomi kreatif dapat
Namun, di tahun 2020 dan 2021 ini wisata di Indonesia sangat menjadi oportunitas dan peluang dalam kontribusi ekonomi kreatif
menurun akibat pandemi COVID-19. Akibat pandemi ini, kondisi yang lebih besar.
pariwisata Indonesia mundur 20 tahun jika dilihat dari dari data Kondisi daya saing pariwisata Indonesia saat ini masih
wisatawan mancanegara yang berkunjung. Saat ini, kontribusi rendah dan perlu banyak perbaikan. Daya saing pariwisata
sektor parekraf kepada PDB sekitar 4,3 persen. Kemenparekraf Indonesia yang rendah merujuk pada laporan The Travel & Tourism
menargetkan, kontribusi sektor parekraf terhadap PDB bisa Competitiveness yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada
menembus 10-12 persen dalam waktu 5-10 tahun ke depan. 2015, 2017, dan 2019. Melihat laporan 2019 tersebut, Indonesia
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto mengalami kenaikan dua peringkat dari posisi 42 di tahun 2017,
(PDB) pada 2020 diperkirakan berada pada angka 4,1 persen. menjadi 40. Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara di
Sementara itu, pada 2019 lalu, kontribusi sektor pariwisata sebesar dunia indeks daya saing pariwisata. Sementara untuk kawasan
4,7 persen. Asia Tenggara, indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di
peringkat empat. Adapun skor yang diraih Indonesia adalah 4,3 dari
total penilaian pilar-pilar seperti Healthy and Hygiene (kesehatan dan kategori, prinsip dan generalisasi, serta teori, model dan
dan kebersihan), Safety and Security (keselamatan dan keamanan), struktur. Sementara untuk pengetahuan prosedural meliputi
Environmental Sustainability (keberlanjutan lingkungan), dan pengetahuan tentang teknik dan metode yang khas atau melekat
Tourist Service Infrastructure (infrastruktur pelayanan wisatawan). pada manajemen industri Parekraf, dan pengetahuan tentang
Perbaikan manajemen industri parekraf diharapkan menjadi kriteria penggunaan suatu prosedur. Seluruh aspek pengetahuan
kunci bagi bangkit dan berkembangnya industri pariwisata dan yang dibahas tersebut berkaitan dengan pembangunan pariwisata
ekonomi kreatif di tanah air, baik mampu meningkatkan daya dan ekonomi kreatif.
tarik, untuk peningkatan kunjungan wisata maupun terhadap Sementara itu, untuk aspek pemahaman membatasi pada
penguatan nilai tambah ekonomi kreatif. Karena pada dasarnya kemampuan memahami muatan materi buku ini dan bisa
manajemen adalah proses pelaksanaan pekerjaan. Seperti pada menginterpretasikan dengan bahasa sendiri sehingga dapat
teori dasarnya yang dirumuskan bahwa manajemen membantu meningkatkan kompetensi. Secara operasional pemahaman yang
organisasi --termasuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif-- diharapkan adalah pembaca dapat menjelaskan, memperkirakan,
untuk bisa mencapai tujuan, mengatur faktor-faktor produksi, menggali, mengubah, menguraikan, dan lain sebagainya pada
mengumpulkan dan mengatur sumber daya, mengintegrasikan lingkup manajemen industri pariwisata dan industri kreatif.
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan Kegialan
1.4 Sistematika Buku
manajerial akan meningkat efektivitasnya, apabila direncanakan,
Sistematika Buku ini digambarkan sebagaimana bagan berikut:

Mengapa buku ini diterbitkan, karena kesempurnaan


administrasi dan organisasi terhadap penyelenggaraan negara
dan pemerintahaan akan dapat dicapai apabila perkembangan
konseptual dan kontekstual dapat berjalan seirama dan kemudian
diperkuat kebijakan publik yang dimotori oleh manusia yang
berwawasan keilmuan yang baik serta ketaqwaan.
Kehadiran buku konsep ini diharapkan akan mengisi ruang
antara harapan transformasi organisasi Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf/Baparekraf) dan dokumen perencanaan yang
telah dimilikinya. Diharapkan pemahaman terhadap konsep
Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini menjadi
bagian dari upaya membangun organisasi yang solid dalam
mendukung pembangunan kepariwisataan yang terus menerus
diperkuat sehingga dapat terwujud tata kelola kepariwisataan yang
semakin baik (good tourism governance) yang melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.
1.2 Tujuan
Buku ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan
(knowledge) dan pemahaman (comprehension) tentang konsepsi,
positioning, peran dan mekanisme kerja di lingkungan Direktorat
Manajemen Industri.
1.3 Batasan
Pada buku ini, aspek pengetahuan dibatasi pada tiga hal yaitu
pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural. Pengetahuan Gambar 1. Sistematika Buku
faktual meliputi pengetahuan tentang terminologi, bagian detail
Secara keseluruhan buku ini terdiri atas 10 bab yang ringkasann- bangunan dan penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
ya adalah sebagai berikut: Pada Bab 1 akan dipaparkan mengenai
Pada bab 8 akan membedah platform organisasi dalam pengua-
latar belakng, tujuan, dan batasan buku ini. Pada Bab 2 dipapar-
tan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Pembahasan platform
kan tentang metodologi yang digunakan dalam penyusunan buku
sangat krusial karena sebagai organisasi yang memiliki mandat
ini. Terdapat sejumlah metode, kajian maupun cara yang dilaku-
atau amanat tugas pokok dan fungsi, struktur, SDM, perangkat in-
kan untuk dapat merumuskan materi buku ini, mulai dari yang si-
frastruktur dan jejaring membutuhkan mekanisme koordinasi dan
fatnya umum hingga khusus. Metode kajian yang sifatnya umum
kerja yang efektif. Pada bab 9 akan ditentukan strategi pengua-
di antaranya: kajian tentang konsep industri pariwisata, ekonomi
tan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berdasar pada serang-
kreatif, kajian kebijakan. Sementara metode yang bersifat spesi-
kaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap kondisi din-
-
amis yang melingkupi organisasi Direktorat Manajemen Industri.
dustri, perumusan strategi, pemetaan ekosistem untuk mengenali
Bagian ini juga mengajukan suatu strategi kreatif penguatan indus-
konstelasi lingkungan penguatan industri pariwisata dan ekonomi
tri pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menjawab tantang yang
kreatif. Metode yang paling akhir adalah merumuskannya ke da-
dihadapi.
lam suatu indikasi program dan kegiatan yang nantinya dapat dija-
dikan acuan Direktorat Manajemen Industri untuk berkiprah. Terakhir, pada Bab 10 akan dijabarkan indikasi program dan ke-
giatan yang mengacu pada rencana strategis Kementerian Parekraf
Pada Bab 3 akan dipaparkan tentang konsep industri pariwisata
yang dikuatkan dengan strategi pencapaiannya sehingga lebih
dan ekonomi kreatif. Pada bab ini juga dibahas tren atau perkem-
menjamin keberhasilan. Harapannya buku ini dapat memberikan
bangan konsep yang menggabungkan dan melihat keterkaitan an-
manfaat khususnya bagi jajaran Direktorat Manajemen Industri
tara industri pariwisata dan ekonomi kreatif dalam satu kesatuan
Kemenparekraf/Baparekraf, dan pembaca yang ingin memahami
konsep. Konsep ini penting untuk mendasari pembahasan berikut-
berbagai konsep serta tools dalam menyikapi kompleksitas kepari-
nya menghadapi tantangan industri pariwisata dan ekonomi kreat-
wisataan dan ekonomi kreatif khususnya dari kacamata organisasi
if saat ini dan mendatang serta strategi mengoperasionalkan kebi-
pemerintah.
jakan, program dan kegiatan yang diamanatkan pada Direktorat
Manajemen Industri. Penyusun buku menyadari bahwa apa yang tersaji dalam buku
ini belum bisa memenuhi kebutuhan semua pihak secara maksi-
Bab 4 menyajikan kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif in-
mal. Namun seberapa pun informasi yang terkandung dalam buku
donesia. Mulai dari visi, misi, arah kebijakan dan strategi Kemen-
ini, semoga tetap bisa memberikan suatu wawasan dan pengeta-
parekraf/Baparekraf, Peraturan Presiden hingga Peraturan Ment-
huan yang dapat membekali dengan kemampuan dalam mema-
eri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang mengatur sampai dengan
hami dinamika industri pariwisata dan ekonomi kreatif dan bisa
program dan kegiatan prioritas. Pada bab 5 akan diuraikan pen-
menginterpretasikan dengan bahasa sendiri dalam aktualisasi di
jelasan tentang potensi, karakteristik dan permasalahan dalam
Kemenparekraf/Baparekraf.
penguatan industri Parekraf. Pengenalan ketiganya menjadi modal
untuk mampu meracik strategi hingga cara pelaksanaan kegiatan
yang solutif terhadap permasalahan yang dihadapi sesuai karak-
teristik yang dimiliki.
Pada Bab 6 akan disajikan bahasan tentang database industri
pariwisata dan ekonomi kreatif. Dimulai dari ragam database yang
ada di Kemenparekraf/Baparekraf, konten atau isi yang dikem-
bangkan serta bagaimana memanfaatkan database tersebut untuk
menunjang kegiatan di Direktorat Manajemen Industri. Pada Bab
7 akan ada pembahasan tentang ekosistem dan tools penguatan
-
tahuan prosedural yaitu meliputi pengetahuan tentang teknik dan
metode yang khas melekat pada manajemen industri pariwisata
dan ekonomi kreatif, dan pengetahuan tentang kriteria penggu-
naan suatu prosedur yang keseluruhannya berkaitan dengan pem-
ta dan Ekonomi Kreatif, pengertian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB 2 yang digunakan dalam Dokumen Perencanaan Kemenparekraf dan
Konsep Manajemen Industri dalam konteks Industri Parwisata dan

Metodologi Ekonomi Kreatif.


Kajian selanjutnya adalah kajian kebijakan dengan menelaah doku-
men tentang: Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan, Doku-
Metodologi merupakan bagian penting dalam tahapan penyelesa- men Perencanaan Kemenparekraf/Baparekraf berbagai level. Secara
ian pekerjaan sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kel- khusus buku ini juga melihat kebijakan di masa sebelum pandemi, ke-
uaran dan sasaran yang telah ditetapkan. Metodologi pada bagian ini bijakan selama masa pandemi dan kebijakan pasca pandemi. Kajian
berisikan rangkaian kegiatan secara sistematis bagaimana penyusu- -
nan buku ini dapat diselesaikan dengan langkah-langkah yang tepat. up kebijakan dan level kebijakan. Berikutnya melekuna sintesa infor-
Terdapat sejumlah metode, kajian maupun cara yang dilakukan untuk masi dengan cara mengutip pendapat ahli, mengutip sumber rujukan
dapat merumuskan materi buku ini, mulai yang sifatnya umum hingga terpercaya, membentuk dan mempertajam sudut pandang, mencari
khusus. Metode kajian yang sifatnya umum di antaranya: kajian ten- kaitan antar sumber rujukan dan mencari bagian dari sumber ruju-
tang konsep industri pariwisata, ekonomi kreatif, kajian kebijakan. Se- kan yang sesuai dengan kebutuhan konsep buku ini. Adapun hasilnya
adalah rumusan arah kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif khu-
kerja Direktorat Manajemen Industri, perumusan strategi, pemetaan susnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif, menemukan perbe-
ekosistem untuk mengenali konstelasi lingkungan penguatan indus- daan kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif pada masa sebelum
tri pariwisata dan ekonomi kreatif. Metode yang paling akhir adalah pandemi, selama dan pasca pandemi.
merumuskannya ke dalam suatu indikasi program dan kegiatan yang
Dalam menyusun buku ini juga dilakukan pengumpulan data yang
nantinya dapat dijadikan acuan Direktorat Manajemen Industri untuk
mencakup data sekunder antara lain: data laporan kajian, data dari
berkiprah.
database yang dimiliki Kemenparekraf/Baparekraf, data BPS dan
data Perencanaan Jangka Panjang dan Menengah Nasional. Tahapan
pengumpulan data mulai dari pengumpulan data, kompilasi, kategori-
sasi yang hasilnya adalah database pariwisata dan ekonomi kreatif
siap diolah.
Metode Analisis yang digunakan adalah analisis positioning unit
kerja dengan bahan analisis berupa SOTK Direktorat Manajemen In-
dustri dalam struktur besar Kemenparekraf/Baparekraf. Analisis ini
diambil dari teori organisasi yang menerangkan atau meramalkan
bagaimana organisasi dan orang yang ada di dalamnya berperilaku
dalam berbagai struktur organisasi, budaya, dan lingkungan untuk
mencapai tujuan (Subkhi dan Jauhar 2013: 4). Hasil dari analisis posi-
tioning ini diharapkan mendapatkan kejelasan positioning Direktorat
Manajemen Industri dalam konstelasi lingkungan internal Kemen-
parekraf/Baparekraf serta eksternal industri pariwisata dan ekonomi
kreatif. Dengan dasar teori positioning tersebut dilakukan:
1. Perumusan karakteristik unik industri pariwisata dan ekonomi
Gambar 2. Skema Metodologi Penyusunan Buku kreatif terhadap database industri pariwisata dan ekonomi kreatif
dengan cara kategorisasi, perumusan karakteristik unik industri
Kajian yang dilakukan adalah kajian literatur, antara lain tentang
pariwisata dan ekonomi kreatif dari database industri pariwisata
Konsep Industri Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Industri Ekonomi Kreatif
dan ekonomi kreatif yang hasilnya berupa rumusan karakteristik
serta Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selanjutnya dilakukan
unik industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
formulasi permasalahan, yaitu mencakup pemilihan topik yang sesuai,
mengevaluasi data serta menganalisis dan menginterpretasikan. Dari b.
kajian literatur tersebut diperoleh pengertian umum tentang Parwisa- dan ekonomi kreatif terhadap rumusan karakteristik unik industri
permasalahan dalam setiap kelompok (yang berkarakteristik se- BAB 3
dihadapi usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.
c. Penyusunan tipologi permasalahan terhadap rumusan per-
KONSEP INDUSTRI
PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF
adalah daftar permasalahan dan daftar tipologi permasalahan. “Untuk berkomunikasi secara efektif, kita harus menyadari bahwa
kita semua berbeda dalam cara kita memandang dunia dan meng-
Perumusan strategi penguatan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif dilakukan dengan menyusun strategi penguatan industri pari- gunakan pemahaman ini sebagai panduan untuk komunikasi kita
wisata dan ekonomi kreatif: dengan orang lain”.
1. Penyusunan skema insentif dilakukan dengan input daftar strate- (Anthony Robbins, Motivator)
gi yang terpilih
2. Penyusunan platform berdasar SOTK (Struktur Organisasi dan
Tata Kerja) Kemenparekraf/Baparekraf, tupoksi Direktorat Ma- Pemahaman adalah pendeskripsian struktur objek yang dipelajari.
najemen Industri, orientasi kegiatan, mengatur pembagian kerja Pemahaman tentang industri pariwisata dan ekonomi kreatif haruslah
antar subdit di Manajemen Industri dan unit kerja lain dan men- mempertimbangan banyak hal mulai dari teori, konsep, kebijakan pe-
guraikan manajemen koordinasi, sehingga diperoleh skema plat- merintah, standar internasional serta tinjauan praktis di lapangan.
form Direktorat Manajemen Industri. Untuk itu bab ini akan menguraikan tentang konsep industri parwisa-
3. Pemetaan ekosistem industri pariwisata dan ekonomi kreatif ta dan ekonomi kreatif dan cara pandang tentang manajemen indus-
dilakukan dengan input berupa elemen dan unsur ekosistem in- tri pariwisata dan ekonomi kreatif.
dustri pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam mengkaji ekosistem 3.1. Konsep Industri Pariwisata
industri pariwisata dan ekonomi kreatif ini terdapat tantangan ke
3.1.1. Konsep Industri Pariwisata dari Secara Teoritis
depan dan kondisi lingkungan baik di masa normal maupun di
masa pandemi. Istilah industri sering diidentikkan dengan kegiatan mengolah ba-
rang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
Pada bagian akhir buku ini dilakukan pengoptimalan upaya pen-
barang jadi. Selain itu, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
guatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berdasar input ti-
manufaktur (manufacturing) yang selalu dihubungkan dengan “pros-
pologi permasalahan yang sudah dipetakan sebelumnya, dilanjutkan
es produksi” yang menghasilkan suatu produk, baik dalam kaitan pe-
dengan pemilihan strategi yang paling sesuai dengan tipologi perma-
rubahan bentuk, peningkatan nilai maupun kegunaannya. Pengertian
salahan yang dihadapi. Hasilnya diharapkan berupa daftar kegiatan/
tersebut kita temukan pada Undang Undang Nomor 5 Tahun 1984
upaya penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Langkah
tentang Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang men-
tersebut untuk mendapatkan indikasi program, sasaran strategis
golah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
yang akan dicapai pada jangka waktu menengah ke depan.
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk peng-
gunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan in-
dustri. Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya pro-
duktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka
jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau
daerah. Dalam cakupan jenis-jenis industri, terdapat jenis industri
Pariwisata.
Pengertian lebih modern, industri merupakan sekumpulan usaha
bidang produksi yang menghasilkan produk (barang atau jasa) yang
sejenis. Misalnya industri ban, industri kimia, industri pharmasi, indus-
tri kertas, industri textil, industri perhotelan, industri catering (hidan- para wisatawan.
gan makan/minum), dsb. Di samping itu, istilah “industri” juga dapat
Sedangkan menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promo-
diterapkan sebagai sebutan
terhadap kelompok usaha produksi dengan proses yang sama, dengan menganalisa cara-cara melakukan pemasaran dan promosi
seperti industri batik, industri tenun, industri rekaman, industri tata hasil produk industri pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri
yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari
serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya
dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan,

organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.


-
lah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sa-
ma menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara
langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa industri dengan industri pari-
wisata sangat berbeda sekali, industri merupakan pengolahan ba-
rang yang belum jadi menjadi barang yang sudah jadi dan siap untuk
digunakan. Sedangkan, industri pariwisata merupakan suatu industri
dari serangkaian perusahan yang menghasilkan barang dan jasa yang
busana (fashion) yang merupakan “industri kreatif”.
diperuntukkan pada para wisatawan agar terpenuhi kesenangannya
Pengertian industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha baik dalam berwisata.
berupa barang dan jasa yang diperuntukkan untuk para wisatawan.
Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk men-
gubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata
industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pari-
wisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang
secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and
service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada
umumnya. Bila barang dan jasa tersebut dihimpun/dipersatukan da-
lam bentuk satu program perjalanan, dengan dibatasi oleh dimensi
ruang (jarak, tempat) dan dimensi waktu, maka akan terbentuk suatu
“Produk Industri Pariwisata”. Kesatuan produk pariwisata ini lazimnya
ditawarkan dalam bentuk “paket” (package), meskipun tidak menutup
kemungkinan untuk wistawan menghimpun sendiri masing-masing
“komponen / unsur” tersebut, dengan cara merakitnya sendiri, ibarat
seseorang yang merakit komputer dengan membeli komponen-kom-
ponennya masing-masing secara terpisah.
Gambar 3. Industri Pariwisata di dalam Sistem Pariwisata
Menurut pandangan para ahli pengertian industri pariwisata
Dari kacamata sistem, maka industri pariwisata merupakan bagian
pengertian Industri Pariwisata adalah “Tourism enterprises are all dari Sistem Pariwisata (Leiper, 1990). Sistem Pariwisata terdiri atas
business entities wich, by combining various means of production, tiga komponen yaitu: 1) Komponen Manusia, yang terdiri dari wisa-
provide goods and services of a specially tourist nature”. Maksudnya tawan; 2) Komponen Industri yaitu Industri Pariwisata, yang terdiri
industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari ber- dari Transportasi, Akomodasi, Pelayanan, Pemasaran dan Distribusi;
macam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan
daerah transit dan daerah yang menjadi destinasi wisata itu sendiri.
3.1.2. Pariwisata dari Perspektif Kebijakan negeri; dan angkutan laut internasional wisata. Pasal 9 menyebutkan
bidang usaha jasa perjalanan wisata yang terdiri dari biro perjalanan
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dijelaskan bahwa
wisata dan agen perjalanan wisata. Pasal 10 menyebutkan bidang us-
yang dimaksud dengan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
aha jasa makanan dan minuman meliputi jenis usaha: restoran; ru-
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
mah makan; bar/rumah minum; kafe; jasa boga; dan pusat penjualan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
makanan. Pasal 11 menyebutkan bidang usaha penyediaan akomo-
Sedangkan Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dasi yang meliputi jenis usaha: hotel; kondominium hotel; apartemen
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyeleng-
servis; bumi perkemahan; persinggahan karavan; vila; pondok wisata;
garaan pariwisata. Menurut pasal 14 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun
jasa manajemen hotel; hunian wisata senior/lanjut usia; rumah wisa-
2009, usaha pariwisata meliputi antara lain:
ta; dan motel.
Tabel 1. Bidang Usaha Pariwisata menurut UU Nomor 10 Tahun
Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi me-
2009
liputi jenis usaha: gelanggang rekreasi olahraga; gelanggang seni;
Kode Bidang
wisata ekstrim; arena permainan; hiburan malam; rumah pijat; taman
Judul Bidang Usaha
Usaha rekreasi; karaoke; dan jasa impresariat/promotor. Hal tersebut ter-
1 cantum pada pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Pariwisata No. 18
2 Kawasan Pariwisata
3 pada ayat (1) tersebut meliputi subjenis: lapangan golf; rumah bilyar;
4 gelanggang renang; lapangan tenis; dan gelanggang bowling. Sedang-
5 Jasa Makanan dan Minuman kan jenis usaha gelanggang seni meliputi sub jenis: sanggar seni; galeri
Penyediaan Akomodasi seni; dan gedung pertunjukan seni. Hiburan malam meliputi sub je-
7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi nis usaha kelab malam; diskotek; dan pub. Dan jenis usaha taman
8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Kon- rekreasi meliputi sub jenis usaha taman rekreasi dan taman bertema.
ferensi, dan Pameran Sesuai dengan pasal 13, untuk bidang usaha wisata tirta meliputi jenis
9 Jasa Informasi Pariwisata usaha: wisata arung jeram; wisata dayung; wisata selam; wisata me-
10 Jasa Konsultan Pariwisata
mancing; wisata selancar; wisata olahraga tirta; dan dermaga wisata.
11 Jasa Pramuwisata
Peraturan Pemerintah merupakan peraturan perundang-undangan
12
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang
13 SPA
sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah
Ketiga belas usaha pariwisata tersebut disebut dengan bidang usa- materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Untuk usaha pariwisata, dalam pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa
usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
Sumber: Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015 -
Bidang Pariwisata Tahun 2018
Pendaftaran Usaha Pariwisata.
KBLI Bidang Pariwisata
usaha pariwisata sebanyak 13 bidang usaha seperti pada pasal 14
Berdasarkan kedua peraturan perundang-undangan tersebut di
-
turan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2018 menyatakan bahwa
bidang usaha dapat terdiri dari jenis usaha dan sub jenis usaha. Ses-
berikut:
uai dengan pasal 7 peraturan Menteri Pariwisata, bidang usaha daya
tarik wisata meliputi jenis usaha antara lain: pengelolaan pemandian Tabel 2. Daftar Bidang Pariwisata dipetakan ke dalam KBLI 2015
air panas alami; pengelolaan goa; pengelolaan peninggalan sejarah KBLI Bidang Pariwisata
dan purbakala; pengelolaan museum; pengelolaan permukiman dan/
atau lingkungan adat; pengelolaan objek ziarah; dan wisata agro. Kode Bidang Judul Bidang Usaha KBLI
No. Deskripsi KBLI 2015
Pasal 8 menyebutkan bidang usaha jasa transportasi pariwisata, Usaha Pariwisata 2015
meliputi: angkutan jalan wisata; angkutan wisata dengan kereta api; 1 1 Daya tarik wisata 91022
angkutan wisata di sungai dan danau; angkutan laut wisata dalam
Kode Bidang Judul Bidang Usaha KBLI Kode Bidang Judul Bidang Usaha KBLI
No. Deskripsi KBLI 2015 No. Deskripsi KBLI 2015
Usaha Pariwisata 2015 Usaha Pariwisata 2015

2 1 91024 27 Penyediaan Akomodasi 55192 Bumi Perkemahan


Daya tarik wisata
3 1 Daya tarik wisata 93221 Pemandian Alam 28 Penyediaan Akomodasi 55193 Persinggahan Karavan

4 1 Daya tarik wisata 93222 29 Penyediaan Akomodasi 55194 Vila

5 1 Daya tarik wisata 93231 30 Penyediaan Akomodasi 55195 Apartemen Hotel

1 Daya tarik wisata 93239 31 Penyediaan Akomodasi 55199 Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek Lainnya

7 2 Kawasan pariwisata Kawasan Pariwisata 32 Penyediaan Akomodasi 55900 Penyediaan Akomodasi Lainnya

Penyelenggaraan Kegiatan
8 3 49221 Angkutan Bus Pariwisata 33 7 90001 AktivitasSeni Pertunjukan
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
9 3 49442 34 7 90004 Jasa Impresariat Bidang Seni
Hiburan dan Rekreasi
50113 Penyelenggaraan Kegiatan
10 3 35 7 Aktivitas Operasional FasilitasSeni
Hiburan dan Rekreasi
50123 Penyelenggaraan Kegiatan
11 3 7 93111 Fasilitas Billiard
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
12 3 50213 37 7 93112 Lapangan Golf
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
13 4 79111 38 7 93113 Gelanggang Bowling
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
14 4 79120 39 7 93114 Gelanggang Renang
Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
15 5 Restoran 40 7 93115 Lapangan Sepak Bola
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Penyelenggaraan Kegiatan
5 41 7 Lapangan Tenis Lapangan
dan Minuman Catering) Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
17 5 Penyediaan Makanan Lainnya 42 7 93119 Aktivitas Fasilitas Olahraga Lainnya
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
18 5 Bar 43 7 93191 Promotor Kegiatan Olahraga
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Jasa Penyediaan Makanan Penyelenggaraan Kegiatan
19 5 Rumah Minum/Kafe 44 7 93210 Aktivitas Taman Bertema atau Taman Hiburan
dan Minuman Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
20 Penyediaan Akomodasi 55111 Hotel Bintang Lima 45 7 93223
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
21 Penyediaan Akomodasi 55112 Hotel Bintang Empat 7 93232
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
22 Penyediaan Akomodasi 55113 Hotel Bintang Tiga 47 7 93291 Kelab Malam Dan Atau Diskotik
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
23 Penyediaan Akomodasi 55114 Hotel Bintang Dua 48 7 93292 Karaoke
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
24 Penyediaan Akomodasi 55115 Hotel Bintang Satu 49 7 93293 Usaha Arena Permainan
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
25 Penyediaan Akomodasi 55120 Hotel Melati 50 7 Aktivitas Panti Pijat
Hiburan dan Rekreasi
Penyelenggaraan Kegiatan
Penyediaan Akomodasi 55130 51 7 93199
Hiburan dan Rekreasi
Kode Bidang Judul Bidang Usaha KBLI
No. Deskripsi KBLI 2015
Usaha Pariwisata 2015
Penyelenggaraan Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif,
52 8 82301
Pertemuan, Perjalanan Konferensi dan Pameran

53 9 Jasa Informasi Pariwisata 79911 Jasa Informasi Pariwisata

54 10 Jasa Konsultan Pariwisata 70201 Aktivitas Konsultasi Pariwisata

55 11 Jasa Pramuwisata 79921 Jasa Pramuwisata

3.2 Konsep Ekonomi Kreatif

Sektor ekonomi kreatif yang memberikan dampak positif bagi


kehidupan berbangsa dan bernegara. Departemen Perdagangan Rl

a. Berbasiskan pikiran manusia (ilmu pengetahuan, kreativitas


kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, dan talenta, ketiga hal tersebut merupakan sumber daya yang
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan terbarukan), bahkan kreativitas cenderung tumbuh pesat saat
serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi krisis.
daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. b. Berdasarkan budaya setempat, sehingga mempunyai ciri khas/
keunikan, keanekaragaman yang tinggi.
Gambar 4. Sub sektor Ekonomi Kreatif c. Margin keuntungan yang tinggi, atau mempunyai penghasilan
yang besar.
d. Lebih mengutamakan keterampilan.
e. Penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
f. Mampu melibatkan masyarakat setempat.

Menurut Simatupang (2007) industri kreatif adalah sebuah industri


yang mengandalkan suatu keterampilan, talenta dan kreativitas yang
berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Sementara
itu, menurut Departemen Perdagangan RI tahun 2009 industri
kreatif adalah industri yang asalnya dari pemanfaatan keterampilan,
kreativitas beserta bakat yang dimiliki oleh individu dalam
menciptakan kesejahteraan dan juga lapangan kerja. Industri ini fokus
dalam memberdayakan daya cipta dan daya kreasi individu. Menurut
Howkins 2001 industri kreatif adalah industri yang memiliki ciri
keunggulan dari sisi kreativitas untuk menghasilkan dan menciptakan
beragam desain kreatif, yang melekat pada suatu produk barang atau
jasa yang telah dihasilkan.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pengertian dari industri


Selain itu, industri kreatif juga merupakan penyediaan produk
kreatif adalah suatu industri yang menggabungkan unsur digital, dan
kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai
unsur kreatif dalam produk dan jasanya. Industri ini pada umumnya
kreatif pada sektor lain. Dalam Cetak Biru Pengembangan Industri
adalah hasil dari produk teknologi informasi yang dapat menjadi
Kreatif (Departemen Perdagangan, 2008), maka keunggulan industri
solusi atas masalah, di dalam kehidupan sehari-hari.
kreatif adalah:
3.13. Hubungan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Keterkaitan itu dijelaskan oleh Chunfeng Li, Peng Ju. (2020) bahwa
kreativitas dapat merambah ke berbagai bidang dan cabang industri
Meskipun dari perspektif kebijakan terjadi pemisahan antara
pariwisata, memberikan energi kreatif bagi industri pariwisata, dan
lingkup industri pariwisata dan ekonomi kreatif, namun dari perspektif
menghasilkan produk baru, bisnis, pasar baru, teknologi baru, dan
akademik telah banyak upaya menjelaskan keterkaitan keduanya.
ruang baru.
Literatur tersebut banyak didasarkan pada tinjauan teoritis dan
empiris yang mana terjadi interaksi pengembangan kedua bidang
Di sisi lain, industri pariwisata menampilkan pengalaman, partisipasi
tersebut baik secara serial atau simultan. Secara serial bisa saja
dan relevansi industri, berinteraksi dengan fesyen (pakaian), makanan,
ekonomi kreatif ada terlebih dahulu, baru kemudian muncul industri
perjalanan, hiburan, dan industri lainnya, juga memainkan peran
pariwisata. Contoh yang jelas dari kasus ini adalah berkembangnya
penting bagi industri yang sedang berkembang seperti industri kreatif
budaya, dan pada akhirnya interaksi dan koordinasi pengembangan
dari populernya karya sastra “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata
industri dan kreatif dan industri pariwisata akan terwujud. Terpadunya
(2005). Pada 2008, Laskar Pelangi diadaptasi menjadi karya kreatif
mekanisme pengembangan industri budaya dan kreatif serta industri
pariwisata (Gambar 5)
oleh Miles Film dan Mizan Production. Penulis skenario Salman Aristo,
Esensi dari kaitan pengembangan industri pariwisata dan industri
Pelangi ialah Pulau Belitung sesuai latar cerita novel. Dari sanalah kreatif budaya adalah sebagai proses dari dua sistem yang saling
kemudian Pulau Belitung menjadi perbincangan dan memiliki daya berkait untuk mewujudkan nilai tambah industri. Industri pariwisata
tarik yang dipicu oleh rasa penasaran pembaca maupun penonton
Film Laskar Pelagi untuk selanjutnya ingin mengunjungi pulau Sistem budaya dan industri
Sistem industri pariwisata
tersebut. kreatif
Dukungan
Contoh kasus sebaliknya adalah banyak destinasi wisata berkembang Efek budaya platform Efek budaya

lebih dahulu yang kemudian memicu atau bahkan dikembangkan Mempromosikan Mempromosikan
dengan berbagai produk ekonomi kreatif. Pelaku usaha sangat pertukaran budaya pertukaran budaya

beragam baik yang didesain sejak awal telah menghadirkan ekonomi Menyediakan platform Mengeksplorasi Poltensi
presentasi kreatif
kreatif, atau berkembang secara alami mengikuti permintaan pasar Koordinasi

wisatawan di destinasi wisata. Melindungi dan Mempromosikan


Mewarisi Budaya publisitas dan promosi

Salah satu literatur ilmiah yang mengangkat keterkaitan ekonomi Efek ekonomi Efek ekonomi
kreatif dan industri pariwisata tersebut karena adanya aspek pengikat
Memperluas ruang Pemberdayaan Memberikan dukungan
yaitu “kreativitas” yang sama-sama berpusat pada budaya manusia. pasar Kreatif teknis

Memperluas rantai Mempromosikan


industri peningkatan industri

Pengembangan Industri Budaya dan Kreatif dan Industri Pariwisata dalam Cara Hubungan dan Koordinasi

Gambar 5. Hubungan Sistem Industri Kreatif dan Industri Pariwisata


menggali makna budaya industri kreatif dan menyediakan platform
“ekonomisasi kreatif”. Dari perspektif budaya, dengan mengambil
industri pariwisata sebagai pembawa ekonomi kreatif dan
mentransmisikan kreativitas budaya ke dunia luar dan membawa
kreativitas budaya ke suatu manfaat pasar pariwisata yang besar,
yang bertujuan untuk mempromosikan pertukaran dan penyebaran
budaya berbasis kreativitas. Perpaduan antara budaya, unsur kreatif
dan pariwisata dapat menarik wisatawan untuk merasakan proses terlihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional dan daya
penciptaan produk budaya dan kreatif, membimbing wisatawan untuk serap lapangan kerja di sektor industri pariwisata. Kementerian
memperkuat produk budaya dan kreatif melalui komunikasi dari Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat:
mulut ke mulut, dan menyediakan platform tampilan untuk industri
a. Top-30 Travel & Tourism Countries Power Ranking didasarkan
budaya dan kreatif.
pada pertumbuhan absolut pada periode tahun 2011 dan
Dari perspektif ekonomi, di satu sisi, dengan atribut ekonomi, 2017 untuk empat indikator Perjalanan & Pariwisata utama
pariwisata menyuntikkan vitalitas ke dalam ekonomi kreatif melalui
berbagi sumber daya dan berbagi pasar, mengubah kreativitas Council).
menjadi produktivitas, dan produk ekonomi kreatif menjadi layanan
b. Total PDB Perjalanan & Turisme, Belanja pengunjung asing
dan komoditas kreatif pariwisata, sehingga sangat memperluas
(ekspor pengunjung), Belanja domestik, dan Investasi modal
ruang pasar industri budaya dan kreatif. Di sisi lain, perluasan rantai
industri budaya dan kreatif dan industri pariwisata memungkinkan
(dalam tabel) diperoleh dengan menghitung peringkat rata-rata
penciptaan, produksi, dan penjualan rantai industri budaya dan
(dengan bobot yang sama) dari keempat indikator konstituen.
kreatif untuk menghasilkan produk dan layanan kreatif pariwisata
yang beragam dan memberikan pengalaman pariwisata yang unik
kepada konsumen. Travel & Tourism Countries Power Ranking (absolute growth),
dapat disimpulkan posisi sebagai berikut.
3.4 Peran Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Indonesia
a. Indonesia peringkat 9 di Dunia. Dalam daftar yang dikeluarkan,
Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan gabungan China, Amerika Serikat, dan India menempati posisi tiga besar
dari sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif. Manajemen dunia. Sedangkan Indonesia menempati peringkat ke-9.
Industri pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi pada suksesnya
b. Indonesia peringkat 3 di Asia. Indonesia berada pada peringkat
transformasi faktor input berupa bahan baku, energi, tenaga kerja,
3 di Asia, setelah China di peringkat 1, dan India di peringkat 2.
dan modal menjadi output berupa barang dan jasa kreatif atau jasa
c. Indonesia peringkat 1 di Asia Tenggara. Jika dilihat posisi
baru di kenal di Indonesia setelah dikeluarkan Instruksi Presiden R.I. peringkatnya di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia
boleh berbangga karena mengungguli negara-negara Asia
II pasal 3 disebutkan: Tenggara lainnya: Thailand berada di peringkat 12, Filipina

“Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu


Vietnam di peringkat 21.
pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha
pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif
negara.” dan komparatif sebagai berikut.

Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut, dapat dikatakan bahwa Pariwisata Penghasil Devisa Terbesar
tujuan pengembangan pariwisata Indonesia adalah sebagai berikut : a. Tahun 2019, Industri Pariwisata diproyeksikan menyumbang
devisa terbesar di Indonesia, yaitu USD 20 miliar.
a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan
pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, b. Dampak devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat.
perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong
kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri c. Sektor pariwisata diharapkan menjadi kekuatan ekonomi
sampingan lainnya. bangsa pada dekade yang akan datang.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan Terbaik di Regional


kebudayaan Indonesia. a. Tahun 2019, Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang
terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.
c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan
internasional. b. Pesaing utama kita adalah Thailand dengan devisa pariwisata
lebih dari USD 40 Miliar.
Di Indonesia, industri pariwisata memberikan dampak positif
c.
Tabel 3. Performa Sektor Pariwisata
2020
2015 2017 2018 2019

INDIKATOR

Realisasai
Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisasi

Realisasi
Target

Target

Target

Target

Target

Target
Kontribusi pada
PDB Nasional (%) 4.23 4,25 4,50 4,13 5 5 5,25 5,50 4,7 4,8 4,1

Devisa (Trilyun
Rp)

144 175,71 172 200 202,13 323 224 280 277 58 51,2

Jumlah Tenaga
Kerja (Juta Orang) 11,4 11,8 12,28 12,0 12,7 13,0 13,0 13,0 13,9

Indeks Daya
#50 #50 n.a. n.a. #40 #42 n.a. n.a. #30 #40 #40

Mancanegara
d. (juta Kunjungan) 10 10,41 12 12,02 15 14,04 17 20 18 4,02

ranking 47 dunia mengalahkan country branding “Truly


Nusantara (Juta
Perjalanan) 255 270,82 270 273 275 282 312 120

mencerminkan positioning dan differentiating Sumber: diolah oleh penulis dari berbagai Sumber
Pariwisata Indonesia.
e. Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional
Secara terminologi “Manajemen Industri” merupakan cabang
mengalami fluktuasi dari tahun ke cahun sebagaimana
ilmu teknik (engineering) yang memfasilitasi pembuatan sistem
terlihat pada Tabel 3.
manajemen dan mengintegrasikan proses rekayasa yang beragam.
Pariwisata berpeluang menjadi sektor unggulan yang Manajemen Industri berkaitan dengan desain industri, konstruksi,
berkontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) manajemen, dan penerapan prinsip-prinsip sains dan teknik untuk
Indonesia. Meskipun saat ini pariwisata masih menjadi sektor meningkatkan seluruh infrastruktur industri dan proses industri.
pilihan dalam kontribusi ke PDB, tapi dengan pengelolaan Namun, jika terminologi “manajemen industri” dipisah antara kata
yang serius sektor pariwisata dapat menjadi sektor unggulan “manajemen” dengan kata “industri” dan kemudian kata “industri” ini
bila menunjukkan kemampuan dalam neraca satelit pariwisata disambungkan dengan kata pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi
“industri pariwisata dan ekonomi kreatif”, maka pengertiannya akan
dan Ekonomi Kreatif). Saat ini sektor yang paling besar berbeda. Dan inilah pengertian yang lebih tepat untuk memahami
mendapatkan nilai tambah PDB dari pariwisata adalah hotel, terminologi “Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”
yaitu mencapai 95,13 persen, selanjutnya angkutan kereta yaitu sebuah penerapan konsep manajemen pada obyek industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
persen. Pariwisata juga menyumbangkan nilai tambah PDB
Manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif karenanya
kepada restoran (13,98 persen), konstruksi (3,72 persen), dan
dipahami sebagai pendekatan terstruktur untuk mengelola kegiatan
komunikasi (2,87 persen). Dengan perkembangan pariwisata
operasional suatu organisasi industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
maka muncul sarana dan prasarana menuju lokasi wisata
Sebagaimana lazimnya pembahasan tentang manajemen, dalam
maupun infratruktur komunikasi untuk menunjang pariwisata
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif, sebuah industri
(Eko Marsoro, Kasubdit Statistik Pariwisata BPS).
perlu menggunakan empat konsep utama manajemen yaitu planning
(perencanaan), organizing (pengaturan), leading (kepemimpinan) dan
controlling (pengendalian).
Industri pariwisata dan ekonomi kreatif, pada tataran mikro adalah
unit usaha sangat membutuhkan penguatan manajemen. Setiap unit
usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dalam meningkatkan kinerja
bisnisnya membutuhkan manajemen operasional, yaitu sebagai
bentuk pengelolaan menyeluruh dan optimal pada aspek tenaga
kerja, aset (peralatan) bahan baku, metode atau cara dan faktor
produksi lain yang bisa dijadikan produk barang dan jasa yang bisa
dipasarkan.
Cara pandang yang digunakan buku ini terhadap terminologi
Manajemen Industri adalah menjadikan industri pariwisata dan
ekonomi kreatif sebagai sasaran atau obyek kebijakan yang diperankan
oleh pemerintah (dalam hal ini Kemenparekraf/Baparekraf). Jadi untuk
selanjutnya program, kegiatan kajian dan seluruh aktivitas Direktorat
Manajemen Industri harus dioerientasi sebagai implementasi peran
pemerintah terhadap sukses dan berkembangnya industri pariwisata
dan ekonomi kreatif Indonesia. 1. Bagaimana generasi muda memahami dan menguasai
ekosistem digital. Salah satunya dengan menguasai dan bisa
3.6. Tantangan Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
mengelola data merupakan sumber kekuatan yang sangat
Tantangan utama yang dihadapi dalam mendorong sektor penting saat ini.
pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini dan ke depan adalah adanya
2. Bagaimana membuat data ini lebih berharga. Antara lain melalui
pandemi virus Corona. Sudah lebih dari setahun sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif menghadapi pandemi yang menghantam seluruh
aktivitas ekonomi sosial. Selain itu, sejumlah tantangan berikut juga 3. Mengoptimaapat iklan promosi pariwisata dan ekonomi kreatif
menghadang berkembangnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. secara digital. Dengan menguasai big data maka dapat dilakukan
micro targeting, sehingga promosi bisa tepat sasaran.
3.6.1. Tantangan Pandemi
4. Membangun brand produk atau jasa pariwisata dan ekonomi
Beberapa tantangan terkait pandemi COVID-19, yaitu pertama,
kreatif secara kelompok bersama sama memanfaatkan brand
kondisi mulai dapat dikendalikannya pandemi yang ditunjukkan
yang sudah terkenal. Tentu hal ini juga mengandalkan data
dengan mulai melandainya kurva penularan COVID-19 seiiring dengan
dengan tujuan terutama untuk meningkatkan kepercayaan
program vaksinasi secara masif. Kedua, adalah kondisi dimana
wisatawan asing.
adaptasi kebiasaan baru mulai berlaku dalam perilaku masyarakat
dalam berwisata. Perilaku berwisata masyarakat ini akan menjadi pola 3.6.3. Tantangan Standar Global Kepariwisataan
yang membutuhkan banyak penyesuaian terhadap aktivitas ekosnomi Pariwisata dalam beberapa tahun terakhir menjadi sektor andalan
pelaku usaha wisata. Tidak terkecuali pola rantai pasok dan rantai penyumbang devisa negara. Di dunia, pariwisata menjadi salah satu
nilai dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga mengalami industri dengan pertumbuhan tercepat dan merupakan sumber
perubahan. pendapatan utama bagi banyak negara. Perkembangan positif tersebut
3.6.2. Tantangan Era Digital mendorong banyak negara untuk mentransformasi perekonomiannya
menjadi berorientasi pada sektor pariwisata. Sebagai sektor yang
Kebiasaan orang yang sering menggunakan platform online di
terus bertumbuh dengan pesat, pariwisata memiliki dampak berganda
masa pandemi dapat menjadi kesempatan bagi industri pariwisata
dan ekonomi kreatif untuk menggali potensi era digital. Potensi digital
bawah masyarakat. Namun jika tidak dikelola dengan baik, pariwisata
pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini lebih besar dibandingkan
juga dapat menimbulkan masalah, seperti dislokasi sosial, hilangnya
sebelumya. Potensi di pariwisata banyak, di ekonomi kreatif justru
warisan budaya, ketergantungan ekonomi, hingga degradasi ekologis.
lebih besar lagi.
Berkaca pada dampak pariwisata, kini mulai banyak yang menyadari
Namun masih banyak aspek yang perlu pembenahan pada industri pentingnya liburan atau wisata yang lebih bertanggung jawab. Maka
pariwisata dan ekonomi kretaif menghadapi era digital ini. Adapun istilah pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism pun menjadi
tantangan pariwisata dan ekonomi kreatif di era digital antara lain: sangat populer. Mengutip dari situs UNESCO, pariwisata berkelanjutan
champion, start up dan inisiatif stakeholder dan pengembangan
yang menghormati masyarakat model bisnis serta program quality control/monitoring dan
lokal dan para wisatawan,
warisan budaya dan lingkungan’.
5. melakukan evaluasi, rekomendasi dan masukan strategis untuk
Pariwisata Indonesia mengatasi hambatan-hambatan dan menghasilkan solusi
pun kini tengah berbenah dan strategi dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata
dengan menggencarkan berkelanjutan.
pariwisata berkelanjutan
Dalam melaksanakan tugasnya ISTC bertanggung jawab kepada
dengan membentuk Indonesia
Menteri, dan menyampaikan laporan secara berkala atau sewaktu-
Sustainable Tourism Council
waktu diperlukan.
(IST-Council). IST-Council
merupakan sebuah Lembaga
akreditasi pemerintah (Kemenpar) yang dibentuk melalui surat
Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Nomor Km. 143/
Kd.00/Menpar/2019, tentang Dewan Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Tourism Council).
ISTC, sebagaimana dimaksud mempunyai tugas dan fungsi:
memberikan arahan kebijakan dan strategi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan program

pariwisata berkelanjutan, dalam rangka meningkatkan daya saing


keberlanjutan lingkungan;
1. memberikan advokasi dan pemikiran melalui pool/panel of
expert dengan sistem information management untuk program
pengembangan pariwisata berkelanjutan;
2. mendorong penerapan kode etik dan high quality tourism,
dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan dan pemasaran
pariwisata yang bertanggung jawab (responsible tourism
marketing);
3. melaksanakan koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi lintas
sektor untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan termasuk
isu dan tema responsible tourism, kode etik pariwisata, SDGs
dan Perubahan Iklim, dan program strategis lainnya dalam
rangka pengembangan pariwisata berkelanjutan, terutama
dengan para pihak yang menjadi focal point peningkatan daya
saing keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability)
antara lain BAPPENAS, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Kementerian/
Lembaga terkait lainnya;
4. mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui
perencanaan, promosi, investasi, eco development, green
development, penghargaan nasional dan internasional,
best practices, penguatan dan adopsi kearifan lokal, leader/
BAB 4
KEBIJAKAN PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF
INDONESIA
4.1 Visi, Misi, Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/Baparekraf

Berdasarkan arahan Presiden Republik Indonesia, maka


Kementerian/Lembaga hanya memiliki 1 (satu) Visi, yaitu Visi Presiden
Republik Indonesia. Hal ini berarti bahwa Visi Kemenparekraf/
Baparekraf harus selaras dengan Visi Presiden Republik Indonesia.
Sehingga visi Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024 adalah:

BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN

Visi Kemenparekraf/Baparekraf ini mengandung 4 (empat) kata


kunci utama, yaitu (1) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang
maju; (2) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang berdaya saing;
(3) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang berkelanjutan; serta
(4) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang mengedepankan
kearifan lokal.
Misi Kemenparekraf/Baparekraf juga harus selaras dengan
Misi Presiden Republik Indonesia, sehingga Misi Kemenparekraf/
Baparekraf yaitu: (1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia; (2)
Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing; (3)
Pembangunan yang merata dan berkeadilan; (4) Mencapai lingkungan
hidup yang berkelanjutan; (5) Kemajuan budaya yang mencerminkan

bermartabat, dan terpercaya; (7) Perlindungan bagi segenap bangsa


dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; (8) Pengelolaan
pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan (9) Sinergi
pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/Baparekraf
menggambarkan spirit dan upaya yang dilakukan untuk mengubah
kondisi saat ini menjadi kondisi yang diinginkan. Tujuan akhir
Kemenparekraf/Baparekraf adalah meningkatnya kontribusi sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Tujuan akhir tersebut dapat terwujud melalui pariwisata yang
berkualitas (quality tourism experience), pariwisata yang berbasis a. Inovatif
ekonomi kreatif maupun pertumbuhan nilai tambah ekonomi kreatif Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata
yang diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi nasional. Hal ini dan Ekonomi Kreatif menginginkan agar pengembangan
dapat terwujud melalui pembangunan 5 pilar strategis pariwisata dan pariwisata di 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) terpantau
ekonomi kreatif, yaitu Pilar Destinasi Pariwisata dan Produk Ekonomi secara periodik melalui kartu penilaian atau scorecard yang
Kreatif, Pilar Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pilar dilaporkan setiap bulan. Untuk itu, Menparekraf mendorong
Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pilar SDM dan Kelembagaan jajarannya di Kemenparekraf/Baparekraf bergerak cepat dan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pilar Kreativitas. menerapkan upaya tersebut. Menparekraf memiliki waktu satu
tahun untuk menyiapkan 5 DSP yaitu Danau Toba, Borobudur,
Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Penggunaan big data
untuk membaca situasi, untuk memberikan fokus, nilai, visual
apa yang diperlukan dan kunjungan yang dilakukan sekali atau
berkali-kali. Dan menjadi bagian penting virality agar menjadi
perbincangan. target, segmen, paket wisata, produk, atraksi,
aksesibilitas, dan aktivitas.
b. Adaptasi
Adaptasi kebiasaan baru yang mengacu pada protokol
kesehatan, implementasi CHSE untuk produk, usaha, dan
destinasi pariwisata, vaksinasi bagi tenaga kerja pariwisata dan
ekonomi kreatif serta pemanfaatan teknologi (digital).
c. Kolaborasi
Bekerjasama dengan semua pihak untuk memulihkan sektor
pariwisata dan industri kreatif, membuka lapangan pekerjaan
seluas-luasnya. Kemenparekraf/Baparekraf berperan sebagai
fasilitator aktif berkolaborasi dengan ekosistem pariwisata dan
ekonomi kreatif unluk ciptakan lapangan kerja seluas-luasnya.
Selanjutnya ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif pasca
pandemi Covid-19, destinasi harus dapat mengedepankan prinsip
sustainable tourism dengan Kesehatan, Kebersihan, Keselamatan
dan Keberlangsungan Lingkungan Hidup sebagai pilar utama, sesuai
dengan visi pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf.

Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menjadi acuan dalam Gerakan Bangga Buatan Indonesia
proses pembangunan Parekraf adalah arahan Presiden. Arahan Selain prinsip sustainable tourism pada pengembangan pariwisata,
Presiden terkait Parekraf tahun 2021 sebagai berikut: Akselerasi perlu juga digaungkan gerakan bangga buatan Indonesia, yaitu salah
pembangunan Infrastruktur di 5 Destinasi Prioritas, Penyiapan satu program untuk membantu para pelaku ekonomi kreatif khusus
Calendar of Event di Setiap Destinasi terutama di 5 Destinasi Super subsektor fesyen, kuliner dan kriya untuk kembali bangkit dari dampak
Prioritas, Implementasi Aspek K4 pada setiap destinasi pariwisata pandemi Covid 19. Kerja sama yang dilakukan meliputi co-branding,
sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman, dan mewujudkan penyaluran penjualan produk melalui platform transportasi daring
Ekonomi Kreatif menjadi lokomotif penciptaaan lapangan pekerjaan, dan marketplace terintegrasi, pendampingan konsultasi hukum untuk
terutama untuk sektor yang menyerap dan menggerakan ekonomi.
lain secara online.
Untuk dapat melaksanakan arahan Presiden, Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 4.2. Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2019 tentang
menetapkan 3 Platform Program Kemenparekraf/Baparekraf ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
depan yaitu: Inovasi, Adaptasi, dan Kolaborasi.
Republik Indonesia Nomor Tahun 2021 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Di dalam Pasal 107 Direktorat Manajemen
Industri mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan
teknis, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

a. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 107, Direktorat Manajemen Industri menyelenggarakan
fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang tata kelola, kemitraan,


ketahanan, dan pengembangan usaha pariwisata dan
ekonomi kreatif;

a. pelaksanaan kebijakan teknis di bidang tata kelola, kemitraan,


ketahanan, dan pengembangan usaha pariwisata dan
ekonomi kreatif; dan

a. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang tata


kelola, kemitraan, ketahanan, dan pengembangan usaha
pariwisata dan ekonomi kreatif.
2019 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan
dan tugas pemerintahan di bidang ekonomi kreatif untuk membantu Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Selanjutnya penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan (RPJMN). Renstra Kemenparekraf telah menetapkan visi pariwisata
fungsi: dan ekonomi kreatif untuk tahun 2020-2024, yaitu “Pariwisata dan
ekonomi kreatif Indonesia yang maju, berdaya saing, berkelanjutan,
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengembangan
serta mengedepankan kearifan lokal atas kekayaan alam dan budaya
industri dan kelembagaan, pengembangan destinasi pariwisata,
Indonesia yang diwujudkan melalui kerja gotong royong”. Untuk
pengembangan pemasaran I, pengembangan pemasaran II,
mencapai visi tersebut, telah ditetapkan misi Kementerian Pariwisata
dan ekonomi kreatif;
dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
“Memperkokoh Struktur Ekonomi Nasional yang Produktif, Mandiri,
pengembangan industri dan kelembagaan, pengembangan
Berdaya Saing melalui Optimasi Pengelolaan Pariwisata dan Ekonomi
destinasi pariwisata, pengembangan pemasaran I,
Kreatif”. Tujuan, sasaran, arah kebijakan, dan strategi Kementerian
pengembangan pemasaran II, dan ekonomi kreatif;
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut ini.
dan Ekonomi Kreatif;
d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
dan
e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

4.3. Aturan level Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sebagai ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor

dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Tabel 4. Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, dan Strategi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

VISI
Pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang maju, berdaya saing, berkelanjutan, serta mengedepankan kearifan lokal dalam mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong.
MISI

Memperkokoh Struktur Ekonomi Nasional yang Produktif, Mandiri, Berdaya Saing melalui Optimasi Pengelolaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

TUJUAN SASARAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI


Meningkatnya kontribusi Perspektif 1 Stakeholders: Pengembangan destinasi kreatif Mengembangkan produk kekayaan intelektual pada kawasan ekonomi kreatif dan cluster penguatan ekonomi kreatif;
pariwisata Meningkatnya kontribusi pariwisata bernilai tambah dan berdaya saing. meningkatkan kesiapan destinasi pariwisata berdasarkan prioritas secara komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan;
Indikator pencapaian dan ekonomi kreatif terhadap
tujuan: ketahanan ekonomi
Nilai devisa pariwisata Perspektif 2 Customer:
Kontribusi PDB pariwisata meningkatnya nilai tambah
Nilai ekspor produk ekonomi kreatif nasional;
ekonomi kreatif meningkatnya kualitas dan jumlah
meningkatnya daya saing destinasi
dan industri pariwisata
tersedianya produk pariwisata Pemasaran pariwisata dan ekonomi Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif dengan fokus pasar potensial;
sesuai kebutuhan; kreatif berbasis kemitraan strategis perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif
bertumbuhnya investasi dan akses (strategic partnership). meningkatkan citra pariwisata Indonesia berdaya saing;
pembiayaan serta meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif.
kemampuan industri sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif
nasional;
terlindunginya kekayaan intelektual Pengembangan industri Mengembangkan industri
bidang pariwisata dan ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha dan 17 subsektor ekonomi kreatif);
kreatif. terintegrasi. meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif;
mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata di industri pariwisata dan ekonomi
Perspektif 3 Internal Process: kreatif.
1. terselenggaranya regulasi
pariwisata dan ekonomi kreatif
berbasis kajian;
2. tersedianya data dan informasihasil
kajian sesuai kebutuhan
pariwisata dan ekonomi kreatif;3. Pengelolaan sumber daya manusia optimasi kelembagaan maupun kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi pariwisata dan ekonomi kreatif;
meningkatnya kualitas dan dan kelembagaan pariwisata dan
kuantitas sumber daya manusia ekonomi kreatif dalam mewujudkan melakukan penguatan komunitas dan kelemabgaan pariwisata dan ekonomi kreatif.
kepariwisataan dan ekonomi sumber daya manusia yang unggul
kreatif. dan berdaya saing.
Perspektif 4 Learn and Growth:
Terwujudnya reformasi birokrasi
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif menuju
birokrasi yang professional. Mewujudkan kreativitas anakbangsa Meningkatkan perlindungan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual;
dengan berorientasi kepada Mendotong kreasi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya dan IPTEK.
pergerakan ekonomi kerakyatan.

Mendorong riset, inovasi, adopsi Mendorong riset dan inovasi terkait pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif yang berorientasi
teknologi, serta kebijakan pariwisata pada peningkatan nilai tambah dan daya saing;
dan ekonomi yang berkualitas.
TUJUAN SASARAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

mengelola kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian sesuai kebutuhan pembangunan pariwisata dan
ekonomi kreatif nasional.

Mewujudkan birokrasi Kementerian Mengoptimalkan pelaksanaan


Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ delapan area perubahan reformasi
Badan Pariwisata dan Ekonomi birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf.
Kreatif yang professional.

4.4 Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf Direktorat Manajemen Industri adalah berkembangnya rantai nilai
industri pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tiga sasaran program,
Seperti yang sudah dijelaskan di depan, target kinerja yang
yaitu: meningkatnya kemitraan usaha pariwisata dengan berbagai
ditetapkan untuk Direktorat Manajemen Industri pada Renstra
pihak dalam rangka perluasan rantai nilai industri pariwisata dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
ekonomi kreatif Sasaran program, sasaran kegiatan, dan angka
Ekonomi Kreatif 2020-2024 adalah rasio usaha bidang pariwisata
indikator capaian setiap tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

sasaran kegiatan adalah jumlah usaha bidang pariwisata dan ekonomi Tabel 5. Target Kinerja dan Sasaran Direktorat Manajemen Industri
Tahun 2020-2024
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
TARGET SASARAN AKHIRTAHUN
SASARAN KEGIATAN 2021 2022 2023 2024
KINERJA PROGRAM PERENCANAAN
usaha pariwisata masih menjadi urusan Direktorat Manajemen
Berkembangnya Meningkatnya Jumlah usaha mikro,
Industri, sedangkan saat ini struktur organisasi tersebut telah diubah rantai nilai kemitraan usaha kecil, menengah yang
industri pariwisata pariwisata dengan difasilitasi kemitraannya
dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan dan ekonomi usaha mikro, kecil, dalam rangka penguatan
kreatif. dan menengah rantai nilai industri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2021. Pada struktur dalam rangka pariwisata dan ekonomi
perluasan rantai kreatif. (jumlah usaha) 25 50 100 150 150
nilai industri
pariwisata dan
menjadi urusan Direktorat Manajemen Industri, tetapi telah menjadi ekonomi kreatif.

Usaha. Oleh karena itu, perlu dirumuskan ulang target kinerja dan Jumlah usaha mikro,
Meningkatnya kecil, dan menengah
sasaran untuk Direktorat Manajemen Industri. kapasitas usaha yang dltlngkatkan
mikro, kecil, kapasitasnya untuk
menengah dalam mendukung penguatan
Penentuan target kinerja dan sasaran untuk Direktorat mendukung rantai nilai industri
25 100 150 200 200
penguatan rantai pariwisata dan ekonomi
Manajemen Industri dilakukan dengan mempertimbangkan: nilai industri kreatif. (jumlah usaha)
pariwisata dan
ekonomi kreatif.
1. fokus pengembangan manajemen industri pariwisata
dan ekonomi kreatif berdasarkan hasil kajian kebijakan Meningkatnya Jumlah usaha pariwisata
ketersediaan data dan
pembangunan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang dan informasi ekonomi kreatif yang
pariwisata dan tersedia dalam sistem
terkait dengan manajemen industri; ekonomi kreatif basis data dan
dalam bentuk basis informasi pariwisata dan
data. ekonomi kreatif. (jumlah 17.000 17.500 18.500 19.500 19.500
2. indikator dan target yang terkait dengan manajemen industri usaha)

pariwisata pada RPJMN tahun 2020-2024;

3. tugas dan fungsi Direktorat Manajemen Industri.


Sumber: Roadmap Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi
Berdasarkan ketiga pertimbangan tersebut, target kinerja
setiap bidang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tema program dan kegiatan prioritas dirumuskan untuk
menegaskan pembagian peran antara bidang-bidang dalam Industri
manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Tema program
dan kegiatan prioritas dirumuskan berdasarkan: Pola hubungan antarbidang berdasarkan fungsi yang dijalankan
oleh Direktorat Manajemen Industri dapat dilihat pada tabel berikut
1. fokus pengembangan manajemen industri pariwisata
ini.
dan ekonomi kreatif berdasarkan hasil kajian kebijakan
pembangunan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang Tabel 7. Pola Hubungan Lingkup Bidang pada Direktorat Manajemen
terkait dengan manajemen industri; Industri
2. tugas dan fungsi Direktorat Manajemen Industri. BIDANG FUNGSI DIREKTORAT MANAJEMEN TEMA PROGRAM DAN KEGIATAN
INDUSTRI YANG DIJALANKAN PRIORITAS
Tema program dan kegiatan prioritas dikembangkan untuk Tata kelola 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif untuk
tata kelola, kemitraan, ketahanan, dan membangun rantai nilai industri pariwisata
setiap lingkup bidang. Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3, pengembangan usaha pariwisata dan dan ekonomi kreatif yang terintegrasi dan
lingkup bidang Direktorat Manajemen Industri ada empat, yaitu tata ekonomi kreatif. berkelanjutan, meliputi konsep, basis
2. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang data, dan mekanisme operasional industri
kelola, kemitraan, ketahanan, dan pengembangan usaha pariwisata tata kelola. pariwisata dan ekonomi kreatif.
3. Pemantauan, analisis, evaluasi dan
dan ekonomi kreatif. Tema program dan kegiatan prioritas untuk pelaporan di bidang tata kelola.
FOKUS PENGEMBANGAN
Manajemen usaha TEMA
Penguatan
BIDANG Pengembangan Pengembangan pariwisata yang peduli Pengembangan
jejaring,
tata kelola industri kemitraan usaha terhadap pelestarian tata kelola Kemitraan Usaha Pelaksanaan kebijakan teknis di Pengembangan kemitraan usaha pariwisata
kolaborasi, sinergi
pariwisata pariwisata lingkungan alam dan ekonomi kreatif
ekonomi kreatif bidang kemitraan usaha pariwisata dan untuk membangun rantai nilai industri
budaya
ekonomi kreatif. pariwisata dan ekonomi kreatif yang
Perumusan sistem terintegrasi dan berkelanjutan.
pengelolaan industri Pemantauan, analisis, evaluasi dan
pariwisata dan pelaporan di bidang kemitraan usaha
ekonomi kreatif untuk pariwisata dan ekonomi kreatif.
membangun rantai
nilai industri pariwisata
Tata kelola dan ekonomi kreatif Ketahanan usaha Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Peningkatan ketahanan usaha dan rantai nilai
yang terintegrasi dan ketahanan usaha pariwisata dan industri pariwisata dan ekonomi kreatif dalam
berkelanjutan, meliputi ekonomi kreatif. menghadapi krisis menuju keberlanjutan.
konsep, basis data, dan
mekanisme operasional Pemantauan, analisis, evaluasi dan
industri pariwisata dan pelaporan di bidang ketahanan usaha
ekonomi kreatif. pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pengembangankemitraan
usaha pariwisata untuk
membangun rantai Pengembangan Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Pengembangan usaha pariwisata dan
Kemitraan nilai industri pariwisata usaha pengembangan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang bertanggung jawab
dan ekonomi kreatif ekonomi kreatif.
yang terintegrasi dan budaya dalam rangka peningkatan kredibilitas
berkelanjutan. Pemantauan, analisis, evaluasi dan dan daya saing.
pelaporan di bidang pengembangan
Peningkatan ketahanan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.
usaha dan rantai nilai
industri pariwisata dan
ekonomi kreatif dalam
menghadapi krisis menuju
Ketahanan
keberlanjutan. Sumber: Roadmap Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif 2021-2024

Pengembangan usaha
pariwisata dan ekonomi
kreatif yang bertanggung
jawab terhadap
lingkungan alam dan
Pengembangan sosial budaya dalam
rangka peningkatan
kredibilitas dan daya saing.

Sumber: Roadmap Manajemen Industri Pariwisata dan


strategis penyerapan tenaga kerja dan nilai ekspor produk kreatif
BAB 5 telah mencapai target, namun untuk Pertumbuhan PDB Ekonomi
Kreatif belum mencapai target yang ditetapkan.
POTENSI, KARAKTERISTIK Target kontribusi Industri Parekraf terhadap perekonomian

DAN PERMASALAHAN nasonal tersebut, disebabkan potensinya yang cukup besar. Menurut
laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif, maka terdapat

INDUSTRI PAREKRAF beberapa potensi sektor ini. Potensi-potensi tersebut adalah:

“Jika kita benar-benar bisa memahami persoalan, jawabannya Menurut data BPS Tahun 2018, terdapat 2.087 destinasi
akan datang sendiri, sebab jawaban tidak pernah terpisahkan dari pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat yang menjadi tujuan
persoalan”

Tirta. Dilihat dari jenis perusahaan objek daya tarik wisata tahun 2018
yang masuk kategori Usaha Menengah Besar (UMB), usaha atau
Bagian ini akan menguraikan tentang potensi, karakteristik unik
perusahaan didominasi oleh jenis objek wisata tirta, yaitu sebanyak

langkah bagi organisasi untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan


perusahaan, taman hiburan dan rekreasi sebanyak 443 perusahaan,
yang dimiliki serta peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Hal ini
wisata buatan sebanyak 401 perusahaan, wisata budaya sebanyak
perlu dilakukan supaya organisasi dapat menentukan langkah-langkah
strategis yang realistis untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi
organisasi.

Industri Pariwisata (Tourism Industries) merupakan keseluruhan


usaha yang langsung terlibat dalam menyediakan barang atau jasa
Kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terhada
untuk memfasilitasi kegiatan pengunjung saat berada diluar dari tempat
perekonomian nasional cenderung meningkat. Pada periode 2015-
2019 capaian sektor pariwisata nasional mengalami pertumbuhan
ekonomi, sosial, politik, hukum, teknologi dan lingkungan merupakan
faktor eksternal makro yang mempengaruhi keberlangsungan semua

perekonomian nasional diperkirakan meningkat dari 4,2 persen pada


Tourism Organiation) dalam the International Recommendations for
tahun 2015 menjadi 4,8 persen pada tahun 2018. Capaian kontribusi
Tourism Statistics 2008, mengemukakan bahwa industri pariwisata
sektor pariwisata terhadap PDB nasional terus meningkat dan
meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan makanan
mencapai target, sehingga pariwisata sebagai leading sector tercatat
menduduki peringkat sebagai penyumbang devisa setelah industri
Kegiatan reservasi lainnya, Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan
sawit.
hiburan
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan sumber daya
Menurut data BPS pada tahu 2018, Sebanyak 1111 objek
ekonomi dan budaya mendorong perkembangan aktivitas ekonomi
wisata komersial tidak berbadan hukum, 832 objek wisata komersial
kreatif. Beberapa indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai
tambah ekonomi kreatif yang mencapai 5,1 persen pada tahun 2017,
komersial berbadan hukum PT/Perum, 277 objek wisata komersial
dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,8 miliar atau 11,8 persen
berbadan hukum CV/Firma dan sebanyak 109 objek wisata komersial
dari total ekspor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor ekonomi
kreatif meningkat dari 15,5 juta orang pada tahun 2014 menjadi
17,7 juta orang pada tahun 2017. Capaian ekspor dan tenaga kerja Menurut data BPS, jumlah usaha penyedia akomodasi di
ekonomi kreatif tersebut telah melampaui target-target dalam RPJMN Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebanyak 30.823 usaha dengan
2015-2019. Capaian Ekonomi Kreatif tahun 2019 dimana sasaran jumlah kamar tersedia mencapai 870.783 kamar. Diantara usaha
(Kalimantan) dan Reog (Ponorogo). Selain tari, Indonesia juga kaya
akan seni pertunjukan rakyat. Contoh, wayang golek (Jawa Barat),
dengan jumlah kamar sebanyak 352.845 unit. wayang kulit dan ketoprak (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur),
Makyong (Riau), debus (Banten), dan Randai (Sumatera).
Sebagai modal untuk melakukan percepatan pengembangan,
Indonesia telah mengantongi sejumlah potensi untuk pengembangan Pakaian adat dan senjata tradisional Pakaian adat dan senjata
industri tersebut. Potensi tersebut antara lain adalah (1) sistem tradisional di Indonesia berbeda antarsuku atau daerah. Sehingga
pariwisata yang dapat menciptakan rantai nilai usaha yang luas dan dengan mudah dapat dikenali asal pengguna pakaian adat. Pakaian
beragam, (2) daya saing produk dan bisnis yang kredibel, dan (3) adat biasanya digunakan saat upacara adat, contoh perkawinan,
tanggung jawab terhadap lingkungan yang tinggi. kematian, kelahiran, dan kegiatan ritual. Contoh pakaian adat, Baju
Bodo (Sulawesi Selatan), Ulos (Batak), Baju Inong (Aceh), Baju Kurung
(Minangkabau), Kebaya (Jawa Tengah), dan lain-lain. Pakaian adat
manusia yang tinggi tradisional biasanya dilengkapi dengan senjata tradisional sebagai
Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman budaya. Kekayaan hiasan. Contoh senjata tradisional, Rencong (Aceh), Mandau
dan keragaman budaya itu terbentuk melalui proses panjang melalui (Kalimantan), Golok (Jakarta), Keris (Jawa), Badik (Sulawesi), Kujang
interaksi antarsuku di Indonesia maupun hasil persinggungan dengan (Jawa Barat), dan Parang Salawuku (Maluku).
budaya bangsa lain. Keragaman budaya Indonesia sangat potensial
untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Tetapi sampai saat
ini, keragaman budaya di Indonesia belum dimanfaatkan secara dan kriya
optimal untuk menyejahterakan masyarakat. Padahal jumlah suku
Jumlah kuliner Indonesia banyak ragamnya. Tercatat ada
bangsa di Indonesia mencapai 1.128 berdasarkan sensus penduduk
lebih dari 5.300 makanan asli Indonesia. Sayangnya, hingga kini
2010. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya berbeda-beda
belum ada kuliner Indonesia yang menjadi ciri khas dan dikenal
dalam bentuk atau wujud tarian, lagu, upacara adat, rumah adat, alat
luas di mata internasional seperti halnya sushi atau tom yam dari
musik, senjata tradisional, dan lainnya
Jepang.
Bahasa yang digunakan di Indonesia adalah bahasa nasional
yang diambil dari bahasa Melayu dan bahasa daerah yang mencapai
wisata kuliner negara lain. Potensi kuliner nusantara sebagai tujuan
wisata menurut dia cukup besar. Beby menjelaskan Indonesia
di suatu wilayah tertentu. Percakapan antarsesama suku biasanya
memiliki lima ribu resep dan 17 ribu rempah. Angka tersebut
menggunakan bahasa daerah. Contoh bahasa daerah adalah bahasa
menunjukan potensi wisata kuliner Indoensia. Ditambah lagi tren
Sunda, Jawa, Aceh, Gayo, Alas, Minangkabau, Betawi , dan Dayak.
wisatawan semakin antusias dengan beragam kuliner Indonesia.
Rumah adat Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat Melalui kuliner pula wisatawan bisa memasuki budaya suatu
masing-masing yang berbeda antardaerah. Perbedaan rumah adat
terlihat dari bentuk, bahan, bentuk atap, dinding, lantai dan lain-
Seni Kriya mampu memberikan sentuhan-sentuhan artistik
lain. Perbedaan ini mencerminkan adaptasi manusia terhadap
pada sebuah benda. Adanya sentuhan tersebut, sebuah benda
lingkungannya. Misal, rumah panggung yang cukup tinggi dibangun
memiliki nilai estetik atau jiwa tersendiri. Hal ini karena seni kriya
dengan pertimbangan menghindari binatang buas masuk ke rumah
dibuat langsung oleh tangan manusia. Berbeda dengan benda hasil
atau menghindari bahaya banjir. Contoh rumah adat adalah Krong
buatan mesin, sebuah seni kriya mampu mengeluarkan keindahan
Bade (Aceh), Joglo (Jawa Tengah), Rumah Panjang (Kalimantan Barat),
secara alami. Terdapat beberapa jenis seni kriya yang bahan-bahan
Tongkonan (Sulawesi Selatan, Baileo (Maluku) dan Honai (Papua).
banyak tersedia di Indonesia. Berbagai macam seni kriya tersebut
Tarian dan pertunjukan rakyat Berbagai jenis tarian di Indonesia adalah:
menjadi daya tarik pariwisata. Tarian memiliki makna, pesan atau
1. Seni Kriya Logam; Kriya logam adalah jenis kerajinan
simbol tertentu. Tarian ada yang melambangkan pemujaan atau rasa
yang terbuat dari bahan-bahan sejenis logam. Jenis
syukur pada Tuhan, penyambutan tamu, kegembiraan muda-mudi,
logam ini seperti besi, perunggu, alumunium, perak, dan
dan keperkasaan. Contoh tarian yang bersifat pemujaan adalah Tari
emas. Proses pembuatan karya seni kriya logam dapat
Pendet (Bali), tari penyambutan tamu adalah Tari Saman (Nanggroe
dikerjakan dengan berbagai teknik seperti teknik tempa,
Aceh Darussalam), tari perang atau keperkasaan adalah Tari Perang
teknik pahat, teknik cor, dll. Hasil kerajinan ini antara lain
sabit, pisau, hiasan dinding, cincin, anting, dll. menggunakan bahan utama tanduk binatang. Tanduk yang
sering dipakai untuk bahan seni kriya adalah tanduk kerbau
2. Seni Kriya Kayu; Kriya kayu adalah jenis kerajinan yang terbuat
dan tanduk sapi. Teknik pembuatan kriya tanduk dikerjakan
dari bahan dasar kayu. Jenis kayu yang sering digunakan
dengan proses yang panjang, dimulai dari pemanasan
untuk kerajinan adalah kayu yang bersifat keras dan tahan
(dibakar), pengepresan, kemudian baru dibentuk sesuai
lama. Teknik pembuatan kriya kayu dapat dikerjakan dengan
tujuan yang diinginkan. Hasil kriya tanduk antara lain seperti
teknik pahat atau ukir, teknik cukil, dll. Hasil kriya/ kerajinan
sisir, gelang, frame kacamata, penggaruk, dll.
kayu antara lain seperti meja dan kursi, almari, dll.
8. Seni Kriya Kaca; Kriya kaca adalah jenis kerajinan yang
3. Seni Kriya Batu; Kriya batu adalah jenis kerajinan yang
menggunakan bahan utama kaca. Kaca yang dapat
menggunakan bahan utama batu alam. Jenis batu yang
digunakan untuk membuat seni kriya dapat berupa serat
dapat digunakan seperti batu marmer, batu hijau, batu
kaca ataupun limbah kaca. Teknik pembuatan kriya kaca
putih, batu hitam. Teknik pembuatan kriya/ kerajinan batu
dapat dilakukan dengan pembakaran untuk serat kaca
ini biasanya menggunakan teknik pahat, teknik gerinda
dan limbah kaca dapat di jadikan berbagai macam seni
dan potong (menggunakan bantuan mesin). Hasil kriya/
kriya dengan menyusun dan mengelem pecahan kaca
kerajinan batu ini seperti lantai marmer, cobek batu, ulek
membentuk barang yang diinginkan. Hasil kriya kaca antara
batu, pot bunga, asbak batu, dll.
lain seperti asbak kaca, guci kaca, vas bunga kaca, dll.
4. Seni Kriya Tanah Liat; Kriya tanah liat adalah jenis kerajinan
9. Seni Kriya Anyaman; Kriya anyaman adalah jenis kerajinan
yang menggunakan bahan dasar berupa tanah liat. Hasil
yang dikerjakan dengan teknik anyam. Jenis bahan atau
kriya tanah liat ini biasanya dalam bentuk gerabah. Teknik
media yang dapat dianyam diantaranya adalah bambu, rotan,
pembuatan kriya/ kerajinan tanah liat sering dikerjakan
plastik, kertas, karet, kulit. Kerajinan anyaman ini dikerjakan
dengan teknik cetak, teknik pilin, teknik butsir, dll. Hasil karya
oleh pengrajin yang sudah terampil dalam menganyam.
tanah liat agar hasilnya lebih bagus sering dipadukan dengan
Hasil kriya/ kerajinan anyaman banyak digunakan untuk
memberikan tambahan lapisan keramik/ kaolin. Hasil kriya/
kebutuhan sehari-hari seperti tampah, nampan, cething/
kerajinan tanah liat ini seperti piring dan mangkuk, kendi,
tempat nasi, tempat buah, vas bunga, dll.
gelas dan porong, vas bunga, asbak, dll.

5. Seni Kriya Tekstil; Kriya tekstil adalah jenis kerajinan yang Selain jenis seni kriya di atas, masih banyak lagi jenis kriya/
menggunakan bahan dasar benang atau kain. Dalam kerajinan yang ada di Nusantara yang menggunakan bahan-bahan
pembuatan kriya tekstil ini dikerjakan sesuai dengan jenis lokal daerah ataupun menggunakan bahan campuran (mix media)
benda yang akan dibuat. Ada berbagai jenis kriya tekstil sebagai bahan pembuatan seni kriya daerah.
seperti hasil tenun manual (dikerjakan dengan tangan), kain
songket, dan juga batik. Dari berbagai macam jenis kriya/
kerajinan tekstil tersebut memiliki teknik pembuatan yang
berbeda-beda, seperti pembuatan batik dapat dikerjakan
mendatang. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta
dengan teknik batik tulis, teknik jumputan, teknik cap, dll.
orang, 70 persen di antaranya berada di usia produktif yaitu berusia 15
Hasil kriya/ kerajinan tekstil ini antara lain pakaian, tas, topi,
dll.

Seni Kriya Kulit; Kriya kulit adalah jenis kerajinan yang


menggunakan bahan dasar kulit. Jenis kulit yang biasa
digunakan untuk membuat kerajinan adalah kulit kambing,
yang diciptakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia
sapi, kerbau, baik dalam bentuk kulit mentah atau kulit
samak/ sudah diolah. Teknik pembuatan kriya/ kerajinan
di usia muda akan sukses, namun tetap lebih baik jika memulai dari
kulit dapat dikerjakan dengan teknik pahat, teknik jahit, dll.
usia muda kalupun gagal anda masih bisa belajar dari kesalahan
Hasil kriya/ kerajinan kulit antara lain seperti Jaket kulit, tas
saat muda den kembali berbisnis. Itu merupakan salah satu alasan
kulit, sepatu kulit, dll.
pentingnya berbisnis sejak muda.
7. Seni Kriya Tanduk; Kriya tanduk adalah jenis kerajinan yang
Beberapa alasan usia muda mempunyai potensi untuk
dibutuhkan generasi saat ini ataupun yang sudah lewat
dengan begitu bisnis yang akan anda jalankan menjadi lebih
a. Memiliki banyak waktu luang; Milenial masih memiliki banyak
maksimal.
waktu luang dalam hidupnya. Merintis usaha memang
bukan hal yang mudah, ditambah kamu belum memiliki g. Potensi keuntungan Jangka Panjang; Jika saat usia muda
pengalaman dalam membangun usaha. Namun, anda tidak bisnis yang anda kembangkan sudah memiliki keuntungan
perlu merasa takut atau minder, justru disaat muda itulah bersih puluhan juta rupiah, anda pasti akan memiliki
anda harus banyak mencoba dan mencoba. Jika gagal anda kesempatan mengembangkan bisnis tersebut menjadi
bisa mencobanya lagi sampai anda berhasil melakukannya. ratusan jutarupiah. Kesempatan tersebut tidak lepas dari
faktor waktu yang anda miliki lebih panjang karena anda
b. Usia muda identik dengan berbagai
memulainya lebih dahulu daripada yang lain.

dunia usaha juga bukan hanya soal konsep produk baru, di

mencari solusi dan hambatan dari bisnis anda dengan ciri sebagai berikut. Industri Jasa; Perusahaan yang membentuk
sumber daya yang masih terbatas pada saat awal merintis. industri pariwisata adalah perusahaan jasa (service industry) yang
masing-masing bekerja sama menghasilkan produk (good and
c. Lebih banyak Energi; Tenaga anda di usia 20-an pasti akan
services) yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata
jauh berbeda ketika memasuki 40 -- 50 tahunan. Untuk
pada daerah tujuan wisata. Pengertian-pengertian yang terkandung
itu, jika anda mulai berbisnis dari usia muda, anda lebih
dalam services industry adalah (1) Penyediaan jasa-jasa pariwisata
memiliki energi dan kesempatan dibanding dengan mereka
(tourist supply) berlaku pula hukum ekonomi dan tidak terlepas dari
yang baru merintis usahanya di usia 30 -- 40 an. Karena
permasalahan permintaan (demand) dan penawaran (supply), dan (2)
membangun bisnis dari nol akan membutuhkan banyak
Penawaran (supply) dalam industri pariwisata tidak tersedia bebas
energi dan kesempatan yang bisa anda dapatkan jika
akan tetapi diperlukan pengolahan dan pengorbanan (biaya) untuk
memulai bisnis anda di usia yang masih muda.

d. Lebih banyak Energi; Tenaga anda di usia 20-an pasti akan


Padat Karya (Labor Intensive); industri pariwisata sebagai suatu
jauh berbeda ketika memasuki 40 -- 50 tahunan. Untuk
industri adalah banyak menyerap tenaga kerja. Dalam suatu penelitian
itu, jika anda mulai berbisnis dari usia muda, anda lebih
mengatakan beberapa persen dari belanja wisatawan pada suatu
memiliki energi dan kesempatan dibanding dengan mereka
daerah wisata digunakan untuk membayar upah dan gaji (wages and
yang baru merintis usahanya di usia 30 -- 40 an. Karena
salaries).
membangun bisnis dari nol akan membutuhkan banyak
energi dan kesempatan yang bisa anda dapatkan jika Padat Modal (Capital Intensive); industri pariwisata sebagai
memulai bisnis anda di usia yang masih muda. capital intensive adalah untuk membangun sarana dan prasarana
industri pariwisata diperlukan modal yang besar untuk investasi, akan
e. Sesuai dengan Zaman; Merupakan salah satu keuntung
tetapi dilain pihak pengembalian modal yang diinvestasikan itu relatif
yang otomatis anda dapat jika memulai bisnis di usia muda.
lama dibandingkan dengan industri manufaktur lainnya.
Anda akan mengetahui market yang anda butuhkan baik
yang milenial ataupun yang paruh baya. Anda memiliki Sensitif (Sensitive); Industri pariwisata sangat peka terhadap
kesempatan mempelajari atau membuat produk yang keamanan (security) dan kenyamanan (comfortably). Dalam
dibutuhkan generasi saat ini ataupun yang sudah lewat melakukan perjalanan wisata tidak seorang pun wisatawan yang mau
dengan begitu bisnis yang akan anda jalankan menjadi lebih mengambil resiko dalam perjalanan yang dilakukan. Sebagai contoh
maksimal. ketika terjadi ledakan bom di Bali kunjungan wisatawan mancanegara
ke Bai turun merosot hingga hotel, restoran dan toko cenderamata
f. Sesuai dengan Zaman; Merupakan salah satu keuntung
menutup usahanya.
yang otomatis anda dapat jika memulai bisnis di usia muda.
Anda akan mengetahui market yang anda butuhkan baik
yang milenial ataupun yang paruh baya. Anda memiliki oleh musim, bila pada masa musim liburan (peak season) semua
kesempatan mempelajari atau membuat produk yang kapasitas akan terjual habis dan sebaliknya pada masa musim libur
pihak yang berperan dalam industri kreatif, seperti kaum intelektual,
pengunjung. dunia usaha, dan pemerintah. Kerjasama tersebut salah satunya
dengan mengembangkan ekosistem pengetahuan dan inovasi.
Pembangunan ekosistem pengetahuan untuk mengembangkan
pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih
ekraf memerlukan perubahan pola pikir pemerintah saat ini yang
cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara
cenderung ingin mendapatkan hasil (terutama hasil ekonomi) dengan
konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan
segera. Hal ini karena investasi kepada pengetahuan perlu proses
melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar
dan tidak bisa dipaksakan. Investasi kepada pengetahuan melibatkan
semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan
masyarakat sejak usia dini. Selain itu, banyak pemangku kepentingan
minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan
yang terlibat karena tugas dan fungsi ekraf yang tersebar di banyak
city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing
kementerian/lembaga.
yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank.

Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari


5.3 Permasalahan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
pemanfaatan kreativitas keterampilan serta bakat individu, untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan, melalui 5.3.1 Isu Terorisme dan Penanganan Pandemi
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu. Industri pariwisata merupakan industry yang sangat sensitif
Karakteristik industri kreatif disajaikan sebagai berikut. Ciri-ciri atau terhadap isu atau kejadian baik di level nasonal maupun global. Isu
karakteristik industry kreatif adalah sebagai berikut. terorisme dan pandemi dapat menyebabkan menurunannya jumlah
Menekankan pada Kreativitas dan Ide; Ekonomi kreatif wistawan secara dratis.
menekankan pada pentingnya kreativitas. Maka dari itu, kreativitas Serangkaian serangan teroris yang ditujukan untuk menyerang
dan juga keahlian dalam suatu sektor sangat dibutuhkan dan menjadi para pendatang dari negara-negara Barat (Bom Bali 2002/2005 dan
salah satu ciri utama dari ekonomi kreatif. Dalam industri ini, ide Bom Ritz-Carlton/Marriott 2009 di Jakarta) berhasil untuk menghambat
menjadi hal utama yang harus dipersiapkan. Ide sangat penting dalam kedatangan turis asing karena banyak turis asing dari negara-negara
mengembangkan industri kreatif dan akan selalu berkaitan dengan Barat tidak mau menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata
inovasi dan kreativitas. di bulan-bulan setelah insiden-insiden kekerasan tersebut (namun
Siklus Hidup Produk Pendek; Siklus Hidup Produk adalah dalam setahun jumlah turis pulih kembali).
tahapan-tahapan proses perjalanan hidup suatu produk mulai dari Industri pariwisata sudah merasakan pukulan pandemi virus
diperkenalkannya kepada pasar (market) hingga pada akhirnya hilang corona sebelum pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala
dari pasaran. Untuk memperpanjang umur hidup suatu produk, besar (PSBB) pada 1 April melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21
produsen harus bekerja keras melakukan berbagai strategi agar Tahun 2020. Hal ini terlihat dari data Kementerian Pariwisata dan
produknya dapat bertahan lebih lama lagi di pasar (market). Produk Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang diterima Katadata.co.id pada
industri kreatif yang dihasilkan (barang dan jasa) memiliki siklus hidup
singkat, margin tinggi, beranekaragam, persaingan tinggi, dan dapat 30.421 tenga kerja wisata kehilangan pekerjaan. Pukulan juga terlihat
ditiru. dari bisnis hotel yang menjadi bagian industri ini. Badan Pusat Statistik
Variasi dalam Distribusi dan Konsumsi Produk; Produk yang (BPS) mencatat, okupansi hotel berbintang pada Mei sebesar 14,45%.
dihasilkan oleh industri kreatif memiliki karakter yang berbeda dan Ini jauh lebih kecil dibandingkan bulan sama tahun sebelumnya
beragam. Produknya banyak berupa barang yang tak memiliki bentuk yang sebesar 43,53%. Sementara Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) mencatat 2.000 hotel dan 8.000 restoran berhenti
konsumsi produk ekraf dengan produk industri lain. Ia tidak hanya beroperasi selama PSBB.
dapat dipamerkan secara langsung dalam instalasi-instalasi karya, Penurunan omzet maskapai penerbangan pun mempertegas
namun juga dapat disiarkan secara luas melalui perangkat digital. pukulan terhadap industri pariwisata. PT Garuda Indonesia Tbk
misalnya, dalam laporan keuangannya yang dirilis 1 Juli 2020
lukisan, namun juga pengalaman yang berupa sudut pandang, mencatat penurunan pendapatan sebesar 30,1% pada kuartal I
pengetahuan, atau karya audio/visual yang menggembirakan diri. 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Maskapai pelat
Kolaboratif; Dibutuhkan kerjasama yang baik antara berbagai
pertama tahun ini, menurun dari US$ 1,09 miliar pada periode sama Pariwisata sebagai sebuah industri yang sangat bergantung
di 2019. Turbulensi pendapatan Garuda Indonesia itu termasuk pada keberadaan manusia. Terwujudnya pariwisata merupakan
dipengaruhi segmen penerbangan berjadwal. Pendapatan segmen interaksi dari manusia yang melakukan wisata yang berperan sebagai
konsumen yaitu pihak-pihak yang melakukan perjalanan wisata/
dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. wisatawan dan manusia sebagai produsen yaitu pihak-pihak yang
menawarkan produk dan jasa wisata. Sehingga aspek manusia salah
satunya berperan sebagai motor penggerak bagi kelangsungan
industri pariwisata di suatu negara.
Kurangnya infrastruktur yang layak di Indonesia adalah masalah SDM Pariwisata adalah seluruh aspek manusia yang mendukung
yang berkelanjutan, bukan hanya karena hal ini sangat meningkatkan kegiatan wisata baik bersifat tangible maupun intangible yang
biaya-biaya logistik sehingga membuat iklim investasi kurang menarik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan mewujudkan terciptanya
namun juga mengurangi kelancaran perjalanan untuk pariwisata. kepuasan wisatawan serta berdampak positif terhadap ekonomi,
Infrastruktur di Bali luar biasa dan di Jakarta cukup layak (kecuali kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan dan budaya di suatu
untuk kemacetan lalu lintas yang sangat besar) namun di luar Bali dan kawasan wisata.
Jakarta kebanyakan infrastruktur di negara ini kurang layak, terutama
Berdasar data Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) 2015,
di wilayah Timur Indonesia karena kurangnya bandara, pelabuhan,
pada Agustus 2015 jumlah tenaga kerja pada industri pariwisata
jalan, dan hotel. Kurangnya konektivitas di dalam dan antar pulau
berarti ada sejumlah besar wilayah di Indonesia dengan potensi
kerja nasional yang berjumlah 114,82 juta orang. Pada tabel 2
pariwisata yang tidak bisa didatangi dengan mudah.

Infrastruktur yang mendukung pengembangan pariwisata persen) merupakan mereka yang berstatus berusaha mandiri,
seperti: hotel, jalan, pelabuhan, alat-alat transportasi, bandara dan sementara yang berstatus berusaha dibantu buruh dan karyawan/
lainnya di berbagai daerah masih kurang. Sehingga keterjangkauan
objek wisata di suatu daerah belum sepenuhnya baik dan hal tersebut sebagai pekerja tidak dibayar mencapai 17,47 persen. Apabila dilihat
menyebabkan biaya perjalanan wisata menjadi tinggi. Kualitas menurut pendidikan yang ditamatkan, tenaga kerja industri pariwisata
infratsruktur penunjang ini juga termasuk di dalamnya fasilitas untuk didominasi oleh mereka yang menamatkan pendidikan sampai SMP
meningkatkan kenyamanan wisatawan, misalnya: tidak tersedianya (59,39 persen). Hal ini menunjukkan pariwisata dapat menjadi salah
kamar kecil di objek-objek wisata. Masalah lain dalam infrastruktur satu alternatif bagi pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan
ini adalah konektivitas antara satu daerah dengan daerah lain di Indonesia karena secara umum bekerja pada industri pariwisata
yang belum seepenuhnya terjadi sehingga biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengunjungi sebuah objek wisata masih sangat
SDM yang ada khususnya di sekitar objek wisata kurang
tinggi. Masalah yang lain lagi di bidang infrastruktur pariwisata adalah
mendukung dalam hal ketrampilan berbahasa asing (khususnya
kurangnya penerbangan langsung dari tempta asal wisataawan ke
bahasa inggeris), maupun dalam hal etika dan keramahtamahan
tempat objek wisata yang dituju.
(hospitality) dalam menyambut kedatangan wisatawan, baik wisatawan
Selain infrastruktur, pendidikan juga menjadi halangan. domestik maupun asing. Di samping itu, tenaga pemandu pariwisata
Meskipun di Pulau Bali dan hotel-hotel mewah di Jakarta kebanyakan
penduduk asli yang bekerja di sektor pariwisata cukup fasih berbahasa
Inggris (dan bahkan bahasa-bahasa asing lainnya), di wilayah-wilayah objek pariwisata akan pentingnya tenaga pemandu pariwisata yang
yang lebih terpencil penduduk asli kesulitan untuk berkomunikasi
dengan para turis. Oleh karena itu, fokus pada mempelajari Bahasa (LSP) di bidang pariwisata.
Inggris akan membantu mengatasi keadaan ini. Halangan bahasa
Salah satu pendukung industri kreatif adalah ketersediaan
ini adalah alasan mengapa sejumlah warga Singapura lebih memilih
sumber daya manusia kreatif. Hal ini tentulah yang utama,
Malaysia ketimbang Indonesia sebagai tempat tujuan wisata mereka.
Kebanyakan turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari
intelektual ini terletak pada manusianya. Data menunjukkan bahwa
Singapura, diikuti oleh Malaysia dan Australia.
sampai tahun 2014 SDM kreatif Indonesia jumlahnya kurang dari 20%
5.3.3 Kualitas Sumberdaya Manusia total populasi. Menurut survey yang dilakukan Kementerian Pariwisata
atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan
serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan

Perkembangan sektor pariwisata membutuhkan komunikasi lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
dan publikasi yang baik. Selama ini oleh pemerintah Pariwisata pusat Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai,
dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memang sudah melakukan kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
publikasi dan komunikasi. Hanya saja perlu lebih ditingkatkan hidup usaha. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha
lagi, khususnya yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan yang adalah: (a) Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasukidirintis
dan lingkungan usaha yang ada, (b) Pengetahuan tentang peran dan
Thailand. Di berbagai bandara dan terminal maupun Stasiun Kereta tanggung jawab. (c) Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi
Api disediakan brosur tentang tujuan atau objek wisata yang bisa bisnis.
dikunjungi lengkap dengan rute atau arah jalan, moda transportasi
Menurut Suryana dan Scarborough dalam Kristanto (2009),
yang bisa digunakan, hotel dan penginapan yang tersedia, serta biaya
indikator yang terkait dengan pengetahuan wirausaha yaitu:
yang harus dikeluarkan. Bahkan uniknya di Thailand, di booklet atau
(a) Mengerti tentang bidang usaha yang dijalankan (b) Memiliki
brosur ditawarkan jika seorang wisatawan punya uang sejumlah
pembukuan sederhana (c) Mampu berkomunikasi dengan baik (d)
tertentu maka objek wisata yang bisa dikunjungi apa saja. Jadi objek
Memiliki pengetahuan tentang manajemen (e) Memiliki pengetahuan
wisata yang bisa dikunjungi akan tergantung dari dana yang dipunyai
tentang pemasaran. Hal ini perlu ditekannkan mengingat masih
banyak pelaku industri kreatif yang berpotensi tinggi dengan kualitas
2017).
SDM yang tinggi, namun belum memiliki pengetahuan kewirausahaan
yang komprehensif. Pengetahuan kewirausahaan tersebut antara
memanfaatkan digital skills yang baik. Pemanfaatan teknologi lain legalitas usaha, manajemen keuangan dan penguasaan tren
digital merupakan salah satu strategi dari 3 strategi pelaku industry pasar. Kekurangan pengetahuan tersebut yang menyebabkan pelaku
kreatif untuk bertahan di masa Pandemic Covid-19. tiga strategi
yang dilakukan seniman dan pelaku industri kreatif untuk bertahan
di tengah pandemi. “Membuka peluang kegiatan secara digital,
meningkatkan kolaborasi untuk penggali potensi kreativitas lokal
melalui kegiatan di lingkupnya, serta mengenali potensi dan peluang
baru untuk mengubah strategi komunikasi.

Survai yang dilakukan Kementeria Kominfo (2020) di 34 provinsi


di Inonesia, menunjukkan bahwa literasi gigital Indonesia baru pada
tingkatan sedang. Berdasarkan survai tersebut Indeks Literasi Digtal
sebesar 3,47 (tingkatan Baik mempunyai Indek diatas 4). Indeks
Literasi Digital berkorelasi dengan usia lebih muda, jenis kelamin
laki-laki, pendidikan tinggi, kemampuan kenali hoaks, penggunaan
internet tidak intensif dan tidak tinggal di Jawa. Literasi digital justru
berbanding terbalik dengan kebiasaan positif mencerna berita online,
dan kecenderungan tidak menyebarkan hoaks.

5.3.5 Pengetahuan Kewirausahaan dan Akses Permodalan

Kewirausahaan merupakan sebuah proses dalam menciptakan


industry kreatif belum bisa mengakses permodalan.
sesuatu yang baru, dimana proses dalam pengerjaannya dilakukan
dengan kreatif dan penuh dengan inovasi. Tujuan dari kewirausahaan
adalah untuk menciptakan sesuatu yang baru agar bermanfaat bagi
orang lain serta memiliki nilai lebih. Kewirausahaan adalah semangat,
sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
Organisasi, kinerja aplikasi yang digunakan oleh Organisasi
BAB 6 pun dapat lebih terkontrol dan efektif. Pada akhirnya, aplikasi
tersebut mampu membantu meningkatkan keuntungan

DATABASE INDUSTRI Organisasi. Database yang dibuat dan dikelola dengan baik
juga dapat membantu perusahaan membuat aplikasi baru

PAREKRAF tanpa mengubah struktur database yang sudah ada.

Menjaga Kerahasiaan Data. Database menjamin keamanan


data dan informasi Organisasi dengan cara menyisipkan
kode akses pada data-data tertentu yang tidak dibuka untuk
Database atau basis data merupakan sebuah kumpulan semua kalangan. Database organisasi yang dikelola dengan
data yang terorganisasi dan dihubungkan satu sama lain untuk Database Management System (DMS) dilengkapi dengan
memudahkan pencarian informasi. Database memiliki peran penting manajemen pengguna yang memungkinkan pembuatan
hak akses berbeda-beda antara satu pengguna dengan yang
Dalam pengelolaannya, database menggunakan sebuah program atau lain. Data akan terjaga independensinya karena orang lain
sistem manajemen database yang disebut Database Management tidak dapat memanipulasi meskipun dapat mengaksesnya.
System (DMS). 7. Memudahkan Berbagi Data. Adanya database
Sebagaimana teorinya, fungsi database dalam pembangunan memungkinkan pembagian data atau informasi kepada
industri Parekraf menurut Irwan (2019) ialah: sesama pengguna yang lain. Database dapat digunakan
secara bersamaan dalam suatu organisasi, misalnya diakses
1. Mempermudah Pengelompokan Data. Data dan informasi
secara bersamaan antara admin, bagian pemasaran, dan
dapat dikumpulkan berdasarkan kategori sehingga mudah
manajemen. Dalam waktu bersamaan mereka memerlukan
dipahami oleh orang yang menggunakannya. Hal ini karena
database tentang data pemasok, tetapi tidak harus membuat
data terorganisasi dengan baik, pencarian data menjadi
database masing-masing.
mudah, mampu mengurutkan data secara cepat sehingga
hasilnya dapat memberikan informasi yang dibutuhkan 6.1 Ragam Data Base Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dengan cepat dan tepat. Ragam data base Industri Parekraf yang ada hingga saat ini antara
2. Mencegah Data Ganda. Database membuat pengelompokan lain situs data base https://industri.kemenparekraf.go.id/. Adapun
data menjadi lebih efektif, mencegah data terduplikasi dan tampilan situs data base Kmenparekraf sebagaimana gambar berikut.
menghindari adanya data yang tidak konsisten. Database Data base yang dikembangkan oleh Kemenparekraf ini
juga dapat mengurangi kemungkinan data ganda atau merupakan pemanfaatan teknologi digital dengan metode pendataan,
berulang dalam berkas-berkas yang berbeda. analisa, dan visualisasi data industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

3. Memudahkan Pengelolaan Data Organisasi. Dengan


adanya database Organisasi, proses penyimpanan, akses,
pembaruan, dan penghapusan data bisa dilakukan dengan
mudah. Selain itu, data pada database tidak mudah diubah
oleh semua orang meskipun data digunakan oleh berbagai
pihak, karena dapat dikontrol dari server pusat saja.

4. Menjaga Kualitas Data. Kualitas data yang disimpan dalam


database lebih terjaga, sehingga hasil data yang diakses
sama dengan yang di-input ke dalamnya. Database
memungkinkan integritas informasi terjaga, karena database
akan memastikan data akurat, mudah diakses, konsisten,
dan berkualitas.

5. Meningkatkan Kinerja Aplikasi. Menggunakan database Gambar 9. Web Database Kemenparekraf


f. Menyusun format yang standar dari sebuah data.

Secara teori variabel/indikator yang ada pada data base meliputi g. Penggunaan oleh banyak pemakai (multiple user). Sebuah
database bisa dimanfaatkan sekaligus secara bersama oleh
berikut: banyak pengguna.

Entitity atau entititas adalah orang, tempat, kejadian atau h. Melakukan perlindungan dan pengamanan data. Setiap data
konsep yang informasinya direkam. Industri Parekraf meliputi hanya bisa diakses atau dimanipulasi oleh pihak yang diberi
Industri Pariwisata dan Industri kreatif. Maka data base yang otoritas dengan memberikan login dan password terhadap
dibutuhkan adalah nama pengusaha, tempat atau alamat, masing-masing data.

Field adalah sebutan untuk mewakili suatu entitas. Sebagao i. Agar pemakai mampu menyusun suatu pandangan (view)
contoh, seorang siswa dapat dilihat dari atributnya misalnya, abstraksi dari data. Hal ini bertujuan menyederhanakan
NIM, Nama_pelaku usaha, alamat. interaksi antara pengguna dengan sistemnya dan database
dapat mempresentasikan pandangan yang berbeda kepada
Record adalah kumpulan isi elemen data (atribut) yang saling
para pengguna, programmer
berhubungan menginformasikan tentang suatu entitas secara
lengkap. Gambar 10. Tujuan dari Data Base Parekraf

Apa isi dari data base Industri Parekraf?. Saat buku ini disusun pada
situs https://industri.kemenparekraf.go.id/ terdapat 4 menu utama
yaitu: Home, Kontribusi, Hubungi Kami, dan Dashboard. Pada menu
Dashboard terdapat informasi Umum, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif.
Pada menu Pariwisata ditampilkan tentang informasi Total Industri
Pariwisata Nasional, Top 10 Jumlah Industri Pariwisata Berdasarkan
Provinsi, dan informasi pariwisata berdasarkan Sub Sektor Usaha
dan berdasarkan Jenis Perusahaan. Semenetara itu, pada menu
Ekonomi kreatif ditampilkan tentang informasi Total Industri Ekonomi
Kreatif Nasional, Top 10 Jumlah Industri Ekonomi Kreatif Berdasarkan
Provinsi, dan informasi ekonomi kreatif berdasarkan Sub Sektor
Usaha dan berdasarkan Jenis Perusahaan. Hal ini memberikan dasar
yang baik untuk proses perencanaan program maupun kegiatan .

Tujuan disusunnya database memungkinkan untuk dapat


menyimpan, merubah, dan menampilkan kembali data tersebut
dengan lebih cepat dan mudah. Berangkat dari manfaat Database
6.4 Bagaimana cara memanfaatkan database?
secara umum maka tujuan dari database Parekraf adalah:
Terdapat beberapa cara memanfaatkan database, antara lain:
a. Sebagai rujukan informasi utama atau penting dalam sistem
informasi tentang industri parekraf. 1. Untuk membantu proses penyusunan perencanaan.
Penggunaan paling penting dari data adalah untuk
b. Menentukan kualitas informasi secara cepat, akurat, dan
menyediakan target-target perencanaan. Misalnya,
relevan, sehingga infromasi yang disajikan tidak “basi” atau
indikator jumlah pelaku usaha yang ingin dilatih. Selain itu,
tidak relevan lagi.
target-target pengurangan indikator yang menunjukkan
c. Menghindari data ganda atau kerangkapan data. kelemahan. Misalnya indikator pelaku usaha yang belum
d. Menghindari terjadinya inkonsistensi data. memiliki izin usaha. Maka data base dapat menyediakan
berapa target pengurangan angka atau jumlah pelaku usaha
e. Mengatasi kesulitan dalam mengakses data.
yang belum berijin.
2. Untuk membangun kategori permasalahan yang dihadapi perundang-undangan. Di sisi lain, pariwisata termasuk urusan
dalam penguatan industri Parekraf. Dengan membuat pemerintah konkuren, yang artinya merupakan urusan pemerintahan
pengelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu, maka yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
akan dapat disusun kategori permasalahan yang dihadapi. kabupaten/kota.1 Selanjutnya, urusan pemerintahan konkuren yang
Misalnya dengan menganalisis jumlah pelaku usaha yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib
memiliki izin akan diperoleh dua kategori usaha yaitu dan urusan pemerintahan pilihan.2 Pariwisata sendiri termasuk dalam
usaha yang sudah berizin dan belum berizin. Demikian urusan pemerintahan pilihan.
juga dengan variabel lain yang ada dalam database dapat
Permasalahan yang sudah diuraikan di atas merupakan kendala
umum yang dihadapi dalam pengembangan Parekraf di Indonesia
kondisi yang masih dianggap belum sesuai dengan standar
yaitu menjawab kurangnya standar Parekraf maka Kementerian
yang seharusnya.
Pariwisata dan Ekosnomi kreatif perlu segera melakukan penyusunan
3. Untuk bahan koordinasi. Bahan koordinasi yang biasanya Norma, Standar, Pedoman, Kriteria (NSPK) di berbagai bidang wisata
harus dialirkan dari satu unit kerja ke unit kerja lain atau dan ekonomi kreatif dengan cara melibatkan lintas stakeholder,
bahkan lintas K/L/D (Kementerian/Lembaga dan Daerah) mulai dari asosiasi wisata, pemandu wisata, pemerintah daerah,
dapat dipermudah dengan mengacu pada data base yang Kementerian dan Lembaga terkait, masyarakat, pihak swasta, serta
sudah tersedia dan sudah dimutakhirkan secara periodik. para pelaku usaha wisata dan ekonomi kreatif.
Misalnya dengan memberikan tautan (link) informasi data
Pemerintahan pusat dalam urusan pemerintahan konkuren,
yang ada dalam Database Kemenparekraf kepada instansi
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria atau biasa
lain untuk tujuan diketahui sebagai bahan koordinasi dan
disingkat NSPK, kewenangan di atas dalam rangka penyelenggaraan
diskusi mencari solusi atas permasalahan yang terjadi.
Urusan Pemerintahan. NSPK ini kemudian menjadi pedoman bagi
Dengan demikian acuan yang dinamis tetap dapat diikuti
daerah dalam rangka menyelenggarakan kebijakan daerah yang akan
perkembangannya oleh mitra dalam perencanaan dan
disusunnya. NSPK ini berbentuk peraturan perundang-undangan,
eksekusi program dan kegiatan.
dan ini 2 tahun setelah peraturan pemerintah tentang mengenai
4. Untuk menunjang pengambilan keputusan yang pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren diundangkan. Kebijakan
akurat berdasarkan data mutakhir. Data mutakhir akan daerah sebagai bagian dari kewenangan daerah yang diserahkan
memberikan tingkat kepastian yang tinggi bahwa kondisi oleh pusat, tetap harus berpedoman pada NSPK yang dibuat oleh
yang dihadapi adalah merupakan kondisi aktual atau terkini. Pusat. Kebijakan daerah yang tidak berpedoman pada NSPK, maka
Maka dari itu pemutakhiran database juga harus merupakan pemerintah pusat membatalkan kebijakan daerah itu. Tapi di sini ada
pengetahuan dan ketrampilan berbagai unit kerja atau pengecualian, jika 2 tahun NSPK belum dibuat berdasarkan peraturan
K/L/D yang terkait dalam pembangunan Parekraf. pemerintah pelaksanaan konkuren, maka daerah bisa mengeluarkan
kebijakan daerah tanpa harus ada NSPK.
Secara teknis pemanfaatan data base memerlukan kompetensi
tertentu yang memadai. Untuk itu sangat diperlukan kompetensi Berkaitan dengan kewenangan daerah yang kemudian dibuat
di unit Direktorat Manajemen Industri antara lain pengolahan data dalam bentuk kebijakan daerah, urusan pemerintahan konkuren yang
statistik, komputasi sederhana, dan pengetahuan dan keahlian dalam diserahkan ke daerah kemudian dibagi menjadi 2 bagian, pertama
kepariwisataan dan ekonomi kreatif. urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan..
Urusan wajib ini kemudian dibagi lagi dalam 2 bagian (lihat gambar
berikut).
Pemanfaatan database dapat digunakan untuk menyusun
strategi intervensi baik itu kebijakan atau regulasi, pemberian insentif,
hibah, bimbingan teknis, atau dalam bentuk NSPK. NSPK menjadi
salah satu yang hal yang penting agar upaya mendorong penguatan
Gambar 11. Skema Pembagain Urusan Pemerintah
industri Parekraf di berbagai tingkatan pemerintahan bisa efektif.

Salah satu fungsi Baparekraf adalah menyelenggarakan 1 Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
fungsi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di 2 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sesuai ketentuan peraturan Pemerintahan Daerah.
BAB 7
EKOSISTEM DAN TOOLS
PENGUATAN INDUSTRI
PAREKRAF

Di dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata


dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 –
2024 telah dicanangkan suatu keinginan memperkuat skenario dan
strategi pembangunan kepariwisataan dan pengembangan ekonomi
kreatif nasional yang lebih terarah, terpadu dan terukur dengan
memastikan partisipasi stakeholders dalam membangun ekosistem
Data base yang telah diolah dan dianalisa dapat digunakan
kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Dengan demikian ekosistem
sebagai bahan dalam penyusunan NSPK Bidang Parekraf.
Parekraf merupakan rumah yang “hangat” dalam menaungi strategi
penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang kondusif
serta sinergis.

7.1. Ekosistem Industri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Sebelum masuk ke pembahasan ekosistem pariwisata, ada


baiknya kita memahami dahulu apa itu “ekosistem” dan bagaimana
hubungannya dengan “sistem” itu sendiri. Secara historis konsep
ekosistem lahir dari konsep biocenosis: manusia yang hidup
bersama (populasi saling terkait) dan dari konsep suksesi ekologi
(populasi terkait dengan lingkungan). Ecos: artinya rumah. Ekosistem
adalah kumpulan dinamis organisme hidup (tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme) yang berinteraksi satu sama lain dan dengan
lingkungan (tanah, iklim, air, cahaya) tempat mereka hidup. Dimensi
ekosistem dapat sangat bervariasi; mereka bisa sangat kecil, seperti
kolam atau pohon mati, atau menjadi raksasa, seperti Bumi (Bachir

menjelaskan fenomena interaksi antar aktor untuk berbagai jenis


aktivitas serumpun. Misalnya ekosistem kendaraan listrik, ekosistem
energi terbarukan dan sebagainya.

sebagai rekayasa kompleks fenomena kepariwisataan untuk


menghasilkan linkage, value chain, dan sistem interkoneksi,
subsistem, sektor, dimensi, disiplin, komponen yang terintegrasi
dalam produk dan jasa, pendorong sektor pariwisata dan pendorong
sistem kepariwisataan melalui optimasi peran BGCAM (business,
government, community, academic and media) untuk menciptakan
orkestrasi dan memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan terbagi mulai dari Input, Proses dan berakhir pada Output berupa
untuk menciptakan pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan agar pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Sementara itu, pada tataran mikro dan messo pengembangan


pariwisata dapat dilihat sebagai suatu sistem yang memiliki struktur
lebih operasional. Struktur operasional dibangun dari beberapa
sejalan dengan pengertian ekosistem pariwisata menurut Moore komponen yang saling berinteraksi. Dalam model tersebut terdapat
(1993) yaitu gambaran komprehensif dan konseptual yang didasarkan tiga komponen interaktif: (i) Daerah asal wisatawan; (ii) Daerah
pada gagasan bahwa tidak ada yang bekerja secara individual, tetapi destinasi wisata sebagai tujuan; dan (iii) rute transit atau daerah
berinteraksi dalam ekosistem untuk berkembang. Ekosistem terdiri antara yang menghubungkan ke-dua wilayah.
dari berbagai jenis pelaku (pelanggan, pelaku pasar, pemerintah) yang
mengembangkan hubungan yang kuat dalam lingkungan yang inklusif Konteks Operasional
berdasarkan aktivitas dan jaringan bisnis tertentu.
Turis yang berangkat
Mengingat fenomena sektor pariwisata dapat dilihat pada
Daerah Daerah
kemudian juga dianggap memiliki kesamaan dengan ekosistem Penghasil Wilayah rute transit Destinasi
industri pariwisata. Hal ini karena Industri pariwisata dan ekonomi Turis Wisata
kreatif sendiri merupakan sebuah sistem yang memiliki beragam unsur
Turis yang kembali
yang berinterkasi untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggannya.
Dengan memahami ekosistem Parekraf maka setiap pihak yang Konteks operasional meliputi variabel ekonomi, sosial budaya,
politik, teknologi, hukum, dan lingkungan.
terlibat akan dapat memposisikan dan memerankan fungsinya
secara optimal. Hal ini karena di dalamnya ada unsur sistem, yaitu
sekumpulan elemen yang saling berkaitan, saling mempengaruhi Diadaptasi dari: Anom & Mahagangga (2019)
(interrelasi dan interaksi) dan saling bergantung dalam melakukan Gambar 13. Sistem Pariwisata ditunjau dari konteks operasional
kegiatan (beroperasi) bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan penjelasan dua skema di atas dapat dipahami bahwa
Untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif yang
dalam upaya penguatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif dapat
dipandang dari tataran makro ekosistem pariwisata dan pada tataran
pariwisata di atas dapat dijelaskan dengan skema berikut.
mikro dan messo berupa struktur operasional. Kedua sudut pandang
tersebut dapat memberikan arahan bagaimana melihat peran
pemerintah – dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif – dapat dioptimalkan pada berbagai tataran yang dihadapi.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana konsep klaster industri


pariwisata yang juga memiliki kerangka multi aktor sebagaimana
ekosistem? Beberapa ahli mengatakan kluster hanyalah salah satu
elemen dari ekosistem. Mereka menginterpretasikan klaster sebagai

ekosistem dapat dipandang sebagai klaster + visi bersama dan aliansi

ekosistem seringkali bersifat konseptual yang melingkupi lebih besar

Perkembangan terakhir ekosistem pariwisata lebih mengarah


Gambar 12. Ekosistem Pariwisata yang Berkelanjutan pada konsep Smart Tourism Ecosystem (TSE). Konsep ekosistem
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada tataran makro pariwisata cerdas (TSE) ini adalah cara paling komprehensif untuk
interaksi antar elemen ekosistem mulai dari business, government, menggambarkan fondasi konseptual pariwisata cerdas yang
community, academic and media terjadi dalam koridor sistem yang didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pengebangan pariwisata dan
ekonomi kreatif tidak ada yang bisa bekerja secara individual, tetapi atau bahkan jaringan negara tetangga. (Porter, 1999, hal.
berinteraksi dalam ekosistem untuk berkembang. Ekosistem terdiri 211-212).
dari berbagai jenis “spesies” (pelanggan, pelaku pasar, pemerintah)
yang mengembangkan hubungan yang kuat dalam lingkungan yang
industri sebagai sekumpulan perusahaan dan institusi yang
inklusif berdasarkan aktivitas dan jaringan bisnis tertentu (Moore,
1993). Intinya konsep TSE ini berfokus pada pemanfaatan teknologi
bekerjasama karena kesamaan dan saling memerlukan. OECD
informasi yang diperlukan, meskipun teknologi saja tidak cukup.
Penting juga untuk menekankan kemampuan, pengetahuan dan
atau kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui suatu rantai
inovasi pemangku kepentingan pengelola destinasi wisata. Boes
produk umum, ketergantungan atas ketrampilan tenaga kerja
yang serupa atau penggunaan teknologi yang serupa atau saling
berkomplementer.
kecerdasannya juga dibutuhkan seperti inovasi terbuka, investasi
dalam SDM dan modal sosial yang ditopang oleh tata kelola Konsep klaster pariwisata sebagaimana diadaptasi oleh
partisipatif dalam rangka mengembangkan daya saing kolektif untuk Montfort (2000) dari Konsep Porter Agglomeration adalah
meningkatkan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi sekelompok elemen kompleks yang berbeda, termasuk layanan
semua pemangku kepentingan yang mengarah pada keunggulan yang dilakukan oleh perusahaan atau bisnis pariwisata (penginapan,
kompetitif yang berkelanjutan. restoran, agen perjalanan, taman hiburan, dll...); fasilitas yang
disediakan untuk liburan wisatawan; pertemuan multidimensi
perusahaan dan industri yang saling terkait; infrastruktur
komunikasi dan transportasi; kegiatan pelengkap (komersial,
tradisi, dll.); layanan pendukung (pembinaan dan informasi, dll); dan
kebijakan sumber daya alam dan kelembagaan. (Sieglinde Kindl da
Cunha 2005).

Klaster industri merupakan pengelompokan perusahaan,


pemasok, penyedia layanan, dan masyarakat terkait dan lembaga
swasta di bidang tertentu yang terkait dengan eksternalitas
(Shakya, 2009). Inisiasi klaster yang dirancang dengan baik dapat
mempercepat proses dan menyediakan platform awal yang sangat
dibutuhkan agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

Klaster adalah suatu sistem interkoneksi antara sektor


swasta dan publik. Sebuah pendekatan klaster digunakan selain
untuk analisis ekonomi yang luas atau sektor tertentu yang
Gambar 14. Konsep Smart Tourism Ecosystem (Gajdosik, 2018)
biasa dengan tujuan mendorong keterlibatan dengan berbagai
7.2. Klaster Industri Parekraf. kelompok pemangku kepentingan di mana mereka dapat
mengembangkan pemahaman bersama tentang isu-isu kebijakan
publik yang mendasari dan bertindak bersama-sama. Berkembang
kegiatan pariwisata karena produknya berbasis lokal dan tindakan seperti platform bersama dengan kepemilikan yang kuat oleh para
bersama antar pelakunya memiliki konsep aglomerasi perusahaan pemangku kepentingan sektor publik dan swasta sangat penting
yang terlibat dalam produk pariwisata di kawasan itu. Porter dalam lompatan dimulainya proses reformasi ekonomi yang lebih
komprehensif di negara-negara berkembang.

Dalam hal ini, inisiasi klaster dapat sebagai katalis untuk


perusahaan yang saling terkait, lembaga-lembaga yang kebijakan daya saing dalam mengejar setiap dialog kebijakan
berkorelasi di wilayah tertentu yang terkait dengan elemen-
persaingan serta setiap upaya pada institution-building untuk input
khusus, keterampilan dan pengetahuan.
bervariasi dari satu kota atau negara bagian ke seluruh negara
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan. Dalam konteks baku. Klaster pada dasarnya juga akan mendorong berkumpulnya
ini pendekatan yang digunakan dengan mengadopsi analisis daya tenaga kerja berpengalaman di suatu wilayah tersebut. Marshall
saing klaster didasarkan pada A Practical Guide & Policy Implications (1920) mengistilahkan labor pool dengan keterampilan yang tinggi.
Hal ini akan mempermudah perusahaan untuk merekrut pekerja
diuraikan terdapat 10 (sepuluh) alat utama untuk menganalisis sesuai dengan kebutuhan yang ada. Perusahaan juga dapat bekerja
daya saing klaster yaitu: (1) pemetaan klaster awal, (2) produk dan sama dengan perusahaan lain dalam menggunakan peralatan serta
mesinmesin produksi sesuai dengan kebutuhan yang muncul. Di
samping itu perusahaan cenderung lebih mudah memperoleh
analisis posisi kompetitif, (9) pemetaan kelembagaan lama dan berbagai informasi menyangkut pasar, teknologi, partner bisnis, dan
baru untuk kolaborasi, dan (10) evaluasi proses analisis klaster dan lain-lain apabila mereka berada dalam sebuah.
keterlibatan.
Pemetaan Klaster Industri Parekraf
Manfaat Klaster Industri Menurut Schmitz dan Nadvi (1999)

keterkaitan yang menguntungkan perusahaan untuk menciptakan industri Parekraf dapat disusun suatu skema Klaster Industri Industri
keterkaitan yang menguntungkan bagi setiap perusahaan di dalam
klaster. Perusahaan di dalam klaster menikmati manfaat yang jauh
lebih banyak dibandinkan bila mereka berada di luar dan melakukan
bisnis seperti umumnya.

Pada dasarnya ada dua tipe manfaat bagi tiap perusahaan


yang berada di dalam sebuah klaster. Pertama, adalah manfaat pasif
yaitu manfaat yang didapatkan perusahaan di dalam klaster tanpa

manfaat yang akan semakin besar apabila para perusahaan di dalam


klaster melakukan upaya aktif.

Klaster menciptakan dampak publikasi bagi elemen yang ada


di dalamnya. Konsentrasi perusahaan di suatu wilayah tertentu akan
mampu menarik perhatian para pembeli. Gambaran ini mirip dengan
citra yang terbentuk di masyarakat mengenai suatu wilayah bernama

sebagainya. Lebih jauh itu, klaster akan mampu menarik pembeli


Parekraf sebagai berikut.
dengan jumlah pesanan besar. Dengan konsentrasi perusahaan di
wilayah tersebut, pembeli akan merasa yakin bahwa pesanan mereka Sumber: Adaptasi Tim Penyusun
akan mampu disediakan oleh perusahaan tersebut. Sedemikian rupa
sehingga pada gilirannya akan semakin banyak calon pembeli yang Gambar 15. Klaster Industri Parekraf

7.3. Supply Demand Industri Parekraf


untuk memantau dan memberikan kontrak kerja pada supplier
dan subcontractor mereka. Dengan demikian perusahaan di dalam Pariwisata di satu sisi adalah suatu proses perilaku orang/
klaster akan semakin mudah mendapatkan kontrak kerja khususnya wisatawan yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat
dari rekan perusahaan di wilayah tersebut. lainnya dan kembali ke tempat semula untuk tujuan rekreasi pada
kurun waktu tertentu (aspek permintaan). Sementara di sisi lainnya,
Demikian pula dengan supply bahan baku, karena permintaan
pariwisata adalah suatu kegiatan yang bersifat multidimensi,
bahan baku yang besar dari sebuah klaster maka para supplier akan
multidisiplin dan bahkan multipihak bagaimana secara bersama
cenderung untuk datang dan menawarkan pasokan bahan baku.
menyiapkan suatu destinasi yang diminati oleh wisatawan (aspek
Hal ini akan mempermudah perusahaan untuk mendapatkan bahan
maka disana membutuhkan dukungan kebijakan dan hadirnya dengan pasar (wisatawan). Ketika seseorang memutuskan akan
negara dalam menyediakan segala aspek yang terkait supra maupun melakukan perjalanan ia pasti sudah menentukan tempat tujuan,
infrastruktur yang mendukung aksesibilitas, dan amenitas termasuk kapan, dan bagaimana cara mencapainya.
faktor keamanan destinasi wisata.
Oleh karena itu, Mill dan Morison (1992) menyebut perjalanan
Konsep manajemen industri Parekraf jika ditinjau keterkaitannya adalah segmen sistem pariwisata yang penting dan bertujuan
tidak lepas dari konsep supply (penawaran) dan demand (permintaan). mendistribusikan serta menganalisis pilihan-pilihan wisatawan. Karena
Permintaan merupakan faktor yang dapat memengaruhi pasar kepuasan pasar (wisatawan) akan memengaruhi sistem penjualan
sebagaimana Mill dan Morison (1992) mengasumsikan pasar (Demand) perjalanan serta terkait erat dengan aspek pemasaran (Marketing).
dengan wisatawan yang berkaitan erat dengan kegiatan perjalanan Selanjutnya upaya untuk memasarkan daya tarik wisata dikemas
(Travel) karena wisatawan adalah pelaku utama perjalanan, di mana dalam strategi pemasaran dengan mempertimbangkan pasar yang
pasar sangat berperan dalam melakukan pembelian perjalanan. tersedia. Subsistem destinasi (Destination) wisata memiliki tiga pasar
Keputusan wisatawan untuk melakukan perjalanan atau tidak yang tersedia. Subsistem destinasi wisata memiliki tiga komponen.
berkaitan erat dengan sistem segmentasi pasar yang merupakan
atraksi baik yang alami maupun buatan. Kedua, destinasi mix, yaitu
berupa komponen tipologi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan
Sumber: Mill dan Morrison (1992) dalam Scarpino, (2009) hospitality. Ketiga, desain dan pembangunan destinasi wisata.

Bagian 1: Demand
Model Supply-Demand dalam Sistem Pariwisata Gunn (dari Perspektif
Bisnis)
Faktor yang Mempengaruhi Pasar
Permintaan pasar dipengaruhi faktor
internal atau eksternal wisatawan,
yaitu kebutuhan, motivasi, dan
persepsi untuk bepergian, serta
program pemasaran usaha pariwisata
Model sistem pariwisata Gunn (2002) tidak menggambarkan
dan proses dimana wisatawan
membuat keputusan pembelian. keseluruhan sistem pariwisata, model sistem pariwisata Gunn masih
bersifat linear, sementara sistemnya digambarkan sebagai sistem
Bagian 2: Strategi
Bagian 4: Perjalanan:
Karakteristik Perjalanan.
Pemasaran, Perencanaan,
Promosi dan Distribusi
yang tertutup. Namun model sistem pariwisata Gunn dapat digunakan
Deskripsi perjalanan utama
.
Pemeriksaan proses di mana dalam menganalisis elemen-elemen vital sumber daya tarik pariwisata
terutama yang terdapat di daerah tujuan pariwisata.
segmen, arus perjalanan, daerah tujuan dan bisnis
pariwisata memasarkan
moda transportasi bekas. layanan dan fasilitas kepada
pelanggan potensial dengan
penekanan pada
penggunaan saluran promosi
dan distribusi yang efektif.

Bagian 3: Destinasi:
Perencanaan, Pengembangan dan
Pengendalian Pariwisata.
Identifikasi prosedur yang diikuti oleh
daerah tujuan untuk menetapkan
rencana kebijakan,
mengendalikan, mengembangkan,
dan melayani pariwisata, dengan
menekankan pada pariwisata
berkelanjutan.
.

Perjalanan adalah aktivitas yang akan dilakukan wisatawan.


Seseorang memutuskan melakukan perjalanan karena 3 alasan, yaitu
(1) jika ia menganggap perjalanan yang dilakukan sebelumnya dapat Gambar 17. Model Sistem Pariwisata (Gunn, 2002)
memuaskan keinginannya, (2) menganggap perjalanan yang akan
datang dapat memuaskan keinginannya, (3) ada faktor diluar eksternal
Masing-masing bagian baik supply maupun demand merupakan
yang memengaruhi apakah teman, keluarga, media, dan sebagainya.
subsistem yang saling berinteraksi erat satu sama lain. Subsistem
Kombinasi ketiga faktor itu yang akan menentukan perilaku wisatawan
demand (permintaan) berkaitan dengan wisatawan sebagai individu.
dalam membeli produk perjalanan wisata. Perjalanan berkaitan erat
Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi Dalam model Matchmaking antara suplai dan demand ini pihak
matchmaker atau dalam istilah umum disebut “mak comblang”
oleh informasi, pengalaman sebelumnya, dan kesukaan yang akan beroperasi dalam suatu ekosistem, yaitu jaringan multi aktor yang
membentuk harapan. Motivasi, informasi, pengalaman sebelumnya, bergantung satu sama lain untuk nilai tambah kolektif. Ekosistem
kesukaan, harapan dan citra wisatawan merupakan komponen dari mencakup beragam aktor yang bersifat heterogen seperti perusahaan
subsistem permintaan sebagai bagian dari sistem pariwisata. demand seperti hotel, restoran, pemilik destinasi wisata. Sementara
di pihak suplai ada usaha transportasi, komunitas budaya lokal, UKM
7.4. Konsep Business Matchmaking ekonomi kreatif. Selain itu adalah pihak ketiga yaitu penunjang seperti
lembaga pemerintah, gerakan sosial, dll.
Matchmaking (perjodohan) adalah proses mediasi permintaan
Matchmaking dapat dikembangkan menjadi dua bentuk transaksi
yang berbeda (lihat Gambar 18) yaitu bisa berbentuk orchestration
Aktivitas utama dalam Matchmaking adalah menemukan agen,
(orkestrasi) atau brokering (perantara). Dalam brokering, mak
produk, atau layanan yang paling tepat untuk aktivitas, negosiasi,
comblang berperan aktif dalam perjodohan antar aktor. Untuk
atau transaksi pasar. Sebagian besar masalah bisnis di dunia nyata
mengamankan pengaruhnya sendiri, ia sengaja membuat aktor agak
membutuhkan perjodohan yaitu kemampuan untuk menggabungkan
terpisah dan dipaksa untuk berinteraksi secara tidak langsung melalui
berbagai dimensi informasi pengambilan keputusan di kedua belah
mak comblang. Sementara pada bentuk orkestrasi, “mak comblang”
pihak (supply dan demand) untuk menentukan solusi keseluruhan
mendorong interaksi langsung antara aktor yang sebelumnya
untuk menjawab kecocokan. Adapun platform Matchmaking pada
terputus. Peran ini sangat cocok dijalankan oleh pemerintah baik
pasar bisnis pada umumnya termasuk juga di industri pariwisata
pusat maupun Pemda. Untuk itu, perlu mekanisme kontrol eksplisit
meliputi beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh
dalam orkestrasi dimana mak comblang perlu mengeksplorasi
kerangka kerja Matchmaking sebagai berikut:
motivasi ekstrinsik dan intrinsik aktor untuk mendorong partisipasi
dalam kegiatan ekonomi secara berkelanjutan.

Informasi permintaan dan penawaran terdistribusi dan


heterogen, maka pemetaan sangat diperlukan untuk mencapai

tergantung pada model bisnis yang mendasarinya. Maka tugas


Matchmaker menemukenali seluruh informasi yang relevan
mendukung perjodohan yang akan dilakukan.

Kerangka kerja Matchmaking harus membantu pengembang


pasar lebih besar dengan mendukung proses yang jelas di
masing masing pihak.

Agar dapat menyelesaikan aktivitas Matchmaking (misalnya, Sumber: Ivarsson & Svahn (2020)
negosiasi) secara otomatis, tugas Pemerintah yang dalam hal ini Gambar 18 . Model Matchmaking
diwakili oleh Direktorat Manajemen Industri harus dilengkapi dengan
pengetahuan (misalnya, strategi negosiasi). Selain itu, model panduan

Supply Chain mengacu pada integrasi semua kegiatan yang


akan dijodohkan dapat dikembangkan secara lebih sistematis.
terlibat dalam proses pengadaan, pengadaan, konversi, dan logistik.
Akhirnya, Matchmaking yang dikombinasikan dengan kemampuan
Di sisi lain, rantai nilai menyiratkan serangkaian operasi bisnis di
untuk bernegosiasi menyediakan sarana untuk mengevaluasi kandidat
mana utilitas ditambahkan ke barang dan jasa yang ditawarkan oleh
unit usaha yang mungkin dan membantu mereka mendapatkan
perusahaan untuk meningkatkan nilai pelanggan. Supply Chain adalah
kesepakatan terbaik.
interkoneksi dari semua fungsi yang dimulai dari pembuatan bahan
baku ke dalam produk jadi dan berakhir ketika produk mencapai
pelanggan akhir. Value Chain, di sisi lain, adalah serangkaian kegiatan
Rantai Nilai mengacu pada berbagai kegiatan yang menambah
yang berfokus pada menciptakan atau menambah nilai pada produk.
nilai pada setiap langkah dalam merancang, memproduksi, dan
Kedua jaringan ini membantu menyediakan produk-produk memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Analisis
berkualitas kepada pelanggan dengan harga yang wajar. Sebagian Rantai Nilai digunakan untuk mengevaluasi kegiatan di dalam dan
besar rantai pasokan waktu disandingkan dengan rantai nilai. Dalam di sekitar organisasi dan berkaitan dengan kemampuannya untuk
artikel ini, kami telah menyusun semua perbedaan besar antara rantai memberikan nilai uang, barang, dan layanan.
pasokan dan rantai nilai.
Konsep Analisis Rantai Nilai pertama kali dikembangkan oleh
Dasar untuk Michael Porter (1985) dalam bukunya yang terkenal “Keunggulan
Rantai pasok Rantai nilai
Perbandingan
Kompetitif”. Menurutnya, dua langkah utama yang terlibat dalam
Berarti Integrasi semua kegiatan yang
terlibat dalam pengadaan, konversi, sebagai serangkaian kegiatan, analisis rantai nilai adalah:
dan logistik produk dikenal sebagai yang menambah nilai pada
Supply Chain. produk.
Berasal dari Manajemen operasional Manajemen bisnis
Menganalisis nilai tambah dalam setiap kegiatan dan
Konsep Kendaraan Penambahan Nilai menghubungkannya dengan kekuatan kompetitif perusahaan.
Urutan Permintaan Produk - Rantai Pasokan Permintaan Pelanggan - Rantai Porter membagi kegiatan bisnis menjadi dua kategori utama,
- Pelanggan Nilai - Produk
untuk tujuan Analisis Rantai Nilai:

Tabel 8 . Perbandingan Rantai pasokan dan Rantai nilai Aktivitas Utama:


Logistik Masuk: Ini berkaitan dengan menerima,
menyimpan dan mendistribusikan input.

Rantai Pasok adalah koneksi semua pihak, sumber daya, bisnis, Operasi manufaktur : Konversi input menjadi produk jadi.
dan aktivitas yang terlibat dalam pemasaran atau distribusi di mana Logistik Outbound : Ini berkaitan dengan pengumpulan,
suatu produk mencapai pengguna akhir. Ini menciptakan tautan penyimpanan, dan distribusi produk atau layanan kepada
antara mitra saluran seperti pemasok, produsen, grosir, distributor, pelanggan.
pengecer, dan pelanggan. Sederhananya, itu mencakup aliran dan
Pemasaran dan Penjualan : Libatkan kegiatan yang
penyimpanan bahan baku; barang setengah jadi dan barang jadi dari
menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat umum
tempat asal ke tujuan akhirnya yaitu konsumsi.
tentang produk.
Proses yang merencanakan dan mengendalikan operasi rantai Layanan : Semua aktivitas yang meningkatkan nilai produk
pasokan dikenal sebagai Manajemen Rantai Pasokan. Ini adalah atau layanan.
sistem lintas fungsional yang mengelola pergerakan bahan baku,
di dalam organisasi dan perpindahan barang jadi dari perusahaan AKtivitas Pendukung: Kegiatan ini membantu kegiatan utama dan
bersama dengan kepuasan pelanggan secara berdampingan. termasuk pengadaan, pengembangan teknologi, manajemen
Kegiatan-kegiatan berikut termasuk dalam rantai pasokan: sumber daya manusia dan infrastruktur.

Integrasi Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Parekraf


Berbagi Informasi Menurut Piboonrungroj and Disney, 2009 elemen-elemen yang
Pengembangan produk harus dipertimbangkan dalam menganalisis Supply Chain pariwisata
meliputi: strukturnya (strategi, konsep, saluran distribusi, keunggulan
Pembelian
kompetitif, dll.), hubungan pasar (misalnya antara unit restoran/
Produksi rumah makan, akomodasi, agen perjalanan, dan wisatawan) dan
Distribusi pengukuran kinerja rantai (kepuasan wisatawan, kinerja keuangan,
kinerja operasional dan pembangunan berkelanjutan pariwisata),
Layanan kepada pelanggan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19.
Analisis kinerja
Analisis Rantai Pasok Industri Parekraf
UPSTREAM SUPPLY CHAIN

Rantai pasok dimulai dari pembelian bahan baku, produk


PENYEDIA INPUT antara dan produk akhir yang dibuat dari produk akhir oleh jaringan
F&B EQUIPMENT WASTE MGT FURNITURE
WATER & penjualan ke tangan konsumen akan dikirim ke pemasok, produsen,
ENERGY
distributor, pengecer, hingga pengguna akhir secara bersama-sama
menjadi suatu seluruh struktur rantai jaringan fungsional. Industri
kreatif berbasis kreasi pengetahuan, antara lain industri seni
SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN SUPPLY CHAIN
HOTEL TRANSPORT ATRAKSI
pertunjukan, industri audio visual, industri game, industri penyiaran
televisi dan industri pers, periklanan dan desain.
OPERASIONAL OPERASIONAL OPERASIONAL
PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN
Bakat dan modal manusia adalah faktor penentu tipe kreatif
dalam pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif, dan
sumber daya alam memiliki hubungan tertentu, tetapi tidak ada
hubungan absolut, kreativitas operasional yang unik adalah inti dari
jenis kekayaan industri pariwisata ini. Antara berbagai sektor industri
DOWNSTREAM SUPPLY CHAIN
pariwisata juga perlu terhubung secara mulus untuk mencapai
Sumber: diolah dari Piboonrungroj and Disney (2009).
logistik yang lancar, arus informasi, dan arus modal yang lancar.
Gambar 19. Rantai Pasok (Supply Chain) Parwisata Misalnya, ide-ide bagus dapat diubah menjadi produk yang dapat
diterapkan jika pada saat yang sama mereka mampu melakukan
Untuk menganalisis kinerja seluruh manajemen Supply Chain di riset pasar diperlukan sebelum berinvestasi dalam produksi
industri pariwisata dan ekonomi kreatif, diperlukan analisis indikator sehingga perusahaan manufaktur yang luar biasa, pemasok bahan
baku yang terlibat dalam desain produk, perusahaan konsultan, biro
berlipat dari industri pariwisata adalah: kontribusi terhadap produk iklan dan perusahaan profesional lainnya untuk melakukan survei
domestik bruto, penyerapan tenaga kerja, ekspor dan juga investasi pasar, dibagi menjadi beberapa segmen, untuk penentuan posisi
yang dilakukan di sektor ini. yang akurat, untuk merancang produk yang lebih ilmiah dan masuk
akal.

Supply Chain digambarkan sebagai alat transformasi bisnis,


yang meminimalkan biaya dan memaksimalkan kepuasan pelanggan
dengan menyediakan produk yang tepat pada waktu yang tepat di
tempat yang tepat dan harga yang tepat. Sebaliknya, Value Chain
adalah cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, yang
melaluinya perusahaan dapat mengalahkan pesaingnya bersama
dengan memenuhi persyaratan pelanggan.

Rantai Nilai Industri Pariwisata


Rantai nilai atau value chain adalah serangkaian kegiatan
bisnis yang mana pada setiap tahapan atau langkahnya mampu
meningkatkan nilai atau pemanfaatan pada barang atau jasa yang
diproduksi. Orang yang pertama kali mengusulkan value chain
adalah Michael Porter pada bukunya yang berjudul Competitive
Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance
tahun 1985. Tujuan dari analisis rantai nilai adalah memetakan
perekonomian pariwisata, aliran pendapatan wisata dan penerima
Sumber: Piboonrungroj and Disney, 2009, p. 140
manfaat (Ashley dan Mitchell, 2007).
Gambar 20. Kerangka Teoritik Riset SCM di Bidang Pariwisata
Rangkaian analisis rantai nilai industri pariwisata sebagaimana
dikemukakan oleh Fatmawati dan Santoso (2020) dimulai dari
konsumen, yaitu wisatawan. Kemudian wisatawan menyusun rencana
perjalanan dengan bantuan operator perjalanan wisata. Dalam hal
ini, agen wisata memberikan penjelasan tentang paket wisata kepada Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem
calon wisatawan, maka disebut package tourists. Apabila calon perangkat lunak modular yang dirancang untuk mengintegrasikan
wisatawan tidak menggunakan agen perjalanan disebut sebagai area fungsional utama dari proses bisnis perusahaan ke dalam satu
individual tourists dimana mereka bebas melakukan perjalanannya sistem yang terpadu. ERP men-standardisasi, menyederhanakan,
sendiri tanpa bantuan agen perjalanan. Agen wisata dapat memberikan dan mengintegrasikan proses bisnis seperti keuangan, sumber daya
pelayanan kepada wisatawan dengan mengantarkan ke pelabuhan manusia, pengadaan, distribusi, dan departemen lainnya.
udara, pelabuhan lauh, stasiun kereta, dan sebagainya. Selain itu Pada tahun 1990, Gartner menciptakan istilah ERP untuk
agen wisata juga meyediakan tempat penginapan selama perjalanan mendeskripsikan evolusi perencanaan kebutuhan material (MRP)
dan kegiatan lainnya sampai ke tujuan. Transportasi antara tempat dan perencanaan sumber daya manufaktur (MRP II) ketika fungsi
asal wisatawan sampai ke tujuan wisata memegang peranan penting keduanya berkembang dari manufaktur ke bagian-bagian lain dari
perusahaan, biasanya keuangan dan SDM. Sistem ERP berkembang

dan pengenalan Euro. Sebagian besar perusahaan membutuhkan


Pariwisata (RNP) seperti: Perjalanan wisata, Transportasi, Akomodasi,
Makanan dan minuman, Aset wisata, dan Kriya (Cinderamata dan
kerajinan tangan). Keenam rantai nilai tersebut merupakan input Enterprise Resource Planning adalah cara yang paling hemat biaya
dari kegiatan wisata, dimana dalam setiap aspek saling berkaitan dan untuk menggantikan sistem lama dengan paket standar yang dapat
perlu bersinergi untuk dapat mengembangkan pariwisata unggulan menyederhanakan berbagai proses bisnis yang kompleks.
yang dapat berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Berikut ini contoh rantai nilai (value chain) industri pariwisata. merupakan sebuah sistem yang berfungsi dalam membantu untuk
Dalam tinjauan ini terlihat dampak sebenarnya dari penguatan mengatur alur proses bisnis dalam suatu kesatuan yang lebih
industri Parekraf ini bahkan lebih menantang, karena pariwisata terintegrasi seperti marketing, produksi, pembelian dan accounting
sangat terkait dengan setiap industri besar. Gambar 21 berikut ini
dan menyimpan seluruh data transaksi dalam suatu database yang
menggambarkan kompleksitas ekosistem industri pariwisata, yaitu
dapat digunakan perusahaan serta menyediakan management
menunjukkan rantai nilai mulai dari perjalanan langsung, pemangku
kepentingan perjalanan utama dan berbagai kegiatan terkait reporting tools (2013). ERP terdiri dari beberapa modul utama yang
perjalanan, serta keterkaitan yang kompleks dengan berbagai rantai dapat menunjang kinerja perusahaan. Beberapa modul antara lain
nilai tidak langsung; kegiatan dan sektor, untuk pasar sumber dan sebagai berikut:
tujuan.
1. Modul Financial dan Accounting
Modul Financial dan Accounting dapat membantu dalam
proses pengolaan dan pemantauan keuangan yang dimiliki
perusahaan. Modul ini juga memiliki keterkaitan dengan proses
pengolaan data yang berhubungan dengan akuntansi laba,
akuntansi keuangan, manajemen investasi, perbendaharaan,
dan controlling.
2. Modul Logistik dan Persediaan
Modul logistik dan persediaan jika dilihat secara fungsional,
dapat digunakan dalam membantu laju proses procurement,
werehousing, sales, dan distribusi yang digunakan oleh
perusahaan. Dengan kata lain, berguna untuk mengelola dan
melakukan pencatatan serta pelaporan persediaan barang di
perusahaan.
3. Modul Sumber Daya Manusia
Modul SDM berperan dalam membantu perusahaan dalam
Gambar 21. Rantai Nilai Industri Parwiwisata melakukan pengolahan terhadap asset khususnya sumber daya
manusia yang dimiliki. bertujuan agar SDM yang dimiliki dapat dan perwakilan dari masyarakat); dan institusi tingkat makro (dengan
dialokasikan secara tepat dan akurat. Manajemen SDM terdiri strategi makro dan kebijakan ekonomi), serta struktur sosial budaya
dari penjadwalan, perekrutan dan pemrosesan gaji karyawan. (pandangan dan strategi pembangunan berkelanjutan).
4. Modul SCM (Supply Chain Management) Daya saing pariwisata adalah kapasitas agen berperan di suatu
Modul ini merupakan salah satu fokus utama dalam melakukan negara, wilayah atau zona kegiatan pariwisata untuk mencapai target
pengembangan sistem. Dengan penggunaan modul yang
baik, maka akan menghasilkan solusi efektif guna menghemat yang dapat dicapai melalui konsesi yang menguntungkan secara
biaya perusahaan. Kegunaan lainnya yakni berupa optimalisasi
perencanaan, pemanfaatan logistik untuk forecasting dan sosial dan lingkungan sebagai konsekuensi dari intervensi organisasi
dan lembaga publik, selain untuk memperoleh kepuasan wisatawan
penyimpanan. yang maksimal. Dengan demikian, tujuan akhir dari daya saing adalah
5. Modul CRM (Customer Relationship Management) untuk memenuhi sebaik mungkin harapan semua pelaku yang
Modul ini dapat membantu perusahaan untuk pengelolaan mengambil bagian dalam kegiatan pariwisata. (Silva, 2004, hal. 374)
pelanggan. Digunakan sebagai penghubung antara perusahaan Daya saing klaster sistemik (Altenburg, Gillegrand & Stamer,
dan pelanggan dengan memastikan layanan yang diberikan 1998) terdiri dari empat tingkat hubungan bersih:
dapat tersampaikan kepada pelanggan. Dengan kata lain,
Meta : terdiri dari faktor sosial budaya yang menentukan
ketika proses penjualan telah selesai maka dapat melakukan
kemampuan mengartikulasikan aktor sosial untuk
otomatisasi proses bisnis yang berjalan.
merumuskan strategi dan kebijakan yang dituntut oleh
masyarakat lokal.
Modul Business Process Support dapat membantu perusahaan
Makro – strategi dan stabilitas makroekonomi ditentukan
dalam mengatur arah dari arus kerja serta menampilkan solusi
industri yang berhubungan. Modul ini biasanya digunakan
kebijakan persaingan.
untuk melakukan pengendalian terhadap setiap unit fungsi
yang berada di dalam perusahaan. Meso – struktur pendukung yang memfasilitasi interaksi
Bagaimana menerapkan ERP pada usaha pariwisata dan dan kerjasama antara perusahaan (pemasok, pelanggan
ekonomi kreatif? Pada dasarnya implementasi siuatu sistem yang dan pesaing), lembaga R&D, lembaga pendukung keuangan,
terintegrasi membutuhkan komitmen dan keseriusan pelaku usaha lembaga pendukung dan pengungkapan (pemasaran, ekspor,
itu sendiri, maka upaya menintrodusir ERP pada usaha prariwisata pameran, dll), lembaga pelatihan dan pelatihan tenaga kerja
dan ekonomi kreatif membutuhkan pendampingan dan transfer dan infrastruktur (transportasi , komunikasi dan energi).
pengetahuan yang sistematis. Mikro – kemampuan perusahaan atau jaringan perusahaan
untuk bersaing dengan menawarkan barang dan jasa yang
Pihak pemerintah selaku pembina dapat menyediakan pusat
informasi atau kanal pembelajaran yang bisa diakses oleh para pelaku
serta kemampuan untuk merespon peluang dan perubahan
usaha dari level paling rendah di daerah-daerah. selain itu juga perlu
pasar baru.
menyediakan tenaga pendamping untuk usaha yang sudah siap
diimplementasi. Strategi yang dapat ditempuh pemerintah antara lain
dengan menjalin kerjasama dengan para penyedia platform ERP yang
sudah banyak tersebar di indonesia. Implikasi dari Model Ekosistem Industri Parekraf terhadap
kebijakan dan tatanan aktivitas ekonomi pelaku usaha Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif yang membutuhkan NSPK.
7.7. Produktivitas dan Daya Saing Klaster Industri Pariwisata
Urgensi NSPK
Dalam upaya mempertahankan keberlanjutannya, pengelola
klaster industri pariwisata akan selalu mengembangkan interaksi, Secara umum pembentukan Norma Standar Prosedur Kriteria
hubungan kerjasama dan daya saing pada berbagai tingkatan, seperti: (NSPK) dilandasi oleh sebuah urgensi yang terjadi di setiap daerah
tingkat mikro perusahaan (interkasi dengan pemasok, pelanggan dan dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Berdasarkan UU
pesaing); institusi tingkat meso (dengan institusi publik dan swasta 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan
Proses Penyusunan NSPK

Proses Penyusunan NSPK sama dengan tata cara/mekanisme


secara umum yang mengatur mengenai perencanaan urutan,
sistematika, pelaksanaan secara teknis, dan sebagainya yang terkait
dengan cara dasar penyusunan Peraturan Daerah. Perencanaan
tersebut disusun untuk membentuk kebijakan dan strategi dari
Pemerintah Pusat sebagai acuan Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan urusan pada bidang yang bersangkutan. Tata cara/
mekanisme penyusunan perundang-undang dan peraturan dapat
dilihat secara jelas pada UU 10/2004.

amanah PP 38/2007 atau adanya usulan dari beberapa pihak yang


terkait atau yang membutuhkan. Pihak-pihak tersebut dapat berasal
pemerintahan daerah menjadi wewenang pemerintah daerah kecuali dari usulan dari unit kerja (direktorat di masing kementerian), ataupun
urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. adanya perintah yang mengharuskan pembuatan NSPK selama masih
Dalam hal ini, penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan berada di dalam koridor PP 38 Tahun 2007. Selanjutnya usulan
asas otonomi dan tugas pembantu. Dalam menyelenggarakan tersebut disampaikan dan dibahas lebih lanjut oleh Tim Pemrakarsa
pemerintahan daerah, terdapat dua urusan yang dipegang oleh NSPK yang terdiri dari unit-unit kerja yang bersangkutan dengan
bidang usulan dan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri.
wajib adalah urusan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah Oleh Tim Kecil, usulan NSPK dikaji berdasar kriteria eksternalitas,
daerah yang terkait dengan pelayanan dasar bagi masyarakat, seperti
pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan, Tahun 2007. Hasil kajian tersebut selanjutnya menjadi rekomendasi
yang akan disampaikan kepada Menteri untuk dikaji lebih lanjut.
aturan yaitu Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan NSPK. Setelah mendapatkan perbaikan dari Menteri, usulan NSPK tersebut
diserahkan kepada Biro Hukum kementerian untuk dibuat peraturan.1
Dalam hal ini SPM merupakan aturan yang mengatur
pelayanan dasar yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan NSPK, merupakan aturan yang juga harus dilaksanakan
oleh pemerintah daerah mengenai segala urusan wajib diluar
pelayanan dasar. Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang
diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk diselenggarakan
yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan yang
menjadi kekhasan daerah. Di dalam urusan pilihan, aturan yang
digunakan sebagai acuan adalah NSPK.

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, baik


urusan wajib maupun pilhan, keduanya membutuhkan NSPK. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Sehingga
urgensi umum NSPK adalah aturan pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah di mana NSPK harus dipenuhi sebagai
prasyarat menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya. Adanya NSPK diharapkan dapat mengantar
pemerintah daerah dalam menjalankan urusan wajib danpilihan
secara sempurna. 1 Lebih lengkapnya dapat dipelajari Guideline Status Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria untuk Pelayanan Pemerintah Daerah.
yang digunakan dalam berkegiatan adalah Proses Kebijakan.
BAB 8 Proses Kebijkan Publik adalah sebuah rangkaian aktivitas iteratif
atau berulang mulai dari penyusunan agenda, perumusan alternatif

PLATFORM PENGUATAN kebijakan, penetapan kebijakan, pelaksanaan atau implementasi


kebijakan, dan penilaian atau evaluasi kebijakan.

INDUSTRI PAREKRAF Dengan pendekatan proses kebijakan, maka dalam setiap


tahapannya harus memperhatikan karakteristik kegiatan dan
metode yang relevan untuk dapat menghasilkan output kegiatan
yang diharapkan dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang
Platform menurut KBBI adalah suatu rencana kerja; program; telah dirumuskan dengan baik sebelumnya. Tabel 9 berikut ini
pernyataan sekelompok orang atau partai tentang prinsip atau merupakan Platform Organisasi Direktorat Manajemen Industri
kebijakan. Menurut Claudia U. Ciborra, (1996) platform adalah : Parekraf yang menampilkan suatu matriks keterkaitan antara
tahapan di dalam proses kebijakan publik, karakteristik proses
A useful way to look at the platform organization may be as a
yang dilakukan, kegiatan yang dapat dilakukan, metode yang dipilih
“string,” that is, the sequence of forms it is able to display, and
untuk dapat menyelesaikan kegiatan, dan output yang diharapkan
the temporal links between them. The platform can be studied
dari kegiatan pada tahap tersebut.
longitudinally, as a bundle of trajectories punctuated by stations.
Dengan memahami platform organisasi Direktorat Manajemen
Secara sederhana Platform suatu organisasi adalah tatanan
Industri Parekraf ini diharapkan setiap personil mampu
yang menampilkan jalinan hubungan temporal di antara anggota
mengimplementasikan penguatan industri parekraf dalam suatu
organisasi. Platform adalah metaorganisasi yang membentuk
format aktivitas yang terstruktur menjadi rutinitas yang mapan
struktur dan rutinitas menjadi bentuk yang mapan, seperti
dan terarah untuk mencapai tujuan setiap program atau kegiatan
hierarki, matriks dan bahkan jaringan (Ciborra,1996). Berdasar
yang telah ditetapkan. Dengan platform organisasi ini ASN mampu
teori tersebut di atas setidaknya platform organisasi Direktorat
mengembangkan kompetensi teknis pengetahuan, keterampilan,
Manajemen Industri Parekraf dapat digambarkan sebagai model
dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan
rencana kerja yang memperlihatkan jalinan hubungan antar
tugas-tugas jabatannya.
bagian di dalam organisasi dan organisasi terkait lainnya dalam
suatu matriks terstruktur dan hirarkis untuk mencapai tujuan
implementasi kebijakan Kemenparekraf pada aspek manajemen
industri.

Manajemen Industri dalam


Perspektif Proses Kebijakan
Penyusunan
A genda Publik

Platform organisasi
Direktorat Manajemen
Penilaian
Perum usan
A tau
A lternatif
Industri Parekraf mencakup
Evaluasi
Kebijakan PRO SES Kebijakan jalinan hubungan antar
KEBIJA KA N bagian organisasi dalam
PU BLIK hal peran, struktur, dan
pendekatan organisasi yang
merupakan amanat dari
Pelaksanaan
atau Penetapan
peraturan perundangan yang
Im plem entasi Kebijakan mengaturnya. Mengingat
Kebijakan
kementerian adalah organisasi
pemerintah maka pendekatan
Tabel 9. Platform Direktorat Manajemen Industri Parekraf dengan Pendekatan Proses Kebijakan
No Tahapan Karakteristik Kegiatan Metode Output
1. Penyusunan Agenda (Agenda Pengenalan Masalah 1. Pendataan pelaku usaha Parekraf (pihak Supply) yang 1. Analisis Suplai Demand Situasi Masalah Industri Parekraf yang dianalisis,
Setting) dapat menyuplai Demand. 2. Analisis Klaster Industri mencakup:
2. Koordinasi dengan pihak Demand (Hotel, Restoran, dsb) 3. Analisis Supply Chain 1. Peta Suplai Demand dan industri dan institusi
untuk mendapatkan data. 4. Analisis Value Chain pendukung (Matchmaking Instittion)
3. Melaksanakan kurasi terhadap pelaku usaha Parekraf yang 5. Analisis Kelayakan Usaha 2. Kebutuhan produk yang dapat disupply pelaku
dapat memenuhi kebutuhan dan perrsyaratan Quality, usaha Parekraf
Price, Delivery dan Payment dari Demand Mencari tahu serangkaian situasi eksternal yang dialami yang menimbulkan 3. Persyaratan produk yang ditetapkan oleh pihak
rasa ketidak-puasan atau ketidakmudahan dan terasa ada sesuatu yang demand (Hotel dan Restoran), mencakup: Quality,
salah dimata pelaku usaha. Price, Delivery, dan Payment
menerima supply dari
pelaku Ekraf yang terkurasi
yang diharapkan
Hasil Kurasi terhadap produk dan pelaku usaha.

Pencarian Masalah Pendalaman masalah dengan mengkaitkan masalah yang Simulasi, Brainstorming untuk mendiskusinya apa saja kemungkinan Meta Masalah Industri Parekraf, yaitu masalah
dikenali dengan faktor-faktor lain yang akan berpengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi situasi masalah yang dirumuskan. level tinggi yang mencakup faktor-faktor lain yang
baik internal dan eksternal. Misal Masalah budaya, karakter lebih luas, misal terkait kemampuan UKM dalam
SDM dsb. mensuplai secara berkelanjutan, permodalan,
kualitas dan kapasitas produk, kemampuan SDM,
Dukungan Perbankan UKM.

Diskusi dan melakukan penilaian di antara Meta Masalah yang Masalah Substantif yaitu masalah yang sudah dapat
masalah substantif ke dalam istilah-istilah yang paling dasar dipilah atau dibagi-bagi ke dalam kriteria tertentu.
dan umum. Contoh kriteria: Apa yang disentuh dengan tindakan
yang kecil akan berdampak besar.
Masalah Permodalan: jaminan, akses, lembaga
keuangan, dll
Kualitas dan kapasitas produk: SDM, Teknologi.
Pemahaman masalah dengan analisis mengembangkan Masalah substantif sudah diketemukan, Masalah Formal yang dirumuskan dalam bentuk
representasi masalah substantif secara formal (logis atau Merumuskan masalah dalam bentuk formal (Problem Statement) Policy Brief yang memuat isu utama yang menjadi
matematis). Penyusunan Policy Brief fokus permasalahan perlunya dilakukan suatu
tindakan kebijakan.

2. Perumusan alternatif Mendesain dan Menyusun rencana. Planning, Organizing Kelengkapan Policy Brief dalam bentuk
kebijakan p e n y u s u n a n Berkoordinasi lintas Unit, Deputi dan Instansi K/L/D Koordinasi beberapa alternatif kebijakan.
rancangan tujuan FGD Contoh alternatif kebijakan adalah content dari
kebijakan serta strategi MOU/PKS dan Rencana Aksi Bersama.
untuk pencapaian Rencana Intervensi kebjakan yang disusun
tujuan kebijakan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran
(RKAKL).
3. Penetapan kebijakan P e n g a m b i l a n Rapat Koordinasi dan penetapan intervensi kebijakan. Rapat Koordinasi Dokumen:
keputusan terhadap Penyusunan Draft MOU/ PKS wujud komitmen. FGD MOU/PKS sebagai komitmen antara Suplai,
alternatif kebijakan Penyusnnan Draft Rencana Aksi Bersama Temu Bisnis (event) Demand yang sudah ditanda tangani.
yang tersedia atau Penandatanganan MOU/PKS dan Rencana Aksi Bersama Bimbingan Teknis Rencana Aksi Bersama antara Suplai,
penegasan kebijakan Demand, Industri dan Institusi Pendukung
secara formal (antara lain Kemenparekraf, Dinas Parekraf,
dll) yang ditandatangani. Contoh: Bimbingan
teknis, pendampingan, insentif, fasilitasi akses
permodalam serta stimulus lainnya.

4. Pelaksanaan atau Upaya atau proses Bedah Kapasitas Usaha yang sudah menandatangani PKS Bedah kapasitas usaha terhadap demand dengan metode ERP Dokumen:
Implementasi Kebijakan untuk mencapai tujuan antara pihak Suplai dan Demand. (Enterprise Resource Planning) Gap atau kesenjangan antara kapasitas usaha
yang ditetapkan Pemberian insentif /stimulus untuk peningkatan kapasitas Melakukan prediksi ke depan. pihak suplai terhadap demand.
dengan memobilisasi usaha. Analisis Gap Rencana pendampingan penerapan ERP
SDM dan anggaran pada pihak suplai dengan contoh sebagaimana
terlampir.
Memberikan dukungan Bimbingan Teknis dan Pelaksanaan kegiatan Insentif kebijakan, meliputi: Menghasilkan keadaan yang direncanakan (Sesuai
Pendampingan: Bimbingan teknis, Rencana Intervensi Kebijakan).
1. Peningkatan Kapasitas Usaha Pelaku Usaha Parekraf Pendampingan,
2. Akses Pembiayaan dan PengelolaanKeuangan UKM Insentif, Memastikan interaksi suplai demand akan
Fasilitasi akses permodalam berkelanjutan. Dilihat dari tumbuhnya peranan
4. Pengembangan SDM Pelaku Usaha Parekraf serta stimulus lainnya baik oleh Direktorat Manajemen Industri swasta atau pihak di luar pemerintah dalam
5. Pendaftaran HKI maupun Unit lainnya. penguatan industri Parekraf di DSP. Menghindari
ketergan-tungan dengan dukungan pemerintah.
No Tahapan Karakteristik Kegiatan Metode Output
5. Penilaian dan Evaluasi Berfokus pada Koordinasi, pemantauan dan evaluasi Controling dengan monitoring serta proses melihat dampak kebijakan. Laporan output, outcome dan dampak kegiatan
kebijakan sesuai tingkatannya. (kegiatan, output, rincian
dan akibat-akibat output).
dari implementasi
kebijakan. Meningkatnya peranan swasta / LSM dalam
penguatan Industri Parekraf.

Berdasar Platform Direktorat Manajemen Industri Parekraf sebagaimana Tabel 9 di atas, maka setiap personil Direktorat Manajemen Industri dapat melakukan
kegiatan secara lebih sistematis. Selain itu, dalam setiap pelaksanaan kegiatan diharapkan personil dapat melaksanakannya dengan lebih biak karena memahami

8.2. Peran Pemerintah dalam Penguatan Industri Prarekraf

Menurut Selo Soemardjan (1991) peranan pemerintah dalam Gambar 22. Peran pemerintah dalam penguatan Industri
mengembangkan pariwisata secara garis besarnya adalah Parekraf

Di bidang pemerintahan, koordinasi merupakan fungsi


memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur
manajemen pemerintahan yang berkenaan dengan usaha
pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi
mencapai: keserasian, keselarasan, keseimbangan, sinkronisasi, dan
umum keluar negeri. Hal ini sejalan dengan teori tentang peran
integrasi keseluruhan kegiatan pemerintahan, guna mewujudkan
pemerintah dalam pengembangan industri Parwisata (Mill and
Morrison, dalam Michael Hall, 2000 dan Junaid 2016) yang meliputi
lima bidang utama yaitu:
kepentingan, maka koordinasi dalam pemanfaatan sumber daya
1. Koordinasi (Coordination). sangat penting. Selain itu penyeimbangan berbagai peran dalam
2. Perencanaan (Planning) proses pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab
3. Legislasi dan Regulasi (Legislation and Regulation) pemerintah.
4. Kewirausahaan (Entrepreneur)
Proses perencanaan mengharuskan pembuat kebijakan untuk
5. Stimulasi (Stimulation)
mempertimbangkan semua aspek dan dampak industri. Proses
Secara skematik peran pemerintah dalam penguatan industri perencanaan pariwisata dan ekonomi kreatif dirancang untuk
pariwisata dan ekonomi kreatif seperti gambar 22. menghasilkan sasaran, strategi, dan sasaran kawasan tujuan yang
terkait dengan pengembangan pariwisata, pemasaran, organisasi
industri kreatif, kesadaran dan kegiatan pendukung lainnya.
Sementara rencana pengembangan pariwisata dan ekonomi
kreatif dapat memberikan pedoman secara keseluruhan untuk
pengembangan, menguraikan konsep pengembangan yang luas,

Perencanaan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang dapat


diperankan oleh Direktorat Manajemen Industri menyangkut:
analisis kebutuhan sisi demand, analisis kesiapan sisi suplai,
melaukan bedah kapasitas sisi suplai. Perencanaan ini adalah
bentuk pengembangan dari peran yang tertuang di dalam
tugas pokok dan fungsi Direktorat Manajemen Industri dalam
menguatkan industri Parekraf. Perencanaan ini harus berjalan
seiring dengan kebijakan pariwisata.
Pada bidang Regulasi Direktorat Manajemen Industri dapat untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi terkait erat
memainkan peran dalam hal telaah tugas pokok fungsi untuk dengan penugasan yang diemban para manajemen. Umumnya
organisasi terdiri dari pimpinan/ kepala/direktur, sub direktur,
NSPK dan melakukan tindak lanjut dari NSPK yang disusun. sekretaris dan seterusnya hingga staf. Susunan itu menandakan
adanya hirarkhi yang menjelaskan tingkatan kewenangan dari satu
Berikutnya peran pada kewirausahaan dapat didukung
level ke level berikutnya.
pemerintah baik melalui kebijakan/regulasi maupun bidang
stimulasi. Tugas pemerintah adalah memberikan penyuluhan atau Organisasi sebagai sebuah lembaga yang terstruktur secara
bimbingan, pembinaan disertai dukungan sarana dan prasarana rapih, menempatkan setiap anggotanya untuk berkontribusi dan
dan pemantauan kepada para wirausaha dalam mencapai memiliki kewajiban untuk mencapai tujuan bersama. Struktur
kesuksesannya dalam organisasi dibuat dengan tujuan menghubungkan satu
anggota dengan anggota lainnya. Hal ini terutama sekali terkait
Pemerintah dapat melakukan stimulasi pariwisata melalui
dengan fungsi dan peranan masing-masing yang berbeda-
beda dalam menjalankan tugas. Struktur dalam organisasi juga
(Theobald, 2005), mendorong pemasaran, promosi, dan pelayanan
ditujukan untuk menempatkan kepastian kedudukan masing-
pada calon pengunjung. Pemasaran merupakan fungsi dominan
masing anggota, sehingga kinerja mereka dapat terukur dan bisa
dalam kebijakan penyelenggaraan pariwisata. Namun berkaitan
dikalkulasi.
dengan Direktorat Manajemen Industri program dan kegiatan
berkait stimulus ini dapat dikerjakan secara berkoordinasi dengan Fungsi dan kegunaan struktur dalam organisasi di antaranya:
unit kerja di kedeputian lain yang membidangi program stimulus
a. Peranan dan Tanggungjawab. Dengan adanya
ini.
penempatan dalam struktur organisasi, setiap anggota
Pada konteks pandemi saat ini stimulus sangat penting mendapatkan tugas, peran, dan tanggungjawab berbeda-
mengingat banyaknya pelaku usaha yang terpuruk. Stimulus beda. Penentuannya dilakukan berdasarkan kesepakatan
dapat dikategorikan ke dalam 3 tujuan, yaitu (i) stimulus untuk atau penunjukan langsung dari hasil rapat pimpinan. Dengan
menghentikan dan mengatasi krisis, (ii) stimulus untuk tujuan menjalankan tugas, setiap orang dapat berkontribusi dengan
konsumsi (sisi permintaan), dan (iii) stimulus untuk tujuan produksi caranya masing-masing untuk membesarkan organisasi.
(sisi penawaran). Hal yang sama bisa juga diterapkan pada bidang
b. Kedudukan dan Posisi. Penempatan seseorang di suatu
Parekraf dengan merubah obyek dan targetnya. Beberapa bentuk
pos, berarti memperjelas kedudukan dan posisinya. Ini
stimulus yang dapat diberikan pemerintah di antaranya subsidi
terkait dengan hierarkhi jabatan yang diemban masing-
bunga, restrukturisasi kredit, dan KUR Pariwisata.
masing anggota. Koordinasi tugas antar pos menjadi lebih
mudah karena posisi masing-masing jelas. Penugasan
8.2.1 Struktur Organisasi untuk menunjang Peran Pemerintah
dari atasan hingga ke level lapangan dapat dengan cepat
Organisasi dapat digambarkan sebagai sistem yang dipengaruhi
dilakukan karena sudah memiliki jalur operasional yang
oleh lingkungannya, memiliki struktur yang memiliki elemen formal
harus ditempuh. Semua sudah pada kedudukan dan posisi
dan informal. Struktur organisasi adalah kerangka kerja untuk
masing-masing. Kemampuan kita dalam bekerja ditentukan
menyelesaikan sesuatu. Struktur formal tradisional didasarkan pada
berdasarkan hasil yang dicapai dari tugas yang kita pegang.
hierarki yang ditetapkan (garis komando) yang direpresentasikan
dalam bagan organisasi, dan penggunaan dibuat dari deskripsi c. Penjelasan Tugas. Karena struktur menempatkan masing-
masing anggota pada kedudukan yang selayaknya, maka
tingkat organisasi beroperasi secara informal maupun formal pembagian tugas pun menjadi jelas. Tidak ada orang yang
melalui jaringan peran dan hubungan yang melintasi batas-batas mengerjakan tugas terlalu banyak, sebaliknya tidak ada
organisasi formal dan garis komando. Struktur organisasi dapat yang terlalu sedikit. Dengan sistem yang terstruktur rapih,
berkembang hampir secara spontan ketika keadaan berubah dan semua perencanaan dapat dengan mudah dijalankan. Hal ini
kegiatan baru harus dilakukan. berarti menghemat waktu dan sumberdaya, yang bisa saja
terbuang sia-sia tanpa struktur yang jelas. Segala aktivitas
Struktur organisasi merupakan sistem tugas formal dan laporan
organisasi yang mengubungkan satu tindakan dengan
keterhubungan diantara pengawasan, koordinasi dan motivasi
tindakan lain, lebih mudah diawasi karena sistem yang
pegawai sehingga mereka dapat bersatu dan bekerja bersama
memungkinkan semuanya berjalan sesuai standar berlaku.
Masing-masing anggota memainkan peran berbeda-beda kepentingan. Semangat membangun organisasi tersebut
dan dinilai berdasarkan hasil kerjanya. sejalan dengan strategi mewujudkan tata kelola pariwisata
maupun industri ekonomi kreatif sesuai kaidah tata kelola
Pendekatan organisasi organisasi yang baik (good corporate governance).
Pendekatan organisasi yang sesuai untuk Direktorat Manajemen Strategi ini juga mencakup penciptaan ekosistem pariwisata
Industri adalah pendekatan Modern yang dicirikan oleh kondisi dan ekonomi kreatif agar integrasi pembangunan pariwisata
dimana dalam aktivitas Direktorat Manajemen Industri yang dan ekonomi kreatif dapat terwujud. Pembangunan tata kelola
diperlukan bukan sekadar teori mengenai organisasi, tetapi lebih dimulai dengan awareness terhadap pentingnya tata kelola hingga
ke cara berpikir (way of thinking) mengenai organisasi. Selain itu, memastikan kepatuhan para pelaku pariwisata dan ekonomi
terdapat 2 cara adaptasi yang dapat dilakukan oleh organisasi kreatif terhadap tata kelola organisasi yang baik tersebut.
ini. Pertama, melalui perubahan internal, yaitu menyesuaikan
Adapun landasan bekerja Direktorat Manajemen Industri
terhadap struktur organisasi, pola kerja, perencanaan dan aspek
sebagai beikut:
internal lainnya terhadap karakteristik lingkungan. Kedua, dengan
berusaha untuk menguasai dan mengubah kondisi lingkungan i. Dalam pengembangan konsep atau rancangan suatu
sehingga organisasi dapat memberikan kemanfaatan yang optimal. program hendaknya selalu berbasis data yang bersumber
baik dari database yang telah dimiliki Kemenparekraf,
Pendekatan modern mengemukakan bahwa organisasi
maupun sumber data lain yang sah. Berdasar data tersebut
bukanlah suatu sistem tertutup yang berhubungan dengan
selanjutnya dapat dibuat suatu tipologi atau pemilahan
lingkungan yang stabil, tapi organisasi adalah suatu sistem terbuka
terkait sektor Parekraf.
yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Teori
ini lebih dinamis daripada teori-teori lainnya dan meliputi lebih ii. Unit Subdit Tata Kelola hendaknya dalam proses bisnis
banyak variabel yang dipertimbangkan. Teori modern bisa disebut manajemen industri bertindak sebagai pengumpan
sebagai teori organisasi dan manajemen yang memadukan teori (pemberi input) terhadap Subdit lainnya. Output Subdit Tata
klasik dan neoklasik dengan konsep yang lebih maju. Kelola adalah menjadi input bagi Subdit lainnya serta bagi
Kedeputian terkait lainnya berkenaan dengan program
Teori modern melihat organisasi sebagai sesuatu yang terus
insentif, penyaluran dana hibah, bimbingan teknis, serta
mengalami perubahan, saling berinteraksi antar manusia serta
pengembangan kapasitas pelaku usaha dalam kerangka
lingkungan, sehingga bersifat lebih dinamis. Hasil dari interaksi
penguatan Industri Parekraf.
dengan lingkungan akan membuat organisasi selalu melakukan
adaptasi untuk dapat bertahan atau menyesuaikan terhadap iii. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun
kondisi eksternal organisasi. Sama halnya dengan organisasi di 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan
Kemenparekraf yang dinamis menghadapi perubahan lingkungan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju
internal dan eksternal menuntut pola kerja organisasi yang lincah. Periode Tahun 2019-2024, tugas dan fungsi Kemenparekraf
diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik
Indonesia Nomor 96 tahun 2019 tentang Kementerian
Azas pengorganisasian kelembagaan yang akan diterapkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan
adalah asas koordinasi dimana diutamakan kebersamaan, Ekonomi Kreatif salah satunya adalah penyusunan norma,
kerjasama, dan sharing informasi. Sementara bentuk standar, prosedur, dan kriteria di bidang pariwisata dan
pengorganisasian kelembagaan Direktorat Manajemen Industri ekonomi kreatif sesuai ketentuan peraturan perundang-
meliputi tiga hal yaitu: tata kelola, kemitraan usaha, dan resiliensi undangan. Muatan NSPK berbasis yang dibuat hendaknya
dan pengembangan usaha. berbasi pada tipologi sektor/subsektor yang membutuhkan
intervensi.
1. Tata Kelola
2. Kemitraan Usaha
Dalam konteks organisasi kepariwisataan, upaya membangun
organisasi yang solid dalam mendukung pembangunan Pendekatan yang digunakan adalah kemitraan: antara lain:
kepariwisataan dan ekonomi kreatif terus diperkuat untuk Fasilitasi dan Pendampingan Kemitraan Usaha dalam rangka
terwujudnya tata kelola kepariwisataan yang semakin baik penguatan Rantai Pasok dan Rantai Nilai Industri Parekraf
(good tourism governance) yang melibatkan seluruh pemangku (Inisiasi, Komitmen, Menjalankan Rantai Pasok).
Basis konsep operasional yang digunakan adalah Model Mekanisme Koordinasi
Ekosistem Industri Parekraf (pemetaan positioning Parekraf Organisasi adalah suatu entitas untuk mencapai suatu tujuan
atau positioning MI) Rantai Pasok dan Klaster industri Parekraf melalui upaya kolektif dari orang-orang atau elemen elemen
yang bekerja di dalamnya. Sementara pengorganisasian adalah
3. Resiliensi dan Pengembangan Usaha
proses membuat pengaturan dalam bentuk tanggung jawab dan
Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir 2 (dua) tahun terakhir
ini, telah mengguncang dunia baik dari sisi kehidupan dan orang-orang itu bekerja sama secara kooperatif.

Koordinasi dan hubungan kerja timbul dan sangat di butuhkan


dari kondisi tersebut sangat mempengaruhi kemunduran pada
sebagai konsekuensi adanya upaya untuk mencapai tujuan
industri-industri di dunia, seperti pariwisata, garment, transportasi,
perdagangan, property dan masih banyak lagi, bahkan akan
Tugas-tugas tersebut di wadahkan dalam unit-unit sebagai
menjadi tantangan tak terduga bagi industri telekomunikasi jika
pelaksana dan penanggung jawab satu atau beberapa fungsi. Akan
pebisnis lengah dalam pengelolaan bisnisnya dalam kondisi sulit
tetapi semua pihak dalam organisasi, terutama para pimpinan
sangat berkepentingan agar semua unit beserta seluruh personil
segera merubah lingkungannya, agar terkontrol dan mengetahui
petugas pelaksana dan kegiatannya termasuk sumber daya lainnya
bagaimana cara mempersiapkan mitigasi, serta dengan cepat dapat
dapat berjalan terpadu, serasi dan selaras dalam pencapaian
merespon kondisi tersebut. Kondisi inilah yang disebut dengan
tujuan dan sasaran bersama.
istilah VUCA (Volatility (volatilitas), (ketidakpastian),
Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (ambiguitas) adalah Model koordinasi dan keterkaitan antar elemen di Direktorat
kombinasi kualitas yang jika digabungkan akan mencirikan sifat Manajemen Industri yang ada dalam Roadmap Manajemen
Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021-2024 memiliki pola
Resiliensi merupakan ketangguhan yang mengacu pada sebagaimana terlihat pada Gambar 23. Pada gambar tersebut
kemampuan orang untuk “bangkit kembali” dari pengalaman buruk elemen Tata Kelola menjadi elemen pengumpan bagi aktivitas
dan ditandai dengan terbentuknya kapasitas untuk mengatasi, elemen manajemen industri Parekraf lainnya. Sebagai pengumpan,
peranan Tata Kelola harus dapat memberikan informasi awal atau
yang mendasari perilaku tersebut adalah sikap dengan pola pikir kondisi input yang akan ditindaklanjuti dengan aktivitas pada
terbuka terhadap informasi dan hal-hal baru, memiliki kemampuan elemen kemitraan usaha, ketahanan dan pengembangan usaha.
beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tantangan yang vGambar 23. Pola Hubungan Tema dan Lingkup Bidang di
Direktorat Manajemen Industri
dimiliki oleh setiap unsur dalam suatu perusahaan, baik individu,

Pengetahuan dan pemahaman yang diharapkan dari teori


tentang VUCA dan berbagai turunannya agar kita mampu
menguraikan atau menawarkan cara lain dalam membangun
ketahanan industri Parekraf ke depan. Terdapat beberapa
alternatif atau pilihan program yang dapat dikembangkan agar
Industri Parekraf mampu bertahan dan bahkan meningkatkan
kinerja sektornya, antara lain:
i. Program Resilensi dan Pengembangan Usaha yang akan
dilaksanakan (pemberian hibah dan ke depan ada kemungkinan
insentif). Salah satu cara koordinasi yang efektif adalah dengan
ii. Model keterkaitan dengan Unit Kerja lain di Kemeparekraf memperhatikan kerangka informasi sebagai infrastruktur integratif
iii. Menguraikan fokus penguatan Industri Pariwisata dan Ekonomi (Gambar 24). Pada Gambar tersebut terlihat ada tiga komponen
Kreatif yang diprioritaskan. integrasi informasi dan lima kategori perangkat integratif dan
koordinatif yang disatukan menjadi kerangka kerja infrastruktur
integratif. Berdasarkan kerangka tersebut, penggunaan sistem
informasi sebagai infrastruktur untuk memungkinkan integrasi tetapi beberapa berpendapat bahwa swastalah yang justru
dapat dibuat. Pertama, integrasi informasi terdiri dari komponen terlibat dalam proses itu sendiri. Apapun cara kita melihatnya,
konektivitas, integrasi data, dan integrasi proses. Dengan demikian, penting untuk memahami apa sebenarnya peran sektor swasta
dalam pengembangan pariwisata. Secara umum, peran sektor
untuk integrasi informasi, yaitu penggabungan pihak-pihak yang swasta dalam pengembangan pariwisata termasuk juga ekonomi
saling bergantung melalui arus informasi, komponen konektivitas, kreatif adalah untuk memasarkan ide dan potensi negara dan
integrasi data, serta integrasi proses perlu ditangani. Kedua, masyarakatnya. Ini berarti bahwa individu atau bisnis yang sukses
sistem informasi berfungsi sebagai alat untuk mendukung dan adalah mereka yang mewakili budaya, sejarah, dan bangsanya dan
memungkinkan penggunaan berbagai perangkat integratif dan memastikan bahwa pesannya tersampaikan kepada mereka yang
koordinatif. Oleh karena itu, (2) semakin baik penggunaan sistem bersedia melakukan perjalanan ke sana. Hal ini dapat mencakup
informasi sebagai infrastruktur integratif diselaraskan dengan penggunaan teknik periklanan tradisional atau modern untuk
perangkat integratif dan koordinatif yang digunakan, semakin mempromosikan perjalanan.

Peran swasta dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi


Kesimpulannya, harus diakui bahwa pembangunan kreatif lebih terbatas dan lebih jelas. Peran utamanya adalah untuk
infrastruktur integratif - baik berupa sistem informasi, insentif atau menyediakan layanan dan fasilitas pariwisata kepada masyarakat
lainnya - harus didorong oleh bisnis, sehingga infrastruktur yang
Keterlibatan swasta dalam pengembangan pariwisata adalah
kebutuhan bisnis para pihak yang terlibat. Dengan kata lain, selain berperan dalam kewirausahaan. Sektor swasta memberikan
memastikan bahwa unsur-unsur yang berbeda dalam kegiatan keterampilan teknis khusus yang diperlukan dalam proses
solusi integratif dan koordinatif tidak bertentangan tetapi saling pembangunan melalui konsultan pariwisata, lembaga riset pasar,
melengkapi, pengembangan portofolio harus sesuai dan berasal ekonom, arsitek, insinyur, perancang/desainer, manajer proyek,
dari persyaratan organisasi. dan pembangun. Selain itu, juga menyediakan sebagian besar
dana modal untuk investasi dalam proyek-proyek pariwisata
melalui lembaga keuangan dan sumber lainnya.
Komponen Integrasi Informasi
Peran Pemerintah
“Prinsip umum dalam
yang paling penting dan pengembangan pariwisata,
Integrasi Integrasi
Konektivitas
Data Proses

diterima secara luas dalam pemerintah TIDAK BOLEH


INSENTIF DAN NORMA
pengembangan pariwisata melakukan apa yang mampu
Perangkat Integrasi Dan Koordinasi

STRUKTUR OTORITAS dan ekonomi kreatif adalah dan ingin dilakukan oleh sektor
swasta” (WTO)
bertindak sebagai katalis
HUBUNGAN LATERAL DAN STRUKTUR RENTANG BATAS
dan untuk melengkapi efek
BERBAGI INFORMASI DAN PENGETAHUAN dari sektor swasta termasuk
SPESIFIKASI, STANDAR DAN KONTROL
organisasi nirlaba. WTO menunjukkan bahwa sebagai prinsip
umum, pemerintah tidak boleh melakukan apa yang mampu dan
ingin dilakukan oleh sektor swasta.

Untuk lebih mengoptimalkan peran pemerintah dalam


PERBAIKAN KOORDINASI penguatan Industri Parekraf perlu ditunjang dengan struktur
organisasi, pendekatan, azas pengorganisasian kelembagaan,
Sumber: Diadaptasi dari S. Laukkanen (2008)
dan mekanisme koordinasi yang kondusif. Pemahaman terhadap
Gambar 24. Model Perbaikan Koordinasi
ketiga hal tersebut sebagaimana diuraikan berikut ini.

8.3. Peran Swasta dalam Penguatan Industri Prarekraf

Peran swasta dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi


kreatif telah lama menjadi subyek perdebatan. Banyak yang
percaya bahwa pemerintah harus melakukan pekerjaan itu,
1. Sibernetik atau berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
BAB 9 2. Holistik yang berpikir seutuhnya dan tidak reduksionis.

STRATEGI PENGUATAN 3. VEfektif dimana setiap program yang dirancang harus


applicable yaitu masuk akal dan rasional.

INDUSTRI PAREKRAF Dengan dasar CST ini


setiap uraian program dan
kegiatan yang diamanatkan
harus memperoleh
penjabaran bagaimana akan
Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan yang di rancang
diimplementasi di lapangan.
secara konseptual, analistik, realistis, rasional, dan komprehensif.
Sibernetik atau berorientasi
Strategi di wujudkan dalam kebijakan dan program. Merumuskan
pada tujuan artinya tidak
strategi berkaitan dengan pemakaian sumberdaya untuk mencapai
semua kegiatan yang
tujuan. Bagian ini akan menguraikan bagaimana strategi Direktorat
Manajemen Industri melaksanakan program dan kegiatan penguatan
langkah penyelesaian masalah.
industri Parekraf yang telah ditetapkan. Konteks strategi yang dimak-
Bisa jadi kegiatan tersebut
sud lebih pada cara, pendekatan dan langkah terbaik untuk pelaksa-
adalah sebuah misi baru atau kondisi ideal yang diharapkan di masa
naan program di Direktorat Manajemen Industri. Sementara Program
dan kegiatannya merupakan program sebagaimana termuat dalam
Hal ini bisa dipahami karena sebuah kegiatan bisa saja berasal dari
dokumen perencanaan yang ada seperti Renstra Kemenparekraf,
artikulasi wawasan yang dikembangkan dari pembelajaran terhadap
Roadmap Direktorat Manajemen Industri serta dokumen perenca-
keberhasilan negara lain dalam penguatan industri pariwisata dan
naan lain yang terkait di Kemenparekraf.

Oleh karena itu, strategi yang dimaksud pada bab ini tidak lain berbasis masalah atau berbasis misi, perlu diperiksa kembali pada
adalah strategi pelaksanaan program dan kegiatan yang berisi langkah tujuan kegiatan yang direncanakan. Salah satu sumber informasi
langkah organisasi untuk menetapkan sasaran, membuat kebijakan, yang menjadi acuan adalah dari sasaran strategis level Kementerian,
memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga
strategi dapat dilaksanakan (Fred R. David 2004). Pelaksanaan strategi
Falsafah yang kedua, Holistik atau berpikir seutuhnya dapat
juga mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi,
dimaknai berpikir pada konteks ekosistem. Dalam ekosistem
mengupayakan organisasi berjalan secara efektif, pengarahan kembali
usaha-usaha sosialisasi, penyiapan anggaran, pengembangan dan
dalam pengembangan pariwisata sekaligus penguatan nilai tambah
pemanfaatan sistem inlormasi, serta mendukung karyawan berkinerja
ekonomi kreatif. Hal tersebut harus menjadi perhatian tanpa mereduksi
terbaik bagi tujuan organisasi.

terlibat mudah untuk dikenali, maka harus dapat dipetakan dalam


9.1. Falsafah dalam Penguatan Industri Parekraf
sebuah gambar besar (big picture) tentang ekosistem penguatan
Kita telah melewati bab tentang ekosistem penguatan Industri
Parekraf, metode dan alat analisis yang menyertai sesuai perihal Untuk itu, proses pemetaan ekosistem juga harus menjadi perhatian.
yang dihadapinya. Pada bab ini kita masuk pada strategi agar mampu
Ekosistem adalah wadah keterkaitan antar aktor yang memberikan
merangkai atau melakukan sintesa terhadap berbagai langkah
nilai tambah sehingga secara keseluruhan terakumulasi menjadi
rinci yang sudah dilakukan untuk mencapai tujuan penguatan
value proposition dari kegiatan penguatan industri pariwisata
industri pariwisata dan sekaligus peningkatan nilai tambah ekonomi

keseluruhan juga dilihat apakah memiliki celah atau kekurangan


implementasi kebijakan yang dilakukan Direktorat Manajemen
dalam aktivitas yang mempengaruhi kelancaran interaksi antar
Industri membutuhkan falsafah Creative System Thinking (Eriyatno,
2012). Adapun falsafah Creative System Thinking ini meliputi 3 hal
berikut:
dari satu aktor ke aktor yang lain dari hulu ke hilir sehingga mengurangi
anggaran yang tidak sesuai, SDM bidang itu yang tidak paham dan
lebih mendalam perlu digali rantai nilai yang terjadi. Analisis rantai
dapat menemukan MASALAH SUBSTANTIF. Masalah substantif
usaha seperti biaya rendah atau kelemahan terjadi di seluruh rantai adalah jika masalah tersebut sudah dapat dibagi-bagi dalam kriteria
nilai dari bahan baku, faktor input, proses, hingga aktivitas pelayanan
terhadap pelanggan.
untuk mendapatkan MASALAH FORMAL yang dihadapi sehingga
Prinsip yang ketiga, Efektifnya program dan kegiatan di Direktorat
perlu dilakukan kegiatan. Misal prioritasnya adalah infrastruktur,
Manajemen Industri dapat dilihat dari kemampuan mengelola
untuk pencegahannya perlu ketersediaan Sumber daya tertentu,
kegiatannya hingga operasional oleh seluruh personil baik staf
maka Masalah Formal inilah yang menjadi Isu utama kebijakan.
maupun pejabat struktural yang ada sehingga output program sesuai
dengan tujuan program. Acuan utamanya yang digunakan sasaran

9.2. Strategi Implementasi

Bagian ini akan menjelaskan tentang bagaimana setiap


program dan kegiatan yang diamanatkan kepada Direktorat
Manajemen Industri dapat dilaksanakan dengan mengacu kepada
metode atau cara yang yang relevan dengan program yang yang
direncanakan. Proses melakukan implementasi ini adalah proses
menyandingkan antara rencana program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan metode yang sesuai serta data atau informasi
yang dibutuhkan sehingga pelaksanaan program akan efektif.
1. Pemilihan Metode

pertama kali adalah melihat peta permasalahan kegiatan tersebut.


Dalam hal ini kita harus melakukan proses penggalian atau mencari
pokok permasalahan yang diangkat sehingga muncul kegiatan
tersebut. Hal ini penting karena tidak semua kegiatan itu dapat
kita temukan akar permasalahan yang ingin diselesaikan. Pada
konteks ini kita menghadapi situasi dimana isu belum memiliki Pada konteks strategi di Direktorat Manajemen Industri, maka
kejelasan. Apalagi jika program atau kegiatan tersebut bukan analisis masalah inilah yang perlu menggunakan tools atau metode
merupakan agenda setting yang sedang mengemuka pada kurun yang khas untuk memperjelas masalah. Langkah pemecahan
perencanaan pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif. masalah ini diharapkan akan dapat dikenali dan diketahui apa
sebenarnya masalah di masyarakat yang ingin diselesaikan dengan
2.
adanya kegiatan yang direncanakan.
Proses menemui atau mengenali permasalahan yang dihadapi
dapat dilakukan dengan cara analisis masalah. Analisis masalah Berikut ini skema yang menjelaskan pilihan tools atau metode
analitis yang dapat digunakan untuk analisis masalah agar mudah
pengenalan masalah untuk bisa menghasilkan SITUASI MASALAH. dikenali hingga mampu dirumuskan sebagai masalah kebijakan
Kemudian tahap pencarian masalah untuk mendapatkan META yang perlu diatasi dengan strategi yang sesuai dan intervensi
MASALAH, yaitu masalah yang belum terstruktur. Meta masalah kebijakan yang terukur.
bisa kita dalami dengan mengaitkan masalah tersebut dengan
faktor-faktor lain yang lebih luas, misal terkait infrastruktur,
kesadaran partisipasi masyarakat, administrasi, perencanaan,
kerja atau partner di dalam pelaksanaan program atau kegiatan.
META 3. Penentuan Partner / Mitra
MASALAH
Analisis Klaster Analisis Klaster Penentuan partner juga merupakan satu pekerjaan tersendiri
yang membutuhkan kecermatan dalam artian menentukan “siapa
Industri Industri

dan melakukan apa”. Langkah ini berupa penentuan siapa mitra


kita yang disusun dalam suatu daftar kompetensi mitra berkaitan
SITUASI MASALAH dengan kegiatan yang akan dilakukan.
MASALAH SUBSTANTIF
Selanjutnya penentuan tujuan atau misi dari kegiatan yang akan
dilakukan. Jika tujuan atau misi dari kegiatan tersebut berkaitan
Analisis Rantai dengan pemerintah daerah misalnya, maka posisi Kementerian
Analisis Suplai-
Demand
Pasok dan
Rantai Nilai Parekraf adalah menjadi pihak yang memfasilitasi atau memberikan
MASALAH dorongan lebih luas agar daerah memperoleh akses terhadap
FORMAL
berbagai hal dalam penguatan industri parekraf. Peran yang dapat
dimainkan oleh Kementerian Parekraf selaku instansi pemerintah
pusat dalam hal ini dapat mengkoordinasikan dengan Kementerian
Gambar 26. Tools untuk Analisis Masalah dan Lembaga di pusat lainnya, seperti: Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan, atau Kementerian Perindustrian. Hal ini dilakukan
Sebagai contoh, salah satu kegiatan yang diamanatkan kepada
jika proses pengembangan kegiatan tersebut berkaitan dengan
Direktorat Manajemen Industri adalah pemetaan klaster industri
pengembangan industri di suatu daerah.
pariwisata di Kabupaten X. Langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah mengangkat permasalahan yang yang dihadapi oleh 4. Memetakan Potensi dan Kompetensi Mitra
kabupaten X dalam rangka penguatan industri pariwisata dan Langkah selanjutnya adalah memetakan potensi atau kompetensi
ekonomi kreatif. Tentu kegiatan tersebut dimulai dari upaya melihat mitra Unit Kerja di internal Kementerian. Informasi ini sebenarnya
peta klaster industrinya, yaitu keterkaitan yang mencakup seluruh dapat ditemukan di dalam Peraturan meneteri tentang SOTK yang
aktor yang terlibat di dalam penguatan industri pariwisata dan mana struktur maupun tugas pokok fungsi dari unit kerja yang ada
ekonomi kreatif di Kabupaten X merupakan metode yang tepat. di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah ditentukan.
Pada tataran ini, penting untuk ditekankan bahwa kita harus Namun, yang harus diperkuat adalah upaya mendekatkan program
memposisikan pihak Kementerian Parekraf pada aktivitas dan kegiatan yang diamanatkan kepada Direktorat Manajemen
yang direncanakan tersebut adalah sebagai pihak pemerintah Industri tersebut memiliki keterkaitan dengan kegiatan serta tugas
(government). Pemerintah dalam hal ini memiliki beberapa peran fungsi dari mitra internal unit kerja di lingkungan Kementerian
sebagaimana dijelaskan di bagian peran pemerintah dalam Parekraf. Jika kaitan tersebut sangat erat, maka perlu dirumuskan
penguatan industri kreatif (Sub bab 8.2). Untuk jenis kegiatan bagaimana mensikapi pelaksanaan kegiatan yang sifatnya multi-
yang diamanatkan kepada Direktorat Manajemen Industri stakeholder atau multiplayer. Baik di dalam proses perencanaan,
bentuknya dapat bermacam-macam, maka dari itu selanjutnya mendesain program sampai dengan implementasi di lapangan
dan mengevaluasi hasil yang dicapai apakah sudah tercapai sesuai
swakelola (yang dikerjakan oleh pihak internal), maka inti dari dengan rencana atau belum.
aktivitas tersebut memiliki fungsi utama sebagai pemerintah. Menjaga Kesinambungan atau Menjamin Keberlanjutan
Selanjutnya kita lihat kembali peran Kementerian Parekraf sendiri
Tahap selanjutnya yaitu proses kesinambungan atau menjamin
pada konteks kegiatan itu akan bertindak sebagai apa? Apakah
keberlanjutan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.
berfungsi sebagai fasilitator, regulator, atau justru bagian dari
Kesinambungan adalah sebuah kondisi yang sangat diharapkan
pihak yang yang mendorong peningkatan infrastruktur yang harus
oleh setiap lembaga dalam melaksanakan kegiatan. Banyak kegiatan
disediakan. Dengan langkah ini, akan dapat dirumuskan posisi
yang yang dibiayai dengan dana besar dengan melibatkan banyak
Direktorat Manajemen Industri yang perlu bermitra dengan siapa
pihak namun tidak memiliki keberlanjutan atau sustainability.
saja yang potensial. Langkah selanjutnya adalah menentukan mitra
Maka berikut ini beberapa langkah yang penting untuk menjamin
keberlanjutan kegiatan penguatan industri Parekraf. Analisis supply demand ini dapat digunakan secara langsung
oleh personel di unit kerja Direktorat Manajemen Industri
maupun digunakan oleh pihak ketiga pada skema pekerjaan
Ekosistem penguatan industri parekraf adalah suatu kondisi yang dikontrakan.
interaksi dan keterlibatan antara aktor industri parekraf dengan
Analisa supply dan demand ini berguna untuk bahan
pasar. Untuk memetakan ekosistem pariwisata pada kegiatan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam berbisnis
atau program dapat dilakukan cara:
dengan tujuan untuk menentukan kuantitas dan kualitas barang
1.
serta harga di pasar sehingga terciptalah kondisi keseimbangan
industri parekraf.
pasar (market equilibrium).
2. menguraikan peran dalam ekosistem, peran dalam hal ini
Bagi pemerintah sangat penting untuk mengetahui hasil analisis
bisa diperinci elemennya menjadi: aktivitas, sumberdaya,
supply dan demand dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif
kontribusi atau nilai tambah dan hasil yang diperoleh
di suatu wilayah atau obyek wisata. Karena dari situlah akan dapat
3. menggambarkan ekosistem dalam suatu skema atau pola
ditentukan intervensi yang harus dilakukan oleh pemerintah dengan
hubungan antar aktor.
berbagai instrumen kebijakan maupun hal-hal lain yang bisa
dikontribusikan oleh berbagai pihak yang tercakup di dalam ekosistem
industri Parekraf agar dapat mengoptimalkan ketidakseimbangan
Penggunaan metode supply chain management atau rantai
supply dan demand.
pasokan untuk penguatan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif. Perlu diketahui bahwa rantai pasok harus kita kembalikan

antara permintaan dan juga penawaran agar lebih efektif dan

berhubungan dengan penentuan tingkat outsourcing yang


tepat, manajemen pengadaan barang, manajemen pemasok,
pengelola hubungan.

Dengan demikian untuk tujuan beberapa kegiatan yang yang


memiliki permasalahan tentang ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran kemudian ada permasalahan
terkait kurangnya kelancaran dalam informasi atau distribusi
atau jika aliran transaksi dalam hal ini keuangan baik dalam
proses memproduksi maupun di dalam transaksi dengan
konsumen. Artinya pengenalan terhadap hal-hal yang bisa
diselesaikan atau dapat di atasi dengan metode atau tools yang
dimiliki oleh Direktorat Manajemen Industri ini sangat penting
oleh setiap personil di unit kerja direktorat ini.

Analisis supply demand dilakukan untuk mengkaji prospek


pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam buku
konseptual ini komponen yang dianalisis adalah sumber
daya wisata termasuk produk ekonomi kreatif, amenitas, dan
aksesibilitas. Komponen permintaan yang dianalisis adalah
karakteristik pengunjung, motivasi, aktivitas, persepsi dan
harapan pengunjung.
BAB 10
INDIKASI PROGRAM DAN
KEGIATAN

Indikasi program yang akan diuraikan dalam bab ini meliputi


program dan kegiatan yang diamanatkan kepada Direktorat
Manajemen Industri dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif yang kemudian memperoleh pengayaan dari aspek

aspek manajerial dalam hal ini adalah aspek yang mengedepankan


peran pemerintah dalam kegiatan penguatan industri Parekraf, yang
meliputi aspek Perencanaan, Koordinasi, Regulasi, dan Stimulasi/
fasilitasi.

Logika penuangan materi dalam indikasi program ini adalah


bahwa Direktorat Manajemen Industri telah memiliki Rencana
Kegiatan sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian serta
dilengkapi dengan Dokumen Roadmap yang menegaskan tentang
capaian dalam jangka menengah. Dengan mandat yang diemban
tersebut dapat dijabarkan ke dalam rincian peran pemerintah
(kementerian Parekraf) baik peran dalam regulasi, perencanaan,
koordinasi, meningkatkan kewirausahaan, dan stimulus atau fasilitasi
terhadap kerentanan pelaku usaha Parekraf.

10.1. Program dan Kegiatan Direktorat Manajemen Industri

Berdasarkan sasaran dan fungsi Direktorat Manajeman Industri,


serta tema program dan kegiatan prioritas, terdapat tiga program kerja
yang dijabarkan ke dalam 25 kegiatan prioritas untuk membangun
rantai nilai industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang terintegrasi
dan berkelanjutan melalui manajemen industri.

Melalui pentahapan sebagaimana telah diuraikan pada


dokumen Roadmap program dan kegiatan prioritas manajemen
industri pariwisata dan ekonomi kreatif, menjadi jelas apa aktivitas
Sub direktorat di lingkungan Direktorat Manajemen Industri dan
kapan dilaksanakannya pada rentang waktu 2021-2024. Selanjutnya,
uraian mulai dari kebijakan hingga pentahapan pelaksanaan program
dan kegiatan ini akan menjadi target yang harus dapat dilaksanakan
oleh Direktorat Manajemen Industri dengan strategi dan cara yang
terbaik.
Tabel 10. Roadmap program dan kegiatan prioritas manajemen industri pariwisata dan Tabel 11. Program dan Kegiatan Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun
ekonomi kreatif

TEMA PROGRAM DAN


BIDANG KEGIATAN PRIORITAS PROGRAM KERJA KEGIATAN

Tata kelola Perumusan sistem Pengembangan Penyusunan dan pemutakhiran data usaha
pengelolaan industri Tata Kelola pariwisata dan ekonomi kreatif.
pariwisata dan ekonomi Industri Pengembangan sistem informasi industri
kreatif untuk membangun Pariwisata Dan pariwisata dan ekonomi kreatif.
rantai nilai industri Ekonomi Kreatif Kajian dan uji coba indikator pengukuran TKDN
pariwisata dan ekonomi di industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
kreatif yang terintegrasi Penyusunan concept note perluasan Rantai nilai
dan berkelanjutan, meliputi industri pariwisata dan ekonomi kreatif (fungsi,
konsep, basis data, dan stuktur, hierarki, pola hubungan, kemitraan).
mekanisme operasional Penyusunan mekanisme operasional untuk
industri pariwisata dan mendorong peningkatan tanggung jawab
ekonomi kreatif industri pariwisata dan ekonomi kreatif
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
Penyusunan dan koordinasi penerapan
mekanisme operasional untuk mendorong
terwujudnya rantai nilai industri pariwisata dan
ekonomi kreatif.
Penyusunan dan koordinasi penerapan
mekanisme operasional untuk integrasi rantai
nilai industry pariwisata dengan ekonomi
kreatif.
Penyusunan mekanisme operasional untuk
pengelolaan krisis dan peningkatan ketahanan
industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Penyusunan mekanisme operasional
pemantauan dan evaluasi penerapan
mekanisme operasional manajemen industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi tata
kelola industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kemitraan Pengembangan kemitraan Pengembangan Penyusunan dan pemutakhiran data kemitraan
usaha usaha pariwisata untuk Kemitraan Usaha usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.
membangun rantai nilai Penyelenggaraan temu bisnis antarusaha
industri pariwisata pariwisata dan antarusaha ekonomi kreatif (di
dan ekonomi kreatif destinasi prioritas, lintas provinsi, internasional).
yang terintegrasi dan Fasilitasi dan pendampingan kemitraan
berkelanjutan. antarusaha pariwisata dan antarusaha ekonomi
kreatif (di destinasi prioritas, lintas provinsi,
internasional).
Fasilitas dan pendampingan kemitraan antara
usaha pariwisat dan ekonomi kreatif dengan
organisasi sosial/ masyarakat terkait pariwisata,
organisasi pelestarian lingkungan alam dan
budaya.
Pelaksanaan pengukuran TKDN industri
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
kemitraan usaha pariwisata.
Ketahanan Penyiapan ketahanan usaha Peningkatan Pelatihan dan pendampingan pengelolaan
usaha dan rantai nilai industri Ketahanan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif pada
pariwisata dan ekonomi Usaha masa krisis.
kreatif dalam menghadapi Pariwisata Dan Dukungan pengelolaan krisis dan ketahanan
krisis menuju keberlanjutan. Ekonomi Kreatif usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (hibah
dan insentif).
Koordinasi dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan ketahanan terhadap krisis.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program
peningkatan ketahanan usaha pariwisata dan
ekonomi kreatif.

10.2. Indikasi Program

Berdasarkan Roadmap program dan kegiatan prioritas


Direktorat Manajeman Industri, terdapat tiga program kerja yang
dijabarkan ke dalam 25 kegiatan prioritas untuk membangun rantai
nilai industri pariwisata dan ekonomi kreativf yang terintegrasi dan
berkelanjutan melalui manajemen industri.
Tabel 11. Program dan Kegiatan Manajemen Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2021-
2024

Pengorganisasian PERAN PEMERINTAH


Kelembagaan Perencanaan Koordinasi Regulasi Stimulasi
1. Penyusunan dan pemutakhiran 1. Penyusunan mekanisme operasional untuk 1. Telaah Tupoksi Direktorat 1. Penyusunan mekanisme operasional untuk
data usaha pariwisata dan mendorong peningkatan tanggung jawab Manajemen Industri dan kaitan pengelolaan krisis dan peningkatan ketahanan
ekonomi kreatif. industri pariwisata dan ekonomi kreatif dengan Unit Kerja dalam lingkungan industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Penyusunan NSPK Industri terhadap lingkungan alam dan sosial Kemenparekraf / Baparekraf. 2. Penyusunan mekanisme operasional pemantauan
Parekraf budaya. 2. Analisis Kebutuhan NSPK dan evaluasi penerapan mekanisme operasional
3. Pengembangan sistem 2. Penyusunan dan koordinasi penerapan manajemen industri pariwisata dan manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
informasi industri pariwisata mekanisme operasional untuk mendorong ekonomi kreatif. 3. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi tata kelola
dan ekonomi kreatif. terwujudnya rantai nilai industri pariwisata 3. Penyusunan NSPK manajemen industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
4. Kajian dan uji coba indikator dan ekonomi kreatif. industri pariwisata dan ekonomi
Tata Kelola pengukuran TKDN di industri 3. Penyusunan dan koordinasi penerapan kreatif.
pariwisata dan ekonomi kreatif. mekanisme operasional untuk integrasi
5. Penyusunan concept note rantai nilai industri pariwisata dengan
perluasan rantai nilai industri ekonomi kreatif.
pariwisata dan ekonomi kreatif
(fungsi, stuktur, hierarki, pola
hubungan, kemitraan).

1. Pelaksanaan Matchmaking 1.Koordinasi pengukuran TKDN industri 1. Pelaksanaan pengukuran TKDN 1. Fasilitasi dan pendampingan kemitraan antarusaha
usaha pariwisata dan ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif. industri pariwisata dan ekonomi pariwisata dan antarusaha ekonomi kreatif (di
kreatif. 2. Koordinasi dalam pemantauan dan evaluasi kreatif. destinasi prioritas, lintas provinsi, internasional).
2. Penyelenggaraan temu bisnis kemitraan usaha pariwisata. 2. Pelaksanaan pemantauan 2. Fasilitas dan pendampingan kemitraan antara usaha
antarusaha pariwisata dan dan evaluasi kemitraan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dengan organisasi
Kemitraan Usaha antarusaha ekonomi kreatif pariwisata. sosial/ masyarakat terkait pariwisata, organisasi
(di destinasi prioritas, lintas pelestarian lingkungan alam dan budaya.
provinsi, internasional).
3. Penyelenggaraan Apresiasi
Green Hotel

Penyusunan dan pemutakhiran 1. Koordinasi dengan berbagai pihak untuk Penyusunan Prosedure dan Kriteria 1. Pelatihan dan pendampingan pengelolaan usaha
data pelaku usaha pariwisata dan meningkatkan ketahanan terhadap krisis. pelatihan dan pendampingan pariwisata dan ekonomi kreatif pada masa krisis.
Resiliensi Usaha ekonomi kreatif terdampak krisis. 2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengelolaan usaha dan pengelolaan 2. Dukungan pengelolaan krisis dan ketahanan usaha
program peningkatan ketahanan usaha krisis dan ketahanan usaha Parekraf. pariwisata dan ekonomi kreatif (hibah dan insentif).
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Penyusunan dan pemutakhiran 1. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Penyusunan Prosedure dan Kriteria 1. Pelatihan dan pendampingan peningkatan kapasitas
data program tanggung jawab program pengembangan usaha pariwisata pelatihan dan pendampingan usaha dalam mendukung penguatan rantai nilai
lingkungan usaha pariwisata dan dan ekonomi kreatif. peningkatan kapasitas usaha industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pengembangan Usaha ekonomi kreatif. 2. Pemberian penghargaan kepad program 2. Pelatihan dan pendampingan pengembangan
tanggung jawab lingkungan alam, sosial, dan tanggung jawab usaha pariwisata terhadap
budaya usaha pariwisata da ekonomi kreatif lingkungan alam, sosial, dan budaya.
yang memberikan manfaat berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Chunfeng Li, Peng Ju. (2020). Coupling Coordinative Degree
Analysis of Cultural and Creative Industry and Tourism Industry
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
under the Background of Cultural and Tourism Integration.
Kepariwisataan;
Journal of Service Science and Management > Vol.13 No.1,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
February 2020. Shenzhen Tourism College of Jinan University,
Daerah yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Shenzhen, China.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Fatmawati, Santoso, (2020). Penguatan Rantai Nilai Pariwisata
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Sebagai Strategi Pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta
tentang Pemerintahan Daerah;
Menjadi Kawasan Wisata Ramah Muslim. Jurnal Ilmiah
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Manajemen Bisnis, Volume 6, No. 03, November 2020.
Kreatif;
Gunn, C. A dengan Var, Turgut (2002). Tourism Planning: Basics,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja; Concepts, Cases, 4 th edition. New York: Routledge.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Creative Industry in Indonesia:
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-
2025;

Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 tentang Rencana


Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-
2025;

Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi


Kementerian Negara; Ilham Junaid (2016). Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam
Kebijakan dan Perencanaan Pariwisata. Jurnal Kepariwisataan,
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang
Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 50-64
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Kursehi Falgenti, Chandra Mai, Sumaryoto. (2014).
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan
Implementasi ERP Pada UKM dengan Design-Reality Gap Model:
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Studi Kasus Implementasi SAP B1 di PT CP. Jurnal Manajemen
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Teknologi Vol.13 | No.3 | 2014.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
M. Epler Wood. (2017)
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan industry supply chains and sustainability.,” in Sustainable Tourism
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Struktur Oganisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan 2017, pp. 48–71.
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Piboonrungroj, P., & Disney, S. M. (2009). Tourism Supply Chains:
Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Issue in PhD research University of Nottingham.
Berkelanjutan. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior.
MAKALAH ILMIAH / JURNAL: New York; Pearson Education Inc.
Beni Barliansah. (2020). Analisis Rantai Pasok Pariwisata S. Laukkanen (2008). Information systems as integrative
(Tourism Supply Chain) Dengan Pendekatan Fuzzy Logic Di infrastructures: information integration and the broader context of
Kota Bandung. INDEPT, Vol. 8, No.3 Oktober 2019 – Januari
2020. ISSN 2087 – 9245
Media. Nusantara.

Shakya, M. (2009). Competitiveness Assessment of Tourism in Raymond McLeod and George P Schell, Management

Paper 5083.
Soeseno Bong (2019). Manajemen Risiko, Krisis, Dan Bencana
Stewart Moore, Bill Carter (1993). Untuk Industri Pariwisata Yang Berkelanjutan. Gamedia
Pustaka Utama. Jakarta

Tomas Gajdosik. (2018). Smart Tourism: Concepts and Insights Strategi Meningkatkan Daya Saing Industri Kreatif Indonesia:
Studi Kasus Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Kecamatan Tamansari, Bogor. Available from: https://
Banskej Bystrici www.researchgate.net/publication/332296519_Strategi_
Meningkatkan_Daya_Saing_Industri_Kreatif_Indonesia_Studi_
Zainal, V. R., Hadad, M. D., & Ramly, M. (2010). Kepemimpinan
Kasus_Pengembangan_Klaster_Industri_Alas_Kaki_Kecamatan_
Tamansari_Bogor [accessed Jun 25 2021].
Buku :
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide
Arman Hakim Nasution. (2006). Manajemen Industri. Penerbit
dan Menciptakan Peluang. Jagakarsa, Jakarta Selatan: Penerbit
ANDI Yogyakarta, Cetakan : Edisi I tahun 2006.
Salemba Empat.
Claudia U. Claudia U. Ciborra, (1996) The Platform
Yuyun Rachmayuniawati, M.M. Sri Mulyeni, M. Pd. 2020.
Organization: Recombining Strategies, Structures, and
Kepemimpinan Organisasi Penerbit Media Sains Indonesia (CV.
Surprises. Organization Science 7(2):103-118. http://dx.doi.
Media Sains Indonesia) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota
org/10.1287/orsc.7.2.103.
Bandung - Jawa Barat.

Website

Dewitya Irwan. 2019. Ekonomi dan Perdagangan: Ini Alasan


Kenapa Database Perusahaan Penting! Diunduh 24 Juli 2021
2020
dari situs https://bahasan.id/ini-alasan-kenapa-database-
I Putu Anom, I Gusti Agung Oka Mahagangga (2019). Handbook
perusahaan-penting/
Ilmu Pariwisata: Karakter dan Prospek. Edisi Pertama ISBN
European Cluster Conference. 2020. Bringing Together The Cluster
978-623-218-248-6 Cetakan ke-1 September 2019 Kencana.
2019.1096 .
Katadata.co.id penulis: Tim Publikasi Katadata. Editor: Doddy
Jörg Müller (2006). Multiagent Based Supply Chain Management.
Rosadi “Menparekraf: Kontribusi Pariwisata Ditargetkan
Merdeka Kreatif di Era Pandemi Covid-19: Suatu Pengantar
12 Persen dari PDB”, https://katadata.co.id/doddyrosadi/
Monfort, M., V. M. (2000). Competitividad y factores críticos berita/6058264566a4b/menparekraf-kontribusi-pariwisata-
de éxito en la “hotelería de litoral”: experiencia de los destinos ditargetkan-12-persen-dari-pdb .
turísticos Benidorm y Peñíscola (Doctoral Dissertation, Universidad
Monfort, M., V. M. (2000). Competitividad y factores críticos
de Valência, Espanha, 2000). Retrieved September 2, 2003, from
de éxito en la “hotelería de litoral”: experiencia de los destinos
turísticos Benidorm y Peñíscola (Doctoral Dissertation, Universidad
Oka A. Yoeti. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit de Valência, Espanha, 2000). Retrieved September 2, 2003, from
Angkasa Bandung

Oka A.Yoeti. (2008). Ekonomi Pariwisata. Jakarta: PT.Kompas


Model Penampingan Penerapan ERP pada UKM Teknologi: perangkat keras dan perangkatlunak
LAMPIRAN 1. Analisis Gap atau Kesenjangan Proses: aktivitas pengguna dan yang lain
Untuk menganalisi Gap perlu suatu model. Salah satu model Tujuan dan Nilai: faktor yang terlibat seperti budaya dan
yang dapat digunakan sebagaimana disarankan Kursehi Falgenti et politik.
al.(2014) adalah Model kesenjangan rancangan-realitas (designreality
gap) dibangun oleh Heeks (2002). Model kesenjangan rancangan- Penempatan dan kemampuan pegawai: keduanya adalah
realitas ini dibangun dari pendekatan sukses dan gagalnya sistem aspek kuantitatif dan kualitatif dari kompetensi.

Sistemdanstrukturmanajemen

Sumber daya yang lain: khususnya waktu dan uang

Dasar dalam membangun model ini diambil Heeks (2002) dari ITPOSMO cukup memadai untuk memberikan pengertian yang
penelitian Venkatraman (1989), juga penelitian sebelumnya oleh komprehensif tentang design-reality gap (Hawari dan Heeks, 2010).
Model ini bukan untuk menilai kualitas rancangan dan kualitas realitas
faktor sistem informasi yang berbeda seperti; kecocokan antara apakah baik atau buruk, tapi menilai bahwa ketidaksesuaian antara
proses, orang, struktur dan teknologi. Menurut Soh et al. (2000) ada rancangan dengan realitas akan meningkatkan risiko kegagalan,
tujuh ketidakcocokan dalam sistem ERP yang harus diperhatikan; sebaliknya kesesuaian rancangan - realitas akan menghasilkan
model data, kebutuhan akses untuk melaksanakan tugas, prosedur kesuksesan.
validasi, SOP, presentasi format output, dan konten informasi pada
input. 2. Transfer Pengetahuan

Implementasi ERP adalah proses transfer pengetahuan yang


intensif yang membutuhkan kompetensi teknis dan keahlian untuk

untuk rekonsialiasi logika sistem dangan logika organisasi pada


tahap implementasi maupun pasca implementasi (Diop et al. 2013).
Sementara itu pengertian transfer pengetahuan menurut Dong-
Gil, et al. (2005) adalah komunikasi pengetahuan dari sumber yang
dapat dipelajari dan digunakan oleh penerima. Ada tiga komponen
penting dalam proses transfer pengetahuan sumber pengetahuan,
media dan penerima. Selama ini implementasi ERP sumber utama
pengetahuan dari eksternal yaitu konsultan atau implementator.
Selain dari konsultan pengetahuan tentang implementasi ERP ini bisa
diperoleh dari vendor.

Ada dua jenis pengetahuan, yaitu; pengetahuan eksplisit dan


pengetahuan tacit (Nonaka, 1994). Pengetahuan eksplisit dapat
diperoleh dengan cara formal melalui pelatihan ditransmisikan
secara sistematis. Pengetahuan tacit berkaitan dengan pengalaman
individu. Berbagi pengetahuan tacit difasilitasi melalui brainstrorming,
storytelling, dan kebebasan mengekspresikan ide (Kursehi Falgenti
et al., 2014). Implementasi ERP memerlukan transfer pengetahuan
Tujuh dimensi dalam model ini terdiri dari: Information, eksplisit serta transfer pengetahuan tacit (Lee & Lee, 2000).

Management System and structure and Other resource): 3. Penilaian Kesenjangan

Informasi: Penyimpanan data, alur data, dan lain-lain Untuk mengetahui hasil luaran implementasi berhasil, gagal atau
gagal parsial, langkah pertama yang dilakukan adalah memberikan
tingkat kesenjangan 1-10 pada masing-masing dimensi dalam Tingkat Kesenjangan Tujuan dan nilai: ….
model ini. Nilai kesenjangan setiap dimensi ITPOSMO dalam model
Tingkat kesenjangan Kemampuan dan Penempatan Staf: ....
rancangan-realitas ini disebut juga nilai kesenjangan individu.
Penilaian adalah proses subyektif, tetapi panduan secara garis besar Tingkat Kesenjangan Sistem dan Struktur Manajemen: ….
untuk menilai kesenjangan dimensi tertentu sebagai penyebab Tingkat Kesenjangan Sumber daya lain: ........
kemungkinan kesuksesan ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Penilaian Kesenjangan

Tingkat kesenjangan Kemungkinan sukses Sebelum proses implementasi ERP dilaksanakan di UKM maka hasil
8.1 - 10 Sangat tidak Mungkin analisis kesenjangan yang ditemukan perlu dikemukanan bagaimana
6.1 - 8 Tidak Mungkin kesenjangan yang terjadi. Misalnya pada dimensi informasi apakah
4.1 - 6 Mungkin cukup besar? Apa saja yang belum lengkap yang seharusnya ada.
2.1 - 4 Mungkin sekali Misalnya Data yang dibutuhkan untuk proses implementasi tidak
0.0 - 2 Sangat mungkin
lengkap dan model database yang digunakan sebelum implementasi
apakah cocok dengan kebutuhan implementasi ERP. Pada dimensi
Langkah kedua, memberikan nilai total kesenjangan rancangan- teknologi juga perlu kemukakan kesenjangan yang terjadi dan dimana
realitas (diperoleh dengan menambahkan nilai dari tujuh kesenjangan dan berupa apa yang kurang. Misalnya dukungan infrastruktur jaringan
individu). Dari nilai total ini dapat diketahui proyek implementasi dan perangkat PC yang tidak memadai untuk mengintegrasikan
berhasil, gagal total atau gagal parsial. Penjelasan dari nilai keseluruhan proses bisnis dari kantor pusat ke kantor pemasaran di daerah. Pada
dapat di lihat di tabel 2. dimensi proses kesenjangan juga perlu dikemukakan dan pada proses
Tabel 2. Prediksi Proyek implementasi dari total nilai kesenjangan apa itu terjadi, misalnya proses penginputan data dan pengolahan
data. Selain itu perlu dikemukakan juga kesenjangan lainnya misalnya
Total Nilai kesenjangan Keterangan proses bisnis pada masing-masing bagian yang belum terintegrasi
satu sama lain.
57 - 70 Proyek hampir pasti akan gagal
43 - 59 Proyek kemungkinan gagal Dari hasil analisa awal sebelum implementasi tim internal dan
Proyek kemungkinan gagal sama
konsultan adakan mendapatkan gambaran awal tentang pekerjaan-
29 - 42 sekali, atau mungkin akan gagal
sebagian pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan rancangan
Proyek kemungkinan gagal implementasi ERP, kemudian improvisasi-improvisasi apa yang
15 - 28
sebagian
diperlukan di masing-masing dimensi untuk mewujudkan realitas
0 - 14 Proyek kemungkinan sukses
agar sesuai rancangan.

Improvisasasi yang dilakukan bertujuan memperkecil nilai


4. Analisa awal sistem ERP dengan model kesenjangan
kesenjangan yang pada tahap awal analisa besar agar bisa diperkecil.
Jika improvisasi tidak maksimal dilakukan implementasi ERP
Pada tahap ini dilakukan analisa untuk melihat kesenjangan antara kemungkinan akan mengalami gagal total atau gagal sebagian (lihat
rancangan awal sistem ERP dengan kondisi di UKM sesaat sebelum tabel 2).
implementasi dilakukan. Penilaian dilakukan menggunakan analisa
kualitatif kemudian memberikan nilai tingkat kesenjangan terhadap
hasil penelitian.

Pada analisa awal ini dicatat jumlah total kesenjangan, kemudian


dirinci pada masing-masing dimensi dibawah ini:

Tingkat kesenjangan Informasi: …..

Tingkat Kesenjangan Teknologi: .....

Tingkat Kesenjangan Proses: ….

Anda mungkin juga menyukai